Oleh :
Pembimbing :
BANDAR LAMPUNG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Penyaji Pembimbing
PENDAHULUAN
Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan
darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan akan timbulnya atau telah terjadi
kelainan organ target. Pada umumnya krisis hipertensi terjadi pada pasien hipertensi
sakit. Prevalensi rata-rata 1-5% penduduk dewasa tergantung dari kesadaran pasien
akan adanya hipertensi dan derajat kepatuhan makan obat. Sering pasien tidak
menyadari dirinya adalah pasien hipertensi atau tak teratur/ berhenti mengkonsumsi
Hipertensi emergensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik > 180 mmHg
atau diastolic > 120 mmHg secara mendadak diserai kerusakan organ target yang
menit sampai jam) agar dapat mencegah atau membatasi kerusakan organ target yang
nyeri dada dan sesak napas pada gangguan jantung , mata kabur dan edema pupil mata,
sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak, gangguan
I. Identitas Pasien
Nama lengkap : Tn. P
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 09-febuari-1957
Umur : 64 tahun
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Alamat : jl. Hi. Komarudin 95 Abadi I
No. MR : 078825
Tanggal masuk RS : 02 April 2021
Tanggal Keluar RS : 05 April 2021
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis
Keluhan utama :
Muntah sebanyak 4 kali kurang lebih 4 jam sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan tambahan :
Nyeri kepala (+), pusing berputar (+), Nyeri perut (-), Mual (+), Lemas
(+), Demam (-) sejak 4 hari yang lalu.
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Os datang ke IGD rumah sakit pertamina bintang amin dengan keluhan
Muntah sebanyak 4 kali kurang lebih 4 jam sebelum masuk rumah sakit. Muntah
berisi makanan, muntah disertai nyeri kepala (+), Pusing berputar (+) secara
tiba-tiba, serangan hilang sendiri setelah 10-15 detik dan bertambah parah
dengan perubahan posisi. Os mengatakan jika os memiringkan posisi kepalanya
kekiri dan kekanan maka pusing semakin berat, Nyeri perut (-), Mual (+), Lemas
(+), Demam (-) sejak 4 hari yang lalu.
Os sebelumnya belum pernah mengalami hal serupa. Keluhan telinga
berdenging dan penurunan pendengaran disangkal, keluhan pandangan kabur,
pandangan ganda, gelap serta melihat cahaya seperti pelangi disangkal, keluhan
kesemutan disekitar mulut disangkal kedua tangan dan kaki terasa baal
disangkal, keluhan jantung berdebar dan sakit dada di sangkal, BAB dan BAK
dalam batas normal.
Os memiliki riwayat penyakit hipertensi namun tidak meminum obat
hipertensi secara rutin. Hanya meminum obat jika terdapat keluhan seperti nyeri
kepala.
Anamnesa Organ
Kulit :
Bisul - Luka - Kering -
Bintik merah - Kuning - Keringat malam -
Kepala :
Pusing √ Pandangan kabur - Tengkuk tegang -
Sakit kepala √ Mimisan - Trauma -
Nyeri telinga - Telinga berdenging - Benjolan di leher -
Gusi berdarah - Gangguan penciuman - Nyeri menelan -
Thoraks :
Nyeri dada - Sesak nafas saat beraktiviatas -
Sesak nafas saat berbaring - Batuk berdarah -
Berdebar – debar - Batuk berdahak -
Abdomen :
Rasa kembung - Perut membesar -
Mual √ Wasir -
Muntah √ Mencret -
Nyeri perut - Tinja berdarah -
Susah kentut - Tinja seperti air cucian beras -
Muntah darah - Tinja berwarna hitam -
Saluran Kemih :
Nyeri saat BAK - Tidak BAK -
BAK sedikit – sedikit - Tidak ada kemampuan berkemih -
BAK seperti teh - Kencing menetes -
BAK darah - Kencing nanah -
Kencing batu - Air kencing keruh/tidak jernih -
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik umum
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda – tanda vital : Tekanan Darah :200 /100 mmHg
Nadi : 95 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8 oC
Aspek kejiwaan
Tingkah laku : Wajar/Gelisah/Hipoaktif/Hiperaktif
