Anda di halaman 1dari 27

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
modal yang mengatakan bahwa “memberikan perlindungan, hak dan kepastian hukum terhadap
penanam modal, baik Penanam Modal Asing ataupun Penanam Modal Dalam Negeri dalam
melaksanakan kegiatan investasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Nasional, menciptakan
lapangan kerja, mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan, serta meningkatkan kemampuan daya
saing dunia usaha nasional”. Dan berdasarkan pengamatan penulis terhadap investasi dalam negeri dan
asing di Provinsi Riau terdapat permasalahan yang dihadapi seperti adanya perbedaan terhadap
perubahan peraturan pemerintah mengenai penanaman modal, kemudian minimnya pengetahuan
masyarakat mengenai investasi dan penanaman modal, sulitnya prosedur bagi investor untuk
melakukan penanaman modal, serta kurangnya perlindungan kepada investasi asing yang ada di Provinsi
Riau.

Masalah pokok dalam penelitian ini adalah Bagaimana perlindungan hukum terhadap perkembangan
investasi dalam negeri dan asing yang masuk ke Provinsi Riau Dalam Kurun Waktu 3 Tahun Terakhir.
Penelitian yang diadakan ini merupakan penelitian Hukum Sosiologis yaitu penelitian yang bertitik tolak
dari data yang didapat langsung dari responden penelitian. Di samping itu, penelitian sosiologis juga
dimaksudkan untuk mengungkap efektivitas berlakunya suatu aturan hukum yang berlaku pada
masayarakat. Jika dilihat dari sifatnya maka penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian ini ditujukan
semata-mata untuk mengetahui gambaran dari suatu kenyataan secara lengkap, rinci, dan jelas
terhadap bagaimana perlindungan hukum terhadap investasor dalam negeri dan asing dalam kurun
waktu 3 Tahun terakhir di Provinsi Riau.

Hasil penelitian dapat diketahui, pada dasarnya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang
penanaman modal bahwa “memberi perlakuan yang sama

bagi Penanaman Modal dalam Negeri dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan
kepentingan nasional, menjamin kepastian hukum, dan keamanan berusaha bagi penanam modal sejak
proses pengurusan perizinan sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan”. Berdasarkan Undang-Undang tersebut jelaslah bahwa
penanam modal asing harus mendapatkan perlindungan dan kepastian hukum sebagaimana penanam
modal dalam negeri. Tetapi pada kenyataannya berbeda sehingga dampak yang timbul dari
ketidakpastian tersebut ialah perkembangan investasi asing yang tidak stabil, adanya kenaikan dan
penurunan yang sangat signifikan di Provinsi Riau. Sedangkan faktor yang menjadi penyebab penurunan
investasi asing di Provinsi Riau adalah adanya perbedaan baik dalam perizinan, bahan baku, dan
perlindungan antara penanam modal asing dan penanam modal dalam negeri di Provinsi Riau, sehinnga
para investor asing merasa tidak aman untuk berinvestasi di Provinsi Riau.

Kata Kunci : Perlindungan, Investasi, Penanaman Modal


LATAR BELAKANG

Indonesia adalah Negara Hukum sebagaimana telah tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang
mengatakan bahwa, “Indonesia adalah Negara Hukum”. Setiap negara menganut sistem pemerintahan
yang sesuai dengan Falsafah Negara dan Undang-undang Dasar yang dimilikinya dan sebagai negara
hukum Indonesia mempunyai aturan yang bersifat mengikat, memaksa, dan mempunyai sanksi yang
tegas dan nyata bagi pelanggarnya. Aturan tersebut diwujudkan dalam suatu wujud yang nyata dan
dijunjung tinggi oleh setiap warga negara yaitu Pancasila dan UUD 1945.

Di dalam pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terkandung banyak
amanat konstintusi yang harus dilaksanakan oleh penyelenggara negara, antara lain untuk memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Amanat tersebut mengandung makna
negara berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui sistem pemerintahan yang
mendukung terciptanya penyelenggara pelayanan publik yang prima dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga negara atas barang pubik, jasa publik dan pelayanan publik.

Hasil perubahan UUD 1945 melahirkan bangunan kelembagaan negara yang satu sama lain dalam posisi
setara dengan saling melakukan kontrol (Cheks and Balances), mewujudkan supremasi hukum dan
keadilan serta menjamin dan melindungi hak asasi manusia. Kesetaraan dan ketersediaan saling kontrol
inilah prinsip dari sebuah negara demokrasi dan negara hukum. Dengan kata lain, bahwa perubahan
terhadap UUD 1945 tersebut meliputi hampir seluruh tiga kelompok materi muatan konstitusi.

Fn (Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945,
(Yogyakarta, 2004), h. 11)

Sebagaimana yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang penanaman modal
asing jo Undang-undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang perubahan dan tambahan Undang-undang
Nomor 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing dan Undang-undang Nomor 6 tahun1968 tentang
penanaman modal dalam negeri jo Undang-undang Nomor 12 tahun 1970 tentang perubahan dan
tambahan Undang-undang Nomor 6 tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri dinyatakan
tidak berlaku lagi dan telah dicabut dengan Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman
modal. Dengan demikian, bahwa yang menjadi payung dari penanaman modal investasi di Indonesia
saat ini adalah Pasal 1 Undangundang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal.

“Penanaman modal adalah segala sesuatu atau bentuk kegiatan penanaman modal, baik oleh
penanaman modal dalam negara maupun dari asing untuk melakukan usaha diwilayah negara Republik
Indonesia”.
Undang-undang ini terdiri dari 14 Bab dan 40 Pasal. Hal-hal yang diatur dalam Undang-undang nomor 25
tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Fn (Salim, Sutrisno Budi, Hukum Investasi Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2012, Hlm 25)

Di sinilah aturan hukum mulai berperan, apakah norma-norma berinvestasi sudah memenuhi standar
dalam lalu lintas pergaulan internasional atau belum, maka Indonesia sebagai salah satu anggota
komunitas masyarakat internasional, sangat perlu menyesuaikan aturan investasinya yang sudah
berjalan selama 40 tahun lebih, tepatnya pada akhir April tahun 2007 yang lalu pemerintah menerbitkan
Undang-undang Penanaman Modal.

Salah satu cara untuk membangkitkan atau menggerakkan kembali perekonomian nasional seperti
sediakala sebelum terjadinya krisis ekonomi adalah kebijakan mengundang masuknya investasi di
Indonesia. Investasi, khususya investasi asing sampai hari ini merupakan faktor penting untuk
menggerakkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Harapan masuknya investasi asing dalam
kenyataan masih sulit untuk diwujudkan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi investasi yang
dijadikan bahan pertimbangan investor dalam menanamkan modal.

Dengan masuknya investor asing dalam kegiatan investasi di Indonesia dimaksudkan sebagai pelengkap
untuk mengisi sektor-sektor usaha dan industri yang dapat dilaksanakan sepenuhnya, baik karena alasan
teknologi, manajemen, maupun alasan permodalan. Modal asing juga diharapkan secara langsung dapat
mempercepat proses pembangunan ekonomi di Indonesia.

Maka dari itu dapat dimaklumi mengapa investor membutuhkan adanya perlindungan hukum yang jelas
dan tidak berubah-rubah, sebab dalam melakukan investasi selain tunduk kepada ketentuan hukum
investasi, juga ada ketentuan lain yang terkait dan tidak bisa dilepaskan begitu saja. Ketentuan tersebut
antara lain berkaitan dengan perpajakan, ketenagakerjaan, perolehan bahan baku dan masalah
pertanahan. Semua ketentuan ini akan menjadi pertimbangan bagi investor dalam melakukan investasi,
supaya kegiatan investasi bisa berjalan dengan baik dan adil.

Provinsi Riau secara geografis, geoekonomi dan geopolitik terletak pada jalur yang sangat strategis baik
pada masa kini maupun masa yang akan datang karena terletak pada jalur perdagangan regional dan
internasional di kawasaan ASEAN melalui kerja sama IMT-GT dan IMS-GT.

