Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau HealthcareAssociated Infection (HAIs)
merupakan salah satu masalah kesehatan diberbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.
Dalam forum Asian Pasific Economic Comitte (APEC) atau Global health Security Agenda
(GHSA) penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan telah menjadi agenda yang di bahas. Hal ini
menunjukkan bahwa HAIs yang ditimbulkan berdampak secara langsung sebagai beban ekonomi
Negara.
Secara prinsip, kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah bila fasilitas pelayanan kesehatan
secara konsisten melaksanakan program PPI. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi merupakan
upaya untuk memastikan perlindungan kepada setiap orang terhadap kemungkinan tertular
infeksi dari sumber masyarakat umum dan disaat menerima pelayanan kesehatan pada berbagai
fasilitas kesehatan..
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pelayanan kesehatan,
perawatan pasien tidak hanya dilayani di rumah sakit saja tetapi juga di fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya, bahkan di rumah.
Dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan sangat
penting bila terlebih dahulu petugas dan pengambil kebijakan memahami konsep dasar penyakit
infeksi.
Pengendalian lingkungan di fasilitas pelayanan kesehatan, antara lain berupa upaya perbaikan
kualitas udara, kualitas air, dan permukaan lingkungan, serta desain dan konstruksi bangunan,
dilakukan untuk mencegah transmisi mikroorganisme kepada pasien, petugas dan pengunjung.
Oleh karena itu perlu disusun panduan pencegahan dan pengendalian infeksi renovasi di
fasilitas pelayanan kesehatan agar terwujud pelayanan kesehatan yang bermutu dan dapat
menjadi acuan bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian
infeksi di dalam fasilitas pelayanan kesehatan serta dapat melindungi masyarakat dan
mewujudkan patient safety yang pada akhirnya juga akan berdampak pada efisiensi pada
manajemen fasilitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas pelayanan.
B. Definisi
Penilaian Risiko Dampak Renovasi atau Konstruksi yang dikenal sebagai Infection Control Risk
Assessment (ICRA) adalah suatu proses terdokumentasi yang dilakukan sebelum memulai
kegiatan pemeliharaan, perbaikan, pembongkaran, konstruksi, maupun renovasi untuk
1
mengetahui risiko dan dampaknya terhadap kualitas udara dengan mempertimbangkan potensi
pajanan pada pasien.
Sistem HVAC (heating, ventilation, air conditioning) adalah sistem pemanas, ventilasi, dan
pendingin udara di sarana pelayanan kesehatan yang dirancang untuk: a) menjaga suhu udara
dan kelembaban dalam ruangan pada tingkat yang nyaman untuk petugas, pasien, dan
pengunjung; b) kontrol bau, c) mengeluarkan udara yang tercemar, d) memfasilitasi penanganan
udara untuk melindungi petugas dan pasien dari patogen airborne, dan e) meminimalkan risiko
transmisi patogen udara dari pasien infeksi. Sistem HVAC mencakupudara luar inlet, filter,
mekanisme modifikasi kelembaban (misalnya kontrol kelembaban musim panas, kelembaban
musim dingin), pemanas dan pendingin peralatan, exhaust, diffusers, atau kisi-kisi untuk distribusi
udara. Penurunan kinerja sistem fasilitas kesehatan HVAC, inefisiensi filter, pemasangan yang
tidak benar, dan pemeliharaan yang buruk dapat berkontribusi pada penyebaran infeksi airborne.
Infection Control Risk Assesment (ICRA) untuk kontruksi pembangunan merupakan proses
menetapkan risiko potensial dari transmisi udara yg bervariasi dan kontaminasi melalui air kotor
dalam fasilitas selama konstruksi, renovasi dan kegiatan maintenance.
