Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MENGIDENTIFIKASI TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM

OLEH:

 Danil Usama ( 220407014)

Dosen Pengampuh : Dr. Djamaah Sopah, MSc. Ed

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM AL QURAN AL IITIFAQIAH

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan merupakan sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha selesai.
Karena instruksi atau pengajaran merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses
melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat.
Tujuan dari pendidikan kepribadian seseorang berkenaan dengan seluruh aspek
kehidupannya.

Kalau kita melihat kembali pengertian instruksi atau pengajaran, akan terlihat
dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pengajaran
secara keseluruhan, yaitu ”sesuatu yang harus dicapai oleh siswa setelah mereka
diberikan pengajaran oleh guru.

Tujuan ini kelihatannya terlalu ideal, sehingga sukar dicapai. Namun apabila kita
melakukannya dengan kerja keras dan berencana dengan kerangka-kerangka kerja
yang konsepsional mendasar, pencapaian tujuan itu bukanlah sesuatu hal yang
mustahil. Untuk lebih jelasnya”apa perencanaan tujuan-tujuan instruksional” akan
dijelaskan lebih lanjut dalam bab selanjutnya.

Teknologi pendidikan mempunyai arti suatu proses yang kompleks dan terpadu
yang meliputi manusia, prosedur, ide, alat, dan organisasi untuk menganalisis
masalah serta merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha pemecahan
masalah yang berkaitan dengan segala aspek belajar (AECT, 1971). Teknologi
instruksional juga berpengertian seperti itu, tetapi dibatasi hanya pada situasi belajar
yang terkontrol dan bertujuan. Jadi, penggarapan pada teknologi instruksional tidak
untuk seluruh aspek belajar seperti halnya pada teknologi pendidikan.
Teknologi instruksional dirumuskan sebagai proses yang kompleks dan terpadu
yang meliputi manusia, prosedur, ide alat, dan organisasi untuk menganalisis masalah
serta merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha pemecahan masalah
dalam situasi belajar yang bertujuan dan terkendali. Di sini perlu digaris bawahi ke
dalam situasi belajar yang bertujuan dan yang terkendaliâ yang berarti tidak
menggarap semua aspek belajar. Situasi belajar yang bertujuan dan yang terkendali di
sini berarti banyak berkaitan dengan kegiatan instruksional, kegiatan membelajarkan
sasaran dengan segala komponen yang diperlukannya. Pesan, orang, bahan, alat,
teknik, dan lingkungan sebagai komponen-komponen instruksional adalah bidang-
bidang yang digarap untuk kepentingan instruksional. Komponen-komponen tersebut,
baik sebagian maupun seluruhnya, dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan
hasil belajar sasaran secara terkendali sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Konsep teknologi instruksional seperti tersebut di atas mengandung pengertian


yang luas. Di dalamnya terliput seluruh komponen yang mendukungnya, berproses
menuju kepada suatu arah yang jelas sejalan dengan tujuan-tujuan pendidikan.
Dengan begitu, pengertian ini merupakan proses sistem, sistem instruksional yang
secara khusus digambarkan atau dijabarkan dalam konsep pengembangan sistem
instruksional. Dikatakan sistem instruksional karena seluruh komponen yang terliput
di dalamnya merupakan satu kesatuan yang saling berfungsi dan berproses menuju
kepada suatu tujuan.

B. Rumusah Masalah

 Apakah pengertian Tujuan Instruksional ?

 Bagaimanakah Fungsi, prinsif, strategi, metode dari tujuan Instruksional


 Apakah Mamfaat Instruksional dalam TIU Tujuan Intruksional Umum ?

C. Tujuan Pembahasan

Sementara yang menjadi tujuan pembahasan pada makalah ini adalah:

 Untuk menemukan pengertian tujuan Instruksional secara konseptual

 Memahami Fungsi, prinsif, strategi, metode dari tujuan Instruksional

 Mengenali tujuan Instruksional dalam implementasi di bidang Pendidikan

D. Manfaat Pembahasan

Untuk memenuhi tugas terstuktur pada mata kuliah Teknologi Pendidikan.


