ELEKTROLISIS
Elektrolisis adalah proses kimia yang mengubah energi listrik menjadi energi kimia, dimana
terjadi .penguraian suatu elektrolit oleh arus listrik. Komponen yang terpenting dari proses
elektrolisis ini adalah elektrode dan larutan elektrolit. Pada sel elektrolisis, reaksi kimia akan
terjadi jika arus listrik dialirkan melalui larutan elektrolit,yaitu energi listrik (arus listrik)
diubah menjadi energi kimia (reaksi redoks).
Elektroda yang digunakan dalam proses elektolisis dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
Elektroda inert, seperti kalsium (Ca), potasium, grafit (C), Platina (Pt), dan emas
(Au).
Elektroda aktif, seperti seng (Zn), tembaga (Cu), dan perak (Ag).
Elektrolitnya dapat berupa larutan berupa asam, basa, atau garam, dapat pula leburan garam
halida atau leburan oksida. Kombinasi antara larutan elektrolit dan elektrode menghasilkan tiga
kategori penting elektrolisis, yaitu:
1. Elektrolisis larutan dengan elektrode inert
2. Elektrolisis larutan dengan elektrode aktif
3. Elektrolisis leburan dengan elektrode inert
Pada elektrolisis, elektroda yang menerima elektron dari sumber arus listrik luar disebut
Katoda dan bertindak sebagai kutub negatif, sedangkan elektroda yang mengalirkan elektron
kembali ke sumber arus listrik luar disebut Anoda dan bertindak sebagai kutub positif. Pada
katode akan terjadi reaksi reduksi dan pada anode terjadi reaksi oksidasi. Katoda merupakan
elektroda negative karena menangkap elektron sedangakn anoda merupakan elektroda positif
karena melepas elektron.
Dalam sel, reaksi oksidasi reduksi berlangsung dengan spontan, dan energi kimia yang
menyertai reaksi kimia diubah menjadi energi listrik. Bila potensial diberikan pada sel dalam
arah kebalikan dengan arah potensial sel, reaksi sel yang berkaitan dengan negatif potensial sel
akan diinduksi. Dengan kata lain, reaksi yang tidak berlangsung spontan kini diinduksi dengan
energi listrik. Proses ini disebut elektrolisis. Pengecasan baterai timbal adalah contoh
elektrolisis.
Elektrolisis khususnya bermanfaat untuk produksi logam dengan kecenderungan ionisasi tinggi
(misalnya aluminum). Produksi aluminum di industri dengan elektrolisis diawali tahun 1886
secara independen oleh penemu Amerika Charles Martin Hall (1863-1914) dan penemu
Perancis Paul Louis Toussaint Héroult (1863-1914) pada waktu yang sama. Sukses elektrolisis
ini karena penggunaan lelehan Na3AlF6 sebagai pelarut bijih (aluminum oksida; alumina
Al2O3)
Sebagai syarat berlangsungnya elektrolisis, ion harus dapat bermigrasi ke elektroda. Salah satu
cara yang paling jelas agar ion mempunyai mobilitas adalah dengan menggunakan larutan
dalam air. Namun, dalam kasus elektrolisis alumina, larutan dalam air jelas tidak tepat sebab
air lebih mudah direduksi daripada ion aluminum sebagaimana ditunjukkan di bawah ini.
Al3+ + 3e-–> Al potensial elektroda normal = -1,662 V (10.38)
2H2O +2e-–> H2 + 2OH- potensial elektroda normal = -0,828 V (10.39)
Metoda lain adalah dengan menggunakan lelehan garam. Namun Al2O3 meleleh pada suhu
sangat tinggi, sekitar 2050 °C, dan elektrolisis pada suhu setinggi ini jelas tidak mungkin.
Namun, titik leleh campuran Al2O3 dan Na3AlF6 adalah sekitar 1000 °C, dan suhu ini mudah
dicapai. Prosedur detailnya adalah: bijih aluminum, bauksit mengandung berbagai oksida
logam sebagai pengotor. Bijh ini diolah dengan alkali, dan hanya oksida aluminum yang
amfoter yang larut. Bahan yang tak larut disaring, dan karbon dioksida dialirkan ke filtratnya
untuk menghasilkan hidrolisis garamnya. Alumina akan diendapkan.