Setelah terjadi pemekaran wilayah, Provinsi Riau yang dulunya terdiri dari 16 Kabupaten/kota sekarang
hanya tinggal 12 Kabupaten/kota setelah Provinsi Kepulauan Riau terhitung 1 Juli 2004 resmi menjadi
Provinsi ke 32 di Indonesia. Keadaannya membentang dari lereng bukit Barisan sampai ke laut Cina
Selatan terletak antara 1 1intang Selatan sampai 4 45 intang Utara atau antara 100 03 -109 19 ujur
Timur reenwich dan 6 50 -1 45 Bujur Barat Jakarta.

Letak geografis tersebut maka Provinsi Riau menjadi salah satu tujuan bagi para pemilik modal untuk
menanamkan modalnya dan untuk berusaha di Indonesia sesuai dengan potensi yang dapat
dikembangkan dan menguntungkan bagi pemilik modal serta dapat meminimalisir risiko. Maka penulis
ingin meneliti tentang Penanaman Modal Asing yang berada di wilayah Provinsi Riau.

Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis merasa tartarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Perlindungan Hukum Terhadap Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman
Modal Asing dI Riau Dalam Kurun Waktu 3 Tahun Terakhir”.

A. Perlindungan Hukum

1. Pengertian Perlindungan Hukum

Istilah teori perlindungan hukum berasala dari bahasa Inggris, yaitu legal protection theory, sedangkan
dalam bahsa Belanda disebut dengan theorie van de wettelijke bescherming, dan dalam bahasa Jerman
disebut dengan theorie der rechtliche schutz, dan secara gramatikal perlindungan adalah tempat
berlindung, atau hal perbuatan memperlindung.

Perlindungan hukum berasal dari dua kata yaitu perlindungan dan hukum. Perlindungan dalam KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) diartikan (1) tempat berlindung, (2) hal (perbuatan dan sebagainya)
memperlindungi.

Fn (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, “KBBI Daring,” diakses 31 Oktober 2022, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/perlindungan)

Hukum adalah peraturan yang mengatur tindakan manusia, yang dibuat oleh badan-badan resmi
berwajib, yang memiliki sifat memaksa, wajib dipatuhi, dan memberi sanksi tegas bagi pelanggar
peraturan tersebut.

Fn (Sri Warjiyati, Memahami Dasar Ilmu Hukum: Konsep Dasar Ilmu Hukum (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2018), hal. 43)
Tujuan dari hukum adalah untuk melindungi masyarakat dari masalah sosial yang ada.

Fn (Ibid. hal. 88.)

Artinya dapat dikatakan hukum itu merupakan pelindung atas setiap kepentingan masyarakat terutama
masalah sosial.

Sudikono Mertokosumo menjelaskan bahwa dalam fungsinya hukum sebagai perlindungan kepentingan
manusia hukum mempunyai tujuan. Hukum mempunyai sasaran yang hendak dicapai. Adapun tujuan
pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib dan keseimbangan. Dengan
tercapinya ketertiban didalam masyarakat diharapkan kepentingan manusia akan terlindungi, dalam
mencapai tujuannya itu hukum brtugas membagi hak dan kewajiban antar perorangan di dalam
masyarakt, membagi wewenang dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta memelihara
kepastian hukum.

Bapepam

Dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasar Modal dinyatakan bahwa “Pembinaan,
pengaturan, pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilaksanakan oleh Bapepam dengan
tujuan mewujudkan terciptanya kegiatan Pasar Modal yang teratur, wajar, dan efisien serta melindungi
kepentingan pemodal dan masyarakat.”

Rezim Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal (selanjutnya disebut UUPM)
menentukan dan mengatur bahwa otoritas yang berwenang atas pasar modal adalah Bapepam-LK.
Otoritas ini berada dibawah Kementerian Keuangan untuk membina, mengatur, dan mengawasi pasar
modal. Dalam kegiatannya, Bapepam-LK berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Keuangan. Bapepam-LK lah yang memiliki wewenang untuk melaksanakan perlindungan hukum pasar
modal yang bersifat preventif dan represif.

Dalam rezim UUPM, Bapepam-LK merupakan pengejawantahan institusi untuk mengembalikan


kepercayaan masyarakat terhadap pasar yang mengalami depresi sejak munculnya krisis keuangan di
sejumlah negara Asia. Pada akhirnya pun kiris keuangan inilah yang turut menjadi salah satu faktor
pembentukan OJK sebagai lembaga pengawas jasa keuangan di Indonesia.

Untuk melindungi investor maka pihak emiten yang akan menjual efek dalam Penawaran Umum harus
memberikan kesempatan kepada investor untuk membaca prospektus berkenaan dengan efek yang
diterbitkan, sebelum pemesanan ataupun pada saat pemesanan dilakukan. Pada akhirnya setelah
Bapepam-LK memperhatikan kelengkapan dan kejelasan dokumen emiten untuk melakukan Penawaran
Umum demi memenuhi prinsip keterbukaan pasar modal. Hal ini penting mengingat prospektus atas
efek merupakan pintu awal dan waktu untuk mempertimbangkan bagi investor apakah akan
memutuskan membeli atau tidak atas suatu efek.

Tindakan pencegahan selanjutnya yang dilakukan oleh Bapepam-LK adalah mengatur bahwa prospektus
efek dilarang memuat konten menyesatkan atau keterangan yang tidak benar tentang Fakta Material19
atau menyajikan informasi tentang kelebihan dan kekurangan efek yang ditawarkan. Dalam praktiknya
Bapepam-LK membuat standar penyusunan prospektus atas efek yang akan ditawarkan. Tindakan
perlindungan ini dimulai pada saat Bapepam-LK memberikan izin terhadap SRO, Reksadana, perusahaan
efek, maupun profesi-profesi penunjang untuk berkegiatan di pasar modal.

OJK

OJK memiliki tugas salah satunya adalah menegakkan perlindungan konsumen jasa keuangan di
Indonesia. Perlindungan konsumen dalam pasar modal selanjutnya akan disebut sebagai perlindungan
investor pasar modal karena konsumen dalam sektor pasar modal adalah pemodal atau investor. Maka
dari itu, aspek perlindungan terhadap investor pasar modal menjadi kewenangan OJK. Perihal
perlindungan konsumen tercantum dalam Pasal 28, Pasal 29, dan Pasal 30 UU OJK yang merupakan
ketentuan-ketentuan yang mengatur secara eksplisit perihal perlindungan konsumen dan masyarakat
atas industri jasa keuangan.

Bentuk perlindungan hukum yang dilakukan OJK terhadap konsumen bersifat pencegahan atau preventif
dan pemberian sanksi atau represif, mengingat bahwa tugas OJK adalah menjalankan fungsi pengaturan
dan pengawasan sektor jasa keuangan. Pasal 28 UU OJK memberikan perlindungan hukum bersifat
pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat yang dilakukan oleh OJK adalah: 1). memberikan
informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik sektor jasa keuangan, layanan, dan
produknya; 2). meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila kegiatan
tersebut berpotensi merugikan masyarakat; dan 3). tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

Bursa

Bursa sebagai fasilitator kegiatan transaksi perdagangan efek adalah pihak yang menyediakan sarana
dan prasaran untuk menjalankan kegiatan pasar modal. Berdasarkan kasus gangguan sistem remote
trading yang terjadi di bursa, penulis mengidentifikasikan terjadinya pelanggaran aspek perlindungan
konsumen. Pelanggaran tersebut berupa kelalaian pihak bursa dalam mengantisipasi terjadinya
kerusakan sistem remote trading dengan sistem cadangan atau DRC.
2. Bentuk Perlindungan Hukum

Menurut R. La Porta dalam Journal of Financial Economics, bentuk perlindungan hukum yang diberikan
oleh suatu negara memiliki dua sifat, yaitu bersifat pencegahan (prohibited) dan bersifat hukuman
(sanction).

Fn ( Rafael La Porta, “Investor Protection and Corporate Governance”, Journal of Financial Economics,
no. 58, (Oktober 1999): hal. 9.)

