Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
UNIT 4
SAMPLING DAN ALIASING
LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Fs=8;
t=(0:Fs-1)/Fs;
s1=sin(2*pi*t*2);
subplot(2,1,1);
stem(t,s1)
Fs=16;
t=(0:Fs-1)/Fs;
s2=sin(2*pi*t*2);
subplot(2,1,2);
stem(t,s2)
2. Dilakukan perubahan pada nilai Fs, pada sinyal s1 sehingga bernilai 19.
Catat apa yang terjadi ? Apa pengaruh jumlah sample berbeda untuk satu
periode sinyal terbangkit?
Fs=1000;
t=0:1/Fs:0.25;
f=100
x=sin(2*pi*f*t);
sound(x,Fs)
2
3
Fs=16000;
t=0:1/Fs:0.25;
c=sin(2*pi*262*t);
d=sin(2*pi*294*t);
e=sin(2*pi*330*t);
f=sin(2*pi*249*t);
g=sin(2*pi*392*t);
a=sin(2*pi*440*t);
b=sin(2*pi*494*t);
c1=sin(2*pi*523*t);
nol=[zeros(size(t))];
nada1=[c,e,c,e,f,g,g,nol,b,c1,b,c1,b,g,nol,nol];
nada2=[c,e,c,e,f,g,g,nol,b,c1,b,c1,b,g,nol];
nada3=[c,nol,e,nol,g,nol,f,f,g,f,e,c,f,e,c,nol];
nada4=[c,nol,e,nol,g,nol,f,f,g,f,e,c,f,e,c];
lagu=[nada1,nada2,nada3,nada4];
sound(lagu,Fs)
audiowrite('test.wav',lagu,Fs);
4
Fs=16000;
sound(Y,Fs);
5
6
t=0:1/Fs:0.25;
b1=sin(2*pi*249*t);
c=sin(2*pi*262*t);
d=sin(2*pi*294*t);
e=sin(2*pi*330*t);
f=sin(2*pi*349*t);
g=sin(2*pi*392*t);
a=sin(2*pi*440*t);
b=sin(2*pi*494*t);
c1=sin(2*pi*523*t);
nol=[zeros(size(t))];
nada1=[c,nol,d,e,f,g,nol,e,c,nol,a,nol,c1,b,a,g,nol];
nada2=[f,nol,a,g,f,e,nol,c,nol,d,nol,f,e,d,c,nol,nol];
nada3=[f,nol,e,f,a,nol,g,a,g,e,c,nol,e,nol,d,nol,e,nol,f,
nol,g,nol,e,nol,nol];
nada4=[f,nol,e,f,a,nol,g,a,g,e,c,nol,e,nol,d,nol,f,nol,b1
,nol,d,nol,c];
lagu=[nada1,nada2,nada3,nada4];
sound(lagu,Fs)
audiowrite('Kartini.wav',lagu,Fs);
BAB III
ANALISIS
Fenomena aliasing proses sampling akan muncul pada sinyal hasil sampling
apabila proses frekuensi sinyal sampling tidak memenuhi criteria diatas.
Perhatikan sebuah sinyal sinusoida waktu diskrit yang memiliki bentuk persamaan
matematika seperti berikut:
x (n)= A sin(ωn+θ) (3-2)
dimana :
A = amplitudo sinyal
ω = frekuensi sudut
θ = fase awal sinyal
Frekuensi dalam sinyal waktu diskrit memiliki satuan radian per indek
sample, dan memiliki ekuivalensi dengan 2πf [1]
8
9
Fs=8;
t=(0:Fs-1)/Fs;
s1=sin(2*pi*t*2);
subplot(2,1,1);
stem(t,s1)
Fs=16;
t=(0:Fs-1)/Fs;
s2=sin(2*pi*t*2);
subplot(2,1,2);
stem(t,s2)
Pada listing program diatas, terdapat fungsi s1 yang merupakan fungsi sin
dengan Fs 8 yang akan ditampilkan pada grafik 1, kemudian pada fungsi s2
merupakan fungsi sin yang sama dengan Fs senilai 16. Setelah program
dijalankan, didapatkan hasil seperti berikut.
Pada grafik dapat dilihat bahwa jika pada setiap titik disambungkan, pada Fs
8 akan terbentuk sinyal segitiga, sedangkan pada Fs 16, akan terbentuk sinyal
sinusoidal yang kasar.
Fs=1000;
t=0:1/Fs:0.25;
f=100
x=sin(2*pi*f*t);
sound(x,Fs)
Pada listing program diatas, terdapat fungsi sin dengan Fs 1000, kemudian
terdapat f input sampling sebesar 100. Kemudian funsgsi sin tersebut akan
dijadikan audio. Setelah program dijalankan, didapatkan hasil audio singkat. Pada
f input yang lain seperti 200,300, dan 400, dihasilkan audio yang semakin besar
frekuensi input semangkin singkat audio. Namun, ketika f input 500, audio tidak
akan terdengar. Hal tersebut dikarenakan Fs sama dengan 2 kali f input. Pada saat
f input melebihi 500, pada f input 600 sama audio sama dengan audio dengan f
input 400. Kemudian ketika f input merupakan kelipatan 500, maka audio tidak
akan terdengar. Ini merupakan kondisi aliasing, yaitu ketika kondisi pada syarat
nyquist tidak terpenuhi.
Fs=16000;
t=0:1/Fs:0.25;
c=sin(2*pi*262*t);
d=sin(2*pi*294*t);
e=sin(2*pi*330*t);
f=sin(2*pi*249*t);
g=sin(2*pi*392*t);
a=sin(2*pi*440*t);
b=sin(2*pi*494*t);
c1=sin(2*pi*523*t);
nol=[zeros(size(t))];
nada1=[c,e,c,e,f,g,g,nol,b,c1,b,c1,b,g,nol,nol];
nada2=[c,e,c,e,f,g,g,nol,b,c1,b,c1,b,g,nol];
nada3=[c,nol,e,nol,g,nol,f,f,g,f,e,c,f,e,c,nol];
nada4=[c,nol,e,nol,g,nol,f,f,g,f,e,c,f,e,c];
lagu=[nada1,nada2,nada3,nada4];
sound(lagu,Fs)
audiowrite('gundul.wav',lagu,Fs);
12
Fs=16000;
sound(Y,Fs);
Pada listing program, dilakukan pemutaran audio dari file yang ada pada pc,
kemudian dilanjutkan dengan merubah nilai Fs = 8000. Setelah program
dijalankan, terdapat perubahan pada audio yang asli. Kemudian ulangi lagi dengan
merubah nilai Fs = 11025, 22050, dan 44100. Terdapat perubahan yaitu
13
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada praktikum yang telah dilakukan, mengenai “Sampling dan
Aliasing” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sampling adalah pencuplikan suatu frekuensi pada sinyal waktu kontinyu.
2. Aliasing adalah suatu sinyal yang mengalami perubahan terhadap sinyal asli
akibat pemilihan frekuensi sampling
3. Jika syarat nyquist tidak terpenuhi, maka akan terjadi aliasing
4. Pengaruh Fs terhadap visualisasi grafik adalah semakin besar Fs, semakin
baik sinyal yang dibentuk
5. Pengaruh Fs terhadap audio adalah semakin besar Fs, semakin cepat audio
yang diputar
14
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Asisten Lab Telekomunikasi, " Sampling dan Aliasing "Modul Sinyal dan
Sistem, Cilegon, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Fakultas Teknik, 2021
15
LAMPIRAN