Makalah ini akan menjadi bahan penulis-penulis berikutnya diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan rujukan dalam upaya proses belajar-mengajar di sekolah
Memberikan pemahaman dan pengertian secara generalisasi tentang tujuan
Instruksional dalam bidang pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
MENGIDENTIFIKASI TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

2.1 Fungsi
Terdapat dua fungsi utama dalam teknologi instruksional di dalam prosesnya
menuju pencapaian tujuan-tujuannya, yaitu fungsi manajemen instruksional dan
fungsi pengembangan instruksional. Fungsi pengembangan instruksional merupakan
hal yang berhubungan dengan proses dalam menganalisis masalah, termasuk
merancang, melaksanakan, dan menilai usaha pemecahan masalah. Fungsi-fungsi ini
meliputi riset-riset teori, desain, produksi, seleksi, evaluasi, logistik, dan pemanfaatan
atau penyebaran. Sedangkan fungsi yang berkaitan dengan proses mengarahkan atau
mengoordinasi (atau mengelola) salah satu atau beberapa dari fungsi tersebut di atas
termasuk ke dalam fungsi manajemen instruksional. Fungsi-fungsi ini meliputi
pengelolaan organisasi dan pengelolaan personel. Baik fungsi manajemen
instruksional maupun fungsi pengembangan instruksional semuanya mengacu kepada
komponen-komponen sistem instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat,
teknik, dan lingkungan, dan digunakan dalam rangka memproses pembelajaran
sasaran1.
2.2 Prinsip

Prinsip berarti hubungan fungsional antara konsep-konsep. Mempelajari prinsip


berarti memplajari pula konsep-konsep. Konsep di sini maksudnya adalah gambaran
kesimpulan yang ada pada pikiran seseorang tentang objek atau benda, baik objek
yang nyata maupun objek yang abstrak (teoretis). Sebuah konsep tentang kambing,
misalnya, bisa bermacam arti yang dikesankan, bergantung pada konteks yang
digunakannya serta pada arti denotatif atau arti konotatifnya.

Konsep tentang teknologi instruksional, seperti sudah diuraikan pada bagian yang
lalu, merupakan satu pengertian yang utuh tentang proses dalam pengelolaan belajar
dan mengajar, yang didalamnya melibatkan berbagai komponen dan aspek-aspek lain
yang mendukungnya seperti orang, bahan, atau pesan. Berbagai komponen dan aspek
lain yang saling berkaitan tadi membentuk suatu hubungan yang bersifat sistemik dan
fungsional. Hubungan-hubungan tersebut saling mengikat antara yang satu dengan
yang lainnya, membentuk suatu keteraturan yang relatif menetap, dan itu dinamakan
prinsip, prinsip dalam teknologi instruksional. Sedikitnya ada tiga prinsip yang
dikenal dalam teknologi instruksional, yakni: prinsip lebih menekankan kepada
sasaran: prinsip pendekatan sistem: prinsip pemanfaatan seluas mungkin sumber-
sumber informasi edukatif (komponen sistem instruksional): yang meliputi sumber
informasi tercetak, terekam, analog, digital, koleksi pada situs-situs internet2.

