PENDAHULUAN
Peneliti yang paling popular adalah Gregor Johann Mendel yang lahir tahun 1822
dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tertua kepada generasi
menyatakan bahwa pasangan alel pada proses pembentukkan sel gamet dapat
memisah secara bebas. Hukum Mendel I disebut juga dengan hukum segregasi.
beda, misalnya warna bunga dan ukuran tanaman. Persilangan dihibrid juga
secara bebas saat pembentukkan gamet. Persilangan dengan dua sifat beda yang
adanya hubungan antara jumlah sifat beda, macam gamet, genotip, dan fenotip
hukum
Mendel I yang dikenal dengan nama Hukum Pemisahan Gen yang Sealel (The
maupun dihibrid maka secara sederhana dapat kita simpulkan bahwa gen itu
diwariskan dari induk atau orang tua kepada keturunannya melalui gamet.
merupakan perkawinan dua individu dengan dua tanda beda. Persilangan ini dapat
pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan
terjadi penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan yang mungkin disebabkan
oleh beberapa hal seperti adanya interaksi gen, adanya gen yang bersifat
1.2 Tujuan
Manfaat dari praktikum memahami konsep hukum mendel ialah kita dapat
pennurunan gen.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Hukum mendel I adalah perkawinan dua tetua yang mempunyai satu sifat
beda (monohibrit). Setiap indifidu yang berkembang baik secara seksual terbentuk
mendel dari setiap sifat/karakter ditentukan oleh gen (sepasang alel). Hokum
gamet. Baik pada bunga jantan maupun bunga betina terjadi 2 macam gamet.
Waktu terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F2) dan pada proses fertilisasi gamet-
gamet yang mengandung gen itu akan melebur secara acak dan terdapat 4 macam
berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet.
heterozigot. Baik pada bunga betina maupun benang sari, terbentuk 2 macam
gamet. Maka kalau terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1) terdapat 4 macam
perkawinan. (Wildan, 2016).
Pada galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA) maupun
sifat resesif (aa) dari suatu karakter tertentu. Bila disilangkan, F1 akan mempunyai
kedua macam alel (Aa) tetapi menampakkan sifat dominan (apabila dominant
Nisbah fenotif yaitu 3 dominan (AA atau Aa) : 1 resesif (aa). Nisbah geneotif
Crowder, 2018).
Hukum II Mendel disebut juga dengan hukum asortasi bebas. Hal ini
Pada percobaan mendel dengan dua sifat yang berbeda. Dengan cara
menyilangkan biji bulat kuning dengan biji kisut hijau. Biji bulat kuning dan biji
kisut hijau ini disebut parental 1 (P1). semua keturunan pertamanya (F1)
menghasilkan biji bulat warna kuning. Artinya, sifat yang dominan dari 2 biji
induk tersebut adalah biji bulat kuning. Mendel melakukan penyerbukan sendiri
pada keturunan F1. Jadi, untuk parental 2 (P2) semuanya merupakan hasil F1
yaitu biji bulat kuning. Pada F2 yang didapatkan bervariasi, diperoleh 4 sifat yang
berbeda. Yaitu biji kisut kuning, biji bulat kuning, biji kisut hijau, dan biji bulat
hukum mendel dilaksanakan pada hari selasa, 15 Oktober 2021 pukul 15:30-
3.2.1 Adapun alat yang digunakan pada praktikum penerapan hukum Mendel
3.2.2 Adapun bahan yang digunakan adalah kancing baju warna merah dan putih
masing-masing 20.
Kemudian ambillah dua buah kancing sebanyak tiga kali dengan cara
4.1 Hasil
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka hasil yang di dapat adalah :
Merah-putih 15
Putih-putih 15
Merah-merah 20
4.2 Pembahasan
Merah : MM
Putih : mm
P1 = MM >< mm
G = M m
F1 = Mm
P2 = Mm >< Mm
G = MM
Mm
mM
mm
Tabel 2. Papan catur
F2
M m
M MM 1 Mm 2
m Mm 3 mm 4
Genotipe Fenotipe
MM (Dominan Merah) =1
mm ( Dominan Putih) =4
putih (mm) sebanyak satu, jadi kami dapat simpulkan bahwa warna
(Arianti, 2019).
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
keturunan,
5.2 Saran
praktikum.