Kegiatan tersebut merupakan multidisiplin, proses kolaborasi yang mengevaluasi jenis/macam
kegiatan kontruksi dan kelompok risiko untuk klasifikasi penetapan tingkat resiko penyebaran
infeksi dari kegiatan konstruksi tersebut.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Ruang lingkup penilaian kriteria risiko akibat dampak renovasi atau konstruksi menggunakan
metode ICRA adalah :
1. Identifikasi Tipe Proyek Konstruksi
2. Identifikasi Kelompok Pasien Berisiko
3. Menentukan Kelas Kewaspadaan dan intervensi PPI
4. Menentukan Intervensi Berdasarkan Kelas Kewaspadaan
5. Identifikasi area di sekitar area kerja dan menilai dampak potensial
6. Proyek untuk menteapkan kelas /tingkat infeksi
7. Pemantauan pelaksanaan
B. Tim rapat pelaksanaan ICRA renovasi
1. Tim PPI yang bertugas untuk membuat ICRA dan memberikan pendidikan dan pelatihan
2. Bagian UPSRS untuk memfasilitasi dengan memberikan peraturan perundangan dan
perijinan
3. Sanitasi Lingkungan, terkait dengan pembuangan limbah (baku mutulimbah);
4. Tim K-3 RS untuk melakukan edukasi dan supervisi tentang keamanan dan keselamatan;
5. Pimpinan Proyek sebagai pelaksana konstruksi dan renovasi bangunan
C. Desain
Desain membutuhkan "perencanaan jangka panjang" untuk bangunan baru atau direnovasi dan
menambahkan fasilitas baru dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut :
1. Jumlah, lokasi, dan jenis ventilasi dan ruang lingkungan yang aman.
2. Ventilasi khusus misalnya kamar operasi, isolasi untuk airborne disease, ruang mikrobiologi.
4. Sistem air untuk membatasi Legionella sp . dan patogen oportunistik ditularkan melalui air
lainnya.
D. Konstruksi
Bangunan dan daerah sekitar bangunan diperkirakan akan dipengaruhi oleh konstruksi harus
mencakup pertimbangan berikut :
1. Apakah dampak bangunan mengganggu layanan penting untuk pasien dan petugas.
2. Penentuan bahaya tertentu dan tingkat perlindungan bagi pasien dengan kerentanan
terhadap infeksi.
3
3. Dampak pemadaman potensial atau keadaan darurat dan perlindungan pasien selama
direncanakan atau tidak direncanakan mis : pemadaman listrik, pembuangan
material/puing, arus lalu lintas, pembersihan.
4. Lokasi yang beresiko terkena dampak pembangunan harus diketahui dan dilakukan
tindakan.
E. Pembahasan Rekomendasi Dari ICRA
Meliputi hal-hal berikut :
1. Penempatan pasien dan relokasi pasien bila diperlukan.
4
BAB III
KEBIJAKAN
d. Keputusan Menteri Kesehatan No .27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan Pengendalian
Infeksi
e. Surat Keputusan Direktur Nomor 004-1/SK/DIR/RSC/I/2022 Tentang Pedoman Pelayanan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksis Di Rumah Sakit Citama
5
BAB IV
TATA LAKSANA
Tipe B Skala kecil, durasi aktifitas tidak lama yang menghasilkan debu sedikit
Meliputi (tetapi tidak hanya terbatas pada) :
a. Instalasi kabel telepone dan komputer
b. Pembongkaran dinding atau langit2 dimana perpindahan debu dapat
dikontrol
Tipe C Kerja apapunn yang menghasilkan debu sedang atau tingkat tinggi
termasuk (tetapi tidak hanya terbatas pada) :
a. Pemlesteran dinding untuk pengecatan atau melindungi dinding
b. Pemindahan untuk pemasangan lantai dan plafon
c. Pembongkaran lantai, langit-langit (plafon) dan kusen
d. Pembangunan dinding baru
e. Pembuatan saluran atau instalasi listik diatas plafon
f. Pekerjaan pemasangan kabel dalam jumlah besar
g. Kegiatan Tipe A , B, C yang tidak dapat diselesaikan dalam 1 shift jam kerja
6
B. Langkah Kedua : Identifikasi Kelompok Resiko Pasien
Selanjutnya identifikasi Kelompok Pasien Berisiko (Tabel 11.) yang dapat terkena dampak konstruksi.
Bila terdapat lebih dari satu kelompok pasien berisiko, pilih kelompok berisiko yang paling tinggi.Pada
semua kelas konstruksi, pasien harus dipindahkan saat pekerjaan dilakukan.
Area
perkantor 1. fisioterapi 1. Instalasi Gawat Darurat 1. Area dengan
an 2. IRJ 2. Kamar bersalin pasien immuno-
3. Gizi 3. Laboratorium compromised
4. Kamar perawatan 2. Perawatan luka
5. Perinatologi bakar
6. Poli bedah 3. Cath lab jantung
7. Poli anak 4. CSSD
8. Farmasi 5. ICU
9. Kamar pemulihan 6. Kamar isolasi
(recovery room) bertekanan
negatif
7. Perawatan
onkologi
8. Kamar operasi
7
C. Langkah Ketiga Menentukan Matriks pengendali infeksi antara kelompok risiki pasien dan
tipe konstruksi kegiatan
Kelas Kewaspadaan ditentukan melalui pencocokan Kelompok Pasien Berisiko (R,S,T,ST)
dengan Tipe Proyek Konstruksi (A,B,C,D) berdasarkan matriks pencegahan dan pengendalian
infeksi.
Persetujuan dari Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi diperlukan bila aktifitas
konstruksi dan level resiko mencapai Kelas III atau Kelas IV dan membutuhkan prosedur
pencegahan infeksi.
D. Langka Ke empat Menentukan proyek untuk menetapkan kelas /tingkat infeksi dan tindak
pengendalian infeksi berdasarkan tingkat /kelas infeksi
Penentuan intervensi PPI dilakukan setelah Kelas Kewaspadaan diketahui. Apabila Kelas
Kewaspadaan berada pada Kelas III dan IV, maka diperlukan Perizinan Kerja dari Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dan dilakukan identifikasi dampak lain di
daerah sekitar area proyek.
8
2. Segera mengganti plaforn yang diambil
untuk pemeriksaan visual
Kelas II 1. Menyediakan sarana aktif untuk 1. Bersihkan permukaan
mencegah debu ke udara kerja dengan
2. Memberikan kabut air pada permukaan pembersih /disinfektan
kerja debu saat memotong selama setelah proyek
proyek konstruksi konstrukasi
3. Menutup ventilasi udara 2. Letakan limbahdalam
4. Letakan dust matb ( keset debu ) di wadah yang rapat
pintu masuk dan keluar area kerja sebelum dibuang ,
5. Menutup sistem heating ventilation , air lakukan pengepelan
conditioning ( HVAC) basah dan/ atau
vakum dengan HEPA
filter sebelum
meninggalkan area
kerja
3. setelah pekerjaan
selesai , rapikan
kembali sistem HVAC
Kelas III 1. Mengisolasi sistem HVAC di area kerja 1. Pembatas area kerja
untuk mencegah kontaminasi sistem harus tetap dipasang
saluran sampai proyek selesai
2. Siapkan pembatas area kerja atau diperiksa oleh K3 dan
terapkan metode kontrol kubus tim PPI , dan
( Menutup area kerja dengan plastik dilakukan
dan menyegel dengan vakum HEPA pembersihan oleh
untuk menyedot debu keluar ) sebelum petugas kebersihan .
konstruksi dimulai sebelum konstruksi 2. Lakukan
dimulai pembongkaran bahan
3. Menjaga tekanan udara negatif dalam – bahan pembatas
tempat kerja dengan menggunakan unit setelah proyek
penyaring udara HEPA konstruksi area kerja
4. Letakan limbah konstruksi dalam wadah dengan hati-hati untuk
yang tertutup rapat sebelum dibuang. meminimalkan
5. tutup wadah atau gerobak transportasi penyebaran kotoran
limbah dan puing-puing
9
konstruksi
3. Vakum area kerja
dengan penyaring
HEPA
4. Lakukan pengepelan
basah dengan
pembersih /didifektan
5. setelah pekerjaan
selesai , rapikan
kembali sistem HVAC
Kelas IV 1. Isolasi sistem HVAC di area kerja untuk 1. Jangan melepas
mencegah kontaminasi pada sistem penghalang dari area
saluran kerja sampai dengan
2. siapkan pembatas area kerja atau proyek yang sudah
terapkan metode kontrol kubus selesai diinspeksi oleh
( menutup area kerja dengan plastik dan Panitia K3 dan Panitia
menyegel dengan vakum HEPA untuk PPI, serta telah
menyedot debu keluar ) sebelum dibersihkan seluruhnya
konstruksi dimulai. oleh Unit Kebersihan
3. Menjaga tekanan udara negative dalam 2. Lepaskan bahan
tempat kerja dengan menggunakan unit penghalang secara
penyaring udara HEPA hati-hati untuk
4. Segel lubang, pipa, saluran dan tusukan meminimalisir
5. Bangun anteroom (ruang antara) dan penyebaran debu dan
minta semua personil untuk melewati debris sehubungan
ruangan ini sehingga bisa divacum dengan proyek
dengan HEPA filter sebelum konstruksi
meninggalkan area kerja atau mereka 3. Sebelum
dapat menggunakan baju kerja yang ditransportasikan,
dilepas setiap meninggalkan area kerja tempat-kan sampah
6. Semua personil yang memasuki area konstruksi dalam
kerja diminta untuk menggunakan wadah tertutup rapat
sepatu kerja. Sepatu kerja harus dilepas 4. Pada saat
setiap kali pekerja meninggalkan area pemindahan, tutupi
kerja wadah atau troli, segel
dengan tape kecuali
memiliki tutup yang
10
solid.
5. Sedot area kerja
dengan HEPA filter
vacum
6. Usap permukaan kerja
dengan cairan
pembersih /
desinfektan
7. Setelah selesai,
perbaiki sistem HVAC
di area kerja
Pada Kelas Kewaspadaan III dan IV, perlu dilakukan identifikasi daerah sekitar area proyek dan
tingkat risiko lokasi tersebut. Identifikasi dampak potensial lain dapat diketahui dengan mengisi :
Unit di Bawah Unit di Atas Samping Kiri Samping Belakang Depan
Kanan
11
E. Identifikasi hal-hal lain terkait proyek konstruksi, antara lain :
1. Melakukan identifikasi area dengan aktifitas khusus, misalnya kamar pasien , ruang obat-
obatan ,dll
1) Ventilasi
2) Pipa air
4. Pertimbangkan potensial resiko kerusakan akibat air. Apakah ada resiko terkait dengan
ketahanan struktur (dinding, atap, langit-langit)
6. Apakah perencanaan memungkinkan jumlah kamar isolasi /tekanan udara negative yang
cukup ?
7. Apakah perencanaan memungkinkan jumlah dan jenis wasthafel untuk cuci tangan ?
9. Apakah PPI setuju dengan rencana relative terhadap bersih dan kotor kaar utilitas ?
10. Lakukan perencanaan pembuangan limbah konstruksi dengan tim proyek, seperti jalur keluar-
masuk, pembersihan, pembuangan debris, dll.
F. Pemantauan pelaksanaan
12
Pemantauan tindakan pengendalian infeksi dengan pemantauan terus menerus dari efektivitas
mereka sepanjang proyek. Pemantauan dapat dilakukan oleh pengendalian infeksi di rumah Sakit
atau petugas lain yang sudah dilatih.
Pemantaun selama renovasi dan post renovasi di lakukan oleh :
1. Tim PPI
2. K3 Rs
3. Kesling
4. UPSRS ( Pengawas Lapangan )
5. Kontraktor
BAB IV
DOKUMENTASI
Tanggal/Waktu Survey
Area
Proyek
13
KRITERIA
A. Apakah konstruksi dapat mempengaruhi akses keluar dari
area perawatan yang berbatasan dengan lokasi
pembangunan?
D. Pengendalian Infeksi
Melakukan edukasi kepada manajer, staf medis, petugas
kesehatan lingkungan, dan staf lain tentang risiko pasien
immuno-supresi terhadap debu konstruksi.
14
KRITERIA
5) Menilai efektifitas ventilasi aliran udara negatif dan sistem
filtrasi
Kontraktor _____________________________
Petugas K3 ____________________
15
B. FORMULIR PEMANTAUAN PASCA RENOVASI
Tangga/Time of
Survey
Facility Engineer
Area supervisi
Proyek
Kegiatan
A. Penyelesaian Proyek
1) Pembilasan sistem air utama untuk membersihkan debu pada pipa
16
Kegiatan
5) Jangan menerima apabila terdapat kekurangan ventilasi terutama di
daerah perawatan khusus.
6) Bersihkan atau ganti filter HVAC sesuai prosedur penahanan debu yang
tepat.
7) Pindahkan barrier dan bersihkan daerah dari semua debu yang
dihasilkan selama pekerjaan / proyek.
8) Pastikan bahwa keseimbangan tekanan udara di kamar operasi dan
lingkungan sekitarnya dapat dicapai sebelum ruangan digunakan.
1) Pelindung harus di lap basah, disedot dengan hepa, atau diberi uap
air sebelum dibongkar
E. Pengendalian infeksi
17
Kegiatan
Tinjau indikasi untuk melakukan kultur lingkungan dengan satker
terkait.
Periksa daerah konstruksi setelah pembersihan akhir dan menyetujui
penggunaannya
F. Keamanan Kebakaran
G. Keselamatan Jiwa
1) Pintu keluar & rute ke UGD dibuat kembali
Ka.UPSR
Petugas PPI
18