Anda di halaman 1dari 31

HUBUNGAN FUNGSI PENGAWASAN KEPALA RUANGAN DENGAN TINGKAT

KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENGGUNAAN GLOVE PADA TINDAKAN

INFUS DI RUANG IGD RUMAH SAKIT LABUANG BAJI

NAMA : NELY ILINTAMON

NIM : 120391813

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK) FAMIKA MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kepala ruangan merupakan tenaga perawat yang diberi tugas

memimpin satu ruang rawat, dan bertanggung jawab terhadap pemberian

asuhan keperawatan, yang berperan sebagai first line manager di sebuah

rumah sakit, yang diharapkan mampu melaksanakan fungsi manajemen

keperawatan (Sitorus, R & Panjaitan, 2011)

Peran dan fungsi kepala ruangan diruang rawat dalam fungsi

manajemen keperawatan antara lain perencanaan, pengorganisasian,

pengaturan ketenagaan, pengarahan, pengawasan dan pengendalian mutu

yang merupakan satu siklus yang saling berkaitan satu sama lain (Marquis,

B.L & Huston, 2012) Kepala ruangan sebagai manajer operasional, yang

memimpin secara langsung, dalam mengelola seluruh sumber daya di unit

perawatan untuk menghasilkan pelayanan yang bermutu, dan dituntut untuk

menjadi motor penggerak, bagi sumber-sumber dan alat-alat dalam suatu

organisasi melalui pengambilan keputusan, penentuan kebijakan dan

menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi (Curtis, Elizabeth

& O’Connell, 2011).

Dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh Kepala ruangan

memerlukan suatu pemahaman tentang mengelola dan memimpin orang lain,

dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang berkualitas dan aman,

untuk kesembuhan pasien melalui pemberian asuhan keperawatan yang

ii
sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang konsisten, kontiniyu dan

bermutu (Nursalam, 2014).

Keselamatan pasien telah menjadi isu dunia yang perlu mendapat

perhatian bagi pelayanan kesehatan. Keselamatan pasien merupakan prinsip

dasar dari pelayanan kesehatan, yang memandang bahwa keselamatan

merupakan hak setiap pasien dalam menerima pelayanan kesehatan

(Kemenkes, 2011). Keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang

difokuskan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Fokus tentang

keselamatan pasien didorong oleh masih tingginya angka kejadian tidak

diharapkan (KTD) di rumah sakit baik secara global maupun nasional (KKP-

RS, 2015)

Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mana penderita

memerlukan pemeriksaan medis segera, apabila tidak dilakukan akan

berakibat fatal bagi penderita unit ini memiliki tujuan yaitu

menerima,melakukan triase,menstabilisasi dan memberikan pelayakan

Kesehatan akut untuk pasien termasuk pasien yang membutuhkan resusitasi

dan pasien dengan tingkat kegawatan tetentu (Suryadi,2017)

Pengertian Sarung Tangan Safety adalah salah satu perlengkapan

kerja yang diperlukan dalam bidang pekerjaan berat. Sarung Tangan ini

berguna untuk melindungi tangan kita dari berbagai benda tajam dan

mencegah cidera pada tangan dan jari saat kita sedang bekerja. Pada saat

kita memilih sarung tangan ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan

antara lain bahaya jika terpapar bahan–bahan kimia yang bersifat korosif,

panas, dingin, tajam atau kasar karena alat pelindung tangan berbeda–beda

yang terbuat dari karet, kulit ataupun dari bahan kain katun.

iii
Kegunaan Sarung Tangan Safety sangat berguna sebagai alat

pelindung tangan dan jari ketika kita bekerja di tempat atau kondisi yang bisa

mengakibatkan cedera tangan. Adapaun bahan dan bentuk sarung tangan

disesuaikan dengan fungsi/ kegunaan dari setiap masing–masing pekerjaan.

Pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan

pasien, namun dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi

pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit menjadi semakin komplek

dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan apabila tidak dilakukan

dengan hati-hati Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

fungsi manajemen kepala ruangan terhadap perawat pelaksana dalam

penerapan patient safety di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia

Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain

penelitian adalah deskriptif korelasi, Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh perawat pelaksana yang berada di salah satu rumah sakit di Medan

yang berjumlah 134 orang dengan jumlah sampel sebanyak 57 dengan

random sampling sistematis. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan

bahwa ada hubungan antara fungsi manajemen kepala ruangan dengan

kepatuhan perawat pelaksana dalam penerapan patient safety dengan nilai p

0.000 < 0.05 yang berarti ada hubungan yang positif yaitu jika fungsi

manajemen kepala ruangan semakin baik maka kepatuhan perawat

pelaksana dalam penerapan patient safety semakin baik. Diharapkan bagi

rumah sakit agar dapat membekali kepada perawat yang ada dirumah sakit

dengan pengetahuan yang baru tentang patient safety dengan melakukan

sosialisasi atau pelatihan terkait dengan patient safety agar dapat malukukan

iv
asuhan keperawatan dengan optimal kepada semua pasien.( Edisyah Putra

Ritonga et al,2019)

