Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Kelompok 4
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
PRODI PERPAJAKAN
MALANG
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………………............
BAB I………………………………………………………………………………............
BAB II………………………………………………………………………………...........
BAB III……………………………………………………………………………….......
4.1. Kesimpulan…………………………………………………………………..........
4.2. Saran dan Rekomendasi……………………………………………………..
REFERENSI……………………………………………………………………….............
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pelaporan dan Pembayaran pajak sendiri
merupakan perwujudan dari perlaksanaan kewajiban dan peran masyarakat dalam
bernegara. Tingkat kepatuhan warga negara dalam membayar pajak akan sangat
bergantung kepada penguasa yang memberikan pelayanan kepada mereka. Rakyat akan
dengan senang hati membayar pajak yang sudah menjadi kewajibannya kepada negara
sebagaimana kewajiban yang sama dilakukan oleh negara untuk memberikan pelayanan
publik yang baik kepada rakyat.
2. Bagaimana bentuk penggaran yang terjadi dalam pelaporan dan pembayaran pajak?
1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui sistem pembayaran dan pelaporan pajak di Indonesia
2. Serta mengetahui bentuk-bentuk penggaran yang terjadi dalam pelaporan dan
pembayaran pajak
BAB II
ISI
Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh wajib pajak
digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang
terutang ke kas Negara melalui kantor pos atau bank badan usaha milik
negara atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh menteri keuangan.
SSP dibagi menjadi menjadi 2, yaitu:
a. SSP standar adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan atau
berfungsi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang
terutang ke kantor penerimaaan pembayaran dan digunakan sebagai
bukti pembayaran. SSP standar dibuat dalam rangkap lima yang
peruntukannya sebagai berikut:
Lembar 1, untuk arsip wajib pajak
Lembar 2, untuk kantor pelayanan pajak melalui kantor
pembendaharaan dan kas negara.
Lembar 3, untuk dilaporkan wajib pajak ke kantor pelayanan
pajak.
Lembar 4, untuk arsip kantor penerimaan pembayaran.
Lembar 5, untuk arsip wajib pungut dan pihak lain sesuai
dengan ketentuan perundangan perpajakan yang berlaku.
b. SSP khusus adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak
terutang ke kantor penerimaan pajak yang dicetak oleh kantor
penerimaan pembayaran dengan menggunakan mesin transaksi atau
alat lain yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam keputusan dirjen
pajak dan mempunyai fungsi yang sama dengan SSP standar dalam
administrasi perpajakan. Cara pengisian SSP khusus adalah sebagai
berikut :
NPWP diisi dengan NPWP 11 dihitung apabila SSP digunakan
untuk melakukan pembayaran sebelum 31 Maret 2001.
NPWP bari 15 digit yang diterima oleh wajib pajak sebelum
tanggal 1 April 2001 baru digunakan untuk identitas
pembayaran pajak sejak 1 April 2001 dengan menggunakan SSP
sebagaimana ditetapkan dalam keputusan dirjen pajak.
NTPP atau NTB dicantumkan pada ruang teraan
1 jenis pajak
1 masa pajak/tahun pajak/bagian tahun pajak
1 surat ketetapan pajak, surat tagihan pajak, surat ketetapan
pajak PBB atau surat tagihan pajak PBB, atau surat putusan atas
upaya hukum
SSP atau sarana administrasi lain dinyatakan sah apabila telah divalidasi
dengan nomor transaksi penerimaan negara (NTPN). Khusus untuk
pemindahbukuan, bukti pbk dinyatakan sah apabila telah ditandatangani
oleh pejabat yang berwenang untuk menerbitkan bukti pbk.
Terkait dengan Kode Billing sebagaimana disebutkan di atas, saat ini dapat
diperoleh Wajib Pajak melalui : (1) layanan mandiri (self-service), maupun (2)
penerbitan secara jabatan (official-service) oleh Direktorat Jenderal Pajak
dalam hal terbit surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, SPPT PBB, STP
PBB, atau SKP PBB yang mengakibatkan kurang bayar.
