PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
Noviya
NIM 1800094
ILMU KEOLAHRAGAAN
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
NOVIYA
NIP.
Mengetahui
Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi
Kolesterol merupakan struktur utama sel otak dan saraf, serta sebagai bahan
pembentuk senyawa penting dalam tubuh sehingga Intensitas aktivitas seseorang
berpengaruh terhadap kadar kolesterol dalam tubuh (Waani et al., 2016). Sebagian
besar orang yang mempunyai tingkat kadar kolesterol tinggi (hiperkolesterolemia)
yaitu orang dewasa dan lanjut usia, namun tidak jarang juga remaja yang
mempunyai kadar kolesterol tinggi.
Kadar kolesterol pada anak usia 10-19 tahun < 130 mg/dl jika lebih maka anak
tersebut dapat dikatakan mengalami kolesterol tinggi dan pada faktanya 1 dari 5
remaja memiliki kadar kolesterol tinggi (Adelia Marista Safitri, 2020). Data pada
tahun 2018 mengungkapkan bahwa terdapat peningkatan kolesterol total sebanyak
43%, peningkatan trigliserida 26%, peningkatan LDL 83% dan penurunan HDL
23% (Stenly et al., 2019).
Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat membantu remaja di Indonesia
dalam mencegah serta berupaya untuk menurunkan kadar kolesterol ldl-c melalui
latihan low impact aerobic. Metode latihan ini diharapkan menjadi metode latihan
yang sifatnya menambah metode latihan yang dapat diterapkan sebagai salah satu
alternatif atau solusi dari berbagai macam permasalahan yang timbul masyarakat
Indonesia.
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang masalah diatas maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Tingkat
Latihan Low Impact Aerobic dengan Penurunan Kadar Kolesterol LDL-C Pada
Remaja Obesitas Usia 15-18 Tahun”.
A. Remaja
Remaja berasal dari kata latin “adolescere” yang artinya tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa, terjadi kematangan secara keseluruhan dalam emosional,
mental, social dan fisik Remaja adalah masa kehidupan manusia antara usia 11
sampai dengan 21 tahun. Sedangkan batasan usia remaja menurut WHO adalah 12
sampai 24 tahun. Masa ini adalah masa seseorang mengalami perubahan dalam
hal biologis, emosional, sosial dan kognitif (Widyaastuti, 2009).
B. Obesitas
1. Definisi OBesitas
2. Fisiologi Obesitas
Zat gizi makro dan mikro menghasilkan energi yang diperlukan oleh tubuh.
Asupan zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein dan lemak bila di konsumsi
berlebihan dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Asupan lemak lebih banyak
menghasilkan energi dibandingkan dengan karbohidrat atau protein. Setelah
makan, lemak dikirim kejaringan adiposa untuk disimpan sampai dibutuhkan
kembali sebagai energi. Oleh karena itu asupan lemak berlebih akan lebih mudah
menambah berat badan.
Kelebihan asupan protein juga dapat diubah menjadi lemak tubuh. Asupan
protein yang melebihi kebutuhan tubuh, maka asam amino akan melepas ikatan
nitrogennya dan diubah melalui serangkaian reaksi menjadi trigiserida. Kelebihan
karbohidrat akan disimpan dalam bentuk glikogen dan lemak. Glikogen akan
disimpan didalam hati dan otot. Kemudian lemak akan di simpan disekitar perut
dan dibawah kulit (Kharismawati, 2010).
