Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MANAJEMEN INVESTASI OBLIGASI SYARIAH ( SUKUK )

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

MANAJEMEN INVESTASI SYARIAH

Dosen Pengampu:

Efriadi S.pt

Disusun oleh

M.. JAIRURRASYIKHIN ( 20.23.913 )

BAGUS NURMANSYAH ( 20.23.893 )

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH

KUALA TUNGKAL

Tahun Pelajaran 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Manajemen Investasi Obligasi Syariah”  ini dengan tepat waktu.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang wajib ditempuh untuk melengkapi salah
satu materi dalam pelajaran Manajemen investasi syariah, Makalah ini disusun bertujuan
untuk menambah wawasan dan ilmu tambahan bagi para pembaca khususnya dalam bidang
ekonomi.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Kuala tungkal 10 oktober 2022


DAFTAR ISI

Kata Pengantar 

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Obligasi Syariah

2.2 Dalil Sukuk atau Obligasi Syariah

2.3 Hukum Sukuk (Obligasi Syariah

2.4 Macam Obligasi Syariah

2.5 Prinsip Transaksi, Aplikasi dan Penerbitan Obligasi Syariah

2.6 Pihak-Pihak yang Terlibat Dalam penerbitan Obligasi Syariah 

2.7 Obligasi Syariah Sebagai Sumber Pendanaan Perusahaan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA 
BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Obligasi merupakan bukti pengakuan utang dari perusahaan. Instrument ini sering disebut
dengan bonds. Obligasi di dalamnya mengandung suatu perjanjian/kontrak yang mengikat
kedua belah pihak, antara pembeli pinjaman dan penerima pinjaman. Penerbit obligasi
menerima pinjaman dari pemegang obligasi dengan ketentuan-ketentuan yang sudah diatur,
baik mengenai waktu jatuh tempo pelunasan utang, bunga yang dibayarkan, besarnya
pelunasan dan ketentuan-ketentuan tambahan lain.

Dalam perkembangannya Obligasi kini ada dua jenis yaitu Obligasi biasa (konvensional)
dan Obligasi Syariah, untuk obligasi Konvensional pengertiannya adalah sebagaimana di atas
adapun pengertian obligasi syariah adalah surat berharga jangka panjang yang menggunakan
sistem syariah dimana sistem pembagianya menggunakan prinsip bagi hasil. Adapun antara
kedua hal secara rinci akan kami bahas dalam bab selanjutnya dan kami juga akan
menjabarkan perbedaan dari kedua obligasi tersebut.

1.2    Rumusan Masalah

a.         Apa pengertian obligasi syariah?

b.        Bagaimana dalil sukuk atau obligasi syariah?

c.         Bagaimana hukum sukuk (obligasi syariah)?

d.        Apa macam obligasi syariah?

e.         Bagaimana prinsip transaksi, aplikasi dan penerbitan obligasi syariah?

f.         Siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan obligasi syariah?

g.        Bagaimana maksud obligasi syariah sebagai sumber pendanaan perusahaan?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Obligasi Syariah

Sukuk berasal dari kata “‫ ”صكوك‬bentuk jamak dari kata “‫”صك‬dalam bahasa Arab yang
berarti cek atau sertifikat, atau alat tukar yang sah selain uang. Kata “sukuk” pertama kali
diperkenalkan kembali dan diajukan sebagai salah satu alat keuangan Islam pada rapat ulama
fikih sedunia yang diselenggarakan oleh Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 2002.1
Secara singkat AAOIFI mendefinisikan sukuk sebagai sertifikat berniliai sama yang
merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu asset, hak manfaat dan jasa-
jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan investasi tertentu.

Pada prinsipnya sukuk mirip seperti obligasi konvensional dengan perbedaan pokok
antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga,
adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa sejumlah tertentu asset
yang menjadi dasar penerbitan sukuk dan adanya akad atau perjanjian antara para pihak yang
disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga harus distruktur secara
syariah agara instrument keuangan ini aman dan terbebas dari riba, gharar dan maysir.

