Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Setiap perusahaan senantiasa harus dapat memprediksi perubahan-perubahan yang
terjadi dalam lingkungan sehingga perusahaan dapat mengantisipasi dan dapat menyesuaikan
diri di masa mendatang. Perubahan- perubahan yang erjadi dalam lingkungan dapat berwujud
perkembangan teknologi, perubahan kondisi sosial ekonomi dan politik, perubahan kualitas
dan sikap karyawan, semakin pentingnya tanggung jawab sosial organisasi dan sebagainya.
Pengelolaan perubahan secara efektif tidak hanya diperlukan bagi kelangsungan hidup
perusahaan tapi juga sebagai tantangan pengembangan.
Di era globalisasi ini, tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi masa kini
berkembang sangat pesat mengikuti perkembangan zaman. Hal ini dapat dibuktikan dengan
banyaknya inovasi-inovasi yang telah diciptakan di dunia ini. Dari sesuatu yang sederhana,
hingga sesuatu yang menghebohkan dunia. Kemajuan teknologi memang sangat penting
untuk memenuhi keperluan kehidupan manusia zaman sekarang. Karena teknologi adalah
salah satu penunjang kemajuan manusia. Di banyak belahan masyarakat, teknologi telah
membantu memperbaiki ekonomi, sistem sosial, dan lain-lain.
Salah satu contoh perkembangan teknologi adalah terciptanya berbagai inovasi
kamera digital. Kamera merupakan salah satu penemuan penting bagi umat manusia. Karena
hanya dengan bidikan kamera, manusia dapat merekam dan mengabadikan berbagai
kenangan. Sehingga tidak mengherankan bila manusia selalu menginginkan inovasi-inovasi
pembaharuan teknologi digital agar semakin canggih.
Eastman Kodak Corporation atau dikenal dengan sebutan Kodak, dulu merupakan
salah satu perusahaan peralatan fotografi terkemuka di dunia. Didirikan sekitar 130 tahun
yang lalu, perusahaan Amerika itu pernah menjadi pemimpin industri peralatan fotografi.
Bahkan Kodak juga yang memperkenalkan teknologi kamera digital kepada dunia.
Namun, teknologi itulah yang lambat laun menghantam bisnis Kodak, yang selama
dekade 1980an hingga 1990an sudah merasa nyaman sebagai pemain nomor satu industri
fotografi. Konsumen kini sudah meninggalkan pemakaian film yang menjadi bisnis inti
Kodak dan sejumlah kompetitor telah mengembangkan produk kamera digital. Apalagi saat
ini telah muncul teknologi ponsel pintar, yang dilengkapi dengan kamera beresolusi tinggi.
Menurut kantor berita Reuters, Kodak mengajukan perlindungan pailit ke Pengadilan
di Kota New York. Di Amerika Serikat, perusahaan yang jatuh bangkrut berhak mengajukan
perlindungan pailit ke pengadilan, sesuai peraturan agar tidak sampai dilikuidasi.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana uraian kasus bangkrut yang terjadi di Eastman Kodak Corporation ?
2. Apa saja alasan yang menyebabkan Kodak bangkrut bila ditinjau dari beberapa teori
manajemen ?
3. Termasuk dalam kategori apa perusahaan Eastman Kodak Corporation dalam
bidang kamera bila dilihat dengan BCG Matrix ?
4. Bagaimana pengambilan keputusan manajer Kodak pada kondisi krisis ?
5. Bagaimana kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari Eastman Kodak
Corporation ?

1.3. Tujuan Penulisan


Kasus bangkrutnya perusahaan Eastman Kodak Corporation ini sudah seharusnya
menjadi pembelajaran nyata bagi perusahaan lain agar dapat bertahan di bidangnya. Paper ini
mencoba untuk :
1. Menguraikan kasus bangkutnya perusahaan Eastman Kodak Corporation.
2. Menganalisis alasan yang menyebabkan perusahaan Eastman Kodak Corporation
ini bangkrut dengan beberapa teori manajemen.
3. Menganalisis kategori perusahaan dengan menggunakan BCG Matrix
4. Menganalisis pengambilan keputusan manajemen Kodak saat kondisi krisis.
5. Menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari Perusahan Eastman
Kodak Corporation
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Learning Organization
Organization learning adalah kemampuan   sebuah organisasi untuk mampu menggali
dan mengolah pengalaman melalui eksperimen, observasi serta mampu menganalisis
keberhasilan dan kegagalan untuk diterapkan dalam suatu sistem atau aplikasi baru yang
membantu pencapaian yang lebih baik.

2.2. Competitive Advantage


Keunggulan kompetitif adalah kelebihan yang dimiliki oleh suatu produk dibanding
dengan produk pesaing agar dapat menarik perhatian konsumen dan meningkatkan penjualan.
Untuk dapat bertahan dibidangnya, perusahaan harus memiliki keunggulan atas para pesaing
dan mendapatkan keuntungan. Keunggulan kompetitif tersebut harus dapat selalu
dipertahankan dan diperbaharui.

2.3. Environment Analysis


Para manajer harus senantiasa memahami bagaimana lingkungan memengaruhi
perusahaan, dan dapat mengenali kesempatan-kesempatan dan ancaman-ancaman yang
biasanya penting untuk membuat keputusan dan melaksanakan rencana perusahaan. Untuk
memahami hal tersebut, para manajer harus mengembangkan teknik dan metode untuk
mengumpulkan, menyortir, dan memaknai informasi mengenai lingkungan. Terdapat
beberapa pendekatan untuk menganalisis lingkungan, yaitu :
1. Pemantauan lingkungan : mencari informasi dan menyortir informasi mengenai
lingkungan sekitar.
2. Peramalan : metode untuk memperkirakan bagaimana variabel-variabel akan
mengubah masa depan.
3. Tolak ukur : proses membandingkan praktik dan teknik dari sebuah organisasi dengan
yang dilakukan oleh organisasi lain guna mencontoh untuk kemajuan perusahaan.

2.4. Competitive Environment (Lingkungan Persaingan)


Sebuah industri adalah sekelompok perusahaan yang menghasilkan produk-produk
yang dapat saling menggantikan. Dalam lingkungan persaingan, perusahaan-perusahaan ini
saling mempengaruhi. Analisis persaingan atau competition analysis menilai bahwa
perusahaan secara nyata tidak hanya bersaing dengan perusahaan yang ada dalam industri
saat ini.
Ruang lingkup lingkungan konpetitif, antara lain:
1. Ancaman pendatang baru
Munculnya perusahaan pendatang baru dibidang sama sehingga terciptanya
persaingan yang semakin ketat antar perusahaan. Yang dapat ditentukan dengan
hambatan masuk ke dalam industri, seperti hambatan harga, biaya yang tinggi,
differensiasi produk, kebijakan pemerintah.
2. Kekuatan tawar-menawar pemasok
Yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat konsentrasi pasar,
diversifikasi, switching cost, organisasi pemasok dan pemerintah.
3. Kekuatan tawar-menawar pembeli (Buyers)
Yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain differensiasi, konsentrasi,
kepentingan pembeli, tingkat pendapatan, pilihan kualitas produk, akses informasi,
dan switching cost.
4. Ancaman produk subtitusi (Subtituties)
Adanya ketersediaan barang yang dapat menggantikan produk suatu perusahaan.
Yang ditentukan oleh harga produk subtitusi, switching cost, dan kualitas produk.
5. Persaingan di dalam industri (Rivals)
Yang ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu pertumbuhan pasar, struktur biaya,
hambatan keluar industri, switching cost, pengalaman dalam industri, dan perbedaan
strategi yang diterapkan.