Fitrirachmawati,(2015). Hasil studi pendahuluan diketahui bahwa

fungsi supervisi baru terlaksana 53%, tingkat kepatuhan perawat dalam

melakukan identifikasi pasien baru berjalan 71% dari 100% yang menjadi

standar rumah sakit. Kejadian sentinel yang disebabkan karena kelalaian

identifikasi pasien sebelum memberikan obat intravena sehingga

menyebabkan kematian merupakan masalah (Fitrirachmawati 2017)yang

serius dan perlu mendapatkan perhatian. Masih adanya budaya meyalahkan

(Blaming Cultur), menyebabkan data kelalaian dalam mengidentifikasi pasien

sulit didapat. Penelitian ini menggunakan desain observasional dengan

pendekatan cross sectional dengan menggunakan stratified simple random

sampling. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

fungsi supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan perawat pelaksana dalam

melakukan SOP identifikasi pasien Hasil penelitian mempergunakan uji Chi

Square membuktikan ada hubungan yang bermakna antara motivasi,

komunikasi dan bimbingan dengan kepatuhan perawat pelaksana

menjalankan SOP identifikasi pasien. (p value < α). Kesimpulan dari

penelitian ini, adalah fungsi supervisi kepala ruangan mempunyai peran yang

cukup bermakna untuk meningkatkan kepatuhan perawat dalam melakukan

identifikasi pasien sesuai dengan SOP.

M. Sobirin et al,2021. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

penerapan prinsip patient centered care dalam asuhan keperawatan gawat

darurat pada kasus kegawatan kardiovaskular. Penelitian ini menggunakan

metode Studi Literatur dalam pencarian literature bersumber dari empat

v
database (google scholar, DOAJ, PubMed, dan Portal Garuda),

menggunakan kata kunci yang sesuai dengan tema. Dari 10 jurnal yang

diidentifikasi didapatkan bahwa terdapat berbagai hambatan dalam

penerapan prinsip patient centered care dalam asuhan keperawatan baik dari

perspektif perawat maupun pasien. Perawat yang menerapkan PCC dalam

setiap asuhan keperawatan terkadang mengalami berbagai hambatan yaitu

pelayanan yang tidak diiringi dengan sikap caring. Oleh karena itu perlu

adanya solusi seperti pelatihan prinsip patient centered care untuk

meningkatkan kualitas pelayanan perawat dan perbaikan manajemen di

ruang gawat darurat

Berdasarkan dengan judul yang di ambil peneliti “Hubungan Fungsi

Pengawasan Kepala Ruangan Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam

Penggunaan Glove Pada Tindakan Infus Di Ruang IGD” maka yang menjadi

permasalahan disini yaitu pengawasan kepala ruangan terhadap kepatuhan

perawat mengapa peneliti mengambil judul tersebut karena dapat kita lihat

secara langsung kondisi perawat saat ini pada saat melakukan Tindakan

mereka tidak pernah sesuaikan dengan SOP yang ada khususnya dalam hal

penggunan glove itu sendiri padahal penggunaan glove adalah hal yang

paling penting dan harus dipakai oleh perawat pada saat memberikan

pelayanan kepada pasien salah satuna pada saat menginfus,dengan

menggunakan glove kita dapat mencegah pasien untuk untuk tertular lebih

banyak lagi penyakit dan menjaga kesterilan pasien itu sendiri.Kepalaa

ruangan dalam hal ini memiliki fungsi yang begitu besar dalam hal

pengawasan di ruang IGD

vi
Pada masa sekarang ini dapat kita ketahui Bersama bahwa covid-19

adalah virus yang sedang mengancam kehidupan seluruh manusi pada saat

ini mengakibatkan banyak sekali masyarakat yang takut jika ke rumah sakit

bagaiamana kita lagi sebagai perawat dalam memberikan pelayanan harus

memperhatikan kesterilan agar tidak ada rasa cemas yang muncul dari

pikiran mereka bahwa mereka juga akan tertular penyakit tersebut dan jika

sudah di gunakan glove tersebut untuk menangani pasien lain diharapkan

untuk menggantikannya dengan yang baru .

