Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Usaha Setan yang paling pertama untuk menghancurkan hukum Allah-- yang
telah diadakan di antara penghuni surga yang tidak berdosa itu--untuk sementara
waktu kelihatannya telah berhasil. Sejumlah besar malaikat telah tertipu; tetapi
apa yang seolah-olah merupakan kemenangan Setan itu telah mengakibatkan
kekalahan dan kerugian, perpisahan dari Allah, dan terusirnya mereka dari
surga.
Apabila pertentangan itu dilanjutkan di bumi ini, sekali lagi Setan kelihatannya
memperoleh kemenangan. Oleh pelanggaran, manusia menjadi tawanannya dan
kerajaan manusia juga telah diserahkan kepada tangan pemimpin pemberontak
itu. Kini jalan seolah-olah terbuka bagi Setan untuk mendirikan kerajaannya
yang merdeka untuk menentang kekuasaan Allah dan Anak-Nya. Tetapi rencana
keselamatan itu telah memungkinkan manusia dipulihkan kembali kepada
keselarasan dengan Allah, dan untuk menyatakan penurutannya kepada
hukum-Nya, dan bagi manusia dan juga bumi ini untuk akhirnya ditebus dari
kuasa si jahat itu.
Kembali Setan dikalahkan, dan sekali lagi ia menggunakan tipu daya dengan
pengharapan akan mengubah kekalahannya itu menjadi satu kemenangan.
Untuk membangkitkan pemberontakan di antara umat manusia yang telah
berdosa itu, sekarang ia menampilkan Allah seakan-akan bertindak tidak adil
dengan membiarkan manusia melanggar hukum-Nya. "Mengapa," kata si
penggoda yang licik itu, "jikalau Allah telah mengetahui apa yang akan menjadi
akibatnya, Ia membiarkan manusia untuk diuji, untuk berbuat dosa, dan
mendatangkan penderitaan serta kematian?" Dan keturunan Adam, dengan
melupakan rahmat yang panjang sabar yang telah memberikan kesempatan yang
lain, dengan mengabaikan pengorbanan yang hebat dan ajaib dari Raja surga
yang telah diakibatkan oleh pemberontakannya itu, telah mendengarkan
sipenggoda dan bersungut-sungut terhadap satu-satunya Oknum yang dapat
menyelamatkan mereka dari kuasa Setan yang membinasakan.
Kata nabi itu, "Apabila Engkau datang menghakimi bumi, maka penduduk
dunia akan belajar apa yang benar. Seandainya orang fasik dikasihani, ia tidak
akan belajar apa yang benar, ia akan berbuat curang di negeri di mana hukum
berlaku, dan tidak akan melihat kemuliaan Tuhan." Yesaya 26:9, 10. Demikian
pula halnya setelah Air Bah. Terlepas dari hukumannya, penduduk dunia ini
kembali memberontak terhadap Tuhan. Dua kali perjanjian Allah dan
hukum-hukum-Nya telah ditolak oleh dunia. Baik orang-orang yang hidup pada
zaman sebelum Air Bah, dan juga keturunan Nuh telah menyisihkan wewenang
Ilahi. Kemudian Allah telah mengadakan perjanjian dengan Abraham, dan
mengambil bagi diri-Nya satu umat untuk menjadi pemelihara hukum-Nya.
Untuk menipu dan membinasakan bangsa ini, Setan dengan segera telah
memasang jerat-jeratnya. Anak-anak Yakub digoda untuk mengadakan
perkawinan dengan orang kafir dan menyembah berhala mereka. Tetapi Yusuf
setia kepada Allah, dan kesetiaannya itu merupakan satu kesaksian yang tetap
tentang iman yang benar. Adalah untuk memadamkan terang ini dimana Setan
telah bekerja melalui kecemburuan saudara-saudaranya untuk menyebabkan dia
dijual sebagai seorang budak di dalam satu negeri kafir. Namun demikian, Allah
telah mengendalikan peristiwa-peristiwa itu sedemikian rupa sehingga
pengetahuan tentang diri-Nya dapat diberikan kepada bangsa Mesir. Baik di
dalam rumah Potifar ataupun di dalam penjara Yusuf telah menerima satu
pendidikan dan latihan, yang dengan disertai takut akan Allah, telah
menyediakan dia bagi pangkatnya yang tinggi sebagai perdana menteri bangsa
itu. Dari istana Firaun pengaruhnya terasa di seluruh negeri itu, dan
pengetahuan akan Allah tersebar luas ke mana-mana. Bangsa Israel di Mesir
telah menjadi makmur serta kaya, dan hal seperti ini bila disertai dengan
kesetiaan kepada Allah akan memberikan satu pengaruh yang meluas.