Sukuk bukan merupakan utang berbunga tetap, tetapi lebih merupakan penertaan dana
(investasi) yang didasarkan pada prinsip bagi hasil jika menggunakan akad mudharabah dan
musyarakah. Transaksinya bukan akad hutang piutang melainkan penyertaan.2 

2.2    Dalil Sukuk Atau Obligasi Syari’ah

Adapun dalil yang berkenaan dengan kebolehan Sukuk (obligasi syariah) penyusun
sarikan dari Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Berikut dalil-dalilnya:

1.        Firman Allah SWT, QS. Al-Ma’idah [5]:1:

‫يَاْاَيُّهَااَّلَّ ِذ ْينَ َءا َمنُوْ ا اَوْ فُوْ ا بِاْل ُعقُوْ ِد‬


“Hai orang – orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu”

2.        Firman Allah SWT, QS. Al-Isra’ [17]: 34:

ً‫َواَوْ فُوْ ا بِاْل َع ْه ِد اِ َّن ْال َع ْه َد َكانَ َم ْسُئوْ ال‬

1 Asmuni M. Thaher. Obligasi Syariah di Indonesia. Artikel di MSI-UII.Net


2 Sapto Rahardjo, Panduan Investasi Obligasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), 90.
“......dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.”

3.        Hadis Nabi SAW:


‫صلحا حرّم حالال َأو َأح ّل حراما‬
ْ ‫ الص ّْلح جائز بين ْالمسلمين اال‬: ‫عن عمرو بن عوف المزاني قال رسول هللا ص م‬
ْ
‫والمسلمون علَى شروط ِهم إال شرطا حرّم حالال أو أح ّل حراما‬
(‫)رواه امام الترمذى‬
“Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat
dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram.”

2.3    Hukum Sukuk (Obligasi Syariah)

1.        Pendapat Ulama’

Fatwa dewan syari`ah Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002, tentang Sukuk (Obligasi


syari`ah) adalah surat berharga berjangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikelurkan emitten kepada pemegang obligasi syariah, tersebut berupa bagi hasil/ margin/
fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
“Abu Hanifa dan muridnya Abu Yusuf memberikan pandangan bahwa penjualan
sesuatu/properti yang belum diterima oleh si penjual namun sudah jelas keberadaan fisiknya
(dapat dicek keberadaannya) adalah diperbolehkan. Maka dari sinilah pondasi instrument
bernama sukuk di abad modern ini bermula. (Abu Fahmi)”

Sukuk dalam mekanisme dan persyaratan tertentu yang menghindarkan diri dari kedua
unsur yang disebutkan dalam riwayat di atas adalah boleh dan halal.

2.4    Macam Obligasi Syariah

Menurut Sunarsih (2008), obligasi syariah sebagai sumber pendanaan dan sekaligus
investasi, memungkinkan berbagai bentuk struktur yang dapat ditawarkan untuk tetap
menghindarkan dari riba. Berdasarkan pengertian obligasi syariah, maka obligasi syariah
dapat memberi 3:

a)        Bagi hasil berdasarkan akad Mudharabah, Muqaradhah, Qiradh atau Musyarakah. Karena
akad Mudharabah atau Musyarakah adalah kerjasama dengan skema bagi hasil pendapatan
atau keuntungan, obligasi ini akan memberikan return dengan menggunakan term
indicative/expected return karena sifatnya yang floating dan tergantung pada kinerja
pendapatan yang dibagihasilkan.

b)        Margin/Fee berdasarkan akad Murabahah atau Salam atau Istishna’ atau Ijarah. Dengan
akad Murabahah/Salam/Istishna atau Ijarah sebagai bentuk jual beli dengan skema cost plus
basis, obligasi jenis ini akan memberikan fixed return. Walaupun bentuk akad yang

3 Asmuni M. Thaher, Op. Cit.,


diterapkan dalam obligasi syariah itu banyak, namun dilihat dari akad yang digunakan sampai
saat ini baru dua jenis obligasi syariah yang sedang berkembang di Indonesia, yaitu : obligasi
dalam perhitungan, penilaian, dan pemberian hasil (return).