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang di

ambil peneliti yaitu : ‘apakah pengawasan kepala ruangan berpengaruh pada

tingkat kepatuhan perawat dalam penggunaan glove di ruang IGD ?’

C. TUJUAN PENELITIAN

a. Tujuan umum : Untuk mengetahui fungsi pengawasan kepala ruangan

terhadap kepatuhan perawat

b. Tujuan khusus :

1. Untuk mengidentifikasi fungsi pengawasan kepala ruangan di

ruang IGD Rumah Sakit Labuang Baji

2. Untuk menganalisis tingkat kepatuhan perawat dalam hal

pemakaian glove pada Tindakan infus di ruang IGD

vii
3. Untuk menganalisis hubungan pengawasan kepala ruangan

terhadap tingkat kepatuhan perawat di ruang dalam hal

pemakaian glove pada tindakan infus di IGD

D. MANFAAT PENELITIAN

a. Manfaat praktis :

1. manfaat bagi peneliti : Peneliti dapat menjadikannya sebagai

wawasan dan juga motivasi terkait apa yang nanti iya kerjakan

juga dalam kehidupannya kedepan betapa pentingnya

pemakaian glove tersebut

2. manfaat bagi responden : Dapat lebih mengerti bahwa

pentingnya pemakaian glove bukan hanya kepada pasien

namun mereka juga dapat terhindar dari penyakit.

3. manfaat bagi instansi : Dapat mengetahui betapa pentingnya

pemakaian glove itu dan harus terus diawasi di RS tersebut

agar tidak terdapt kekeliruan dalam hal pemberian pelayanan

4. manfaat bagi institusi : Mengetahui pentingnya penggunaan

glove dalam hal apa saja karena dengan menggunakan glove

kita dapat terhindar dari bahaya yang juga tidak kita ketahui

kapan bahaya itu akan datang.

b. Manfaat teoritis

1. Judul yang di ambil oleh peneliti sangat berkaitan dengan mata

kuliah manajemen dimana berbicara tentang manajemen ruang

viii
yaitu pengawasan kepala ruang sangat berfungsi untung

meningkatkan pelayanan Kesehatan yang bertujuan untuk

meningkatkan kepatuhan perawat dalam hal penggunaan glove.

Penggunaan glove adalah sesuatu yang sangat penting untuk di

gunakan terutama pada saat pemasangan infus.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Faktor Pengawasan Kepala Ruangan

1. Pengertian Pengawasan Kepala Ruangan

Supervisi merupakan salah satu fungsi dari seorang pemimpin dalam

usaha untuk menjaga mutu pelayanan dan keselamatan pasien diarea

tugasnya. Diruang rawat kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala

ruangan. Kepala ruangan sebagai orang yang diberikan tanggung jawab

untuk mengelola pelayanan disuatu ruang rawat mempunyai andil yang

cukup besar untuk meningkatkan kepatuhan perawat dalam melakukan

identifikasi pasien melalui kegiatan motivasi, komunikasi dan bimbingan.

(Fitrirachmawati,2015)

Dalam manajemen keperawatan, supervisi merupakan bagian dari

fungsi kepemimpinan yang pelaksanaannya menjadi tanggung jawab

pemimpin. Melalui supervisi seorang pemimpin dapat mengetahui apakah

penyelesaian tugas yang dilakukan oleh stafnya sudah sesuai dengan

tujuan dan standar. Tanpa melakukan supervise, maka mutu asuhan

ix
keperawatan akan sulit diketahui karena untuk mengetahui permasalahan

yang ada diruangan tidak cukup hanya diperoleh dari informasi perawat

pelaksana tapi perlu adanya supervisi. Dalam keperawatan supervisi

mempunyai pengertian yang sangat luas, yaitu meliputi segala bantuan

dari pemimpin/ penanggung jawab kepada perawat yang ditujukan untuk

perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan

asuhan keperawatan. (Fitrirachmawati,2015)

Kepala ruangan merupakan orang yang bertanggung jawab dalam

supervisi pelayanan keperawatan pada klien di ruang perawatan,

merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan

pelayanan kesehatan di rumah sakit, serta mengawasi perawat pelaksana

dalam melaksanakan praktik keperawatan di ruang perawatan sesuai

dengan yang di delegasikan. Pengawas keperawatan bertanggung jawab

dalam supervisi pelayanan kepada kepala ruangan yang ada di

instalasinya. Kepala seksi keperawatan mengawasi instalasi dalam

melaksanakan tugas secara langsung dan seluruh perawat secara tidak

langsung.( Rosleni Mendrofa,2020 )

Seorang kepala ruangan akan merasa sulit mempertahankan mutu

asuhan keperawatan tanpa melakukan pengawasan atau pengendalian,

karena masalah-masalah yang terjadi di unit keperawatan tidak

seluruhnya dapat diketahui oleh kepala ruangan melalui informasi yang

diberikan oleh staf keperawatan yang mungkin sangat terbatas tanpa

melakukan penilaian kinerja dan supervisi keperawatan, untuk dapat

menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Seorang kepala ruangan

x
harus juga memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan

pengawasan tersebut.

