DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. ADELIA TRIPUTRI K.N
2. ANISA FEBRIANI
3. DWI MEITASARI
4. ESLINDA JULIMA
5. MELLY WIDIASTUTI
6. M. LUTFI ARDIANSYA
7. PURNAMA WULANSARI
8. PUTRI ANDEINI
9. RIKE ALDELA O
10. RETI APRIANI
11. RISA FITRIANI
12. SEPTA FITRI ANDINI
Dengan segala puji syukur kehadirat Allah. SWT, atas limpahan nikmat
dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada kelompok dua jurusan
keperawatan stikes bhakti husada sehingga dapat menyelesaikan makalah
kelompok ini tepat pada waktunya. Dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien dengan Luka Bakar”.
Dalam penyusunan makalah ini kelompok kami, banyak mengalami
kesulitan dan hambatan, akan tetapi semuanya bisa dilalui berkat bantuan,
kerjasama, dan semangat dari kerja kelompok ini sehingga kami bis
menyelesaikan tugas makalah dengan baik
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu masukkan, saran
serta kritik sangat diharapkan guna kesempurnaan makalah ini. Hanya kepada
Tuhan Yang Maha Esa kita kembalikan semua kesempurnaan dan semoga
dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak dan bernilai ibadah
dihadapan Tuhan..
Contents
Gambar 1 Konsep Model Teori Keperawatan Peaceful End Of Life............................19
Gambar 2 Kerangka Teoritis Penelitian.......................................................................22
Input Proses Output...................................................................23
Gambar 3 Kerangka Teori Penelitian...........................................................................24
Penilaian Intensitas Nyeri..........................................................................................33
9. Tatalaksana Nyeri Paliatif................................................................................36
Tatalaksana Intervensi...............................................................................................36
1. Operasi.............................................................................................................36
2. Kemoterapi......................................................................................................36
3. Radiasi.............................................................................................................36
4. Intervensi saraf,dll...........................................................................................36
10. Prinsip Tatalaksana Nyeri...................................................36
Use of Non-Opioid..................................................................................36
onset 30-60 menit, peak 1,5 jam, durasi 3-7 jam...............................................38
Sediaan tab 50 mg, injeksi.................................................................................38
Pada gangguan fungsi hati dan ginjal perlu penyesuaian dosis..........................38
ES : risiko hipoglikemia, kejang........................................................................38
14. Tatalaksana non-farmakologik..........................................41
A. Palliative care
1. Pengertian
1. Pengertian
D. Teori Keperawatan
1. Teori Keperawatan Peaceful End of life
b. Mendapat Kenyamanan
Kenyamanan didefinisikan oleh teori kolkaba sebagai
sebuah kelegaan dari ketidaknyamanan, keadaan mudah
dan damai, dan apapun yang membuat hidup mudah
atau menyenangkan(Alligood, 2014).
d. Merasa Damai
Damai merupakan sebuah perasaan yang tenang,
harmonis, puas, bebas dari kegelisahan, kekhawatiran
dan ketakutan. Sebuah pendekatan untuk merasa damai
meliputi aspek fisik, sosial, psikologis, dan spiritual
(Alligood, 2014).
: diteliti
: tidak diteliti
Gambar 3 Kerangka Teori Penelitian
• Nyeri adalah suatu persepsi yang merupakan mekanisme proteksi tubuh yang bertujuan untuk memberikan peringatan akan adanya bahaya atau penyakit psikis
ataupun somatik..
• Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial akan menyebabkan kerusakan jaringan.
• Dari definisi terlihat betapa pentingnya faktor psikis. Timbulnya rasa nyeri tidah hanya sekedar sebagai proses sensorik saja tetapi merupakan persepsi yang komplek
yang melibatkan fungsi kognitif, emosional dan daya ingat.
Secara neurofisiologi nyeri dapat di bagi atas nyeri nosiseptif dan nyeri non nosiseptik
• Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang disebabkan oleh aktivitas nosiseptor baik pada serabut -delta maupun serabut-c, oleh stimulus-stimulus mekanis, termal maupun
kimiawi.