1
Intens, Wayan, Pemilihan Strategi Instruksional(Jakarta: PAU-UT dan Pustekkom
Dikbud, 1986), h.33

2
Mudhoffir.Teknologi Instruksional(Bandung: Remadja Karya, 1986), h.22
2.3 Perumusan Tujuan Instruksional

Rumusan tujuan instruksional beranjak dari kerangka sistem yang lebih besar,
yaitu tujuan nasional, baru kemudian tujuan tersebut tersebar ke dalam tujuan-tujuan
pada kerangka sistem yang lebih kecil seperti tujuan pendidikan nasional, tujuan
institusional dan tujuan instruksional. Hubungan antara tujuan-tujuan tesebut bersifat
subordinasi. Artinya, tujuan instruksional harus sejalan, mengacu, dan bedasar pada
tujuan kurikuler, seterusnya tujuan-tujuan kurikuler harus sesuai dengan tujuan
kelembagaan (institusional), akhirnya semua tujuan yang ada harus mengacu dan
mendukung tujuan pendidikan nasional dan tujuan nasional. Subordinasi artinya
hubungan bertingkat, jadi semua tujuan yang lebih kecil lingkupnya harus sesuai
dengan dan mendukung tujuan-tujuan yang lebih luas, yang untuk Indonesia berakhir
pada tujuan nasional, atau untuk bidang pendidikan adalah tujuan pendidikan
nasional. Tujuan pendidikan nasional adalah yang tercantum dalam rumusan GBHN
(Garis-Garis Besar Haluan Negara), Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional,
dan Undang-Undang Dasar 1945. Konsep ini telah disinggung di bagian lalu, tetapi
disini ditulis lagi untuk kepentingan penjelasan3.

Tujuan instruksional adalah target akhir yang diharapkan bisa dicapai oleh setiap
instruktur pendidikan atau para praktisi komunikasi lainnya setelah melakukan suatu
proses kegiatan instruksional. Tujuan ini berlaku baik bagi komunikator maupun bagi
sasaran (komunikan) meskipun sebenarnya yang akan diukur keberhasilan-
keberhasilannya adalah pihak sasaran. Bagi komunikator, tujuan-tujuan ini setidaknya
dapat dijadikan patokan kegiatan untuk pelaksanaan instruksional sehingga proses
kerjanya mempunyai arah yang jelas. Sedangkan bagi sasaran, rumusan tujuan ini
bisa dijadikan target tentang kemampuan yang dimilikinya setelah melewati proses
instruksional. Dan memang rumusan tujuan instruksional ini dikhususkan untuk

3
Sadiman, Arief Sukadi, Pengembangan Sistem Instruksional, (, Jakarta:PAU-UT
dan Pustekkom Dikbud, 1986), h.56
kepentingan sasaran, untuk melihat apakah sasaran telah memiliki kemampuan yang
sesuai dengan pola tujuan ini atau belum, baik kemampuan yang bersifat kognitif,
afektif maupun psikomotor.

Tujuan instruksional sebenarnya masih dibedakan antara yang umum dan yang
khusus. Yang pertama rumusannya lebih luas daripada yang kedua, dan karenanya ia
kurang operasional. Tujuan instruksional umum disingkat TIU, sedangkan tujuan
instruksional khusus disingkat TIK. Baik TIU maupun TIK keduanya merupakan
patokan harapan setiap instruktur dalam melakukan tugasnya membelajarkan sasaran.
Inilah yang tempaknya akan berkembang menjadi satuan rumusan berdasarkan
sasaran (tujuan) yang harus dicapai oleh setiap anggota sasaran (komunikan), dan
rumusannya disebut sasaran belajar. (Tentang sasaran belajar ini bisa dibaca di
tempat lain karena ia mempunyai ciri-cirinya yang agak berbeda dengan pola
rumusan tujuan instruksional). Terdapat beberapa sifat yang harus dimiliki oleh setiap
tujuan instruksional, terutam TIK, yang antara lain sebagai berikut.

 Tujuan harus menggambarkan kemampuan tertentu yang diharapkan bakal


tercapai oleh sasaran dan harus bersifat obervable dan measurable (dapat
diamati dan dapat diukur), baik dalam bidang kognitif, afektif, maupun
psikomotornya.

 Tujuan hendaknya menyebutkan bidang pengalaman tertentu yang harus


dikuasai oleh sasaran setelah berlangsungnya tindakan instruksional.