Alam Perasaan : Biasa/Sedih/Gembira/Cemas/Takut/Marah
Proses berfikir : Wajar/Cepat/Waham/Fobia/Obsesi/Menurun
Status Generalisata
Kulit
Warna : Sawo matang Efloresensi : Tidak ada
Jaringan parut : Tidak ada Pigmentasi : Tidak ada
Pertumbuhan rambut : Normal Pembuluh darah : Normal
Suhu raba : Normal Lembab/kering : Lembab
Keringat, Umum : Normal Turgor : Normal
Kepala
Ekspresi wajah : Normal
Rambut : Normal
Simetris muka : Simetris
Mata
Eksolftalmus : Tidak ada Endoftalmus : Tidak ada
Kelopak : Normal Lensa : Normal
Konjungtiva : Normal Visus : Normal
Sklera : Normal Gerakan mata : Normal
Lap. Penglihatan : Normal Tek.bola mata : Normal
Deviatio konjungtiva : Tidak ada Nistagmus : Normal
Telinga
Tuli : Tidak tuli Selaput pendengaran :Tidak diperiksa
Lubang : Normal Penyumbatan : Tidak ada
Serumen : Tidak diperiksa Perdarahan : Tidak ada
Hidung
Trauma : Tidak ada Nyeri : Tidak ada
Sekret : Tidak ada Pernafasan cuping hidung:Tidak ada
Mulut
Bibir : Normal Tonsil : Normal
Langit-Langit : Normal Bau nafas : Tidak berbau
Trismus : Normal Lidah : Kotor
Faring : Normal
Leher
Tekanan vena jugularis : JVP 5-2 cm H2O
Kelenjar tiroid : Normal, Tidak ada pembesaran
Kelenjar limfe : Normal, Tidak ada pembesaran
Kelenjar Getah Bening (KGB)
Submandibula : Tidak teraba Leher : Tidak teraba
Supraklavikula : Tidak teraba Ketiak : Tidak teraba
Lipat paha : Tidak teraba
Thorak
Bentuk : Simetris kiri = kanan
Sela iga : Normal
Paru Depan Belakang
Inspeksi : Bentuk normal dan Simetris
Palpasi :Vokal fremitus kanan dan kiri simetris, masa (-),
Krepitasi (-)
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Kanan : Vesikuler
Kiri : Vesikuler
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas ICS III linea parasternalis sinistra
Batas kiri ICS VII linea midclavikula sinistra
Batas kanan ICS VI linea parasternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 normal, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris, caput medusa (-), ikterik (-)
Palpasi : Nyeri tekan perut (+), hepar dan limpa tidak teraba,
nyeri ketok CVA (-) kanan/kiri
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Bising usus (+), Normal
Ekstremitas
Superior dextra dan sinistra
Akral dingin : (-/-)
Motorik : Kanan 5 – Kiri 5
Refleks fisiologis : (+/+)
Reflek patologis : (-/-)
Sensitbilitas : Normal
Edem : Tidak ada
Sendi : Nyeri (-) deformitas (-) edema (-)
Tremor : Tidak ada
Inferior dextra dan sinistra
Akral dingin : (-/-)
Motorik : Kanan 5 – Kiri 5
Refleks fisiologis : (+/+)
Refleks Patologis : (-/-)
Sensitbilitas : Normal
Edem : Tidak ada
Sendi : Nyeri (-) deformitas (-) edem (-)
Tremor : Tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi (03 April 2021)
Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
Hemoglobin 15,9 Lk 14 – 18 Wn 12 – 16 gr/dl
Leukosit 9.400 4.500 – 10.700 %
Hit. Jenis leukosit basophil 0 0–1 %
Hit. Jenis leukosit eosinofil 0 0–3 %
Hit. Jenis leukosit batang 1 2–6 %
Hit. Jenis leukosit segmen 59 50 – 70 %
Hit. Jenis leukosit limfosit 33 20 – 40 %
Hit. Jenis leukosit monosit 7 2–8 %
Eritrosit 5,3 Lk 4,6-6,2 Wn 4,2-6,4 10 6/ul
Hematokrit 48 Lk 50-54 Wn 38-47 %
Trombosit 285.000 159.000-400.000 Ul
MCV 90 80-96 Fl
MCH 30 27-31 Pg
MCHC 34 32-36 g/dl
ALC (Absolute Lymphocyte Count)
3.102
Resume
Os datang ke IGD rumah sakit pertamina bintang amin dengan keluhan
Muntah sebanyak 4 kali kurang lebih 4 jam sebelum masuk rumah sakit. Muntah
berisi makanan, muntah disertai nyeri kepala (+), pusing berputar (+) secara tiba-
tiba, serangan hilang sendiri setelah 10-15 detik dan bertambah parah dengan
perubahan posisi kepala. Os mengatakan jika os memiringkan posisi kepalanya
kekiri dan kekanan maka pusing semakin berat, Nyeri perut (-), Mual (+), Lemas
(+), Demam (-) sejak 4 hari yang lalu.