NTPN;
NTB atau NTP;
Kode Billing;
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
Nama Wajib Pajak;
Alamat Wajib Pajak, kecuali untuk BPN yang diterbitkan melalui ATM
dan EDC;
Nomor Objek Pajak (NOP), bila ada;
Kode Akun Pajak;
Kode Jenis Setoran;
Masa Pajak;
Tahun Pajak;
Nomor ketetapan pajak, bila ada;
Uraian pembayaran, bila ada;
NPWP penyetor, bila ada;
Nama penyetor, bila ada;
hTanggal bayar; dan
Jumlah nominal pembayaran.
a) Pembayaran masa
Surat Tagih Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak
yang harus dibayar bertambah harus dilunasi dalam jangka waktu satu
bulan sejak tanggal diterbitkan.
1) Untuk surat pemberitahuan (SPT) tahunan PPh wajib pajak orang pribadi
a. Waktu penyampaian SPT paling lambat adalah 3 bulan setelah akhir
tahun.
Tahun pajak adalah jangka waktu 1 tahun kalender, kecuali
bila wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama
dengan tahun kalender.
Wajib pajak orang pribadi yang memperoleh penghasilan neto
tidak melebihi penghasilan tidak kena pajak (PTKP) dalam
satu tahun.
b. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT
tahunan PPh harus dibayar lunas sebelum SPT PPh disampaikan.
2) Untuk SPT massa
a. Waktu penyampaian SPT paling lambat adalah 20 hari setelah akhir
tahun pajak.
b. Menteri keuangan menetapkan tanggal jatuh tempo pembayaran dan
penyetoran pajak yang terutang untuk suatu masa pajak bagi masing-
masing jenis pajak, yakni paling lambat 15 hari setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak.
c. Adapun tanggal jatuh tempo pembayaran, penyetoran, dan pelaporan
pajak untuk SPT masa adalah :
Jika tanggal jatuh tempo pembayaran pajak bertepatan dengan
hari libur , hari sabtu dan minggu atau hari libur nasional,
maka pembayaran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
setelah hari libur.
Jika tanggal batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur
termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, maka pelaporan
dapat dilakukan pada hari kerja setelah hari libur.
Hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk
penyelenggaraan pemilihan umum dan cuti bersama yang
ditetapkan oleh pmerintah.
d. Adapun waktu pembayaran, penyetoran, atau pelaporan pajak untuk
SPT masa :
3.1 Kesimpulan
Dari paparan di atas penulis menyimpulkan dari “Pembayaran dan Pelaporan Pajak” yaitu
pembayaran dan pelaporan pajak merupakan kewajiban dalam perwujudan peran serta dalam
pembiayaan dan pembangunan nasional. Indonesia juga menganut self assessment yang artinya
negara memberi kepercayaan untuk menghitung, menyetor dan melaporkan wajib pajak sendiri
yang pastinya pembayaran pajak tergantung dengan kejujuran wajib pajak sendiri dan untuk
mendukung keberhasilan diterapkan self assessment yaitu dengan melaksanakan penegakan
hukum perpajakan. Proses pembayaran dan pelaporan pajak dimulai dari pelaporan SPT
kemudian dilanjutkan dengan pembayaran pajak yang besarannya dapat dilihat di SSP. Proses
pembayaran dan pelaporan pajak dapat dilakukan secara offline maupun melalui elektronik.
Selain itu, terdapat batas waktu yang telah ditetapkan oleh kementerian keuangan untuk proses
pelaporan dan pembayaran pajak. Bagi wajib pajak yang tidak ataupun terlambat melaporkan
dan membayar pajak, maka akan dikenakan sanksi yang telah ditetapkan di dalam UUD 1945.
Makalah ini dapat mengetahui konsep pembayaran pajak, tata cara pembayaran pajak secara
elektronik, pengelompokan pembayaran.
Vindy, Lili. 2020. “Pembayaran dan Pelaporan Pajak” diakses pada Tanggal 3 Oktober
2022 dari
https://www.academia.edu/18483671/Pembayaran_dan_Pelaporan_Pajak
Direktorat Jenderal Pajak “Pembayaran dan Penyetoran Pajak” diakses pada Tanggal 3
Oktober 2022 dari
https://www.pajak.go.id/index.php/id/pembayaran-dan-penyetoran-pajak
Dwiyana, A. 2020. “Pembayaran Pajak” diakses pada Tanggal 3 Oktober 2022 dari
http://eprints.ums.ac.id/18009/4/03.BAB_I.pdf