 Tujuan harus jelas dan tidak boleh terlalu banyak yang hendak dicapainya,
misalnya cukup tergambarkan dalam sebuah kalimat yang menggunakan satu
kata kerja aktif saja.

 Tujuan harus bersifat operasional, artinya tidak abstrak.


 Tujuan harus mempunyai kegunaan bagi banyak orang. Tujuan-tujuan yang
tidak bermanfaat tidak perlu dirumuskan dalam kegiatan instruksional4.

Berikut adalah beberapa contoh rumusan tujuan instruksional dengan penggunaan


kata kerja yang bersifat operasional dan dapat diukur. Bidang kognitif Setelah
mengikuti ceramah atau kuliah ini, sasaran diharapkan dapat5:

A. Tujuan Intruksional Umum:

 mengenal konsep tentang .......


 memahami pengertian .........

B. Tujuan Intruksional Khusus:

 mendefiniskan .........
 menguraikan .........
 Bidang afektif:
2.4 . Strategi instruksional

Strategi instruksional adalah pendekatan menyeluruh atas proses belajar dan


mengajar dalam sistem instruksional. Ia merupakan perencanaan penuh perhitungan
yang kemungkinan-kemungkinan kegiatannya bakal ditempuh dalam pelaksanaannya
nanti, dirinci dengan saksama. Upaya-upaya atau kegiatan lanjut dari strategi ini
adalah metode, teknik, dan taktik. Ketiga istilah terakhir ini mempunyai arti
penjabaran yang lebih operasional daripada strategi, bahkan dapat dikatakan metode,

4
Rahardjo, R., dan L. Hariandja, Media Instruksional (Jakarta:PAU-UT dan
Pustekkom Dikbud, 1986), h.23-30

5
Wayan, Pemilihan Strategi Instruksional, h.57-58. lihat juga: Depdikbud, Dirjen
Dikti, NKK, Kumpulan Naskah Penataran Bimbingan dan Konseling untuk Tenaga Pengajar
Perguruan Tinggi Se-Indonesia: Jakarta:Psikologi Belajar, 1981), h. 22-29
teknik, dan taktik merupakan kelanjutan kegiatan strategi secara operasional,
langsung, dan praktis. Akan tetapi, apabila ditelusuri lagi, ketiga istilah ini masing-
masing bisa mempunyai arti yang tidak sejalan, artinya tidak berada pada kerangka
sistem yang berhubungan secara subordinatif.

Metode bisa merupakan penjabaran dari strategi karena upaya untuk mencapai
tujuan-tujuan strategi bisa ditempuh dengan berbagai metode. Metode itu bisa terjadi
cukup luas, terutama jika dilihat segi operasionalisasinya seperti misalnya ada metode
ceramah, metode diskusi, dan metode-metode komunikasi sejenisnya. Namun, teknik
dan apalagi taktik mempunyai pengertian yang lebih sempit lagi karena ia merupakan
bagian langsung dari metode. Artinya, pelaksanaan suatu metode bisa ditempuh
dengan berbagai teknik. Metode mengajar berkuliah, misalnya, bisa dilakukan dengan
bermacam teknik yang cocok untuk situasi dan kondisi tertentu. Pengertian taktik
lebih sempit lagi daripada beberapa istilah terdahulu. Ia merupakan istilah yang
sebenarnya jarang digunakan dalam dunia instruksional.

Dalam konteks umum, taktik terkadang mempunyai konotasi negatif meskipun


tidak selalu demikian. Taktik banyak dikaitkan dengan kelihaian, atau bahkan
kelicikan, akal budi seseorang untuk mengakali orang lain supaya ia bisa mendapat
keuntungan dari akalnya tadi. Taktik biasanya sulit dipelajari secara teknis karena ia
lebih banyak berkaitan dengan kepintaran akal seseorang pada suatu situasi6.

