Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Sistem Informasi
Manajeman
Dosen Pengampu : Hutomo Rusdianto.,SE.,MBA.,QWM.,CBV
Indah Puspita Maharani.,S.S.T.,M.SC
Disusun Oleh :
Ahmad Syuhaibul Berlianda Pratama (202011537)
PRODI S1 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karyawan adalah Sumber daya manusia (SDM) yang merupakan salah satu unsur terpenting
dari sebuah perusahaan, tanpa adanya sumber daya manusia yang unggul maka akan sulit bagi
sebuah perusahaan untuk mencapai tujuannya, untuk memenuhi dan mendapatkan sumber
manusia yang unggul terkadang sebuah perusahaan melakukan berbagai cara untuk memotivasi
sumber daya manuasia yang ada pada perusahaan tersebut, salah satu cara yang dilakukan yaitu
dengan meningkatkan kualitas SDM. Cara pimpinan perusahaan untuk memotivasi para karyawan
yang memiliki kemampuan dan semangat kerja yang tinggi dalam melakukan pekerjaannya adalah
dengan memberikan penghargaan berupa bonus tahunan kepada karyawan sesuai dengan prestasi
kerja yang dihasilkan.
PT Vizta Pratama Bengkulu adalah cabang dari perusahaan waralaba yang bergerak di bidang
jasa hiburan karaoke keluarga, didirikan oleh penyanyi dangdut ternama yaitu Inul Daratista dan
mengawali operasi pertamanya pada tahun 2005 di daerah Kelapa Gading. Dimulai dengan satu
Outlet karaoke, Dalam pengelolahan Karaoke ini, Inul Daratista sebagai Owner tidak hanya berperan
sebagai pemain di depan layar dalam artian brand nya saja, tetapi Inul melakukan operasionalnya
juga. Total dana yang di butuhkan untuk mengembangkan bisnis ini sebesar Rp. 3,5 Milyar, baik
gedungnya, mengganti nama brand nya yang dikenal sekarang dengan Karaoke Keluarga Inul Vizta.
Inul Daratista terjun langsung sendiri, membangun brand sendiri termasuk mengurus ijin usaha ke
Dinas Pariwisata. Disamping proses itu, Inul juga mempelajari siapa dan apa saja yang ada di sekitar
bisnis ini sampai juga kepada detail management operasionalnya.Dalam menentukan pemberian
bonus tahunan PT. Vizta Pratama Bengkulu belum menggunakan Aplikasi Sistem Pendukung
Keputusan. Keputusan penentuan penerima bonus tahunan yang dilakukan yakni hanya menghitung
total keseluruhan nilai berdasarkan dengan 3 kriteria yaitu tanggung jawab, disiplin, kejujuran tanpa
menggunakan sebuah metode pendukung keputusan, sehingga terkadang dirasakan pemberian
bonus tahunan karyawan kurang tepat sasaran. Sistem Pendukung Keputusan merupakan suatu
sistem terkomputerisasi yang dirancang untuk meningkatkan efektivitas dalam pengambilan
keputusan untuk memecahkan masalah yang bersifat semi terstruktur maupun tidak terstruktur
sehingga dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan dapat lebih berkualitas. Ada
beberapa metode yang termasuk dalam sistem pendukung keputusan diantaranya, Analitycal
Hierarchy Proses (AHP), Simple Additive Weighting (SAW), Weighted Product (WP), TOPSIS, Simple
Multi Atribute Rating Technique (SMART) (Anis A Trisnani, 2018:2).
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Ade Hari Cahyono, 2019:3) dengan judul
“Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Bonus Berdasarkan Penilaian Kerja Karyawan Dengan
Metode AHP (Analitic Hierarchy Process) Pada PT.Intrias Mandiri Sejati” dengan kesimpulan hasil
penelitian yaitu menerapkan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) proses penilaian kinerja
karyawan menjadi lebih efisien dengan memberikan bobot terhadap setiap kriteria sehingga hasil
penilaian menjadi akurat hasilnya. Penelitian yang dilakukan oleh (Nuriadi Manurung, 2017:10)
dengan judul “Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Bonus Karyawan Menggunakan Metode
Ahp” Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Bengkel Permata Permai Service maka dapat
disimpulkan bahwa sistem pendukung keputusan ini cukup efektif untuk mengatasi masalah
pemberian bonus gaji karyawan yang dianggap kurang adil dan kurang efektif. Dengan menggunakan
metode AHP, penilaian karyawan dapat dihitung dan dapat menentukan karyawan manakah yang
berhak mendapatkan bonus gaji. Sehingga sistem ini dapat bermanfaat membantu manager dalam
menentukan karyawan yang berhak mendapatkan bonus seperti tujuan dibuatnya program ini.
