Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Hukum Respublica, Vol. 17 No.

1 Tahun 2017: 189 - 209

Tinjauan Yuridis Illegal Fishing di Indonesia


Berdasarkan Undang-Undang Perikanan

Oleh: Inggrit Fernandes


Dosen Hukum Internasional Univeritas Islam Indragiri
Jalan Stadion. No. 130 Tembilahan Riau

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan tinjauan yuridis il-


legal fishing di Indonesia dan menjelaskan sanksi terha-
dap illegal fishing di Indonesia. Metode penelitian yang
digunakan penelitian hukum normatif dengan metode
pendekatan yuridis normatif. Hasil penelitian tinjauan yuri-
dis illegal fishing definisinya tidak ada dicantumkan dalam
peraturan perundang-undangan terkait perikanan. Tetapi,
peraturan perundang-undangan tersebut jika dilanggar
dapat dikategorikan illegal fishing. Peraturan perundang-
undangan perikanan secara tegas harus ditegakkan da-
lam rangka menjaga kedaulatan wilayah perairan. Setiap
orang, badan dan negara asing wajib tunduk pada keten-
tuan hukum agar tidak terkena sanksi illegal fishing. Untuk
memanfaatkan sumber daya perikanan agar tidak terkena
sanksi illegal fishing maka dalam keadaan tertentu mesti
dilengkapi persyaratan perizinan. Sanksi terhadap illegal
fishing diatur dalam Undang-Undang Perikanan terdapat
dalam beberapa pasal diantaranya Pasal 84 sampai den-
gan Pasal 104. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pe-
merintah dalam rangka pencegahan dan penindakan il-
legal fishing selanjutnya sangat diperlukan kerjasama dan
koordinasi diantara seluruh unsur terkait sehingga dapat
mengamankan dan melindungi sumber daya alam untuk
kepentingan nasional. Simpulan penelitian ini: Pertama,
Undang-Undang Perikanan telah merumuskan banyak hal
baik mengenai pencegahan, pengawasan, pemberdayaan
dan penindakan terhadap pelaku sektor perikanan baik
nelayan nasional maupun nelayan asing. Kedua, sanksi
dalam Undang-Undang Perikanan terbaru lebih berat di-
bandingkan undang-undang sebelumnya. Dengan sanksi


Penulis korespondensi e-mail: inggrit_f@yahoo.com

189
Tinjauan Yuridis Illegal…….(Inggrit Fernandes)

yang lebih beratpun belum memberikan efek jera kepada


pelaku illegal fishing.

Kata Kunci: Perikanan, Illegal, Fishing.

Abstract

The purpose of this study is to explain the juridical review


of illegal fishing in Indonesia and explain the sanctions
against illegal fishing in Indonesia. The research method
used normative legal research with normative juridical ap-
proach method. The results of the juridical review of illegal
fishing definition are not included in the legislation related
to fisheries. However, the legislation if violated can be ca-
tegorized as illegal fishing. The laws and regulations of fi-
sheries should be strictly enforced in order to maintain the
sovereignty of the territorial waters. Every person, body
and foreign country shall be subject to legal provisions in
order not to be subject to illegal fishing sanctions. To util-
ize fishery resources in order not to get sanctioned illegal
fishing then in certain circumstances must be equipped
with permit requirements. Sanctions against illegal fishing
regulated in the Fisheries Act are contained in several ar-
ticles such as Article 84 to Article 104. Various efforts
have been made by the Government in order to prevent
and repel illegal fishing then it is necessary cooperation
and coordination among all related elements so as to se-
cure and protect natural resources for the national interest.
Conclusions of this research: First, the Fisheries Law has
formulated many good things about prevention, supervi-
sion, empowerment and action against fishery sector ac-
tors, both national fishermen and foreign fishermen. Se-
condly, sanctions in the latest Fisheries Act are heavier
than previous laws. With sanctions that are not even
heavy give a deterrent effect to the perpetrators of illegal
fishing.

Keywords: Fishery, Illegal, Fishing.

202
Jurnal Hukum Respublica, Vol. 17 No. 1 Tahun 2017: 189 - 209

Pendahuluan
Indonesia negara kepulauan perairan yang demikian luas menja-
terbesar di dunia, yang mencakup di tanggung jawab yang besar dan
17,508 pulau (citra satelit terakhir berat.1
menunjukkan 18,108 pulau), seba- Sebagai negara berkem-
nyak 6.000 diantaranya berpendu- bang dengan populasi penduduk
duk. Wilayah Indonesia yang ter- yang besar ditambah dengan struk-
bentang dan 6°08’ Lintang Utara tur geografis yang dikelilingi oleh
hingga 11°15’ Lintang Selatan, dan laut maka laut menjadi tumpuan se-
dan 94045 Bujur Timur hingga bagian besar penduduk Indonesia
141°05’ Bujur Timur terletak di posi- untuk memenuhi kebutuhan hidup
si geografis sangat strategis, karena terutama di daerah pesisir, seperti
menjadi penghubung dua samudera nelayan. Nelayan adalah kelompok
dan dua benua, Samudera India masyarakat yang bermukim di ka-
dengan Samudera Pasifik, dan Be- wasan pantai umumnya menggan-
nua Asia dengan Benua Australia. tungkan sumber kehidupan dan
Sebagai negara kepulauan sektor kelautan dan perikanan. Se-
sebagian besar wilayah Indonesia lain itu, bagi negara kepulauan se-
terdiri dan laut, memiliki potensi pe- perti indonesia, laut memiliki posisi
rikanan yang sangat berperan yang strategis dan potensi yang luar
memperkuat sektor ekonomi. Hal mi biasa, di mana perairan indonesia
dapat menjadi aset pembangunan adalah laut tenitorial baik perairan
Indonesia. Sebagaimana termaktud kepulauan maupun perairan pencla-
dalam Pasal 33 ayat (3) Undang- laman. Kemudian laut Indonesia
lindang Dasar (UUD) 1945 “Bumi juga sebagai perairan laut Zona
dan air dan .kekayaan alam yang Ekonomi Ekskulsif (ZEE), sesual
terkandung didalamnya dikuasai pengumuman Pemerintah Republik
oleh negara dan dipergunakan se- Indonesia pada tanggal 31 Maret
besar-besarnya untuk makmuran 1980, yang merupakan jaminan
rakyat. Dalam UUD 1945 ditetapkan masa depan bangsa.2
Indonesia sebagai sebuah negara Saat mi sangat marak terjadi
kepulauan dengan panjang garis penangkapan ikan secara illegal
pantai mencapal 95.181 Km. Seba- (illegal fishing) di wilayah perairan
nyak 92 pulau kecil diantaranya me- Indonesia dilakukan oleh nelayan
rupakan pulau-pulau kecil terluar. lokal dan asing. Tidak sedikit kasus
Pulau-pulau tersebut kecil menye- penangkapan nelayan-nelayan
diakan sumber daya alam yang “nakal” dan luar negeri yang senga-
produktif diantaranya potensi peri- ja masuk ke kawasan perairan In-
kanan. Oleh karna itu, untuk men- donesia untuk mengambil ikan
gelola, dan mengamankan wilayah maupun kekayaan laut lainnya.
_
1
Marhaeni Ria Siombo, Hukum Perikanan Nasional dan Internasional, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2010), hlm. 1.
2
Frans.E.Lidkaja, Hukum Laut, (Bandung: Dzulkaidah, 1998), hlm. 39

