1 Nugraha 6, 2017
2 Indah V dan Tristyanto, 2012 3 Sherwood, 2004
yang mengandung RNA, yang jumlahnya cukup untuk menggantikan eritrosit yang mati. Kira-kira
10% dari eritrosit dalam darah perifer adalah retikolusit.
Leukosit disebut juga sel darah putih, sel ini memiliki inti tetapi tidak memiliki bentuk sel yang tetap
dan tidak berwarna. Mempunyai granula spesifik ( granulosif ) inti bentuk bulat seperti ginjal.
Terdapat dua jenis leukosit arganuler yaitu limfosit dan monosit. Terdapat tiga jenis granule :
neutrofil, basofil, asolofil atau eosinofil yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat
warna netral, basa dan asam. Sel leukosit mempunyai peranan penting, leukosit menyediakan
pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap bahan infeksius yang mungkin ada. Orang dewasa
darah tepi mempunyai leukosit antara 5.000 – 10.000 sel/mm3.
Trombosit adalah fragmen sitoplasma megakariosit yang tidak berinti dan terbentuk di sumsum
tulang. Trombosit matang berukuran 2-4 um, berbentuk cakram bikonkaf. Jumlah trombosit adalah
150.000 sampai 450.000 sel/mm3 darah. Masa hidupnya 9-10 hari, setelah itu keeping darah akan
dibawa ke limfa untuk dihancurkan. Sisa-sisa sel tersebut akan dimakan oleh makrofag. Fungsi utama
trombosit adalah pembentukan sumbatan mekanis selama respon hemostatic normal terhadap luka
vaskuler. Trombosit juga penting untuk mempertahankan jaringan apabila terjadi luka ( D. Junitasari,
2017 ).4
Darah atau lisis atau disebut dengan hemolysis merupakan hancurnya sel darah disebabkan karena
preparasi sampel yang salah. Darah lisis sebagian besar disebabkan oleh pemecahan sel darah merah
di serum atau plasma. Gangguan akibat darah lisis dalam pengukuran laboratorium disebabkan oleh
banyak faktor yaitu pelepasan sel-sel instraseluler di dalam darah, interferensi sperktroskopi dan
juga pelepasan zat aktif yang dapat mengganggu dan memicu reaksi laboratorium. Darah lisis juga
dapat mengganggu pemeriksaan trombosit. Hasil lisis darah tersebut menjadi partikel kecil atau
fragmen sehingga terbaca pada haematology analyzer sebagai trombosit ( Zulfikar Husni Faruq, 2018
).5
4 D. Junitasari, 2017
5 Zulfikar Husni Faruq, 2018
Larutan isotonic adalah suatu cairan atau larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut sama atau
mendekati sama dengan konsentrasi plasma. Cairan isotonik digunakan untuk mengganti volume
extrasel, misalnya kehilangan cairan setelah muntah yang berlangsung lama. Cairan ini akan
meningkatkan volume extrasel.
Larutan hipotonik adalah larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut lebih kecil daripada
konsentrasi plasma. Tujuan pemberian larutan hipotonik adalah untuk menggantikan cairan seluler
dan menyediakan air bebas untuk ekskresi sisa metabolism. Pemberian cairan ini umumnya
menyebabkan difusi konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk kedalam sel untuk
memperbaiki keseimbangan di intrasel dan ekstrasel.
Larutan atau cairan hipertonik adalah suatu larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut lebih
tinggi daripada konsentrasi plasma. Pemberian larutan hipertonik yang cepat dapat menyebabkan
kelebihan dalam sirkulasi dan dehidrasi didalam sel, terjadi perpindahan cairan dari intrasel ke
extrasel ( intravaskuler ) sehingga menyebabkan sel menjadi mengkerut ( mengecil ). Pemberian
cairan ini di kontraindikasikan untuk pasien dengan gangguan ginjal, jantung, dan dehidrasi berat ( R.
Rohani, 2018 ).6
6 R. Rohani, 2018
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mengenal bentuk sel
2. Menentukan waktu lisis darah
3. Menentukan larutan isotonic, hipotonik, hipertonik
1.3 Hipotesis
1. Diduga ketika darah diuji dengan konsentrasi > 0,9% atau < 0,9%, eritrosit
darah akan mengalami perubahan dari yang ukurannya normal menjadi
tidak normal.
2. Semakin tinggi konsentrasi NaCl, waktu lisis akan semakin lama.
3. Pada larutan hipertonik, darah mengkerut.
4. Sel eritrosit pecah karena medium di sekitar eritrosit masuk kedalam
eritrosit melalui membrane yang bersifat semipermiabel.
5. Hipotonis adalah larutan yang konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah dari
cairan di dalam sel.
6. Hipertensi adalah tekanan darah diatas 140/90.
2.1 Alat dan Bahan 2.1.1 Alat
BAB II METODE KERJA
1. Objek dan Cover glass 2. Tabung Reaksi
3. Mikroskop
2.1.2 Bahan
1. Darah Kelinci
2. Praktikan
3. NaCl Fisiologis
2.2 Cara Kerja
1. Diaturlah 8 buah tabung reaksi di rak dan tandai sesuai dengan larutan
yang akan dimasukkan di dalamnya. Dimasukkan ke dalam tabung 2 ml larutan NaCl 5%, 2%, 0,9%,
0,6%, 0,4%, 0,2%, aquadest dan larutan sabun.
2. Ditambahkan 2 tetes darah ( darah mammalia yang sudah diberi Na sitrat ) pada masing-masing
tabung reaksi dan dicampurlah perlahan lahan dengan cara menggoyang tabung. Dijalankan
stopwatch pada saat meneteskan darah ke dalam tabung.
3. Dicatat waktu lisis darah. Untuk mengetahui akhir lisis, dihentikan stopwatch pada saat larutan
dalam tabung reaksi sudah bening.
1. Diteteskan 1-2 tetes larutan NaCl 5%, 0,9% dan 0,4% secara terpisah
pada objek glass yang bersih.
2. Ditambahkan sel darah dengan cara mengambil sedikit darah dengan
tusuk gigi.
3. Diamati dibawah mikroskop, bandingkan ukuran selnya.
4. Ditentukan mana larutan yang isotonik, hipertonik, dan hipotonik.