Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori


Darah adalah salah satu jaringan yang mempunyai sifat beda dari jaringan
lain dimana berupa cairan sehingga mampu untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain.
Darah berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh
mengangkutbahan-bahan kimia hasil metabolism, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus
atau bakteri melalui system yang disebut system kardiovaskuler ( Nugraha 6, 2017. )1
Sel-sel darah terdiri dari dua komponen utama,pertama plasma darah yaitu bagian darah yang
terdiri dari air, elektrolit, danprotein darah. Kedua sel-sel darah merah yang terdiri dari sel darah
merah ( eritrosit ), sel darah putih leukosit, dan keping darah ( trombosit ) ( Indah V dan Tristyanto,
2012. ).2
Darah membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total dan memiliki volume rata-rata 5 liter pada
wanita dan 5,5 liter pada laki-laki, karena pentingnya darah bagi kelangsungan hidup maka
terdapatlah mekanisme yang dapat memperkecil kemungkinan kehilangan darah apabila terjadi
kerusakan terhadap pembuluh darah, trombosit atau keping darah sangat berperan dalam
hemostatis yaitu perhentian peredaran darah dari suatu pembuluh darah yang cedera ( Sherwood,
2004 ). 3
Sel darah merah atau eritrosit adalah sel yang sangat penting untuk makhluk hidup. Sel eritrosit
termasuk sel yang terbanyak dalam tubuh manusia. Dalam keadaan fisiologi, darah selalu berada
dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai pembawa oksigen,
mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mekanisme homeostatis. Pembentukan dan
pematangan eritrosit di dalam sumsum tulang selama 7 hari. Dalam darah perifer ini umumnya
sudah hilang. Retikulosit adalah sel elektrosit termuda

1 Nugraha 6, 2017
2 Indah V dan Tristyanto, 2012 3 Sherwood, 2004
yang mengandung RNA, yang jumlahnya cukup untuk menggantikan eritrosit yang mati. Kira-kira
10% dari eritrosit dalam darah perifer adalah retikolusit.
Leukosit disebut juga sel darah putih, sel ini memiliki inti tetapi tidak memiliki bentuk sel yang tetap
dan tidak berwarna. Mempunyai granula spesifik ( granulosif ) inti bentuk bulat seperti ginjal.
Terdapat dua jenis leukosit arganuler yaitu limfosit dan monosit. Terdapat tiga jenis granule :
neutrofil, basofil, asolofil atau eosinofil yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat
warna netral, basa dan asam. Sel leukosit mempunyai peranan penting, leukosit menyediakan
pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap bahan infeksius yang mungkin ada. Orang dewasa
darah tepi mempunyai leukosit antara 5.000 – 10.000 sel/mm3.
Trombosit adalah fragmen sitoplasma megakariosit yang tidak berinti dan terbentuk di sumsum
tulang. Trombosit matang berukuran 2-4 um, berbentuk cakram bikonkaf. Jumlah trombosit adalah
150.000 sampai 450.000 sel/mm3 darah. Masa hidupnya 9-10 hari, setelah itu keeping darah akan
dibawa ke limfa untuk dihancurkan. Sisa-sisa sel tersebut akan dimakan oleh makrofag. Fungsi utama
trombosit adalah pembentukan sumbatan mekanis selama respon hemostatic normal terhadap luka
vaskuler. Trombosit juga penting untuk mempertahankan jaringan apabila terjadi luka ( D. Junitasari,
2017 ).4
Darah atau lisis atau disebut dengan hemolysis merupakan hancurnya sel darah disebabkan karena
preparasi sampel yang salah. Darah lisis sebagian besar disebabkan oleh pemecahan sel darah merah
di serum atau plasma. Gangguan akibat darah lisis dalam pengukuran laboratorium disebabkan oleh
banyak faktor yaitu pelepasan sel-sel instraseluler di dalam darah, interferensi sperktroskopi dan
juga pelepasan zat aktif yang dapat mengganggu dan memicu reaksi laboratorium. Darah lisis juga
dapat mengganggu pemeriksaan trombosit. Hasil lisis darah tersebut menjadi partikel kecil atau
fragmen sehingga terbaca pada haematology analyzer sebagai trombosit ( Zulfikar Husni Faruq, 2018
).5