2.5. Manajemen Strategi


Manajemen Strategi adalah suatu tugas yang di lakukan oleh management untuk
mengembangkan strategi organisasi. Manajemen Strategis diperlukan oleh setiap perusahaan
untuk dapat menciptakan dan melaksanakan strategi yang akan dilakukan perusahaan untuk
mencapai kemajuan.

2.6. BCG Matrix


The BCG Growth-Share Matrix adalah sebuah perencanaan portofolio model yang
dikembangkan oleh Bruce Henderson dari Boston Consulting Group pada tahun 1970 awal.
Hal ini didasarkan pada pengamatan bahwa unit bisnis perusahaan dapat diklasifikasikan ke
dalam empat kategori berdasarkan kombinasi dari pertumbuhan pasar dan pangsa pasar relatif
terhadap pesaing terbesar, maka nama "pertumbuhan-berbagi". Pertumbuhan pasar berfungsi
sebagai proxy untuk daya tarik industri, dan pangsa pasar relatif berfungsi sebagai proxy
untuk keunggulan kompetitif.
Matriks BCG adalah sebuah matriks (kotak persegi) yang terdiri dari 4 kotak atau
kuadran. Di sisi internal perusahaan, matriks BCG juga menjadi salah satu alat pemaparan
yang holistik namun informatif bagi puncak manajemen dan owner perusahaan mengenai
tindakan yang sebaiknya dilakukan terhadap portofolio bisnis yang saat ini dimiliki.
Terdapat 4 kuadran di dalam matriks BCG: star, cash cows, question mark dan dog.
Kuadran star merupakan kuadran yang terletak di kiri atas, yang menandakan kondisi bisnis
sedang berada dalam tingkat pertumbuhan (growth) yang cukup tinggi dan posisi kompetitif
yang kuat. Kuadran cash cows terletak di bagian kiri bawah, yang menandakan kondisi bisnis
sedang berada di tingkat pertumbuhan (growth) yang relatif lebih rendah, namun ukuran
pasar (market size) yang besar atau posisi kompetitif yang kuat. Kuadran question mark
merupakan kuadran yang terletak di kanan atas, yang menandakan kondisi bisnis berada di
tingkat pertumbuhan (growth) yang tinggi namun posisi kompetitif yang lemah. Sementara
itu, dog merupakan kuadran yang terletak di bagian kanan bawah, yang menandakan kondisi
bisnis berada di tingkat pertumbuhan (growth) bermasalah serta ukuran pasar (market size)
yang juga rendah atau posisi kompetitif yang lemah. Berikut ini gambaran standar sebuah
matriks BCG yang masih kosong.

2.7. Tahap pembuatan dan rencana sasaran formal

1. Analisis situasi
Manajer harus dapat menganalisis situasi dengan memperhatikan keadaan masa
lalu, sekarang, dan meramalkan trend dimasa depan. Manajer juga harus memperhatikan
keadaan internal dan eksternal perusahaan.
2. Alternatif rencana dan sasaran
Berdasarkan hasil analisis situasi, dalam proses perencanaan harus dapat
menghasilkan sasaran-sasaran yang ingin dicapai dan rencana-rencana alternatif yang
mungkin digunakan untuk dapat mencapai sasaran ini.
3. Evaluasi rencana dan sasaran
Manajer akan mengevaluasi keuntungan, kerugian, dan pengaruh yang potensial
terhadap setiap alternative rencana dan sasaran yang ada.
4. Pemilihan rencana dan sasaran
Setelah menguji alternatif rencana dan sasaran yang telah ada maka manajer akan
memilih salah satu yang palin masuk akal.
5. Penerapan
Setelah memilih sasaran dan rencana maka akan diterapkan pada perusahaan.
6. Pemantauan dan kontrol
Diperlukan untuk mengetahui apakah rencana-rencana yang telah dijalankan
dilakukan dengan baik dan memenuhi sasaran atau tidak.

2.8. Analisis SWOT


Analisis SWOT menurut Sutojo dan F. Kleinsteuber (2002 : 8) adalah suatu analisis
untuk menentukan tujuan usaha yang realistis, sesuai dengan kondisi perusahaan dan oleh
karenanya diharapkan lebih mudah tercapai. SWOT adalah singkatan dari kata-kata Strength
(kekuatan perusahaan) Weaknesses (kelemahan perusahaan), Opportunities (peluang bisnis)
dan Threats (hambatan untuk mencapai tujuan). Analisis SWOT digunakan untuk melihat
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Profil Perusahaan Eastman Kodak

Eastman Kodak Company  merupakan sebuah perusahaan multinasional yang


berbasis di Rochester, New York. Didirikan oleh George Eastman dan Henry Strong.
Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam produk kamera, fotografi, pencetak, dan lain-
lain.
Pada tahun 1888, Kodak dilahirkan sebagai “brand”. Kamera portabel pertama
diperkenalkan dan menandai kelahiran fotografi snapshot. Kodak kemudian dikenal dengan
slogan “You press the button – we do the rest.” (Kamu tekan tombolnya - kami lakukan
sisanya). Pada tahun 1892, nama perusahaan berubah menjadi Eastman Kodak Company of
Newyork. Pada saat itu, produk Kodak telah mencapai distribusi di luar Amerika Serikat,
terutama di Perancis, Jerman, dan Italia dengan kantor pusat di London dan sebuah pabrik di
luar London.
Dengan visi membawa fotografi ke lebih banyak orang dengan harga serendah
mungkin, Kodak mengembangkan Folding Pocket Camera pada tahun 1898. Ini adalah ayah
dari kamera roll film modern. Kemudian Kodak mengeluarkan Kodakolor Film, kamera,
proyektor dan menjualnya dengan harga terjangkau. Pada tahun 1963, Kodak
memperkenalkan Kamera Instamatic. Ini revolusi fotografi amatir dan menjadi hits besar
karena ini terjangkau dan mudah digunakan. Selanjutnya Kodak mulai mempelajari potensi
komputer dan membuat terobosan besar di tahun 1975, saat salah satu insinyur yaitu Steve
Sasson, menemukan kamera digital. 
Selama bertahun-tahun Eastman Kodak lebih lanjut memberikan kontribusi terhadap
perkembangan fotografi. Selama abad ke-20, Kodak memegang peranan yang dominan dan
menjadi pioner dalam perkembangan fotografi film, bahkan pada tahun 1976 menguasai 90%
market di Amerika Serikat. Saat itu Kodak terkenal dengan tagline-nya "Kodak moment" .
Namun memasuki abad ke-21, perusahaan ini mulai mengalami kemunduran dan
pada 19 Januari 2012, perusahaan ini resmi mengajukan permohonan mendapat perlindungan
kepailitan. Ini berawal, sejak ditemukannya teknologi digital fotografi, fotografi film mulai
ditinggalkan dan berdampak terhadap merosotnya kinerja Kodak.
Perusahaan fotografi Kodak jatuh karena lambannya gerak perusahaan ini dalam mengikuti
fotografi di dunia. Kodak sudah tahu mengenai berkembangnya kamera digital. Bahkan,
Kodak sudah melakukan penelitian dan mengembangkan kamera digital. Namun perusahaan
asal Amerika Serikat ini masih percaya dan berkutat dengan fotografi menggunakan film.
Alhasil, dengan berkembangnya zaman, Kodak jauh tertinggal dengan produsen kamera
lainnya yang beradaptasi dengan waktu.
Sejarah bangkrutnya Kodak

Tidak hanya itu, Kodak pun terlindas dengan munculnya Flickr (2004), iPhone generasi
pertama (2007), dan Instagram (2010). Pada tahun 2012 Kodak dinyatakan bangkrut dan kini
hanya tinggal menjadi sejarah fotografi dunia.