• Nyeri nosiseptik dapat dibagi atas nyeri somatik dan nyeri viseral.
• Nyeri somatik bersifat tumpul, lokasinya jelas berhubungan dengan lesi
,contoh nyeri somatik adalah nyeri muskuloskeletal, nyeri artritik, nyeri pascabedah dan metastasis.
• Nyeri viseral berhubungan dengan distensi organ yang berongga, lokasinya sulit dideskripsikan, bersifat dalam, seperti diremas, dan disertai kram. Nyeri ini biasanya
berhubungan dengan gejala-gejala autonom, seperti nausea, vomitus dan diaforesis. Sering kali nyeri viseral disertai penjalaran (referred pain).
• Nyeri non-nosiseptif tidak berhubungan dengan nosiseptor , yang dapat dibagi atas nyeri neuropatik dan nyeri psikogenik. Nyeri neuropatik disebabkan trauma
neural atau iritasi saraf.misalnya neuralgia trigeminal, neuralgia pascaherpetik dan neuropati perifer.
• Nyeri psikogenik adalah nyeri yang tidak berhubungan dengan nyeri nosiseptik maupun nyeri neuropatik dan disertai dengan gejala-gejala psikis yang nyata.
Seringkali disebut juga sebagai nyeri somatoform, nyeri idiopatik, nyeri atipical. Secara psiko-fisio-patologis nyeri psikogenik dapat langsung berhubungan dengan
pusat persepsi nyeri tanpa melalui jarur normal pada umumnya
Berdasar durasinya nyeri dapat dibagi menjadi nyeri akut, nyeri kronis
• Nyeri akut mempunyai awal dan akhir yang jelas. Nyeri akut mempunyai konotasi yang positif tanda siaga adanya masalah.
• Nyeri kronis adalah nyeri yang bertahan selama minimum 6 bulan. Pada nyeri kronis tanda-tanda dan gejala klinis sering kali tidak khas, demikian juga pada
pemeriksaan fisik dan penunjang.
Nyeri maligna
• Nyeri maligna atau nyeri kanker, nyeri paliatif; umumnya adalah kronis, namun seringkali merupakan kombinasi dari nyeri akut dan kronis.
• Klasifikasi nyeri masih banyak lagi, namun yang penting dapat membantu menegakkan diagnosis dan penyebab serta pengobatan Misal pada nyeri psikogenik, maka
eksplorasi dan evaluasi stresor psikososial , mencari gejala ansietas dan depresi menjadi sangat penting yang tentunya pengobatan lebih tertuju pada penyebab
psikis dan menghilangkan stresor yang ada.
• Adanya ancaman, luka, kerusakan jaringan , inflamasi akibat sutau penyakit akan menyebabkan penglepasan zat-zat kimia seperti histamin, serotonin, bradikadin,
prostaglandin, substansi P dan lain- lain. Masing-masing mediator secara sendiri atau secara bersamaan merangsang nosisptor yang merupakn reseptor nyeri
nosiseptik.
• Stimulasi nosiseptor ini kemudian diikuti proses transduksi yaitu pengalihan stimulus menjadi proses neuronal, yang kemudian diteruskan sepanjang serabut saraf
eferen ke ganglion radiks dorsalis medula spinalis tempat sinyal rasa sakit mulai diproses Pada tingkat medula spinalis terutama pada radiks dorsalis terjadi
modulasi baik eksitasi maupun inhibisi impuls-impuls yang masuk. dan kemudian ditransmisikan ke korteks, menghasilkan rasa nyeri. Persepsi nyeri melalui
rangsang nosiseptor disebut nosiseption
• Melalui jalur monosinaptik serabut spinotalamik ke korteks somato-sensorik yang mendiskripsikan nyeri terutama lokasi dan intensitas nyeri. Melalui jalur
polisinaps terjadi pada segmen-segmen medula spinalis, terdapat pula sinaps dengan serabut saraf autonom di torakolumbal yang berhubungan dengan aktivitas
sistem saraf otonom yang menyertai nyeri.