Menurut Muninjaya (1999) dalam Yuswardi et al,(2018) salah satu

bagian dari fungsi pengendalian adalah supervisi. Di rumah sakit yang

termasuk salah satu manager keperawatan yang melakukan fungsi

supervisi adalah kepala ruangan. Husin (2009), juga menyatakan bahwa

salah satu tugas kepala ruangan yaitu melaksanakan fungsi pengawasan

atau supervisi. Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2013)

menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi yang kurang baik

mengakibatkan 53,2% perawat memiliki kinerja tidak baik dan supervisi

yang dilakukan dengan baik mengakibatkan 73,6% perawat memiliki

kinerja baik.

2. Tujuan pengawasan kepala ruangan

Pembinaan atau supervisi juga mempunyai tujuan untuk memotivasi

petugas dan mengendalikan suatu kegiatan agar sesuai dengan standar

yang telah ditetapkan sehingga kesalahan dan kelalaian dalam bekerja

dapat berkurang bahkan dihindari. ( Fitrirachmawati ,2015 )

Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara

langsung, sehingga bawahan memiliki kemampuan yang cukup untuk

dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik (Nursalam, 2016). Menurut

Nursalam, 2016) dalam Rosleni Mendrofa,(2020) tujuan dari pengawasan

1) Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan dalam tempo yang diberikan dengan

menggunakan sumber daya yang tersedia

xi
2) Memungkinkan pengawas menyadari kekurangan para petugas

kesehatan dalam hal kemampuan, pengetahuan dan pemahaman

serta mengatur pelatihan yang sesuai

3) Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi

penghargaan atas pekerjaan yang baik dan mengenali perawat

yang layak diberikan kenaikan jabatan dan pelatihan lebih lanjut

4) Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan bagi

petugas telah cukup dan dipergunakan dengan baik

5) Memungkinkan manajemen menentukan penyebab kekurangan

pada kinerja tersebut.

3. Manfaat Pengawasan Kepala Ruangan

Menurut Nursalam (2016) dalam Rosleni Mendrofa,(2020) manfat

supervisi ditinjau dari sudut manajemen dapat dibedakan atas dua

macam, yaitu:

1) Meningkatkan efektifitas kerja

Peningkatan efektivitas kerja ini sangat erat hubungannya

dengan makin meningkatnya pengetahuan dan keterampilan

bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja

yang lebih harmonis antara atasan dengan bawahan.

2) Meningkatkan efesiensi kerja

Peningkatan efisiensi kerja ini sangat erat hubungannya dengan

makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan oleh bawahan,

sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, dana dan sarana) yang

sia-sia akan dapat dicegah.

xii
B. Tinjauan Umum Tentang Kepatuhan Perawat

1. Pengertian Kepatuhan Perawat

Kepatuhan adalah merupakan suatu perubahan perilaku dari perilaku

yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan

Kepatuhan dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Ketidakpatuhan

perawat dalam melakukan identifikasi sebelum memberikan asuhan

keperawatan akan mengancam keselamatan pasien. Adanya ancaman

terhadap keselamatan pasien menandakan mutu layanan yang diberikan

masih rendah.( Fitrirachmawati,2015 )

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang terbagi menjadi 3

yaitu faktor individu yang terdiri dari kemampuan dan keterampilan, latar

belakang dan demografis yang mencakup usia, etnis, jenis kelamin, faktor

organisasi yang terdiri dari sumber daya manusia, kepemimpinan,

imbalan, struktur organisasi, design pekerjaan dan faktor psikologi terdiri

dari sikap, persepsi, kepribadian, belajar, dan motivasi. Pendapat lainnya

tentang faktor yang mempengaruhi kepatuhan ada beberapa faktor yang

berhubungan dengan ketidaktaatan antara lain yaitu komunikasi,

pengetahuan dan fasilitas .Kesehatan menyatakan bahwa pendidikan,

usia dan motivasi dapat mempengaruhi kepatuhan.( Fitrirachmawati,2015)

1. Usia merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang.

Semakin lanjut usia maka kepuasan kerja akan meningkat hal ini

dikarenakan semakin dewasa dan matang dalam bersikap, bertindak,

serta kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

xiii
pekerjaan lebih mudah. Seseorang yang kehilangan kepuasan dalam

bekerja akan menurunkan motivasi dalam bekerja. Seseorang yang

tidak mempunyai motivasi dalam bekerja akan sulit untuk diajak

bekerja sama dalam mencapai tujuan organisasi

2. Jenis Kelamin Perempuan mempunyai rasa peka dan kepedulian yang

lebih tinggi dibandingkan laki-laki, terutama dalam memberikan

pelayanan keperawatan kepada pasien, sehingga perawat perempuan

lebih mudah untuk mentaati peraturan- peraturan yang ditetapkan.