Dari seluruh kemungkinan-kemungkinan yang bisa menjadi penyebab bangkrutnya


perusahaan-perusahaan tersebut diatas, alasan “lambat berinovasi” lah yang akhirnya
menjadi biang kerok terbesar menurut para analis

Apa itu inovasi?

dengan inovasi adalah proses pengembangan suatu produk atau sumber daya yang
telah ada sebelumnya, sehingga memiliki nilai manfaat, usaha, dan nilai yang lebih
signifikan. Selain itu, ada juga yang menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan inovasi
adalah pembaharuan berbagai sumber daya sehingga sumber daya tersebut lebih bermanfaat
bagi manusia.

Proses inovasi sangat dipengaruhi oleh perkembangan kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan karena kedua hal ini dapat memfasilitasi produksi hal-hal baru dan berbeda.
Pada prinsipnya, keutamaan suatu inovasi adalah memperbaiki atau menyempurnakan fungsi
penggunaan suatu produk atau sumber daya agar pengguna mendapatkan manfaat yang lebih
baik. 

Dua contoh inovasi: perkembangan ponsel yang berubah dan menjadi lebih canggih
dari waktu ke waktu. Jika dulu telepon menggunakan kabel, kini bisa dibawa kemana-mana
dengan fitur dan kegunaan yang sudah sangat lengkap. Cikal bakal mobil yang dulunya hanya
menggunakan tenaga kuda, kini sudah menggunakan listrik yang lebih ramah lingkungan
sekaligus irit. 

Inovasi terjadi di berbagai bidang kehidupan manusia, mulai dari dunia teknologi,
bisnis, pendidikan, komunikasi, dan lainnya. Tulisan ini tentunya melihat konteks inovasi
dalam proses pengembangan produk digital.

Perbedaan kreatifitas, penemuan, dan inovasi


Kreatifitas, penemuan, dan inovasi merupakan tiga kata yang sering kita dengar.
Lantas, apa sebenarnya perbedaan antara ketiga kata tersebut? Video dibawah ini mudah-
mudahan dapat membantu menjelaskan perbedaan antara kreatifitas, penemuan, dan inovasi.
Kapan kita perlu berinovasi?

Saya menemukan hal yang menarik dari pengalaman mengembangkan produk digital
selama lebih dari 10 tahun terakhir. Gambar dibawah ini mudah-mudahan mampu
memberikan gambaran jelas tentang kapan waktunya kita perlu berinovasi.

Diagram kepuasan pengguna dan inovasi

Inovasi produk (garis warna biru)


Proses inovasi akan berbentuk garis exponensial. Naik pada awalnya dan datar pada
akhirnya. Naik karena Inovasi yang melibatkan pengguna akan membuka wawasan tentang
masalah yang dihadapi oleh mereka. Produk yang dihasilkan akan digunakan oleh pengguna
yang sesuai.Datar karena Produsen merasa sudah memberikan solusi akhir terhadap
kebutuhan pengguna. Menunggu feedback dari pengguna sehingga merasa aman karena tidak
ada ancaman inovasi dari kompetitor. Merasa produknya sudah banyak digunakan. Produsen
tidak mau melakukan inovasi kembali karena tidak ingin ditinggalkan oleh pengguna.

Kepuasan pengguna (garis warna hijau)


Dalam kehidupan manusia akan selalu ada keseimbangan dinamis antara masalah dan
solusi. Masalah yang datang silih berganti dan selalu disusul dengan keinginan untuk mencari
solusinya dalam waktu yang cepat. Kepuasan pengguna akan berbentuk garis kurva.

Garis kurva kepuasan pengguna akan naik 


ketika masalah yang mereka hadapi mendapatkan solusi atau memberikan nilai lebih
(kemudahan, status sosial, nilai ekonomi, dll).

Garis kurva kepuasan pengguna akan turun 


apabila mereka menemukan masalah baru yang tidak kunjung diselesaikan atau
menemukan produk lain yang mampu memberikan nilai lebih (kemudahan, status sosial, nilai
ekonomi, dll).

Titik inovasi (titik merah)


Titik inovasi adalah titik yang menunjukan waktu kapan kita perlu berinovasi. 
Indikator titik ini memang tidak bisa dilihat dengan kasat mata namun kita bisa
mengantisipasinya dengan cara melakukan riset tingkat kepuasan pelanggan, ghost shopping,
analisa kompetitor, dan responsif terhadap tren yang tengah terjadi saat ini.
Metode agile dalam tim akan mampu memberikan respon cepat terhadap semua
perubahan yang terjadi hingga terciptanya inovasi baru.

Mata rantai inovasi


Proses inovasi akan terjadi secara terus menerus atau berkelanjutan tanpa ujung. Dari
satu inovasi ke inovasi yang lain.
Diagram mata rantai inovasi

Ada tiga hal yang perlu kita amati dan waspadai setiap saat.

1. Kompetitor tidak pernah tidur


Jangan karena telah menciptakan produk yang telah memecahkan masalah, bukan
berarti pengguna akan tetap setia pada produk kita. Para konsumen akan terus mencari
produk yang lebih baik dan lebih mudah untuk digunakan. Ketika kita masih saja
membanggakan produk dengan wajah dan tubuh yang sama, maka lambat laun akan tergilas
oleh kompetitor.

2. Pelanggan tak pernah puas


Masih ingat dengan slogan “Kepuasan pelanggan adalah kepuasan kami”? atau slogan
lain bermakna sama. Sayangnya, pelanggan tak pernah puas. Sekali mendapatkan satu produk
canggih, dia menginginkan produk yang jauh lebih canggih lagi.
3. Akan selalu ada perubahan
Manusia akan selalu berubah. Pikirannya, sifatnya, perilakunya, pilihannya, cara
pandangnya, bahkan gaya berbicaranya. Kita membuat produk dengan niat untuk membantu
memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan. Dengan perubahan yang ada pada diri
mereka, otomatis produk kita pun harus terus disesuaikan.