Beberapa metode yang serig digunakan dalam kegiatan atau lebih khususnya
dalam strategi instruksional antara lain adalah metode ceramah, metode tanya jawab,
metode diskusi, metode seminar, metode simulasi, metode laboratorium, dan metode
kuliah lapangan. Di antara semua metode tersebut tidak dapat dikatakan mana yang
lebih unggul atau bahwa metode tertentu lebih baik untuk semua kondisi daripada

6
Surachmad, Winarno, 1976. Metodologi Pengajaran Nasional: Sari Didaktik,
Jemmars, Bandung. Lihat juga : Mudhoffir.Teknologi Instruksional, h. 22
yang lainnya sebab masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan sendiri-
sendiri. Pada situasi tertentu metode ceramah barangkali akan lebih baik daripada
metode-metode lainnya, juga sebaliknya.

Di sinilah letak tentang pentingnya pemilihan strategi bagi seorang komunikator


pendidikan, dan khususnya pemilihan metode yang akan digunakan pada situasi dan
kondisi yang sedang dihadapinya. Masalah metode instruksional tidak kami bahasa
lebih panjang lagi berhubung dengan terbatasnya halaman. Pembaca yang budiman
dipersilakan membaca lebih lanjut dalam buku yang khusus membicarakan masalah
strategi instruksional, termasuk masalah metode, teknik, dan taktik yang dibahas di
dalamnya.

2.5. Metode Instruksional dan waktu pelaksanaannya

Strategi artinya suatu perencanaan menyeluruh atas semua aspek kegiatan dengan
rincian pelaksanaan yang runtut sehingga diharapkan dapat menjamin kelancaran dan
keberhasilan kegiatan tersebut. Meskipun sebenarnya tidak ada jaminan
sesungguhnya tentang keberhasilan yang diharapkannya itu, namun setidaknya akan
lebih baik hasilnya dibandingkan dengan kegiatan yang tanpa perencanaan dan
strategi. Adapun metode merupakan bagian dari strategi, artinya suatu teknik atau
cara yang runtut untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau kegiatan yang sudah
direncanakan dalam strategi tadi.

Dalam program pendidikan pengguna, misalnya, strategi artinya suatu


perencanaan menyeluruh atas pelaksanaan kegiatan pendidikan pengguna
perpustakaan dengan runtutan kegiatan yang jelas. Untuk melaksanakan strategi
pendidikan pengguna ini dilakukan dengan metode kegiatan, yang antara lain
dilakukan dengan metode pengajaran dalam program pendidikan pengguna. Karena
program pendidikan pengguna juga sebagai program belajar dan mengajar antara
pustakawan dan pengguna pada umumnya dalam hal pemanfaatan segala informasi
dan sumber-sumber informasi di perpustakaan, maka metode pengajarannya mirip
dengan metode pengajaran yang dilakukan di dunia pendidikan pada umumnya.
Metode pengajaran ini melibatkan berbagai media yang digunakan dalam program
pendidikan pengguna, dan namanya media pengajaran7.

Dari banyaknya metode pengajaran dan juga media pengajaran yang bisa
digunakan dalam pelaksanaan kegiatan program pendidikan pengguna perpustakaan,
maka pustakawan tidak perlu menggunakan semuanya sekaligus atau asal pilih.
Penetapan metode dan media yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan situasi
dan kondisi pada saat pelaksaan kegiatan pendidikan pengguna perpustakaan ini
dilaksanakan. Tak ada satu metode dan media pun yang secara umum lebih unggul
dan bisa digunakan di segala situasi dan kondisi. Yang ada hanyalah bahwa media
dan metode pengajaran tertentu lebih sesuai atau lebih cocok jika digunakan pada
situasi dan kondisi tertentu pula.

2.6. Satuan Acara Instruksional

Kini kita sampai pada pembuatan satuan acara instruksional sebagai persiapan
untuk suatu kegiatan instruksional, baik itu kuliah, mengajar, ceramah, ataupun
tindakan komunikasi kepada sekelompok sasaran. Persiapan itu kita susun ke dalam
suatu pola yang dinamakan Satuan Acara Instruksional (SAI) atau Satuan Acara
Pembelajaran (SAP), bergantung pada konteks mana pola itu diperuntukkan. Di
sekolah dikenal SAP, juga di perguruan tinggi. Namun, untuk konteks instruksional
yang lebih luas kami menyebutnya dengan SAI.