191
Tinjauan Yuridis Illegal…….(Inggrit Fernandes)

Nomor 31 Tahun 2004 tentang Pe- kapal penangkap ikan berbendera


rikanan selanjutnya diubah dengan Indonesia yang dipergunakan untuk
Undang Undang Nomor 45 Tahun meakukan penangkapan ikan di wi-
2009 tentang Perikanan. Undang- layah pengelolaan perikanan Re-
Undang Nomor 45 Tahun 2009 publik Indonesia dan/atau laut lepas
mengamanatkan agar tindak pidana wajib memiliki SIPI (Surat Izin Pe-
dibidang perikanan diselesaikan nangkapan Ikan)”. Pasal 27 ayat (2)
melalui jalur Pengadilan Penikanan. menyebutkan: “Setiap orang yang
Masih banyak tindak pidana perika- memiliki dan/atau mengoperasikan
nan diselesaikan di Pengadilan kapal penangkap ikan berbendera
Umum kanena penyidik dan jaksa asing yang dipergunakan untuk me-
masih menerapkan Kitab Undang- lakukan penangkapan ikan di wi-
undang Hukum Pidana (KUHP), se- layah pengelolaan perikanan Re-
harusnya berlaku asas lex spesialis publik Indonesia wajib memiliki SIPI
derogat lex generalis. (Surat Izin Penangkapan Ikan)”.
Bilamana dicermati Undang- Pasal 28 ayat (1) menyebutkan:
Undang Nomor 31 Tahun 2004 ten- “Setiap orang yang memiliki dan
tang Perikanan dan Undang- /atau mengoperasikan kapal pen-
Undang Nomor 45 Tahun 2009 ten- gangkut ikan di wilayah pengelolaan
tang Perubahan atas Undang- perikanan Republik Indonesia wajib
Undang Nomor 31 tentang Perika- memiliki SIKPI (Surat Izin Kapal
nan maka undang-undang tensebut Pengangkut Ikan)”.
bermuatan hukum administrasi. Hal Walaupun sudah ada aturan
mi dilihat dan ketentuan yang bersi- tersebut tidaklah setiap orang me-
fat administratif, seperti Pasal 26 naatinya, acapkali masih terjadi pe-
ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 langgaran. Untuk penguatan dan
Tahun 2004 tentang Perikanan me- penaatan berlakunya ketentuan
nyebutkan: yang bersifat administrasi tersebut
“Setiap orang yang melakukan usa- maka dalam Undang-Undang No-
ha perikanan di bidang penangka- mor 45 Tahun 2009 tentang Peru-
pan, pembudidayaan, pengangku- bahan atas Undang-Undang Nomor
tan, pengolahan, dan pemasaran 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
ikan di wilayah pengelolaan perika- memuat ancaman pidana (penal
nan Republik Indonesia wajib memi- policy). Penal policy merupakan
liki SIUP (Surat Izin Usaha usaha mewujudkan peraturan pida-
Perikanan)”. Pasal 26 ayat (2) me- na yang baik, sesuai keadaan pada
nyebutkan: “Kewajiban memiliki waktu tertentu dan untuk masa
SIUP sebagaimana hmaksud pada yang akan datang.6 Dalam Undang-
ayat (1), tidak berlaku bagi nelayan Undang Perikanan mi dimuat keten-
kecil dan/atau pembudidaya ikan tuan pidana dalam Bab XV dan
kecil”. Pasal 27 ayat (1) Undang- Pasal 84 sampai dengan Pasal 105.
Undang Nomor 31 Tahun 2004 me- Adanya ancaman pidana kumulatif
nyebutkan: “Setiap rang yang me- dalam undang-undang di bidang
miWki dan/atau mengoperasikan perikanan tidaklah berarti dengan
_
6
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, (Bandung: Alumni, 2010), hlm. 159.