Al2O3(s) + 2OH-(aq)–> 2AlO2- (aq) + H2O(l) (10.40) 2CO2 + 2AlO2 -(aq) + (n+1)H2O(l) –>
2HCO3- (aq) + Al2O3·nH2O(s) (10.41)
Alumina yang didapatkan dicampur dengan Na3AlF6 dan kemudian garam lelehnya
dielektrolisis. Reaksi dalam sel elektrolisi rumit. Kemungkinan besar awalnya alumina
bereaksi dengan Na3AlF6 dan kemudian reaksi elektrolisis berlangsung.
Kemurnian aluminum yang didapatkan dengan prosedur ini kira-kira 99,55 %. Aluminum
digunakan dalam kemurnian ini atau sebagai paduan dengan logam lain. Sifat aluminum sangat
baik dan, selain itu, harganya juga tidak terlalu mahal. Namun, harus diingat bahwa produksi
aluminum membutuhkan listrik dalam jumlah sangat besar.
Penerapan elektrolisis lainnya adalah penyepuhan logam, yaitu proses pemurnian logam dari
pengotor, seperti pemurnian tembaga untuk pembuatan kabel listrik. Contoh lainnya adalah
proses pelapisan perak kepada peralatan makan seperti sendok dan garpu.
http://smart-pustaka.blogspot.co.id/2013/02/elektrolisis.html
SEL ELEKTROLISIS
Sel Elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk menghasilkan reaksi redoks
yang diinginkan dan digunakan secara luas di dalam masyarakat kita. Baterai aki yang dapat
diisi ulang merupakan salah satu contoh aplikasi sel elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari.
Baterai aki yang sedang diisi kembali (recharge) mengubah energi listrik yang diberikan
menjadi produk berupa bahan kimia yang diinginkan. Air, H 2O, dapat diuraikan dengan
menggunakan listrik dalam sel elektrolisis. Proses ini akan mengurai air menjadi unsur-unsur
pembentuknya. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : 2 H2O(l) ——> 2 H2(g) + O2(g)
Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang membedakan sel elektrolisis
dari sel volta adalah, pada sel elektrolisis, komponen voltmeter diganti dengan sumber arus
(umumnya baterai). Larutan atau lelehan yang ingin dielektrolisis, ditempatkan dalam suatu
wadah. Selanjutnya, elektroda dicelupkan ke dalam larutan maupun lelehan elektrolit yang
ingin dielektrolisis. Elektroda yang digunakan umumnya merupakan elektroda inert, seperti
Grafit (C), Platina (Pt), dan Emas (Au). Elektroda berperan sebagai tempat berlangsungnya
reaksi. Reaksi reduksi berlangsung di katoda, sedangkan reaksi oksidasi berlangsung di
anoda. Kutub negatif sumber arus mengarah pada katoda (sebab memerlukan elektron)
dan kutub positif sumber arus tentunya mengarah pada anoda. Akibatnya, katoda
bermuatan negatif dan menarik kation-kation yang akan tereduksi menjadi endapan logam.
Sebaliknya, anoda bermuatan positif dan menarik anion-anion yang akan teroksidasi menjadi
gas. Terlihat jelas bahwa tujuan elektrolisis adalah untuk mendapatkan endapan logam di
katoda dan gas di anoda.
Ada dua tipe elektrolisis, yaitu elektrolisis lelehan (leburan) dan elektrolisis larutan. Pada
proses elektrolisis lelehan, kation pasti tereduksi di katoda dan anion pasti teroksidasi di
anoda. Sebagai contoh, berikut ini adalah reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl (yang dikenal
dengan istilah sel Downs) :
Reaksi sel : 2 Na+(l) + 2 Cl-(l) ——> 2 Na(s) + Cl2(g) ……………….. [(1) + (2)]
Reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl menghasilkan endapan logam natrium di katoda dan
gelembung gas Cl2 di anoda. Bagaimana halnya jika lelehan garam NaCl diganti dengan
larutan garam NaCl? Apakah proses yang terjadi masih sama? Untuk mempelajari reaksi
elektrolisis larutan garam NaCl, kita mengingat kembali Deret Volta (lihat Elektrokimia I :
Penyetaraan Reaksi Redoks dan Sel Volta).