3.2. Penjabaran Kasus


Kasus bangkrutnya perusahaan fotografi Eastman Kodak Corporation memang
sudah menjadi rahasia umum. Berita ini sudah mulai menyebar diseluruh media selama awal
tahun 2012 lalu. Perusahaan Eastman Corporation atau yang biasa dikenal dengan sebutan
Kodak, dulu dikenal sebagai salah satu perusahaan peralatan fotografi terkemuka di dunia.
Kini, Kodak jatuh bangkrut setelah gagal beradaptasi dengan kemajuan teknologi di tengah
populernya kamera digital dan ponsel pintar berfitur kamera.
Menurut kantor berita Reuters, Kodak mengajukan perlindungan pailit ke
Pengadilan di Kota New York pada 19 Januari 2012. Di Amerika Serikat, perusahaan yang
jatuh bangkrut berhak mengajukan perlindungan pailit ke pengadilan, sesuai peraturan yang
berlaku agar tidak sampai dilikuidasi. Selanjutnya pengadilan akan menentukan apakah
perusahaan yang bangkrut ini, sesuai kesepakatan dengan pihak-pihak kreditur, bisa
diselamatkan melalui penjualan aset atau restrukturisasi korporat. Dewan Direktur dan
seluruh tim senior manajemen yakin bahwa itu merupakan langkah yang benar untuk masa
depan Kodak. Untuk bertahan, Kodak mengungkapkan telah mendapat pinjaman berjangka
18 bulan dari Citigroup sebesar US$950 juta.
Didirikan 130 tahun lalu, perusahaan Amerika itu pernah merajai industri peralatan
fotografi seperti penjualan kamera dan film. Bahkan Kodak pula yang memperkenalkan
teknologi kamera digital. Namun, tanpa disadari teknologi itulah yang lambat laun
menghantam bisnis Kodak, yang selama dekade 1980an hingga 1990an sudah merasa
nyaman sebagai pemain nomor satu industri fotografi. Konsumen kini sudah meninggalkan
pemakaian film yang menjadi bisnis inti Kodak dan sejumlah kompetitor mengembangkan
produk kamera digital. Apalagi kini muncul teknologi ponsel pintar, yang dilengkapi dengan
kamera beresolusi tinggi.
Sejak 1888, George Eastman menciptakan sebuah mesin yang menangkap gambar
pada pelat kaca besar. Tak puas dengan terobosan itu, dia melanjutkan untuk
mengembangkan film roll dan kemudian kamera Brownie. Selanjutnya pada tahun 1960,
Kodak mulai mempelajari potensi komputer dan membuat terobosan besar di tahun 1975
yaitu saat salah satu insinyur, Steve Sasson, menemukan kamera digital. 
Namun, Kodak tak segera peka terhadap potensi pasar tersebut dan tak fokus pada
high-end kamera bagi pasar niche. Para eksekutif juga takut mengorbankan penjualan film
yang merupakan produk inti mereka. 
Bahkan seorang profesor yang menulis sejarah Kodak dari University of Missouri
berpendapat bahwa George Eastman wafat dengan menyisakan pengaruh yang membuat
Kodak tetap berada di tempat dan tidak mengembangkan produknya, tapi itu tidak
memungkinkan orang untuk bergerak maju.
Selain itu, penyebab kebangkrutan Kodak karena perusahaan tersebut melewatkan
peluang bisnis. Di Consumer Electronics Show di Las Vegas tahunan pada 2011 lalu, Perez
dan Kodak memperkenalkan dua kamera baru yang diyakini bisa terhubung secara nirkabel
dengan printer dan posting foto ke Facebook. Namun beberapa pengulas gadget mengatakan
kamera baru tidak bisa terhubung ke web tanpa membonceng pada smartphone atau koneksi
Wi-Fi. Analis mengatakan Kodak bisa menjadi sebuah kelompok media sosial jika telah
berhasil meyakinkan konsumen untuk menggunakan layanan online untuk menyimpan,
berbagi, dan mengedit foto-foto mereka. Tapi sebaliknya, Kodak terlalu berfokus pada
perangkat dan kalah dalam pertempuran online untuk jaringan sosial seperti Facebook.
Dalam beberapa tahun terakhir, pendapatan Kodak pun terus menurun tajam. Dulu
mempekerjakan lebih dari 60.000 orang di mancanegara, Kodak kini hanya memiliki sekitar
7.000 pekerja. Nilai pasarnya pun kini tenggelam hingga di bawah US$ 150 juta dari
sebelumnya, sekitar 15 tahun lalu,  senilai US$ 31 miliar. Dalam beberapa tahun terakhir,
pimpinan perusahaan gagal memulihkan keuntungan tahunan. Kas yang terus terkuras
membuat Kodak kesulitan memenuhi kewajibannya terhadap karyawan dan pensiunannya.
Kemudian Pemimpin Kodak, Antonio Perez mengajukan perlindungan
kebangkrutan lewat proses pailit, yang akan memungkinkan Kodak untuk terus bekerja
memaksimalkan aset teknologinya. Manajemen Kodak sempat menyatakan akan fokus ke
industri percetakan dan produk konsumen lain. Perusahaan yang berusia lebih dari 130 tahun
itu mengaku telah mendapatkan pinjaman dari Citigroup senilai US$ 950 juta,  untuk kurun
waktu 18 bulan. Pinjaman dan perlindungan pailit AS memberi kesempatan kepada Kodak
untuk menemukan pembeli 1.100 paten teknologi produk fotografinya. Hal ini menjadi kunci
untuk dapat terus merestrukturisasi dan membayar ribuan karyawannya.

3.3. Analisa dan Studi Kasus

1. Analisis penyebab bangkrutnya Perusahaan Kodak East Corporation.


Perusahaan fotografi yang sangat terkenal pada abad ke-20 atau yang biasa dikenal
dengan Kodak secara resmi mengajukan perlindungan pailit ke Pengadilan Kota Newyork
pada awal tahun 2012 lalu. Ini menunjukkan bahwa perusahaan besar tidak selamanya selalu
diatas tingkat penjualannya dan bukan berarti perusahaan akan aman dari kata “bangkrut”.
Setiap perusahaan harus dapat mengantisipasi segala sesuatu yang dapat menyebabkan
kerugian atau bahkan kebangkrutan bagi perusahaan. Alasan yang menyebabkan
kebangkrutan dari Perusahaan Eastman Kodak dapat dilihat dari beberapa sudut pandang
teori manajemen, yaitu :

 Learning Organization
Di dalam lingkungan industri, setiap perusahaan seharusnya selalu dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan yang sedang terjadi dipasar. Setiap orang dalam
perusahaan harus dapat mengembangkan potensi perusahaan, dan melakukan observasi
secara berkelanjutan untuk mencapai hasil yang terbaik bagi perusahaannya.
Hal ini yang tidak dilakukan oleh perusahaan Eastman Kodak Corporation. Kodak
seharusnya dapat mengembangkan potensi yang ada. Terlebih sebenarnya pelopor pertama
kamera digital adalah perusahaan Kodak. Pastinya sumber daya manusia yang ada
didalamnya juga memiliki kapasitas yang memadai apabila dilatih dan dimaksimalkan
potensinya untuk dapat menciptakan produk-produk baru yang memiliki tingkat inovasi lebih
tinggi dalam hal menghadapi perubahan teknologi yang sedang berkembang.
Tetapi perusahaan ini terlalu puas dengan apa yang diraih pada masa kejayaannya
yaitu abad ke 20 sehingga membuat Kodak berdiam diri dan tidak mengembangkan potensi
produknya. "Status quo membunuh Kodak”. Berdiam diri di era yang terus bergerak tak akan
membuat perusahaan berjalan dengan baik. Baik perusahaan besar maupun kecil harus tetap
bergerak maju beberapa langkah kedepan, begitupun dengan perusahaan Kodak. Akibatnya
perusahaan ini terlambat mengantisipasi trend kamera digital yang sekarang sedang
berkembang di pasar sehingga berada dalam kondisi sesulit ini.
 Managing for Competitive Advantage
Sebuah kunci untuk memahami kesuksesan dari sebuah perusahaan, baik nasional
maupun internasional bukanlah dilihat dari berapa banyak industri dimana perusahaan
beroperasi akan memengaruhi masyarakat atau seberapa besar perusahaan itu akan
bertumbuh. Kuncinya adalah keunggulan kompetitif yang dijalankan oleh perusahaan dan
bagaimana keunggulan itu dapat dipertahankan dan diperbaharui.
Keunggulan kompetitif adalah kelebihan yang dimiliki oleh suatu produk dibanding
dengan produk pesaing agar dapat menarik perhatian konsumen dan meningkatkan penjualan.
Untuk dapat bertahan dibidangnya, perusahaan harus memiliki keunggulan atas para pesaing
dan mendapatkan keuntungan. Keunggulan kompetitif yang ditekankan oleh perusahaan
Eastman Kodak Corporation dari mulai awal pendiriannya adalah memberikan kualitas tinggi
dan inovasi pada setiap produknya.
Dari awal pendiriannya Kodak selalu memperhatikan kualitas pada tiap produk yang
dihasilkannya. Kualitas yang ditawarkan mencakup kinerja produk yang baik, layanan
terhadap konsumen, tanggung jawab terhadap kecacatan atau kerusakan produk yang
dihasilkan, kesesuaian dengan standar-standar yang telah ditetapkan, daya tahan, dan estetika
bentuk produk.
Pada abad ke-20, Kodak menjadi satu-satunya perusahaan dimana banyak orang
mempercayakan kenangan yang berharga bagi mereka untuk diabadikan dengan produk
fotografi Kodak. Hal itu disebabkan karena Kodak menawarkan kualitas gambar yang baik
untuk setiap hasil bidikan kamera filmnya. Kodak juga bertanggungjawab dengan
memberikan garansi untuk setiap produknya selama batas waktu tertentu. Selain itu, produk
Kodak juga memiliki daya tahan yang cukup kuat dan tahan lama.
Namun mempertahankan saja tidak cukup. Setiap perusahaan seharusnya dapat
memperbaharui kualitasnya agar lebih baik sesuai dengan kemajuan teknologi. Melihat
keadaan Kodak yang tidak dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi digital saat ini,
maka kualitas pun sudah tidak dapat diandalkan lagi sebagai Competitive Advantage
perusahaan. Kualitas produk para pesaing seperti Nicon atau Canon sudah jauh diatas Kodak.
Kini biarpun Kodak telah mengeluarkan kamera digital namun kinerja produk Kodak masih
terbatas dan kualitas gambar yang dihasilkannya belum dapat menyamai atau bahkan
melampaui para pesaing.
Namun untuk tetap menjadi perusahaan besar yang sukses, hanya dengan
menciptakan suatu competitive advantage itu belumlah cukup. Perusahaan harus senantiasa
mempertahankan dan memperbaharuinya agar tetap mempunyai daya saing yang tinggi
terhadap perusahaan lain.
Di dalam lingkungan industri, setiap perusahaan seharusnya selalu menyesuaikan diri
dengan perkembangan yang sedang terjadi dipasar agar tidak ketinggalan teknologi dengan
perusahaan pesaing lainnya. Perusahaan harus mengikuti trend yang sedang digandrungi oleh
masyarakat agar dapat menarik perhatian konsumen dan meningkatkan penjualan produk-
produknya.
Sayangnya saat sudah menjadi besar dan sukses dengan kamera filmnya, perusahaan
ini berhenti berinovasi dan tidak dapat memperbaharui inovasinya. Kodak terlalu fokus pada
produksi kamera analog dibandingkan dengan mengembangkan dirinya untuk dapat
memberikan inovasi kamera digital bagi konsumen.
Akibatnya perusahaan ini terlambat mengantisipasi trend kamera digital yang
sekarang sedang berkembang di pasar sehingga berada dalam kondisi sesulit ini. Meskipun
menurut beberapa fotografer mengatakan bahwa pasar kamera analog tidak akan hilang,
namun jumlah kapasitas produksinya akan semakin kecil.
Karena seperti yang diketahui, masyarakat sekarang lebih memilih untuk
menggunakan kamera digital yang sistem penggunaannya lebih sederhana, harga lebih
terjangkau (tergantung brand dan kualitas) dan hasil pemotretan yang jauh lebih bagus.
Dibandingkan dengan kamera analog yang harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk
membeli film dan sistem pencetakan yang agak sulit.

