Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pengampu:
Efriadi S.pt
Disusun oleh
KUALA TUNGKAL
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Manajemen Investasi Obligasi Syariah” ini dengan tepat waktu.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang wajib ditempuh untuk melengkapi salah
satu materi dalam pelajaran Manajemen investasi syariah, Makalah ini disusun bertujuan
untuk menambah wawasan dan ilmu tambahan bagi para pembaca khususnya dalam bidang
ekonomi.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obligasi merupakan bukti pengakuan utang dari perusahaan. Instrument ini sering disebut
dengan bonds. Obligasi di dalamnya mengandung suatu perjanjian/kontrak yang mengikat
kedua belah pihak, antara pembeli pinjaman dan penerima pinjaman. Penerbit obligasi
menerima pinjaman dari pemegang obligasi dengan ketentuan-ketentuan yang sudah diatur,
baik mengenai waktu jatuh tempo pelunasan utang, bunga yang dibayarkan, besarnya
pelunasan dan ketentuan-ketentuan tambahan lain.
Dalam perkembangannya Obligasi kini ada dua jenis yaitu Obligasi biasa (konvensional)
dan Obligasi Syariah, untuk obligasi Konvensional pengertiannya adalah sebagaimana di atas
adapun pengertian obligasi syariah adalah surat berharga jangka panjang yang menggunakan
sistem syariah dimana sistem pembagianya menggunakan prinsip bagi hasil. Adapun antara
kedua hal secara rinci akan kami bahas dalam bab selanjutnya dan kami juga akan
menjabarkan perbedaan dari kedua obligasi tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Sukuk berasal dari kata “ ”صكوكbentuk jamak dari kata “”صكdalam bahasa Arab yang
berarti cek atau sertifikat, atau alat tukar yang sah selain uang. Kata “sukuk” pertama kali
diperkenalkan kembali dan diajukan sebagai salah satu alat keuangan Islam pada rapat ulama
fikih sedunia yang diselenggarakan oleh Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 2002.1
Secara singkat AAOIFI mendefinisikan sukuk sebagai sertifikat berniliai sama yang
merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu asset, hak manfaat dan jasa-
jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan investasi tertentu.
Pada prinsipnya sukuk mirip seperti obligasi konvensional dengan perbedaan pokok
antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga,
adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa sejumlah tertentu asset
yang menjadi dasar penerbitan sukuk dan adanya akad atau perjanjian antara para pihak yang
disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga harus distruktur secara
syariah agara instrument keuangan ini aman dan terbebas dari riba, gharar dan maysir.
Sukuk bukan merupakan utang berbunga tetap, tetapi lebih merupakan penertaan dana
(investasi) yang didasarkan pada prinsip bagi hasil jika menggunakan akad mudharabah dan
musyarakah. Transaksinya bukan akad hutang piutang melainkan penyertaan.2
Adapun dalil yang berkenaan dengan kebolehan Sukuk (obligasi syariah) penyusun
sarikan dari Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Berikut dalil-dalilnya:
1. Pendapat Ulama’
Sukuk dalam mekanisme dan persyaratan tertentu yang menghindarkan diri dari kedua
unsur yang disebutkan dalam riwayat di atas adalah boleh dan halal.
Menurut Sunarsih (2008), obligasi syariah sebagai sumber pendanaan dan sekaligus
investasi, memungkinkan berbagai bentuk struktur yang dapat ditawarkan untuk tetap
menghindarkan dari riba. Berdasarkan pengertian obligasi syariah, maka obligasi syariah
dapat memberi 3:
a) Bagi hasil berdasarkan akad Mudharabah, Muqaradhah, Qiradh atau Musyarakah. Karena
akad Mudharabah atau Musyarakah adalah kerjasama dengan skema bagi hasil pendapatan
atau keuntungan, obligasi ini akan memberikan return dengan menggunakan term
indicative/expected return karena sifatnya yang floating dan tergantung pada kinerja
pendapatan yang dibagihasilkan.
b) Margin/Fee berdasarkan akad Murabahah atau Salam atau Istishna’ atau Ijarah. Dengan
akad Murabahah/Salam/Istishna atau Ijarah sebagai bentuk jual beli dengan skema cost plus
basis, obligasi jenis ini akan memberikan fixed return. Walaupun bentuk akad yang
1. Obligasi Mudharabah
a. Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah
yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah merupakan bagi ahsil, margin atau
fee serta membayar dana obligasi pada saat obligasi jatuh tempo.
b. Obligasi syariah mudharabah adalah obligasi syariah yang berdasarkan akad mudarabah
dengan memperhatikan substansi fatwa DSN-MUI No. 7 / DSN-MUI / IV / 2000 tentang
Pembiayaan Mudharabah.
4 Ibid,
5 Ibid,
f. Apabila emiten lalai atau melanggar perjanjian, emiten wajib menjamin pengambilan dana
dan pemodal dapat meminta emiten membuat surat pengakuan utang.
