Disusun oleh:
A. HIPOTERMI
1. Pengertian
Hipotermi adalah kondisi ketika ekstremitas bayi terasa dingin dan sering menangis
karena produksi panas yang kurang akibat sirkulasi yang masih belum
sempurna,respirasi yang masih lemah dan konsumsi oksigen yang rendah, inaktifitas
otot, serta asupan makanan yang rendah. (Asuhan Neonatus Bayi dan Balita, hal.19 :
Rochman K.M.,S.Pd,SKM .DKK)
2. Etiologi
Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu : jaringan lemak subkutan tipis,
perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar , cadangan glikogen
dan brown fat sedikit , BBL (bayi baru lahir ) tidak mempunyai respon shivering
(menggigil) pada reaksi kedinginan , kurang ya pengetahuan perawat dalam
pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami hipotermi .
Mekanisme hilangnya panas pada bayi baru lahir yaitu dengan:
a. Radiasi :dari objek ke panas bayi , contoh : timbangan bayi dingin tanpa alas
b. evaporasi: karena penguapan cairan yang melekat pada kulit , contoh : air ketuban
pada tubuh bayi baru lahir , tidak dapat dikeringkan.
c. konduksi: panas tubuh diambil oleh suatu permukaan yang melekat di tubuh ,
contoh: pakain bayi yang basah tidak cepat di ganti.
d. konveksi : penguapan dari tubuh ke udara, contoh: angin di sekitar tubuh bayi
baru lahir . (asuhan neonatus bayi dan balit, hal 284)
3. Patofisiologi Hipotermi
Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral pengatur
panas di hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus sewaktu mencapaib ro wn fat
memacu pelepasan noradrenalin lokal sehingga trigliserida dioksidasi menjadi gliserol
dan asam lemak. Blood gliserol level meningkat, tetapi asam lemak secara lokal
dikonsumsi untuk menghasilkan panas. Daerah brown fat menjadi panas, kemudian
didistribusikan ke beberapa bagian tubuh melalui aliran darah.
Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan dan glukosa untuk
metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap hangat.Methabolicther
mogenesis yang efektif memerlukan integritas dari sistem syaraf sentral,kecukupan
darib r own fat, dan tersedianya glukosa serta oksigen. Perubahan fisiologis akibat
hipotermia yang terjadi pada sistem syaraf pusat antara lain: depresi linier dari
metabolisme otak, amnesia, apatis, disartria, pertimbangan yang terganggu adaptasi
yang salah, EEG yang abnormal, depressi kesadaran yang progresif, dilatasi pupil, dan
halusinasi. Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan autoregulasi otak, aliran
darah otak menurun, koma, refleks okuli yang hilang, dan penurunanyangprogressif
dari aktivitas EEG.
Pada jantung dapat terjadi takikardi, kemudian bradikardi yang progressif, kontriksi
pembuluh darah, peningkatan cardiacout put, dan tekanan darah. Selanjutnya,
peningkatan aritmia atrium dan ventrikel, perubahan EKG dan sistole yang
memanjang, penurunan tekanan darah yang progressif, denyut jantung, dan cardiacout
put disritmia serta asistole. Pada pernapasan dapat terjadi takipnea, bronkhorea,
bronkhospasma, hipoventilasi konsumsi oksigen yang menurun sampai 50%, kongesti
paru dan edema, konsumsi oksigen yang menurun sampai 75%, dan apnoe. Pada
ginjal dan sistem endokrin, dapat terjadicold diuresis, peningkatan katekolamin,
steroid adrenal, T3 dan T4 dan menggigil; peningkatan aliran darah ginjal sampai
50%, autoregulasi ginjal yang intak, dan hilangnya aktivitas insulin. Pada keadaan
berat, dapat terjadi oliguri yang berat dan poikilotermia.
4. Gejala Hipotermi
1. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, tidak kuat
menghisap asi, dan menangis lemah.
2. Timbulnya sklerema atau kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian
punggung, tungkai dan tangan.
3. Muka bayi berwarna merah terang.
4. Tampak mengantuk .
5. Kulitnya pucat dan dingin.
6. Lemah, lesu, menggigil.
7. Kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan bagian dada.
8. Ujung jari tangan dan kaki kebiruan.
9. Bayi tidak mau minum/menyusui.
10. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun
Indikasi Penyakit Hipotermia:
1) Gejala awal hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba
dingin.Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia
sedang (suhu 320C – <360C).
2) Gigi gemeretakan, merasa sangat letih dan mengantuk yang sangat luar biasa.
3) Selanjutnya pandangan mulai menjadi kabur, kesigapan mental dan fisik menjadi
lamban.
4) Bila tubuh bayi basah, maka serangan hiportemia akan semakin cepat dan hebat.
5. Penanganan Hipotermi
Kedinginan yang terlalu lama dapat menyebabkan tubuh beku, pembuluh darah dapat
mengerut dan memutus aliran darah ke telinga, hidung, jari dan kaki. Dalam kondisi yang
parah mungkin korban menderita ganggren (kemuyuh) dan perlu diamputasi. Hipotermia bisa
menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruubuh (Edema Generalisata), menghilangnya
reflex tubuh (areflexia), koma, hingga menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut hipotermia
berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan
termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Di samping sebagai suatu
gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian
B. HIPERTERMI
1. Definisi
Hypertermia adalah peningkatan suhu tubuh bayi lebih dari 37,5 ºC. Hipertermia adalah
peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus bila mekanisme pengeluaran
panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhui oleh panas eksternal
(lingkungan) atau internal (metabolik).