Bentuk perlindungan hukum yang paling nyata adalah adanya institusi-institusi penegak hukum seperti
pengadilan, kepolisian dan lembaga penyelesaian sengketa diluar pengadilan (non-litigasi) lainnya. Hal
ini sejalan dengan pengertian hukum menurut Soedjono Dirdjosisworo yang menyatakan bahwa hukum
memiliki pengertian beragam dalam masyarakat dan salah satu yang paling nyata dari pengertian
tentang hukum adalah adanya institusi-institusi penegak hukum.

Penegakan hukum dalam bentuk perlindungan hukum dalam kegiatan ekonomi bisnis khususnya pasar
modal tidak bisa dilepaskan dari aspek hukum perusahaan khususnya mengenai perseroan terbatas,
karena perlindungan hukum dalam pasar modal melibatkan para pihak pelaku pasar modal terutama
pihak emiten, investor dan lembaga-lembaga penunjang kegiatan pasar modal yang mana para pihak
tersebut didominasi oleh subjek hukum berupa badan hukum berbentuk perseroan terbatas.

Menurut Satjipto Rahardjo, hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan
kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya secara terukur. Kepentingan
merupakan sasaran dari hak karena hak mengandung unsur perlindungan dan pengakuan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum atau legal protection merupakan kegiatan untuk
menjaga atau memelihara masyarakat demi mencapai keadilan. Kemudian perlindungan hukum
dikonstruksikan sebagai;

Fn (Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, cet. VI, ( Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hal. 54.)

a) Bentuk pelayanan, pelayanan ini diberikan oleh aparat penegak hukum dan aparat keamanan, b)
Subjek yang dilindungi.

3. Macam-macam Perlindungan Hukum


Menurut Philipus M Hadjon, Ada dua macam perlindungan hukum, yaitu perlindungan hukum represif
dan perlindungan hukum preventif.

Fn (Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu, 1987), 20.)

a. Perlindungan hukum preventif (pencegahan)

Perlindungan hukum preventif merupakan perlindungan hukum yang mengarahkan pada tindakan yang
bersifat pencegahan.

Fn (Gracia Margaretha, Suatra Putrawan, “Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Pelanggaran Merek
Terkenal Asing,” Kertha Semaya : Journal Ilmu Hukum, (2014): 4. Diakses pada 31 Oktober 2022
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/10633)

Tujuan dari perlindungan hukum preventif adalah untuk meminimalkan peluang terjadinya pelanggaran.
Pembuatanperaturan perundang-undangan merupakan bentuk dari perlindungan hukum preventif. Hal
tersebut dikarenakan pembentukan undang-undang bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa.

Fn (Socha Ttcefortin, Ambar Budhisulistyawati, “Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian
Jual Beli Tanah Letter C Di Bawah Tangan,” Jurnal Privat Law, no.1(2020): 148. Diakses pada 31 Oktober
2022 https://jurnal.uns.ac.id/privatlaw/article/download/40388/26568)

c. Perlindungan hukum represif (memperbaiki)Perlindungan hukum represif bertujuan untuk


menyelesaikan terjadinya sengketa termasuk penanganan perlindungan hukum bagi rakyat oleh
peradilan umum dan peradilan administrasi di Indonesia.

Fn (Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, 20.)

Pihak yang merasa dirugikan karena adanya wanprestasi dapat memperoleh perlindungan hukum
represif dengan beberapa cara, yaitu:

Fn (Socha Ttcefortin, Ambar Budhisulistyawati, “Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian
Jual Beli Tanah Letter C Di Bawah Tangan,” 148-149.)

1.) Musyawarah, merupakan upaya perundingan yang dilakukan oleh kedua pihak di luar pengadilan
yang tujuannya untuk memperoleh kesepakatan.

Musyarawarah umumnya dilakukan dengan disaksikan dan dipimpin oleh tokoh masyarakat atau orang
yang dihormati keputusannya oleh masyarakat setempat yang bersifat netral dimana sengketa terjadi.

2.) Proses pengadilan melalui pengadilan. Pengadilan yang dimaksud adalah pengadilan umum yang
berdasarkan Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman,
“Pengadilan memiliki wewenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara pidana dan perdata
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”Fn (Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang Nomor
48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman)
Namun sebelum diadakannya persidangan, para pihak wajib melakukan mediasi. Mediasi dilakukan agar
para pihak dapat menyelesaikan sengketa secara damai.

3.) Arbitrase, yaitu penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, “Arbitrase adalah cara
penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase
yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.”

Fn (Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa.)

Perjanjian arbitrase adalah kesepakatan berupa klausula arbitrase yang terdapat dalam suatu
perjanjiantertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa, atau dapat berupa sebuah perjanjian
arbitrase tersendiri yang dibuat oleh para pihak setelah terjadi sengketa.

Fn (Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa.)

3. Perlindungan hukum dalam KUH Perdata

Dalam suatu perjanjian terdapat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Apabila hak dan kewajiban
tersebut tidak dipenuhi maka hal tersebut dapat menyebabkan wanprestasi.

Apabila terjadi wanprestasi maka akan timbul suatu akibat hukum. Akibat hukum atau sanksi itu
bertujuan untuk melindungi kepentingan kreditur yang telah dirugikan debitur.

Fn (Lia Alfina, Nophela, dan Umi Nur Safitri, “Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Atas Wanprestasi
debitur dalam transaksi e-commerce,” Privat Law, no.6(2015): 44. Diakses pada 31 Oktober 2022

https://media.neliti.com/media/publications/26585-ID-perlindungan-hukum-terhadap-kredituratas-
wanprestasi-debitur-dalam-transaksi-e.pdf)

Dengan begitu dapat dikatakan bahwasannya akibat hukum wanprestasi itu merupakan suatu bentuk
perlindungan hukum bagi kreditur atas wanpresrasi debitur. Perlindungan hukum bagi investor
(kreditur) itu diatur dalam KUH Perdata. Diantaranya yaitu:

a. Pasal 1237 mengenai peralihan resiko pada debitur sejak terjadinya wanprestasi

b. Pasal 1243-1252 mengenai ganti rugi

c. Pasal 1266 mengenai pembatalan perjanjian melalui hakim dalam perjanjian timbal balik

d. Pasal 1267 mengenai pemenuhan perjanjian atau pembatalan disertai ganti rugi

e. Membayar biaya perkara apabila diperkarakan dihadapan hakim.


Fn (Ibid)

Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwasannya ada beberapa hal yang dapat dilakukan kreditur
dalam menghadapi wanprestasi yang dilakukan oleh debitur. Pertama, memenuhi perjanjian. Kedua,
memenuhi perjanjian dengan memberikan ganti rugi. Ketiga, Memberikan ganti rugi. Keempat,
membatalkan perjanjian. Kelima, membatalkan perjanjian dengan membayar ganti rugi.

B. Investasi dan Pasar Modal

1. Pengertian InvestasiIstilah hukum investasi berasal dari terjemahan Bahasa Inggris, yaitu Investment
of law. Dalam Peraturan Perundang-undangan tidak ditemukan istilah investasi untuk mengetahui
pengertian Hukum Investasi, kita harus mencari dari berbagai pandangan para ahli dan kamus hukum.
Ida Bagus Wyasa Putra mengemukakan pengertian Hukum Investasi. Hukum Investasi adalah norma-
norma hukum mengenai kemungkinan-kemungkinan dapat dilakukannya investasi, syarat-syarat
investasi, perlindungan dan yang terpenting mengarahkan agar investasi dapat mewujudkan
kesejahteraan bagi rakyat.

Fn (Salim, Sutrisno Budi, Hukum Investasi Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2012, hal. 9.)

Bagi seorang yang ingin melakukan investasi yang menguntungkan atau setidak-tidaknya untuk
mengamankan kekayaan dari berbagai Risiko yang mungkin terjadi, investor yang berpengalaman tentu
mempunyai banyak pilihan investasi. Dan bidang usaha yang terbuka merupakan bidang usaha yang
diperkenankan untuk ditanamkan investasi baik investor asing maupun domestik dan bidang usaha yang
tertutup merupakan bidang usaha yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal.