4
Jurnal Hukum Respublica, Vol. 17 No. 1 Tahun 2017: 189 - 209

serta merta illegal fishing dapat di- but juga terkena imbas dan pencu-
cegah dan dibasmi sampal tuntas rian ikan. Selain itu, masyarakat lain
ke akar-akarnya. Sulitnya penega- yang menjadi konsumen juga ikut
kan hukum illeggal fishing setidak- dirugikan karena tidak bisa menik
nya disebabkan oleh dua hal, yaitu mati hasil Iaut di negeni sendiri. Se-
tumpang tindihnya peraturan pe- cara makro, mkan-ikan Indonesia
rundang-undangan yang berujung dicuri lantas diolah dengan perala-
ketidakjelasan institusi yang berwe- tan mumpuni sehingga mening-
nang dalam mengurus permasala- katkan harga jual di luar negeri.10
han illeggal fishing serta adanya Perikanan laut diperkirakan me-
konflik kepentingan diantara institusi nyumbang 78% dan total produksi
tersebut.7 Persoalan mi tentu san- perikanan tahun 2002 akan menjadi
gat menguntungkan pelaku illegal tumpuan
fishing. Kebijakan dalam penanggu- sektor mi. Kemiskinan yang berha-
langan illegal fishing yang menjadi dapan dengan kerapuhan lingkun-
landasan dalam kebijakan aplikasi gan hidup, konflik dan dualisme
maupun eksekusi maka UU Perika- ekonomi, serta tumpang tindih dan
nan memuat regulasi atau formulasi tidak berdayanya perangkat kebija-
baik mengenai hukum acana pidana kan, merupakan tantangan yang
maupun tindak pidana perikanan.8 pada gilirannya akan berimbas pa-
Kementenian Kelautan dan Perika- da keberlanjutan pertumbuhan sek-
nan Republik Indonesia telah bebe- tor ini.11
rapa kali mengeksekusi kapal-kapal Penelitian sejenis pernah di-
nelayan asing yang tertangkap lakukan beberapa peneliti lain, se-
dengan cara dibom dan ditengge- perti Abdul Qodir Jaelani dan
lamkan, di mana aktivitas mi sangat Udiyo Basuki dengan judul Illegal
diapresiasi oleh nelayan Indonesia, Unreported and Unregulated (IUU)
namun sangat diprotes oleh negara- Fishing: Upaya Mencegah dan
negara yang kapalnya ditenggelam- Memberantas Illegal Fishing dalam
kan.9 Membangun Poros Maritim Indone-
Illegal fishing sangat meru- sia. Dalam penelitiannya dijelaskan
gikan negara maupun nelayan tra- bahwa pencegahan dan pemberan-
disional. Nelayan tradisional yang tasan illegal fishing sebagai upaya
merupakan masyarakat Indonesia, membangun poros maritim adalah
sehingga masyarakat pesisir terse- sebuah terobosan yang sudah la
_
7
Akhmad Solihin, Politik Hukum Kelautan & Perikanan, (Bandung: Nuansa Aulia,
2010), hlm. 44
8
Gatot Supramono, Hukum Orang Asing di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012),
hlm. 108.
9
Idrus Affandi, Kajian Hukum Terhadap Pencurian Ikan dilaut Berdasarkan UU Nomor
45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, Jurnal
Lex Privatum, Volume V, Nomor 5, Juli 2017, hlm. 116.
10
Supriadi dan Alimudin, Hukum Perikanan Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011),
hlm. 210.
11
https://www.facebook.com/budidaya.perairanunila/posts/364277950398199,diakses
25 Agustus 2017, pukul 10.00 Wib

5
Tinjauan Yuridis Illegal…….(Inggrit Fernandes)

digaungkan. Hal mi bisa dilihat dan nan (KKP) PNBP sektor KP menca-
Indonesia yang telah mempunyai pai Rp 293,91 miliar. Pada 2007,
beberapa peraturan perundang- hanya mencapai Rp 134,63 miliar
undangan sebagai dasar hukum atau menurun sekitar 54,2 persen.
yang menjadi landasan pencegahan Selama 2007-2011, PNBP sektor
dan pemberantasan illegal fishing di KP mengalami peningkatan rata-
Indonesia diantaranya Undang- rata sebesar 12,1 persen. Faktor
Undang Laut Tenitorial dan Ling- utarna yang mendukung adalah
kungan Maritim Tahun 1939 (Terri- semakin intensifnya upaya penagi-
torial Zee en Maritime Kringen Or- han atas tunggakan-tunggakan ke-
donantie, StbI. 1939 No. 442), Un- wajiban PNBP pernegang izin kapal
dang-Undang Nomor 17 Tahun tangkap. Terjadinya fluktuasi dis-
1985 tentang Pengesahan United ebabkan oleh beberapa hal dianta-
Nations Convention on the Law of ranya, adanya praktek pencurian
the Sea (UNCLOS), Undang- ikan yang disebut Illegal, Unre-
Undang Nomor 5 Tahun 1983 ten- ported, Unregulated Fishing (IUU
tang Zona Ekonomi Ekslusif Indo- Fishing). Pada 2012, Badan Peme-
nesia, Undang-Undang Nomor 21 riksa Keuangan (BPK) memperkira-
Tahun 1992 tentang Pelayaran, kan kerugman negara dan IUU
Undang-Undang Nomor 6 Tahun Fishing sebesar Rp 300 Triliun.
1996 tentang Perairan Indonesia, Dampak negatif yang Iebih parah
Undang-Undang Nomor 31 Tahun adalah kerusakan habitat dan eko-
2004 ja. Undang-Undang Nomor 45 sistem laut. Termasuk didalarnnya
Tahun 2009 tentang Perikanan Un- penangkapan ikan ilegal yang diser-
dang-Undang Nomor 32 Tahun ten- tai perusakan terhadap lingkungan
tang Kelautan, Peraturan Menteri laut baik oleh born ikan, trawl, mau-
Kelautan dan Perikanan Republik pun menggunakan racun sianida.
Indonesia Nomor 2I PERMEN- Kerusakan alam itu jika tidak segera
KP/2015 tentang Larangan Peng- diperbaiki rnaka ancaman kerugian
gunaan Alat Penangkapan Ikan Pu- Iebih besar menghantui negara In-
kat Hela (trawis) dan Pukat Ta- donesia yang akan bendampak be-
rik(seine nets) di Wilayah Pengelo- sarjuga pada Iingkungan bumi dan
laan Perikanan Negara Republik perubahan iklim global.12
Indonesia. Namun, kenyataannya di Mawardi Khairi, pernah meneliti ten-
Indonesia masih banyak sekali ka- tang Politik Hukum Pemerintah Da-
sus illegal fishing yang terjadi, hat lam Penanganan Tindak Pidana
mi bisa dilihat dan perkembangan Perikanan (Illegal Fishing) di Indo-
Penenimaan Negara Bukan Pajak nesia. Dalam penelitiannya dije-
(PNBP) dan sektor KP mengalami laskan politik hukurn pemerintah
fluktuasi. Pada 2005, berdasarkan dalam bidang perikanan mengalami
data Kementerian Kelautan Perika- tiga kali perubahan, yaitu Undang-
_

12
Abdul Qodir Jaelani dan Udiyo Basuki, Illegal Unreported and Unregulated (IUU)
Fishing: Upaya Mencegah dan Memberantas Illegal Fishing dalam Membangun Poros Mari-
tim Indonesia