3. Masa kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi motivasi

seseorang dalam bekerja. Masa kerja berhubungan dengan

pengalaman kerja. Pengalaman kerja akan mempengaruhi seseorang

dalam berinteraksi dalam pekerjaan yang dilaksanakannya. Semakin

lama masa kerja seseorang semakin banyak pula pengalaman kerja

yang diperoleh dan semakin banyak hal-hal yang diketahui tentang apa

yang seharusnya mereka kerjakan ataupun yang tidak semestinya

mereka kerjakan.

4. Tingkat pendidikan diasumsikan mempunyai pengaruh dalam

meningkatkan kinerja. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih

mudah termotivasi karena telah memiliki pengetahuan yang lebih luas

dibandingkan yang berpendidikan rendah. Pendidikan dan

keterampilan

yang dimiliki dapat membantu individu dalam mengambil suatu

keputusan.

 SOP PEMASANGAN INFUS

xiv
1. PENGERTIAN Memasukan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah

vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama dengan

menggunakan infus set.

2. TUJUAN 1. Sebagai tindakan pengobatan.

2. Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit.

3. KEBIJAKAN Dilakukan pada pasien:

1. Pasien dengan dehidrasi.

2. Pasien sebelum transfusi darah.

3. Pasien pra dan pasca bedah, sesuai dengan program

pengobatan.

4. Pasien yang tidak bisa makan dan minum melalui mulut.

5. Pasien yang memerlukan pengobatan yang pemberiannya

harus dengan cairan infus.

4. PROSEDUR Persiapan Alat:

1. Seperangkat infust steril.

2. Cairan infus yang diperlukan (Asering, RL, Dektrose 5%, Nacl

0,9%)

3. Jarum infus steril sesuai ukuran yang dibutuhkan.

4. Kapas alkohol dalam tempatnya.

5. Kain kassa steril dalam tempatnya.

6. Tourniquet.

7. Pengalas/perlak.

8. bengkok.

9. Standar infus.

10. Sarung tangan steril.

11. Betadin.

xv
12. Plester dan gunting perban.

13. Spalk dan kasa gulung bila perlu.

14. Tempat cuci tangan

15. Alat tulis

Persiapan Pasien:

1. Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan,

jika keadaan memungkinkan.

2. Pakaian pasien pada daerah yang akan dipasang infus harus

dibuka.

Tindakan:

1. Cek kebutuhan pasien.

2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan para pasien : tujuan dan

prosedur.

3. Persiapan alat-alat sesuai kebutuhan.

4. Alat-alat didekatkan ke pasien.

5. Botol cairan digantung pada standar infus.

6. Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan

penusukkan dan dekat bengkok disisi penusukkan.

7. Perawat cuci tangan kemudian memakai sarung tangan.

8. Tutup botol cairan di desinfeksi.

9. Infuset dibuka, keluarkan selang udara lalu tusukkan ke botol

infus.

10. Udara dalam selang dikeluarkan dengan mengalirkan cairannya

11. Alirkan cairan sehingga mengisi setengah bagian tabung

pengatur tetesan dan selang terisi cairan, perhatikan jarum

jangan sampai alat penetes terendam.

xvi
12. Selang di klem.

13. Daerah yang akan ditusuk dipasang tourniquet sehingga vena

akan jelas terlihat (± 10 cm diatas lokasi yang akan diinfus).

14. Daerah yang akan ditusuk di desinfeksi dengan kapas alkohol.

15. Tusukkan jarum infus kedalam vena yang dimaksud. Darah

yang dihisap sedikit untuk memastikan apakah jarum infus

telah masuk kedalam vena dengan cepat.

16. Lepaskan tourniquet, setelah jarum infus dipastikan masuk

kedalam vena, daerah ujung jarum ditekan dan pangkal jarum

dihubungkan dengan ujung selang.

17. Periksa lagi lancar tidaknya tetesan, terjadi pembengkakan atau

tidak. Apabila tidak terjadi jarum dipertahankan letaknya

dengan kasa betadin dan plester.

