Anda di halaman 1dari 22

TUGAS PORTOFOLIO

ASKEP TIROIDITIS

Disusun oleh:

Nurul Khikmah Felayati


G2A014011

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH SEMARANG

2016
1. PENGERTIAN

Tiroiditis adalah peradangan pada kelenjar tiroid yang ditandai dengan


pembesaran dan disfungsi kelenjar tiroid (Dr. H.M. Sjalfoellah Noer, 1996)

Tiroiditis pada umumnya ditandai dengan infiltrasi leukosit, fibrosis atau kedua-
duanya di dalam kelenjar (Robbins dan Kumar, 1995)

Tiroiditis merupakan peradangan akut kelenjar tiroid, dapat dikaitkan dengan


supurasi yang disebabkan oleh bakteria (seperti stafilokokus,     B-stafilokokus
dan pneumokokus), atau dapat bersifat nonsupuratif dan sekunder akibat virus
atau mekanisme imunologik (Manning, dkk.1996)

2. ETIOLOGI/PERDISPOSISI

Etiologi dari tiroiditis :


a. Tiroiditis subakut
Yang jelas sampai sekarang tidak diketahui, pada umumnya diduga oleh virus.
Pada beberapa kasus dijumpai antibody autoimun.
b. Tiroiditis akut supuratif
Kuman penyebab biasanya stafhylococcus aureus, stafhylocaccus
hemolyticus dan pneumococcus. Infeksi dapat terjadi melalui aliran darah,
penyebaran langsung dari jaringan sekitarnya, saluran getah bening, trauma
langsung dan duktuk tiroglosus yang persisten, kelainan yang terjadi dapat
disertai terbentuknya abses atau tanpa abses. Abses ini dapat menjurus ke
mediastinum, bahkan dapat pecah ke trakea dan esophagus.
c. Tiroiditis hashimoto
Untuk alasan yang tidak diketahui, tubuh melawan dirinya sendiri dalam
suatu reaksi autoimun, membentuk antibodi yang menyerang kelenjar tiroid. 
Penyakit ini 8 kali lebih sering terjadi pada wanita dan bisa terjadi pada
orang-orang yang memiliki kelainan kromosom tertentu, seperti
sindromaTurner, sindroma Down dan sindroma Kleinefelter.
d.  Tiroiditis limfosotik laten
Penyebabnya tidak diketahui. Terjadi penyusupan limfosit (sejenis sel darah
putih) ke dalam kelenjar tiroid. 

3. PATOFISIOLOGI
 Tiroiditis Sub Akut
Padafaseawal, kadar T4 serum meningkat dan penderit amungkin mempunyai
gejala tirotoksikosis, tetapi ambilanyodium radioaktif jelas tersupresi. T3 dan
T4 meningkat, sementara TSH serum dan ambilan iodine radioaktif tiroid
sangat rendah. Laju endap darah sangat meningkat, kadang-kadang sampai
setinggi 100 mm/jam pada skala Westergen. Autoantibodi tiroid biasanya
tidak ditemukan di serum. Bersamaan dengan perjalanan penyakit, T3 dan T4
akan menurun. TSH akan naik dan didapatkan gejala-gejala hipotiroidisme.
Lebi hlanjut, ambilan iodine radioaktif akan meningkat, mencerminkan
adanya penyembuhan kelenjar dan serangan akut. Tiroiditis subakut biasanya
sembuh spontan setelah beberapa minggu atau bulan, kadang-kadang penyakit
ini dapat mulai menyembuh dan tiba-tiba memburuk. Kadang-kadang
menyangkut pertama-tama satu lobus kelenjar tiroid, baru kemudian lobus
satunya. Eksaserbasi sering terjadi ketika kadar T4 telah turun, TSH telah
meningkat dan kelenjar mulai berfungsi kembali.
 Tiroiditis Kronik(Tiroiditis Hashimoto, TiroiditisLimfositik)
Limfosit disensitasi terhadap antigen dan autoantibody tiroid terbentuk, yang
bereaksi dengan antigen-antigen. Tiga autoantibody tiroid terpentinga dalah
antibody tiroglobulin (AbTg), antibody tiroid peroksidase (Ab TPD), dahulu
disebut antibody mikrosomal, dan TSH reseptor blocking antibody (TSH-R
Ab [blok]). Selamafaseawal, Ab Tg meningkat sedikit, kemudian Ab Tg akan
menghilang, tapi Ab TPD akan menetap untuk bertahun-tahun. Destruksi
kelenjar berakibat turunnya kadar T3 dan T4 serum, dan naiknya TSH. Mula-
mula TSH bias mempertahankan sintesis hormone yang adekuat dengan
terjadinya pembesaran tiroid atau goiter, tetapi dalam banyak kasus kelenjar
gagal dan terjadilah hipotiroidisme dengan atau tanpa goiter.
4. MANIFESTASI KLINIS
a. TiroiditisAkut
 Nyeri dan pembengkakan leher anterior, demam, disfagia.
 Faringitisataunyeri faring seringtimbul.
 Kehangatan, eritema dan nyeri tekan kelenjar tiroid.
b. TiroiditisSubakut
 Antenia yang nyata
 Panas, malaise
 Rasa saklit di leher, dapat meluas keatas sampai angulusman dibula atau
kedaun telinga pada satu atau kedua sisi leher.
 Tiroid membesar secara simetris.
 Mulanya penderita bias mempunyai gejala hipertiroidisme dengan palpitasi,
agitasi, dankeringat.
 Pekarangsang, gelisah, insomnia, dan penurunan beratbadan yang
merupakan manifestasi hipertiroidisme.
 Tidak ada oftalmopati.
 Tanda-tanda klinis toksisitas termasuk takikardi, tremor, dan hiper reflexia
bisadi jumpai.