6
Jurnal Hukum Respublica, Vol. 17 No. 1 Tahun 2017: 189 - 209

Undang Nomor 9 Tahun 1985, Un- gar dan juga cepat busuk. Melaku-
dang-Undang Nomor 31 Tahun kan penangkapan ikan mengguna-
2004 dan Undang-Undang Nomor kan bahan peledak dapat memper-
45 Tahun 2009 tentang Perikanan. cepat banyaknya penghasilan se-
Poiltik hukum pemenntah dalam hingga masyarakatpun tetap untuk
bidang perikanan di era pemerinta- melakukan pemboman.14
han Jokowi-JK semakin menunjuk- Ignatius Yogi Widianto Se-
kan bahwa illegal fishing adalah tin- tyadi, pernah meneliti tentang
dak pidana yang luar biasa sehing- upaya negara Indonesia dalam me-
ga membutuhkan keijasama pene- nangani masalah illegal fishing di
gakan hukum antar lembaga peme- Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
rintahan sehingga diterbitkanlah Pe- Hash! penelitiannya menjelaskan
raturan Presiden Nomor 165 Tahun upaya Indonesia dalam menangani
2015 tentang Satuan Tugas Pem- masalah illegal fishing di zona eko-
berantasan Tindak Pidana Illegal nomi eksklusif Indonesia, yaitu di
Fishing.13 ranah internasional, Indonesia turut
Risnawati, pernah meneliti aktif dalam hal pemberantasan IUU
tentang perilaku menyimpang illegal fishing. Salah satunya, yaitu dengan
fishing. Hash penelitian menggam- ikut dalam kerjasama internasional
barkan perilaku menyimpang (studi Regional Fisheris Management Or-
kasus illegal fishing di Taka Bone- ganization (RFMO). Sementara di
rate Kabupaten Kepulauan Se- ranah nasional, Indonesia melalui
layar). Perilaku menyimpang, yaltu Menteri Kelautan dan Perikanan
illegal fishing yang dimaksud adalah telah mengeluarkan KEPMEN No-
penangkapan ikan rnenggunakan mor KEP/50/MEN/2012 tentang
bahan peledak born, sianida dan Rencana Aksi Nasional Pencega-
pembiusan. Perilaku nelayan terha- han dan Penanggulangan Illegal,
dap ekosistem terumbu karang di Ureported and Unregulated Fishing
Taka Bonerate Kabupaten Kepu- (IUU Fishing). Dalam hal penanga-
lauan Selayar dipengaruhi akibat nan kasus illegal fishing yang terjadi
rendahnya tingkat pendidikan se- di wilayah perairan Indonesia, pe-
hingga pengetahuan tentang keru- merintah Indonesia terlalu lunak da-
sakan ekosistem terumbu karang- lam memproses pelaku pelangga-
pun tidak dapat diketahui, penang- ran. Hal inilah yang membuat nega-
kapan ikan dengan menggunkan ra-negara tetangga tidak menjadi
bahan peledak juga berdampak ter- segan terhadap Indonesia dan
hadap keselamatan nyawa pelaku mengakibatkan kasus-kasus sema-
sendiri, ikan yang didapat tidak se- cam mi selalu terjadh di wilayah pe
_
13
Mawardi Khairi, Politik Hukum Pemerintah Dalam Penanganan Tindak Pidana Perika-
nan (Illegal Fishing) di Indonesia, Fiat Justisia Journal of Law, Volume 10, Issue 2 April-June
2016, hlm. 255.
14
Risnawati, Perilaku Menyimpang Illegal Fishing, Jurnal Equilibrium Pendidikan Sosi-
ologi, Volume IV, Nomor 1, Mei 2016, hlm. 38.

7
Tinjauan Yuridis Illegal…….(Inggrit Fernandes)

rairan Indonesia. Upaya yang dila- kunder, terdiri atas bahan hukum
kukan Indonesia untuk menangani primer, bahan hukum sekunder, dan
masalah illegal fishing kurang se- bahan hukum tersier.17 Bahan hu-
rius. Indonesia Iebih mengedepan- kum primer, yaitu bahan-bahan hu-
kan isu-isu, seperti korupsi di biro- kum yang mengikat. Bahan hukum
krasi dibanding isu-isu mengenai primer dalam penelitian mi adalah
illegal fishing.15 Undang-Undang Nomor 31 Tahun
Bila ditelaah penelitian ter- 2004 tentang Perikanan dan peru-
dahulu tersebut berbeda dengan bahannya, yaitu Undang-Undang
konten penelitian mi. Oleh karena Nomor 45 Tahun 2009. Bahan hu-
itu, penelitian mi merupakan sesua- kum sekunder, yaitu bahan hukum
tu yang baru atau berbeda dengan yang memberikan penjelasan men-
penelitian terdahulu (novelty). Ada- genai bahan hukum primer. Bahan
pun permasalahan dalam penelitian hukum sekunder dalam penelitian
mi: Pertama, bagaimana tinjauan mi terdiri atas buku, jurnal, artikel,
yuridis illegal fishing di Indonesia. dan literatur Iamnnya yang berkai-
Kedua, sanksi terhadap illegal fish- tan dengan permasalahan yang di-
ing di Indonesia. Tujuan penelitian bahas.
mi untuk menjelaskan tinjauan yuri- Teknik pengumpulan data
dis illegal fishing di Indonesia dan yang digunakan dalam penelitian mi
menjelaskan sanksi terhadap illegal adalah studi kepustakaan, yaltu
fishing di Indonesia. Hasil yang di- mengumpulkan literatur yang ber-
harapkan dan penelitian mi dapat hubungan dengan penelitian mi,
menambah khasanah ilmu hukum di kemudian dianalisis dan diambil ke-
bidang perikanan dan bermanfaat simpulannya.
bagi kalangan praktis. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian mi ada-
Metode Penelitian lah analisis deskriptifk ualitatif dan
Jenis penelitian mi hukum normatif analisis deskriptif evaluatif. Analisis
dengan metode pendekatan yuridis deskriptif-kualitatif, yaitu penguraian
normatif. Penelitian hukum normatif data-data yang diperolehdalam sua-
merupakan suatu proses untuk me- tu gambaran sistematis yang dida-
nemukan aturan hukum, prinsip- sarkan pada teori dan pengertian
prinsip hukum maupun doktrin- hukum yang terdapat dalam ilmu
doktrin hukum guna menjawab isu hukum untuk mendapatkan kesim-
hukum yang dihadapi.16 pulan yang signifikan dan ilmiah.
Sumber data yang diguna- Analisis deskriptif-evaluatif, yaitu
kan dalam penelitian mi data se- analisis yang bertujuan untuk meng-
_
15
Ignatius Yogi Widianto Setyadi, Upaya Negara Indonesia Dalam Menangani Masalah
Illegal Fishing di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas
Atma 16Jaya Yogyakarta, 2014, hlm. 15.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 35.
17
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metodologi Peneltian Hukum, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2006), hlm. 35.
gambarkan kondisi eksisting dan regulasi yang ada saat mi, kemu- dian di
lakukan evaluasi berdasar- kan kebutuhan melalui pendekatan- pendekatan
8
Jurnal Hukum Respublica, Vol. 17 No. 1 Tahun 2017: 189 - 209