18. Atur tetesan sesuai dengan kebutuhan.

19. Beritahukan kepada pasien bahwa tindakan telah selesai

dilakukan.

20. Rapihkan alat-alat, lepas sarung tangan.

21. Cuci tangan setelah melakukan tindakan.

22. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan : jam

pemasangan, jenis cairan, jumlah tetesan/ menit, nama dan

paraf perawat yang memasang.

5. UNIT 1. Rawat Inap

TERKAIT 2. Kamar bersalin

Tabel 1 refrensi :Pkm Tanjung Sari 2017

xvii
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Kosteptual Penelitian

Supervisi merupakan salah satu fungsi dari seorang pemimpin dalam

usaha untuk menjaga mutu pelayanan dan keselamatan pasien diarea

tugasnya. Diruang rawat kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala ruangan.

Kepala ruangan sebagai orang yang diberikan tanggung jawab untuk

mengelola pelayanan disuatu ruang rawat mempunyai andil yang cukup besar

untuk meningkatkan kepatuhan perawat dalam melakukan identifikasi pasien

melalui kegiatan motivasi, komunikasi dan bimbingan.(Fitrirachmawati,2015)

Kepala ruangan merupakan orang yang bertanggung jawab dalam

supervisi pelayanan keperawatan pada klien di ruang perawatan, merupakan

ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan pelayanan kesehatan di

rumah sakit, serta mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan

praktik keperawatan di ruang perawatan sesuai dengan yang di delegasikan.

Pengawas keperawatan bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan

kepada kepala ruangan yang ada di instalasinya. Kepala seksi keperawatan

xviii
mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung dan seluruh

perawat secara tidak langsung.( Rosleni Mendrofa,2020 )

Kepatuhan adalah merupakan suatu perubahan perilaku dari perilaku

yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan Kepatuhan

dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Ketidakpatuhan perawat dalam

melakukan identifikasi sebelum memberikan asuhan keperawatan akan

mengancam keselamatan pasien. Adanya ancaman terhadap keselamatan

pasien menandakan mutu layanan yang diberikan masih rendah.

( Fitrirachmawati,2015 )

Dalam manajemen keperawatan, supervisi merupakan bagian dari

fungsi kepemimpinan yang pelaksanaannya menjadi tanggung jawab

pemimpin. Melalui supervisi seorang pemimpin dapat mengetahui apakah

penyelesaian tugas yang dilakukan oleh stafnya sudah sesuai dengan tujuan

dan standar. Tanpa melakukan supervise, maka mutu asuhan keperawatan

akan sulit diketahui karena untuk mengetahui permasalahan yang ada

diruangan tidak cukup hanya diperoleh dari informasi perawat pelaksana tapi

perlu adanya supervisi. Dalam keperawatan supervisi mempunyai pengertian

yang sangat luas, yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/ penanggung

jawab kepada perawat yang ditujukan untuk perkembangan para perawat dan

staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan.

(Fitrirachmawati,2015)

Berdasarkan dasar pemikiran variable tersebut, maka di buat skema

pola variable sebagai berikut :

Pengawasan kepala Kepatuahan


ruangan perawat
Keterangan :

xix
= variable independent

= variable dependen

= penghubung antar variable

B. Variable Penelitian

1. Variable independen : pengawasan kepala ruangan

2. Variable dependen : kepatuhan perawat dalam penggunaan glove

C. Defenisi operasional dan kriteria objektif

1. Pengawasan kepala ruangan

a. Defenisi

Pengawasan kepala ruangan merupakan sebuah tanggung jawab yang

diberikan kepada seorang pemimpin dalam hal ini yaitu kepala rungan

yang memiliki tugas dan fungsi sebagai pengarah sekaligus pengawas

dalam pelaksanaan Tindakan yang di laukan di ruangan tersebut

b. Kriteria objektif

Baik : jika responden menjawab dengan total skor >5

Kuranng : jika responden memjawab dengan total skor <5

2. Kepatuhan perawat

a. Defenisi

Kepatuhan perawat dapat di defenisikan sebagai suatu sikap yang

memicu pada ketaatan kita sebagai seorang perawat dalam hal

melakukan suatu Tindakan dengan memperhatikan sop dan tata cara

yang benar.

xx
b. Kriteria objektif

Baik : jika responden menjawab dengan total skor > 5

Kurang : jika responden memnjawab dengan total skor < 5

D. Hipotesis penelitan

Ha : ada hubungan antara pengawasan kepala ruangan dengan kepatuhan

perawat dalam pemakaian glove pada Tindakan infus di Ruang UGD Rumah

Sakit Labuang Baji Makassar

xxi
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan

pendekatan Cross Sectional Study yang bertujuan untuk mengetahui

“Pengaruh Pengawasan Kepala Ruangan Terhadap Kepatuhan Perawat

Dalam Penggunaan Gloves pada pemasangan Infus di IGD RSUD Labuang

Baji Makassar”.