Imam-imam penyembah berhala itu dipenuhi rasa panik apabila mereka melihat
bahwa agama yang baru ini disukai oleh orang banyak. Dengan diilhami oleh
Setan dengan roh permusuhannya sendiri terhadap Allah yang di surga itu,
mereka bertekad untuk memadamkan terang itu. Kepada imam-imam ini telah
dipercayakan tugas untuk mendidik pewaris takhta kerajaan itu, dan roh untuk
menentang Allah serta ketekunan dalam penyembahan berhala inilah yang telah
membentuk tabiat calon-calon raja itu, dan telah menuntun mereka kepada
tindakan yang kejam serta penganiayaan terhadap orang Israel.
Selama empat puluh tahun setelah Musa melarikan diri dari Mesir,
penyembahan berhala kelihatannya telah memperoleh kemenangan. Tahun demi
tahun pengharapan bangsa Israel semakin menipis. Baik raja dan rakyatnya
telah bermegah-megah dalam kekuasaan mereka, dan mencemoohkan Allah
orang Israel. Hal ini terus berkembang sampai kepada puncaknya bilamana
Firaun didatangi oleh Musa. Pada waktu pemimpin orang Israel ini datang
menghadap raja dengan membawa satu pesan dari "Tuhan, Allah Israel"
bukanlah oleh sebab ia tidak kenal kepada Allah yang benar itu, melainkan roh
untuk menentang kuasa-Nya itulah yang telah mencetuskan jawab, "Siapakah
Tuhan itu yang harus kudengarkan Firman-Nya . . . . Tidak kenal aku Tuhan
itu." Dari awal hingga akhirnya, penolakan Firaun terhadap perintah Ilahi
bukanlah karena ia tidak mengetahui Allah tetapi oleh karena rasa benci serta
kecongkakannya.
Sekalipun bangsa Mesir sudah begitu lama menolak pengetahuan akan Allah,
Tuhan masih memberikan kepada mereka kesempatan untuk bertobat Pada
zaman Yusuf, Mesir menjadi satu tempat perlindungan bagi Israel. Allah telah
dihormati dalam kemurahan yang ditunjukkan kepada umat-Nya. dan sekarang
Oknum yang panjang sabar itu, yang tidak mudah marah dan penuh dengan
belas kasihan, telah memberikan waktu kepada setiap hukuman untuk
melaksanakan tugasnya; bangsa Mesir yang dikutuk melalui benda-benda yang
telah mereka sembah sebagai dewanya, mempunyai bukti tentang kuasa Tuhan,
dan semua orang yang mau, dapat menyerah kepada Allah serta terlepas dari
hukuman-Nya. Kekerasan hati dan kesombongannya telah mengakibatkan
tersebar luasnya pengetahuan akan Allah, dan menuntut banyak orang Mesir
untuk menyerahkan diri kepada pelayanan-Nya.
Karena Israel cenderung untuk mengadakan hubungan dengan orang kafir, dan
meniru penyembahan berhala mereka bahwa Allah telah membiarkan mereka
pergi ke Mesir, di mana pengaruh Yusuf terasa di mana-mana dan di mana
keadaan cukup baik bagi mereka untuk tetap sebagai satu bangsa yang berbeda.
Di tempat ini juga penyembahan berhala Mesir yang keji dan kekejaman serta
aniaya mereka selama pengembaraan orang Ibrani itu, seharusnya telah
mengilhami mereka dengan rasa jijik terhadap penyembahan berhala itu, dan
telah menuntun mereka untuk lari dan berlindung kepada Allah leluhur mereka.
Tetapi pimpinan Allah ini telah dipakai sebagai alat oleh Setan untuk mencapai
tujuannya, dengan menggelapkan pikiran bangsa Israel dan menuntun mereka
untuk meniru praktik-praktik majikan-majikan orang kafir itu. Oleh karena
adanya semacam takhyul di kalangan orang Mesir yang mengagung-agungkan
binatang maka orang Israel tidak diizinkan, selama masa perbudakan mereka,
untuk mempersembahkan korban. Dengan demikian pikiran mereka tidak
diarahkan oleh upacara ini kepada Korban yang besar itu, dan iman mereka pun
dilemahkan. Apabila waktunya tiba bagi kelepasan Israel, Setan telah bertekad
untuk melawan maksud Allah ini. Ia bertekad agar bangsa yang besar itu, yang
berjumlah lebih dari dua juta orang, dikekang dalam takhyul dan kebodohan.
