Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen :
Disusun Oleh :
Dalam membuat makalah ini kami sadar bahwa banyak pihak yang
membantu. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih banyak kepada pihak
yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Kami sadar bahwa makalah yang telah kita tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan. Hal itu dikarenakan masih kurangan dari segi keilmuan kami dan
akan terus untuk mrncari ilmu agar pengetahuan dan keilmuan kita bertambah.
Maka dari itu kami berharap dengan sangat, kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca.
Akhir kata saya ucapkan mohon maaf apabila terdapat tutur kata yang
kurang berkenan kepada pembaca.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa lepas dari
kehidupan manusia. Maju mundurnya suatu bangsa dipengaruhi oleh faktor
pendidikan. Jika pendidikan dalam suatu bangsa itu baik, maka akan dapat
mencetak sumber daya manusia yang berkualitas baik dalam segi spiritual,
intelegensi dan keterampilan.
Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu pembelajaran
yang wajib dilaksanakan pada pendidikan di Indonesia. Kurikulum 2013
menempatkan Bahasa Indonesia sebagai penghela mata pelajaran lain dan
karenanya harus berada di depan semua mata pelajaran lain. Pembelajaran Bahasa
Indonesia memiliki empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa yaitu
keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis (Dalman, 2012:3).
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari
jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Bahasa Indonesia merupakan
salah satu ilmu yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia serta
untuk menguasai ilmu dan teknologi. Sebagai masyarakat Indonesia, penting
untuk kita mempelajari dan memahami Bahasa Indonesia secara baik dan benar
(Afifah, 2012:2).
Guru harus bisa memahami aspek pribadi yang dimiliki oleh setiap
siswa, Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam
memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Pendidik
juga haru memahami konsep dasar pendekatan, metode, model, dan teknik
pembelajaran di MI, agar dapat menyusun rencana pembeajaran dapat efektif dan
efesien dan siswa berperan aktif dalam melaksanakan pembelajaran.
A. Rumusan Masalah
B. Tujuan
1. Pendekatan Tujuan.
Landasan dari pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran
bahwa dalam setiap kegiatan belajar mengajar, yang harus dipikirkan dan
ditetapkan lebih dahulu yaitu tujuannya yang ingin dicapai. Dari
memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan dapat menentukan metode
yang akan digunakan, juga teknik pengajaran yang seperti apa yang
ditetapkan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Sehingga, proses
belajar mengajar ditentukan oleh tujuan yang telah ditetapkan untuk
mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut.
Seperti dalam bidang studi Bahasa Indonesia mengenai pokok
bahasan menulis, dan tujuan pembelajaran yang ditetapkan pendidik yaitu
"Siswa mampu membuat karangan/cerita berdasarkan pengalaman atau
informasi dari bacaan”. Berdasar pada pendekatan tujuan, maka yang
penting tercapainya tujuan untuk siswa memiliki kemampuan mengarang.
2. Pendeketan Struktural.
Pada pendekatan struktural merupakan pendekatan pembelajaran
bahasa yang dilandaksan oleh asumsi yang menganggap bahawa adalah
seperangkat kaidah. Maka atas dasar anggapan itu, pembelajaran bahasa
harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa,
juga pembelajaran bahasa perlu dititik beratkan pada pengetahuan tentang
struktur bahasa yang tercakup dalam hal pengetahuan tentang pola-pola
kalimat, pola kata, dan suku kata.
Dengan pendekatan struktural siswa akan cermat dalam menyusun
kalimat, dikarenakan mereka memahami kaidah-kaidahnya. Kesalahan
yang terjadi jika siswa tidak paham tentang pola-pola kalimat, pola kata,
dan suku kata seperti "Anak-anak itu lari-lari di halaman".
3. Pendekatan Komunikatif.
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi
oleh pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam
komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran
bahasa. Tampak bahwa bahasa tidak hanya dipandang sebagai seperangkat
kaidah tetapi lebih luas lagi, yakni sebagai sarana untuk berkomunikasi.
Pendapat ini didukung oleh ahli psikologi dan psikolinguistik.
Bullock menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa bahasa merupakan
faktor utama dalam proses pembelajaran dan pengembangan kemampuan
kognitif. Bahasa dipandang sebagai sarana aktivitas simbolik. Dengan
bahasa seseorang dapat merefleksikan kehidupannya, menerjemahkan dan
mentransformasikan pengalamannya. Salah satu ciri-ciri dari pendekatan
komunikatif yaitu peserta didik berinteraksi dengan orang lain melalui
kelompok atau pasangan, dan sistem bahasa dipelajari melalui kegiatan
berkomunikasi lisan dan tulis.