• Keadaan ini dapat menjelaskan terjadinya gejala-gejala ketidakseimbangan aktifitas sususan saraf autonom akibat gangguan psikis ataupun emosi yang dapat
menyertai dan memperberat nyeri . Transmisi polisinaps ke korteks frontalis yang melibatkan komponen afektif, menimbulkan gejala-gejala psikis dan gangguan
emosi, dan sebaliknya gangguan psikis, emosi dan afektif dapat menurunkan nilai ambang nyeri.
• Selain memberikan cabang pada tingkat medula, impuls nosiseptik juga pada pons dan midbrain bercabang pada perjalanan selanjutnya menuju ke
korteks dan berakhir di girus postsentralis yang kemudian menghasilkan rasa nyeri.
Serotonin, norepinefrin, dopamin, asetilkolin, asam amino aspartat dan glutamat menginhibisi nyeri pada tingkat serebral. Gama Amino Butiryc Acid (GABA) menginhibisi terutama
pada tingkat regulasi spinal. Inhibisi nyeri pada tingkat sentral juga dilakukan oleh opiat endogen yaitu B endorfin, enkefalin dan dimorfin.
Katekolamin seperti nonepinefrin pada tingkat perifer menimbulkan eksaserbasi nyeri.
• PQRST : P : Paliatif ; penyebab nyeri ,Q : Quality;kualitas nyeri R : Regio; lokasi dan penyebaran nyeri , S : Subyektif; deskripsi oleh pasien mengenai
tingkat nyerinya T : Temporal : periode/waktu yang berkaitan dengan nyeri
• OPQRS; Onset : tentukan kapan terjadinya nyeri. Provocation : apa yang memperburuk nyeri . Apakah posisi? Apakah memburuk dengan menarik napas dalam atau
palpasi pada dada? Apakah nyeri menetap: Quality (kualitas): Tanyakan bagaimana jenis nyerinya. Biarkan pasien menjelaskan dengan bahasanya sendiri.
Radiation (radiasi): Apakah nyeri berjalan (menjalar) ke bagian tubuh yang lain? Di mana? Severity (keparahan): Gunakan perangkan penilaian nyeri (sesuai untuk
pasien) untuk pengukuran keparahan nyeri yang konsisten. Gunakan skala nyeri yang sama untuk menilai kembali keparahan nyeri dan apakah nyeri berkurang
atau memburuk Dapat juga memakai anamnesis ,
• COLDERRA; Characteristic (karakteristik): Apakah nyeri bersifat tumpul, sakit, tajam, menusuk atau menekan. Onset :Kapan nyeri mulai terasa , Location (lokasi)
Duration (durasi), Berapa lama nyeri berlangsung; terus menerus atau hilang timbul Exacerbation (eksaserbasi) Apa yang memperburuk nyeri Radiation (radiasi)
Relief (pereda) Apa yang meredakan nyeri Associated sign/symptom (tanda-tanda dan gejala yang berhubungan) Mual, cemas, perasaan lainnya.
Use of Non-Opioid
Acetaminophen
Langkah 1 analgesik, koanalgesik
Minimal efek anti-inflamasi
Hepato toksik jika >4 gram/24 jam
Risiko meningkat pada gangguan liver,alkoholisme
( mitshell JR,potter Wz.Med Cin North Am)
NSAID
angkah 1 analgesik, koanalgesik
menghambat cyclooxygenase (COX)
Memiliki efek analgesik terbatas (ceiling effects)
Efektif utk nyeri tulang, nyeri inflamasi
Insiden ES tinggi
Gastropathy
ip
Pilihan oipoid tgt kondisi pasien, ketersediaan, biaya
35
Gunakan Extended-release dan Immediate-release
= around the clock
ES harus diantisipasi dan dikelola
Perlu memahami adiksi, toleransi, ketergantungan fisik
Opiat farmakologi
Dikonyugasi di hati
Ekskresi di ginjal (90-95%)
First-order kinetics
36
Kesimpulan
Penanganan nyeri kasus paliatif merupakan salah satu yang paling
penting dalam penatalaksanaan pasien paliatif untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien paliatif. Pemahaman tentang mekanisme nyeri, jenis nyeri akan membantu
menentukan terapi yang efektif pada pasien paliatif.