B. POPULASI DAN SAMPEL

1. POPULASI

Merupakan seluruh subjek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat di RSUD Labuang

Baji Makassar

2. SAMPEL

Sampel dalam penelitian ini adalah perawat di ruang IGD di RSUD

Labuang Baji Makassar. Dengan Menggunakan tekhnik pengambilan

sampel “Non-Probability sampling” dengan menggunakan metode

“Convenient sampling “pengambilan sampel yang digunakan berdasarkan

ketersedian dari mereka yang ingin berpartisipasi langsung dalam

xxii
kelangsungan penelitian yang dilakukan tentunya juga sampel disini yang

sesuai dengan kriteria penelitian .

a. Kriteria inklusi

1. Bersedia menjadi responden

2. Perawat pelaksana di ruang IGD

3. Perawat pelaksana dengan masa tugas > 3 tahun

b. Kriteria ekslusi

1. Tidak bersedia menjadi responden

2. Bukan perawat pelaksana di ruang IGD

3. Perawat pelaksana dengan masa tugas < 3 tahun

C. PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA DATA

1. INSTRUMEN PENELITIAN

Untuk variable independen pengawasan kepala ruangan yaitu

menggunakan instrument kuisioner dengan 10 point pertanyaan dengan

skala gutman yaitu : Ya skor 1,Tidak skor 0

Untuk variable dependen kepatuhan perawat yaitu menggunakan

instrument kuisioner dengan 10 point pertanyaan dengan skala Gutman

yaitu : Ya skor 1,Tidak skor 0

2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

a. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di ruang IGD RSUD Labuang Baji Makassar

b. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada april - mei 2021

3. PROSEDUR PENGAMBILAN ATAU PENGUMPULAN DATA

xxiii
a. Data primer

Data yang diambil secara langsung dari responden dengan

menggunakan kuisioner

b. Data sekunder

Data yang diperoleh dari peneliti melalui Analisa data dan pengolahan

data di RSUD Labuang Baji Makassar

D. CARA ANALISA DATA

a. Analisa univariat

Analisa univariat dilakukan dalam tiap variabel dari hasil penelitian.

Analisa ini menghasilkan frekuensi dan presentase dari setiap variabel

yang diteliti

b. Analisa bivariat

Analisa bavariat dilakukan untuk melihat pengaruh variable independent

dengan dependen dalam bentuk tabulasi silang antara kedua variable

tersebut menggunakan uji statistik dengan dengan menggunakan rumus

chi-square ( Dahlan.M,2017 )

Keterangan :

: Nilai chi-square test

0: Nilai obaservasi

E: Nilai yang diharapkan

∑: Jumlah data

xxiv
Penilaian:

a. Apabila X2 Hitung > X2 Tabel, maka Hₒ ditolak atau H ͣ diterima,

artinya ada hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen.

b. Apabila X2 Hitung ≤ X2 Tabel, maka Hₒ diterima atau H ͣ ditolak,

artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen

E. ETIKA PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat perlu adanya rekomendasi dri

institusinya aatas pihak dengan mengajukan permohonan izin kepada institusi

atau lembaga tempat penelitian setelah mendapat persetujuan barulah

melakukan peneltian dengan menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Informen concent ( lembar persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan

diteliti yang memenuhi kriteria inklusi disertai judul penelitian. Bila

subjek menolak, maka peneliti tidak akan memaksakan kehendak

dan tetap menghormati hak-hak subjek

2. Anonymity( tanpa nama )

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode,

3. Confodentiality ( kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasik peneliti.

F. JADWAL KEGIATAN

xxv
Bulan
No Kegiatan
Maret April Mei juni juli Agustus

1 Ujian Proposal

2 Izin Etik & Administrasi

3 Pengambilan data

4 Analisa Data

5 Ujian Hasil

DAFTAR PUSTAKA

Fitrirachmawati. 2017. “Hubungan Fungsi Supervisi Dengan Kepatuhan Perawat

Menjalankan SOP Identifikasi Pasien Di RSUP Dr Mohammad Hoesin

Palembang Tahun 2015.” Jurnal Administrasi Rumah Sakit 3(2):78–87.