Os sebelumnya belum pernah mengalami hal serupa. Keluhan telinga
berdenging dan penurunan pendengaran disangkal, keluhan pandangan kabur,
pandangan ganda, gelap serta melihat cahaya seperti pelangi disangkal, keluhan
kesemutan disekitar mulut disangkal kedua tangan dan kaki terasa baal disangkal,
keluhan jantung berdebar dan sakit dada di sangkal, BAB dan BAK dalam batas
normal.
Os memiliki riwayat penyakit hipertensi namun tidak meminum obat
hipertensi secara rutin. Hanya meminum obat jika terdapat keluhan seperti nyeri
kepala.
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum : Tampak sakit berat,
Kesadaran : compos mentis, Tekanan Darah : 200/100 mmHg, Nadi : 95 x/menit,
Pernafasan : 20 x/menit, Suhu : 36,8 oC, lidah tampak kotor, palpebral normal,
dada simetris, jantung paru dalam batas normal, pada pemeriksaan koordinasi dan
keseimbangan didapatkan
1. Tes Romberg : Sulit dinilai, dikarenakan pada saat pasien membuka mata
masih sanggup berdiri tegak, tetapi pada saat mata tertutup pasien kesulitan
untuk mempertahankan diri
2. Tes telunjuk hidung : Normal
3. Test telunjuk-telunjuk : Normal
4. Test hidung-telunjuk-hidung : Normal
5. Disdiadokhokinesis : Pasin tidak mengalami kesulitan jika dengan
gerakan cepat
6. Nistagmus : (-/-)
Pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan
penunjang lain seperti EKGdan Rontgen tidak dilakukan.
Daftar Masalah
Hipertesi -
Pusing berputar
Nyeri kepala secara tiba-tiba
Mual
Muntah
Lemas
Tekanan darah : 200/100
Ada riwayat hipertensi namun tidak mengkonsumsi obat secara rutin
Diagnosa
Hipertesi Emergensi + Vertigo vestibular perifer
Diagnosa Banding
- Hipertensi urgency
- Vertigo vestibular sentral
Penatalaksanaan
Non-Farmakologi :
Pengobatan nonfarmakologi berupa saran kepada pasien untuk :
1. Tirah baring
2. Tujuan pengobatan hipertensi emergensi adalah menurunkan tekanan darah
secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis
penderita
3. Edukasi pasien untuk bangun dari tempat tidur secara perlahan-lahan
Farmakologi :
IVFD RL 20 xx gtt/menit
Ondansentron 2x1 Amp
Domperidone 3x1 Tab
Omeprazole 1x1 Vial
Ketorolac 1x1 Amp
Amlodipin 1x10 Mg
Lisinopril 1x1 Tab
Betahistin 2x1 Tab
Flunarizine 2x1 Tab
Follow Up
Tgl S O A P
03-04-2021 Sakit kepala, pusing Keadaan umum = TSS Masalah IVFD RL 20 xx gtt/menit
dan muntah Kesasaran = CM belum Betahistin 3x1 Tab
(Pagi)
berkurang teratasi Flunarizin 2x1 Tab
TD :160/80 mmHg
Lisinopril 1x1 Tab
HR : 100x / mnt
Domperidon 3x1 Tab
RR : 20x / mnt
Ondansentron 2x1 Amp
S : 36,0ºC
Omeprazole 1x1 Vial
Ketorolac 1x1 Amp
Amlodipin 1x10 Mg
(Siang)
Masalah
Pasien mengatakan Keadaan umum = TSS
belum IVFD RL 20 xx gtt/menit
nyeri kepala kesadaran = CM
teratasi Betahistin 3x1 Tab
TD : 140/80 mmHg HR : Flunarizin 2x1 Tab
90x / mnt Lisinopril 1x1 Tab
RR : 22x / mnt Domperidon 3x1 Tab
S : 36,4ºC Ondansentron 2x1 Amp
Omeprazole 1x1 Vial
Ketorolac 1x1 Amp
Amlodipin 1x10 Mg
Masalah
(Malam) Pasien mengatakan Keadaan umum = TSS teratasi IVFD RL 20 xx gtt/menit
nyeri kepala kesadaran = CM sebagian Betahistin 3x1 Tab
05-04-2021 Nyeri kepala (-), Keadaan umum = TSS Hipertensi IVFD RL 20 xx gtt/menit
Mual muntah (-), Kesasaran = CM Emergensi+ Betahistin 3x1 Tab
(Pagi)
BAB dan BAK Vertigo Flunarizin 2x1 Tab
TD :130/70 mmHg
normal, lemas (-) Lisinopril 1x1 Tab
HR : 82x / mnt
Domperidon 3x1 Tab
RR : 20x / mnt
Ondansentron 2x1 Amp