2. Etiologi
Terjadinya hipertermi pada bayi dan anak, biasanya disebabkan karena:
1. Perubahan mekanisme pengaturan panas sentral yang berhubungan dengan trauma
lahir dan obat-obatan
2. Infeksi oleh bacteria, virus atau protozoa.
3. Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada pireksia, terdapat peningkatan
produksi panas dan penurunan kehilangan panas pada suhu febris.
4. Latihan / gerakan yang berlebihan.
3. Patofisiologi
Hipertermi disebabkan karena adanya vasodilatif (pelebaran pembulu darah) aktif
pembulu darah yang menyebabkan aliran darah melalui kulit lengan bawah dan batang
tubuh bertambah 3x lipat sehingga menyebabkan suhu tubuh akan meningkat atau
berlebihan. Hal ini menyebabkan jumlah implus simpatis sangat berkurang anatomis
tersebut berdilatasi dan memungkinkan jumlah besar darah hangat mengalir ke dalam
fleksus verosus sehingga mengakibatkan peningkatan pengeluaran panas dari dalam
tubuh. Pusat pengaturan suhu tubuh terletak di hipotalamus di mana terdapat suatu pusat
kecil yang mengatur suhu tubuh yang disebutpreoptik hipotalamus anterior. Pemanasan
daerah ini menyebabkan vsodilatif/vasokoktriksi pembulu darah tubuh.
Pada hipertermia, terdapat kenaikan suhu tubuh yang tinggi yang disebabkan oleh
peningkatan suhu inti tubuh secara berlebihan sehingga terjadi kegagalan mekanisme
pelepasan panas. Hipertermia antara lain dijumpai pada heat stroke (tersengat panasnya
udara lingkungan), aktivitas fisik yang berlebihan pada cuaca panas serta dikarenakan
efek dari beberapa jenis obat-obatan seperti ekstasi.
4. Tanda dan Gejala
1. Suhu badan tinggi >37,5 ˚C
2. Tanda dehidrasi (elastisitas kuli menurun, mata dan ubun-ubun besar cekung, lidah dan
membran mukosa kering).
3. Terasa kehausan, Anoreksia (tidak selera makan)
4. Denyut jantung > 160 kali/menit, Frekuensi nafas > 60 kali/menit, Letargi
PENGERTIAN
Tersedak (choking) merupakan suatu keadaan masuknya benda asing (makanan,
mainan, dll) ke dalam jalan napas atas sehingga menimbulkan gawat napas. Jika hal
ini tidak ditangani segera maka korban akan meninggal. Pada dasarnya kita mengenal
2 jenis tersedak. Tersedak sebagian (partial/mild) artinya benda asing yang masuk
hanya menyumbat sebagian dari jalan napas, masih ada sedikit celah untuk masuknya
udara. Yang paling berat adalah Tersedak Total (total blockage/severe) dimana benda
asing yang masuk sudah menutup semua bagian jalan napas korban, sehingga korban
menjadi jatuh tidak sadarkan diri. Pada sesi kita akan membahas penanganan tersedak
pada korban yang masih sadar dan tidak sadar.
Berikut cara membedakan antara tersedak yang “mild” (ringan/ sebagian) dan
“severe” (berat/ total):
Penanganan Tersedak Untuk Anak Usia >1 Tahun – Dewasa Yang Masih Sadar
Berdiri atau berlutut di belakang korban (posisikan tubuh Anda sesuai dengan tinggi
tubuh korban, pada pasien anak kemungkinan Anda harus berlutut)
Kepalkan salah satu telapak tangan Anda
Letakkan kepalan tangan Anda dengan arah ibu jari menempel ke dinding perut
korban, posisikan kepalan tangan Anda 2 jari di atas pusat (pusat selalu sejajar dengan
tulang pinggul atas), Anda tidak memposisikan kepalan tangan Anda di ulu hati.
Kencangkan kepalan tangan Anda dengan tangan satunya sehingga kedua lengan
Anda melingkar di perut korban.
Lakukan penekanan ke arah belakang dan atas sampai benda asing keluar atau sampai
korban menjadi jatuh tidak sadar.
Jika korban tersedak adalah wanita hamil atau orang dewasa yang terlalu gemuk
(obesitas) kita bisa melakukan pilihan lain dengan melakukan “chest thrust” yaitu
dengan meletakkan kepalan tangan Anda di tengah-tengah tulang dada
Penanganan Tersedak Untuk Anak Usia >1Tahun – Dewasa Yang Tidak Sadar
Lakukan langkah-langkah berikut ini jika Anda sudah berhasil menangani korban tersedak.
Karena ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi setelah benda asing keluar dari mulut
korban:
Penanganan tersedak untuk bayi tentunya berbeda dengan anak yang berusia lebih dari 1
tahun. Kita tidak bisa melakukan penekanan perut (Heimlich manuever) pada bayi
karena akan mencederai organ dalam yaitu hati. Penanganan tersedak untuk bayi terdiri
atas kombinasi penekanan dada (chest thrust) dan tepukan punggung (back slaps).
Berikut ini merupakan langkah-langkah pertolongan tersedak terhadap bayi yang masih
sadar:
Jika benda asing belum bisa keluar dan bayi Anda menjadi tidak sadar (bayi terkulai lemas,
tidak ada pergerakan, bibir membiru, tidak dapat menangis atau mengeluarkan suara)
penanganan nya adalah sebagai berikut:
Ai Yeyeh.R & Lia Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus Bayi & Anak Balita. Jakarta:
TIM
Rochman, DKK. 2012. Asuhan Neonatus Bayi & Balita. Jakarta: EGC
Marmi dan Kukuh Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sudarti dan Afroh Fauziah. 2013. Asuhan Neonatus Resiko Tinggi dan Kegawatan.
Yogyakarta : Nuha Medika.