yang ditentukan guna menentukan Iangkah kebijakan yang tepat

9
Tinjauan Yuridis Illegal…….(Inggrit Fernandes)

Dalam The Contemporaa’y English Pasal 7 Undang-Undang Nomor 45


Indonesian Dictionaiy, “Illegal” ar- Tahun 2009:
tinya tidak sah, dilarang atau ber- Dalam rangka mendukung kebi-
tentangan dengan hukum.21 jakan pengelolaan sumber daya
Sebagaimana disinggung pen- ikan, Menteri menetapkan:
gertian illegal fishing tidak ada di- a. Rencana pengelolaan peri-
cantumkan dalam peraturan perun- kanan;
dang-undangan, tetapi ketentuan b. Potensi dan alokasi sumber
berikut jika dilanggar dapat dikate- daya ikan di wilayah penge-
gorikan illegal fishing, seperti: lolaan perikanan Negara
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 31 Republik Indonesia;
Tahun 2004: c. Jumlah tangkapan yang di-
a. Setiap orang, baik warga perbolehkan di wilayah pen-
negara Indonesia maupun gelolaan perikanan Negara
warga negara asing dan ba- Republik Indonesia;
dan hukum Indonesia mau- d. Potensi dan alokasi lahan
pun badan hukum asing, pembudidayaan ikan di wi-
yang melakukan kegiatan layah pengelolaan perikanan
perikanan di wilayah penge- Negara Republik Indonesia;
lolaan perikanan Republik e. Potensi dan alokasi induk
Indonesia. serta benih ikan tertentu di
b. Setiap kapal perikanan ber- wilayah pengelolaan perika-
bendera Indonesia dan kap- nan Negara Republik Indo-
al perikanan berbendera as- nesia;
ing, yang melakukan kegia- f. Jenis, jumlah, dan ukuran
tan perikanan di wilayah alat penangkapan ikan;
pengelolaan perikanan Re- g. Jenis, jumlah, ukuran, dan
publik Indonesia. penempatan alat bantu pe-
c. Setiap kapal perikanan ber- nangkapan ikan;
bendera Indonesia yang me- h. Daerah, jalur, dan waktu
lakukan penangkapan ikan atau musim penangkapan
di luar wilayah pengelolaan ikan;
perikanan Republik Indone- i. Persyaratan atau standar
sia. prosedur operasional pe-
d. Setiap kapal perikanan ber- nangkapan ikan;
bendera Indonesia yang me- j. Pelabuhan perikanan;
lakukan penangkapan ikan, k. Sistem pemantauan kapal
baik sendiri-sendiri maupun perikanan;
bersama-sama, dalam ben- l. Jenis ikan baru yang akan
tuk kerja sama dengan pihak dibudidayakan;
asing.

21
Peter Salim, The Contemporary English Indonesian Dictionary, (Jakarta: Modern Eng-
lish Press, 2003), hlm. 65.

10
Jurnal Hukum Respublica, Vol. 17 No. 1 Tahun 2017: 189 - 209

m. Jenis ikan dan wilayah pe- Pasal 23 Undang-Undang Nomor


nebaran kembali serta pe- 45 Tahun 2009
nangkapan ikan berbasis 1) Setiap orang dilarang
budi daya; menggunakan bahan baku,
n. Pembudidayaan ikan dan bahan tambahan makanan,
perlindungannya; bahan penolong, dan/atau
o. Pencegahan pencemaran alat yang membahayakan
dan kerusakan sumber daya kesehatan manusia
ikan serta Iingkungannya; dan/atau Iingkungan dalam
p. Rehabilitasi dan peningka- melaksanakan penanganan
tan sumber daya ikan serta dan pengolahan ikan.
Iingkungannya; 2) Pemerintah menetapkan
q. Ukuran atau berat minimum bahan baku, bahan tamba-
jenis ikan yang boleh di- han makanan, bahan peno-
tangkap; long, dan/atau alat yang
r. Kawasan konservasi perai- membahayakan kesehatan
ran; manusia dan/atau Iingkun-
s. Wabah dan wilayah wabah gan sebagaimana dimaksud
penyakit ikan; pada ayat (1).
t. Jenis ikan yang dilarang un- 3) Pemerintah melakukan so-
tuk diperdagangkan, dima- sialisasi bahan baku, bahan
sukkan, dan dikeluarkan ke tambahan makanan, bahan
dan dan wilayah Negara penolong, dan/atau alat
Republik Indonesia; dan yang membahayakan kese-
u. Jenis ikan yang dilindungi. hatan manusia danlatau
Pasal 9 Undang-Undang Nomor 45 Iingkungan.
Tahun 2009: Masih banyak pasal-pasal lain yang
1) Setiap orang dilarang memi- secara khusus mengatur mengenai
liki, menguasai, membawa, ketentuan teknis pelaksanaan pe-
dan/atau menggunakan alat nangkapan ikan di perairan Indone-
penangkapan dan/atau alat sia. Selain dalam Undang-Undang
bantu penangkapan ikan Perikanan juga diatur dalam peratu-
yang mengganggu dan me- ran perundang-undangan lainnya,
rusak keberlanjutan sumber yaitu:
daya ikan di kapal penang- 1. Undang-Undang Nomor 27
kap ikan di wilayah pengelo- Tahun 2007 tentang Penge-
laan perikanan Negara Re- lolaan Wilayah Pesisir dan
publik Indonesia. Pulau-pulau Kecil serta atu-
2) Ketentuan mengenai alat ran pelaksanaannya Iainnya,
penangkapan dan/atau alat sepenti Peraturan Pemenin-
bantu penangkapan ikan tah Nomor 54 Tahun 2005
yang mengganggu dan me- tentang Usaha Perikanan.
rusak keberlanjutan sumber 2. Peraturan Pemerintah No-
daya ikan sebagaimana di- mor 60 Tahun 2007 tentang
maksud pada ayat (1) diatur Konservasi Sumber Daya
dengan Peraturan Menteri. Ikan.