S : 36,5ºC
Omeprazole 1x1 Vial
Ketorolac 1x1 Amp
Amlodipin 1x10 Mg
Besok BLPL TUTD
IVFD RL 20 xx gtt/menit
Masalah
Keadaan umum = TSS Betahistin 3x1 Tab
(Siang) Sudah tidak ada teratasi
Kesasaran = CM Flunarizin 2x1 Tab
keluhan
Lisinopril 1x1 Tab
TD :130/70 mmHg
Domperidon 3x1 Tab
HR : 82x / mnt
Ondansentron 2x1 Amp
RR : 20x / mnt
Omeprazole 1x1 Vial
S : 36,5ºC
Ketorolac 1x1 Amp
Amlodipin 1x10 Mg
Pada kasus ini yaitu di dapatkan pasien seorang Laki-laki berusia 64 tahun di
diagnosis dengan Hipertensi Emergensi + Vertigo vestibular perifer berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik.
Pada anamnesis didapatkan keluhan muntah sebanyak 4 kali kurang lebih 4 jam
sebelum masuk rumah sakit. Muntah berisi makanan, muntah disertai nyeri kepala (+),
pusing berputar (+) secara tiba-tiba, serangan hilang sendiri setelah 10-15 detik dan
bertambah parah dengan perubahan posisi. Os mengatakan jika os memiringkan posisi
kepalanya kekiri dan kekanan maka pusing menjadi semakin berat, Nyeri perut (-),
Mual (+), Lemas (+), Demam (-) sejak 4 hari yang lalu.
Os sebelumnya belum pernah mengalami hal serupa. Keluhan telinga
berdenging dan penurunan pendengaran disangkal, keluhan pandangan kabur,
pandangan ganda, gelap serta melihat cahaya seperti pelangi disangkal, keluhan
kesemutan disekitar mulut disangkal kedua tangan dan kaki terasa baal disangkal,
keluhan jantung berdebar dan sakit dada di sangkal, BAB dan BAK dalam batas normal.
Os memiliki riwayat penyakit hipertensi namun tidak meminum obat hipertensi
secara rutin. Hanya meminum obat jika terdapat keluhan seperti nyeri kepala.
Berdasarkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
mengarah kepada adanya gejala kerusakan organ sasaran, dengan demikian jenis
hipertensi yang terjadi pada pasien ini mengarah kepada hipertensi emergensi. Dari
anamnesis keluhan nyeri kepala berputar (+), serangan hilang sendiri setelah 10-15
detik dan bertambah parah dengan perubahan posisi, hal ini merupakan tanda defisit
neurologis secara tiba tiba pada saat pasien berbaring hingga keposisi tegak hal ini
berkaitan dengan Vertigo vestibular perifer
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum : Tampak sakit berat,
Kesadaran : compos mentis, Tekanan Darah : 200/100 mmHg, Nadi : 95 x/menit,
Pernafasan : 20 x/menit, Suhu : 36,8 oC, lidah tampak kotor, palpebral normal, dada
simetris, jantung paru dalam batas normal, pada pemeriksaan koordinasi dan
keseimbangan didapatkan :
a. Tes Romberg : Sulit dinilai, dikarenakan pada saat pasien membuka mata
masih sanggup berdiri tegak, tetapi pada saat mata tertutup pasien kesulitan
untuk mempertahankan diri
b. Tes telunjuk hidung : Normal
c. Test telunjuk-telunjuk : Normal
d. Test hidung-telunjuk-hidung : Normal
e. Disdiadokhokinesis : Pasin tidak mengalami kesulitan jika dengan
gerakan cepat
f. Nistagmus : (-/-)
Pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan
penunjang lain seperti EKG dan Rontgen tidak dilakukan, mengacu pada data tersebut
maka dapat ditegakkan diagnosis kerja pada pasien tersebut yaitu hipertensi Emergensi
+ Vertigo vestibular perifer. Hal ini didasarkan dengan adanya kenaikan tekanan darah
secara mendadak yang ditandai oleh peningkatan TD sistole ≥ 180mmHg dan/atau
diastolic 100 mmHg disertai adanya keluhan - keluhan yang mengarah kepada
kerusakan/komplikasi minimum dari organ sasaran.