3. Pengukuran Obesitas
Menurut (Supariasa, 2012) pengukuran status gizi dapat dilakukan dengan
metode antropometri. Metode ini menggunakan pengukuran terhadap berat badan,
tinggi badan, dan tebal lapisan kulit. Pengukuran tersebut bervariasi menurut
umur dan kebutuhan gizi. Antropometri dapat memberikan informasi tentang
riwayat gizi masa lampau. Tingkat obesitas dapat dihitung menggunakan Indeks
Massa Tubuh (IMT) sebagai berikut :
𝐼𝑀𝑇 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔) / 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)2
4. Dampak Obesitas
Obesitas yang terjadi pada masa remaja ini perlu mendapatkan perhatian,
sebab obesitas yang timbul pada waktu anak dan remaja bila kemudian berlanjut
hingga dewasa akan sulit di atasi. Beberapa dampak yang terjadi dalam jangka
panjang menurut (Damayanti, 2009) diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Sindrom resistensi insulin Bagi anak yang mengalami kegemukan
sekitar perut, terutama yang bertipe buah apel, umumnya mengalami
penurunan jumlah insulin dalam darah. Akibatnya hal tersebut memicu
anak terserang Diabetus Millitus tipe 2. Penderita DM tipe 1 selain
memiliki kadar glukosa yang tinggi, juga memiliki kadar insulin yang
tinggi atau normal. Keadaan inilah yang disebut sindrom resistensi
insulin atau sindrom X.
b. Tekanan Darah Tinggi Obesitas adalah salah satu penyebab utama yang
mempengaruhi tekanan darah. Sekitar 20-30% anak yang kegemukan
mengalami hipertensi. Dikatakan hipertensi jika mengalami tekanan
darah tinggi yaitu systole lebih besar dari 140 mmHg, dan diastole lebih
besar dari 90 mmHg.
c. Penyakit Jantung Koroner Penyakit yang terjadi akibat penyempitan
pembuluh darah koroner. Risiko terkena penyakit jantung koroner
semakin meningkat seiring dengan perubahan terjadinya penambahan
berat badan yang berlebihan. Penyakit jantung koroner tidak selalu
akibat kegemukan, tetapi diperburuk oleh faktor risiko lain yang terjadi
pada masa kanak-kanak seperti hipertensi, kolesterol tinggi dan
diabetes.
d. Gangguan pernafasan seperti asma, napas pendek, menggorok saat tidur
dan tidur apnue (terhentinya pernafasan untuk sementara waktu ketika
sedang tidur). Hal ini disebabkan karena penimbunan lemak yang
berlebihan di bawah diafragma dalam dinding dada yang menekankan
paru-paru.
e. Gangguan tulang persendian Beban tubuh anak yang terlalu berat
mengakibatkan gangguan ortopedi dan gangguan lain yang sering
dirasakan adalah nyeri punggung bawah dan nyeri akibat radang sendi
Faktor risiko obesitas dipengaruhi oleh banyak faktor. Sebagian besar faktor
risiko obesitas yaitu jenis kelamin, faktor genetik dan faktor lingkungan, antara
lain aktivitas fisik, asupan makan, sosial ekonomi (Putri, 2015). Di bawah ini
adalah faktor – faktor risiko terjadinya obesitas:
a. Keturunan
Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi pembentukan lemak tubuh.
Seseorang mempunyai faktor keturunan yang cenderung membangun
lemak tubuh lebih banyak dibandingkan orang lain. Bawaan sifat
metabolisme ini menunjukkan adanya gen bawaan pada kode untuk
enzim lipoprotein lipase (LPL) yang lebih efektif. Enzim ini memiliki
suatu peranan penting dalam proses mempercepat penambahan berat
badan karena enzim ini bertugas mengontrol kecepatan trigiserida
dalam darah yang dipecah-pecah menjadi asam lemak dan disalurkan ke
sel-sel tubuh untuk di simpan sehingga lama kelamaan menyebabkan
penambahan berat badan (Purwaty, 2005) Parental fatness merupakan
faktor keturunan yang berperan besar. Jika kedua orang tua obesitas,
80% anaknya akan menderita obesitas, namun jika salah satu orang
tuanya obesitas maka kejadian obesitas 40% dan bila kedua orang
tuanya tidak obesitas maka prevalensinya menjadi 14% (Pramudita,
2011). Sehingga faktor keturunan orang tua menderita obesitas
mempengaruhi kejadian obesitas pada anak. Faktor keturunan akan
menentukan jumlah unsur sel lemak dalam lemak yang melebihi ukuran
normal, sehingga secara otomatis akan diturunkan kepada bayi selama
kandungan. Sel lemak pada kemudian hari akan menjadi tempat
penyimpanan kelebihan lemak atau ukuran sel lemak akan mengecil
tetepi masih tetap berada di tempatnya (Henuhili, 2010).