11
Tinjauan Yuridis Illegal…….(Inggrit Fernandes)

3. Peraturan Pemerintah No- memperhatikan aspek pelestarian


mor 30 Tahun 2008 tentang Iingkungan dan dampaknya terha-
Penyelenggaraan Penelitian dap ekosistem serta manfaatnya
dan Pengembangan Perika- terhadap keberlanjutan sumber
nan. daya yang tersedia untuk masa de-
4. Peratunan Menteni Kelautan pan bangsa.
dan Perikanan Nomor Berikut mi beberapa jenis izin yang
PER.13/MEN/2005 tentang harus diperhatikan agar tidak tergo-
Forum Koordinasi Penanga- long kepada tindakan illegal fishing:
nan Tindak Pidana di Bidang 1. Surat Izin Usaha Perikanan
Penikanan. (SIUP)
5. Peraturan Menteri Kelautan Pasal 26 Undang-Undang No-
dan Perikanan Nomor mor 31 Tahun 2004 menentu-
PER.14/MEN/2005 tentang kan: Setiap orang yang mela-
Komisi Nasional Pengkajian kukan usaha perikanan di bi-
Sumber Daya Ikan. dang penangkapan, pembudi-
6. Peraturan Menteri Kelautan dayaan, pengangkutan, pengo-
dan Perikanan Nomor PER. lahan, dan pemasaran ikan di
1 5/MEN/2005 tentang Pe- wilayah pengelolaan perikanan
nangkapan Ikan dan/atau Republik Indonesia wajib memi-
Pembudidaya Ikan di Wi- liki SIUP. Kewajiban memiliki
layah Pengelolaan Penika- SIUP tidak berlaku bagi ne-
nan Republik Indonesia layan kecil danlatau pembudi-
yang Bukan Untuk Tujuan daya ikan kecil”. Pasal 26 di
Komersial. atas secara tegas menye-
7. Peraturan Menteni Kelautan butkan setiap usaha perikanan
dan Perikanan Nomon wajib memikili SIUP kecuali ba-
PER.05/MEN/2008 tentang gi nelayan kecil/pembudidaya
Usaha Penikanan Tangkap. ikan kecil.
Peraturan perundang-undangan 2. Surat Izin Penangkapan Ikan
di atas secara tegas harus ditegak- (SIPI)
kan dalam rangka menjaga kedau- Pasal 27 Undang-undang Nomor 31
latan wilayah perairan. Setiap Tahun 2004 menentukan:
orang, badan dan negara asing wa- 1) Setiap orang yang memiliki
jib tunduk pada ketentuan hukum dan/atau mengoperasikan
agar tidak terkena sanksi illegal kapal penangkap ikan ber-
fishing. Untuk memanfaatkan bendera Indonesia yang di-
sumber daya penikanan agar tidak pergunakan untuk melaku- kan
terkena sanksi illegal fishing maka penangkapan ikan di wi- layah
dalam keadaan tertentu mesti di- pengelolaan perikanan
lengkapi pers-yaratan penizinan. Republik Indonesia dan/atau
Penizinan merupakan salah sa- laut lepas wajib memiliki SIPI.
tu cara untuk pengendalian pe- 2) Setiap orang yang memiliki
nangkapan ikan. Pemberian izin dan/atau mengoperasikan
dengan memperhatikan keterse- kapal penangkap ikan ber-
diaan sumber daya ikan yang ada,

12
Jurnal Hukum Respublica, Vol. 17 No. 1 Tahun 2017: 189 - 209

bendera asing yang diper- kritis. Ekplorasi dan ekploitasi


gunakan untuk melakukan tanpa batas dapat merugikan bang-
penangkapan ikan di wi- sa Indonesia. Untuk itu perlu pem-
layah pengelolaan perikanan batasan dan konsistensi dalam pe-
Republik Indonesia wajib larangan penangkapan ikan yang
memiliki SIPI. bertujuan untuk kesejahteraan ma-
3) SIPI sebagaimana dimaksud nusia di kemudian han.
pada ayat (1) diterbitkan
oleh Menteri. Sanksi Terhadap Illegal Fishing
4) Kapal penangkap ikan ber- di Indonesia
bendera Indonesia yang me- Banyak faktor yang tenidentifi-
lakukan penangkapan ikan kasi penyebab terjadmnya illegal
di wilayah yurisdiksi negara fishing di perairan Indonesia, yai-
lain harus terlebih dahulu tu:22
mendapatkan persetujuan 1. Luasnya potensi laut yanq
dan Pemerintah. belum dikelola;
3. Surat Izin Kapal Pengangkut 2. Peluang bisnis ikan yang
Ikan (SIKPI) menggiurkan;
Surat izin kapal pengangkut 3. Kelemahan penegakan hu-
ikan, yang selanjutnya disebut kum;
SIKPI adalah izin tertulis yang 4. Mentalitas aparat;
harus dimiliki setiap kapal peri- 5. Faktor perundang undan-
kanan untuk melakukan pen- gan.
gangkutan ikan. Pasal 28 Un- Reformasi hukum perikanan di
dang-undang Nomor 31 Tahun Indonesia adalah dengan diun-
2004 menentukan: dangkannya Undang-Undang No-
1) Setiap orang yang memiliki mor 31 Tahun 2004 kemudian di-
dan/atau mengoperasikan ubah dengan Undang-Undang No-
kapal pengangkut ikan di wi- mor 45 tahun 2009 tentang Perika-
layah pengelolaan perikanan nan. Undang-undang mi amatlah
Republik Indonesia wajib penting mengingat luas perairan
memiliki Indonesia mendekati 6 juta kilome-
SIKPI. ter persegi mencakup perairan ke-
2) SIKPI sebagaimana dimak- daulatan dan yuridiksi nasional
sud pada ayat (1) diterbitkan memerlukan penegakan hukum dan
oleh Menteri. pengamanan laut dan gangguan
Dalam penerbitan izin sangat dan upaya pihak asing.23
diperlukan disiplin yang ketat oleh Sanksi terhadap illegal fishing diatur
para pihak yang terkait. Saat mi ke- dalam Undang-Undang Perikanan
giatan penangkapan ikan di Indone- terdapat dalam beberapa pasal di-
sia telah menghadapi kondisi yang antaranya Pasal 84 sampai dengan-
_
22
https://nurhasanblogger.wordpress.com/2015/12/17/penyelesaian-illegal-fishing-
berdasarkan-undang-undang-nomor-45-tahun-2009-2/, diakses 25 Agustus 2017, pukul 12.30
Wib.
23
ibid.