Sebagai contoh Berlian Laju Tanker telah menerbitkan Obligasi Mudharabah senilai Rp
100 miliar. Dananya digunakan untuk membeli kapal tanker (66%) dengan tambahan modal
kerja perusahaan (34%). Obligasi berjangka waktu 5 tahun yang dicatakan di BES ini
memperoleh keuntungan dari bagi hasil berdasarkan pendapatan perseroan dari
pengoperasian kapal tanker MT Gardini atau kapal lain yang beroperasi untuk melayani
Pertamina, sehingga return-nya berubah setiap tahun sesuai pendapatan.
2. Obligasi Ijarah
Obligasi Ijarah adalah obligasi syariah berdasarkan akad ijarah. Akad ijarah adalah suatu
jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Artinya, pemilik harta
memberikan hak untuk memanfaatkan objek yang ditransaksikan melalui penguasaan
sementara atau peminjaman objek dengan manfaat tertentu dengan membayar imbalan
kepada pemilik objek. Ijarah mirip dengan leasing, tetapi tidak sepenuhnya sama. Dalam
akad ijarah disertai dengan adanya perpindahan manfaat tetapi tidak terjadi perpindahan
kepemilikan.
Secara teknis, obligasi ijarah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu6 :
a. Investor sebagai penyewa (musta‟jir) dan emiten sebagai perwakilan (agent) investor dan
pemilik properti sebagai orang yang menyewakan properti (mu‟jir). Dengan cara ini ada dua
jenis kontrak yaitu: kontrak antara investor dengan emiten disebut kontrak wakala (agent
contract) dan kontrak antara emiten dengan pemilik properti disebut kontrak ijarah.
b. Investor menyewakan properti kepada emiten dengan kontrak ijarah dan menerbitkan
obligasi syariah ijarah. Emiten wajib membayar margin/fee kepada investor dan membayar
dana obligasi syariah setelah waktu yang telah ditetapkan (pada waktu obligasi jatuh tempo).
Berikut ini adalah model struktur obligasi syariah ijarah menurut Nafik (2009),
diantaranya:
a. Obligator (penjual/dealer)
b. SPV/KIK
c. Obligator (penyewa)
6 Ibid,
d. Investor (sukuk holder)
i. sewa
j. Sewa asset
k. Membeli sukuk
l. Sukuk Ijarah
m. Sertifikat Ijarah
Prinsip utama dalam transaksi obligasi syariah pada prinsipnya sama dengan penerbitan
obligasi konvensional pada umumnya. Hanya saja dalam obligasi syariah, tentunya harus
mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadist serta ilmu fiqh. Hal serupa juga terjadi dalam
penerbitan saham yang berbasis pada Jakarta Islamic Index (JII) dan reksadana syariah serta
perbankan syariah. 7
Selain itu juga, untuk menerbitkan obligasi syariah harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. Jenis usaha yang dilakukan oleh emiten tidak bertentangan dengan syariah, sesuai dengan
fatwa No. 20/DSN-MUI/IV/2001, tentang jenis usaha sesuai syariah.
c. Jika keuntungan perusahaan sudah ada di komponen Jakarta Islamic Index( JII).
Dalam penerbitan obligasi syariah, sebelum ditawarkan kepada investor harus melalui
tahap-tahap sebagai berikut:
c. DSN mengadakan rapat dengan tim ahli DPS, dan hasil rapat menyatakan opini syarian
terkait proposal yang diajukan.
e. Emiten menyerahkan dokumen yang diperlukan untuk penerbitan obligasi syariah kepada
underwriter (wakil dari emiten).
g. Bila investor tertarik, maka akan menyerahkan dananya kepada emiten melalui
Underwriter.
h. Emiten akan membayarkan bagi hasil dan pembayaran pokok kepada investor.
i. Dokumen Penawaran
Pengawasan aspek syariah berfokus pada penggunaan dana yang didapat dari penerbitan
obligasi syariah. Apakah dana tersebut benar-benar digunakan untuk usaha-usaha yang telah
dijanjikan dalam perjanjian antara emiten dengan pemegang obligasi atau tidak, serta halal
atau tidaknya. Jika ternyata dana hasil penerbitan obligasi tersebut digunakan untuk hal-hal di
luar usaha yang telah diperjanjiakan, maka itu termasuk pengingkaran perjanjian dan
menyalahi tujuan.
Dalam penerbitan obligasi syariah, akan melibatkan beberapa pihak yang saling terkait
satu dengan yang lainnya. Pihak-pihak tersebut menurut Sunarsih (2008) adalah8 :
1. Obligor
Obligor adalah pihak yang bertanggungjawab atas pembayaran imbalan dan nilai
nominal sukuk yang diterbitkan sampai dengan sukuk/obligasi syariah jatuh tempo. Dalam
hal sovereign sukuk, obligor nya adalah pemerintah.
2. Investor
Investor adalah pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan, marjin, dan nilai
nominal sukuk sesuai partisipasi masing-masing. Investor yang dimaksud disini bisa islamik
investor ataupun investor konvensional.