Sobirin Mohtar, M., Faisal Amin, Esti Yuandari, Program Studi Sarjana Keperawatan,

Fakultas Kesehatan, Universitas Sari Mulia, and Program Studi Diploma Empat

Promosi Kesehatan. 2021. “Prinsip Patient Centered Care (Pcc) Dalam Asuhan

Keperawatan Gawat Darurat Pada Kasus Kegawatan Kardiovaskular (Principles

Of Patient Centered Care (Pcc) In Emergency Nursing Care Cardiovascular

Activity Case).” 5(1):2580–0078.

Oleh, Disusun, and Rosleni Mendrofa. 2020. “Pelaksanaan Supervisi Kepala

Ruangan Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit USU.”

-, Nurdiana, Rr. Tutik Sri Hariyati, and Siti Anisah. 2018. “Penerapan Fungsi

Manajemen Kepala Ruangan Dalam Pengendalian Mutu Keperawatan.” Jurnal


xxvi
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) 2(3):160. doi:

10.32419/jppni.v2i3.93.

Studi, Program, Ilmu Keperawatan, and Banda Aceh Indonesia. 2018. “Fungsi

Pengawasan Kepala Ruang Dalam Penerapan Patient Safety: Persepsi

Perawat Pelaksana.” Idea Nursing Journal 9(1):72–76. doi:

10.52199/inj.v9i1.12324.

Harefa, Erta Iman Jelita. 2019. “Penerapan Sasaran Keselamatan Pasien Di Ruang

UGD.” doi: 10.31227/osf.io/k68gu.

Ginting, Agustina. 2019. “Analisis Kebutuhan Pelatihan Personal Unit Gawat.”

3(1):46–55.

xxvii
KUISIONER PENELITIAN

A. Petunjuk pengisian

1. Isilah terlebih dahulu identitas responden pada tempat yang telah di

sediakan

2. Pililah salah satu jawaban yang dianggap benar dan tepat

a. Ya :1

b. Tidak : 0

B. Identitas responden

Hari tanggal :

Inisial nama :

Umur :

Jesnis kelamin :

Pendidikan terakhir :

C. Variable independen pengawasan kepala ruangan

No Pertanyaan Ya Tidak

xxviii
1 Apakah Seorang kepala ruangan menjaga mutu pelayanan

pasien di area tugasnya

2 Apakah Seorang kepala ruangan menjaga keselamatan pasien

di area tugasnya

3 Apakah seorang Kepala ruangan bertanggung jawab dalam

supervise pelayanan keperawatan pada klien di ruang

perawatan

4 Apakah seorang kepala ruangan melakukan pengawasan

terhadap perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik

keperawatan

5 Apakah seorang Kepala ruangan dapat mempertahankan mutu

asuhan keperawatan pada perawat

6 Apakah seorang Kepala ruangan dapat mengidentifikasi

masalah-masalah yang terjadi di unit keperawatan

7 Apakah seorang Kepala ruangan menerima masukan

positif,saran dan ide-ide perawat pelaksana dan

mempertimbangkannya dalam upaya meningkatkan pelayanan

asuhan keperawatan menjadi lebih baik

xxix
8 Apakah seorang Kepala ruangan senantiasa memberi

pembinaan,motivasi dan pengendalian terhadap kinerja perawat

9 Apakah seorang Kepala ruangan memberikan instruksi kepada

perawat pelaksana dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tanpa

terlebih dahulu berdiskusi dengan perawat

10 Apakah seorang Kepala ruangan mendiskusikan masalah yang

ada ruangan Bersama anggotanya dalam memotivasi perawat

pelaksana untuk bekerja sama

D. Variable dependen kepatuhan perawat

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah Perubahan perilaku dapat mempengaruhi kinerja

seseorang

2 Apakah Perawat memberikan identifikasi sebelum

memeberikan asuhan keperawatan pada pasien

3 Apakah Tingkat Pendidikan berpengaruh pada mutu

pelayanan Kesehatan

4 Apakah perawat melakukan Cuci tangan 6 langkah sebelum

xxx
melakukan Tindakan

5 Apakah perawat Memberikan penjelasan tentang prosedur

pelaksanaan Tindakan

6 Apakah perawat Mengecek kebutuhan pasien

7 Apakah perawat Mempersiapkan alat dan bahan sesuai

kebutuhan

8 Apakah perawat Menggunakan sarung tangan steril sebelum

melakukan Tindakan

9 Apakah perawat Melepas sarung tangan steril sesudah

melakukan Tindakan

10 Apakah perawat melakukan Cuci tangan 6 langkah sesudah

melakukan Tindakan

xxxi

Anda mungkin juga menyukai