Pada katoda, terjadi persaingan antara air dengan ion Na +. Berdasarkan Tabel Potensial
Standar Reduksi, air memiliki E°red yang lebih besar dibandingkan ion Na+. Ini berarti, air
lebih mudah tereduksi dibandingkan ion Na+. Oleh sebab itu, spesi yang bereaksi di katoda
adalah air. Sementara, berdasarkan Tabel Potensial Standar Reduksi, nilai E°red ion Cl- dan
air hampir sama. Oleh karena oksidasi air memerlukan potensial tambahan (overvoltage), maka
oksidasi ion Cl- lebih mudah dibandingkan oksidasi air. Oleh sebab itu, spesi yang bereaksi
di anoda adalah ion Cl-. Dengan demikian, reaksi yang terjadi pada elektrolisis larutan
garam NaCl adalah sebagai berikut :
Reaksi sel : 2 H2O(l) + 2 Cl-(aq) ——> H2(g) + Cl2(g) + 2 OH-(aq) ……………………. [(1)
+ (2)]
Reaksi elektrolisis larutan garam NaCl menghasilkan gelembung gas H2 dan ion OH- (basa)
di katoda serta gelembung gas Cl2 di anoda. Terbentuknya ion OH- pada katoda dapat
dibuktikan dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda setelah diberi
sejumlah indikator fenolftalein (pp). Dengan demikian, terlihat bahwa produk elektrolisis
lelehan umumnya berbeda dengan produk elektrolisis larutan.
Selanjutnya kita mencoba mempelajari elektrolisis larutan Na2SO4. Pada katoda, terjadi
persaingan antara air dan ion Na+. Berdasarakan nilai E°red, maka air yang akan tereduksi di
katoda. Di lain sisi, terjadi persaingan antara ion SO42- dengan air di anoda. Oleh karena
bilangan oksidasi S pada SO4-2 telah mencapai keadaan maksimumnya, yaitu +6, maka
spesi SO42- tidak dapat mengalami oksidasi. Akibatnya, spesi air yang akan teroksidasi di
anoda. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Reaksi sel : 6 H2O(l) ——> 2 H2(g) + O2(g) + 4 H+(aq) + 4 OH-(aq) …………………….. [(1)
+ (2)]
Dengan demikian, baik ion Na+ maupun SO42-, tidak bereaksi. Yang terjadi justru adalah
peristiwa elektrolisis air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Hal yang serupa juga ditemukan
pada proses elektrolisis larutan Mg(NO3)2 dan K2SO4.
Bagaimana halnya jika elektrolisis lelehan maupun larutan menggunakan elektroda yang tidak
inert, seperti Ni, Fe, dan Zn? Ternyata, elektroda yang tidak inert hanya dapat bereaksi di
anoda, sehingga produk yang dihasilkan di anoda adalah ion elektroda yang larut (sebab
logam yang tidak inert mudah teroksidasi). Sementara, jenis elektroda tidak mempengaruhi
produk yang dihasilkan di katoda. Sebagai contoh, berikut adalah proses elektrolisis larutan
garam NaCl dengan menggunakan elektroda Cu :
Katoda (-) : 2 H2O(l) + 2 e- ——> H2(g) + 2 OH-(aq) …………………….. (1)
Reaksi sel : Cu(s) + 2 H2O(l) ——> Cu2+(aq) + H2(g) + 2 OH-(aq) …………………….. [(1)
+ (2)]
Dari pembahasan di atas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan
reaksi elektrolisis :
1. Baik elektrolisis lelehan maupun larutan, elektroda inert tidak akan bereaksi; elektroda
tidak inert hanya dapat bereaksi di anoda
2. Pada elektrolisis lelehan, kation pasti bereaksi di katoda dan anion pasti bereaksi di
anoda
3. Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion alkali, alkali tanah, ion
aluminium, maupun ion mangan (II), maka air yang mengalami reduksi di katoda
4. Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion sulfat, nitrat, dan ion sisa asam
oksi, maka air yang mengalami oksidasi di anoda