b. Konsumsi Makan
Konsumsi makan adalah semua jenis makanan dan minuman yang
dikonsumsi setiap hari (Palupi, 2014). Secara biologis makanan
berfungsi memenuhi kebutuhan energi, zat gizi dan komponen kimiawi
yang dibutuhkan tubuh yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
mineral. Metabolisme zat gizi yang terjadi di dalam tubuh berperan
menghasilkan energi, membangun sel, dan memelihara keseimbangan
elektrolit dan sistem daya tahan tubuh (Kusfriyanti, 2017). Konsumsi
makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi yang
optimal apabila tubuh memperoleh cukup zat – zat gizi yang dapat
digunakan secara efisien (Almatsier, 2009). Obesitas muncul pada usia
remaja cenderung berlanjut ke dewasa dan lansia (Arisman, 2010).
c. Jenis Kelamin
Kebutuhan zat gizi antara laki-laki dan perempuan berbeda. Perbedaan
ini disebabkan karena jaringan penyusun tubuh dan aktivitasnya.
Jaringan lemak pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-
laki. Sedangkan laki-laki cenderung lebih banyak memiliki jaringan
otot. Hal ini menyebabkan lean body mass laki-laki menjadi lebih tinggi
dari pada perempuan (Sulistyoningsih, 2011).
d. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh dihasilkan oleh otot rangka
yang mengeluarkan energi.Penggunaan energi bervariasi tergantung
tingkat aktivitas fisik dan pekerjaan yang berbeda.Aktivitas fisik
berguna untuk melancarkan peredaran darah dan membakar
kalori.Aktivitas fisik akan membakar energi yang masuk, sehingga jika
asupan kalori berlebih serta kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan
akan menyebabkan tubuh mengalami kegemukan. Aktivitas fisik dapat
menurunkan risiko hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke,
diabetes (Widiantini, 2014). Hasil penelitian (Nadhiroh, 2012) terdapat
perbedaan yang bermakna pula pada aktivitas fisik remaja obesitas
dengan non obesitas, dimana sebagian besar anak yang obesitas hanya
memiliki aktivitas ringan.
C. Kolesterol
1. Pengertian
Kolesterol adalah lemak yang berwarna kekuningan yang diproduksi oleh
tubuh secara alami di dalam organ hati. Kolesterol akan meningkat apabila
mengkonsumsi makanan yang tinggi kolesterol. Sumber kolesterol terbesar
berasal dari hewani terutama organ otak, kuning telur, jeroan, susu, keju dan
mentega. Sumber kolesterol yang berasal dari nabati yang terbesar yaitu minyak
kelapa dan kacang-kacangan.
Kolesterol terdapat dalam diet semua orang, dan dapat diabsorpsi dengan
lambat dari saluran pencernaan ke dalam saluran limfe usus. Kolesterol sangat
larut dalam lemak tetapi hanya sedikit larut dalam air. Kolesterol secara spesifik
mampu membentuk ester dengan asam lemak. Hampir 70 persen kolesterol dalam
lipoprotein plasma memang dalam bentuk ester kolesterol (Nilawati, 2008).
Disamping sebagai sumber energi, kolesterol mempunyai peran penting
pada tubuh yaitu membentuk dinding-dinding sel di seluruh tubuh, pembentuk
hormon steroid, pembentuk hormon seks, dan pembentuk vitamin D. Secara alami
kolesterol dibentuk oleh tubuh secara otomatis dengan kadar yang tepat, namun
akan meningkat melebihi batas normalk apabila seseorang memakan makanan
tinggi lemak atau junkfood (Yovina, 2012).