Bangsa, yang kepadanya Allah telah berjanji akan memberkati serta
melipat-gandakannya, untuk menjadi satu kuasa di atas bumi ini, dan yang
melaluinya Ia akan menyatakan pengetahuan akan kehendak-Nya itu-—bangsa
yang telah dijadikan-Nya sebagai penjaga hukum-Nya itu-—bangsa inilah yang
sedang diusahakan Setan agar tetap berada dalam perbudakan serta terpencil,
agar ia dapat menghapuskan dari pikiran mereka ingatan akan Allah.
Selama masa perbudakan di Mesir banyak dari antara orang Israel yang telah,
sebegitu jauh, kehilangan pengetahuan akan hukum Allah, dan telah
mencampur-baurkan prinsip-prinsipnya dengan adat serta tradisi-tradisi orang
kafir. Allah telah membawa mereka ke Sinai, dan di sana dengan suara-Nya
sendiri telah menyatakan hukum-Nya.
Setan dan malaikat-malaikat jahat ada di tempat ini. Pada saat-saat Allah sedang
mengumumkan hukum-Nya kepada bangsa-Nya itu, Setan sedang
merencanakan untuk menggoda mereka berbuat dosa. Ia mau membinasakan
bangsa yang telah dipilih Allah di hadapan surga. Dengan memimpin mereka ke
dalam penyembahan berhala, ia mau membinasakan kuasa daripada segala
perbaktian; oleh karena bagaimanakah seorang manusia dapat ditinggikan oleh
memuja sesuatu yang tidak lebih tinggi daripada dirinya, dan dapat
dilambangkan oleh benda-benda buatan tangannya? Jikalau manusia dapat
dibutakan terhadap kuasa, keagungan dan kemuliaan Allah yang tidak terduga
itu dengan cara melambangkan Elia dengan sebuah patung ukiran, atau binatang
sekalipun atau juga binatang melata jikalau mereka dapat melupakan
sedemikian rupa akan hubungan mereka dengan Ilahi, yang dibentuk atas peta
Khalik mereka, sehingga mereka mau bersujud kepada benda-benda mati dan
menjijikkan ini--maka jalan terbuka untuk memperoleh kebebasan untuk
melakukan kejahatan; nafsu jahat dari hati manusia tidak dikendalikan, dan
Setan akan berkuasa dengan sepenuhnya.
Di kaki gunung Sinai itu juga, Setan telah mulai hendak melaksanakan
rencana-rencananya untuk menghancurkan hukum Allah, dengan demikian
meneruskan pekerjaan yang sama yang telah dimulainya di surga. Selama empat
puluh hari sementara Musa berada di atas gunung bersama Allah, Setan sibuk
membangkitkan kebimbangan, kemurtadan dan pemberontakan. Sementara
Allah sedang menuliskan hukum-Nya, untuk diserahkan kepada umat
perjanjian-Nya, bangsa Israel, dengan menyangkal kesetiaan mereka kepada
Tuhan telah menuntut agar dewa keemasan dibuat! Pada waktu Musa kembali
dari hadirat kemuliaan Ilahi yang hebat itu, dengan prinsip-prinsip hukum itu di
tangannya, untuk mana mereka telah berjanji akan menurutnya, ia dapati
mereka, dengan terang-terangan melawan perintah-Nya, sedang menyembah
sujud dalam perbaktian kepada sebuah patung emas.
Segenap alam semesta telah menjadi saksi akan peristiwa di Sinai itu. Di dalam
pelaksanaan kedua pemerintahan itu telah terlihat perbedaan tajam antara
pemerintahan Allah dan pemerintahan Setan. Sekali lagi penghuni dunia-dunia
lain yang tidak berdosa itu melihat akibat-akibat daripada kemurtadan Setan,
dan corak pemerintahan yang mau didirikannya di dalam surga andaikata ia
telah diizinkan untuk melaksanakannya.