Manfaat SAI atau SAP yang terpenting ialah sebagai bahan pedoman bagi
seorang komunikator, yakni guru, instruktur, penyuluh lapangan, penatar, atau para

7
Arief Sukadi, Pengembangan Sistem Instruksional, h.46-48
praktisi komunikasi lainnya dalam melakukan kegiatannya mengkomunikasikan ide
atau gagasannya kepada sasaran. Pola SAI-SAP ini juga bisa dibuat untuk satu paket
program lengkap selama beberapa kali waktu pertemuan ataupun hanya untuk satu
kali penampilan saja. Pada kegiatan instruksional di sekolah dan di perguruan tinggi,
pola ini bisa dibuat secara lengkap, misalnya untuk satu mata pelajaran atau mata
kuliah selama satu semester. Namun, untuk kegiatan komunikasi instruksional
lainnya seperti misalnya penataran, penyuluhan, atau ceramah pola pembuatannya
bisa disesuaikan dengan luasnya bidang garapan, ruang lingkupnya, dan alokasi
waktu yang tersedia. Bisa setengah jam, satu jam, dua jam, atau beberapa jam yang
dilaksanakan dalam sekali, dua kali, atau beberapa kali penampilan, misalnya8.

Secara ringkas pembuatan SAI-SAP bisa menganut berbagai cara, baik berupa
topik-topik yang diuraikan maupun berupa kolom-kolom yang perlu diisi dengan item
yang disediakan. Pada umumnya butir-butir yang termuat dalam rencana program
SAI-SAP terdiri dari kolom bidang ilmu, subbidang ilmu, topik atau pokok bahasan,
sasaran, TIU, TIK, pokok-pokok materi, media yang digunakan, waktu yang tersedia,
evaluasi, dan kolom untuk sumber bacaan. Butir-butir tersebut tidak mutlak harus
seperti itu; ada juga orang yang menambahkan beberapa kolom lagi untuk kegiatan
bidang tertentu sesuai dengan rincian yang ditetapkannya.

BAB III

PENUTUP

8
Yusup, Pawit M., 1998. Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional.
Remaja Rosdakarya, Bandung
A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari pembahasan di atas sebagai berikut:

Tujuan instruksional merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan dalam sistem


pendidikan, secara nasional tujuan pendidikan tercantum dalam pembukaan Undang
undang dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Gambaran tentang ciri ciri
kedewasaan yang perlu dikembangkan pada anak didik dapat ditemukan dalam
penentuan perumusan mengenai tujuan pendidikan, baik pada taraf nasional maupun
taraf pengelolaan institusi pendidikan. Perumusan suatu tujuan pendidikan yang
menetapkan hasil yang harus diperoleh siswa selama belajar, dijabarkan atas
pengetahuan dan pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang telah menjadi milik
siswa. Adanya tujuan tertentu memberikan arah pada usaha para pengelola
pendidikan dalam berbagai taraf pelaksanaan. Dengan demikian usaha mereka
menjadi tidak sia sia karena bekerja secara profesional dengan berpedoman pada
patokan yang jelas.

Perumusan tujuan Instruksional dalam desain pembelajaran merupakan perumusan


yang jelas dimana memuat pernyataan tentang kemampuan dan tingkah laku peserta
didik setelah mengikuti suatu program pengajaran tertentu untuk satu topik atau
subtopik tertentu.