Fn (Pasal 1 ayat 1 perpres no 36 thun 2010 tentang daftar bidang yang tertutup dan bidang usaha yang
teujuan yang terbuka dengan persyaratan dibidang penanaman modal.)

Istilah investasi bisa berkaitan dengan macam aktivitas, yang secara umum investasi dapat dikategorikan
dua jenis yaitu Real Assets dan Financial Assets. Aset Riil adalah berwujud seperti gedung-gedung,
kendaraan dan sebagainya, sedangkan aset keuangan merupakan dokumen (surat-surat) klaim tidak
langsung pemegangnya terhadap aktiva riil pihak yang menerbitkan sekuritas tersebut. Bagi investor
yang lebih pintar dan lebih berani menanggung risiko, aktivitas investasi yang mereka lakukan juga bisa
mencakup investasi pada aset-aset finansial lainnya yang lebih komplek seperti warrant, option, dan
futures maupun ekuitas Internasional.

Investasi atau penanaman modal merupakan istilah yang dikenal dalam kegiatan bisnis sehari-hari
maupun dalam bahasa perundangundangan. Istilah investasi merupakan istilah yang populer dalam
dunia usaha, sedangkan istilah penanaman modal lazim digunakan dalam perundang-undangan. Namun
pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama.

Fn (Ida Bagus Rachmdi Supancana, Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung di Indonesia,
(Jakarta: Ghia Indonesia, 2006), hal. 1.)

Pada dasarnya setiap badan usaha yang menghasilkan suatu produk dengan atau tanpa melihat skala
usahanya senantiasa akan terikat dengan kebutuhan investasi baik untuk tujuan meningkatkan skala
produksinya, memperbaiki efisiensi operasinya melalui kebijakan peremajaan alat-alat produksinya
maupun dengan tujuan untuk mengadakan alat produksi baru guna memperluas produk yang
dihasilkannya.

Fn (Salim Basamalah, dkk, Penilaian Kelayakan Rencana Penanaman Modal,

Sebuah Studi Proyek Bermotif Laba, Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Indonesia, Ujung Pandang,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1994, hal. 1.)

Ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah:

Fn (Kamaruddin Ahmad, Dasar-dasar Manajemen Investasi, (Rineka Cipta, 1996) hlm 3-4)

a.) Untuk medapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan datang. Seseorang yang bijaksana
akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu kewaktu atau setidak-tidaknya
bagaimana berusaha untuk mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak
berkurang dimasa yang akan datang.

b.) Mengurangi tekanan inflasi dengan melakukaan investasi dalam pemilihan perusahaan atau obyek
lain, seseorang dapat menghindarkan diri agar kekayaan atau harta miliknya tidak merosot nilainya
karena digerogoti oleh inflasi.

c.) Dorongan untuk menghemat pajak, beberapa negara didunia banyak melakukan kebijakan yang
bersifat mendorong tumbuhnya investasi dimasyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang
usaha tertentu.

Fn (Kamaruddin Ahmad, Dasar-dasar Manajemen Investasi, (Rineka Cipta, 1996) hal. 3-4.)

Manfaat dari Investasi, Lincolin Arsyad mengemukakan setidaknya ada 3 manfaat yang dapat diraih
dengan masuknya investasi :

Fn (Lincolin Arsyad, Ekonomi pembangunan, (Yogyakarta; STIE YKPN, 1999), Edisi IV h. 179-181. )
a. Manfaat perluasan kesempatan kerja

Bukti empiris menunjukkan DR. Sentosa Sembiring, SH.MH, hukum investasi, Bandung, nuansa aulia,
2007 DR. Sentosa Sembiring, SH.MH, hukum investasi, Bandung, nuansa aulia, 2007bahwa perluasan
kesempatan kerja yang yang dihasilkan oleh adanya investasi meyakinkan karena satu hal dan hal lain.
Pengamat dengan yakinnya mengatakan bahwa penggeseran terhadap perusahaan-perusahaan lokal
oleh perusahaan-perusahaan multinasional akan menambah lapangan kerja setempat.

b. Manfaat ahli teknologi

Oleh karena banyak riset lapangan dan kegiatan-kegiatan pembangunan dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan di Amerika Utara, Eropa dan Jepang, maka perusahaan tersebut sangat potensial sebagai
sumber yang kaya akan informasi yang bernilai tentang teknologi, proses, metode pemasaran dan
pendekatan-pendekatan manajerial yang baru, jika informasi ini dapat dicangkokkan ke negara-negara
tuan rumah maka kenaikan pertumbuhan dan produktifitas yang dihasilkan akan cukup berarti dalam
jangka panjang.

c. Manfaat perolehan devisa

Untuk memperoleh tabungan dan mendapatkan cadangan devisa.

Salah satu tujuan dilakukannya investasi adalah untuk mendapatkan sejumlah keuntungan di waktu
yang akan datang. Investasi merupakan kegiatan yang memiliki resiko tinggi karena memiliki dua
kemungkinan yaitu untung dan rugi. Artinya dalam investasi terdapat adanya unsur ketidakpastian.

Fn (Sakinah, “Investasi Dalam Islam,” Iqtishadia, no. 2(2014): hal.250.)

Oleh karena itu, untuk meminimalisir terjadinya kerugian dalam investasi, dibuatlah suatu perjanjian
investasi antara pengelola modal dengan investor. Dengan adanya perjanjian tersebut kedua belah
pihak memiliki hak dan kewajiban yang jelas, yang mana nantinya apabila terjadi suatu kerugian maka
akan diselesaikan sesuai dengan apa yang tertulis dalam perjanjian.

Faktor-faktor tersebut terjadi bersamaan atau muncul dari salah

satu saja, dan risiko yang dimaksud antara lain:

Fn (Mardiasmo, Analisis Investasi dan manajemen Portofolio, (Yogyakarta; STIE YKPN, 1999) hal. 3.)

1.Risiko tingkat bunga, terutama jika terjadi kenaikan

2.Risiko daya beli, disebabkan inflasi


3.Risiko pasar besar dan bull, trend pasar turun atau nai

4.Risiko manajemen, kesalahan/kekeliruan dalam pengelolaan

5.Risiko kegagalan, keungan perusahaan kearah kepailitan

6.Risiko likuiditas, kesulitan pencairan/pelepasan aktiva

7.Risiko penarikan, kemungkinan pembelian kembali aset/surat berharga oleh emiten

8.Risiko konversi, keharusan penukaran suatu aktiva9.Risiko politik, baik nasional maupun
internasional10. Risiko industri, munculnya saingan produk homogen

Proses investasi meliputi pemahaman dasar-dasar keputusan investasi dan bagaimana mengorganisir
aktifitas-aktifitas dalam proses keputusan investasi. Hal mendasar dalam proses keputusan investasi
adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dari suatu investasi merupakan hubungan
yang searah dan linear

Fn (Edurdus Tandelin, Analisa Investasi dan manajemen Portofolio, (Yogyakarta; BPFE 2001), hlm. 5

artinya semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar pula tingkat return yang diharapkan.
Hubungan inilah yang menjawab pertanyaan mengapa tidak semua investor hanya berinvestasi pada
aset yang menawarkan tingkat return yang paling tinggi. Disamping memperhatikan return yang tinggi,
investor juga harus mempertimbangkan tingkat risiko yang harus ditanggung.

2. Pengertian Penanaman Modal

“Penanaman Modal” berdasarkan Pasal 1 angka (1) UU Penanaman Modal diartikan sebagai segala
bentik kegiatan meanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing
untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia sedangkan “penanaman modal asing”
dalam Pasal 1 angka (3) UU Penanaman Modal didefinisikan sebagai kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik
yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam
negeri. Berdasarkan uraian di atas maka jelas yang di maksud dengan penanaman modal asing (foreign
investment) tidak berarti bahwa modal tersebut berasal dari luar negeri semata, melainkan dapat juga
yang sifatnya patungan (joint venture), di mana terdapat penggabungan antara modal yang sumbernya
berasal dari luar negeri (foreign capital) dan modal yang sumbernya berasal dari dalam negeri (domestic
capital).