Salah satu aplikasi sel elektrolisis adalah pada proses yang disebut penyepuhan. Dalam proses
penyepuhan, logam yang lebih mahal dilapiskan (diendapkan sebagai lapisan tipis) pada
permukaan logam yang lebih murah dengan cara elektrolisis. Baterai umumnya digunakan
sebagai sumber listrik selama proses penyepuhan berlangsung. Logam yang ingin disepuh
berfungsi sebagai katoda dan lempeng perak (logam pelapis) yang merupakan logam
penyepuh berfungsi sebagai anoda. Larutan elektrolit yang digunakan harus mengandung spesi
ion logam yang sama dengan logam penyepuh (dalam hal ini, ion perak). Pada proses
elektrolisis, lempeng perak di anoda akan teroksidasi dan larut menjadi ion perak. Ion perak
tersebut kemudian akan diendapkan sebagai lapisan tipis pada permukaan katoda. Metode ini
relatif mudah dan tanpa biaya yang mahal, sehingga banyak digunakan pada industri perabot
rumah tangga dan peralatan dapur.
Setelah kita mempelajari aspek kualitatif reaksi elektrolisis, kini kita akan melanjutkan dengan
aspek kuantitatif sel elektrolisis. Seperti yang telah disebutkan di awal, tujuan utama
elektrolisis adalah untuk mengendapkan logam dan mengumpulkan gas dari larutan yang
dielektrolisis. Kita dapat menentukan kuantitas produk yang terbentuk melalui konsep mol dan
stoikiometri.
Satuan yang sering ditemukan dalam aspek kuantitatif sel elektrolisis adalah Faraday (F).
Faraday didefinisikan sebagai muatan (dalam Coulomb) mol elektron. Satu Faraday equivalen
dengan satu mol elektron. Demikian halnya, setengah Faraday equivalen dengan setengah mol
elektron. Sebagaimana yang telah kita ketahui, setiap satu mol partikel mengandung 6,02 x
1023partikel. Sementara setiap elektron mengemban muatan sebesar 1,6 x 10-19 C. Dengan
demikian :
1 Faraday = 1 mol elektron = 6,02 x 1023 partikel elektron x 1,6 x 10-19 C/partikel elektron 1
Faraday = 96320 C (sering dibulatkan menjadi 96500 C untuk mempermudah perhitungan)
Hubungan antara Faraday dan Coulomb dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
Coulomb adalah satuan muatan listrik. Coulomb dapat diperoleh melalui perkalian arus listrik
(Ampere) dengan waktu (detik). Persamaan yang menunjukkan hubungan Coulomb, Ampere,
dan detik adalah sebagai berikut :
Q = I x t
Dengan demikian, hubungan antara Faraday, Ampere, dan detik adalah sebagai berikut :
Dengan mengetahui besarnya Faraday pada reaksi elektrolisis, maka mol elektron yang
dibutuhkan pada reaksi elektrolisis dapat ditentukan. Selanjutnya, dengan memanfaatkan
koefisien reaksi pada masing-masing setengah reaksi di katoda dan anoda, kuantitas produk
elektrolisis dapat ditemukan.
Berikut ini adalah beberapa contoh soal aspek kuantitatif sel elektrolisis :
1. Pada elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektroda inert dihasilkan gas oksigen sebanyak 5,6
L pada STP. Berapakah jumlah listrik dalam Coulomb yang dialirkan pada proses tersebut?
Penyelesaian :
Reaksi elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektroda inert adalah sebagai berikut :
Gas O2 terbentuk di anoda. Mol gas O2 yang terbentuk sama dengan 5,6 L / 22,4 L = ¼ mol O2
Berdasarkan persamaan reaksi di anoda, untuk menghasilkan ¼ mol gas O2, maka jumlah mol
elektron yang terlibat adalah sebesar 4 x ¼ = 1 mol elektron.