Penelitian yang dilakukan oleh (Saefudin Saefudin dan Farhan Cahyo, 2019:2) dengan judul “Sistem
Pendukung Keputusan Menentukan Pemberian Bonus Tahunan Pada Karyawan Menggunakan
Metode Analytical Hierarchy Process (Ahp)“ Dengan dibuatnya aplikasi sistem pendukung keputusan
menentukan pemberian bonus tahunan pada karyawan dengan menggunakan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) ini dapat membantu di PT Fauzan Putra Jaya untuk merekomendasikan
karyawan yang berhak mendapatkan bonus tahunan.
BAB II
Decision Support System atau DSS adalah sebuah sistem informasi yang memiliki basis
komputerisasi. Sistem tersebut merupakan bagian sistem manajemen pengetahuan dan
berperan untuk mendukung aktivitas pengambilan keputusan pada sebuah perusahaan atau
organisasi. DSS dapat diartikan pula sebagai sebuah sistem yang berguna untuk mendukung
proses analisis Ad Hoc terhadap data, model sebuah keputusan, orientasi terhadap
perencanaan di waktu mendatang, dan juga berorientasikan kepada sebuah keputusan.
Adanya DSS ini mampu membantu perusahaan memecahkan masalah atau melakukan
komunikasi terhadap kendala yang terstruktur dan tidak terstruktur.
Decision Support System (DSS) adalah progresi alamiah dari sistem pelaporan informasi dan
sistem pemrosesan transaksi. Dalam bahasa Indonesia decision support system diartikan sebagai
sistem pendukung keputusan.
Menurut Wikipedia, decision support system atau sistem pendukung keputusan adalah bagian
dari sistem informasi berbasis komputer yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan
dalam suatu organisasi/perusahaan. Bisa diartikan juga sebagai sebuah sistem yang mampu
memberikan informasi yang berguna untuk mengambil keputusan dari masalah semi-terstruktur
yang spesifik.
DSS bersifat interaktif, sistem informasi yang berbasis komputer yang menggunakan model
keputusan dan secara khusus menggunakan database untuk membantu proses pengambilan
keputusan bagi manajer dan pengguna akhir.
Informasi dihasilkan dalam bentuk laporan periodik dan khusus dan output dari model
matematika dan sistem pakar.
Perlu diingat, support system pada DSS bukan support system umum yang kita tahu ya. Secara
umum, support system adalah dukungan orang-orang terdekat seperti keluarga, sahabat, atau
teman yang dipercaya yang dapat membantu kita melewati masa-masa sulit.
Sprague dan Carlson mendefinisikan DSS dengan cukup baik, sebagai sistem yang memiliki
lima karakteristik utama (Sprague et.al., 1993):
* Dimana data dan model analisis sebagai komponen utama. Karakteristik 4 dan 5 merupakan
fasilitas baru yang ditawarkan oleh DSS belakangan ini sesuai dengan perkembangan terakhir
kemajuan perangkat komputer.
Pada keputusan dengan sifat terstruktur, aktivitas pengambilan keputusannya telah jelas
serta dilakukan secara kontinu, dan umumnya dijalankan pihak manajemen yang ada pada
tingkatan tertentu. Karenanya, diperlukan informasi lebih spesifik, terjadwal, sempit,
serta realtime terkait detail internal dan interaktifnya pada penggunaan DSS ini. Contoh DSS
jenis terstruktur ini adalah keputusan pada pemesanan barang, penagihan utang, pengisian
stok, dan lain sebagainya.
Pada DSS jenis semi terstruktur, sebagian keputusan ditentukan oleh komputer,
sedangkan sebagian lainnya didasarkan oleh pertimbangan pihak yang mengambil keputusan.
Oleh karena itu, kebutuhan hukum informasi pada keputusan ini antara lain data lebih
terfokus, real time, interaktif, internal, serta terjadwal. Contoh DSS ini adalah mengevaluasi
kredit, pengendalian stok baru, dan penjadwalan aktivitas produksi perusahaan.
Terakhir, pada DSS untuk keputusan tak terstruktur, dibutuhkan pengalaman serta
sumber eksternal dalam pengambilan keputusannya. Biasanya, keputusan ini terjadi pada
tingkat manajemen yang tinggi, dengan kebutuhan informasi yang sifatnya internal dan
eksternal. Contoh DSS untuk keputusan bersifat tak terstruktur adalah pengembangan sebuah
teknologi baru yang masih berada pada proses testing, dan proses perekrutan karyawan
eksekutif.
Dalam bukunya, Haettenschwiler mengemukakan bahwa DSS terbagi menjadi pasif, aktif, dan
kooperatif atau kerja sama. Berikut masing-masing penjelasannya.
* DSS pasif adalah sistem yang bisa membantu proses pengambilan keputusan tapi tidak bisa
memberikan saran keputusan/solusi yang tegas.
* DSS aktif adalah sistem yang bisa membantu proses pengambilan keputusan dan bisa
memberikan saran keputusan/solusi yang tegas dan jelas.
* Cooperative DSS adalah sistem yang bisa membantu proses pengambilan keputusan namun
saran keputusan/solusi yang diberikan dapat dimodifikasi, dilengkapi, atau diperbaiki oleh pembuat
keputusan. Jadi, memungkinkan untuk proses berulang antara manusia dan sistem terhadap
pencapaian solusi konsolidasi.
Secara global, dapat dikatakan bahwa tujuan dari DSS adalah untuk meningkatkan
kemampuan para pengambil keputusan dengan memberikan alternatif-alternatif keputusan
yang lebih banyak atau lebih baik dan membantu untuk merumuskan masalah dan keadaan
yang dihadapi. Dengan demikian DSS dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya. Jadi
dapatlah dikatakan secara singkat bahwa tujuan DSS adalah untuk meningkatkan efektivitas
(do the right things) dan efesiensi (do the things right) dalam pengambilan keputusan.
Walaupun demikian, penekanan dari suatu DSS adalah pada peningkatan efektivitas dari
pengambilan keputusan dari pada efisiensinya.
Manfaat utama menggunakan DSS adalah keputusan yang lebih baik. Ketika membuat
keputusan, manajer tidak selalu mencoba yang terbaik. Sejumlah model matematika akan
melakukannya untuk manajer. Namun, dalam banyak kasus manajerlah yang harus
memutuskan alternatif mana yang terbaik. Manajer mungkin saja menghabiskan waktu ekstra
untuk memperluas solusi sehingga mencapai optimum, tetapi ketelitian yang meningkat
senilai dengan waktu dan usaha yang telah dikeluarkan. Manajer menggunakan pertimbangan
dalam menentukan kapan suatu keputusan akan berkontribusi pada suatu solusi masalah.
BAB III
Fase Intelegensi
Dalam fase ini, DSS akan melakukan aktivitas yang berfokus pada identifikasi dari
sebuah situasi, peluang, serta masalah yang dihadapi. Fase intelegensi pada DSS ini terdiri
atas pemberdayaan lingkungan secara kontinu atau secara intermiten. Sejumlah aktivitas yang
termasuk pada fase ini adalah melakukan identifikasi masalah maupun peluang,
mengklasifikasi masalah, serta menentukan kepemilikan dari sebuah masalah atau situasi.
Fase Desain
Beberapa contoh aktivitas yang dilakukan pada fase desain antara lain, memilih sebuah
prinsip pilihan, menciptakan atau mengembangkan pilihan, serta menghitung semua hasil
akhir dari keputusan yang bisa diambil.
Fase Pilihan
Di tahap yang ketiga, yaitu fase pilihan, DSS akan melakukan kegiatan terkait
pengambilan keputusan dengan lebih kritis. Di tahap ini pula organisasi atau perusahaan akan
menciptakan sebuah keputusan nyata serta mengambil komitmen untuk mengikuti suatu
tindakan tertentu.
Terdapat sejumlah aktivitas pada fase pilihan, seperti, evaluasi, pencarian, serta
memberikan rekomendasi terhadap solusi yang dirasa lebih sesuai sebagai modelnya. Solusi
pada model tersebut maksudnya adalah beragam kumpulan spesifik terhadap beberapa
variabel atau pilihan keputusan dari sebuah alternatif yang telah terpilih.
Selain itu, batasan yang ada pada fase pilihan serta fase desain sering kali tidak terlihat.
Penyebabnya kegiatan tertentu mampu dilakukan bersamaan pada kedua fase tersebut, serta
pengambilan keputusannya sering kali beralih kembali pada desain ketika sudah berada pada
fase pilihan. Sebagai contoh, alternatif baru dapat dibuat ketika seseorang telah melakukan
evaluasi pilihan lain yang sebelumnya telah tersedia.
Fase Implementasi
Namun, yang pasti, fase implementasi dilakukan untuk memastikan bahwa solusi yang
telah dipilih dan juga direkomendasikan mampu bekerja sesuai harapan, tanpa membutuhkan
implementasi dari sebuah sistem komputer.
• Faktor teknologi
• Faktor konsumerisme
BAB IV
Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan metode untuk menguraikan masalah multi kriteria
yang kompleks menjadi hierarki. Hierarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari masalah yang
kompleks dalam struktur multilevel dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti oleh level akhir
dari pilihan alternatif (Nurhidayah dkk, 2020:12). Menurut (Amalia dkk, 2018:183) metode AHP
memiliki kelebihan dalam mengambil suatu keputusan dengan cara Membandingkan secara
berpasangan setiap kriteria yang dimiliki oleh suatu permasalahan sehingga didapat suatu bobot
nilai dari kepentingan setiap kriteria–kriteria yang ada. Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah
sistem pembuat keputusan dengan menggunakan model matematis. Analytical Hierarchy Process
(AHP) membantu dalam menentukan prioritas dari beberapa kriteria dengan melakukan analisa
perbandingan berpasangan dari masing-masing kriteria. Pada metode AHP ini terdapat empat
prinsip penting yang harus dipahami yaitu dekomposisi, perbandingan berpasangan, sistesis prioritas
dan konsistensi logis. (Diana, 2018:34). Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat
disimpulkan bahwa AHP merupakan suatu metode pengambilan keputusan yang dikembangkan
untuk menyusun suatu permasalahan ke dalam suatu hirarki yang selanjutnya dilakukan
pembobotan (menentukan prioritas) berdasarkan persepsi para pengambil keputusan untuk memilih
keputusan terbaik.
BAB V
Kesimpulan
Kesimpulan Dari hasil pengujian data pada uji coba aplikasi sistem pengambilan
keputusan (DSS) berbasis web untuk perjalanan wisata, dapat disimpulkan bahwa aplikasi
DSS berbasis web mampu membantu pihak penyelenggara wisata (travel) dalam
pengambilan keputusan untuk menyediakan beberapa tempat perjalanan wisata yang sesuai
dengan kebutuan wisatawan.
Saran
Untuk meningkatkan kinerja dari aplikasi DSS berbasis web maka disarankan untuk:
2. Memperbanyak informasi tiap objek wisata agar pihak penyelenggara wisata (travel) yang
belum banyak mengetahui informasi objek wisata dapat menilai tiap kriteria dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Turban Efraim, Aronson Jay E, Liang Ting-Peng, McCarthy Richard V. Decision Support Sistem and
Inteligent Sistem (Sistem Pendukung Keputusan dan Sistem Cerdas). Yogyakarta : ANDI, 2010.
Sutabri Tata, S. Kom., MM. Analisa Sistem Informasi. Yogyakarta : ANDI, 2010.
Barsyah. Pembangunan Aplikasi Ujian Akhir Semester Online Untuk Mengukur Pencapaian
Kompetensi Peserta Didik di Politeknik Telkom. Bandung : Politeknik Telkom, 2010.