2. Lipoprotein
Lipoproptein merupakan partikel kecil (lebih kecil dari kilomikron tetapi
komposisinya secara kualitatif sama) yang mengandung trigliserida, kolesterol,
fosfolipid dan protein. Lipoprotein menyediakan kendaraan untuk mengangkut
lipid molekul dalam darah sebagai molekul yang larut dalam air dan
mendistribusikan lipoprotein ke sel-sel di seluruh tubuh. Ada 4 tipe utama
lipoprotein yang diklasifikasikan berdasarkan densitas nya dan diukur dengan
ultra sentrifugasi :(1) Lipoprotein berdensitas sangat rendah (very low density
lipoprotein) disingkat VLDL yang mengandung konsentrasi trigiserida yang tinggi
dan konsentrasi kolesterol serta fosfolipid yang sedang. (2) Lipoprotein
berdensitas sedang (intermediatedensity lipoprotein) disingkat IDL berasal dari
VLDL yang sebagian besar tri gliserida nya sudah dikeluarkan, sehingga
konsentrasi kolesterol dan fosfolipid meningkat. (3) Lipoprotein berdensitas
rendah (low density lipoprotein) disingkat LDL berasal dari lipoprotein
berdensitas sedang yang mengeluarkan hampir semua trigliseridanya,
menyebabkan konsentrasi kolesterol sangat tinggi dan konsentrasi fosfolipid
menjadi cukup tinggi. (4) Lipoprotein berdensitas tinggi (high density lipoprotein)
disingkat HDL mengandung protein berkonsentrasi tinggi, dengan konsentrasi
kolesterol dan fosfolipid yang jauh lebih kecil (Kronenberg, 2008). Pada
penelitian in, yang menjadi fokus adalah Low Density Lippoprotein tipe C (LDL-
C).
3. LDL-C
Low Density Lippoprotein (LDL) atau sering disebut juga dengan kolesterol
jahat, LDL lipoprotein deposito kolesterol bersama di dalam dinding arteri, yang
menyebabkan terjadinya pembentukan zat keras, tebal, atau sering disebut juga
sebagai plakat kolesterol, dan dengan seiring berjalan nya waktu dapat menempel
di dalam dinding arteri dan terjadinya penyempitan arteri (Yovina, 2012).
Low Density Lipoprotein (LDL) adalah lipoprotein yang paling banyak
mengandung kolesterol. Sebagian dari kolesterol di LDL akan dibawa ke hati dan
jaringan ekstrahepatika (seperti testis, ovarium, glandula adrenal yang mempunyai
reseptor LDL). Sebagian lagi dari LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap
oleh reseptor scavenger- A (SRA) di makrofag dan akan menjadi sel busa (foam
cell). Makin banyak kadar LDL dalam plasma makin banyak yang akan
mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag. JumLah kolesterol yang
akan teroksidasi tergantung dari kadar kolesterol yang terkandung di LDL (Adam,
2007). Oksidasi LDL (kolesterol yang telah dioksidasi oleh radikal bebas) dapat
mengendap di dinding pembuluh dan mengakibatkan aterosklerosis yang
berdampak terjadinya penyakit jantung koroner (Tjay & Rahardja, 2007).
Kolesterol LDL merupakan sumber kolesterol untuk jaringan ekstrahepatika.
Sekitar 30% LDL diuraikan di jaringan ekstrahepatik dan 70% di hati. Bila LDL
berlebih, sistem ambilan LDL akan jenuh sehingga LDL yang berlebih dapat
diambil oleh makrofag, karena makrofag memiliki reseptor lipoprotein yang
disebut scavenger receptor (Mayes, 2009).
4. Latihan Olahraga Low Impact Aerobic
Latihan dan olahraga memiliki pengertian yang berbeda, latihan dilakukan
secara terencana dan terprogram bertujuan untuk memperbaiki kemampuan teknis
dan penampilan atlet sesuai dengan kebutuhan dalam bidang olahraga sedangkan
olahraga atau physical activity adalah aktivitas fisik; suatu aktivitas yang terjadi
sebagai akibat dari kerja atau kontraksi otot dengan penggunaan energi secara
proporsional, yang erat kaitannya dengan kebugaran fisik atau physical fitness
(Nala, 2011). Pelatihan olahraga merupakan suatu pelatihan dalam upaya untuk
meningkatkan fungsi sistem organ tubuh agar mampu memenuhi kebutuhan tubuh
secara optimal ketika berolahraga. Agar pelatihan olahraga mencapai hasil yang
maksimal, harus memiliki prinsip pelatihan. Tanpa adanya prinsip atau patokan
yang harus diikuti oleh semua pihak yang terkait akan sulit untuk mencapai hasil
yang maksimal (Nala, 2015).