4 D. Junitasari, 2017
5 Zulfikar Husni Faruq, 2018
Larutan isotonic adalah suatu cairan atau larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut sama atau
mendekati sama dengan konsentrasi plasma. Cairan isotonik digunakan untuk mengganti volume
extrasel, misalnya kehilangan cairan setelah muntah yang berlangsung lama. Cairan ini akan
meningkatkan volume extrasel.
Larutan hipotonik adalah larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut lebih kecil daripada
konsentrasi plasma. Tujuan pemberian larutan hipotonik adalah untuk menggantikan cairan seluler
dan menyediakan air bebas untuk ekskresi sisa metabolism. Pemberian cairan ini umumnya
menyebabkan difusi konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk kedalam sel untuk
memperbaiki keseimbangan di intrasel dan ekstrasel.
Larutan atau cairan hipertonik adalah suatu larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut lebih
tinggi daripada konsentrasi plasma. Pemberian larutan hipertonik yang cepat dapat menyebabkan
kelebihan dalam sirkulasi dan dehidrasi didalam sel, terjadi perpindahan cairan dari intrasel ke
extrasel ( intravaskuler ) sehingga menyebabkan sel menjadi mengkerut ( mengecil ). Pemberian
cairan ini di kontraindikasikan untuk pasien dengan gangguan ginjal, jantung, dan dehidrasi berat ( R.
Rohani, 2018 ).6

6 R. Rohani, 2018
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mengenal bentuk sel
2. Menentukan waktu lisis darah
3. Menentukan larutan isotonic, hipotonik, hipertonik
1.3 Hipotesis
1. Diduga ketika darah diuji dengan konsentrasi > 0,9% atau < 0,9%, eritrosit
darah akan mengalami perubahan dari yang ukurannya normal menjadi
tidak normal.
2. Semakin tinggi konsentrasi NaCl, waktu lisis akan semakin lama.
3. Pada larutan hipertonik, darah mengkerut.
4. Sel eritrosit pecah karena medium di sekitar eritrosit masuk kedalam
eritrosit melalui membrane yang bersifat semipermiabel.
5. Hipotonis adalah larutan yang konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah dari
cairan di dalam sel.
6. Hipertensi adalah tekanan darah diatas 140/90.
2.1 Alat dan Bahan 2.1.1 Alat
BAB II METODE KERJA
1. Objek dan Cover glass 2. Tabung Reaksi
3. Mikroskop
2.1.2 Bahan
1. Darah Kelinci
2. Praktikan
3. NaCl Fisiologis
2.2 Cara Kerja

1. Dibersihkan objek glass dan penutupnya menggunakan kapas alkohol


dan kertas saring. Teteskan larutan fisiologis sebanyak 1-2 tetes.
2. Dibersihkan ujung jari manis dari orang percobaan dengan alkohol
kemudian ditusuklah dengan lanset.
3. Diteteskan darah sebanyak 1 tetes pada larutan fisiologis pada objek
gelas.
4. Dicampurkan keduanya dengan pengaduk glass kemudian ditutup
dengan cover glass, diamati dibawah mikroskop. Diperhatikan bentuk dan ukuran sel darah merah
dan sel darah putih, granula dan inti pada sel darah putih.

1. Diaturlah 8 buah tabung reaksi di rak dan tandai sesuai dengan larutan
yang akan dimasukkan di dalamnya. Dimasukkan ke dalam tabung 2 ml larutan NaCl 5%, 2%, 0,9%,
0,6%, 0,4%, 0,2%, aquadest dan larutan sabun.

2. Ditambahkan 2 tetes darah ( darah mammalia yang sudah diberi Na sitrat ) pada masing-masing
tabung reaksi dan dicampurlah perlahan lahan dengan cara menggoyang tabung. Dijalankan
stopwatch pada saat meneteskan darah ke dalam tabung.
3. Dicatat waktu lisis darah. Untuk mengetahui akhir lisis, dihentikan stopwatch pada saat larutan
dalam tabung reaksi sudah bening.

1. Diteteskan 1-2 tetes larutan NaCl 5%, 0,9% dan 0,4% secara terpisah
pada objek glass yang bersih.
2. Ditambahkan sel darah dengan cara mengambil sedikit darah dengan
tusuk gigi.
3. Diamati dibawah mikroskop, bandingkan ukuran selnya.
4. Ditentukan mana larutan yang isotonik, hipertonik, dan hipotonik.