8 Budisantoso, Budi dan Sigit Triandaru, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Yogyakarta: Salemba Empat,
2006), 125.
Special Purpose Vehicle (SPV) adalah badan hukum yang didirikan khusus untuk
penerbitan sukuk. Special Purpose Vehicle (SPV) berfungsi : (i) sebagai penerbit sukuk, (ii)
menjadi counterpart pemerintah atau corporate, dalam transaksi pengalihan asset, (iii)
bertindak sebagai wali amanat (trustee) untuk mewakili kepentingan investor.
5. Appraiser
Appraiser adalah perusahaan yang melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan
yang akan melakukan emisi, untuk memperoleh nilai yang dipandang wajar.
6. Custody
7. Shariah Advisor
Manajer investasi merupakan pihak yang mengelola dana yang dititpkan investor untuk
diinvestasikan di pasar modal.
9. Paying Agent
Agen, biasanya sebuah bank komersial yang diberi wewenang oleh penerbit surat
berharga untuk membayar kewajiban pokok dan bunga kepada pemegang surat berharga,
agen tersebut bertindak sebagai pembayar dan menarik biaya untuk jasa pelayanan.
2.7 Obligasi Syariah Sebagai Sumber Pendanaan Bagi Perusahaan
Sedangkan dana yang berasal dari hutang adalah berupa obligasi. Obligasi yang
diterbitkan di pasar modal tidak memerlukan jaminan aset karena sudah dijamin oleh
penjamin emisi. Selanjutnya, hutang demikian memiliki jatuh tempo yang panjang karena
memang obligasi didesain sebagai hutang jangka panjang. Jumlahnya tidaknya terbatas
karena dana digali dari masyarakat luas. Sepanjang masyarakat masih memiliki dana dan
percaya kepada pasar modal, maka dana ini akan terus tersedia (Widoatmodjo, 2009)9 Upaya
perusahaan untuk mendapatkan dan menambah modal ini menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kegiatan berinvestasi terutama di pasar modal.
Sejak tahun 2002, di Bursa Efek Indonesia diperdagangkan instrumen keuangan baru,
yaitu obligasi syariah. Obligasi syariah ini diterbitkan selain untuk menutupi kebutuhan
modal kerja juga bisa digunakan untuk pembangunan infrastruktur baik oleh perusahaan
ataupun pemerintah. Dengan demikian obligasi syariah bisa dimanfaatkan sebagai alternatif
seumber pendanaan bagi perusahaan.
1. Obligasi syariah aman karena digunakan untuk mendanai proyek-proyek yang prospektif.
2. Bila terjadi kerugian (di luar kontrol) investor tetap memperoleh aktiva.
Lebih lanjut Hanafi (2006) menyatakan bahwa obligasi syariah yang merupakan salah
satu instrumen dalam pasar modal memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan
instrumen yang lain, yaitu:
1. Obligasi syariah meningkatkan likuiditas pemula dan investor dan hal ini akan mengurangi
risiko tambahan (risk premium) pada produk pasar modal yang lain dan memberikan
kontribusi pada biaya yang lebih rendah untuk wirausahawan.
2. Obligasi syariah meningkatkan aliran dana terhadap total asset di pasar modal.
6. Biaya obligasi syariah cukup tinggi dan memiliki skala yang luas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sukuk berasal dari kata “ ”صكوكbentuk jamak dari kata “”صكdalam bahasa Arab yang
berarti cek atau sertifikat, atau alat tukar yang sah selain uang. Kata “sukuk” pertama kali
diperkenalkan kembali dan diajukan sebagai salah satu alat keuangan Islam pada rapat ulama
fikih sedunia yang diselenggarakan oleh Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 2002.
Secara singkat AAOIFI mendefinisikan sukuk sebagai sertifikat berniliai sama yang
merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu asset, hak manfaat dan jasa-
jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan investasi tertentu.
Pada prinsipnya sukuk mirip seperti obligasi konvensional dengan perbedaan pokok
antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga,
adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa sejumlah tertentu asset
yang menjadi dasar penerbitan sukuk dan adanya akad atau perjanjian antara para pihak yang
disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga harus distruktur secara
syariah agara instrument keuangan ini aman dan terbebas dari riba, gharar dan maysir.
Sukuk bukan merupakan utang berbunga tetap, tetapi lebih merupakan penertaan dana
(investasi) yang didasarkan pada prinsip bagi hasil jika menggunakan akad mudharabah dan
musyarakah. Transaksinya bukan akad hutang piutang melainkan penyertaan.
DAFTAR PUSTAKA
Sapto Rahardjo. 2003. Panduan Investasi Obligasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Mamduh M. Hanafi. 2004, Manajemen Keuangan. Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE UGM.
Asmuni M. Thaher. Obligasi Syariah di Indonesia. Artikel di MSI-UII.Net
Kasmir. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Mangani, Ktut Silvanita. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Erlangga.
Budisantoso, Budi dan Sigit Triandaru. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta:
Salemba Empat.