Obligasi syariah dapat diterbitkan dengan menggunakan prinsip mudharabah,


musyarakah, ijarah, istisna, salam, dan murabahah. Tetapi diantara prinsip-prinsip instrumen
obligasi ini yang paling banyak dipergunakan dan yang sekarang ini ada di indonesia adalah
obligasi dengan insturmen prinsip mudharabah dan ijarah, kedua peinsip ini adalah sebagai
berikut.

1.        Obligasi Mudharabah

Obligasi syariah mudharabah adalah obligasi syariah yang mengunakan akad


mudahrabah. Akad mudharabah adalah akad kerjasama antara pemilik modal (shahibul maal/
investor) dengan pengelola (mudharib / emiten). Ikatan atau akad mudahrabah pada
hakikatnya adalah ikatan penggabungan atau percampuran berupa hubungan kerjasama antara
pemilik usaha dengan pemilik harta, dimana pemilik harta (shahibul maal) hanya
menyediakan dana secara penuh (100%) dalam suatu kegiatan usaha dan tidak boleh secara
aktif dalam pengelolaan usaha. Sedangkan pemilik usaha (mudharib / emiten) memberikan
jasa, yaitu mengelola harta secara penuh dan mandiri (directionery) dalam bentuk aset pada
kegiatan usaha tersebut. 4

Dalam Fatwa No. 33 / DSN-MUI / X / 2002 tentang obligasi syariah mudharabah,


dinyatakan antara lain bahwa5 :

a.         Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah
yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah merupakan bagi ahsil, margin atau
fee serta membayar dana obligasi pada saat obligasi jatuh tempo.

b.        Obligasi syariah mudharabah adalah obligasi syariah yang berdasarkan akad mudarabah
dengan memperhatikan substansi fatwa DSN-MUI No. 7 / DSN-MUI / IV / 2000 tentang
Pembiayaan Mudharabah.

c.         Obligasi mudharabah emiten bertindak sebagai mudharib (pengelola modal), sedangkan


pemegang obligasi mudharabah bertindak sebagai shahibul maal (pemodal).

d.        Jenis usaha emiten tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah.

e.         Nisbah keuntungan dinyatakan dalam akad.

4 Ibid,
5 Ibid,
f.         Apabila emiten lalai atau melanggar perjanjian, emiten wajib menjamin pengambilan dana
dan pemodal dapat meminta emiten membuat surat pengakuan utang.

g.        Kepemilikan obligasi syariah dapat dipindahtangankan selama disepakati dalam akad.

Sebagai contoh Berlian Laju Tanker telah menerbitkan Obligasi Mudharabah senilai Rp
100 miliar. Dananya digunakan untuk membeli kapal tanker (66%) dengan tambahan modal
kerja perusahaan (34%). Obligasi berjangka waktu 5 tahun yang dicatakan di BES ini
memperoleh keuntungan dari bagi hasil berdasarkan pendapatan perseroan dari
pengoperasian kapal tanker MT Gardini atau kapal lain yang beroperasi untuk melayani
Pertamina, sehingga return-nya berubah setiap tahun sesuai pendapatan.

2.        Obligasi Ijarah

Obligasi Ijarah adalah obligasi syariah berdasarkan akad ijarah. Akad ijarah adalah suatu
jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Artinya, pemilik harta
memberikan hak untuk memanfaatkan objek yang ditransaksikan melalui penguasaan
sementara atau peminjaman objek dengan manfaat tertentu dengan membayar imbalan
kepada pemilik objek. Ijarah mirip dengan leasing, tetapi tidak sepenuhnya sama. Dalam
akad ijarah disertai dengan adanya perpindahan manfaat tetapi tidak terjadi perpindahan
kepemilikan.
Secara teknis, obligasi ijarah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu6 :

a.         Investor sebagai penyewa (musta‟jir) dan emiten sebagai perwakilan (agent) investor dan
pemilik properti sebagai orang yang menyewakan properti (mu‟jir). Dengan cara ini ada dua
jenis kontrak yaitu: kontrak antara investor dengan emiten disebut kontrak wakala (agent
contract) dan kontrak antara emiten dengan pemilik properti disebut kontrak ijarah.

b.        Investor menyewakan properti kepada emiten dengan kontrak ijarah dan menerbitkan
obligasi syariah ijarah. Emiten wajib membayar margin/fee kepada investor dan membayar
dana obligasi syariah setelah waktu yang telah ditetapkan (pada waktu obligasi jatuh tempo).