c. TiroiditisKronik
 Tiroiditis Hasihimoto biasanya dengan goiter dan pada pasien yang eutiroid
atau yang menderita hipotiroid ismeringan
 Distribusi seksual wanita di banding pria adalah 4:1.
 Prosesnya tidak sakit dan penderita bias tidak sadar akan adanya goiter
kecuali bila jadi sangat besar.
 Pasien lebih tua dapat muncul dengan tiroidisme berat walau kelenjar tiroid
yang keci latrifik lunak.
5. PENATALAKSANAAN
a. TiroiditisAkut
Terapi anti bakteri spesifi kbiasanya menyebabkan penyembuhan, tetapi
mungkin diperlukan draina sesecara bedah.
b. TiroiditisSubakut
 Padakasus yang ringan aspirin cukup untuk mengontrol gejala.
 Padakasus yang lebihberat, glukokortikoid (prednisone, 20 sampai 40
mg/hari).
 Prupanolol dapatdigunakan untuk mengontrol tirotoksikosis yang berkaitan.
 Pada kebanyakan kasus, hanyadiperlukan terapi simtomatik,
contoh :asetraminofen 0,5 gram, 4x sehari.
 Bilanyeri, panas dan maila sesangat berat sampai menyebabkan penderitati
dakbisaapa-apa, terapiobat-obatan anti imflamasi non steroid atau
glukokortikoid jangka pendek seperti 20 mg, 3x sehari, selama 7 – 10 hari
mungkin diperlukan untuk mengurangi inflamasi.
 Levotiroksin 0,1 – 0,15 mg sekalisehari, diindikasikan selama
fasehipotiroid penyakit agar tidak terjadi eksaserbasi kembali dari penyakit
yang dirangsang oleh kadar TSH yang meningkat.
c. TiroiditisKronik (Tiroiditis Hashimoto)
Hipertiroidisme dalam kaitannya dengan tiroiditis hashimoto diobati dengan
cara konvensional, terapi-terapi ablasi lebih jarang digunakan karena tiroiditis
kronik dan yang berhubuingan cenderung membatasi lamanya hiperfungsi
tiroid dan juga memberikan predisposisi padapasien untuk perkembangan
hipertiroidisme setelah pembedahan atau pengobatan radio terapi.