Penyeleasian :
Gas F2 terbentuk di anoda. Mol gas F2 yang terbentuk adalah sebesar 15 L / 25 L = 0,6 mol F2
Berdasarkan persamaan reaksi di anoda, untuk menghasilkan 0,6 mol gas F2, akan melibatkan
mol elektron sebanyak 2 x 0,6 = 1,2 mol elektron
Jadi, diperlukan waktu selama 3,22 jam untuk menghasilkan 15 L gas fluorin
3. Arus sebesar 0,452 A dilewatkan pada sel elektrolisis yang mengandung lelehan CaCl 2
selama 1,5 jam. Berapakah jumlah produk yang dihasilkan pada masing-masing elektroda?
Penyelesaian :
Mol elektron yang terlibat dalam reaksi ini dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Massa Ca = mol Ca x Ar Ca
Massa Ca = ½ x (0,452 x 1,5 x 3600) / 96500 x 40 = 0,506 gram Ca
Berdasarkan persamaan reaksi di anoda, mol gas Cl2 yang dihasilkan adalah setengah dari mol
elektron yang terlibat. Dengan demikian, volume gas Cl2 (STP) yang dihasilkan adalah :
Volume gas Cl2 = ½ x (0,452 x 1,5 x 3600) / 96500 x 22.4 L = 0,283 L gas Cl2
Jadi, produk yang dihasilkan di katoda adalah 0,506 gram endapan Ca dan produk yang
dihasilkan di anoda adalah 0,283 L gas Cl2 (STP)
4. Dalam sebuah percobaan elektrolisis, digunakan dua sel yang dirangkaikan secara seri.
Masing-masing sel menerima arus listrik yang sama. Sel pertama berisi larutan AgNO 3,
sedangkan sel kedua berisi larutan XCl3. Jika setelah elektrolisis selesai, diperoleh 1,44 gram
logam Ag pada sel pertama dan 0,12 gram logam X pada sel kedua, tentukanlah massa molar
(Ar) logam X tersebut!
Penyelesaian :
Logam Ag yang dihasilkan sebanyak 1,44 gram; dengan demikian, mol logam Ag yang
dihasilkan sebesar 1,44 / 108 mol Ag
Berdasarkan persamaan reaksi di katoda, mol elektron yang dibutuhkan untuk menghasilkan
logam Ag sama dengan mol logam Ag (koefisien reaksinya sama)
Sehingga, mol elektron yang digunakan dalam proses elektrolisis ini adalah sebesar 1,44 / 108
mol elektron
Berdasarkan persamaan reaksi di katoda, mol logam X yang dihasilkan sama dengan 1 / 3 kali
mol elektron, yaitu sebesar 1 / 3 x 1,44 / 108 mol X
Massa logam X = 0,12 gram; dengan demikian, massa molar (Ar) logam X adalah sebagai
berikut:
mol = massa / Ar
Elektrokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara
perubahan zat dan arus listrik yang berlangsung dalam sel elektrokimia. Sedangkan sel
elektrokimia adalah suatu sel yang disusun untuk mengubah energi kimia menjadi energi listrik
atau sebaliknya. Sel elektrokimia terbagi menjadi dua:
1. Sel elektrolisis, yaitu sel yang mengubah energi listrik menjadi energi kimia. Arus listrik
digunakan untuk melangsungkan reaksi redoks tak spontan.
2. Sel Volta/Galvani, yaitu sel yang mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Reaksi redoks
spontan digunakan untuk menghasilkan listrik.
Sel elektrokimia merupakan suatu sistem yang terdiri atas dua elektroda, dan larutan/leburan
elektrolit sebagai penghantar elektron. Pada sel volta maupun sel elektrolisis, reaksi redoks
berlangsung dalam suatu elektroda.
Elektroda dibedakan menjadi 2, yaitu anoda dan katoda
•) Katoda adalah elektroda tempat berlangsungnya reaksi reduksi (Ka-red)
•) Anoda adalah elektroda tempat berlangsungnya reaksi oksidasi (Anoks)
Adapun perbedaan sel volta dan elektrolisis dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 2. Perbedaan sel volta dan elektrolisis
Sel Volta Elektrolisis
Menghasilkan listrik dari reaksi redoks Menghasilkan reaksi redoks dari listrik
Mengubah energy kimia menjadi listrik Mengubah energy listrik menjadi limia
Rangkaian dalamnya disebut jembatan Rangkaiannya dalamnya disebut
garam membrane
Anoda = kutub (-) Anoda = kutub (+)
Katoda = kutub (+) Katoda = kutub (-)
Berlangsung spotan Berlangsung tidak spontan
Elektron yang dihasilkan oleh Zn mengalir melalui voltmeter menuju ke arah elektroda Cu.
Selanjutnya elektron tersebut ditangkap oleh ion Cu2+ dalam larutan Cu(NO3)2.
Cu yang dihasilkan mengendap pada batang logam Cu, sehingga batang logam Cu makin tebal
(massanya bertambah).
Logam Zn megalami oksdasi, maka elektroda ini disebut anoda, dan menjadi kutub negatif
(karena menghasilan elektron). Ion Cu 2+ mengalami reduksi menjadi Cu dan menempel pada
katoda sebagai kutub positif
Perpindahan elektron dari anoda ke katoda menyebabkan larutan di anoda kelebihan
muatan positif karena bertambahnya ion Zn2+. Larutan di katoda kelebihan muatan negatif
karena berkurangnya ion Cu2+. Untuk menetralisis muatan listrik, dipasang jembatan garam.
Jembatan garam: terdiri dari tabung bentuk U yang mengandung larutan elektrolit seperti
NaNO3 (aq), biasanya dicampurkan dalam gel agar-agar, fungsinya tempat migrasi ion-ion untuk
mempertahan kenetralan listrik. Adanya jembatan garam menyebabkan terjadinya aliran
elektron.
a. Diagram Sel Volta
Diagram sel volta adalah notasi singkat yang menggambarkan terjadinya reaksi pada sel
Volta. Pada notasi sel, bagian kanan menyatakan katoda, dan bagian kiri menyatakan anoda.
Pemisahan oleh jembatan garam dinyatakan dengan || sedangkan reaksi yang terjadi pada
elektroda dinyatakan dengan |. Pada diagram sel volta, koefisien reaksi sel tidak
berpengaruh.
Contoh : untuk reaksi sel Cu2+ + Zn → Cu + Zn2+
notasi selnya: Zn | Zn2+ || Cu2+ | Cu
b. Deret Volta
Deret Volta adalah deret elektrokimia/ kereaktifan logam yang menunjukkan nilai potensial
elektroda standar logam (Eo).
Cu2+ + 2e → C u
Penangkapan elektron oleh ion Cu2+ ini disertai dengan timbulnya sejumlah energi yang
disebut potensial reduksi atau potensial elektroda (diberi lambang E). Jadi potensial elektroda
adalah potensial listrik yang ditimbulkan bila suatu ion logam menangkap elektron
(mengalami reduksi)
Besarnya harga E tidak dapat diukur secara terpisah (hanya reaksi reduksi saja),
melainkan harus selalu berpasangan dengan reaksi oksidasi. Menurut perjanjian elektroda
yang digunakan sebagai standar (untuk mengukur E o) adalah elektroda hidrogen. Elektroda
standar ini sebagai elektrolitnya digunakan larutan yang mengandung konsentrasi ion H+
1M, yang pengukurannya dilakukan suhu 25 oC, tekanan 1 atmosfer. Ditetapkan pula
besarnya E untuk elektroda standar ini = 0 (nol).
Dalam pengukuran harga E dilakukan dengan cara membandingkan dengan elektroda
standar, maka untuk selanjutnya E ini disebut sebagai Eo (potensial elektroda standar). Makin
besar harga Eo suatu zat, makin mudah zat tersebut mengalami reaksi reduksi.
d. Potensial Sel Standar (Eo sel)
Potensial sel standar (Eo sel) adalah beda potensial listrik yang dihasilkan dari dua buah
elektroda (anoda dan katoda) pada sel Volta, diukur dalam keadaan standar. Potensial sel
standar dapat dihitung:
Eo = Eo reduksi - Eo oksidasi
Contoh:
Tentukan nilai potensial sel Zn | Zn2+ || Ag+ | Ag jika diketahui Eo Zn = -0,76 V, dan Eo Ag =
+0,80 V
Jawab :
Zn mengalami oksidasi, sehingga nilai Eo harus diubah tandanya.