Berikut ini adalah model struktur obligasi syariah ijarah menurut Nafik (2009),
diantaranya:

a.         Obligator (penjual/dealer)

b.        SPV/KIK

c.         Obligator (penyewa)

6 Ibid,
d.        Investor (sukuk holder)

e.         Proses sukuk untuk membeli aset

f.         Hak atas aset

g.        Pendapatan sewa / Margin penjualan

h.        Proses pembelian / penjualan aset

i.          sewa

j.          Sewa asset

k.        Membeli sukuk

l.          Sukuk Ijarah

m.      Sertifikat Ijarah

2.5    Prinsip Transaksi, Aplikasi dan Penerbitan Obligasi Syariah

Prinsip utama dalam transaksi obligasi syariah pada prinsipnya sama dengan penerbitan
obligasi konvensional pada umumnya. Hanya saja dalam obligasi syariah, tentunya harus
mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadist serta ilmu fiqh. Hal serupa juga terjadi dalam
penerbitan saham yang berbasis pada Jakarta Islamic Index (JII) dan reksadana syariah serta
perbankan syariah. 7

Selain itu juga, untuk menerbitkan obligasi syariah harus memenuhi syarat sebagai
berikut:

a.       Jenis usaha yang dilakukan oleh emiten tidak bertentangan dengan syariah, sesuai dengan
fatwa No. 20/DSN-MUI/IV/2001, tentang jenis usaha sesuai syariah.

b.      Memiliki fundamental dan citra yang baik.

c.       Jika keuntungan perusahaan sudah ada di komponen Jakarta Islamic Index( JII).

Dalam penerbitan obligasi syariah, sebelum ditawarkan kepada investor harus melalui
tahap-tahap sebagai berikut:

a.       Emiten melalui Underwriter menyerahkan proposal penerbitan obligasi syariah kepada


DSN/MUI.

b.      Pihak penerbit melakukan presentasi proposal di Badan pelaksana Harian DSN.

c.       DSN mengadakan rapat dengan tim ahli DPS, dan hasil rapat menyatakan opini syarian
terkait proposal yang diajukan.

7 Rizki Wicaksono. Halalkah ORI 001? Artikel LPPOM-MUI online


d.      Setelah disetujui oleh DSN, maka proses penawarannya sebagai berikut :

e.       Emiten menyerahkan dokumen yang diperlukan untuk penerbitan obligasi syariah kepada
underwriter (wakil dari emiten).

f.       Underwriter melakukan penawaran kepada investor.

g.      Bila investor tertarik, maka akan menyerahkan dananya kepada emiten melalui
Underwriter.

h.      Emiten akan membayarkan bagi hasil dan pembayaran pokok kepada investor.

i.        Dokumen Penawaran

Dalam hal pengawasan penerbitan obligasi syariah. Pengawasannya dilakukan oleh


Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), untuk produk pasar modal syariah, terdapat satu
pengawas lain yang mengawasi aspek syariahnya, yaitu DPS (DSN).

Pengawasan aspek syariah berfokus pada penggunaan dana yang didapat dari penerbitan
obligasi syariah. Apakah dana tersebut benar-benar digunakan untuk usaha-usaha yang telah
dijanjikan dalam perjanjian antara emiten dengan pemegang obligasi atau tidak, serta halal
atau tidaknya. Jika ternyata dana hasil penerbitan obligasi tersebut digunakan untuk hal-hal di
luar usaha yang telah diperjanjiakan, maka itu termasuk pengingkaran perjanjian dan
menyalahi tujuan.

2.6    Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Penerbitan Obligasi Syariah

Dalam penerbitan obligasi syariah, akan melibatkan beberapa pihak yang saling terkait
satu dengan yang lainnya. Pihak-pihak tersebut menurut Sunarsih (2008) adalah8 :

1.        Obligor

Obligor adalah pihak yang bertanggungjawab atas pembayaran imbalan dan nilai
nominal sukuk yang diterbitkan sampai dengan sukuk/obligasi syariah jatuh tempo. Dalam
hal sovereign sukuk, obligor nya adalah pemerintah.