B. Implikasi

Tujuan instruksional adalah target akhir yang diharapkan bisa dicapai oleh setiap
instruktur pendidikan atau para praktisi komunikasi lainnya setelah melakukan suatu
proses kegiatan instruksional. Tujuan ini berlaku baik bagi komunikator maupun bagi
sasaran (komunikan) meskipun sebenarnya yang akan diukur keberhasilan-
keberhasilannya adalah pihak sasaran. Bagi komunikator, tujuan-tujuan ini setidaknya
dapat dijadikan patokan kegiatan untuk pelaksanaan instruksional sehingga proses
kerjanya mempunyai arah yang jelas. Sedangkan bagi sasaran, rumusan tujuan ini
bisa dijadikan target tentang kemampuan yang dimilikinya setelah melewati proses
instruksional. Dan memang rumusan tujuan instruksional ini dikhususkan untuk
kepentingan sasaran, untuk melihat apakah sasaran telah memiliki kemampuan yang
sesuai dengan pola tujuan ini atau belum, baik kemampuan yang bersifat kognitif,
afektif maupun psikomotor.

C. Saran-saran

Dari berbagai uraian diatas tentunya Terdapat beberapa sifat yang harus dimiliki oleh
setiap tujuan instruksional, terutama TIK, yang antara lain sebagai berikut: yang
diantaranya adalah :

 Tujuan harus menggambarkan kemampuan tertentu yang diharapkan bakal


tercapai oleh sasaran dan harus bersifat obervable dan measurable (dapat
diamati dan dapat diukur), baik dalam bidang kognitif, afektif, maupun
psikomotornya.

 Tujuan hendaknya menyebutkan bidang pengalaman tertentu yang harus


dikuasai oleh sasaran setelah berlangsungnya tindakan instruksional.

 Tujuan harus jelas dan tidak boleh terlalu banyak yang hendak dicapainya,
misalnya cukup tergambarkan dalam sebuah kalimat yang menggunakan satu
kata kerja aktif saja.

 Tujuan harus bersifat operasional, artinya tidak abstrak.

 Tujuan harus mempunyai kegunaan bagi banyak orang. Tujuan-tujuan yang


tidak bermanfaat tidak perlu dirumuskan dalam kegiatan instruksional.
DAFTAR PUSTAKA

 AECT, 1977. The Definition of Education Technology, AECT, Washington,


D.C.

 Basset, Ronald E., dan Mary-Jeanette Smythe, 1979. Communication and


Instruction, New York, Harper dan Row

 Depdikbud, Dirjen Dikti, NKK, 1981. Kumpulan Naskah Penataran


Bimbingan dan Konseling untuk Tenaga Pengajar Perguruan Tinggi Se-
Indonesia: Psikologi Belajar, UI, Jakarta.

 Intens, Wayan, 1986. Pemilihan Strategi Instruksional, PAU-UT dan


Pustekkom Dikbud, Jakarta

 Jourdan, Manfres, 1984. Communicative Competence of the Educator and the


Educatee, dalam Education Vol. 30, Institute for Scientific Cooperation,
Tubingen.
 Kartasurya, Koyo, 1986. Pendekatan Sistem, PAU-UT dan Pustekkom
Dikbud, Jakarta.

 Mudhoffir, 1986. Teknologi Instruksional, Remadja Karya, Bandung.

 Rahardjo, R., dan L. Hariandja, 1986. Media Instruksional, PAU-UT dan


Pustekkom Dikbud, Jakarta.

 Sadiman, Arief Sukadi, 1986. Pengembangan Sistem Instruksional, PAU-UT


dan Pustekkom Dikbud, Jakarta.

 Saettler, Paul, 1986. A History of Instructional Technology, McGraw-Hill,


New York.

 Sudjarwo, S., 1986. Pengertian dan Peranan Sumber Belajar, PAU-UT dan
Pustekkom Dikbud, Jakarta

 Surachmad, Winarno, 1976. Metodologi Pengajaran Nasional: Sari Didaktik,


Jemmars, Bandung.

 Yusup, Pawit M., 1998. Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi


Instruksional. Remaja Rosdakarya, Bandung

Anda mungkin juga menyukai