Latihan aerobik adalah latihan kardio yang dilakukan terus-menerus, tanpa
henti, dengan bantuan oksigen selama 30-60 menit (Yudha, 2006). Kebugaran
aerobik sendiri diperkenalkan kepada masyarakat dunia oleh Dr. Kenneth Cooper
ada tahun 1960-an . Pada mulanya, gerakan senam aerobik lebih menekankan
gerakan high impact yang ekslusif. Gerakan tersebut menekan pada kuatnya
telapak kaki, tumit, pergelangan kaki, lutut, dan pinggul. Akibatnya banyak
peserta senam yang mengalami cedera. Hal ini tentunya menggugah para ahli
senam aerobik untuk dapat menciptakan variasi dan kreativitas senam aerobik
yang lebih aman dan efektif terhindar dari cedera (Irwansyah, 2007). Seiring
dengan perkembangan ilmu pegetahuan dan teknologi olahraga yang semakin
canggih maka senam aerobik pun mengalami perkembangan pesat. Aerobik
melahirkan variasi-variasi yang beragam, mulai dari mengikutsertakan unsur
musik, koreografi, sampai gerakan-gerakan bela diri. Namun dari sifat dan
kelasnya, secara garis besar aerobik dibagi dalam tiga macam, yakni high impact,
mix impact dan low impact (Yudha, 2006). Dalam penelitian ini, yang menjadi
fokus adalah latihan olahraga Low Impact Aerobic.
A. Low Impact Aerobic
Senam aerobik low impact adalah gerakan aerobik yang dilakukan
dengan intensitas rendah, antara lain dengan hentakan-hentakan ringan,
dalam posisi kaki tetap di lantai. Pada senam aerobik, ketukan-ketukan
musik biasanya lebih lembut. Pada saat jogging, kaki tidak terangkat
tinggi. Cara ini yang biasa dilakukan oleh kalangan pemula, usia lanjut,
dan orang yang memiliki kasus obesitas (Yudha, 2006). Senam aerobik
low impact merupakan suatu aktivitas fisik aerobik yang terutama
bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dan
daya tahan jantung, paru, peredaran darah, otot dan sendi. Senam ini
dapat dilakukan dengan frekuensi latihan 3-5 kali dalam satu minggu
dan dengan lama latihan 30-60 menit. (Kowalkski, 2010) menyebutkan
dalam menurunkan tekanan darah, berolahraga tiga kali seminggu
selama 30-60 menit sehari sama efektifnya dengan berolahraga lima
kali seminggu. Senam aerobik low impact akan berpengaruh pada
penurunan denyut jantung yang akan berimplikasi pada penurunan
tekanan darah.
B. Manfaat Low Impact Aerobic
Latihan aerobik memiliki efek signifikan pada kesehatan otak,
dalam hal ini aerobik dapat memperbaiki kemampuan memori atau
daya ingat dan meningkatkan kemampuan fungsi-fungsi organ tubuh.
Banyak orang yang berusia lanjut melakukan latihan aerobik low
impact agar terlihat muda. Ketika mereka melakukan senam aerobik,
tubuh akan memanas dan denyut jantung akan meningkat serta semua
otot tubuh akan bergerak. Hal ini akan mengakibatkan darah mengalir
lebih cepat ke dalam otot, kemudian kembali ke paru-paru. Selain itu,
senam aerobik yang dikombinasikan dengan tarian dan musik akan
membuat efek rileksasi pada tubuh serta menimbulkan perasaan
bahagia. Hal tersebut akan berdampak pada pencegahan stress,
kecemasan, kegelisahan ataupun depresi yang kerap terjadi terutama
pada mereka yang menderita hipertensi (Wong & Rusdiansari, 2011)
(Kowalkski, 2010) mengemukakan bahwa satu sesi senam dengan
40% kapasitas maksimal, ekuivalen dengan berjalan dengan kecepatan
sedang, dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan selama
kurang lebih 24 jam. Tekanan darah akan turun selama beberapa hari,
dan kembali ke tingkat pra-latihan hanya setelah seminggu atau dua
minggu tidak berlatih. Hal ini terjadi apabila seseorang telah melakukan
senam selama tiga periode berturut-turut.