Secara psikofisiologi dan patofisiologi nyeri paliatif bias
berhubungan dengan nyeri nosiseptik somatik dan viseral, serta nyeri
neuropatik dan nyeri psikogenik, namun sering kali merupakan nyeri
campuran sehingga dalam penatalaksanaannnya membutuhkan terapi
multimodal.Prinsip penanganan nyeri analgesik WHO 3Steps banyak
membantu terapi pasien dengan nyeri paliatif. Terapi non farmakologi
membatu memperbaiki masalah nyeri yang perlu juga diterapkan secara
bersamaan.
Pendekatan terapi intervensi nyeri menjadi modalitas lebih
lanjut dalam penatalaksanaan pasien dengan nyeri paliatif terutama
39
yang tidak tertanggulangi dengan prinsip analgesik 3 tangga WHO
bersama terapi non farmakologi.
1. Konsep Medis
3. Definisi
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel berlebih/abnormal pada
ovarium yang membentuk kista. Kista ovarium secara fungsional adalah
kista yang dapat bertahan dari siklus menstruasi sebagai respons terhadap
aksi hormonal. Kista ovarium merupakan gejala khas wanita yang
ditandai dengan adanya akumulasi cairan yang terbungkus membran
ovarium (Darmayanti & Nashori, 2021).
Kista ovarium adalah struktur abnormal seperti kantung yang
dapat tumbuh dimana saja ditubuh. Kantung yang berisi cair, zat gas,
maupun semi-padat. Kista ovarium memiliki dinding luar kapsul yang
mirip kapsul jinak yang berisi zat cair atau semi cair (Nugroho, 2015).
Menurut ulasan penulis, kista ovarium adalah tumor jinak yang
menyebabkan benjolan abnormal di perut bagian bawah dan mengandung
cairan abnormal seperti udara, nanah, dan cairan kental.
4. Etiologi
Kista ovarium disebabkan oleh penghancuran (pembentukan)
hormon di hipotalamus, kelenjar pituitari, dan ovarium. Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan kista termasuk akumulasi kelebihan
lemak atau lemak kurang sehat yang mencegah terjadinya zat lemak
dipecah selama metabolisme, meningkatkan risiko pertumbuhan kista,
dan faktor gen (Andang, 2013).Menurut Susianti (2017) penyebab dari
kista ovarium belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor
pendukung yang menyebabkan kista ovarium antara lain :
• Gangguan Hormon
Terlalu banyak atau meningkat hormone estrogen serta
progesteron dapat memicu kista ovarium. Menggunakan pil KB yang
mengandung estrogen dan progestin, yang dikenal sebagai pil KB atau
alat kontrasepsi dalam rahim (IUD), dapat mengurangi risiko Anda
terkena kista ovarium.
• Faktor Gen
Dalam tubuh manusia itu, terdapat gen yang dapat menyebabkan
kanker yang disebut protoonkogen. Gen protoonkogen merespons
paparan karsinogen (makanan, lingkungan, bahan kimia), paparan
radiasi, dan polusi.
• Pengobatan Infertilitas
Pengobatan infertilitas dengan mengkonsumsi obat kesuburan
dilakukan induksi ovulasi dengan gonadotropin. Gonadotropin terdiri
dari FSH dan LH dapat menjadi pemicu kista berkembang.
40
• Hipotiroid
Hipotiroid merupakan kondisi dimana terjadi penurunan sekresi
hormon tiroid yang dapat menyebabkan kelenjar pituitari memproduksi
TSH (Thyroid Stimulating Hormone) lebih sehingga kadar TSH dapat
meningkat. TSH merupakan faktor yang memfasilitasi perkembangan
kista ovarium folikel.