Penatalaksaan pada pasien ini :
Untuk menurunkan tekanan darah pada pasien ini diberikan obat amlodipine 10
mg. amlodipine merupakan obat antihipertensi golongan CCB (Calcium Channel
Blockers). Obat bekerja dengan menghalangi kalsium masuk ke dalam sel-sel otot
halus pada dinding pembuluh darah.
Untuk meredakan rasa mual pada pasien ini, maka diberikan obat injeksi
Ondansentron. Obat ini merupakan golongan antiemetic, kelompok obat yang
digunakan untuk mencegah dan mengobati mual dan muntah dengan cara
menghentikan lepasnya senyawa kimia yang bernama serotonin didalam usus dan
system saraf. Reseptor serotonin 5-HT3 terdapat dibagian perifer yaitu pada nervus
vagal dan sentral pada area postrema yang merupakan chemoreceptor trigger zone.
Dengan demikian, ondansentron membuat serotonin tidak bisa menyebabkan mual.
Diberikan obat injeksi Omeprazole, obat ini merupakan golongan PPI (Proton
Pump Inhibitor) adalah kelompok obat yang digunakan untuk menurunkan kadar
asam lambung dan meredakan gejala yang disebabkan oleh penyakit refluk asam
lambung. Selain itu, penghambat pompa proton juga digunakan untuk mengobati
dan mencegah beberapa kondisi medis lain terkait asam lambung . Omeprazole
bekerja dengan menurunkan jumlah asam yang diproduksi di lambung.
Ketorolac adalah obat untuk meredakan nyeri dan peradangan. Obat ini sering
digunakan setelah operasi atau prosedur medis yang bisa menyebabkan nyeri.
Ketorolac merupakan obat golangan antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang
memiliki bentuk sediaan tablet dan suntik
Flunarizine tablet 5 mg merupakan golongan obat Calcium Channel Blocker dan
memiliki aktivitas memblok histamine H1. Obat ini digunakan untuk profilaksis
migraine, penyakit oklusi vascular perifer, vertigo sentral dan perifer dan dapat
digunakan sebagai adjuvant pada terapi epilepsi.
Betahistine adalah jenis obat analog histamin. Betahistine digunakan untuk
mengobati berbagai gejala penyakit Meniere yang meliputi pusing yang berkaitan
dengan vertigo, telinga berdenging (tinnitus), gangguan pendengaran atau
kesulitan mendengar. Obat ini bekerja dengan meningkatkan aliran darah di area
telinga bagian dalam. Aliran darah yang meningkat akan menurunkan tekanan di
dalam telinga sehingga mengurangi berbagai gejala yang dirasakan.
Lisinopril adalah obat golongan ACE inhibitor yang bekerja dengan cara
merelaksasi pembuluh darah sehingga darah dapat mengalir lebih mudah. Obat ini
dapat membantuk untuk mencegah stroke, serangan jantung, masalah ginjal, serta
mengobati gagal jantung.
Domperidone adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan mual dan muntah.
Domperidone bekerja dengan menghambat aksi dopamine pada reseptornya dalam
CTZ (chemoreseptor Trigger Zone) yang berada pada bagian luar sawar darah otak
yang meregulasi mual dan muntah.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. HIPERTENSI
DEFINISI
Hipertensi adalah penyakit akibat peningkatan tekanan darah dalam arteri
dengan tekanan darah sistolik dan diastolik lebih atau sama sdengan 140 dan
90mmHg. Krisis hipertensi ialah keadaan klinik yang gawat yang disebabkan
karena tekanan darah yang meningkat, biasanya tekanan diastolic 140mmHg atau
lebih, disertai kegagalan/kerusakan target organ. Yang dimaksud target organ
disini ialah: otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah. Batas tekanan
darah untuk timbulnya krisis hipertensi, bisa lebih rendah dari 140 mmHg,
misalnya 130 atau 120 mmHg. Hal ini terutama tergantung dari cepatnya kenaikan
tekanan darah.