Defenisi penanaman modal dalam UU Penanaman Modal juga mencakup badan non usaha dan negara
sebagai suatu badan hukum, sehingga seharusnya yang dimaksud dengan penanam modal adalah
perseorangan atau badan hukum tertentu yang diperbolehkan melakukan penanaman modal dalam
negeri maupun penanaman modal asing.

Penanaman modal asing di Indonesia diatur dalam UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
yang merupakan pengganti dari UU Penanaman Modal yang lama, yaitu UU No. 1 Tahun 1967 tentang
penanaman modal asing (UUPMA) dan UU No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri
(UUPMDN). Berbeda dengan UUPMA dan UUPMDN yang melakukan pembedaan pengaturan antara
penanaman modal dalam negeri, maka dalam UU Penanaman Modal yang berlaku sekarang, masalah
penanaman modal asing maupun dalam negeri diatur oleh satu kesatuan. Pembedaan penanaman
modal asing dan penanaman dalam negeri masih dilakukan dalam konteks mengidentifikasi asalnya
modal tersebut, apakah berasal dari sumber dalam negeri atau sumber dari luar negeri, atau
berdasarkan pihak yang melakukan penanaman modal tersebut, apakah investor likal ataupun investor
asing.

Mencermati peran penanaman modal cukup signifikan dalam membangun perekonomian, tidaklah
mengherankan jika diberbagai negara di dunia baik negara-negara maju maupun negara-negara
berkembang berusaha secara optimal agar negaranya dapat menjadi tujuan investasi asing.  Motif dari
investor dalam menanamkan modal adalah mencari untung, untuk itu perlu dicari hubungan antara
motif investor mencari untung dengan tujuan negara penerima modal yakni usaha untuk mencapai
tujuan pembangunan nasionalnya. Agar investor mau menanamkan modalnya maka pemerintah harus
menyediakan sarana dan prasarana serta fasilitas lainnya.

Sebagaimana konsekuensinya, maka pemerintah perlu menyelnggarakan perencanaan dengan mantap,


termasuk menetapkan kebijakan pelaksanaan dan dan pengawasan yang efektif sehingga tercapai
tujuan pembangunan nasional. Dengan pendekatan ini maka peran investor dapat diarahkan ke prioritas
pembangunan. Dengan pendekatan semacam ini,, maka teori pembangunan merupakan satu proses
kerjasama dan bukan masalah ketergantungan dan bukan pula masalah pertentangan kepentingan.

Fn (Sentosa Sembiring, Hukum Investasi, Nuansa Aulia, Bandung 2007, Hlm. 60.)

Untuk menyatukan antara kepentingan investor dengan negara penerima modal harus disadari tidak
mudah. Artinya apabila negara penerima modal terlalu ketat dalam menetukan syarat penanaman
modal investor, mungkin saja para investor tidak akan datang lagi, bahkan bagi investor yang sudah
datangpun bisa jadi akan merelokasi perusahannya. Disebutkan demikian, karna di era globalisasi ini,
para pemilik modal sangat leluasa dalam menetukan tempat berinvestasi yang tidak terlalu dibatasi
ruang geraknya. Untuk itu dalam menyikapi arus globalisasi yang terus merambah keberbagai bidang
tersebut maka, peraturan perundang undangan investasi asing langsung diberbagai negara terus di
perbarui sesuao dengan perkembangam dunia bisnis yang semakin mengglobal. Dalam kata lain dengan
perspktif dunia bisnis tidak lagi mengenal sekat sekat atau batas negara. Tidak kalah pentingnya, ikut
andil dalam perubahan kebijakan investasi asing adalah pesatnya perkembangan investasi diberbagai
sektor, khususnya disektor informasi. Hal ini menimbulkan espfansi perusahaan-perusahaan multi
nasional terutama di bidang jasa keuangan. Menyikapi hal ini, maka sejumlah negarapun melakukan
kebijakan liberalisasi di bidang investasi, arti lain membuka seluas luasnya bidang usaha yang dapat
dimasuki oleh investor asing yang sebelumnya tertutup. Selain itu prosedur untuk berinvestasi
disederahanakan.

Pembedaan penanaman modal asing dan penanaman modal dalam

negeri jelas dikaitkan dengan pihak yang melakukan penanaman modal dan

asal dari modal tersebut. Modal tidak selalu berbentuk uang, tetapi dapat juga

dalam bentuk lain yang bukan uang sepanjang mempunyai nilai ekonomis.

“Modal Asing” dslam Pasal 1 angka (8) UU Penanaman modal di definisikan

sebagai modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara

asing, badan usaha asing, bdan hukum asing dan/atau badan hukum Indonesia

yang sebagian atau seluruhnya modal dimiliki pihak asing. Selanjutnya Pasal 5

ayat (2) UU Penanaman modal mengatur bahwa penanaman modal asing.

C. Perlindungan Hukum Terhadap Perkembangan Investor Dalam Negeri dan Asing di Riau 3 Tahun
Terakhir

Berdasarkan ketentuan yang berlaku saat ini, pemerintah melakukan

Koordinasi dan Pelaksanaan kebijakan penanaman modal di Indonesia melalui

BKPM,Suatu lembaga non Kementrian negara yang dipimpin oleh seorang

kepala yang bertanggung jawab langsung kepada presiden.Koordinasi

kebijakan penanaman modal tersebut dilakukan: (i) Antar instansi pemerintah,

(ii) Antara instansi pemerintah dan pemerintah daerah, atau (iii) Antar
pemerintah daerah.

Mengatur bahwa ubernur/ upati/ Walikota “dapat” Melakukan

pelimpahan kewenangan pelayanan persetujuan, perizinan, dan fasilitas

penanaman modal kepada BKPM. Karenanya sifat pelimpahan kewenangan

dari gubernur/bupati/Walikota kepada BKPM sifatnya menjadi voluntary atau

fakultatif dan bukan mandatory atau keharusan. Hal ini, Mengakibatkan

pelaksanaan sistem pelayanan Satu Atap berdasarkan pelimpahan kewenangan

dari kepala daerah menjadi tidak efektif.

Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal bahwa: “Memberi perlakuan
yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan
kepentingan Nasional. Menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha bagi
penanam modal sejak proses pengurusan perizinan sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman
modal sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan”. Dampak dari ketidakpastian tersebut
mengakibatkan perkembangan investasi asing di Provinsi Riau mengalami kenaikan dan penurunan yang
sangat signifikan.

Disebabkan karena tidaklah sesuai dengan apa yang disebutkan di dalam Undang-undang tersebut.
Dengan adanya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal terlihat jelas bahwa
terjadinya kenaikan dan penurunan jumlah investasi asing di Provinsi Riau disebabkan oleh faktor-faktor
yang membuat para investor merasa tidak nyaman untuk berinvestasi di Provinsi Riau, yaitu faktor
hukum dan faktor politik. 