6. PENGKAJIAN
Riwayat dan pemeriksaan kesehatan berfokus pada kekambuhan gejala yang
berkaitan dengan percepatan metabolisme.Hal ini mencakup keluhan keluarga dan
pasien tentang kepekaan dan peningkatan reaksi emosional.Penting juga untuk
menentukan dampak dari perubahan ini yang telah dialami dalam interaksi pasien
dengan kelaurga, teman, dan rekan kerja.Riwayatnya meliputi stresor lain dan
kemampuan pasien untuk menghadapi stres.
Status nutrisi dan adanya gejala dikaji.Kekambuhan gejala berkaitan dengan
output sistem saraf  berlebihan dan perubahan penglihatan dan penampilan
mata.Oleh karena kemungkinan adanya perubahan emosi yang berkaitan dengan
hipertiroid, status emosi dan psikologi pasien dievaluasi. Keluarga pasien
mungkin memberikan informasi tentang perubahan terakhir dalam status emosi
pasien.
a. Data Subjektif
Hipersekresi kelenjar tiroid menimbulkan efek yang hebat pada
kemampuan pasien untuk berfungsi, begitu pula pada proses-proses
fisiologis.Perawat mengumpulkan data dari pasien atau anggota keluarganya
mengenai keadaan yang lalu dan keadaan sekarang : Tingkat energi,
kemampuan suasana hati dan mental,Kemampuan melaksanakan kegiatan
sehari-hari, Kemampuan mengatasi stress, Intoleransi terhadap panas atau
dingin, Asupan makanan, Pola eliminasi.
Wawancara harus dapat membantu perawat mengetahui pemahaman
pasien atau keluarganya mengenai penyakit dan pengobatannya, dan mengenai
perawatan yang diperlukan oleh pasien.
b. Data Objektif
Pemeriksaan fisik awal harus mencakup keterangan pokok mengenai
pasien : status mental (kemampuan mengikuti pengarahan),status gizi, status
kardiovaskular, karakteristik tubuh, penampilan dan tektur kulit, penampilan
mata dan gerakan ekstraokuler, adanya edema serta lokasinya, penampilan
leher dan gerakannya, lingkaran perut, ekstremitas.

c. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan fungsi tiroid dapat dilakukan pada tingkat hipotalamus,
hipofise, tiroid, serum atau jaringan perifer.Pemeriksaan yang paling sering
dilakukan adalah pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum dan T3 resin uptake.
Pemeriksaan T3 resin uptake dilakukan untuk menilai perubahan konsentrasi
protein serum yang dapat merubah ikatan T3 dan T4, T4 merupakan hormon
yang lebih poten Perubahan tiroxine-binding globulin (TBG) dan prealbumin
dapat merubah konsentrasi T4bebas, dan sedikit merubah T3.
Peningkatan kadar  T4 biasanya sesuai dengan keadaan klinis hipertiroid
berat, sedangkan pemeriksaan T3 lebih sensitif dalam menentukan hipertiroid
ringan. Radioimmunoassay TSH dan tes stimulasi dapat membantu
membedakan hipertiroid primer dan sekunder. Pemeriksaan nodul tiroid
mungkin memerlukan biopsi jarum dan eksplorasi bedah.
d. Dasar Data Pengkajian
1) Aktifitas / istirahat
Gejala : insomnia, sensitivitas T, otot lemah, gangguan koordinasi,
kelelahan otot.
Tanda : atrofi otot.
2) Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada (angina).
Tanda :disritma (vibrilasi atrium), irama gallop, mur-mur, peningkatan
tekanan darah dengan tekanan nada yang berat.Takikardi saat istirahat,
sirkulasi kolaps, syok (krisis tiroksikosisi).
3) Eliminasi

Gejala : urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam feces, diare.


 Integritas ego
Gejala : mengalami stres yang berat (emosional, fisik)
Tanda : emosi labil 9euforia sedang sampai delirium), depresi

4)  Makanan & cairan

Gejala : kehilangan berat badan mendadak, napsu makan meningkat,


makan banyak, makannya sering kehausan, mual, muntah.
Tanda : pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah
pretibial.
5)  Neurosensori
Tanda : bicara cepat dan parau, gangguan status mental, perilaku (bingung,
disorientasi, gelisah, peka rangsang), tremor halus pada tangan, tanpa
tujuan beberapa bagian tersentak-sentak, hiperaktif refleks tendon dalam
(RTP).
6) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri orbital, fotofobia.
7) Pernapasan
Tanda : frekuensi pernapasan meningkat, takipnea, dispea, edema paru
(pada krisis tirotoksikosis).
8) Keamanan
9) Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi
terhadap iodium (mungkin digunakan saat pemeriksaan).
Tanda : suhu meningkat di atas 37,4ºC, diaforesis kulit halus, hangat dan
kemerahan

Eksotalus: retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi


eritema (sering terjadi pada pretibial) yag menjadi sagat parah.
10) Seksualitas
Tanda : penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. T4 dan T3 serum
b. Tiroksin bebas
c.  Kadar TSH serum.
d. Ambilan isodium radioskopi
Pemeriksaan fungsi tiroid dapat dilakukan pada tingkat hipotalamus, hipofise,
tiroid, serum atau jaringan perifer.Pemeriksaan yang paling sering dilakukan
adalah pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum dan T3 resin uptake. Pemeriksaan
T3 resin uptake dilakukan untuk menilai perubahan konsentrasi protein serum
yang dapat merubah ikatan T3 dan T4, T4 merupakan hormon yang lebih poten.
Perubahan tiroxine-binding globulin (TBG) dan prealbumin dapat merubah
konsentrasi T4 bebas, dan sedikit merubah T3.

Peningkatan kadar  T4 biasanya sesuai dengan keadaan klinis hipertiroid


berat, sedangkan pemeriksaan T3 lebih sensitif dalam menentukan hipertiroid
ringan. Radioimmunoassay TSH dan tes stimulasi dapat membantu
membedakan hipertiroid primer dan sekunder. Pemeriksaan nodul tiroid
mungkin memerlukan biopsi jarum dan eksplorasi bedah.
8. PATHWAYS
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses


kognitif.

b. Perubahan suhu tubuh : hipotermi berhubungan dengan penurunan


metabolisme

c. Konstipasi berhubungan dengan penurunan fungsi gastrointestinal.

d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.

e. Perubahan proses berfikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan


perubahan status kardiovaskuler serta pernafasan.

f. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan lambatnya


laju metabolisme tubuh

g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang program


pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidup.

(Smeltzer, S. C, 2001: 1304)

10. INTERVENSI DAN RASIONALISASI

a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan


penurunan proses kognitif.

 Kriteria hasil:
Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian berupa:
Beraktifitas dalam perawatan mandiri

 Melaporkan penurunan tingkat kelelahan


 Memperlihatkan perhatian dan kesadaran pada lingkungan

 Berpartisipasi dalam aktivitas dan berbagai kejadian dalam


lingkungan

 Berpartisipasi dalam peristiwa dan aktivitas keluarga

 Melaporkan tidak adanya rasa nyeri dada, peningkatan


kelelahan atau gejala sesak napas yang menyertai
peningkatan aktivitas.

Intervensi dan Rasionalisasi Keperawatan

1. Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan


istirahat dan latihan yang dapat ditolerir.

Rasionalisasi: Mendorong aktivitas sambil memberikan


kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.

2. Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam


keadaan lelah.

Rasionalisasi: Memberikan kesempatan pada pasien untuk


berpartisipasi dalam aktivitas perawatan-mandiri.

3. Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktivitas yang tidak


menimbulkan stress.

Rasionalisasi: Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan


stress pada pasien.

4. Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktivitas.

Rasionalisasi: Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang


berlebihan atau kurang.
b. Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan gangguan BMR

Kriteria hasil

Pemeliharaan suhu tubuh yang normal berupa:

 Mengalami berkurangnya gangguan rasa nyaman dan


intoleransi terhadap hawa dingin.

 Mempertahankan suhu tubuh dasar

 Melaporkan rasa hangat yang adekuat dan berkurangnya


gejala menggigil.

 Menggunakan tambahan lapisan pakaian atau tambahan


selimut.

 Menjelaskan rasional untuk menghindari sumber panas dari


luar.

Intervensi dan Rasionalisasi Keperawatan

1. Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.

Rasionalisasi: Meminimalkan kehilangan panas.

2. Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar


(misalnya bantal pemanas, selimut listrik atau penghangat).

Rasionalisasi: Mengurangi risiko vasodilatasi perifer dan kolaps


vaskuler

3. Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunanya dari


nilai dasar suhu normal pasien.
Rasionalisasi: Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya
koma miksedema.

4. Lindungi terhadap pajanan


hawa dingin dan hembusan angina.

Rasionalisasi: Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan


menurunkan lebih lanjut kehilangan panas.

c. Konstipasi berhubungan dengan penurunan fungsi


gastrointestinal.

Kriteria hasil:

Pemulihan fungsi usus yang normal ini di buktikan dengan:

 Mencapai pemulihan kepada fungsi usus yang normal.

 Melaporkan fungsi usus yang normal.

 Mengenali dan mengkonsumsi makanan yang kaya serat

 Minum cairan sesuai dengan yang dianjurkan setiap hari.

 Berpartisipasi dalam peningkatan latihan yang ditingkatkan


secara bertahap.

 Menggunakan pencahar seperti yang diresepkan dan


menghindari ketergantungan yang berlebihan pada pencahar
serta enema.

Intervensi dan Rasionalisasi Keperawatan

1. Dorong peningkatan asupan cairan dalam batas-batas restriksi


cairan.
Rasionalisasi: Meminimalkan kehilangan panas.

2. Berikan makanan yang kaya akan serat

Rasionalisasi: Meningkatkan massa feses dan frekuensi buang air


besar.

3. Ajarkan kepada pasien tentang jenis-jenis makanan yang


banyak mengandung air.

Rasionalisasi: Memberikan rasional peningkatan asupan cairan


kepada pasien.

4. Pantau fungsi usus.

Rasionalisasi: Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan


kepada pola defekasi yang normal.

5. Dorong pasien untuk meningkatkan mobilitas dalam batas-batas


toleransi latihan.

Rasionalisasi: Meningkatkan evakuasi usus.

6. Dorong pasien untuk menggunakan pencahar dan enema hanya


bila diperlukan saja.

Rasionalisasi: Meminimalkan ketergantungan pasien pada


pencahar serta enema, dan dorong pola evakulasi usus yang
normal.

d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.

Kriteria hasil:
Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang
normal , ini dibuktikan dengan:

 Memperhatikan perbaikan status pernafasan dan pemeliharaan


pola pernafasan yang normal.

 Menunjukkan frekuensi, kedalaman dan pola respirasi yang


normal.

 Menarik nafas dalam dan batuk ketika dianjurkan.

 Menunjukkan suara napas yang normal tanpa bising tambahan


pada auskultasi.

 Menjelaskan rasional penggunaan obat yang berhat-hati.

 Berpartisipasi pada saat dilakukan pengisapan dan ventilasi.

Intervensi dan Rasionalisasi Keperawatan

1. Pantau frekuensi, kedalaman, pola pernafasan; oksimetri denyut


nadi dan gas darah arterial.

Rasionalisasi: Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk


memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektivitas
intervensi.

2. Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk.

Rasionalisasi: Mencegah atelektasis dan meningkatkan pernafasan


yang adekuat.

3. Berikan obat (hipnotik dan sedative) dengan hati-hati.


Rasionalisasi: Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap
gangguan pernafasan akibat penggunaan obat golongan hipnotik-
sedatif.

4. Perhatikan saluran nafas pasien dengan melakukan pengisapan


dan dukungan ventilasi jika diperlukan.

Rasionalisasi: Penggunaan saluran nafas artificial dan dukungan


ventilasi mungkin diperlukan jika terjadi depresi pernafasan.

e. Perubahan proses berfikir berhubungan dengan gangguan


metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta
pernafasan.

Kriteria hasil:

Perbaikan proses berfikir, ini dibuktikan dengan:

 Memperlihatkan perbaikan fungsi kognitif.

 Mengidentifikasi waktu, tempat, tanggal dan kejadian dengan


benar.

 Bereaksi ketika dirangsang.

 Mengadakan interaksi secara spontan dengan keluarga dan


lingkungan.

 Menjelaskan bahwa perubahan dalam proses mental dan kognitif


merupakan hasil dari proses penyakit.