• Faktor Usia
Kista ovarium jinak terjadi pada wanita yang usia reproduksi.
Risiko terjadinya kista ovarium ganas lebih tinggi pada kelompok wanita
yang memasuki masa menopause 50-70 tahun. Ketika seorang Wanita
memasuki menopause, ovarium menjadi tidak aktif dan karena tingkat
aktivitas yang rendah pada wanita yang menopause maka kista akan
berkembang.
• Faktor Lingkungan
Perubahan pola struktural dari masyarakat agraris kemasyarakat
industry telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
perubahan gaya hidup, pola kelahiran dan sosial ekonomi, gaya hidup
berubah yang bisa mempengaruhi pola makan. Artinya, lemak tinggi dan
rendah serat, konsumsi alkohol, merokok, paparan kontaminasi asap
rokok, stress dan aktivitas ataupun berolahraga yang kurang dapat
menyebabkan perkembangan penyakit.
5. Klasifikasi
Menurut Nugroho (2015), klasifikasi kista: ovarium, yaitu
1) Tipe Kista Normal
Jenis Kista normal atau yang biasa disebut dengan kista fungsional.
Kista berasal dari sel telur dan korpus luteum, yang terjadi secara
bersamaan dengan siklus haid normal. Kista fungsional biasanya
tumbuh setiap bulan dan pecah selama pembuahan, melepaskan sel
telur yang siap dibuahi oleh sperma. Setelah pecah, kista fungsional
menjadi kista folikel yang menghilang bersamaan dengan menstruasi.
Kista fungsional meliputi: kista folikel dan kista korpus luteum. Tidak
mengganggu atau menyebabkan gejala, yang hilang dengan sendirinya
dalam 6- 8 minggu.
c. Kista dermoid
Kista dermoid adalah kista yang berisi berbagai bagian tubuh,
seperti rambut, kuku, lemak, kulit, dan gigi. Kista dermoid
dapat ditemukan di kedua bagian ovarium. Kista dermoid ini
kecil dan tidak menimbulkan suatu gejala.
d. Kista endometriosis
Kista endometriotik adalah kista berkembang karena dari
lapisan rahim berada pada luar rahim. Kista biasanya
berkembang setiap bulan saat lapisan rahim tumbuh,
menyebabkan rasa sakit yang parah, terutama saat menstruasi
dan infertilitas.
e. Kista hemorhage
Kista hemoragik adalah kista fungsional dengan perdarahan
yang menyebabkan nyeri pada satu sisi perut bagian bawah.
f. Kista lutein
Kista lutein adalah jenis kista yang sering terjadi selama
kehamilan. Kista lutein sejati biasanya timbul dari hematoma
luteal. Ada dua jenis kista lutein, kista membran dan kista
granular:
1) Kista theka lutein
Biasanya bilateral dan berisi cairan bening berwarna
kuning pucat. Kista ini sering hidup berdampingan dengan
beberapa ovarium, tahi lalat, koriokarsinoma, terapi hCG,
dan klomifen sitrat. Tidak menimbulkan banyak keluhan
dari kista ini. Secara umum, pembedahan untuk
mengangkat kista tidak diperlukan karena kista dapat
sembuh dengan sendirinya setelah menghilangkan tahi
lalat, mengobati koriokarsinoma, dan menghentikan
stimulasi ovulasi dengan klomifen. Namun, jika kista
pecah dan ada perdarahan ke dalam rongga peritoneum,
laparotomi diperlukan untuk menyelamatkan pasien.