C. Teknik Aerobic Low Impact
Senam aerobik dilakukan selama 3 kali dalam satu minggu dan
dilakukan selama empat minggu. Satu sesi senam terdiri dari beberapa
gerakan yang meliputi gerakan pemanasan, gerakan inti dan gerakan
pendinginan. Gerakan pemanasan dan pendinginan berupa peregangan
statis dan dinamis dan gerakan-gerakan yang menyerupai gerakan
senam aerobik (Sari, Indriwati & Jing, 2008). Adapun penjelasan dari
gerakan senam aerobik low impact tersebut meliputi:
Gerakan pemanasan Gerakan pemanasan dilakukan pertama kali
dan bertujuan untuk menghindari terjadinya cedera ataupun
kelelahan selama sesi senam. Gerakan dilakukan selama 10 menit
yang berupa gerakan peregangan statis, gerakangerakan yang
menyerupai gerakan senam aerobik. Gerakan dimulai dengan
pemanasan, yang meliputi latihan kepala dan bahu serta memutar
lengan (Nenggala, 2007).
Gerakan Inti Gerakan inti merupakan gerakan dasar dari senam
aerobik meliputi gerakan dengan intensitas ringan yang
memadukan gerakan leher, pinggang, kaki dan tangan. Gerakan inti
dilakukan selama 15 – 20 menit (Haryanto & Ibrahim, 2012).
Gerakan kaki merupakan gerakan utama dalam senam seperti yang
disebutkan oleh (Haryanto & Ibrahim, 2012) bahwa dalam senam
aerobik terdapat 3 macam gerakan kaki. Pada gerakan senam
aerobik low impact salah satu kaki selalu berada dan menapak di
lantai setiap waktu.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian korelasi, karena di dalam penelitian ini
bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara penurunan kadar
kolesterol LDL-C dengan latihan Low Impact Aerobic pada remaja obesitas usia
15-18 tahun. Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan
pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan
antara dua variabel atau lebih. (Sukardi, 2009). Peneliti melakukan penelitian
terhadap sampel yang telah ditentukan dengan metode kuesioner guna
mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
B. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah remaja kota Indramayu. Dengan
jumlah populasi adalah 50 orang dan sampel yang diambil dari total populasi
tersebut adalah sebanyak 20 orang.
C. Populasi dan Sampel
A. Populasi Penelitian
Populasi merupakan sebuah kelompok yang lebih besar dan dapat
digunakan dalam mendapatkan informasi dalam sebuah penelitian.
(Fraenkel & Norman E. Walken, 2012). Pada penelitian ini yang menjadi
populasi dari penelitian adalah 50 orang remaja kota Indramayu.
B. Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian dari elemen-elemen populasi yang hendak
diteliti. Adapun ide dasar dari pengambilan sampel adalah bahwa dengan
menyeleksi bagian dari elelmen-elemen populasi, kesimpulan tentang keseluruhan
populasi diharapkan dapat diperoleh (Cooper & Pamela, 2001). Sampel penelitian
yang digunakan adalah 20 orang remaja Kota Indramayu yang dipilih dari total
populasi sebelumnya.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen peneliti adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga mudah diolah
(Arikunto, 2006). Instrumen yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini ada
dua, yaitu instrumen inti dan instrumen pendukung. Instrumen inti merupakan
peneliti sendiri dan instrumen pendukung adalah pedoman yang peneliti gunakan
untuk mendapatkan data yaitu kuesioner.
E. Prosedur Penelitian
Untuk mengetahui langkah-langkah yang akan dilakukan selama penelitian,
maka peneliti sudah menyusun prosedur sebagai berikut:
Penulis menetapkan populasi penelitian yaitu 50 orang remaja Kota
Banyuwangi sbagai responden
Dari 50 populasi tersebut, diambil sampel acak sebanyak 20 orang
responden.