Mengingat iklim politik yang tidak stabil dan tidak menentu, terbukti mempengaruhi penanaman modal
dengan kenaikan dan penurunan jumlah investasi asing yang tidak stabil dari tahun ke tahun, tentunya
investor asing akan mencari tempat untuk menanamkan modalnya pada suatu negara yang memiliki
iklim usaha yang kondusif serta faktor hukum yang berkaitan erat dengan perlindungan hukum yang
diberikan suatu negara bagi kegiatan penanaman modal asing. Tidak hanya langsung bagi kegiatan
penanam modal asing, namun faktor hukum juga merupakan penunjang adanya kondisi politik dan
ekonomi yang sehat bagi penanam modal Asing. Melalui sistem hukum yang dapat memberikan
perlindungan , akan tercipta kepastian, keadilan, dan efisiensi bagi penanam modal asing.
Agar pasar modal bisa maju, ketentuan hukum dengan penjaminan perlindungan hukum untuk semua
pihak yang berada pada aktivitas pasar modal dari kecurangan diperlukan. Perlindungan hukum
bertujuan untuk membuat kondisi yang nyaman dan aman serta terdapat adanya kepastian hukum bagi
pihak individu maupun badan hukum. Ketika terdapat temuan tentang suatu transaksi semu, maka hal
tersebut berpotensi memicu indikasi adanya aktivitas perdagangan yang tidak wajar (unusual market
activity) yang akan berdampak pada pengenaan sanksi yang dijatuhkan oleh BEI untuk emiten. Adapun
sanksinya bisa berupa denda maksimal 500 juta rupiah, teguran tertulis, peringatan tertulis, suspense,
dandelisting. Dengan membiarkan harga efek untuk tetap stabil dengan sengaja (stabilization). Pada
kasus tersebut, efek dibeli guna menghalangi adanya pengurangan harga pada open market. Contohnya
pembelian efek di pasar perdana oleh sindikat dari bank yang tak lama setelahnya dijual untuk khalayak
yang lebih luas dengan menaikkan harga. Jika dilihat dari cara yang dilakukan dengan stabilisasi harga,
tentu hal tersebut bisa diartikan sebagai manipulasi pasar. Sebagai landasan hukum, Peraturan OJK No.
65 Tahun 2020 terkait Pengembalian Keuntungan Tidak Sah dan Dana Kompensasi Kerugian Investor di
Bidang Pasar Modal dan Surat Edaran OJK No. 17 Tahun 2021 pada peraturan yang sama. Satu dari
pelbagai upaya yang dilakukan oleh OJK yaitu berupa disgorgement fundyang mana untuk menghalangi
pelaku untuk menikmati keuntungan dari tindakan ilegalnya dengan cara mengembalikan
keuntungannya.

Kendala-kendala yang terjadi saat ingin berinvestasi, seperti permasalahan pada perizinan, terkadang
apabila izin telah selesai terjadi kendala terkadang apabila izin telah selesai terjadi kendala terhadap
sulitnya memperoleh bahan baku, sehingga para investor tersebut merasa bahwa Provinsi Riau tidaklah
aman untuk berinvestasi, padahal kami telah berusaha memberikan kemudahan-kemudahan serta
pelayanan yang maksimal agar mereka kembali tertarik untuk berinvestasi di Provinsi Riau. Namun
usaha yang dilakukan tersebut bukan semudah apa yang diungkapkan tentunya perlu kesabaran dan
dengan langkah-langkah yang telah ditentukan.

Dalam kasus masyarakat, masih banyak khalayak umum yang tidak memahami tentang pelaku usaha
yang menghimpun dana dalam bentuk investasi, pada umumnya mitra jelas tidak paham mengenai
pengertian investasi, karena kurang pahamnya mengenai investasi tersebut, masyarakat khususnya
kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru, telah dirugikan dengan berbagai macam investasi yang ditawarkan
oleh pelaku usaha. Terdapat data survei bahwa masih terdapat 60% dari total 20 (dua puluh) masyarakat
yang belum mengetahui pengertian investasi yang sebenarnya. Adapun alasan dari masyarakat tersebut
adalah karena ketidaktahuan proses investasi itu. Hal ini menjadi masukan bagi Tim kami untuk
Pengabdian Kepada Masyarakat selanjutnya akan mengadakan pembinaan dan pembimbingan kepada
masyarakat. Perlu adanya pembinaan lebih jauh pada masyarakat untuk memahami bagaimna pelaku
usaha yang menghimpun dana dalam bentuk investasi. Hal ini dikarenakan ketidaktahuan masyarakat
dalam proses pengajuan investasi itu sendiri. Selain itu, perlu adanya pengawasan dan perlindungan dari
pemerintah terhadap pelaku usaha yang menawarkan kegiatan menghimpun dana masyarakat dalam
bentuk investasi, sehingga masayarakat lebih mendapatkan perlindungan dalam melakukan investasi.
Hasil pelaksanaan kegiatan ini telah memberikan peningkatan pengetahuan khalayak sasaran sehingga
akan sangat bermanfaat bagi khalayak sasaran bilamana ingin melakukan investasi. Sehingga dapat
memujudkan tujuan dari kedua belah pihak untu meningkatkan taraf hidup yang lebih baik, saling
menguntungkan kedua belah pihak, karena masih banyak yang perlu dipahami melalui diskusi, oleh
karena itu mitra tersebut meminta kembali tim pengadian untuk melanjutkan pengabdian berikutnya.

Salah satu isu klasik yang sangat signifikan dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif di Indonesia
adalah masalah penegakan hukum (law enforcement), di samping masalah-masalah lainnya, seperti
keterbatasan infrastruktur, keamanan, dan stabilitas sosial politik. Dalam melakukan penegakan hukum
terdapat tiga unsur yang harus diperhatikan, yaitu: kepastian hukum, kemanfaatan, dan keadilan yang
harus berjalan secara harmonis. Apabila pengakan hukum hanya memerhatikan kepastian hukum
semata, maka pelaksanaan nya dapat mengabaikan keadilan serta kemanfaatannya di masyarakat,
begitu pula sebaliknya apabila salah satu unsur tersebut terlalu diutamakan, maka pelaksanaannya
dapat mengganggu unsur-unsur lainnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum di bidang penanaman modal asing di Indonesia
juga dapat ditelaah dari 4 faktor, yaitu:

1. Faktor ketersediaan perangkat peraturan perundang-undangan yang mengatur secara jelas hal-hal
yang berhubungan dengan masalah penanaman modal asing, baik peraturan yang dikeluarkan
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, seperti pengaturan tentang perizinan penanaman
modal, insentif, dan fasilitas yang tersedia atau pengaturan larangan atau pembatasan dalam kegiatan
penanaman modal. Pengaturan di bidang penanaman modal asing karena nya dituntut tidak hanya
komprehensif, tetapi juga harus disusun secara sistematis sehingga tidak menimbulkan permasalahan
yang bersifat tumpangtindih (overlapping) atau pertentangan (conflict) antara satu sama lainnya.

2. Faktor aparatur hukum atau kelembagaan yang melakukan pengaturan serta penegakan hukum
dibidang penanaman modal asing seperti Pemerintah melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM) maupun pemerintah daerah melalui perangkat-perangkatnya di daerah seperti Perangkat
Daerah.

Setiap investor yang akan melakukan investasi di Indonesia akan diberikan kemudahan. Salah satu
kemudahan itu adalah kemudahan dalam pemberian pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah.
Tanah meliputi permukaan bumi yang ada di daratan dan permukaan bumi yang berada di bawah air,
termasuk air laut. Hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi, yang berbatas,
berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Pada dasarnya tidak semua perusahaan penanaman
modal dapat diberikan hak atas tanah, sesuai dengan jangka waktu di atas, namun perusahaan
penanaman modal yang dapat diberikan hak atas tanah harus memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan dalam Pasal 22 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Penyempurnaan pembangunan hukum investasi di Indonesia yang sesuai dengan tatanan global
berpedoman pada Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Penanaman
Modal Dalam Rangka Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
melalui Sistem Pelayanan Satu Atap dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, dan instansi yang berwenang untuk mengkoordinasi pelaksanaan investasi di Indonesia adalah
Badan Koor- dinasi Penanaman Modal (BKPM). Pertim- bangan ditunjuknya BKPM sebagai satu- satunya
instansi pemerintah yang menangani kegiatan penanaman modal dalam rangka PMA dan PMDN adalah
dalam rangka meningkatkan efektivitas dalam menarik investor berinvestasi di Indonesia. Oleh karena
itu, dengan adanya pelayanan satu atap, diharapkan nantinya pelayanan terhadap investor akan
menjadi lebih cepat dibandingkan pelaksanaan sebelumnya. Sistem Pelayanan Satu Atap dimaksudkan
bahwa penyelenggaraan penanaman modal terdiri atas kebijakan dan perencanaan pengembangan
penanaman modal, promosi dan kerja sama penanaman modal, pelayanan persetujuan, perizinan dan
fasilitas penanaman modal, pengendalian pelaksanaan penanaman modal, dan pengelolaan sistem
informasi penanaman modal. Pelayanan persetujuan, perizinan dan fasilitas penanaman modal dalam
rangka PMA dan PMDN dilaksanakan oleh BKPM, ber- dasarkan pelimpahan kewenangan dari
Menteri/Kepala Lembaga Non Departemen yang membina bidangbidang usaha penana-man modal yang
bersangkutan melalui sistem pelayanan satu atap.