 Menggunakan obat seperti yang dipreskripsikan untuk


mencegah penurunan pada proses kognitif.

Intervensi dan Rasionalisasi Keperawatan


1. Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal, dan
kejadian di sekitar dirinya.

Rasionalisasi:

Memudahkan orientasi realitas pada pasien

2. Berikan stimulasi lewat percakapan dan ajktivitas yang tidak


bersifat mengancam.

Rasionalisai:

Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap


stres.

3. Jelaskan pada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi


kognitif dan mental merupakan akibat dari proses penyakit.

Rasionalisasi:

Meyakinkan pasaien dan keluarga tentang penyebab perubahan


kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif dimungkinkan jika
dilakuan terapi yang tepat.

4. Pantau proses kognitif serta mental dan responnya terhadap


pengobatan serta terapi lainnya.

Rasionalisasi:

Memumngkinkan evaluasi terhadap efektifitas pengobatan.

f. Gangguan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan lambatnya laju metabolisme tubuh
Kriteria hasil: Pasien akan menunnjukkkan berat badan yang
normal, ini dibuktikan dengan penuruna berat badan kukrang lebih
2 pound/ minggu

Intervensi dan rasionalisasi kaeperawatan:

Dengan pengobatan tiroid, tingkatan aktivitas klien dan


penurunan edema dapat menurunkan berat badan secara signifikan
tanpa perubahan dari dietnya. Biasanyna nafsu makan meningkat
karena obat sedang bekerja. Ini penting untuk menghasilkan diet
kalori rendah sampai berat badan stabil pada berat badan ideal.

g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi


tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid
seumur hidup.

Kriteria hasil: Pemahaman dan penerimaan terhadap program


pengobatan yang diresepkan. Hal ini dibuktikan dengan:

 Mengurikan program pengobatan dengan benar

 Mengenali hasil akhhir terapi penggantian hormone tiroid


yang positif.

 Menggunakan obat bagi diiri sendiri sesuai yang diresepkan

 Mengenali efek samping yang merugikan dan segera


melapor kepada dokter: jika timbul kembalil gejala
hipotiroidisme dan terjadinya gejala hipertiroidisme

Intervensi dan rasionalisasi keperawatan

1. Jelaskan dasar pemikiran untuk terapi pengantian hormone


tiroid.
Rasionalisasi: memberikan rasional pengunaan terapi penggantian
hormone tiroid seperti yang diresepkan kepada pasien.

2. Uraikan efek pengobatan yang dikehendaki pasien.

Rasionalisasi: mendorong pasien untk mengenali perbaikan status


fisik dan kesehatan yang akan terjadi pada terapi hormone tiroid.

3. Bantu pasien menyusun jadwal dan checklist untuk memastikan


pelaksanaan sendiri terapi pengagn tian hormon tiroid.

Rasionalisasi: Memastikan bahwa obat digunankan seperti yang


direasepkan.

4. Uraikan tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis yang


kurang/ berlebihan.

Rasonalisasi: Berfungsi sebagai pengecekan bagi pasien untuk


menentukan apakah tujuan terapi terpenuhi.

5. Jelaskan perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien


dan keluarganya.

Rasionalisasi: Meningkatkan kemungkinan bahwa keadaan hipo


atau hipertiroidisme akan dapat dideteksi dan diobati.

(Smeltzer, S. C, 2001: 1304- 1306)


DAFTAR PUSTAKA
Aside, Ahmad H.2000.Prinsip-prinsip ilmupenyakitdalam.Jakarta : EGC

Dunphy, Englebert, dkk.1985.Pemeriksaan FisikBedah.


Yogyakarta :YayasanEssentiaMedika

Greenspan, Francis S.2000.Endokrinologi DasardanKlinikEdisi 4.Jakarta : EGC

Isselbacher (etal).2000.Harrison Prinsip-PrinsipILmuPenyakitDalam Volume 5


Edisi 13. Jakarta : EGC
Ragg, Mark.1998.Memahami MasalahTiroid. Jakarta :Arcan

Van Sande J, Parma J, Tonacchera M, Swillens S, Dumont J,Vassart G. Somatic


and clinical in thyroid diseases.2003, 201-220

Anda mungkin juga menyukai