2) Kista granulosa lutein
Kista granulosa adalah hipertrofi ovarium non-
neoplastik. Setelah ovulasi, dinding sel galloth mengalami
pembentukan hormon luteinizing. Pada tahap selanjutnya
dari angiogenesis baru, darah terkumpul di tengah rongga,
membentuk badan hemoragik. Reabsorpsi darah ini
menyebabkan pembentukan kista luteal. Kista lutein yang
persisten dapat menyebabkan nyeri lokal dan ketegangan
di dinding perut dengan amenore atau keterlambatan
menstruasi yang menyerupai karakteristik kehamilan
ektopik. Kista lutein juga dapat menyebabkan torsi
42
ovarium, menyebabkan nyeri hebat dan pendarahan.
d. Patofiologi
Menurut Prawirohardjo (2017) fungsi ovarium normal tergantung
pada banyaknya hormon, dan gangguan hormonal dapat mengganggu
fungsi ovarium. Jika tubuh wanita tidak menghasilkan jumlah hormon
hipofisis yang dibutuhkan, ovarium tidak akan berfungsi dengan baik.
Kista ovarium yang berkembang sebagai hasil proses ovulasi
normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista adalah kista fase
olikular dan luteal, kadang-kadang disebut kista kultana. Kista ovarium
ini dapat dirangsang oleh gonadotropin seperti FSH dan HCG. Kista
fungsional multipel dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atauhipersensitivitas gonadotropin pada koriokarsinoma gestasional
(molahidatidosa dan koriokarsinoma) dan terkadang gangguan
multipeldengan diabetes. HCg dapat menyebabkan kondisi yang
disebut
hiperaktif lutein. Pasien yang menjalani pengobatan kesuburan,
obat kesuburan, gonadotropin (FSH dan LH), atau, dalam beberapa kasus,
klomifen sitrat, dapat mengembangkan sindrom hiperstimulasi ovarium,
terutama dengan pemberian HCG (Williams, 2015).
Kista neoplastik yang berlebihan menyebabkan pertumbuhan
ovarium yang tidak terkendali, yang bisa jinak atau ganas. Neoplasma
ganas muncul dari semua jenis sel dan jaringan yang berbeda. Tumor
ganas paling sering disebabkan oleh epitel superfisial (mesothelium),
dan sebagian besar lesi sebagian kistik. Jenis kista jinak yang
menyerupai keganasan tersebut adalah kistadenoma serosa dan
musinosa. Tumor ovarium ganas lainnya dapat terdiri dari daerah kistik,
jenis tumor granulomatosa pada tali kelamin. Sel germinal primordial
dan tumor sel germinal. Teratoma berasal dari tumor, sel germinal yang
mengandung unsur dari tiga lapisan germinal. Ektoderm, endoderm dan
mesoderm (Williams, 2015).
44
e. Manifetasi Klinis
Menurut Nugroho (2015), dalam manifestasi klinis kista ovarium,
sebagian besar wanita dengan kista ovarium tidak menunjukkan gejala
untuk jangka waktu tertentu. Namun, beberapa mengalami gejala yang
bisa muncul sebagai berikut:
1. Nyeri pada saat menstruasi,
2. Nyeri di perut bagian bawah,
3. Nyeri ketika berhubungan seksual,
4. Sakit punggung biasanya menyebar secara radial di atas kaki,
5. Kadang disertai nyeri saat buang air kecil atau besar,
6. Siklus haid tidak teratur, bisa jadi jumlah darah yang keluar lebih
banyak.
f. Penatalaksanaan Medis
Kondisi yang perlu diperhatikan saat mengelola atau merawat
operasi kista ovarium, seperti usia pasien dan ukuran kista. Jika kista
berukuran kurang dari 5 cm dan tidak ada tanda-tanda proses ganas
pada ultrasonografi, kista biasanya dioperasi secara laparoskopi dengan
laparoskop dimasukkan ke dalam rongga panggul melalui sayatan kecil
di dinding perut. Jika kista besar, biasanya diangkat dengan laparotomi.
Teknik yang digunakan adalah anestesi umum, yang dapat memeriksa
kista atau memasukkan pemeriksaan patologis ke dalam proses
keganasan.
Pada saat pembedahan, kista ovarium harus segera dibuka untuk
menentukan tumor tersebut jinak atau ganas. Situasinya tidak dapat
dikonfirmasi, ahli patologi harus memeriksa produk beku (bagian).