Seiring dengan prinsip otonomi daerah,

penyelenggaraan otonomi daerah harus

selalu berorientasi pada peningkatan

kesejahteraan masyarakat serta kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Selain itu
penyelenggaraan otonom daerah juga harus menjamin keserasian hubungan antara daerah dengan
daerah lainnya. Artinya daerah mampu untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan
mencegahketimpangan antar daerah. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah otonomi daerah juga harus
mampu memelihara dan menjaga keutuhan wilayah negara dan tetap tegaknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan negara.

Dalam perjalanan waktu terjadi perkem- bangan dimana berbagai peraturan perundangundangan yang
semula dimaksudkan dapat mengatur berbagai peristiwa dan hubungan- hubungan dalam kegiatan
ekonomi masyarakat ternyata justru menciptakan ketidakjelasan dalam peraturan perundang-
undangan, baik dalam hubungan vertikal maupun horizontal, khususnya dalam penanaman modal.
Dikeluarkannya Keputusan Menteri Negara Investasi/Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal
Nomor 37/SK/1999, maka terjadi Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan dan Fasilitas serta
Perizinan Pelaksanaan Penanaman Modal Kepada Gubernur Kepala Daerah Provinsi. Pasal 2
menyebutkan dengan pelimpahan kewenangan dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) dan ayat (3), maka
penerbitan Surat Persetujuan, Surat Persetujuan Fasilitas dan Perizinan Pelaksanaan Penanaman Modal
dapat dilakukan oleh Menteri Negara Investasi/Kepala BKPM atau Gubernur Kepala Daerah Provinsi,
dalam hal ini Ketua BKPMD sesuai dengan permohonan yang diajukan calon penanaman modal kepada
Menteri Negara Investasi/Kepala BKPM atau Ketua BKPMD. Jadi kewenangan ada pada Pemerintah
Daerah Provinsi atau Ketua BKPMD.

Jadi atas kewenangannya terjadi ketidakjelasan hukum di bidang investasi secara vertikal, jika dikaitkan
antara Keputusan Menteri Negara Investasi/Kepala Badan Koor- dinasi Penanaman Modal Nomor
37/SK/1999 tentang pelimpahan kewenangan pemberian persetujuan dan fasilitas serta perizinan pelak-
sanaan penanaman modal kepada Gubernur kepala daerah Provinsi dan asas yang diper- lakukan adalah
desentralisasi, hal ini sangatlah berlawanan dengan Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 2004 tentang
penyelenggaraan penanaman modal dalam rangka penanaman modal asing dan penanaman modal
dalam negeri melalui sistem pelayanan satu atap, dan ini menganut asas sentralisasi karena yang
berkewenangan dalam penanaman modal baik penanaman modal asing maupun pena- naman modal
dalam negeri, atas kewenangan pemerintah pusat dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM). Maka dalam mengatasi tersebut dengan kembali pada asas Lex Superior Derogat Lex
Inferior artinya undang-undang yang berlaku lebih tinggi mengesampingkan undang-undang yang lebih
rendah. Maka yang berlaku adalah Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan
Penanaman Modal dalam rangka penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri melalui
sistem pelayanan satu atap.

Penegakan hukum di pasar modal Indonesia belum berjalan secara efektif sebagai akibat dari lemahnya
kelengkapan peraturan, komitmen, dan koordinasi antar penegak hukum, sehingga diperlukan suatu
orientasi dan paradigma baru yang lebih memiliki daya agregat dalam pengelolaan pasar modal, sebagai
suatu upaya penciptaan pasar modal yang teratur dan transparan. Perlindungan investor merupakan
salah satu prinsip utama dari kegiatan di pasar modal modern, di mana kegiatan ekonomis yang
dilakukan pemodal harus berjalan di dalam payung dan sistem pengawasan (market surveillance), dan
penegakan hukum yang dapat menentukan derajat kepercayaan pasar, karena secara filosifis bisnis
dalam pasar modal itu sendiri merupakan bisnis kepercayaan. UU Pasar Modal sebagai suatu instrumen
hukum yang mengatur pasar, selain memberikan legal framework yang kokoh dengan kekuatan hukum
yang lebih tinggi dibanding peraturan sebelumnya, juga akan meningkatkan transparansi yang dapat
menjamin perlindungan investor sebagai suatu bentuk penegakan hukum dalam pasar modal.

Terdapat perubahan fundamental dalam undang-undang penanaman modal, yaitu: pertama, kepastian
hukum dengan dianutnya beberapa asas penting seperti perlakuan sama antara penanaman modal
dalam dan luar negeri, transparansi dan akuntabilitas; kedua, penegasan garansi terhadap tindakan
nasionalisasi dan penyelesaian sengketa; dan ketiga, Penyerderhanaan prosedur dan perizinan
penanaman modal melalui mekanisme pelayanan terpadu satu pintu serta kemudahan dan keringanan
yang diperlukan. Pembangunan ekonomi bukanlah hanya tanggung jawab pemerintah maupun
warganya, tetapi juga merupakan tanggung jawab bagi penanam modal. Diaturnya tanggung jawab
sosial bagi penanam modal merupakan dasar hukum bagi penanam modal dalam memperhatikan
lingkungan sekitarnya, sehingga dengan adanya perusahaan di suatu daerah dan melaksanakan
tanggung jawab sosialnya, maka secara tidak langsung perusahaan tersebut/penanam modal turut
membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

DATA TABEL PMDN & PMA

Dari tabel tersebut jelas bahwa adanya kenaikan dan penurunan dari penanaman modal dalam negeri
dan penanaman modal asing di Provinsi Riau, yang disebabkan oleh kurangnya perlindungan dan
kepastian hukum sehingga para investor masih ragu untuk menanamkan modalnya

Dari hasil penelitian penulis pada data yang ada di Provinsi Riau, bahwa permasalahan utama yang
menjadi kendala bagi investor untuk menanamkan modalnya di suatu negara khususnya Indonesia
adalah kepastian hukum dan kestabilan politik di negara tersebut, serta proses perizinan yang berbelit-
belit dan panjang diikuti oleh biaya yang tidak transparan, karena investor dalam menanamkan
modalnya menghitung risiko.

Strategi untuk mendorong kegiatan investasi didaerah pada dasarnya bukan hanya tanggung jawab dari
pemerintah daerah, namun sekaligus juga tanggung jawab dari pemerintah pusat. Konsepsi ini timbul
didasarkan pada suatu pemahaman berdasarkan pada konsep negara kesatuan, oleh karena itu adanya
visi dan misi yang sinkron antara pemerintah pusat dan daerah dengan tetap mengedepankan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan hendaknya menjadi dasar pijakan pokok dalam
merealisasikan kebijakan dalam bidang investasi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil data yang dikeluarkan dari Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah Provinsi
Riau menunjukkan perkembangan investasi asing di Provinsi Riau mengalami kenaikan dan penurunan
yang sangat signifikan. Hal ini di sebabkan karena perlindungan hukum terhadap penanam modal asing
sangat kurang diperhatikan baik itu melalui kebijakan-kebijakan Pemerintah Daerah atau dari segi
keamanan sehingga investor asing harus berhati-hati dan memikir dua kali apabila ingin menanamkan
modalnya di Provinsi Riau. Pelaksanaan investasi ataupenanaman modal di Provinsi Riau telah diatur
didalam Undang-undangNomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, akan tetapi seecara praktek
dilapangan pada umumnya belum berjalan secara efektif.