 Environment Analysis
1. Pemantauan Lingkungan (Environment Scanning)
Langkah pertama yang mungkin dilakukan untuk menghadapi ketidakpastian dalam
lingkungan adalah dengan menentukan hal apa saja yang penting bagi perusahaan. Namun
sering kali perusahaan mengabaikannya kemudian menyesali tindakan-tindakan tersebut
dikemudian hari.
Penyesalan inilah yang sedang dialami Kodak. Perusahaan fotografi tersebut
sebenarnya berkesempatan besar untuk menjadi perusahaan yang memproduksi kamera
digital yang terbaik, karena Kodak yang pertama kali menemukan kamera digital. Namun
perusahaan tidak melihat potensi tersebut dan akhirnya kehilangan kesempatan mendapatkan
pasar yang penting yang telah direnggut oleh perusahaan pesaing.
Seharusnya tidak akan terjadi hal seperti itu apabila Kodak melakukan pemantauan
lingkungan sebelumnya. Para manajer harus mencari informasi seperti pesaing, hambatan,
produk substitusi, keadaan ekonomi, perubahan teknologi, dan lain-lain. Pemantauan
lingkungan diperlukan untuk memahami perubahan-perubahan, kesempatan-kesempatan, dan
ancaman-ancaman di lingkungan sekitarnya.

2. Pengembangan Skenario (Scenario development)


Setiap perusahaan sudah sejatinya harus dapat memperkirakan atau menentukan
pengaruh kekuatan lingkungan terhadap perusahaan mereka. Mereka biasanya
mengembangan skenario-skenario untuk masa depan. Jika perusahaan Kodak sudah
melakukan pengembangan skenario-skenario untuk perusahaannya, maka tidak akan terjadi
kondisi sesulit ini. Karena mereka sudah membuat rencana-rencana kemungkinan yang akan
dilakukan bila terjadi hasil yang berbeda-beda.
Seperti halnya kemajuan teknologi dan tindakan pesaing-pesaing seperti Canon dan
Nicon yang semakin agresif, Kodak seharusnya sudah memiliki rencana alternatif yang akan
dijalankan untuk dapat bertahan dan menyaingi pesaing-pesaingnya tersebut.

3. Peramalan (Forecasting)
Peramalan perlu dilakukan untuk memperkirakan bagaimana tepatnya beberapa
variabel akan berubah dimasa depan. Ini yang merupakan kesalahan dari para manajer
Kodak. Mereka tidak dapat memperkirakan kemajuan teknologi dan selera masyarakat yang
semakin berkembang, serta jumlah permintaan atas produk kamera analog yang semakin
lama semakin berkurang karena adanya kamera digital.

4. Tolak Ukur (Benchmarking)


Terkadang untuk menghasilkan produk yang baik, perusahaan harus memilih dan
mengidentifikasi kinerja produk dari perusahaan yang terbaik dibidangnya. Seperti halnya
pada saat mulai mengalami kerugian, Kodak seharusnya dapat mengidentifikasi produk
kamera digital yang terbaik untuk memahami sumber competitive advantage mereka dan
selanjutnya mengembangkan produk dengan inovasi yang lebih baik. Bukan seperti saat ini,
Kodak hanya mengeluarkan kamera digital yang fiturnya tidak lebih baik bahkan dibawah
kualitasnya dibandingkan dengan para pesaingnya. Sehingga kamera digitalnya tidak begitu
laku dipasaran karena kurang memenuhi selera pasar.

 Competitive Environment
1. Pembeli (Buyers)
Dengan adanya para pesaing seperti Canon, Nicon, Sony dan lain-lain membuat
konsumen memiliki banyak pilihan dalam membeli kamera. Hal ini membuat kekuatan
tawar-menawar pembeli menjadi sangat kuat, karena konsumen bisa sangat selektif dalam
menentukan pilihannya. Selera masyarakat juga berubah-ubah mengikuti trend yang sedang
terjadi. Seiring perkembangan zaman disertai dengan kemajuan teknologi dan kesibukan
masyarakat maka mereka lebih menginginkan untuk sesuatu yang lebih mudah, seperti halnya
kamera digital. Dulu Perusahaan Kodak mencapai kejayaan pada abad ke 20 saat dunia hanya
mengenal kamera analog yang agak besar dan sistem penggunaannya agak sulit. Sekarang
zaman sudah berubah, konsumen lebih memilih untuk membeli kamera digital yang sistem
penggunaannya lebih mudah. Namun sayang perusahaan Kodak terlambat mengantisipasi
trend kamera digital yang berkembang saat ini. Meskipun Kodak sempat mencoba
memproduksi kamera digital namun ternyata pasar produk mereka telah direnggut oleh
perusahaan lain yang dapat lebih memenuhi selera konsumen dengan berbagai fitur
terbarunya.