13
Tinjauan Yuridis Illegal…….(Inggrit Fernandes)

Pasal 104. Pasal 84 menyatakan: 3) Pemilik kapal perikanan,


1) Setiap orang yang dengan pemilik perusahaan penika-
sengaja di wilayah pengelo- nan, penanggung jawab pe-
laan perikanan Republik In- rusahaan perikanan, dan
donesia melakukan penang- /atau operator kapal penika-
kapan ikan dan/atau pem- nan yang dengan sengaja di
budidayaan ikan dengan wilayah pengelolaan perika-
menggunakan bahan kimia, nan Republik Indonesia me-
bahan biologis, bahan pele- lakukan usaha penangkapan
dak, alat dan/atau cara, ikan dengan menggunakan
dan/atau bangunan yang bahan kimia, bahan biologis,
dapat merugikan dan/atau bahan peledak, alat dan/
membahayakan kelestanian atau cara, dan/atau bangu-
sumber daya ikan dan/atau nan yang dapat merugikan
lingkungannya sebagaimana dan/atau membahayakan
dimaksud dalam Pasal 8 kelestanian sumber daya
ayat (1), dipidana dengan ikan dan/atau lingkungannya
pidana penjara paling lama sebagaimana dimaksud da-
6 (enam) tahun dan denda lam Pasal 8 ayat (3), dipida-
paling banyak Rp na dengan pidana penjara
200.000.000,00 (satu miliar paling lama 10 (sepuluh) ta-
dua ratus juta rupiah). hun dan denda paling ba-
2) Nakhoda atau pemimpmn nyak Rp 2.000.000.000,00
kapal perikanan, ahli pe- (dua miliar rupiah.
nangkapan ikan, dan anak 4) Pemilik perusahaan pembu-
buah kapal yang dengan didayaan ikan, kuasa pemilik
sengaja di wilayah pengelo- perusahaan
laan perikanan Republik In- pembudidayaan ikan, dan/
donesia melakukan penang- atau penanggung jawab pe-
kapan ikan dengan meng- rusahaan pembudidayaan
gunakan bahan kimia, ba- ikan yang dengan sengaja
han biologis, bahan peledak, melakukan usaha pembudi-
alat dan/atau cara, dan/atau dayaan ikan di wilayah pen-
bangunan yang dapat meru- gelolaan penikanan Repub-
gikan dan/atau memba- lik Indonesia menggunakan
hayakan kelestarian sumber bahan kimia, bahan biologis,
daya ikan dan/atau lingkun- bahan peledak, danlatau ca-
gannya sebagaimana di- ra, dan/atau bangunan yang
maksud dalam Pasal 8 ayat dapat merugikan dan/atau
dipidana dengan pidana membahayakan kelestanian
penjara paling lama 10 (se- sumber daya ikan dan/atau
puluh) tahun dan denda pal- lingkungannya sebagaimana
ing banyak Rp dimaksud dalam Pasal 8
200.000.000,00 (satu miliar ayat (4), dipidana dengan
dua ratus juta rupiah). pidana

14
Jurnal Hukum Respublica, Vol. 17 No. 1 Tahun 2017: 189 - 209

penjara paling lama 10 (se- hanya aktivitas penangkapan yang


puluh) tahun dan denda pal- menyalahi aturan yang dihukum,
ing banyak Rp 2.000.- melainkan juga dan aktivitas yang
000.000, (dua miliar rupiah). mengakibatkan rusaknya keberlan-
Pasal 85 pada Undang-Undang jutan sumber daya ikan di wilayah
Nomor 31 Tahun 2004 mengalami pengelolaan perikanan Negara Re-
perubahan, yaitu: publik Indonesia.
“Setiap orang yang dengan Ketentuan Pasal 93 Undang-
sengaja di wilayah pengelolaan pe- Undang Nomor 31 Tahun 2004 juga
rikanan Republik Indonesia memili- mengalami perubahan dalam Un-
ki, menguasal, membawa, dan/atau dang-undang Nomor 45 tahun 2009
menggu nakan alat penangkapan dengan rumusan:
ikan dan/atau alat bantu penangka- 1) Setiap orang yang memiliki
pan ikan yang berada di kapal pe- dan/atau mengoperasikan
nangkap ikan yang tidak sesual kapal penangkap ikan ber-
dengan ukuran yang ditetapkan, bendera Indonesia melaku-
alat penangkapan ikan yang tidak kan penangkapan ikan di wi-
sesuai dengan persyaratan, atau layah pengelolaan perikanan
standar yang ditetapkan untuk tipe Negara Republik Indonesia
alat tertentu dan/atau alat penang- dan/atau di laut lepas, yang
kapan ikan yang dilarang sebagai- tidak memiliki SIPI sebagai-
mana dimaksud dalam Pasal 9, di- mana dimaksud dalam Pas-
pidana dengan pidana penjara pal- al 27 ayat (1), dipidana den-
ing lama 5 (lima) tahun dan denda gan pidana penjara paling
paling banyak Rp 2.000.000.000,00 ama 6 (enam) tahun dan
(dua miliar rupiah)” denda paling banyak Rp
Dalam Undang-Undang 2.000.000.000,00 (dua miliar
Nomor 45 Tahun 2009 berubah rupiah).
menjadi: 2) Setiap orang yang memiliki
“Setiap orang yang dengan dan/atau mengoperasikan
sengaja memiliki, menguasai, kapal penangkap ikan ber-
membawa, dan/atau menggunakan bendera asing melakukan
alat penangkap ikan dan/atau alat penangkapan ikan di ZEE
bantu penangkapan ikan yang yang tidak memiliki SIPI se-
mengganggu dan merusak keber- bagaimana dimaksud dalam
lanjutan sumber daya ikan di kapal Pasal 27 ayat (2), dipidana
penangkap ikan di wilayah pengelo- dengan pidana penjara pal-
laan perikanan Negara Republik ing ama 6 (enam) tahun dan
Indonesia sebagaimana dimaksud denda paling banyak Rp
dalam Pasal 9 dipidana dengan pi- 20.000.000.000,00 (dua pu-
dana penjara paling ama 5 (lima) luh miliar rupiah).
tahun dan denda paling banyak Rp 3) Setiap orang yang mengo-
2.000.000.000,00 (dua miliar ru- perasikan kapal penangkap
piah)”. ikan berbendera Indonesia
Pasal 85 Undang-Undang Nomor di wilayah pengelolaan peri-
45 Tahun 2009, terlihat bahwa tidak kanan Negara Republik In-