Nilai potensial sel menunjukkan :
1) Tegangan yang dihasilkan sel.
2) Jika nilai Eosel > 0, maka reaksi sel spontan (berlangsung).
3) Jika nilai Eosel ≤ 0, maka reaksi sel tidak spontan (tidak berlangsung).
e. Sel Volta dalam kehidupan
Sel volta banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari antara lain baterai dan aki. Ada
baterai yang dapat diisi ulang dan ada yang tidak. Sel volta yang tidak dapat diisi ulang disebut
sel primer, sedangkan yang dapat diisi ulang disebut sel sekunder.
1) Sel Primer
a) Baterai kering (Sel Leclanche)
Baterai kering sering disebut sel Leclanche karena ditemukan oleh Leclanche pada tahun
1866. Sel ini menggunakan batang karbon sebagai katoda dan pelat seng sebagai anoda.
Elektrolitnya digunakan pasta, yang merupakan campuran batu kawi (MnO 2), amonium
klorida (NH4Cl), karbon (C), dan sedikit air.
Gambar 3. Baterai
b) Baterai Alkali
Akhir-akhir ini baterai alkali banyak digunakan orang. Karena baterai alkali mempunyai
kekuatan arus listrik yang lebih besar bila dibanding baterai biasa (sel Leclanche). Elektroda
batu baterai alkali sama seperti pada batu baterai biasa, tetapi elektrolit yang digunakan
adalah larutan KOH.
Baterai ini juga menghasilkan potensial 1,5 volt dan dapat bertahan
secara konstan selama pemakaian. Biasanya baterai ini digunakan untuk mainan dan tape
recorder.
Beda potesial dari bateri ini adalah 1,5 volt dan selama pemakaian dapat bertahan secara
konstan. Baterai ini digunakan untuk mainan, jam tangan, kalkulator, dan lain-lain
2) Sel Sekunder
a) Aki (Accumulator)
Aki adalah jenis baterai yang banyak digunakan untuk kendaraan bermotor. Aki menjadi
pilihan yang praktis karena dapat menghasilkan listrik yang cukup besar dan dapat diisi
kembali. Sel aki terdiri atas anode Pb (timbel = timah hitam) dan katode PbO2 (timbel (IV)
oksida). Keduanya merupakan zat padat, yang dicelupkan dalam larutan asam sulfat. Kedua
elektrode tersebut, juga hasil reaksinya, tidak larut dalam larutan asam sulfat sehingga tidak
diperlukan jembatan garam. Aki tidak memerlukan jembatan garam karena hasil reaksinya
tidak larut dalam larutan elektrolit (asam sulfat). Kedua elektroda disekat dengan bahan
fiberglass, agar tidak saling bersentuhan.
b) Baterai Ni-Cd
Sel terdiri dari anoda Cd dan katoda NiO2 dengan elektrolit KOH. Reaksi yang terjadi adalah:
Beda potensial sel ini adalah 1,4 V dan selama pemakaian dapat bertahan secara konstan.
Selama reaksi tidak terjadi perubahan konsentrasi ion karena pereaksi dan zat hasil berupa
zat padat. Penggunaan baterai Ni–Cd untuk kalkulator, kamera digital, laptop, dan lain-lain.
Gambar 5. Elektrplisis
B. KOROSI
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam
dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam
bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Dalam bahasa sehari-hari, korosi
disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Ada definisi lain
yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih
mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa
besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang
digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan
bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi
oksida).
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami
reduksi. Proses berkarat dapat dipercepat dengan adanya asam. Karat logam umumnya
adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe 2O3.nH2O suatu zat
padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu
berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak
sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
Ion besi (II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi (III)
yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian
mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai
katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan
logam itu.