2. Persaingan antar industri yang sudah ada (Rivals)


Saat ini banyak sekali perusahaan yang bergerak dibidang alat fotografi, seperti Sony,
Canon, Minolta, Panasonic, Samsung, Nikon, dan lain-lain. Persaingan ini sudah berlangsung
sejak lama. Masing-masing perusahaan terus berinovasi menciptakan kamera digital dengan
fitur-fitur andalan yang terbaru. Banyaknya perusahaan ini menciptakan keadaan persaingan
yang sangat ketat antar perusahaan. Dua dari nama-nama perusahaan diatas yang menjadi
pemimpin dalam dunia fotografi digital saat ini adalah Canon dan Nikon yang memiliki
platform kamera digital seperti kamera DSLR. Dua merk ini merupakan merk yang paling
dipertimbangkan saat ini di dunia. Mereka banyak diminati karena menawarkan fitur-fitur
menarik, desain yang unik, kualitas barang, dan tentunya harga yang sesuai sehingga dapat
menarik perhatian masyarakat dunia.
Perusahaan Kodak kalah saing terhadap perusahaan-perusahaan tersebut, dibuktikan
dengan penurunan secara drastis terus-menerus hasil penjualan produk Kodak. Mungkin
karena Kodak terlambat untuk mengantisipasi teknologi digitalisasi fotografi sehingga dia
tidak dapat beradaptasi dan berinovasi lebih baik dengan kamera digital dan mengakibatkan
daya saing yang rendah terhadap produk-produk yang dikeluarkan oleh perusahaan lain.

3. Ketersediaan barang substitusi (Substituties)


Barang substitusi dari kamera digital adalah handphone berfitur kamera dengan
resolusi tinggi yang mempunyai banyak keunggulan : lebih praktis, mudah dibawa kemana-
mana, harga lebih terjangkau, dan efisien karena sekaligus alat komunikasi. Selain itu, juga
ada produk yang sedang digandrungi khalayak ramai saat ini yaitu PC Tablet. Selain dikenal
dengan fungsi sebagai pengganti notebook atau laptop yang lebih ringkas dengan layarnya
yang besar, PC Tablet biasanya juga memiliki kamera dengan resolusi tinggi sehingga dapat
menyamai kualitas kamera digital.

Kesalahan Manajemen Strategi


Kodak sebenarnya bukan tidak menyadari adanya ancaman kamera digital ini. Pada
tahun 1981, setelah Sony merilis kamera digital, Kodak melakukan riset pasar yang sangat
detail mengenai ancaman fotografi digital. Kesimpulan riset tersebut, yaitu :
1. Fotografi digital berpotensi menggerus bisnis inti Kodak yang didominasi kamera film.
2. Butuh waktu untuk transformasi teknologi tersebut, namun Kodak punya sekitar satu
dekade untuk bersiap-siap. Ini harusnya jeda waktu (windows of opportunity) yang
cukup bagi Kodak untuk mempersenjatai diri.

Mengingat kesimpulan tersebut, Kodak bukannya mentransformasi teknologi yang


digunakan tetapi perusahaan ini malah melakukan kesalahan strategis. Daripada
meningkatkan kualitas dan mematangkan teknologi kamera digital agar dapat beralih dengan
baik ke teknologi yang baru, Kodak justru hanya mau mengembangkan teknologi digital
demi memperbaiki kualitas kamera film. Jelas ini merupakan kesalahan strategis yang cukup
fatal dari pihak manajemen Kodak.
Manajemen Strategis diperlukan oleh setiap perusahaan untuk dapat menciptakan dan
melaksanakan strategi yang akan dilakukan perusahaan untuk mencapai kemajuan.
Seharusnya saat Kodak mengidentifikasikan misi, dan strategi perusahaan untuk mengetahui
apa yang akan dilakukan oleh perusahaan, Kodak mempertimbangkan juga keadaan internal
dan eksternal dari perusahaaan. Karena ancaman dari perusahaan pesaing lainnya sudah tidak
memungkinkan untuk Kodak berjalan lambat seperti yang dilakukannya.
Kodak hanya memasarkan Kodak Advantix Preview. Produk ini merupakan perpaduan
kamera digital dan kamera analog. Kamera ini memungkinkan orang untuk memilih foto
yang diinginkan untuk disimpan di film. Kamera konvensional biasa tidak dapat melakukan
itu. Tapi dizaman sekarang saat orang telah mengenal kamera digital yang praktis, pastinya
dia akan memikir berulang kali untuk membeli kamera digital tapi harus membayar film
untuk cetak foto.
Strategi setengah-setengah ini terus dikembangkan oleh Kodak meskipun pada tahun
1986 Kodak berhasil mengembangkan kamera digital dengan resolusi satu juta piksel
pertama. Alasan utama Kodak menerapkan strategi tersebut adalah karena Kodak enggan
meninggalkan bisnis film yang masih menguntungkan. Setiap perusahaan pasti akan sulit
untuk meninggalkan bisnis inti yang telah membuat namanya besar, tapi itu juga harus
melihat kondisi dan situasi pasar. Karena Kodak tidak tanggap keadaan pasar maka
perusahaan ini berada di kondisi krisis. Saat Kodak tahu tidak ada pilihan selain harus
beradaptasi, ternyata langkah memproduksi kamera digital untuk memperbaiki keadaan
perusahaan sudah terlambat.
Sebenarnya Kodak tidak boleh menyalahkan fotografi digital atas kebangkrutannya.
Karena Fujifilm, perusahaan pesaing yang mempunyai bisnis inti yang sama dengan Kodak
dapat menyelamatkan perusahaannya dengan beradaptasi, melakukan transformasi bisnis
yaitu meninggalkan bisnis intinya ketika tahu itu tak lagi menguntungkan. Saat ini Fujifilm
masih berjaya dengan kapitalisasi bisnis sebesar 12.6 miliar dollar AS, sedangkan Kodak
hanya 220 juta dollar AS. Sehingga Clay Christensen penulis buku bisnis The Innovator’s
Dilemma, dapat berpendapat bahwa Kodak bertanggung jawab penuh atas kesalahan strategis
ini. Kodak sudah melihat “tsunami” akan tiba tapi hanya berdiam diri tidak berbuat apa-apa.
Kodak gagal melakukan transformasi karena terkunci pada model bisnis yang
mengagungkan kamera film. Ini sangat ironis, mengingat pendiri Kodak, George Eastman,
juga menghadapi pilihan transformasi bisnis, bahkan dua kali, tapi ia bertindak berbeda.
Pertama, ketika Eastman beralih ke kamera film dari kamera dry-plate yang sebenarnya
masih sangat menguntungkan perusahaan. Kedua, ketika Eastman pindah ke film berwarna
meskipun pada waktu itu kualitasnya masih inferior dibanding film hitam putih yang masih
didominasi oleh Kodak.
Dalam bisnis, waktu sangat berperan penting. Jika perusahaan menjadi pemain
pertama di pasar untuk satu produk tertentu, maka perusahaan tersebut akan selangkah
didepan, dan pasar akan di bawah kendalinya. Kodak seharusnya bisa memanfaatkan ini
karena ia yang mewujudkan fotografi digital pertama kali. Namun perusahaan ini gagal
memanfaatkan keadaan tersebut, dan akhirnya mengalami kebangkrutan.