Oleh menuntun manusia untuk melanggar hukum yang kedua, Setan bertujuan
merusak pandangan pikiran mereka sehubungan dengan Oknum Ilahi. Dengan
menyisihkan hukum yang keempat, ia mau menuntun manusia untuk melupakan
Allah sama sekali. Tuntutan Allah untuk dihormati dan disembah, lebih
daripada dewa-dewa kafir, didasarkan atas kenyataan bahwa Dialah Khalik itu,
dan bahwa kepada-Nya segala makhluk itu berutang nyawa. Demikianlah hal itu
dikemukakan dalam Alkitab. Kata nabi Yeremia: "Tetapi Tuhan adalah Allah
yang benar, Dialah Allah yang hidup dan Raja yang kekal. Bumi goncang
karena murka-Nya, dan bangsa-bangsa tidak tahan akan geram-Nya.... 'Para
Allah yang tidak menjadikan langit dan bumi akan lenyap dari bumi dan dari
kolong langit ini.' Tuhanlah yang menjadikan bumi dengan kekuatan-Nya, yang
menegakkan dunia dengan kebijaksanaan-Nya, dan yang membentangkan langit
dengan akal budi-Nya." "Setiap manusia ternyata bodoh, tidak berpengetahuan,
dan setiap pandai emas menjadi malu karena patung buatannya. Sebab patung
tuangannya itu adalah tipu, tidak ada nyawa di dalamnya, semuanya adalah
kesia-siaan, pekerjaan yang menjadi buah ejekan, dan yang akan binasa pada
waktu dihukum. Tidaklah begitu Dia yang menjadi bagian Yakub, sebab Dialah
yang membentuk segala-galanya, dan Israel adalah suku milik-Nya; nama-Nya
ialah Tuhan semesta alam." Yeremia 10:10-12; 14-16. Sabat sebagai satu
peringatan akan kuasa Allah yang menciptakan, menunjuk kepada-Nya sebagai
Khalik langit dan bumi. Oleh sebab itu Sabat merupakan saksi yang tetap akan
adanya Allah, dan satu pengingat akan kebesaran-Nya, hikmat-Nya dan
kasih-Nya. Jikalau hari Sabat selalu disucikan, maka tidak akan pernah ada
seorang ateis atau seorang penyembah berhala.
Lembaga hari Sabat, yang berasal di Eden, adalah sama tuanya dengan bumi ini
sendiri. Itu dipelihara oleh semua bapa-bapa mulai dari masa penciptaan dan
seterusnya. Selama perbudakan di Mesir, bangsa Israel dipaksa oleh
mandor-mandor mereka supaya melanggar Sabat, dan sebegitu jauh mereka
telah kehilangan pengetahuan tentang kesuciannya. Pada waktu hukum itu
diumumkan di Sinai, kata-kata yang pertama daripada hukum yang keempat
adalah, "Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat," menunjukkan bahwa Sabat
bukan ditetapkan pada saat itu; kepada kita ditunjukkan kembali waktu
penciptaan bumi ini sebagai asal-usulnya Sabat. Agar dapat menghapuskan
Allah dari pikiran manusia, Setan bertujuan menghancurkan peringatan yang
besar ini. Jikalau manusia dapat dituntun untuk melupakan Khalik mereka,
mereka tidak akan berusaha melawan kuasa kejahatan, dan Setan pun pasti akan
menguasai mangsanya.
Permusuhan Setan terhadap hukum Allah telah memaksa dia untuk berperang
melawan setiap peraturan dari Sepuluh Hukum itu. Prinsip kasih serta penurutan
seorang anak terhadap orang tuanya erat sekali hubungannya dengan prinsip
yang agung daripada kasih, serta kesetiaan terhadap Allah, Bapa semua orang.
Oleh sebab itu Setan berusaha melemahkan tuntutan daripada hukum yang
kelima. Di antara orang kafir, prinsip yang tercantum dalam hukum ini tidak
begitu diperhatikan. Pada banyak bangsa, orang tua diabaikan atau dibunuh
segera setelah usia membuat mereka itu tidak sanggup lagi untuk menyediakan
keperluan hidup mereka. Di dalam rumah tangga, ibu tidak terlalu dihormati dan
di saat suaminya mati, ia dituntut untuk menyerah kepada wewenang anak
sulungnya. Penurutan seorang anak terhadap orang tuanya ditetapkan oleh
Musa; tetapi apabila bangsa Israel berpaling dari Tuhan, hukum yang kelima itu,
bersama-sama dengan yang lainnya, telah diabaikan.
Setan adalah "pembunuh manusia sejak semula" (Yohanes 8:44); dan segera
setelah ia memperoleh kuasa terhadap umat manusia, ia bukan saja menghasut
mereka untuk saling membenci dan membunuh satu dengan yang lainnya, tetapi
lebih berani dari itu ialah untuk melawan wewenang Allah, ia telah menjadikan
pelanggaran terhadap hukum yang keenam sebagai sebagian daripada agama
mereka.