Berdasarkan konsep pendekatan komunikatif guru bukanlah satu-
satunya pemberi informasi dan sumber belajar, tetapi guru juga sebagai
penerima informasi dari peserta didik. Jadi sumber pembelajaran
didasarkan atas multi sumber, dari guru, peserta didik, dan lingkungan.
Lingkungan terdekat adalah kelas.
4. Pendekatan Kontesktual
Menurut Johnson mengungkapkan bahwa sistem konstektual
merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu peserta
didik melihat makna dalam bahan yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkannya dengan konteks kehidupan keseharian. Sedangkan
menurut Nurhadi menyimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual itu
konsep belajar pada saat guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas
dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupannya. Proses pembelajaran
berlangsung secara alamiah dalam bentuk pesera didik bekerja dan
mengalami, bukan berupa pemindahan pengetahuan dari guru kepada
peserta didik.
5. Pendekatan Keterampilan Proses.
Pendekatan keterampilan didasarkan pada asumsi bahwa belajar
merupakan proses mengubah tingkah laku, baik kognitif, afektif, maupun
psikomotor. Keterampilan proses, dalam proses belajar diperlukannya
keterampilan intelektual, keterampilan sosial, dan keterampilan fisik. Dari
keterampilan proses berfungsi menemukan dan juga mengembangkan
konsep. Interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan
pengembangan konsep dalam proses belajar mengajar menghasilkan sikap
dan nilai dalam diri siswa. Tanda-tandanya terlihat pada diri siswa seperti
teliti, kreatif, kritis, objektif, tenggang rasa, bertanggung jawab, jujur,
terbuka, dapat bekerja sama, rajin, dan sebagainya.
Melalui CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) ini merupakan
pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk aktif terlibat fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan
harapan peserta didik memperoleh dari pengalaman belajar secara
maksimal baik pada ranah kognitif, efektif, maupun psikomotor.
Berikut ini keterampilan proses dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia.
1. Mengamati
2. Menggolongkan
3. Menafsirkan
4. Menerapkan
5. Mengomunikasikan
6. Pendekatan Terpadu.
Pendekatan terpadu sering disebut dengan pendekatan integratif.
Pendekatan pembelajaran bahasa yang terintegrasi didasarkan pada
kenyataan bahwa penggunaan bahasa sehari-hari baik secara formal
maupun tidak formal tiap-tiap aspeknya tidak pernah berdiri sendiri.
Misalnya pada waktu kita membaca, berhadapan dengan ejaan, kosa kata,
struktur kalimat. Setelah membaca mungkin membuat catatan,
menceriterakannya kepada orang lain. Pada saat kita berbicara atau
menulis perlu memilih kosa kata yang tepat dan menerapkan struktur
kalimat yang tepat. Hal ini jelas bahwa kegiatan membaca, berbicara,
menyimak, dan menulis merupakan kegiatan yang terpadu. Salah satu
pembelajaran terpadu yaitu dalam pembelajaran tematik yang sebagai
pemadu beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman
bermakna bagi peserta didik dari melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
7. Pendekatan Whole Languange
Whole language adalah cara untuk menyatukan pandangan tentang
bahasa, tentang pembelajaran, dan tentang peserta didik dan pendidik yang
terlibat dalam pembelajaran. Menurut Routman dan Froese (1991) ada
delapan komponen whole language, dan sesuai dengan definisi whole
language yaitu pembelajaran bahasa yang disajikan secara utuh dan tidak
terpisah-pisah, maka dalam menerapkan setiap komponen whole language
di kelas harus pula melibatkan semua keterampilan dan unsur bahasa
dalam kegiatan pembelajaran.
1. Reading aloud, merupakan kegiatan membaca yang dilakukan
oleh guru dan siswa. Kegiatan ini sangat bermanfaat terutama
jika dilakukan di kelas rendah. Dalam kegaiatan guru dapat
menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau cerita
lainnya kemudian membacakannya dengan suara keras dan
intonasi yang benar sehingga setiap siswa dapat mendengarkan
dan menikmati ceritanya. Manfaat yang didapat dari reading
aloud ini meningkatkan keterampilan menyimak, memperkaya
kosakata, membantu meningkatkan membaca pemahaman, dan
yang tidak kalah penting adalah menumbuhkan minat baca
pada peserta didik.
2. Sustained Silent Reading, kegiatan membaca dalam hati yang
dilakukan oleh siswa. Pada kegiatan ini guru memberikan
kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan bacaan yang
sesuai dengan kemampuan mereka sendiri sehingga mereka
dapat menyelesaikan membaca bacaan tersebut. Guru dalam
hal ini sedapat mungkin menyediakan bahan bacaan yang
menarik dari berbagai buku sehingga memungkinkan siswa
memilih materi bacaan. Guru dapat memberi contoh sikap
membaca dalam hati yang baik sehingga mereka dapat
meningkatkan kemampuan membaca dalam hati untuk waktu
yang cukup lama. Salah satu manfaat dari kegaiatan ini siswa
dapat membaca dan berkonsentrasi pada bacaannya.
