DISUSUN OLEH :
Kelompok :08
T.A 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B . Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan persaudaran?
2. Apa yang dimaksud dengan pencarian titik temu?
1
3. Apa yang dimaksud dengan tidak saling menkafirkan?
C . Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan persaudaran
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pencarian titik temu
3 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tidak saling mengkafirkan
2
BAB II
PEMBAHASAN
بَي َْن اَ َخ َو ْي ُك ْم َواتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْمTاِنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُ ْو َن اِ ْخ َوةٌ فَاَصْ لِح ُْوا
تُرْ َح ُم ْو َن
1
Abu Abdillah Muhammad Bin Ismail Al Bukhari, Shahih Al Buhori (Cet. I Beirut: Dar
Ibn Katsir, 2002), h. 591, 1721.
2
QS. Al-Hujurat ayat 10
3
. Hadis di atas menunjuk konsep persaudaraan yang sangat baik.
Persaudaraan di atas, tidak pada relasi nasab atau keturunan, tetapi relasi pada
menjaga kondisi. Kondisi inilah yang lebih tepat diartikan, dengan “suasana/rasa
bersaudara”. Seorang muslim terhadap muslim memang memiliki agama yang
sama. Namun “rasa bersaudara” antara sesama mulism bukan karena unsur
kesamaan itu. Hadis ini mempertegas bahwa “rasa” itu baru akan muncul setelah
antara sesamanya tidak saling menganiaya atau menyakiti dan saling membantu.3
Dikutip dalam buku 'Ensiklopedi Hak dan Kewajiban dalam Islam' oleh
Syaikh Sa'ad Yusuf Mahmud Abu Aziz, hadits tentang persaudaraan sesama
orang muslim juga diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda,
"Sesungguhnya di sekitar 'Arasy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya. Di atasnya
ada kaum yang mengenakan pakaian dari cahaya dan wajah mereka bercahaya.
Mereka bukan para nabi dan syuhada. Mereka didengki oleh para nabi dan
syuhada."Para sahabat bertanya, "Siapakah mereka itu, wahai Rasulullah?" Beliau
menjawab: "Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah,
saling berkumpul karena Allah dan saling mengunjungi karena Allah." (HR. An-
Nasai di dalam As-Sunan Al-Kubra).
4
kalian hamba-hamba Allaj yang bersaudara. Ingat haram bagi seseorang muslim
tak bicara kepada saudaranya lebih dari tiga hari." (HR. Al-Bukhari).
ص ِّدقًا لِّ َما بَ ْينَ يَ َد ْي ِه َواَ ْن َز َل التَّوْ ٰرىةَ َوااْل ِ ْن ِج ْي ۙ َل ِّ ب بِ ْال َح
َ ق ُم َ نَ َّز َل َعلَ ْيكَ ْال ِك ٰت
4
Al-Bukhori, Shahih, h.108.
5
QS. Ali 'Imran Ayat 3
5
Artinya : Dia menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) yang
mengandung kebenaran, membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya, dan
menurunkan Taurat dan Injil,
Hadis di atas menyarankan agar umat Islam yang punya afiliasi yang
beragam itu, senantiasa mencari titik temu, yaitu bahwa mereka sama-sama
memiliki kewajiban salat, meskipun praktik salatnya berbeda, dan sama-sama
salat menghadapkiblat yang sama, melakukan penyembelihan karena Allah. Hal
ini bagian daripada pokok ajaran agama, yang bisa menjadi titik temu penganut
sekte-sekte yang ada. Hal ini diperlukan agar persatuan umat Islam secara internal
bisa terpelihara. Bahkan “persatuan umat” lintas agama juga menjadi sesuatu yang
tidak mustahil.
Sholat adalah kewajiban bagi orang-orang yang beriman. Adapun, waktu
sholat yang diwajibkan telah ditentukan berdasarkan ketentuan syara', yaitu
sebanyak 5 kali dalam sehari atau sering disebut sholat 5 waktu. Perintah sholat 5
waktu dalam Al Quran ini sudah jelas dan kerap kali disampaikan oleh para
ulama.6
6
Q.s. Ali Imran/3:64.