15
Tinjauan Yuridis Illegal…….(Inggrit Fernandes)

donesia, yang tidak mem- kan kerjasama dan koordinasi dian-


bawa SIPI asH sebagaima- tara seluruh unsur terkait sehingga
na dimaksud dalam Pasal dapat mengamankan dan melin-
27 ayat (3), dipidana dengan dungi sumber daya alam untuk ke-
pidana penjara paling lama pentingan nasional.
6 (enam) tahun dan denda
paling banyak Rp Simpulan
2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah). 1. Undang-Undang Perikanan
4) Setiap orang yang mengo- telah merumuskan banyak
perasikan kapal penangkap hal balk mengenal pencega-
ikan berbendera asing di han, pengawasan, pember-
ZEE, yang tidak membawa dayaan dan penindakan ter-
SIPI ash sebagaimana di- hadap pelaku sektor perika-
maksud dalam Pasal 27 nan balk nelayan nasional
ayat (3), dipidana dengan maupun nelayan asing. Be-
pidana penjara paling lama gitu juga dan jenis alat tang-
6 (enam) tahun dan denda kapnya yaltu nelayan tradi-
paling banyak Rp sional sampai nelayan mod-
20.000.000.000,00 (dua pu- ern.
luh mihiar rupiah). 2. Sanksi dalam Undang-
Terdapat penambahan ayat (3) Undang Perikanan terbaru
dan 4 dalam pasal yang baru men- lebih berat dibandingkan
genai prosedur teknis penangkapan undang-undang sebelum-
ikan dengan membawa Surat Izin nya. Dengan sanksi yang
Penangkapan Ikan (SIPI) di wilayah Iebih beratpun belum mem-
pengelolaan perikanan Repubhik berikan efek jera kepada pe-
Indonesia. Tujuan penghukuman laku illegal fishing. Sanksi 6
untuk pencegahan maka besarnya tahun penjara bagi pelaku
hukuman harus sedemikian rupa penangkapan ikan tanpa
tidak boleh kurang atau lebih dan SIPI, sanksi 7 tahun bagi
batas yang dipenlukan. Dengan pemalsuan SIUP, SIP,, SIK-
demikian, maka terdapat prinsip PI. Denda paling banyak Rp
keadilan dalam menjatuhkan huku- 20.000.000.000. Namun,
man.24 sayangnya undangu ndang
Berbagai upaya telah dilakukan tidak memuat rumusan
oleh Pemerintah dalam rangka pen- sanksi minimum sehingga
cegahan dan penindakan illegal hal mi menjadi celah hukum.
fishing selanjutnya sangat diperlu-
_
24
Fitri Wahyuni, Sanksi Bagi Penista Agama Dalam Perspektif Hukum Pidana Indone-
sia dan Hukum Pidana Islam, Jurnal Das Sollen, Volume 1, Nomor 1, Juni 2017, hlm. 69.

16
Jurnal Hukum Respublica, Vol. 17 No. 1 Tahun 2017: 189 - 209

Referensi Giani. M dan W. Simpson. 2004.


Abdul Qodir Jaelani dan Udiyo Ba- The changing Nature of
suki. Illegal Unreported High Sea Fishing, How
and Unregulated (IUU) Flag of Convinience
Fishing: Upaya Mence- Provide Cover for illegal,
gah dan Memberantas Unreported and Unregu-
Illegal Fishing dalam lated Fishing. Australia:
Membangun Poros Ma- WWF dan Departement
ritim Indonesia. Jurnal of Agriculture Fisheries
Supremasi Hukum. Vo- and Forestry.
lume 3. Nomor 1. Juni Idrus Affandi. Kajian Hukum Terha-
2014. dap Pencurian Ikan di-
Amirudin dan Zainal Asikin. 2006. laut Berdasarkan UU
Pengantar Metodologi Nomor 45 Tahun 2009
Peneltian Hukum. Jakar- tentang Perubahan Atas
ta: Raja Grafindo Per- UU Nomor 31 Tahun
sada. 2004 tentang Perikanan.
Jurnal Lex Privatum. Vo-
Akhmad Solihin. 2010. Politik Hu- lume V. Nomor 5. Juli
kum Kelautan & Perika- 2017.
nan. Bandung: Nuansa Ignatius Yogi Widianto Setyadi.
Aulia. Upaya Negara Indone-
Ayub Torry Satriyo Kusumo. Opti- sia Dalam Menangani
malisasi Pengelolaan Masalah Illegal Fishing
dan Pemberdayaan Pu- di Zona Ekonomi
lau-pulau Terluar Dalam Eksklusif Indonesia.
Rangka Mempertahan- Skripsi. Fakultas Hu-
kan Keutuhan Negara kum. Universitas Atma
Kesatuan Republik In- Jaya Yogyakarta. 2014.
donesia. Jurnal Dinami- Lambok Silalahi. Tindak Pidana
ka Hukum. Volume 10. Pencurian Ikan (Illegal
Nomor 3 September Fishing) diperairan Pan-
2010. tai Timur Sumatera Uta-
Fitri Wahyuni. Sanksi Bagi Penista ra (Studi Kasus Keputu-
Agama Dalam Perspek- san PN Medan No.
tif Hukum Pidana Indo- 1028/PID.B/2005/PN
nesia dan Hukum Pida- MEDAN). Sekolah Pas-
na Islam. Jurnal Das casarjana. Universitas
Sollen. Volume 1. No- Sumatera Utara. Medan.
mor 1. Juni 2017. 2006.
Frans.E.Lidkaja. 1998. Hukum Laut. Marhaeni Ria Siombo. 2010. Hu-
Bandung: Dzulkaidah. kum Perikanan Nasional
Gatot Supramono. 2012. Hukum dan Internasion-
Orang Asing di Indone- al.Jakarta: PT Gramedia
sia. Jakarta: Sinar Grafi- Pustaka Utama.
ka.

17
Tinjauan Yuridis Illegal…….(Inggrit Fernandes)

Mawardi Khairi. Politik Hukum Pe- Risnawati. Perilaku Menyimpang


merintah Dalam Penan- Ilegal Fishing. Jurnal
ganan Tindak Pidana Equilibrium Pendidikan
Perikanan (Illegal Fish- Sosiologi. Volume IV.
ing) di Indonesia. Fiat Nomor 1. Mei 2016.
Justisia Journal of Law. Sudarto. 2010. Hukum dan Hukum
Volume 1. Issue 2 April- Pidana. Bandung:
June 2016. Alumni.
Peter Salim. 2003. The Contempo- Supriadi dan Alimudin. 2010. Hu-
rary English Indonesian kum Perikanan Indone-
Dictionary. Jakarta: sia. Jakarta: Sinar Grafi-
Modern English Press. ka.
Peter Mahmud Marzuki. 2005.
Penelitian Hukum.
Jakarta: Kencana.

18

Anda mungkin juga menyukai