1. Ditusuk ujung jari dengan lanset steril.


2. Diisikan darah pada pipet kapiler ( kira-kira 2 cm ).
3. Dicatat waktu munculnya tetes darah pertama
4. Ditiap waktu interval waktu 30 detik dipatahkan sebagian ujung pipa
kapiler sampai diperoleh benang fibrin yang dipatahkan.
5. Dihitung waktu koagulasi darah dan dicatat hasil dari semua kelompok.
2. Pembahasan
Cara mengetahui golongan darah bisa melalui tes golongan darah yang dilakukan di klinik atau
rumah sakit. Tes golongan darah dilakukan dengan cara mengambil sedikit sampel darah, kemudian
sampel ini akan dicampurkan dengan antigen darah.
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium
sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan
larutan hipotonis, hipertonis dalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit,
zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah
dan lain- lain. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan
NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui
membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung (Masters,
2002).
Eritrosit mempunyai membran sel yang bersifat permeabel selektif terhadap lingkungan
sekelilingnya (misalnya cairan) yang berada diluar eritrosit, dan mempunyai batas-batas fisiologis
terhadap tekanan osmosis dari luar eritrosit. Tonisitas eritrosit babi sangat penting diketahui karena
erat kaitannya dengan terapi infus pada hewan sakit atau kekurangan cairan. Untuk mengetahui
tonisitas dari eritrosit, maka dilakukan uji fragilitas/uji hemolisis. Fragilitas eritrosit merupakan reaksi
membran eritrosit untuk melawan tekanan osmosis media di sekelilingnya, untuk mengetahui
berapa besar fragilitas atau kerapuhan dinding eritrosit dapat diketahui dengan menaruh eritrosit
dalam berbagai larutan (biasanya NaCl) dengan tekanan osmosis yang beragam. Konsentrasi larutan
dengan tekanan osmosis tertentu akan menyebabkan lisis eritrosit, inilah yang menunjukkan
fragilitas eritrosit tersebut (Senturk et al, 2005).
Waktu koagulasi darah yang baik yaitu 2-6 menit
Plasma darah dalam tubuh kita mengandung antibodi yang memberi sinyal pada tubuh kalau ada
penyusup yang tidak dikenal, termasuk antigen yang tidak sesuai golongan darah kita. Antibodi bisa
menyerang antigen yang berbeda ini dan
menyebabkan darah mengental. Pengentalan darah ini bisa menyebabkan pembuluh darah
tersumbat, menganggu sirkulasi darah, dan bisa berakibat fatal bagi tubuh.
Berikut adalah beberapa jenis gangguan pembekuan darah yang paling umum: 1. Trombositopenia
2. Trombositosis
3. Immune thrombocytopenic purpura (ITP)
4. Sindrom Bernard-Soulier
5. Trombosis
6. Emboli paru
Hemofilia, terjadi ketika tubuh kekurangan protein pembekuan darah tertentu Penyakit Von
Willebrand.
1. Pembentukan aktivator protrombin akibat robeknya pembuluh darah dan rusaknya darah.
2. Aktivator protrombin mengaktifkan perubahan protombin menjadi thrombin.
3. Trombin bekerja sebagai enzim yang mengubah fibrinogen menjadi benang- benang fibrin,
kemudian ia menyaring sel-sel darah merah dan plasma untuk membentuk bekuan.
BAB IV KESIMPULAN
1) Pada Praktikum ini dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut :
2) Darah berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh
jaringan tubuh
3) hemolysis merupakan hancurnya sel darah disebabkan karena preparasi
sampel yang salah. Darah lisis sebagian besar disebabkan oleh pemecahan sel
darah merah di serum atau plasma.
4) Sel eritrosit termasuk sel yang terbanyak dalam tubuh manusia.
5) Sel leukosit mempunyai peranan penting, leukosit menyediakan pertahanan
yang cepat dan kuat terhadap setiap bahan infeksius yang mungkin ada.
6) Sel trombosit berfungsi untuk pembentukan sumbatan mekanis selama respon
hemostatic normal terhadap luka vaskuler dan untuk mempertahankan jaringan apabila terjadi luka
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Noradina, Aureliya, dan Yafrinal Siregar. 2017. PEMBERIAN VITAMIN E TERHADAP FRAGILITAS
ERITROSIT PADA MENCIT (Musmusculus, L.)
YANG DIPAPARI TUAK. Medan : Jurnal Keperawatan IMELDA. Nugraha 6, 2017
Indah V dan Tristyanto, 2012
Sherwood, 2004
D. Junitasari, 2017 Zulfikar Husni Faruq, 2018 R. Rohani, 2018
Masters, 2002
Senturk et al, 2005
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai