Anda di halaman 1dari 19

PERIMBANGAN KEUANGAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Public

Dosen Pengampu : SELVIANI,S.Pd.,M.Pd.E

Disusun oleh Kelompok III :

ARFINAS (NIRM : 1209.20.09069)

INDAH (NIRM : 1209.20.09073)

NOFI FITRIANI (NIRM : 1209.20.09076)

Semester/Lokal : IV/A

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH (ESY)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

AULIAURASYIDDIN – TEMBILAHAN

i|Perimbangan Keuangan
T.A.2021/2022

ii | P e r i m b a n g a n K e u a n g a n
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarrakatuh..

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT,karena berkat rahmat-
Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “PERIMBANGAN
KEUANGAN”. Makalah ini diajukan guna memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ekonomi Publik.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan pada waktunya. Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan


bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.

Tembilahan, 31 Maret 2021

Kelompok III

i|Perimbangan Keuangan
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................. 2
C. TUJUAN PENULISAN............................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 3

A. PENGERTIAN DANA PERIMBANGAN................................ 3


B. KETENTUAN UMUM................................................................ 4
C. PEMBAGIAN DANA PERIMBANGAN.................................. 5
D. PRINSIP DANA PERIMBANGAN........................................... 12

BAB III PENUTUP................................................................................. 13

A. KESIMPULAN............................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 15

ii | P e r i m b a n g a n K e u a n g a n
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Sebagai satu bentuk integral yang dilakukan pemerintah
dengan melakukan pembangnan yang merata diseluruh wilayah
dengan menyertakan indikasi keseriusan dari para pemimpin
Negara kita untuk kehidupan yang lebih baik lagi kedepannya.
Mengingat Indonesia merupakan egara kesatuan yang
memiliki banyak pulau yang terbentang luas dari sabang sampai
merauke. Dengan kedudukan ibu kota Negara berada di Jakarta,
masalah yang telah lama muncul akibat dari begit luasnya
Negara kita adalah, apakah pemerintah pusat berlaku adil
terhadap pemerintahan yang ada di daerah, baik sebelum
adanya kebijakan mengenai otonomi daerah (desentralisasi).
Desentralisasi memberikan implikasi yang bervariasi
terhadap kegiatan pembangunan antar daerah, tergantung pada
pengaturan kelembagaan, dan desain menyeluruh dari
pembagian wewenang dan perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Risiko paling
besar adalah ketika sumber utama penerimaan pemerintah
diserahkan kepada pemerintah daerah tanpa diikuti langkah-
langka kebijaksanaan yang menjamin mobilisasi pendapatan
daerah untuk membiayai berbagai pelayanan public yang
menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.

1|Perimbangan Keuangan
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari penulisan
makalah ini, antara lain sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan dana perimbangan ?
2. Apa saja ketentuan dana perimbangan ?
3. Bagaimana pembagian dana perimbangan ?
4. Apa prinsip dana perimbangan ?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini,
antara lain sebagai berikut :
1. Agar Mahasiswa/i mengetahui apa yang dimaksud dengan
dana perimbangan
2. Agar Mahasiswa/i mengetahui apa saja ketentuan dana
perimbangan ?
3. Agar Mahasiswa/i mengetahui bagaimana pembagian dana
perimbangan ?
4. Agar Mahasiswa/i mengetahui apa prinsip dana
perimbangan ?

2|Perimbangan Keuangan
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DANA PERIMBANGAN


Dana perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang
berasal dari dana APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan
pemerintah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepala daerah,
yaitu terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang
semakin baik (Widjaja,2002).
Menurut Elmi (2002), secara umum tujuan pemerintah pusat
melakuan transfer dana kepada pemerintah daerah adalah :
1. Sebagai tindakan nyata unuk mengurangi ketimpangan pembagian
“kue nasional” baik vertical mapn horizontal.
2. Suatu upayauntuk meningkatkan efisiensi pengeluaran pemerintah
dengan menyerahkan sebagian kewenangan di bidang pengellaan
keuangan Negara dan agar manfaat yang dihasikan dapat dinikmati
oleh rakyat di daerah yang bersangkutan.

Secara umum Dana Peimbangan merupakan pedanaan daerah yang


bersumber dari APBN yang terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana
Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana
perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu daerah dalam
menandai kewenangannya uga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan
sumber pendanaan pemerintahan antara Pusat dan Daerah serta untuk
mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan anara dana antar
daerah. Dana Perimbangan juga merupakan dana yang bersmber dari
pendapatan APBN ang diaokasikan kepada daerah untuk mendanai
kebtuhan daera dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Namun selain itu smber dana pembangunan daerah di Indonesia


mencerminkan ketergantngan teradap sumbangan dan antuan dari
pemerintah pusat(Sumiyarti dan Imamy,2005). Sejalan dengan itu , Elmi

3|Perimbangan Keuangan
(2002) juga menyatakan bahwa ketidakseimbangan fiscal yang terjadi
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah selama ini telah
menyebabkan ketergantungan keuangan pemerintah daerah kepada
pemerintah psat yang mencapai leih dari 70% kecali provinsi DKI Jakarta.

Dalam rangka menciptakan sat system perimbangan keuangan yang


professional, demokratis dan adil dan transparan berdasarkan atas
pembagian pemerintah pusan dan pemerintah daerah, maka diundangkan
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Undang – Undang
tersebut antara lain mengatur tentang dana perimbangan yang merupakan
aspek penting dalam system perimbangan antara pemmerintah pusat dan
daerah.

B. KETENTUAN UMUM
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah otonomi selanjutnya disebut derah kesatuan asyarakat hokum
yang mempunyaibatas daerah tertentu bersewenang mengatur dan
mengurus kepentingan masarakat setempat menurut prakarsa sendiri
erdasarkan aspirasi masyarakat dalam Ikatan Negara Kesatuan Repblik
Indonesia.
2. Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan
APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
3. Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka
pelaksanaan desentralissi.
4. Dana Alokasi Khusus adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan
tertentu.
5. Sekretaris Bidang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah adalah
salah satu Sekretariat dalam Dewan Perimbangan Otonomi Daerah

4|Perimbangan Keuangan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1999 tentang Perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah. 1

C. PEMBAGIAN DANA PERIMBANGAN


1) DANA BAGI HASIL
Dana bagi hasil adalah dana yang bersmber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persenase untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dan penerimaan dari Sumber
Daya Alam.
Bagian pertama : Bagian Daerah dari Penerimaan Pajak Bumi
dan Bangunan.
1. Peneriman Negara dari PBB dibagi dengan imbangan 10% untuk
pemerintah pusat dan 90% untuk daerah.
2. Bagian daerah dari PBB dibagi dengan rincian sebagai berikut :
a. 16,2% untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan
disallurkan ke rekening kas daerah provinsi.
b. 64,8% daerah kabupaen/kota yang bersangkutan dan
disalurkan ke rekening kas daerah kabupaten/kota.
c. 9% untuk biaya pemungutan dan disalurkan kas Negara dan
kas daerah.2
3. Ketentuan lebih lanut mengenai pembagian hasil penerimaan PBB
dan penyalurannya diatur sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4. Bagian dari pemerinta pusat dari PBB dibagikan kepada selru
kabupaten dan kota.
5. Alokasi pembagian didasarkan atas realisasi penerimaan PBB
tahun anggaran berjalan.
1
Prof.Drs.HAW.Widjaja,Otonomi Daerah dan Otonom (Jakarta : PT Raja Grafndo Persada, 2007)
hlm. 130-131
2
Prof.Drs.HAW.Widjaja,Otonomi Daerah dan Otonom (Jakarta : PT Raja Grafndo Persada, 2007)
hlm. 131

5|Perimbangan Keuangan
6. Ketentan lebih lanjut mengenai pembagian penerimaan PBB bagian
pemerintah pusat ke kabupaten dan kota dan penyalurannya diatur
dengan keputusan Menteri Keuangan.3

Bagian kedua : Bagian Daerah dari Bea Perolehan atas Tanah dan
Bangunan.
1. Penerimaan Negara dari BPHTB dibagi dengan imbangan 20%
untuk pemerintah pusat dan 80% untuk daerah.
2. Bagian daerah dari BPHTB dibagi untuk daerah dengan rincian :
a. 16% untuk daerah provinsi yang bersagkutan dan disalurkan ke
rekening kas daerah provinsi
b. 64% untuk daerah kabupaten/kota penghasil dan disalurkan ke
rekening kas daerah kabupaten/kota.4
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembagian penerimaan BPHTTB
dan penyalurannya diatur sesai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
4. Bagian pemerintah dari penerimaan BPHTB dibagikan dengan
porsi yang sangat besar untuk kabupaten/kota diseluruh Indonesia.
5. Alokasi pembagian didasarkan atasrealisasi penerimaan BPHTB
tahun anggaran berjalan dan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Bagian ketiga : Bagian Daerah dari Penerimaan Sumber Daya


Alam
1. Penerimaan Negara dari SDA sector kehutanan, sector
pertambangan umum dan sector perikanan dibagi dengan mbangan
20% pemerintah pusat dan 80% pemerintah daerah.

3
Prof.Drs.HAW.Widjaja,Otonomi Daerah dan Otonom (Jakarta : PT Raja Grafndo Persada, 2007)
hlm. 132
4
Prof.Drs.HAW.Widjaja,Otonomi Daerah dan Otonom (Jakarta : PT Raja Grafndo Persada, 2007)
hlm. 132

6|Perimbangan Keuangan
2. Penerimaan Negara dari SDA sector kehutanan terdiri dari
Penerimaan Iuran Hak Penguasaan Hutan dan PEnerimaan Provinsi
Sumber Daya Hutan.5
3. Penerimaan Negara dari SDA sector pertambangan umum terdiri
dari Penerimaan Iuran Tetap (Land-rent) dan Penerimaan iuran
eksplorasi dan iuran eksploitasi (Royalty)
4. Penerimaan Negara dari SDA sector perikanan terdiri dari
Penerimaan pungutan pengsahaa perikanan dan penerimaan
pungutan hasil perikanan.
5. Penerimaan Negara dari SDA sector pertambangan minyak dan gas
yang dibagikan ke daerah adalah penerimaan Negara dari SDA
sector pertambangan dan gas alam dari wilayah daerah yang
bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan
lainnya. 6

Bagian keempat : Tata Cara Perhitungan dan Penyaluran Bagian


Daerah dari Penerimaan Sumber Daya Alam
1. Menteri teknis setelah berkonsultassi dengan menteri – menteri
dalam negeri dan otonomi daerah menentapkan kabupaten atau
kota penghasil.
2. Menteri teknis menetapkan dasar perhitungan bagian daerah
kabupaten atau kota setelah berkonsulasi dengan menteri – menteri
dalam negeri dan otonomi daerah.
3. Menteri teknis menyempaikan dasar perhitungan bagi daerah
kabupaten atau kota penghasil kepada menteri keuangan, gubernur,
bupati atau walikota yang bersangkutan.7

5
Prof.Drs.HAW.Widjaja,Otonomi Daerah dan Otonom (Jakarta : PT Raja Grafndo Persada, 2007)
hlm. 133
6
Prof.Drs.HAW.Widjaja,Otonomi Daerah dan Otonom (Jakarta : PT Raja Grafndo Persada, 2007)
hlm. 135
7
Prof.Drs.HAW.Widjaja,Otonomi Daerah dan Otonom (Jakarta : PT Raja Grafndo Persada, 2007)
hlm. 136

7|Perimbangan Keuangan
2) DANA ALOKASI UMUM (DAU)
MenUrut UU No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemeritah daerah, yang dimaksudkan
dengan Dana Alokasi Umum yaitu dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.
Dana Alokasi Umum bersifat Block Grant yang berarti
penggunaanya diserahkan kepada daerah sesuai dengan prioritas dan
kebutuhan daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat
dalam pelaksanaan otonomi daerah.
Dana Alokasi Umum dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antara daerah untuk membiayai kebutuhan
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi penggunaan
DAU di tetapkan daerah. Dana Alokasi Umum terdiri dari DAU untuk
daerah provinsi dan DAU untuk daerah kabupaten atau kota.8
Besarnya DAU diterapkan sekurang-kurangnya 25% dari
penerimaan dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN. DAU ini
merupakan seluruh alokasi umum daerah kabupaten/kota. Kenaikan
DAU akan sejalan dengan penyerahan dan penghalihan kewenangan
Pemerintah Pusat kepada daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.
Jumlah DAU bagi semua daerah provinsi dan jumlah DAU bagi
semua daerah kabupaten/kota masing-masing ditetapkan setiap tahun
dalam APBN. DAU untuk suatu daerah provinsi tertent ditetapkan
berdasarkan jumlah DAU untuk suatu daerah provinsi yang ditetapkan
dalam APBN dikalikan dengan rasio bobot daerah provinsi yang
bersangkutan terhadap jumlah bobot seluruh provinsi. Porsi daerah
provinsi ini merupakan presentase bobot daera provinsi yang

8
Prof.Drs.HAW.Widjaja,Otonomi Daerah dan Otonom (Jakarta : PT Raja Grafndo Persada, 2007)
hlm. 137

8|Perimbangan Keuangan
bersangkutan terhadap jumlah bobot semua daerah provinsi di selurh
Indonesia.9
Alokasi Dana Alokasi Umum didasarkan pada beberapa faktor,
antara lain sebagai berikut :
1. Faktor potensi daerah : daerah yang indeksnya lebih besar dari
100 diberi skor kecil, sedangkan daerah yang indeksnya dibawah
dari 100 mendapatkan skor besar.
2. Faktor luas wilayah dan jumlah penduduk : daerah dengan
indeks yang besar diberi skor besar dan sebaliknya.
3. Faktor keadaan biografi : daerah dengan indeks yang besar
mendapatkan skor besar dan sebaliknya.
4. Faktor tingkat pendapatan masyarakat : daerah dengan indeks
yang besar mendapatkan skor kecil dan sebaliknya.10

Ada sejumlah studi lain yang juga membahas kriteria penetapan


dana dari pusat ke daerah, diantaranya dari Woo Sik Kie (1978).
Menurutnya dana subsidi tersebut sebaikna dialokasikan atas dasar
formula sebagai berikut :

1. 50% dari dana tersebut dibagi menurut jumlah penduduk.


2. 20% dibagi menurut PDRB perkapita, dimana daerah dengan
pendapatan perkepala diatas rata-rata tidak akan mendapat alokasi
dana berdasarkan kriteria ini.
3. 10% dibagi menurut rasio antara PAD dan pengeluaran yang
dibiayai dari dana APBD.
4. Sisanya( 20%) dialokasikan berdasarkan indeks biaya hidup di
daerah. Bagi daerah yang tingkat biaya hidupnya diatas rata-rata
akan mendapat alokasi bantuan berdasarkan kriteria ini.11

9
Prof.Drs.HAW.Widjaja,Otonomi Daerah dan Otonom (Jakarta : PT Raja Grafndo Persada, 2007)
hlm. 138
10
Dr.Tulus T.H. Tambunan, Perekonomian Indonesia(Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia, 2001)
hlm.253.
11
Dr.Tulus T.H. Tambunan, Perekonomian Indonesia(Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia, 2001)
hlm.254.

9|Perimbangan Keuangan
3) DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
Menurut UU No.3 Tahun 2004 Dana Alokasi Khusus adalah dana
yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk
membantu membiayai kebutuhan khusus, termasuklah yang berasal
dari dana reboisasi. Kebutuhan Khusus yang dimaksud yaitu :
1. Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan
rumus alokasi umum
2. Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.

Dana Alokasi Khusus (DAK) digunakan untuk membiayai


investasi pengadaan atau peningkatan prasarana dan sarana fisik
secara ekonomis untuk jangka panjang. Dalam keadaan tertentu, DAK
dapat membantu biaya pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan
sarana tertentu untuk periode terbatas, tidak melebihi tiga tahun.
Bila dibandingkan antara keduasumber dana APBD, dana
perimbangan mempunyai peran yang sangat signifikan dalam
penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Artinya, bagi daerah dana
perimbangan merupakan suatu yang sangat berarti dalam penigkatan
kapasitas daerah dalam pelayanan publik, maka pelayanan masyarakat
akan semakin baik. Cakupan dan jangkauan pelayanan akan semakin
luas dan dekat dengan masyarakat yang dilayani. Dengan demikian,
harapan kesejahteraan masyarakat sangat memungkinkan diwujudkan
melalui kebijakan desentralisasi fiskal yang memuat hubungan
(perimbangan) keuangan antara pusat dan daerah.12
Jumlah DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN didasarkan
masing-masing bidang pengeluaran yang disesaikan dengan
kebutuhan. DAK merpakan kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan
secara umum, dialokasikan kepada daerah tertentu berdasarkan usulan
daerah. Pembiayaan kebutuhan Khusus memerlukan dana pendamping
dari penerimaan umum APBN. Porsi dana pendamping ditetapkan
sekurang-kurangnya 10%. Dikecualikan dari ketentuan dana
12
Mahi,B Raksaka, 2005. Peran PEndapatan Asli Daerah di Era Otonomi Daerah. Jurnal Ekonomi
Vol.6.No.1 Juli 2005.

10 | P e r i m b a n g a n K e u a n g a n
pendamping adalah pembiayaan kegiatan reboisasi yang berasal dari
dana reboisasi daerah penghasil. Pengalokasian DAK kepada daerah
ditetapkan oleh menteri keuangan setelah memperhatikan
pertimbangan menteri dalam negeri dan otonomi daera, enteri teknis
terkait dan instansi yang membidangi perencanaan pembangunan
nasional.13
a. Bentuk Dana Alokasi Khusus (DAK)
DAK dialokasikan kepada daerah tertent berdasarkan
usulan daerah yang berisi usulan-usulan kegiatan dan sumber-
sumber pembiayaanya yang diaukan kepada menteri teknis oleh
daerah tersebut. Bentknya dapat berupa rencana suatu proyek atau
kegiatan tertentu atau dapat berbentuk dokumen program rencana
pengeluaran tahunan dan multi tahunan untuk sektor – sektor
serta sumber pembiayaannya.
Bentuk usulan daeah tersebut berpedoman pada kebijakan
instansi teknik terkait. Kecali usulan tentang proyek/kegiatan
reboisasi yang dibiayai dari bagian dana reboisasi. Dalam
kegiatan yang diusulkan oleh daerah termasuk dalam kebuthan
yang tidak dapat diperhitungkan maka perlu membuktikan bahwa
daerah kurang mampu membiayai seluruh pengeluaran usulan
kegiaan tersebut dari Pendapatan Asli Daerah, Bagian Daerah dari
Pajak Bumi dan Bagunan, Bagian Daerah dari Beo Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan, Bagian Daerah dari Penerimaan
Sumber Daya Alam, Dana Alokasi mum, Pinjaman Daerah dan
lain-lain yang penggunaannya dapat ditentkan sepenuhya oleh
daerah.
b. Pengunaan Dana Alokasi Khusus (DAK)
Pengalaman praktis penggunaan DAK sebagai instrument
kebijakan, misalnya :

13
Prof.Drs.HAW.Widjaja,Otonomi Daerah dan Otonom (Jakarta : PT Raja Grafndo Persada, 2007)
hlm. 140.

11 | P e r i m b a n g a n K e u a n g a n
1. Pertama, dipakai dalam kebijakan transfer fiskal untuk
mendorong suatu kegiatan agar sungguh-sungguh
dilaksanakan oleh daerah.
2. Kedua, pemyediaan biaya pelayanan dasar oleh daerah
cenderung minimal atau dibawah standar. Dalam
alokasi DAK tersebut pusat menghendaki adanya
benefit spoliver effect sehingga meningkatkan standar
umum.
3. Ketiga, alokasi dana melalui DAK biasanya
memerlukan kontribusi dana dari daerah yang
bersangkutan, semacam matching grant.

D. PRINSIP DANA PERIMBANGAN


Adapun prinsip dana perimbangan antara lain sebagai berikut :
1. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
mencakup pembagian keangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah secara proporsional, demokratis, adil dan transparan dengan
memperhatikan potensi, kondisi dan ebutuhan daerah.
2. Perimbangan keuangan antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah
merupakan subsistem keuangan Negara sebagai konsekuensi
pembagian tugas antar pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
3. Pemberian sumber keuangan Negara kepada pemerintah daerah dalam
pelaksanaan deentraisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dengan memperhatikan
stabilitas dan keseimbangan fiskal.
4. Perimbangan keuangan antar pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah merupakan suatu system yang menyeluruh dalam rangka
pendanaan penyelenggaraan atas desentralisasi, dekonsentrasi dan
tugas pembantuan.

12 | P e r i m b a n g a n K e u a n g a n
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dana perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang
berasal dari dana APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan
pemerintah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepala daerah,
yaitu terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang
semakin baik (Widjaja,2002).
Dana bagi hasil adalah dana yang bersmber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persenase untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Menurut UU No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan pemeritah daerah, yang dimaksudkan dengan Dana
Alokasi Umum yaitu dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.
Menurut UU No.3 Tahun 2004 Dana Alokasi Khusus adalah dana
yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk
membantu membiayai kebutuhan khusus, termasuklah yang berasal dari
dana reboisasi. Adapun prinsip dana perimbangan antara lain sebagai
berikut :
1. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah mencakup pembagian keangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah secara proporsional, demokratis, adil dan
transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi dan ebutuhan
daerah.
2. Perimbangan keuangan antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah
merupakan subsistem keuangan Negara sebagai konsekuensi
pembagian tugas antar pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.

13 | P e r i m b a n g a n K e u a n g a n
3. Pemberian sumber keuangan Negara kepada pemerintah daerah dalam
pelaksanaan deentraisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dengan memperhatikan
stabilitas dan keseimbangan fiskal.
4. Perimbangan keuangan antar pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah merupakan suatu system yang menyeluruh dalam rangka
pendanaan penyelenggaraan atas desentralisasi, dekonsentrasi dan
tugas pembantuan.

14 | P e r i m b a n g a n K e u a n g a n
DAFTAR PUSTAKA

Mahi,B Raksaka, 2005. Peran Pendapatan Asli Daerah di Era Otonomi Daerah.
Jurnal Ekonomi Vol.6.No.1 Juli 2005.
Widjaja,HAW.2002.Otonomi Daerah dan Daerah Otonom.Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada
Tambunan, Tulus T.H, 2001. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Penerbit Ghalia
Indonesia

15 | P e r i m b a n g a n K e u a n g a n

Anda mungkin juga menyukai