Peneliti memberikan kuesioner yang telah dibuat sebelumnya kepada
responden untuk diisi.
Setelah mendapatkan data dari responden selanjutnya dilakukan
pengolahan data.
Setelah dilakukan pengolahan data, lalu data tersebut di analisis dan
ditarik kesimpulan apakah ada korelasi antara penurunan kadar kolesterol
LDL-C dengan latihan Low Impact Aerobic tersebut.
Pada penelitian ini, teknik analisa data menggunakan software Statistical for
Social Science (SPSS) versi 2.2 for windows.
Jika nilai Sig atau P value > 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi
normal.
Jika nilai Sig atau P value < 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi
tidak normal.
D.3 Uji Hipotesis
Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah ada atau tidak korelasi
D−W =
∑ e t −e t −1
∑ et2 :
Keterangan :
Adelia Marista Safitri, S. K. . (2020). Awas, Anak Ternyata Bisa Alami Kolesterol
Tinggi! Ini Penyebabnya. Honestdocs. https://www.honestdocs.id/penyebab-
kolesterol-tinggi-pada-anak
Adhi, I. S. (2020). Berapa Kadar Kolesterol Normal dalam Darah?
Kompas.Com.
https://health.kompas.com/read/2020/08/19/150200368/berapa-kadar-kolesterol-
normal-dalam-darah-?page=2.
Batubara, J. R. (2016). Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari
Pediatri, 12(1), 21. https://doi.org/10.14238/sp12.1.2010.21-9
Carla Mercado et al. (2012). Prevalence of Cholesterol Treatment Eligibility and
Medication Use Among Adults — United States, 2005–2012. Antimicrobial
Agents and Chemotherapy, 53(95), 45–52.
Davison, K. M., & Kaplan, B. J. (2012). Food intake and blood cholesterol levels
of community-based adults with mood disorders. BMC Psychiatry, 12(1), 10.
https://doi.org/10.1186/1471-244X-12-10
de Dios, M. A., Childress, S. D., Cano, M. Á., McNeill, L. H., Reitzel, L. R., &
Vaughan, E. (2020). Elevated cholesterol among African American adults:
the role of fatalistic attitudes about health. Ethnicity and Health, 25(6), 835–
842. https://doi.org/10.1080/13557858.2018.1469734
Pratiwi, R. S. (2020). Remaja Pun Bisa Alami Kolesterol Tinggi. Kompas.Com.
https://lifestyle.kompas.com/read/2020/11/26/170305420/remaja-pun-bisa-
alami-kolesterol-tinggi-ini-cara-mengatasinya
Soleha, M. (2012). Kadar Kolesterol Tinggi Dan Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Kadar Kolesterol Darah. 1.2, 85–92.
Stenly, M., Afiah, A. S. N., & Sun, D. M. (2019). Gambaran profil lipid pada
penderita penyakit jantung koroner di rumah sakit umum daerah Dr. H.
Chasan Boesoirie Ternate. Kieraha Medical Jurnal, 1(1), 54–59.
Tamando, S. H. (2014). Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Kolesterol Pada
Remaja Dengan Metode Certainty Factor (Cf) Berbasis Web. Mantik Penusa,
15(1), 16–23. https://doi.org/10.31227/osf.io/97rz8
Tunggul Waloya, Rimbawan, dan N. A. (2013). Hubungan Antara Konsumsi
Pangan Dan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Kolesterol Darah Pria Dan
Wanita Dewasa Di Bogor. Jurnal Gizi Dan Pangan, 8(1), 9–16.
Waani, O. T., Tiho, M., & Kaligis, S. H. M. (2016). Gambaran kadar kolesterol
total darah pada pekerja kantor. Jurnal E-Biomedik, 4(2), 0–5.
https://doi.org/10.35790/ebm.4.2.2016.14606
Wulandari, R. (2020). Tes Skrining untuk Remaja (Usia 13-18 Tahun). Infopasien.
https://www.infopasien.com/tes-lab/skrining/tes-skrining-untuk-remaja/