3.4. Analisis Kategori Perusahaan Eastman Kodak Corporation dalam bidang


Fotografi dengan menggunakan BCG Matrix
Dalam menganalisis kategori unit bisnis perusahaan maka dapat menggunakan BCG
Matrix dengan mengkombinasikan pertumbuhan bisnis perusahaan dan penguasaan pangsa
pasar atau posisi kompetitif perusahaan.
Pada masa kejayaannya atau abad ke- 20, Kodak pernah mencapai kategori Star
(Bintang). Perusahaan ini dapat menghasilkan uang dalam jumlah besar karena dapat
menguasai pangsa pasar yang luas produk kamera analog disetiap cabang dari perusahaan
multinasional yang didirikan di berbagai negara. Tetapi Kodak juga mengkonsumsi uang
dalam jumlah besar karena laju pertumbuhan yang tinggi. Jika Kodak dapat mempertahankan
pangsa pasar yang besar, maka seharusnya ia dapat menjadi kategori Cash Cow (Sapi perah)
yang memiliki laba aset yang lebih besar daripada tingkat pertumbuhan pasar ketika terjadi
penurunan tingkat pertumbuhan pasar.
Namun sayangnya perusahaan ini tidak dapat menjadi pemimpin pasar lagi digenerasi
berikutnya. Produk kamera analog yang sudah tidak dilirik pasar dan produk kamera digital
Kodak yang dianggap belum memenuhi selera pasar membuat saat ini perusahaan Kodak
jatuh di Kategori Dog (Anjing) yang merupakan kuadran yang terletak di bagian kanan
bawah. Kategori ini menandakan bahwa kondisi bisnis Kodak sedang berada di tingkat
pertumbuhan (growth) bermasalah serta posisi kompetitif yang lemah.
Saat banyak perusahaan yang menawarkan produk kamera digital mulai bermunculan,
Kodak memang memiliki laju pertumbuhan perusahaan yang sangat rendah. Dia tidak segera
mengalihkan fokus perusahaan ke produk kamera digital melainkan tetap fokus pada kamera
analog yang semakin lama semakin berkurang daya tariknya. Terlebih pada saat Kodak
mengeluarkan produk kamera digital, produk ini juga dianggap belum memenuhi selera pasar
bila dibandingkan dengan produk pesaing. Akibatnya Kodak memiliki tingkat pertumbuhan
yang rendah dan posisi kompetitif yang lemah. Dengan demikian perusahaan ini tidak dapat
menghasilkan atau mengkonsumsi uang dalam jumlah yang besar. Kodak dianggap hanya
menjadi kas perangkap karena banyak uang yang ikat dalam bisnis yang kurang potensial.
Kategori Dog kemudian membuat perusahaan ini memutuskan untuk melakukan
divestasi dan alih fokus perusahaan menjadi bisnis komersial printing karena menganggap
bisnis kamera sudah tidak menguntungkan lagi. Divestasi dilakukan untuk menjual bisnis
yang bukan merupakan bagian dari bidang operasional utamanya sehingga perusahaan
tersebut dapat berfokus pada area bisnis terbaik yang dapat dilakukannya, dalam hal ini
perusahaan Kodak banyak menjual hak paten digital nya.

1. Analisis pengambilan keputusan manajemen Perusahaan East Kodak Corporation


dalam kondisi krisis.
Dalam situasi-situasi krisis, para manajer memang harus mengambil keputusan
dibawah tekanan yang sangat besar. Dalam beberapa tahun terakhir, pendapatan Kodak yang
terus menurun tajam, dan pengurangan pekerja yang dulu mempekerjakan lebih dari 60.000
orang di mancanegara, Kodak kini hanya memiliki sekitar 7.000 pekerja, nilai pasarnya pun
tenggelam hingga di bawah US$ 150 juta dari sebelumnya, sekitar 15 tahun lalu,  senilai US$
31 miliar. Dalam beberapa tahun terakhir, pimpinan perusahaan gagal memulihkan
keuntungan tahunan. Kas yang terus terkuras membuat Kodak kesulitan memenuhi
kewajibannya terhadap karyawan dan pensiunannya.
Keadaan seperti ini membuat para manajer Kodak harus cepat mengambil tindakan
untuk dapat menyelamatkan perusahaan. Sekali saja salah dalam mengambil keputusan maka
Kodak hanya tinggal nama.
Maka dalam melakukan pengambilan keputusan dalam kondisi yang krisis, para
manajer Kodak melakukan tahap-tahap pembuatan rencana dan sasaran agar tidak kembali
salah langkah dalam menyikapi keadaan yang terpuruk, yaitu dengan :

2. Analisis Situasional
Para manajer senantiasa memperhatikan keadaan di masa lalu, sekarang, dan
meramalkan apa yang akan menjadi trend di masa depan. Di masa lalu kamera analog sangat
digandrungi oleh masyarakat dan Kodak menjadi penguasa pasar. Dizaman sekarang
masyarakat sudah banyak beralih ke kamera digital dengan fitur-fitur terbaru meskipun masih
ada sebagian kecil yang menggunakan kamera analog. Manajer juga harus dapat meramalkan
trend di masa datang. Dalam bidang fotografi ini kemajuan teknologi selalu berkembang
maka di masa datang masyarakat akan menuntut kamera digital yang memiliki fitur-fitur dan
kualitas gambar yang lebih baik dari sekarang.
Dalam menganalisis situasional, perusahaan juga harus fokus terhadap kekuatan
internal yang mempengaruhi unit kerja perusahaan dan dapat mempelajari pengaruh-
pengaruh dari lingkungan eksternal. Kodak memang merupakan brand yang sudah terkenal
sejak lama, perusahaan ini juga merupakan perusahaan pertama yang menciptakan kamera
digital. Namun Kodak juga memiliki banyak kelemahan seperti tidak dapat beradaptasi
dengan kemajuan teknologi yang berkembang karena terlalu fokus pada kamera analog,
produk dan fitur kamera digital juga masih berjumlah sedikit bila dibandingkan dengan
pesaing lainnya. Bila dilihat dari lingkungan eksternal perusahaan dalam lingkungan
kompetitif seperti pembeli, pesaing, substitusi yang telah dijelaskan sebelumnya juga seperti
sulit untuk Kodak menaklukan pasar dengan kekuatan internal yang seperti itu.

3. Sasaran dan rencana alternatif


1. Perusahaan Kodak tetap menjadi perusahaan yang memproduksi produk fotografi
dengan memfokuskan bisnis inti perusahaan pada kamera digital yang sedang banyak
diminati oleh masyarakat.
2. Perusahaan Kodak berubah menjadi Perusahaan digital printing dengan melakukan
divestasi untuk memperbesar jumlah aset dalam rangka melakukan reksturisasi
perusahaan.

4. Evaluasi sasaran dan rencana


1. Perusahaan berfokus pada kamera digital.
- Keuntungan : Kodak tetap berada di bidang fotografi yang telah membesarkan
namanya.
- Kerugian : Kodak harus meninggalkan bisnis film yang menjadi bisnis utamanya,
kodak juga harus dapat meningkatkan inovasinya dan mengejar ketinggalannya
dari perusahaan pesaing karena bila tidak Perusahaan ini akan semakin jatuh lebih
dalam ke jurang kebangkrutan.
2. Perusahaan mengubah inti bisnis menjadi digital printing.
- Keuntungan : perusahaan dapat memperbaiki kondisi perusahaan dengan beralih
bisnis ke digital printing yang lebih potensial.
- Kerugian : perusahaan harus menjual aset perusahaan seperti hak paten dalam
rangka untuk membayar karyawan dan dapat melakukan restrukturisasi
perusahaan.
3. Pemilihan sasaran dan rencana
Dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari dua alternatif diatas dan juga
mempertimbangkan kekuatan internal dan eksternal perusahaan dalam bidang fotografi saat
ini maka manajer Perusahaan Eastman Kodak Corporation memilih untuk melakukan rencana
alternatif yang kedua yaitu : “Perusahaan mengubah fokus bisnis Kodak dari fotografi
menjadi bisnis digital printing”