2.        Investor

Investor adalah pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan, marjin, dan nilai
nominal sukuk sesuai partisipasi masing-masing. Investor yang dimaksud disini bisa islamik
investor ataupun investor konvensional.

3.        Special Purpose Vehicle (SPV)

8 Budisantoso, Budi dan Sigit Triandaru, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Yogyakarta: Salemba Empat,
2006), 125.
Special Purpose Vehicle (SPV) adalah badan hukum yang didirikan khusus untuk
penerbitan sukuk. Special Purpose Vehicle (SPV) berfungsi : (i) sebagai penerbit sukuk, (ii)
menjadi counterpart pemerintah atau corporate, dalam transaksi pengalihan asset, (iii)
bertindak sebagai wali amanat (trustee) untuk mewakili kepentingan investor.

4.        Trustee, bisa Principal Trustee atau Co Trustee

Trustee mewakili kepentingan pembeli obligasi, trustee melakukan semacam penilaian


terhadap perusahaan yang akan menerbitkan obligasi untuk meminimalkan resiko yang akan
ditanggung obligor.

5.        Appraiser

Appraiser adalah perusahaan yang melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan
yang akan melakukan emisi, untuk memperoleh nilai yang dipandang wajar.

6.        Custody

Custody menyelenggarakan kegiatan penitipan, bertanggungjawab untuk menyimpan


efek milik pemegang rekening dan memenuhi kewajiban lain sesuai kontrak antara kustodian
dan pemegang rekening. Kustodian bisa berupa Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian,
Perusahaan Efek, dan Bank Umum yang telah memperoleh persetujuan Bapepam.

7.        Shariah Advisor

Penerbitan sukuk (obligasi syariah) harus terlebih dahulu mendapatkan pernyataan


kesesuaian prinsip syariah (syariah compliance endorsement) untuk meyakinkan investor
bahwa sukuk (obligasi syariah) telah distruktur sesuai syariah. Pernyataan syariah compliance
tersebut bisa diperoleh dari individu yang diakui secara luas pengetahuannya di bidang
syariah atau institusi yang khusus membidangi masalah syariah. Untuk penerbitan sukuk
(obligasi syariah) di dalam negeri, syariah compliance endorsement dapat dimintakan kepada
Dewan Syariah Nasional-MUI. Untuk penerbitan sukuk (obligasi syariah) internasional,
diperlukan endorsement dari ahli/lembaga syariah yang diakui komunitas syariah
internasional misalnya IIFM.

8.        Arranger atau Manajer Investasi

Manajer investasi merupakan pihak yang mengelola dana yang dititpkan investor untuk
diinvestasikan di pasar modal.

9.        Paying Agent

Agen, biasanya sebuah bank komersial yang diberi wewenang oleh penerbit surat
berharga untuk membayar kewajiban pokok dan bunga kepada pemegang surat berharga,
agen tersebut bertindak sebagai pembayar dan menarik biaya untuk jasa pelayanan.
2.7    Obligasi Syariah Sebagai Sumber Pendanaan Bagi Perusahaan

Setiap perusahaan memerlukan modal untuk melakukan kegiatan operasionalnya. Modal


ini didapat dari ekuitas atau dari hutang. Ekuitas disini adalah modal sendiri yang terdiri atas
saham, retained earnings, dan agio saham. Namun, dari tiga jenis ekuitas itu, yang bisa
diperoleh dari masyarakat adalah saham dan agio saham. Jika pemilik perusahaan bersedia
berbagi kepemilikan dan menginginkan penggalian dana yang tidak terbatas, maka
perusahaan bisa menjual saham kepada masyarakat melalui pasar modal.

Sedangkan dana yang berasal dari hutang adalah berupa obligasi. Obligasi yang
diterbitkan di pasar modal tidak memerlukan jaminan aset karena sudah dijamin oleh
penjamin emisi. Selanjutnya, hutang demikian memiliki jatuh tempo yang panjang karena
memang obligasi didesain sebagai hutang jangka panjang. Jumlahnya tidaknya terbatas
karena dana digali dari masyarakat luas. Sepanjang masyarakat masih memiliki dana dan
percaya kepada pasar modal, maka dana ini akan terus tersedia (Widoatmodjo, 2009)9 Upaya
perusahaan untuk mendapatkan dan menambah modal ini menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kegiatan berinvestasi terutama di pasar modal.

