Anda di halaman 1dari 11

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah penurunan sifat atau hereditas mendapat perhatian banyak peneliti.

Peneliti yang paling popular adalah Gregor Johann Mendel yang lahir tahun 1822

di Cekoslovakia. Pada tahun 1842, Mendel mulai mengadakan penelitian dan

meletakkan dasar-dasar hereditas. Ilmuwan dan biarawan ini menemukan prinsip-

prinsip dasar pewarisan melalui percobaan yang dikendalikan dengan cermat

dalam pembiakan silang (effendi, 2020).

Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat beda,

dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tertua kepada generasi

berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan hukum Mendel I yang

menyatakan bahwa pasangan alel pada proses pembentukkan sel gamet dapat

memisah secara bebas. Hukum Mendel I disebut juga dengan hukum segregasi.

Mendel melanjutkan persilangan dengan menyilangkan tanaman dengan dua sifat

beda, misalnya warna bunga dan ukuran tanaman. Persilangan dihibrid juga

merupakan bukti berlakunya hukum Mendel II berupa pengelompokkan gen

secara bebas saat pembentukkan gamet. Persilangan dengan dua sifat beda yang

lain juga memiliki perbandingan fenotip F2 sama, yaitu 9 : 3 : 3 : 1 (Tutik, 2019).

Berdasarkan penjelasan pada persilangan monohibrid dan dihibrid tampak

adanya hubungan antara jumlah sifat beda, macam gamet, genotip, dan fenotip

beserta perbandingannya. Persilangan monohibrid yang menghasilkan keturunan

dengan perbandingan F2, yaitu 1 : 2 : 1 merupakan bukti bahwa berlakunya

hukum
Mendel I yang dikenal dengan nama Hukum Pemisahan Gen yang Sealel (The

Law of Segregation of Allelic Genes ). Sedangkan persilangan dihibrid yang

menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2, yaitu 9 : 3 : 3 : 1 merupakan

bukti berlakunya Hukum Mendel II yang disebut Hukum Pengelompokkan Gen

secara Bebas (The Law Independent Assortment of Genes). Dengan mengikuti

secara saksama hasil percobaan Mendel, baik pada persilangan monohibrid

maupun dihibrid maka secara sederhana dapat kita simpulkan bahwa gen itu

diwariskan dari induk atau orang tua kepada keturunannya melalui gamet.

Persilangan monohibrida adalah persilangan sederhana yang hanya

memperhatikan satu sifat atau tanda beda. Sedangkan persilangan dihibrida

merupakan perkawinan dua individu dengan dua tanda beda. Persilangan ini dapat

membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang terletak

pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan

empat macam fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. kenyataannya, seringkali

terjadi penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan yang mungkin disebabkan

oleh beberapa hal seperti adanya interaksi gen, adanya gen yang bersifat

homozigot letal dan sebagainya (Elli, 2018).

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum memahami hukum mendel yaitu untuk memahami

angka-angka perbandingan dalam Hukum Mendel melalui hukum kebetulan,

memahami konsep Hukum Mendel, memahami fenotipe dominan sempurna,

memahami sifat-sifat Hukum Mendel, dan cara penurunan gen.


1.3 Manfaat

Manfaat dari praktikum memahami konsep hukum mendel ialah kita dapat

mengetahui angka-angka perbandingan dalam hukum Mendel melalui hukum

kebetulan, mengetahui sifat-sifat hukum mendel, dan dapat mengetahui

pennurunan gen.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hukum Mendel I

Hukum mendel I adalah perkawinan dua tetua yang mempunyai satu sifat

beda (monohibrit). Setiap indifidu yang berkembang baik secara seksual terbentuk

dari perleburan  2 gamet yang berasal dari induknya. Berdasarkan hipotesis

mendel dari setiap sifat/karakter ditentukan oleh gen (sepasang alel). Hokum

mendel I berlaku pada waktu gametogenesis F1. F1 memiliki genotip heterozigot.

Dalam peritiwa meiyosis, gen sealel akan terpisah , mesisng-masing terbentuk

gamet. Baik pada bunga jantan maupun bunga betina terjadi 2 macam gamet.

Waktu terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F2) dan pada proses fertilisasi gamet-

gamet yang mengandung gen itu akan melebur secara acak dan terdapat 4 macam

peleburan atau peristiwa. (Suryati, 2016)

Hukum Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses meiosis

berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak

berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet.

Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum

Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2017).

Hukum Mandel I berlaku pada gametogenesis F1. F1 itu memiliki genotif

heterozigot. Baik pada bunga betina maupun benang sari, terbentuk 2 macam

gamet. Maka kalau terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1) terdapat 4 macam

perkawinan. (Wildan, 2016).
Pada galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA) maupun

sifat resesif (aa) dari suatu karakter tertentu. Bila disilangkan, F1 akan mempunyai

kedua macam alel (Aa) tetapi menampakkan sifat dominan (apabila dominant

lengkap). Sedangkan individu heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet,

setengahnya mempunyai alele dominant A dan setengahnya mempunyai alele

resesif a. Dengan rekomendasi antara gamet-gamet secara rambang populasi

F2 menampilkan sifat-sifat dominant dan resesif dengan nisbah yang diramalkan.