4. Penerapan
Seperti yang diketahui, bahwa menerapkan tidak akan semudah dan sesederhana
merencanakan sesuatu. Maka untuk mengalihkan bisnisnya dari produk fotografi menjadi
bisnis printing juga tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak yang harus
dilakukan oleh perusahaan Kodak karena dia tidak memiliki modal dan aset yang cukup
untuk merestrukturisasi perusahaan ini dan membayar gaji ribuan karyawan.
Sebagai langkah pertama pertama maka Pemimpin Kodak, Antonio Perez
memutuskan untuk mengajukan permohonan perlindungan kebangkrutan lewat proses pailit
ke Pengadilan di Kota Newyork pada tanggal 19 Januari 2012 melalui Chapter 11 Undang-
Undang kepailitan.
Chapter 11 pada intinya berfungsi membantu perusahaan yang sedang terancam
bangkrut atau pailit, tetapi masih memiliki prospek pada masa datang. Itulah sebabnya pasal
ini disebut dengan bankruptcy protection atau proteksi pailit. Keputusan ini dinilai cukup
baik karena akan memungkinkan Kodak untuk terus bekerja memaksimalkan aset
teknologinya.
Kemudian untuk dapat membayar ribuan karyawan dan merestrukturisasi
perusahaannya, Kodak memerlukan banyak uang dan harus melakukan peminjaman uang.
Maka dari itu, Perusahaan fotografi ini menjual lebih dari 1100 hak paten digital imaging
milik Eastman Kodak yang berhubungan dengan capturing, manipulating, dan sharing foto
digital kepada beberapa perusahaan seperti Apple, Google, Facebook, dan Silicon Valley.
Penjualan ini rampung dengan nilai USD 525 juta.
Keputusan untuk menjual hak paten Eastman Kodak secara besar-besaran dilakukan
untuk memenuhi prasyarat peminjaman uang sebesar USD 830 juta. Karena untuk melakukan
pinjaman yang besar maka perusahaan harus mempunyai aset yang besar. Ini merupakan
kebijakan dari pertimbangan faktor resiko. Peminjaman uang ini adalah bagian dari upaya
Kodak agar keluar dari ancaman kebangkrutan. Perusahaan yang berusia lebih dari 130 tahun
itu mengaku telah mendapatkan pinjaman dari Citigroup senilai US$ 950 juta,  untuk kurun
waktu 18 bulan.
Keputusan-keputusan yang diambil oleh para manajer Kodak ini merupakan
strategi mereka dalam menghadapi kondisi krisis. Meskipun perusahaan ini tidak dapat
kembali berjaya sebagai perusahaan fotografi namun setidaknya dia dapat mempertahankan
perusahaan ini dengan beralih ke strategi alternatif yaitu bisnis commercial printing.
Melisensikan brand-nya juga merupakan langkah yang tepat agar brand produk kamera
Kodak tidak begitu saja hilang dari pasaran biarpun brand tersebut berada dibawah kendali
perusahaan lain.

5. Analisis SWOT Eastman Kodak Corporation


 Strength (Kekuatan)
 Brand image yang sudah terkenal dan bagus
 Perusahaan yang pertama kali menciptakan kamera digital
 Harga kamera yang terjangkau
 Pelayanan terhadap konsumen yang ramah bila ada keluhan
 Weakness (Kelemahan)
 Tidak dapat beradaptasi dengan teknologi digital
 Terlalu fokus pada produk kamera analog
 Kualitas hasil gambar yang kurang memuaskan
 Fitur kamera digital masih sedikit dibandingkan dengan pesaing lainnya
 Produk kamera digital yang masih berjumlah sedikit
 Opportunities (Peluang)
 Pada era sekarang banyak orang-orang yang menganggap bahwa dokumentasi
adalah penting.
 Memiliki pangsa pasar yang luas karena Kodak merupakan perusahaan
multinasional.
 Threatness (Ancaman)
 Persaingan antar perusahaan yang semakin agresif
 Kemajuan teknologi yang semakin canggih
 Munculnya perusahaan- perusahaan baru yang bergerak dibidang yang sama
 Tersedianya barang substitusi kamera digital yaitu handphone dan tablet PC yang
memiliki kamera dengan resolusi tinggi
Dengan melihat hasil analisis SWOT untuk perusahaan Eastman Kodak Corporation
ini sepertinya dengan keterlambatan Kodak untuk mengantisipasi teknologi digital membuat
Perusahaan ini sulit menciptakan strategi-strategi bisnis yang dijalankan untuk dapat
mempertahankan perusahaannya. Meskipun demikian sebenarnya tidak menutup
kemungkinan untuk bangkit apabila Kodak mau berusaha keras untuk memperbaiki
kelemahannya, karena perusahaan ini juga masih memiliki kekuatan yang dapat
dikembangkan. Peluang yang ada seperti banyak masyarakat yang senang untuk
mendokumentasikan segala moment juga harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan
mengeluarkan kamera digital dengan fitur yang dapat menarik perhatian konsumen. Ancaman
dari pesaing juga dapat teratasi dengan mengembangkan strategi pemasaran yang baik.
BAB IV
KESIMPULAN

Dari tulisan ini maka dapat disimpulkan bahwa :


1. Perusahaan Eastman Kodak Corporation mengalami kebangkrutan dapat disebabkan oleh
berbagai alasan dengan sudut pandang yang berbeda, yaitu :
 Kodak belum memiliki Learning Organization. Perusahaan ini belum dapat
menggali dan mengolah pengalaman yang dialaminya untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki perusahaan.
 Kodak tidak dapat mempertahankan dan memperbaharui kualitas dan inovasi
yang pernah menjadi competitive advantage untuk bersaing dengan perusahaan
pesaing lain.
 Kodak tidak melakukan analisis lingkungan dengan baik. Perusahaan ini tidak
melakukan environment scanning, development scenario, dan forecast dengan
baik sehingga salah mengambil keputusan. Kodak juga tidak melakukan bench
marking sehingga kamera digital yang dikeluarkan untuk membangkitkan
perusahaan ini tidak laku dipasaran karena tidak memenuhi selera masyarakat.
 Lingkungan persaingan Kodak mencakup pembeli, pesaing, dan barang
substitusi dari kamera digital mempengaruhi penjualan produk Kodak.
 Kodak melakukan kesalahan manajemen strategi. Disaat pesaing sudah
mengembangkan kamera digital, perusahaan ini hanya mengembangkan strategi
setengah-setengah yaitu kamera perpaduan antara digital dan analog yang tidak
menguntungkan perusahaan.

2. Kodak berada pada kategori Dogs dalam hal produk kamera sehingga membuat
perusahaan ini melakukan divestasi dan mengalihkan fokus bisnisnya.

3. Dalam kondisi krisis saat Perusahaan Eastman Kodak Corporation mengalami


kebangkrutan, manajer Kodak harus dapat mengambil keputusan tepat untuk dapat
mempertahankan perusahaan. Maka dari itu perusahaan pasti melakukan tahap-tahap dan
mempertimbangkan semua resiko dari pengambilan keputusan tersebut. Perusahaan
memutuskan untuk beralih ke bisnis printing yang lebih potensial dibanding dengan tetap
menggeluti bisnis fotografi yang sudah tidak menguntungkan perusahaan.

4. Analisis SWOT diperlukan bagi perusahaan untuk dapat menciptakan strategi-strategi


yang tepat untuk dapat mengembangkan potensinya. Kodak seharusnya menganalisis
SWOT perusahaan secara rutin sehingga dia tidak akan salah mengambil keputusan
seperti yang dialaminya. Perusahaan ini seharusnya dapat menciptakan strategi-strategi
yang tepat bila mau menganalisis empat aspek ini.

Anda mungkin juga menyukai