6
Rasulullah ﷺbersabda, "Apabila seseorang berkata kepada
saudaranya, "Wahai kafir" maka bisa jadi akan kembali kepada salah
satu dari keduanya." Ikrimah bin 'Ammar berkata; dari Yahya dari
Abdullah bin Yazid dia mendengar Abu Salamah mendengar Abu
Hurairah dari Nabi Saw."7
Penganut-penganut sekte dalam Islam, tentu ada sebagian yang bersikap
fanatik. Kefanatikan terkadang berpotensi untuk cenderung menyalahkan orang-
orang yang berada di luar sektenya. Bahkan ada sebagian kecil yang berlebihan,
dengan mengkafirkan sekte lainnya. Hadis di atas memberikan anjuran agar
sesama umat Islam agar tidak saling mengkafirkan. Betapapun runcingnya
perselisihan, tidak boleh menilai seseorang itu kafir atau tidak. Nabi saw. Tentu
saja, pengkafiran sesama umat Islam bisa menimbulkan rasa permusuhan yang
pada akhirnya memecahbelah umat Islam. Islam menyukai persatuan, dan sangat
membenci perpecahan.
Penjelasan dari hadist tersebut ialah seseorang yang mengkafirkan orang
lain sekalipun dengan ucapan, hal tersebut akan kembali kepada dirinya sendiri.
artinya orang tersebut juga dianggap kafir sebab telah berkata demikian pada
sesama muslim yang seharusnya saling mencegah maksiat satu sama lain.
Contoh yang demikian tidak wajib dihindari, tidak diperbolehkan
mengkafirkan orang lain walaupun hanya dengan kata kata yang tidak sengaja
seperti ucapan yang bercanda. Hal demikian termasuk haram. Agama islam bukan
sebagai bahan untuk bercanda, sebab akhlak dan syariat islam adalah bagian yang
terdalam dari hati manusia dan menjadi panduan dalam kehidupan sehari hari.
menjadikannya sebagai bahan gurauan sama saja seperti mengkafirkan orang
lain.8
Abdul Mu'ti, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah menyatakan terdapat
dua faktor yang membuat munculnya gerakan takfir atau gerakan yang
mengkafirkan agama lain.
7
Al-Bukhari, Sahih, h.1526.
8
http://dalam islam.com
7
"Pertama, hal ini terjadi karena konsekuensi dari freedom of
expression (kebebasan berekspresi). Ketika keterbukaan terjadi, masyarakat
menjadi semakin berani menunjukkan identitas keberagamaannya dan identitas
hidupnya," ungkap Mu'ti dalam sebuah seminar di Jakarta, Senin (22/2).
Menurutnya, faktor kedua ialah penegakan hukum di Indonesia yang masih
lemah.
"Hal ini menjadi salah satu pintu masuk bagi kelompok tertentu yang
sukses melakukan tindakan kekerasan akan melakukan tindakan serupa," katanya.
Untuk mengatasi masalah ini, menurutnya perlu adanya dialog antarumat
beragama. Dalam hal ini, dialog bukan mencari sebuah pembenaran atau untuk
saling menyalahkan, tapi ini merupakan cara untuk mengekspresikan agama di
ruang publik agar semua pihak nyaman, ujarnya.
"Dialog harus proses dua arah, menjadi pendengar dan sampaikan pendapat.
Dialog harus menjadi solusi atas berbagai macam persoalan yang selama ini
tersembunyi," tambah Mu'ti.
Harapannya, dialog ini bukan hanya agenda pemerintah, tapi juga agenda bersama
masyarakat dari level pusat hingga ke desa-desa.
Selain dialog, dia juga menyarankan agar umat beragama membangun
kedekatan personal, sehingga relasi yg selama ini cenderung bersifat formalitas
ditingkatkan menjadi bersifat friendship atau persaudaraan, imbuhnya.
"Hal ini penting agar dialog antarumat beragama tidak hanya mengatakan yang
baik-baik saja dan menyembunyikan masalah, sehingga kita juga bisa menemukan
solusinya," tutupnya.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bukhori, Shahih.
Al-Bukhari, Sahih
http://dalam islam.com
10