Nisbah fenotif yaitu 3 dominan (AA atau Aa) : 1 resesif (aa). Nisbah geneotif

yaitu 1 dominan lengkap (AA) : 2 hibrida (Aa) : 1 resesif lengkap (aa). (L. V.

Crowder, 2018).

2.2 Hukum Mandel II

Hukum II Mendel disebut juga dengan hukum asortasi bebas. Hal ini

disebabkan karena gen di dalam gamet mengalami penggabungan (asortasi) secara

bebas saat pembentukan individu baru. Hukum II Mendel bisa diamati pada

persilangan dihibrid . Persilangan dihibrid adalah persilangan dengan 2 sifat beda.

Tujuannya, supaya bisa mengetahui pewarisan 2 sifat beda ini selalu

menghasilkan sifat anakan yang sama kayak induknya atau tidak. 

Pada percobaan mendel dengan dua sifat yang berbeda. Dengan cara

menyilangkan biji bulat kuning dengan biji kisut hijau. Biji bulat kuning dan biji

kisut hijau ini disebut parental 1 (P1). semua keturunan pertamanya (F1)

menghasilkan biji bulat warna kuning. Artinya, sifat yang dominan dari 2 biji

induk tersebut adalah biji bulat kuning. Mendel melakukan penyerbukan sendiri

pada keturunan F1. Jadi, untuk parental 2 (P2) semuanya merupakan hasil F1
yaitu biji bulat kuning. Pada F2 yang didapatkan bervariasi, diperoleh 4 sifat yang

berbeda. Yaitu biji kisut kuning, biji bulat kuning, biji kisut hijau, dan biji bulat

hijau, dengan rasio 9:3:3:1 (Wirjosoemarto, 2020)


III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat

Adapun waktu dan tempat praktikum biologi tentang memahami konsep

hukum mendel dilaksanakan pada hari selasa, 15 Oktober 2021 pukul 15:30-

Selesai WITA. Bertempat di Laboratorium Hama dan Penyakit, Fakultas

Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.

3.2 Alat dan bahan

3.2.1 Adapun alat yang digunakan pada praktikum penerapan hukum Mendel

alat yang digunakan adalah kotak alat.

3.2.2 Adapun bahan yang digunakan adalah kancing baju warna merah dan putih

masing-masing 20.

3.2 Cara kerja

1. Pertama-tama kita menyiapkan semua alat dan bahan terlebih dahulu

2. kemudian megambil toples dan memasukkan kacing baju warna merah

dan putih yang masing-masing 20 buah. Andaikan kancing merah

sebagai induk jantan, dan kancing putih sebagai induk betina.

3. Kemudian toples tersebut digoyangkan agar isinya tercampur.

Kemudian ambillah dua buah kancing sebanyak tiga kali dengan cara

menutup mata. Catatlah masing-masing warna dari kancing yang telah

diambil sebanyak tiga kali.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari percobaan yang telah dilakukan, maka hasil yang di dapat adalah :

Macam Pasangan Frekuensi muncul

Merah-putih 15

Putih-putih 15

Merah-merah 20

4.2 Pembahasan

Merah : MM

Putih : mm

P1 = MM >< mm

G = M m

F1 = Mm

P2 = Mm >< Mm

G = MM

Mm

mM

mm
Tabel 2. Papan catur

F2

M m

M MM 1 Mm 2

m Mm 3 mm 4

Genotipe Fenotipe

MM (Dominan Merah) =1

Mm (Merah Muda) = 2,3

mm ( Dominan Putih) =4

Jadi perbandingan fenotipnya yaitu 1 : 2 : 1

Dari hasil data yang diperoleh dari memahami konsep hukum

mendel terdapat fenotip perbandingan yaitu 1 : 2 :1 yaitu kancing

baju yang berwarna merah (MM) sebanyak satu, kancing berwarna

merah muda (Mm) sebanyak dua, sedangkan kancing yang berwarna

putih (mm) sebanyak satu, jadi kami dapat simpulkan bahwa warna

merah (MM) jantan lebih dominan dibandingkan pada betina (mm)

(Arianti, 2019).
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum memahami konsep hukum Mendel, dapat di tarik

suatu kesimpulkan bahwa:

1. Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang keturunan dan

pewarisan sifat pada mahkluk hidup

2. Genotipe adalah komposisi atau sifat yang tidak tampak pada

keturunan,

3. Fenotipe adalah sifat yang tampak pada keturunan,

4. Sifat dominan dapat ditemukan pada merah

5. Resisif ditemukan putih,

6. Pembandingan genotipe yang didapat 1 : 2 :1.

5.2 Saran

Sebaiknya sebelum melakukan praktikum harus mengecek atau

memperhatikan terlebih dahulu alat-alat yang akan digunakan untuk

mengamati sesuatu yang akan di amati, demi mengantisipasi jalannya

praktikum.

Anda mungkin juga menyukai