Oleh pemikiran yang keliru akan sifat-sifat Ilahi, bangsa kafir telah dituntun
untuk mempercayai bahwa persembahan jiwa manusia sebagai korban perlu
diadakan untuk memperoleh belas kasihan dari dewa-dewa mereka; dan
perbuatan kejam lainnya yang paling mengerikan telah dilakukan di dalam
berbagai bentuk penyembahan berhala. Di antaranya ialah praktik untuk
menyuruh anak-anak mereka berjalan melalui api di hadapan berhala-berhala
mereka. Apabila seorang dari antara mereka berhasil melalui ujian ini tanpa
cedera, mereka mempercayai bahwa korban mereka telah diterima; dia yang
selamat dalam ujian seperti itu dianggap sebagai seorang yang amat dikasihani
oleh dewa-dewa, diberikan pemberian-pemberian yang banyak dan sejak saat itu
ia akan dihormati; dan bagaimana pun besarnya kejahatan yang dilakukannya ia
tidak akan pernah dihukum. Tetapi jikalau seseorang terbakar pada waktu
melewati api itu, maka nasibnya dimeteraikan; mereka percaya bahwa
kemarahan dewa-dewa itu dapat diredakan hanya dengan cara mengambil
nyawa korban itu, dan kemudian ia pun dipersembahkan sebagai satu korban.
Pada zaman kemurtadan yang besar kekejian seperti itu telah merajalela,
sebegitu jauh, di kalangan bangsa Israel.
Pelanggaran terhadap hukum Ketujuh juga sejak zaman dulu telah dipraktikkan
dalam nama agama. Upacara-upacara yang paling keji dan cabul telah dijadikan
sebagai satu bagian daripada perbaktian kafir. Dewa-dewa itu sendiri
digambarkan sebagai makhluk-makhluk yang najis, dan penyembah-penyembah
mereka pun dikendalikan oleh nafsu yang paling keji. Kejahatan-kejahatan yang
luar biasa dan upacara-upacara keagamaan ditandai oleh kenajisan yang
terang-terangan dan menyeluruh.
Poligami (beristri banyak) telah dipraktikkan sejak dulu kala. Hal itu merupakan
salah satu daripada dosa-dosa yang telah mendatangkan murka Allah ke atas
bumi sebelum Air Bah. Namun demikian, setelah Air Bah, kembali hal itu telah
merajalela. Hal itu merupakan usaha Setan yang sudah dipelajari untuk
merusakkan lembaga pernikahan, untuk melemahkan tuntutan-tuntutan-Nya dan
mengurangi kesuciannya; karena tidak ada cara yang lebih pasti untuk
menghapuskan peta Allah dari diri manusia, dan untuk membuka pintu kepada
penderitaan dan kejahatan.
Waktunya tidak lama lagi bilamana Allah akan bangkit untuk membenarkan
wewenang-Nya yang telah dihina. "Sebab sesungguhnya Tuhan mau ke luar dari
tempat-Nya untuk menghukum penduduk bumi karena kesalahannya." Yesaya
26:21. "Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah
yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri?" Maleakhi 3:2. Bangsa
Israel, oleh karena dosa mereka, dilarang mendekati gunung itu pada waktu
Allah segera akan turun ke atasnya untuk mengumumkan hukum-Nya, agar
supaya mereka jangan dibinasakan oleh kemuliaan hadirat-Nya yang
menyala-nyala itu. Jikalau pernyataan kuasa-Nya yang seperti itu telah
menandai tempat yang telah dipilihnya untuk mengumumkan hukum Allah,
betapa dahsyatnya lagi pehukuman-Nya itu bilamana Ia datang untuk
melaksanakan hukum-hukum yang suci ini. Bagaimana mereka yang telah
menginjak-injak wewenang-Nya itu dapat bertahan terhadap kemuliaan-Nya
pada hari pembalasan-Nya yang dahsyat itu? Kegentaran di Sinai kepada orang
banyak itu menggambarkan pemandangan yang akan terjadi pada hari
pehukuman. Bunyi terompet memanggil Israel untuk menghadap kepada Allah.