Menurut tingkat kegawatannya, krisis hipertensi dibagi menjadi :
Hipertensi gawat (hypertensive emergency).
Hipertensi gawat ialah keadaan klinik yang memerlukan penurunan
tekanan darah dalam waktu kurang dari satu jam.
Hipertensi darurat (hypertensive urgency)
Hipertensi darurat ialah keadaan klinik yang memerlukan penurunan
tekanan darah dalam beberapa jam.
ETIOLOGI
1. Primer Hipertensi (idiopatik)
2. Hipertensi Sekunder
A. Peningkatan kardiac output ( peningkatan sekunder dalam tahanan
pembuluh darah )
o Uremia dengan cairan overload
o Akut renal disease (glomerulonefritis, krisis skleroderma)
o Peningkatan Hyperaldosteronprime
B. Peningkatan resistensi pembuluh darah
o Renovaskular hipertensi ( renal artery stenosis )
o Pheochromosytoma
o Obat – obatan ( kokain, makanan, atau obat yang berinteraksi
dengan monoamine oxidase inhibitors )
o Cerebro – vascular ( infark, intracranial atau subarchnoid
hemorragi )
FAKTOR RESIKO
Faktor Risiko yang Mendorong Timbulnya Kenaikan Tekanan Darah :
Faktor risiko seperti: diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok, genetis
a. Sistem saraf simpatis: tonus simpatis dan variasi diurnal
b. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi: endotel
pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot
polos dan interstisium juga memberikan konstribusi akhir
c. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin,
angiotensin,aldosterone
KLASIFIKASI HIPERTENSI
Menurut Tekanan Darah
PATOGENESIS
Mekanisme patogenesis hipertensi yaitu Peningkatan tekanan darah
yang dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Mekanisme hipertensi
tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan sebagai akibat
interaksi dinamis antara faktor genetik, lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan
darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung dan atau tekanan perifer
yang akan meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium, turunnya filtrasi ginjal,
meningkatnya rangsangan saraf simpatis, meningkatnya aktifitas renin
angiotensin alosteron, perubahan membran sel, hiperinsulinemia, disfungsi
endotel merupakan beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme hipertensi.
Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh
sistem renin angiotensin aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti
hipertensi bekerja dengan mempengaruhi sistem tersebut. Renin angiotensin
aldosteron adalah sistem endogen komplek yang berkaitan dengan pengaturan
tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi sistem renin angiotensin aldosteron
diatur terutama oleh ginjal. Sistem renin angiotensi aldosteron mengatur
keseimbangan cairan, natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan
berpengaruh pada aliran pembuluh darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta
homeostatik regulasi tekanan darah .
Gambar 2. Patogenesis Hipertensi
TATALAKSANA
Gambar 3. Algoritma Terapi Hipertensi berdasarkan JNC-7
KOMPLIKASI
1. Stroke
Hipertensi adalah faktor resiko yang penting dari stroke dan
serangan transient iskemik. Pada penderita hipertensi 80% stroke yang
terjadi merupakan stroke iskemik, yang disebabkan karena trombosis intra-
arterial atau embolisasi dari jantung dan arteri besar. Sisanya 20%
disebabkan oleh pendarahan (haemorrhage), yang juga berhubungan dengan
nilai tekanan darah yang sangat tinggi. Penderita hipertensi yang berusia
lanjut cenderung menderita stroke dan pada beberapa episode menderita
iskemia serebral yang mengakibatkan hilangnya fungsi intelektual secara
progresif dan dementia. Studi populasi menunjukan bahwa penurunan
tekanan darah sebesar 5 mmHg menurunkan resiko terjadinya stroke.
2. Penyakit jantung coroner
Nilai tekanan darah menunjukan hubungan yang positif dengan
resiko terjadinya penyakit jantung koroner (angina, infark miokard atau
kematian mendadak), meskipun kekuatan hubungan ini lebih rendah
daripada hubungan antara nilai tekanan darah dan stroke. Kekuatan yang
lebih rendah ini menunjukan adanya faktor-faktor resiko lain yang dapat
menyebabkan penyakit jantung koroner. Meskipun demikian, suatu
percobaan klinis yang melibatkan sejumlah.