Banyaknya Kendala dalam penanaman modal di Provinsi Riau yaitu masalah jalur birokrasi, yang
terkesan terlalu berbelit-belit serta tidak adanya transparansi dan kepastian hukum bagi calon investor
karena aspek risiko dari menanam modal yang sangat diperhatikan oleh para investor adalah aspek
stabilitas politik dan keamanan. Maka pemerintah Provins SARAN

Mengingat bahwa perlunya perlindungan hukum demi mewujudkan kepastian hukum terhadap investasi
dalam negeri dan asing, maka pemerintah Provinsi Riau harus meningkatkan lagi iklim investasi yang
kondusif. Adapaun saran-saran dari penulis adalah:

1. Pemerintah Provinsi Riau harus lebih meningkatkan lagi perannya dalam menciptakan iklim investasi
yang kondusif, tanpa adanya perbedaan terhadap para investor, baik penanam modal asing ataupun
penanam modal dalam negeri dengan kebijakan-kebijakan yang mendukung masuknya investasi ke
daerah dan kebijakan yang memudahkan investor yang sudah ada di daerah dan Pemerintah diharapkan
dapat memberikan kemudahan kepada investor selaku penyelenggara penanaman modal dengan
menciptakan birokrasi yang efisien, biaya ekonomi yang ringan, serta iklim usaha yang kondusif dalam
keamanan berusaha.

2. Pemerintah diharapakan agar merubah Undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman
modal untuk lebih berpihak kepada penanam modal dalam negeri tidak lagi berpihak kepada penanam
modal asing, dan juga mendesak kepada DPR untuk menjadikan ini prioritas ditahun 2020dan
diharapkan antar instansi-instansi pemerintah, dapat bersinergi dalam menjalankan amanat Undang-
undang serta diharapkan kepada investor untuk dapat mengetahui dan memahami undang-undamg
penanaman modal, sehingga dapat mengajukan sesuai prosedur yang berlaku.

Daftar Pustaka
Peraturan perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Perpres no 36 thun 2010 tentang daftar bidang yang tertutup dan bidang usaha yang teujuan yang
terbuka dengan persyaratan dibidang penanaman modal.

Buku

Hardjono, Dhaniswara K. Hukum Penanaman Modal Tinjauan Terhadap Pemberlakuan UndangUndang


Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007.

Hadjon, Philipus M., Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya: Bina Ilmu, 1987.

Asshiddiqie, Jimly. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945.
Yogyakarta: FH UII Fress, 2004.

Ahmad, Kamaruddin. Dasar-dasar Manajemen Investasi. Jakarta: Rineka Cipta, 1996.

Made Warka, Ketidaksinkronan Hukum Menghambat Investasi, Surabaya, Untag Press, 2007.

Mardiasmo Analisis Investasi dan manajemen Portofolio. Yogyakarta: STIE YKPN, 1999.

Rachmadini, V. N. Perlindungan Hukum Bagi Investor Dalam Pasar Modal Menurut Undang-Undang
Pasar Modal Dan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan. Pena Justisia: Media Komunikasi Dan Kajian
Hukum, 18(2)., 2020.
Salim, Sutrisno Budi. Hukum Investasi Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.

Warjiyati, Sri. Memahami Dasar Ilmu Hukum: Konsep Dasar Ilmu Hukum. Jakarta: Prenadamedia Group,
2018.

Buku Statistik Investasi Riau 2020

Buku Statistik Investasi Riau 2021

Buku Statistik Investasi Riau 2022

Jurnal

Alfina, Lia, Nophela, dan Umi Nur Safitri, “Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Atas Wanprestasi
debitur dalam transaksi e-commerce,” Privat Law, no.6(2015): 44
https://media.neliti.com/media/publications/26585-ID-perlindunganhukum-terhadap-kreditur-atas-
wanprestasi-debitur-dalam-transaksi-e.pdf

Annna Stephanie, dkk., "Mekanisme Pembatasan Penanaman Modal Asing dalam Bidang Perkebunan
Menurut Hukum Positif di Indonesia", Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) Vol
3, No. 2, Desember 2020

Endi Suhadi, "Prespektif Penegakan Hukum Pasar Modal Indonesia Menuju Pasar Modal Yang Handal",
Volume 7 Nomor 1, Maret 2020

Evi Deliana, "Pengaturan Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal dalam Peraturan Daerah Nomor 7
Tahun 2018 tentang Penanaman Modal Provinsi Riau, S A S I, Volume 26 Nomor 1, Januari - Maret 2020:
h. 20 - 28
Hilda Hilmiah Dimyati, "Perlindungan Hukum Bagi Investor Dalam Pasar Modal", Jurnal Cita Hukum, Vol.
1 No. 2 Desember 2014.

Ida, dkk., "Perlindungan Hukum Terhadap Investor Akibat Praktik Manipulasi Dalam Pasar Modal", Jurnal
Analogi Hukum, Volume 3, Nomor 3, 2021.

I Gusti Made Aditya Permana, dkk,, "Perlindungan Hukum Terhadap Investor Dalam Reksadana Secara
Online", Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Kadek Desy Pramita, dkk., "Perlindungan Hukum Terhadap Investor Sebagai Konsumen dalam Investasi
Online", Jurnal Pacta Sunt Servanda Volume 2 Nomor 1, Maret 2021

Lysa, dkk., "Perlindungan Hukum Terhadap Investasi Asing Yang Masuk Di Provinsi Riau", Vol 1 No. 1
Oktober 2019

Margaretha, Gracia, Suatra Putrawan, “Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Pelanggaran Merek
Terkenal Asing,” Kertha Semaya : Journal Ilmu Hukum, (2014): 4
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/10633

Martha Hasanah Rustam, "Presepsi Mahasiswa UIN SUSKA RIAU Terhadap Investasi Bodong", Jurnal
Inovasi Riset Akademik 91 Vol 2. No 2. Mei 2022

Muhammad Arif Prasetyo, "Perlindungan Hukum Investasi Dalam Meningkatkan Penanaman Modal Di
Indonesia", Fakultas Hukum UNPRI.

Nandang, dkk., "Reformasi Hukum dan Realisasi Investasi Asing pada Era Presiden Joko Widodo", Vol. 3
No. 2 (2020)

Rochani Urip Salami, "Hukum Pasar Modal dan Tanggung Jawab Sosial", Jurnal Dinamika Hukum Vol. 11
No. 3 September 2011
Sakinah, “Investasi Dalam Islam,” Iqtishadia, no. 2(2014): 248-262
https://media.neliti.com/media/publications/90674-ID-investasi-dalamislam.pdf

Septiana, H. K. "Analisis Tanggung

Jawab Hukum Terhadap Tindak Pidana

Manipulasi Pasar Dan Perlindungan

Hukum Bagi Investor Minoritas Studi

Kasus: Posa" . Jurnal Ilmu Sosial Dan

Pendidikan, 5(2)., 2021

Sri, dkk., "Pengenalan Manajemen Investasi dan Pasar Modal Bagi Mahasiswa/i Universitas
Muhamadiyah Riau, Jurnal Pendidikan Tambusai, Vol 6 No. 1 Tahun 2022.

Ttcefortin, Socha, Ambar Budhisulistyawati, “Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Jual
Beli Tanah Letter C Di Bawah Tangan,” Jurnal Privat Law, no.1(2020): 144-150
https://jurnal.uns.ac.id/privatlaw/article/download/40388/26568

Yeni, dkk., "Pemahaman Masyarakat Terhadap Pelaku Usaha Yang Menghimpun Dana dalam Bentuk
Investasi di Kecamatan Rumbai Pekanbaru", Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia (JPMI), Vol. 1, No.
4 Agustus 2021, Hal. 179-188

DOI: https://doi.org/10.52436/1.jpmi.36
Skripsi

Elza Umami Fitri, "Perlindungan Hukum Terhadap Investor Asing Berdasarkan Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Atas Perolehan Bahan Baku Pada PT Riau Perkasa Steel Di
Provinsi Riau", (Undergraduate Thesis, Universitas Islam Riau, 2020)

Milla Fitri Fuady, "Perlindungan Hukum  Terhadap Investor Atas Wanprestasi Dalam Perjanjian
Kerjasama Investasi Oleh Reseller PT Tiga Raksa Satria Kota Malang", (Undergraduate Skripsi, Universitas
Islam Negeri Maulama Malik Ibrahim Malang, 2021)

Website

Penulis, “Pengertian Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli,” Tesis Hukum, 13 April 2014, diakses 31
Oktober 2021, http://tesishukum.com/pengertianperlindungan-hukum-menurut-para-ahli/

Anda mungkin juga menyukai