3. Journal Writing, merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis dengan
mengimplementasikan pembelajaran menulis jurnal atau
menulis informal. Dengan ini siswa di sekolah dsar dilatih
untuk lancar mencurahkan gagasan dan menceritakan kejadian
disekitarnya yang menarik perhatian atau peristiwa sehari-hari
dari kehidupan mereka yang ditulis dalam bentuk buku catatan
pribadi. Salah satu manfaat dari kegaiatan ini siswa
meningkatkan kemampuan berpikir, menulis dan membaca.
4. Shared reading merupakan kegiatan membaca bersama antara
guru dan siswa. Pada kegiatan ini dapat dilakukan baik di kelas
rendah maupun di kelas tinggi. Beberapa cara melakukan
kegiatan ini dengan guru membaca dan siswa mengikutinya
(untuk kelas rendah), guru membaca dan siswa menyimak
sambil melihat bacaan yang tertera pada buku; dan siswa
membaca secara bergiliran.
5. Guided reading, guru lebih berperan sebagai model dalam
membaca, juga menjadi pengamat dan fasilitator. Dalam
membaca terbimbing lebih menekannya pada membaca
pemahaman. Dalam guided reading semua siswa membaca dan
mendiskusikan sebuah buku yang sama. Guru melemparkan
pertanyaan dan meminta siswa menjawab.
6. Guided writing, ini dalam menulis terbimbing sama dengan
membaca terbimbing peran guru sebagai fasilator, membantu
siswa menemukan apa yang ingin ditulisnya dan bagaimana
menulisnya dengan jelas, sistematis, dan menarik. Guru
bertindak sebagai pendorong bukan pengatur, sebagai pemberi
saran bukan pemberi petunjuk.
7. Independent reading atau membaca bebas merupakan kegiatan
membaca yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya. Manfaat dari
membaca bebas ini membantu siswa meningkatkan
kemampuan pemahamannya, mengembangkan kosa kata,
melancarkan membaca, dan secara keseluruhan memfasilitasi
membaca.
8. Independent writing atau menulis bebas bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan
menulis, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Dalam
menulis bebas siswa mempunyai kesempatan untuk menulis
tanpa ada intervensi dari guru. Jenis menulis yang termasuk
dalam menulis bebas yaitu menulis jurnal dan menulis respon.
5. Metode Realis
Isian adalah bagian kosong dari LKP yang digunakan siswa untuk
mencatat, merekam, dan menggambarkan berbagai hasil dari setiap tugas yang
diberikan. Dengan demikian, bagian ini pada dasarnya hanya berupa kolom
kosong yang nantinya akan diisi siswa berdasarkan hasil dari setiap tahapan
aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran.
2. Teknik Wawancara
Teknik ini juga dapat dijadikan alternatif agar guru tidak selalu
memberikan ceramah di kelas. Misalnya, siswa diberi teks pantun. Kemudian
siswa diberi soal untuk mengidentifikasi bagian-bagiannya. Siswa akan mengerti
perbedaan sampiran dan isi pada pantun saat menemukan bagian-bagian tersebut.
Menyenangkan bukan pelajaran Bahasa Indonesia?
4. Teknik Permainan
Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh seorang pengajar agar siswa tidak
bosan di kelas adalah memberikan permainan. Permainan bisa juga digunakan
sebagai salah satu teknik belajar Bahasa Indonesia untuk menguji pemahaman
siswa terhadap suatu materi. Misalnya saja, belajar dengan permainan Who Wants
To Be A Millionaire. Anda dapat memodifikasi permainan ini untuk menguji salah
satu materi. Siswa diminta untuk maju dan menyelesaikan soal ejaan misalnya.
Soal tersebut ditampilkan di layar sehingga siswa lainnya bisa membaca. Lalu,
guru memberikan skor untuk soal yang bisa dijawab. Dengan teknik ini, siswa
akan tertarik dan lebih berusaha menjawab soal. Ditambah dengan hadiah
menarik, kelas akan makin semarak.
Sekali waktu mengajak siswa belajar di luar kelas akan membuat kesan
yang mendalam bagi mereka. Misalnya, saat menulis puisi. Dengan pengawasan
dari guru, siswa dapat mencari inspirasi di mana pun asalkan masih di dalam
lingkungan sekolah. Saat materi menulis resensi, siswa diajak ke perpustakaan
untuk memilih buku. Teknik tersebut menunjukkan siswa belajar dengan riil.
Artinya, siswa tidak mengimajinasikan buku yang akan diresensi. Siswa betul-
betul membaca buku tersebut dan meresensinya.
KESIMPULAN