3. Gagal jantung
Bukti dari suatu studi epidemiologik yang bersifat retrospektif
menyatakan bahwa penderita dengan riwayat hipertensi memiliki resiko
enam kali lebih besar untuk menderita gagal jantung daripada penderita
tanpa riwayat hipertensi. Data yang ada menunjukan bahwa pengobatan
hipertensi, meskipun tidak dapat secara pasti mencegah terjadinya gagal
jantung, namun dapat menunda terjadinya gagal jantung selama beberapa
decade.
4. Hipertrofi ventrikel kiri
Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respon kompensasi terhadap
peningkatan afterload terhadap jantung yang disebabkan oleh tekanan darah
yang tinggi. Pada akhirnya peningkatan massa otot melebihi suplai oksigen,
dan hal ini bersamaan dengan penurunan cadangan pembuluh darah koroner
yang sering dijumpai pada penderita hipertensi, dapat menyebabkan
terjadinya iskemik miokard. Penderita hipertensi dengan hipertrofi ventrikel
kiri memiliki peningkatan resiko terjadinya cardiac aritmia (fibrilasi atrial
dan aritmia ventrikular) dan penyakit atherosklerosis vaskular (penyakit
koroner dan penyakit arteri perifer).
5. Penyakit vascular
Penyakit vaskular meliputi abdominal aortic aneurysm dan penyakit
vaskular perifer. Kedua penyakit ini menunjukan adanya atherosklerosis
yang diperbesar oleh hipertensi. Hipertensi juga meningkatkan terjadinya
lesi atherosklerosis pada arteri carotid, dimana lesi atherosklerosis yang
berat seringkali merupakan penyebab terjadinya stroke.
6. Retinopati
Hipertensi dapat menimbulkan perubahan vaskular pada mata, yang
disebut retinopati hipersensitif. Perubahan tersebut meliputi bilateral retinal
falmshaped haemorrhages, cotton woll spots, hard exudates dan
papiloedema. Pada tekanan yang sangat tinggi (diastolic >120 mmHg,
kadang-kadang setinggi 180 mmHg atau bahkan lebih) cairan mulai bocor
dari arteriol-arteriol kedalam retina, sehingga menyebabkan padangan
kabur, dan bukti nyata pendarahan otak yang sangat serius, gagal ginjal atau
kebutaan permanent karena rusaknya retina.
7. Kerusakan ginjal
Ginjal merupakan organ penting yang sering rusak akibat hipertensi.
Dalam waktu beberapa tahun hipertensi parah dapat menyebabkan
insufiensi ginjal, kebanyakan sebagai akibat nekrosis febrinoid insufisiensi
arteri-ginjal kecil. Pada hipertensi yang tidak parah, kerusakan ginjal akibat
arteriosklerosis yang biasanya agak ringan dan berkembang lebih lambat.
Perkembangan kerusakan ginjal akibat hipertensi biasanya ditandai oleh
proteinuria. Proteinuria merupakan faktor resiko bebas untuk kematian
akibat semua penyebab, dan kematian akibat penyakit kardiovaskular.
Proteinuria dapat dikurangi dengan menurunkan tekanan darah secara
efektif).
B. VERTIGO
DEFINISI
Vertigo merupakan persepsi gerakan yang salah, baik persepsi
dalam diri pasien terhadap keadaan sekitarnya, sebagai akibat dari
ketidakseimbangan input vestibuler. Pasien mengeluh bahwa dunia sekitar
seolah berputar disekeliling mereka, dan disertai dengan mual , muntah, dan
hilangnya keseimbangan.vertigo memiliki banyak istilah awam sebagai
pusing, pening, rasa berputar - putar, seempoyongan, rasa melayang, atau
merasakan badan atau sekelilingnya berputar - putar dan jungkir balik.
ETIOLOGI
A. Penyakit sistem vestibuler perifer:
Telinga bagian luar : serumen, benda asing
Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta
akut, otitis media efusi, labirinitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan
perdarahan.
Telinga bagian dalam :labirinitis toksik akut, trauma, serangan vaskular,
alergi, hidrops labirin (morbus meniere).
Nervus VIII : infeksi, trauma, dan tumor
Inti vestibularis : infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteri serebeli
posteroinferior, tumor, sklerosis multipleks.