Suara Penghulu Malaikat dan terompet Allah akan memanggil, dari seluruh
bumi ini, baik yang hidup dan yang mati kepada hadirat Hakim mereka. Bapa
dan Anak, didampingi oleh rombongan malaikat yang besar jumlahnya, hadir di
atas gunung itu. Pada hari pehukuman yang besar itu Kristus akan datang
"dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya." Matius 16:27.
Pada waktu itu Ia akan duduk di atas takhta kemuliaan-Nya, dan di
hadapan-Nya akan berhimpun segala bangsa.
Pada waktu Hadirat Ilahi dinyatakan di Sinai, kemuliaan Tuhan adalah seperti
api yang menghanguskan pada pemandangan bangsa Israel. Tetapi bilamana
Kristus akan datang dalam kemuliaan dengan malaikat-malaikat suci-Nya
segenap bumi ini akan menjadi terang benderang oleh cahaya yang hebat dari
hadirat-Nya. "Allah kita datang dan tidak akan berdiam diri, di hadapan-Nya api
menjilat, sekeliling-Nya bertiup badai yang dahsyat. Ia berseru kepada langit di
atas, dan kepada bumi untuk mengadili umat-Nya." Mazmur 50:3, 4. Sebuah
sungai api akan mengalir keluar dari hadapan-Nya, yang akan menyebabkan
segala anasir-anasir itu mencair oleh karena panasnya, bumi ini juga, dan segala
sesuatu yang ada di dalamnya akan terbakar. "Tuhan Yesus dari dalam surga
menyatakan diri-Nya bersama-sama dengan malaikat-malaikat-Nya, dalam
kuasa-Nya, di dalam api yang bernyala-nyala, dan mengadakan pembalasan
terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus,
Tuhan kita." 2 Tesalonika 1:7, 8.
"Sebab itu semua tangan akan menjadi lemah lesu," muka mereka itu akan
"seperti orang yang demam," "setiap hati manusia akan menjadi tawar, dan
mereka akan terkejut. Mereka akan menggeliat kesakitan seperti perempuan
melahirkan." "Kepada dunia akan Kubalaskan kejahatannya," kata Tuhan, dan
"Aku akan mematahkan kuk dari tengkuk mereka dan memutuskan tali-tali
pengikat mereka." Yesaya 13:7, 8, 11; Yeremia 30:8.
Pada waktu Musa kembali dari Hadirat Ilahi di atas bukit itu dimana ia telah
menerima loh batu kesaksian itu, bangsa Israel tidak tahan terhadap terang yang
memancar dari wajah-Nya. Bagaimana dapat orang-orang yang melanggar itu
memandang kepada Anak Allah bilamana Ia kelihatan dalam kemuliaan
Bapa-Nya, yang dikelilingi oleh segenap bala tentara surga, untuk
melaksanakan pehukuman terhadap pelanggar-pelanggar daripada hukum-Nya,
dan orang-orang yang menolak penebusan-Nya. Mereka yang telah
mengabaikan hukum Allah dan menginjak-injak di bawah kakinya darah
Kristus, "dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira,
dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa," akan menyembunyikan diri,
"ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung," dan mereka akan
berseru kepada gunung-gunung batu itu, 'Runtuhlah menimpa kami dan
sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap
murka Anak Domba itu.' Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan
siapakah yang dapat bertahan?" Wahyu 6:15-17. "Pada hari itu berhala-berhala
perak dan berhala-berhala emas yang dibuat manusia untuk sujud menyembah
kepadanya akan dilemparkannya kepada tikus dan kelelawar, dan ia akan masuk
ke dalam lekuk-lekuk di gunung batu dan ke dalam celah-celah di bukit batu
terhadap kedahsyatan Tuhan dan terhadap semarak kemegahan-Nya, pada
waktu Ia bangkit menakut-nakuti bumi." Yesaya 2:20, 21.
"Pada masa itu kamu akan menoleh dan melihat bedanya antara orang yang
benar dengan orang fasik, antara orang yang berbakti kepada Allah dengan
orang yang tiada berbakti kepada-Nya!" Maleakhi 3:18. "Dengarkanlah Aku,
hai kamu yang mengetahui apa yang benar, hai bangsa yang menyimpan
pengajaran-Ku dalam hatimu!." "Sesungguhnya, Aku mengambil dari tanganmu
piala dengan isinya yang memusingkan, . . . tidak akan kauminum lagi."
"Akulah, Akulah yang menghibur kamu." Yesaya 51:7, 22, 12. "Sebab biarpun
gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak
akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang,
Firman Tuhan, yang mengasihani engkau." Yesaya 54:10.