Kista ovarium yang mengalami keganasan maka dilakukan pembedahan
dengan histerektomi atau salpingooforektomi bilateral (Kenny & Helen,
2017).
45
g. Pemeriksaan Penunjang
Kista ovarium tumor berkembang terlepas dari apakah tumor itu
jinak atau ganas. Pemeriksaan dan analisis yang cermat terhadap gejala
yang ditemukan dapat lebih meyakinkan untuk menegakkan diagnosa
(Andang, 2013). Metode yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosa antara lain:
• Laparoskopi
Laparoskopi adalah teknik untuk mengamati bagian perut dalam
tanpa prosedur bedah besar. Laparoskopi untuk menentukan apakah
tumor berasal dari ovarium dan untuk menentukan jenis tumor
• Ultrasonografi
Ultrasound (USG) adalah alat pemeriksaan yang menggunakan
gelombang ultrasonik (gelombang suara) yang dipancarkan dari
sebuah transduser. Ultrasonografi menentukan lokasi perut, jenis
tumor, batas tumor, dan apakah cairan jernih
• Foto Rontgen
Rontgen adalah metode pemeriksaan yang menggunakan radiasi
elektromagnetik untuk membuat gambar tubuh. Pemeriksaan rontgen
untuk menentukan adanya hidrotoraks. Pada kista dermoid, tumor
memiliki gigi.
• Pemeriksaan CA-125
Memeriksa tingkat protein dalam darah yang disebut CA-125.
Kadar CA-125 pada pasien dengan kista ovarium dapat meningkat
selama mengalami fase subur, meskipun tidak ada bukti keganasan.
Namun, tahap pengujian CA-125 biasanya dilakukan pada wanita
yang berisiko mengembangkan proses ganas. Nilai CA-125 yang khas
adalah 0-35u/ml (Prawirohardjo, 2014).
Berdasarkan pernyataan diatas bisa dikaitkan bahwa, perlu diketahui
islam telah mengenal beberapa penyakit sebelum perkembangan
teknologi dan pengetahuan terdapat beberapa penyakit didalam
tubuh manusia, salah satunya adalah penyakit yang berhubungan
dengan rahim wanita yaitu kista ovarium, Sebagaimana
telah terbukti dengan adanya firman Allah SWT, Q.S. Ar-Rad/13:8
46
Terjemah-Nya :
“Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, apa
yang kurang sempurna, serta apa yang bertambah di dalam rahim. Dan
segala sesuatu ada ukuran di sisi-Nya” (Al-Qur’an Kemenag RI, 2019)
47
2. Usia : 20 Tahun
memperbanyak istirahat
1. Seksualitas
Subyektif :
bulan
Hemoroid
6. Sirkulasi
Subyektif :
penyakit jantung
Obyektif :
Kualitas : Kuat
7. Nyeri / Kenyamanan
Subyektif :
Nampak adanya luka jahitan pada perut pasien (luka jahitan vertical)
Nampak terdapat verban pada luka bekas operasi
Nampak kemerahan pada luka jahitan post operasi
8. Pernapasan
Subyektif :
Irama : Teratur
9. Interaksi sosial
Subyektif :
2 tahun
Makassar
Subyektif :
merencanakan kehamilan
11. Neurosensori
Subyektif :
12. Keamanan
Subyektif :
lengkap
Subyektif :
Kesehatan
kemerahan (rubor)
4.1.2 Diagnosis Keperawatan
No. Diagnosis
Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur Operasi)
dibuktikan
dengan mengeluh nyeri, tampak meringis
2. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
dibuktikan dengan merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi
3. Risiko Infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
4.1.3 Intervensi Keperawatan
57
58
Terapeutik
61
Edukasi
daerah luka
O : Luka post op nampak kering dan
Hasil : Luka post op nampak kering
tidak
2. Mencuci tangan sebelum dan setelah
kontak
68