B. Penyakit susunan saraf pusat
Hipoksia – Iskemia otak: hipertensi kronis, arteriosklerosis, anemia,
hipertensi kardiovaskuler, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis aorta dan
insufisiensi, sindrom sinus karotis, sinkop, hipotensi ortostatik.
Infeksi : meningitis dan ensefalitis
Trauma kepala/labirin
Tumuor
Migren
Epilepsi
3. Kelainan endokrin :
KLASIFIKASI VERTIGO
1. Vertigo sentral
Gangguan di batang otak atau serebelum biasanya merupakan
penyebab vertigo jenis sentral, untuk menentukan apakah gangguan di batang
otak maka kita selidiki dahulu apakah ada gejala yang khas untuk kelainan
batang otak, misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi
motorik.Pada penderita gangguan serebelar biasanya memiliki gangguan dalam
koordinasi sehingga mungkin tidak lancar dalam melaksanakan gerak supinasi
dan pronasi tangannya secara berturut – turut (Disdiadokokinesia), percobaan
telunjuk hidung (finger point test) dilakukan dengan buruk.pada penderita
vertigo perifer dapat melakukan dengan normal.
2. Vertigo perifer
Dapat dibedakan menurut lamanya berlangsung:
a. Berlangsung beberapa detik
Vertigo yang paling sering disebabkan oleh vertigo posisional
benigna (serangan vertigo dapat disebabkan karena perubahan posisi
kepala).vertigo posisional benigna paling sering penyebabnya ialah idiopatik
(tidak diketahui), namun dapat pula karena trauma di kepala, pembedahan
ditelinga, atau neuritis vestibular.Prognosis baik dan gejala akan menghilang
spontan.
b. Berlangsung bebebrapa menit atau jam
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati
berulang.penyakit meniere mempunyai trias, yakni ketajaman pendengaran
menurun (tuli), vertigo, dan tinitus.perjalanan khas dari penyakit meniere ini
adalah kelompok serangan – serangan vertigo yang diselingi masa remisi.
c. Berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu
Neuritis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke
UGD, pada penyakit ini mulainya vertigo dan nausea (mual) serta muntah
yang menyertainya mendadak, dan gejala berlangsung beberapa hari sampai
beberapa minggu.Sering penderita merasa lega namun sama sekali tidak
bebas dari gejala.fungsi pendengaran tidak terganggu pada neuronitis
vestibular.Penyebab penyakit ini kemungkinan disebabkan oleh virus.Pada
pemeriksaan fisik mungkin dujimpai nistagmus, yang menjadi lebih besar
amplitudonya bila pandangan dilirikkan menjauhi telinga yang kena.
DIAGNOSIS
I. Anamnesis
Pengungkapan kata – kata pasien mengenai vertigo beraneka ragam,
sehingga kita harus samakan persepsi terlebih dahulu. setelah itu perlu ditanyakan
intensitas dan interval serangan. pada penderita vertigo harus ditanyakan juga
apakah ada pengaruh sikap atau perubahan posisi.pada vertigo posisional
benigna, vertigo muncul bila penderita berbaring pada satu sisi atau sisi lainnya
dan berlangsung singkat.selain itu pengaruh terhadap lingkungan psikis, misalnya
tempat yang ramai, tempat ketinggisn, berkendaraan, stres psikis, dll.
Keluhan telinga berpotensi menimbulkan vertigo maka dari itu perlu
ditanyakan, antara alain: tinitus (berdenging), tuli, rasa tertutup telinga, ataupun
rasa nyeri pada telinga jika mendengar suara keras.Keluhan lainnya yang bersifat
umum perlu juga untuk ndicari seperti : penurunan kesadaran, kelumpuhan,
disfagia, disfonia (pada stroke), drop attack, kejang, osilopsia, ataupun
intoksikasi.
b. Tandem Gait:
penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan
pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti.Pada kelainan vestibuler
perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita
akan cenderung jatuh.
c. Uji Unterberger.:
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada
kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi
dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar
ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi
turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase
lambat ke arah lesi.
d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita
disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai
menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang
dengan mata terbuka dan tertutup.Pada kelainan vestibuler akan terlihat
penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.
e. Uji Babinsky-Weil
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah
ke depan dan lima langkah ke belakang seama setengah menit; jika ada
gangguan vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk
bintang.
Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologis
Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di
sentral atau perifer.
C. Elektronistagmogram
PENATALAKSANAAN