Sejak tahun 2002, di Bursa Efek Indonesia diperdagangkan instrumen keuangan baru,
yaitu obligasi syariah. Obligasi syariah ini diterbitkan selain untuk menutupi kebutuhan
modal kerja juga bisa digunakan untuk pembangunan infrastruktur baik oleh perusahaan
ataupun pemerintah. Dengan demikian obligasi syariah bisa dimanfaatkan sebagai alternatif
seumber pendanaan bagi perusahaan.

Obligasi syariah sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan lebih kompetitif


dibandingkan dengan obligasi konvensional, hal ini disebabkan kemungkinan memperoleh
dari bagi hasil pendapatan lebih tinggi daripada obligasi konvensional.

1.        Obligasi syariah aman karena digunakan untuk mendanai proyek-proyek yang prospektif.

2.        Bila terjadi kerugian (di luar kontrol) investor tetap memperoleh aktiva.

3.        Terobosan paradigma, bukan lagi surat hutang tetapi surat investasi.

Lebih lanjut Hanafi (2006) menyatakan bahwa obligasi syariah yang merupakan salah
satu instrumen dalam pasar modal memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan
instrumen yang lain, yaitu:

1.        Obligasi syariah meningkatkan likuiditas pemula dan investor dan hal ini akan mengurangi
risiko tambahan (risk premium) pada produk pasar modal yang lain dan memberikan
kontribusi pada biaya yang lebih rendah untuk wirausahawan.

2.        Obligasi syariah meningkatkan aliran dana terhadap total asset di pasar modal.

9 Asmuni M. Thaher, Op. Cit.,


3.        Obligasi syariah meningkatkan diversifikasi instrumen di pasar modal.

4.        Beberapa model dapat di derivasi dari obligasi syariah selama dibutuhkan.

5.        Emiten terbatas dibanding dengan instrumen keuangan yang lain.

6.        Biaya obligasi syariah cukup tinggi dan memiliki skala yang luas.

BAB III

PENUTUP

3.1    Kesimpulan

Sukuk berasal dari kata “‫ ”صكوك‬bentuk jamak dari kata “‫”صك‬dalam bahasa Arab yang
berarti cek atau sertifikat, atau alat tukar yang sah selain uang. Kata “sukuk” pertama kali
diperkenalkan kembali dan diajukan sebagai salah satu alat keuangan Islam pada rapat ulama
fikih sedunia yang diselenggarakan oleh Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 2002.
Secara singkat AAOIFI mendefinisikan sukuk sebagai sertifikat berniliai sama yang
merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu asset, hak manfaat dan jasa-
jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan investasi tertentu.

Pada prinsipnya sukuk mirip seperti obligasi konvensional dengan perbedaan pokok
antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga,
adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa sejumlah tertentu asset
yang menjadi dasar penerbitan sukuk dan adanya akad atau perjanjian antara para pihak yang
disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga harus distruktur secara
syariah agara instrument keuangan ini aman dan terbebas dari riba, gharar dan maysir.

Sukuk bukan merupakan utang berbunga tetap, tetapi lebih merupakan penertaan dana
(investasi) yang didasarkan pada prinsip bagi hasil jika menggunakan akad mudharabah dan
musyarakah. Transaksinya bukan akad hutang piutang melainkan penyertaan.
DAFTAR PUSTAKA

Sapto Rahardjo. 2003. Panduan Investasi Obligasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Mamduh M. Hanafi. 2004, Manajemen Keuangan. Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE UGM.
Asmuni M. Thaher. Obligasi Syariah di Indonesia. Artikel di MSI-UII.Net

Rizki Wicaksono. Halalkah ORI 001? Artikel LPPOM-MUI online

Kasmir. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Mangani, Ktut Silvanita. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Erlangga.

Budisantoso, Budi dan Sigit Triandaru. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta:
Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai