Anda di halaman 1dari 12

‫‪Asalamualikum wr wb‬‬

‫‪Sudah datangkah kepadamu berita ‬‬

‫‪Bawa rumah yang engkau yang huni akan hancur‬‬

‫‪Apakah sudah dating berita kepada mubahawa kp suka mulya ini akan hancur dan tidak akan adalagi sebuh kota‬‬

‫‪Apakah sudah dating pada kita bawa semua yang ada di muka bumi ini akan rata dengan tanah engkaupun akan tenggelam dengan‬‬
‫‪tanah‬‬

‫ي لَهُ َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ‬


‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد َ‬ ‫ت َأ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم ِ‬
‫ِإ َّن ْال َح ْم َد هلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ‪َ 2‬ونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَعُوْ ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيَِّئا ِ‬
‫ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ‬
‫ِإلَـهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي َ‬

‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ َّن ِإالَّ َوَأ ْنتُ ْم ُّم ْسلِ ُموْ نَ‬
‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هللاَ َح َّ‬

‫ث ِم ْنهُ َما ِر َجاالً َكثِيرًا َونِ َسا ًء َواتَّقُوا هللاَ الَّ ِذي تَ َسا َءلُونَ بِ ِه َواَْألرْ َحا َم ِإ َّن هللاَ َكانَ‬
‫ق ِم ْنهَا َزوْ َجهَا َوبَ َّ‬ ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي خَ لَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف ٍ‬
‫س َوا ِح َد ٍة َو َخلَ َ‬
‫َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬

‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هللاَ َوقُولُوا قَوْ الً َس ِديدًا يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن يُ ِط ِع هللاَ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَازَ فَوْ ًزا َع ِظي ًما‬

‫َأ َّما بَ ْع ُد‬

‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‪َ .‬أقُوْ ُل َما تَ ْس َمعُوْ نَ َوَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم َولِ َساِئ ِر ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ ِم ْن ُك ِّل‬‫آن ْال َع ِظي ِْم‪َ ،‬ونَفَ َعنِ ْي َوِإيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ ْاآليَا ِ‬
‫بَا َركَ هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ ِ‬
‫ان َح َسنَاتِنَا‪ِ ،‬إنَّهُ َولِ ُّي َذلِكَ َو ْالقَا ِد ُر َعلَ ْي ِه‬ ‫ب‪ ،‬فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ ِإنَّهُ هُ َو ْال َغفُوْ ُر ال َّر ِح ْي ُم‪ .‬تَقَبَّ َل هللاُ َع َملَنَا َو َع َملَ ُك ْم َو َج َعلَهَا فِي ِم ْي َز ِ‬ ‫َذ ْن ٍ‬

‫‪Mukedimah kedua‬‬

‫ﺻﺤْ ﺒِ ِﻪ ﺃَﺟْ َﻤ ِﻌ ْﻴﻦَ‬


‫ﺍﻑ ﺍﻷَ ْﻧﺒِﻴَﺎﺀِ َﻭﺍﻟﻤﺮْ َﺳﻠِ ْﻴﻦَ ﻧَﺒِﻴِّﻨَﺎ ُﻣ َﺤ َّﻤ ٍﺪ َﻭ َﻋﻠَﻰ ﺁﻟِ ِﻪ َﻭ َ‬
‫ﺼﻼَﺓُ َﻭﺍﻟ َّﺴﻼَ ُﻡ َﻋﻠَﻰ ﺃَ ْﺷ َﺮ ِ‬
‫ﺍﻟ َﺤ ْﻤ ُﺪ ﻪﻠﻟِ َﺭﺏِّ ﺍﻟ َﻌﺎﻟ ِﻤ ْﻴﻦَ َﻭﺍﻟ َّ‬

‫‪penutup‬‬

‫ُﺼﻠُّﻮﻥَ َﻋﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِ ِّﻲ ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّ ِﺬﻳﻦَ ﺁ َﻣﻨُﻮﺍ َ‬


‫ﺻﻠُّﻮﺍ َﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ َﻭ َﺳﻠِّ ُﻤﻮﺍ ﺗَ ْﺴﻠِﻴﻤﺎ ً‬ ‫ﺇِ َّﻥ ﻪَّﻠﻟﺍ َ َﻭ َﻣﺎَﻠ ﺋِ َﻜﺘَﻪُ ﻳ َ‬

‫ﺎﺭ ْﻛﺖَ َﻋﻠَﻰ‬ ‫ﺁﻝ ُﻣ َﺤ َّﻤ ٍﺪ َﻛ َﻤﺎ ﺑَ َ‬‫ﺎﺭ ْﻙ َﻋﻠَﻰ ُﻣ َﺤ َّﻤ ٍﺪ َﻭ َﻋﻠَﻰ ِ‬ ‫ﺻﻠَّﻴْﺖَ َﻋﻠَﻰ ﺇِ ْﺑ َﺮﺍ ِﻫ ْﻴ َﻢ َﻭ َﻋﻠَﻰ ﺁ ِﻝ ﺇِ ْﺑ َﺮﺍ ِﻫ ْﻴ َﻢ‪ ،‬ﺇِﻧَّ َ‬
‫ﻚ َﺣ ِﻤ ْﻴ ٌﺪ َﻣ ِﺠ ْﻴ ٌﺪ ‪َ .‬ﻭﺑَ ِ‬ ‫ﺍَﻟﻠَّﻬُ َّﻢ َ‬
‫ﺻ ِّﻞ َﻋﻠَﻰ ُﻣ َﺤ َّﻤ ٍﺪ َﻭ َﻋﻠَﻰ ِ‬
‫ﺁﻝ ُﻣ َﺤ َّﻤ ٍﺪ َﻛ َﻤﺎ َ‬
‫ﺁﻝ ﺇِﺑ َْﺮﺍ ِﻫ ْﻴ َﻢ‪ ،‬ﺇِﻧَّﻚَ َﺣ ِﻤ ْﻴ ٌﺪ َﻣ ِﺠ ْﻴ ٌﺪ‬
‫ﺇِ ْﺑ َﺮﺍ ِﻫ ْﻴ َﻢ َﻭ َﻋﻠَﻰ ِ‬

‫ﺕ ﺍﻷَﺣْ ﻴَﺎﺀِ ِﻣ ْﻨﻬُ ْﻢ َﻭﺍﻷَ ْﻣ َﻮﺍ ِ‬


‫ﺕ ﺇِﻧَّﻚَ َﺳ ِﻤ ْﻴ ٌﻊ ﻗَ ِﺮﻳْﺐٌ ُﻣ ِﺠﻴْﺐُ ﺍﻟ َّﺪ ْﻋ َﻮ ِﺓ‬ ‫ﺍﻟﻤﺆ ِﻣﻨِ ْﻴﻦَ َﻭ ْ‬
‫ﺍﻟﻤﺆ ِﻣﻨَﺎ ِ‬ ‫ﺍﻟﻠﻬُ َّﻢ ﺍ ْﻏﻔِﺮْ ﻟِ ْﻠ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻤ ْﻴﻦَ َﻭﺍﻟﻤ ْﺴﻠِ َﻤﺎ ِ‬
‫ﺕ َﻭ ْ‬

‫ﻚ ِﻋ ْﻠ ًﻤﺎ ﻧَﺎﻓِﻌًﺎ َﻭ ِﺭ ْﺯﻗًﺎ ﻃَﻴِّﺒًﺎ َﻭ َﻋ َﻤﻼً ُﻣﺘَﻘَﺒَّﻼً‬


‫ﺍﻟﻠَّﻬُ َّﻢ ﺇِﻧِّﺎ ﻧَﺴْﺄَﻟُ َ‬

‫َﺭﺑَّﻨَﺎ ﺁﺗِﻨَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟ ُّﺪ ْﻧﻴَﺎ َﺣ َﺴﻨَﺔً َﻭﻓِﻲ ﺍﺂْﻟ ِﺧ َﺮ ِﺓ َﺣ َﺴﻨَﺔً َﻭﻗِﻨَﺎ َﻋ َﺬ َ‬
‫ﺍﺏ ﺍﻟﻨَّ ِ‬
‫ﺎﺭ‬

‫ﺎﻥ ﺇِﻟَﻰ ﻳَﻮْ ِﻡ ﺍﻟ ّﺪﻳْﻦ‬ ‫ﺻﻠَّﻰ ﻪﻠﻟﺍُ َﻋﻠَﻰ ﻧَﺒِﻴِّﻨَﺎ ُﻣ َﺤ َّﻤ ٍﺪ َﻭ َﻋﻠَﻰ ﺁﻟِ ِﻪ َﻭ َ‬
‫ﺻﺤْ ﺒِ ِﻪ ﻭ َ َﻣ ْﻦ ﺗَﺒِ َﻌﻬُ ْﻢ ﺑِﺈِﺣْ َﺴ ٍ‬ ‫‪َ .‬ﻭ َ‬

‫َﻭﺁ ِﺧ ُﺮ َﺩ ْﻋ َﻮﺍﻧَﺎ ﺃَ ِﻥ ْﺍﻟ َﺤ ْﻤ ُﺪ ﻪﻠﻟ َﺭﺏِّ ْﺍﻟ َﻌﺎﻟَ ِﻤ ْﻴﻦَ‬


ِ ‫اآلخ ِر فَ ْليُحْ ِس ْن إلى َج‬
‫ار ِه‬ ِ ‫َم ْن َكانَ يُْؤ ِمنُ بِاهلل َو اليَوْ ِم‬

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berbuat baik kepada terangganya.” (HR. al-
Bukhari dan Muslim)

Khutbah Pertama:

َ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْيك‬،‫صي ثَنَا َء َعلَ ْي ِه ه َُو َك َما َأ ْثنَى َعلَى نَ ْف ِس ِه‬ ِ ْ‫ اَل ُأح‬،ُ‫ َوُأ ْثنِي َعلَ ْي ِه الخَ ْي َر ُكلَّه‬،ٌ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ؛ َأحْ َم ُدهُ بِ َم َحا ِم ِد ِه الَّتِ ْي هُ َو لَهَا َأ ْهل‬
‫َص َح اُأْل َّمةَ َو َجاهَ َد‬
َ ‫الر َسالَةَ َوَأ َّدى اَأل َمانَةَ َون‬ َ ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ َو‬، َ‫ض ْين‬
ِ ‫صفِيُّهُ َوخَ لِ ْيلُهُ؛ بَلَّ َغ‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬ ِ ‫لَهُ؛ ِإلَهُ اَأْل َّولِ ْينَ َواآل ِخ ِر ْينَ َوقُيُوْ ُم ال َّس َما َوا‬
َ‫صحْ بِ ِه َأجْ َم ِع ْين‬
َ ‫ات هللاِ َو َساَل ُمهُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه َو‬ َ َ‫ َواَل َش ًّرا ِإاَّل َح َّذ َرهَا ِم ْنهُ؛ ف‬،‫ك َخ ْيرًا ِإاَّل َد َّل اُأْل َّمةَ َعلَ ْي ِه‬
ُ ‫صلَ َو‬ َ ‫ فَ َما تَ َر‬, ُ‫ق ِجهَا ِد ِه َحتَّى َأتَاهُ اليَقِيْن‬ َّ ‫ فِي هللاِ َح‬.

ِ ‫َأ َّما بَ ْع ُد َم َع‬:


ِ‫ْن ِعبَا َد هللا‬2َ ‫اش َر ال ُمْؤ ِمنِي‬

ُ‫ب َوال َّشهَا َد ِة ُم َراقَبَةً َم ْن يَ ْعلَ ُم َأ َّن َربَّهُ يَ ْس َم ُعهُ َويَ َراه‬
ِ ‫اِتَّقُوْ ا هللاَ تَ َعالَى َو َراقِبُوْ هُ فِي السِّرِّ َوال َعاَل نِيَ ِة َوال َغ ْي‬.

Ibadallah,

Tak dipungkiri, manusia tidak bisa terlepas dari manusia yang lain. Artinya ia mutlak membutuhkan orang lain
dalam hidupnya. Di sinilah, manusia tidak bisa dipisahkan dari kehidupan bertetangga. Islam pun telah
menggariskan etika sosial untuk menciptakan jalinan yang harmonis antar keluarga. Sehingga kehidupan manusia
terpenuhi atmosfer yang penuh dengan spirit tasaamuh (toleransi), ta’awun (tolong menolong) dalam kebaikan dan
taqwa. Penyakit ananiyah (egoisme), su’uzhan (buruk sangka), tajassus (sikap memata-matai), menggunjing aib
orang lain, dan sederet akhlak tercela lainnya tidak endapatkan tempat. Keamanan, ketentraman dan roda
kehidupan yang didasari saling tepa selira dan menghormati dapat semakin kokoh

Saudarakau kaum muslimin,

Tetangga adalah sosok yang akrab dalam kehidupan kita sehari-hari. Tak jarang, tetangga kita lebih tahu keadaan
kita ketimbang kerabat kita yang tinggal berjauhan. Saat kita sakit dan ditimpa musibah, tetangga lah yang
pertama membantu kita. Tak heran, jika Islam begitu menekankan kepada kita untuk berbuat baik kepada
terangga, karena dampak hubungan yang harmonis antar tetangga mendatangkankan maslahat yang begitu besar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ‫اآلخ ِر فَ ْليُحْ ِس ْن إلى َج‬


‫ار ِه‬ ِ ‫َم ْن َكانَ يُْؤ ِمنُ بِاهلل َو اليَوْ ِم‬

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berbuat baik kepada terangganya.” (HR. al-
Bukhari dan Muslim).

‫ك تَ ُك ْن ُم ْسلِ ًما‬
َ ‫او َرةَ َم ْن َجا َو َر‬
َ ‫َوأحْ ِس ْن ُم َج‬

“Dan berbuat baiklah kepada tetanggamu, niscaya engkau menjadi seorang muslim.” (HR. Ibnu Majah).

Dua hadits di atas mengindikasikan bahwa berbuat ihsan (baik) kepada tetangga merupakan salah satu simbol
kesempurnaan iman seseorang. Sebab antara iman dan ketinggian akhlak seorang muslim berbanding lurus.
Semakin tinggi keimanan seseorang, maka semakin mulia pula akhlaknya kepada siapapun, termasuk kepada para
tetangganya. Keluhuran akhlak seseorang bukti kesempurnaan imannya.

Dalam hadits yang lain, Rasulullah menggambarkan arti pentingnya kedudukan tetangga dengan mengatakan.

ُ‫ت أنَّهُ َسي َُو ِّرثُه‬ ِ ‫ص ْينِ ْي بِ ْال َج‬


ُ ‫ار َحتَّى ظَنَ ْن‬ ِ ْ‫َما زَ ا َل ِجب ِْر ْي ُل يُو‬

“Jibril terus-menerus berwasiat kepadaku (untuk berbuat baik) terhadap tentangga, hingga aku yakin ia (seorang
tetangga) akan mewariskan harta kepadanya (tetangganya).” (Muttafaqun ‘alaihi).

Berkaitanmakna berbuat ihsan (baik) kepada tetangga, Syaikh Nazhim Sulthan menerangkan: “(Yaitu) dengan
melakukan beragam perbuatan baik kepada tetangga, sesuai dengan kadar kemampuan. Misalnya berupa
pemberian hadiah, mengucapkan salam, tersenyum ketika bertemu dengannya, mengamati keadaannya,
membantunya dalam perkara yang ia butuhkan, serta menjauhi segala perkara yang menyebabkan ia merasa
tersakiti, baik secara fisik atau moril. Tetangga yang paling berhak mendapatkankan perlakuan baik dari kita
adalah tetangga yang paling dekat rumahnya dengan kita, disusul tetangga selanjutnya yang lebih dekat. ‘Aisyah
pernah bertanya,”Wahai Rasulullah, aku memiliki dua orang tetangga. Maka kepada siapakah aku memberikan
hadiah diantara mereka berdua?”. Beliau menjawab.

ِ ‫إلى أ ْق َربَهُ َما ِم ْن‬


‫ك بَابًا‬

“Kepada tetangga yang lebih dekat pintu rumahnya denganmu.” (HR. al-Bukhari).

Oleh karena itu, Imam Al Bukhari menulis judul bab khusus dalam Shahihnya Bab Haqqul Jiwar Fii Qurbil
Abwab (Bab Hak Tetangga Yang Terdekat Pintunya). Ini merupakan indikator kedalaman pemahaman beliau
terhadap nash-nash tentang hal ini.

Lebih lanjut, Syaikh Nazhim memaparkan tentang kriteria tentang tetangga. Yang Pertama : Tetangga muslim
yang memiliki hubungan kekerabatan. Dia memiliki tiga hak sekaligus. Yaitu ; hak bertetangga, hak Islam dan hak
kekerabatan. Yang Kedua : Tetangga muslim (yang tidak memiliki hubungan kekerabatan), maka ia memiliki dua
hak. Yaitu ; hak bertetangga dan hak Islam.

Yang Ketiga : Tetangga yang hanya memiliki satu hak. Yaitu tetangga yang kafir. Dia hanya memiliki hak sebagai
tetangga, dengan dasar keumuman nash-nash yang memerintahkan berbuat ihsan kepada tetangga, yang mencakup
tetangga muslim dan non-muslim. Seperti yang telah dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
terhadap tetangga Beliau yang beragama Yahudi.(6)

Dari Abdullah bin Amr bin Al ‘Ash bahwa ia menyembelih seekor kambing kemudian bertanya (kepada
keluarganya). “Sudahkah kalian berikan sebagian kambing tersebut kepada tetangga kita yang Yahudi?. Beliau
bertanya sampai tiga kali., kemudian berkata,”Aku telah mendengar Nabi bersabda.

‫ت أنَّهُ َسي َُو ِّرثُه‬ ِ ‫ص ْينِ ْي بِ ْال َج‬


ُ ‫ار َحتَّى ظَنَ ْن‬ َ َ‫َما ز‬
ِ ْ‫ال ِجب ِْر ْي ُل يُو‬

“Jibril senantiasa berwasiat kepadaku (untuk berbuat baik) terhadap tetangga, hingga aku yakin ia akan
memberikan harta warisan kepadanya.” (HR. al-Bukhari dan selainnya).

Penyebutan istilah tetangga mencakup tetangga yang muslim maupun yang kafir, yang ahli ibadah ataupun yang
fasik, teman ataupun musuh, yang senegara ataupun dari negeri lain, yang bisa memberikan manfaat ataupun yang
akan membahayakan, yang masih kerabat ataupun bukan saudara, yang dekat rumahnya ataupun yang jauh.
Tetangga memiliki perbedaan derajat tingkatan antara satu dengan lainnya. Tetangga yang memiliki derajat
tertinggi adalah yang terhimpun padanya seluruh sifat-sifat istimewa, kemudian tingkatan selanjutnya adalah yang
banyak memiliki sifat-sifat luhur, dan tingkatan yang terakhir adalah yang paling sedikit sifat-sifat baiknya.
Istilah tetangga sebagaimana yang dikenal secara umum oleh manusia adalah tetangga yang hidup berdampingan
rumah dengan anda. Namun sebenarnya, parameter dalam masalah ini adalah keumuman lafazh (tetangga). Maka
istilah tetangga mencakup setiap orang yang hidup bersama anda, baik ketika dalam pekerjaan, di toko, atau
masjid, di jalan, maupun di tengah-tengah masyarakat umum. Maka setiap insan yang berada di sekeliling anda
maka ia adalah tetangga anda. Termasuk pula dalam kategori tetangga ini adalah sebuah negara dengan negeri
jirannya, juga negara Islam dengan negara tetangganya. Jadi, tetangga antar negara dinilai sama persis layaknya
tetangga antar anggota masyarakat, yaitu dari sisi pandang bahwa keduanya dituntut untuk berbuat baik kepada
tetangganya masing-masing. Tidaklah terjadi peperangan antar negara melainkan lantaran negara yang satu
melanggar hak negara tetangganya. Ini adalah salah satu prinsip yang agung.

Ibadallah,

Berikut ini beberapa etika pergaulan dengan tetangga yang selayaknya kita perhatikan:

Hendaknya kita mencintai kebaikan untuk tetangga kita sebagaimana kita menyukai kebaikan itu untuk diri kita.
Bergembira jika tetangga kita mendapat kebaikan dan kebahagiaan, serta jauhi sikap dengki ketika itu. Hal ini
mencakup pula keharusan untuk menasehatinya ketika kita melihat tetangga kita melalaikan sebagian perintah
Allah, serta mengajarinya perkara-perkara penting dalam agama yang belum ia ketahui dengan cara yang baik dan
penuh hikmah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ال َأِل ِخي ِه َما يُ ِحبُّ لِنَ ْف ِس ِه‬


َ َ‫ار ِه َأوْ ق‬
ِ ‫َوالَّ ِذي نَ ْف ِسي بِيَ ِد ِه اَل يُْؤ ِمنُ َع ْب ٌد َحتَّى يُ ِحبَّ لِ َج‬
“Dan demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggamanNya, tidaklah seseorang beriman hingga ia mencintai untuk
tetangganya, atau Beliau berkata, untuk sudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Muslim).

Ibnu Abi Jamrah berkata, “Kondisi tetangga berbeda-beda, ditinjau dari tingkat keshalehan mereka. (Prinsip) yang
mencakup seluruhnya adalah keinginan kebaikan untuk tetangga tersebut, dan nasehat kepadanya dengan cara
yang baik, mendoakannya agar mendapatkan petunjuk, menjauhi sikap yang menyakitinya, dan mencegah
tetangga yang tidak shalih dari perbuatan yang menganggu atau dari kefasikan dengan cara yang bijak, sesuai
dengan tahapan beramar ma’ruf nahi mungkar. Serta mengenalkan kepada tetangga yang kafir tentang Islam dan
menjelaskan kepadanya kebaikan-kebaikan agama Islam dan memotivasinya untuk masuk Islam dengan cara yang
baik pula. Jika hal itu bermanfaat maka (ajaklah ia dengan nasehat itu), dan bila nasehat tidak mempan, maka
boikotlah ia dengan tujuan untuk memberinya pelajaran. Karena dirinya telah mengetahui alasan kita
memboikotnya, agar ia berhenti dari keengganannya untuk masuk Islam, jika memang pemboikotan tersebut
efektif diterapkan padanya”

Saat musibah melanda tetangga kita dan dia dirundung kesedihan dan terbelit kesulitan, sebisa mungkin kita
membantunya, baik bantuan materi ataupun dukungan moril. Menghibur dan meringankan beban penderitaannya
dengan nasehat, tidak menampakan wajah gembira tatkala dia dirundung duka. Menjenguknya ketika sakit dan
mendoakan kesembuhan untuknya serta membantu pengobatannya bila memang dia membutuhkannya. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

‫ْس ال ُمْؤ ِمنُ الَّ ِذيْ يَ ْشبَ ُع َو َجا ُرهُ َجاِئ ٌع إلى َج ْنبِ ِه‬
َ ‫لَي‬

“Bukanlah seorang mukmin, orang yang kenyang sementara tetangganya kelaparan di sampingnya.” (HR. al-
Bukhari).

Hindari sejauh mungkin sikap yang dapat menyebabkan tetangga kita merasa tersakiti, baik berupa perbuatan
ataupun perkataan. Contohnya, mencela, membeberkan aibnya di muka umum, memusuhinya, atau melemparkan
sampah di muka rumahnya sehingga menyebabkan ia terpeleset ketika melewatinya, dan jenis gangguan lainnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

َ ‫َم ْن َكانَ يُْؤ ِمنُ بِاهلل َو اليَوْ ِم اآل ِخر فَالَ يُْؤ ِذيْ َج‬
ٌ‫اره‬
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka janganlah ia menyakiti tetangganya.” (HR. al-
Bukhari).

Kunjungilah tetangga pada hari raya dan sambutlah undangannya jika dia mengundang kita. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda.

‫س‬ ُ ‫إجابَةُ ال َّد ْع َو ِة َو تَ ْش ِمي‬


ِ ‫ْت ال َعا ِط‬ َ ‫ع ال َجنَاِئ ِز َو‬ ِ ‫ َر ُّد ال َّسالَ ِم َو ِعيَا َدةُ ال َم ِري‬: ٌ‫ق ال ُم ْسلِ ِم على ال ُم ْسلِ ِم َخ ْمس‬
ُ ‫ْض َو اتِّبَا‬ ُّ ‫َح‬

“Hak muslim atas muslim yang lain ada lima, menjawab ucapan salam, menjenguk orang sakit, mengantar
jenazah, memenuhi undangan dan mendoakan orang yang bersin.” (HR. al-Bukhari).

Berikanlah toleransi kepada tetangga kita selama bukan dalam perkara maksiat. Didiklah keluarga kita untuk tidak
berkata-kata keras atau berteriak-teriak sehingga mengganggu tetangga. Janganlah kita mengeraskan suara radio
kita hingga mengusik ketentraman tetangga, terutama pada malam hari. Sebab, mungkin diantara mereka ada yang
sedang sakit, atau lelah, atau tidur atau mungkin ada anak sekolah yang sedang belajar. Dan ketahuilah,
mendengarkan musik adalah perkara haram, apalagi jika sampai mengganggu tetangga, maka dosanya menjadi
berlipat ganda. Rasulullah bersabda.

ِ ‫ان َخ ْي ُرهُ ْم لِ َج‬


‫ار ِه‬ َ ِ‫ب ِع ْن َد هللا خَ ْي ُرهُ ْم ل‬
ِ ‫صا ِحبِ ِه َو خَ ْي ُر ال ِجي َْر‬ ِ ‫خَ ْي ُر األصْ َحا‬

“Sebaik-baik sahabat adalah yang paling baik terhadap sahabatnya, dan sebaik-baik tetangga adalah yang paling
baik terhadap tetangganya.” (HR. at-Tirmidzi).

Dan hendaklah kita tidak bersikap kikir terhadap tetangga yang membutuhkan bentuan kita, selama kita bisa
membantunya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ‫ارهُ َأ ْن يَ ْغ ِر َز خَ َشبَةً فِي ِجد‬


‫َار ِه‬ َ ‫اَل يَ ْمنَ ْع َأ َح ُد ُك ْم َج‬

“Janganlah seorang diantara kalian melarang tetangganya untuk meletakkan kayu di tembok rumahnya.” (HR. al-
Bukhari dan Muslim).

Berkenaan dengan hadits di atas, Syaikh Salim bin Ied Al Hilali membawakan beberapa pelajaran yang berkaitan
dengan hak tetangga yaitu: Yang pertama : Saling membantu dan bersikap toleran sesama tetangga merupakan
hak-hak tetangga (yang wajib dipenuhi) sekaligus merupakan wujud kekokohan bangunan masyarakat Islam.
Yang kedua : Jika seseorang memiliki rumah, kemudian ia memiliki tetangga dan tetangganya itu ingin
menyandarkan sebatang kayu di temboknya tersebut, maka boleh hukumnya bagi si tetangga untuk meletakkannya
dengan izin atau tanpa izin pemilik rumah, dengan syarat hal tersebut tidak menimbulkan mudharat bagi si
empunya rumah, karena Islam telah menetapkan satu kaidah umum ( ‫ض َرا َر‬ ِ َ‫ض َر َر َو ال‬
َ َ‫ )ال‬.

Berikanlah hadiah kepada tetangga, walau dengan sesuatu yang mungkin kita anggap sepele. Karena saling
memberi hadiah akan menumbuhkan rasa cinta dan ukhuwah yang lebih dalam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah menasehati Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu.

ٍ ‫فأص ْبهُ ْم ِم ْنهَا بِ َم ْعر‬


‫ُوف‬ ٍ ‫ ثُ َّم ا ْنظُرْ أ ْه َل بَ ْي‬، ُ‫إ َذا طَبَ ْختَ َم َرقًا فأ ْكثِرْ َما َءه‬
ِ ، َ‫ت ِم ْن ِجي َْرانِك‬

“Jika suatu kali engkau memasak sayur, maka perbanyaklah kuahnya, kemudian perhatikanlah tetanggamu, dan
berikanlah mereka sebagiannya dengan cara yang pantas.” (HR. Muslim).

Tundukkanlah pandangan kita terhadap aurat tetangga, jangan pula menguping pembicaraan mereka. Apalagi
sampai mengintip ke dalam rumahnya tanpa seizinnya untuk mengetahui aib mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman.

‫ار ِه ْم‬ َ ‫قُلْ لِّ ْل ُمْؤ ِمنِينَ يَ ُغضُّ وا ِم ْن َأب‬


ِ ‫ْص‬
“Dan katakanlah kepada laki-laki beriman:”Hendaklah mereka menahan pandangan mereka.” (QS. An Nur:30).

Ibadallah,

Ketahuilah wahai akhi muslim dan ukhti …..Islam mengajarkan kita untuk menjadi seorang bisa bermanfaat bagi
orang yang lain, atau bila kita tidak bisa memberi manfaat kepada orang lain, paling tidak kita menahan diri
jangan sampai menyakitinya. Apalagi terhadap tetangga, mereka memiliki hak sangat besar yang wajib kita
tunaikan. Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia?.
Maka berbuat baik kepada tetangga merupakan cerminan baiknya keimanan seseorang. Dan sebaliknya, menyakiti
tetangga merupakan simbol ahlul jahl (orang yang tidak mengerti ilmu).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya oleh seorang sahabat,”Wahai Rasulullah, sesungguhnya
Fulanah rajin shalat malam, rajin pula shaum pada siang hari dan gemar bersedekah, tapi dia menyakiti
tetangganya dengan lisannya! Maka Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab.

‫ ِه َي ِم ْن أ ْه ِل ال َجنَّ ِة‬:‫ال‬
َ َ‫أحدًا ؟ فَق‬ ِ ‫ق بِ ْأث َو‬
َ ْ‫ار ِمنَ األقِ ِط َو الَ يُْؤ ِذي‬ َ َ‫صلِّ ْي ال َم ْكتُوْ بَةَ َو ت‬
ُ ‫ص َّد‬ َ ُ‫ َو فُالَنَة ت‬: ‫ قَا َل‬.‫ار‬
ِ َّ‫الَ خَ ي َْر فِ ْيهَا ِه َي ِم ْن أ ْه ِل الن‬
“Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk penghuni neraka”. Lalu sahabat itu bertanya lagi,”Fulanah (wanita)
yang lain rajin shalat fardlu, gemar bersedekah dengan sepotong keju dan tidak pernah menyakiti seorang pun?.
Maka Beliau menjawab,”Dia termasuk penduduk surga.” (HR. al-Bukhari).

Syaikh Nazhim Muhammad Sulthan berkata,”Menyakiti seorang muslim tanpa alasan yang benar adalah perkara
yang haram. Akan tetapi menyakiti tetangga lebih keras lagi keharamannya.

Dari Miqdad bin Al Aswad ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

‫ار ِه‬ ِ ‫ق ِم ْن بَ ْي‬


ِ ‫ت َج‬ َ ‫ْر‬
ِ ‫أن يَس‬ ٍ ‫ق ال َّر ُج ُل ِم ْن َع ْشر ِة أ ْبيَا‬
ْ ‫ت أ ْي َس ُر لَهُ ِم ْن‬ َ ‫ْر‬
ِ ‫ألن يَس‬ ِ ‫ألن يَ ْزن ََي ال َّر ُج ُل بِ َع ْش ِر نِ ْس َو ٍة خَ ْي ٌر لَهُ ِم ْن أ ِن يَ ْزنِ َي با ْم َرأ ِة َج‬
ْ ‫ار ِه َو‬ ْ

“Sungguh, jika seorang laki-laki berzina dengan sepuluh wanita itu masih lebih baik baginya daripada ia berzina
dengan istri tetangganya, dan sungguh jika seorang laki-laki mencuri dari sepuluh rumah itu lebih ringan
(dosanya) daripada ia mencuri dari rumah salah seorang tetangganya.” (HR. Ahmad).

Zina merupakan dosa besar yang diharamkan Allah Tabaaraka wa Ta’ala, dan Allah telah menetapkan hukum-
hukum yang bersifat preventif bagi para pelakunya. Akan tetapi melakukan perbuatan zina dengan istri tetangga
tingkat keharaman, kekejian dan kejahatannya lebih berat lagi. Demikian pula halnya dengan mencuri (di rumah
tetangga).

Dari Syuraih bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

‫ الَّ ِذيْ الَ يَأ َمنُ َجا ُرهُ بَ َواِئقَه‬:‫ال‬


َ َ‫َو هللا الَ يُْؤ ِمنُ َو هللا الَ يُْؤ ِمنُ َو هللا الَ يُْؤ ِمنُ قِ ْي َل َم ْن يَا َرسُوْ َل هللا؟ ق‬

“Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman”. Beliau ditanya,”Siapa wahai
Rasulullah?. Beliau menjawab,”Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya.” (HR. al-Bukhari).

Al Bawa-iq (‫ )البَ َوائق‬adalah bentuk plural dari baa-iqah (‫ )بَاِئقَة‬maknanya adalah malapetaka, sesuatu yang
membinasakan, dan perkara sulit yang datang tiba-tiba.

Ibnu Baththal berkata, “Dalam hadits di atas terdapat penekanan besarnya hak tetangga, karena Beliau sampai
bersumpah tentang hal itu. Bahkan Beliau mengulangi sumpahnya sampai tiga kali. Dalam hadits tersebut juga
terdapat isyarat penafian iman dari seseorang yang menyakiti tetangganya, baik dengan ucapan ataupun dengan
perbuatan. Maksud (penafian disini) adalah (penafian) iman yang sempurna, dan tidak diragukan lagi bahwa
seorang yang bermaksiat keimanannya tidak sempurna”.
Juga hadits dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.

‫ أن تُزَ انِ َي‬: ‫ال‬ َ َ‫ ثُ َّم أي؟ ق‬: ‫ت‬ ْ ‫أن ي‬


ُ ‫ قُ ْل‬.َ‫ُط َع َم َم َعك‬ ْ َ‫أن تَ ْقتُ َل َولَ َد كَخَ ْشيَة‬ ُ ‫ قُ ْل‬. ‫ك‬
ْ : ‫ ثُ َّم أي؟ قَا َل‬: ‫ت‬ ْ :‫ب أ ْعظُ ُم؟ قَا َل‬
َ َ‫أن تَجْ َع َل هلل نِ ًّدا َو هُ َو َخلَق‬ ٍ ‫يَا َرسُوْ َل هللا ُأيُّ َذ ْن‬
‫ك‬
َ ‫ار‬َ ‫َحلِ ْيلَةَ َج‬

Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar?. Beliau menjawab,”Engkau menjadikan tandingan bagi Allah
padahal Ia yang menciptakanmu”. Aku bertanya lagi,”Kemudian dosa apa?. Beliau menjawab,”Engkau
membunuh anakmu karena khawatir ia akan mengambil jatah makananmu”. Aku bertanya lagi,”Lalu dosa apai?.
Beliau menjawab,”Engkau menzinahi istri tetanggamu”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

َ‫ارنَا َوقُوَّاتِنَا َوَأ ْز َوا ِجنَا َو ُذرِّ يَّاتِنَا َوَأ ْم َوالِنَا َوَأ ْن يَجْ َعلَنَا ُمبَا َر ِك ْين‬
ِ ‫ص‬َ ‫اعنَا َوَأ ْب‬
ِ ‫ك لَنَا َأجْ َم ِع ْينَ فِي َأ ْس َم‬ ِ َ‫صفَاتِ ِه ال ُعاَل َأ ْن يُب‬
َ ‫ار‬ ِ ‫نَ ْسَأ ُل هللاَ َج َّل َو َعاَل بَِأ ْس َماِئ ِه ْال ُح ْسنَى َو‬
‫الر َجا ِء َوه َُو َح ْسبُنَا َونِ ْع َم ال َو ِكي ِْل‬ َ ‫ك َوتَ َعالَى َس ِم ْي ُع ال ُّدعَا ِء َوه َُو َأ ْه ُل‬ َ ‫ق البَ َر َك ِة ِإنَّهُ تَبَا َر‬ ِ ‫ َوَأ ْن يُ ِع ْي َذنَا ُسب َْحانَهُ ِم ْن َأ ْسبَا‬،‫َأ ْينَ َما ُكنَّا‬.
ِ ‫ب ُم ِح‬
Khutbah Kedua:

‫صلَّى هللاُ َو َسلَّ َم‬ َ ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ؛‬،ُ‫ك لَه‬
َ ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هللا َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬,‫َان‬ ِ ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ ع‬
ِ ‫َظي ِْم اِإل حْ َسا ِن َوا ِس ِع الفَضْ ِل َوالجُوْ ِد َوااْل ِ ْمتِن‬
َ‫صحْ بِ ِه َأجْ َم ِع ْين‬
َ ‫ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه َو‬.

ِ‫َأ َّما بَ ْع ُد ِعبَا َد هللا‬:

ُ‫اِتَّقُوْ ا هللاَ فَِإ َّن َم ِن اتَّقَى هللاَ َوقَاهُ َوَأرْ َش َدهُ ِإلَى خَ ي ٍْر ُأ ُموْ ٍر ِد ْينِ ِه َو ُد ْنيَاه‬.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Memiliki tetangga yang baik dan mau hidup rukun dengan kita merupakan satu kenikmatan hidup. Namun
terkadang, kita diuji Allah dengan memiliki tetangga yang tidak baik akhlaknya dan gemar mengganggu kita.
Untuk menghadapi tetangga semacam itu, Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu memberikan beberapa nasehatnya,
sebagai berikut:

Bersabarlah anda dalam menghadapi gangguan tetangga. Atau memilih pindah rumah jika memang hal itu
memungkinkan. Allah berfirman.

‫َاوةٌ َكَأنَّهُ َولِ ٌّي َح ِمي ٌم‬ 2َ ‫َوالَتَ ْست َِوي ْال َح َسنَةُ و َال َال َّسيَِّئةُ ا ْدفَ ْع بِالَّتِي ِه َي َأحْ َسنُ فَِإ َذا الَّ ِذي بَ ْين‬
َ ‫َك َوبَ ْينَهُ َعد‬

“Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-
tiba orang yang antara kamu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS.
Fushilat : 34)

Membalas kejahatan tetangga dengan perbuatan baik merupakan salah satu etika bertetangga yang diajarkan
Islam. Yaitu agar kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan yang sama, Al Hasan al Bashri berkata,
“Tidaklah berbuat ihsan kepada tetangga (hanya dengan) menahan diri tidak menyakiti tetangga, akan tetapi
berbuat ihsan kepada tetangga (juga) dengan bersabar dan tabah menghadapi gangguannya”.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

‫ت أوْ ظُع ٌُن‬ ُ ‫و ال َّر ُج ُل يَ ُكوْ نَ لَهُ َجا ٌر يُْؤ ِذ ْي ِه َجا ُرهُ فَيَصْ بِ ُر َعلَى ا َذاهُ َحتَّى يُفَ َّر‬.……
ٌ ْ‫ق بَ ْينَهُ َما َمو‬ َ ،‫ثَالَثَةٌ يَ ِحبُهُ ُم هللا‬

“Tiga golongan yang dicintai Allah,……..dan laki-laki yang memiliki tetangga yang menyakitinya, kemudian ia
bersabar menghadapi gangguannya hingga ajal memisahkan mereka.” (HR. Ahmad).

Hendaklah anda berdoa dengan sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu.

(‫ار البَا ِديَ ِة يَتَ َح َّو ُل‬ َّ ‫َار اإلقَا َم ِة‬


َ ‫فإن َج‬ ِ ‫)الله َّم إنَّ ْي أ ُعوْ ُذ بِكَ ِم ْن َج‬
ِ ‫ار السُّو ِء في د‬
“Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari tetangga yang buruk di akhirat, maka sesungguhnya tetangga badui
beganti-ganti.” (HR. al-Bukhari).
‫‪Jika anda tidak mampu bersabar menghadapi gangguan tetangga, sementara tidak mungkin bagi anda untuk pindah‬‬
‫‪rumah, maka terapkan nasehat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dikisahkan oleh Abu Hurairah‬‬
‫‪radhiyallahu ‘anhu.‬‬

‫ْق‪ ،‬فَطَ َر َح َمتَا َعهُ في تاطِّ ِري ِ‬


‫ْق‪ ،‬فَ َج َع َل‬ ‫فاط َرحْ َمتَاعَكَ في الطَّ ِري ِ‬ ‫ال‪ْ :‬اذهَبْ ْ‬ ‫َجا َء َر ُج ٌل إلى النَّبِ ِّي يَ ْش ُكوْ َجا َرهُ‪ ،‬قَا َل‪ْ :‬اذهَبْ فاصْ بِرْ ‪ ،‬فأتاهُ َم َّرتَي ِْن أوْ ثَالَثًا‪ ،‬فَقَ َ‬
‫ار ال ُم ِسي َء – فَ َع َل هللا بِ ِه َو فَ َع َل‪ِ -‬كنَيَةٌ ع َْن َسخَ ِط النَّ ِ‬
‫اس َعلَ ْي ِه‪ ،‬فَ َجا َء إلَ ْي ِه فَقَ َ‬
‫ال‪ :‬ارْ ِج ْع الَ ت ََرى ِمنِّ ْي َش ْي ًءا‬ ‫الناَسُ يَسْألُوْ نَ فَس ُْخبِ ُرهُ ْم َخبَ ُرهُ‪ ،‬فَيَ ْل َعنُوْ نَ ذلك ال َج َ‬
‫تَ ْك َرهُهُ‬

‫‪“Seorang laki-laki pernah datang kepada Nabi mengeluhkan tetangganya. Maka Rasulullah‬‬
‫‪menasehatinya,”Pulanglah dan bersabarlah”. Lelaki itu kemudian mendatangi Nabi lagi sampai dua atau tiga kali,‬‬
‫‪maka Beliau bersabda padanya,”Pulanglah dan lemparkanlah barang-barangmu ke jalan”. Maka lelaki itu pun‬‬
‫‪melemparkan barang-barangnya ke jalan, sehingga orang-orang bertanya kepadanya, ia pun menceritakan‬‬
‫‪keadaannya kepada mereka. Maka orang-orang pun melaknat tetangganya itu. Hingga tetangganya itu‬‬
‫‪mendatanginya dan berkata,”Kembalikanlah barang-barangmu, engkau tidak akan melihat lagi sesuatu yang tidak‬‬
‫‪engkau sukai dariku.” (HR. Abu Dawud).‬‬

‫‪Ibadallah,‬‬

‫‪Tiada gading yang tak retak. Tidak ada manusia yang sempurna. Ada saja kekurangan yang melekat pada setiap‬‬
‫‪diri kita. Latar belakang yang berbeda menciptakan pribadi yang berbeda. Wacana yang perlu kita kembangkan,‬‬
‫‪bagaimana kita dapat meredam perbedaan yang ada, selama tidak melanggar rambu syariat. Menjalin komunikasi‬‬
‫‪positif dengan menjungjung tinggi akhlak pergaulan. Selamat menuai pahala dari tetangga Anda.‬‬

‫ُصلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َ‬


‫صلُّوا َعلَ ْي ِه‬ ‫ك فِي ِكتَابِ ِه فَقَا َل‪ِ ﴿ :‬إ َّن هَّللا َ َو َماَل ِئ َكتَهُ ي َ‬‫صلُّوْ ا َو َسلِّ ُموْ ا َرعَا ُك ُم هللاُ َعلَى ُم َح َّم ِد ب ِْن َع ْب ِد هللاِ َك َما َأ َم َر ُك ُم هللاُ بِ َذلِ َ‬
‫َو َ‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه بِهَا َع ْشرًا))‬
‫َ‬ ‫ً‬ ‫ة‬ ‫ال‬ ‫ص‬
‫َ َّ َ‬ ‫ي‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ى‬‫َّ‬ ‫ل‬ ‫ص‬
‫َ‬ ‫ْ‬
‫ن‬ ‫م‬
‫َ‬ ‫((‬ ‫‪:‬‬ ‫م‬‫َّ‬ ‫ل‬ ‫س‬‫و‬
‫ُ َ ِ َ َ َ‬‫ه‬ ‫ْ‬
‫ي‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫هللا‬ ‫ى‬ ‫َّ‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫ال‬
‫َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫ق‬‫و‬ ‫‪،‬‬ ‫]‬‫‪٥٦‬‬ ‫[األحزاب‪:‬‬ ‫﴾‬ ‫ً‬ ‫ا‬ ‫يم‬‫ِ‬ ‫ل‬‫س‬‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ت‬ ‫وا‬ ‫م‬ ‫ِّ‬
‫َ َ ُ‬‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫‪.‬‬

‫ار ْكتَ َعلَى‬ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ‬‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ ،‬وبَ ِ‬ ‫صلَّيْتَ َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل ِإ ْب َرا ِه ْي َم ِإنَّ َ‬
‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫ق‪َ ،‬وع ُْث َمانَ ِذيْ النُوْ َر ْي ِن‪،‬‬ ‫ْق‪َ ،‬و ُع َم َر الفَارُوْ ِ‬ ‫ض اللَّهُ َّم َع ِن ال ُخلَفَا ِء الرَّا ِش ِد ْينَ اََأْلِئ َّمةَ ال َم ْه ِديِ ْينَ ؛ َأبِ ْي بَ ْك ِر الصِّ ِّدي ِ‬‫ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل ِإ ْب َرا ِه ْي َم ِإنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ .‬وارْ َ‬
‫ْ‬ ‫َأ‬
‫ك يَا ك َر َم‬ ‫ك َوِإحْ َسانِ َ‬ ‫َأ‬
‫ص َحابَ ِة جْ َم ِع ْينَ َو َع ِن التَّابِ ِع ْينَ َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َسا ٍن ِإلَى يَوْ ِم ال ِّد ْينَ ‪َ 2،‬و َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َمنِّكَ َو َك َر ِم َ‬ ‫ض اللَّهُ َّم َع ِن ال َّ‬ ‫َوَأبِ ْي ال َح َسنَ ْي ِن َعلِ ٍّي‪َ ,‬وارْ َ‬
‫‪.‬اَأل ْك َر ِم ْينَ‬

‫طانِنَا َوأصْ لِحْ َأِئ َّمتَنَا‬ ‫ك َوال ُم ْش ِر ِك ْينَ ‪َ ،‬و َد ِّمرْ َأ ْعدَا َء ال ِّد ْينَ ‪َ ،‬واحْ ِم َحوْ زَ ةَ ال ِّد ْينَ يَا َربَّ ال َعالَ ِم ْينَ ‪ .‬اَللَّهُ َّم آ ِمنَّا فِي َأوْ َ‬ ‫اَللَّهُ َّم َأ ِع َّز اِإل ْساَل َم َوال ُم ْسلِ ِم ْينَ ‪َ ,‬وَأ ِذ َّل ال ِشرْ َ‬
‫اركا ً يَا‬ ‫ي َأ ْم ِرنَا ُمبَ َ‬‫ضى‪ ،‬اَللَّهُ َّم اجْ َعلْ َولِ َّ‬ ‫ي َأ ْم ِرنَا ِل َما تُ ِحبُّ َوتَرْ َ‬ ‫ضاكَ يَا َربَّ ال َعالَ ِم ْينَ ‪ .‬اَللَّهُ َّم َوفِّ ْق َولِ َّ‬ ‫ك َواتَّقَاكَ َواتَّبَ َع ِر َ‬ ‫َو ُواَل ةَ ُأ ُموْ ِرنَا َواجْ َعلْ ِواَل يَتَنَا فِ ْي َم ْن خَافَ َ‬
‫صلَّى هللاُ‬ ‫اع ُسنَّ ِة نَبِيِّكَ َ‬ ‫ار ْك لَهُ فِي َأ ْع َمالِ ِه َوَأ ْق َوالِ ِه َوآ َراِئ ِه يَا َح ُّي يَا قَيُّوْ ُم‪ .‬اَللَّهُ َّم َوفِّ ْق َج ِم ْي َع ُواَل ةَ َأ ْم ِر ال ُم ْسلِ ِم ْينَ لِ ْل َع َم ِل بِ ِكتَابِكَ َواتِّبَ ِ‬ ‫َذا ال َجاَل ِل َواِإل ْك َر ِام‪ ،‬اَللَّهُ َّم بَ ِ‬
‫ارنَا َوَأ ْز َوا ِجنَا‬ ‫ص ِ‬ ‫اعنَا َوَأ ْب َ‬ ‫ار ْك لَنَا فِي َأ ْس َم ِ‬ ‫ت ِإلَى النُّوْ ِر‪َ ،‬وبَ ِ‬ ‫ف بَ ْينَ قُلُوْ بِنَا‪َ ،‬وا ْه ِدنَا ُسبُ َل ال َّساَل ِم‪َ ،‬وَأ ْخ ِرجْ نَا ِمنَ ُّ‬
‫الظلُ َما ِ‬ ‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‪ .‬اَللَّهُ َّم َأصْ لِحْ َذاتَ بَ ْينِنَا َوَألِّ ْ‬
‫‪َ .‬و ُذرِّ يَاتِنَا َوَأ ْم َوالِنَا َوَأوْ قَاتِنَا َواجْ َع ْلنَا ُمبَا َر ِك ْينَ َأ ْينَ َما ُكنَّا‬

‫آخ َرهُ ِس َّرهُ َو َعلَنَهُ‪.‬‬ ‫ت‪ .‬اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَنَا ُذنُبَنَا ُكلَّهُ ِدقَّهُ َو ِجلَّهُ َأ َّولَهُ َو ِ‬
‫ت اََأْلحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأْل ْم َوا ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَنَا َولِ َوالِ َد ْينَا َولِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َوال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫ت َوال ُمْؤ ِمنِ ْينَ َوال ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫َؤخ ُر اَل ِإلَهَ ِإاَّل َأ ْنتَ‬
‫‪.‬اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَنَا َما قَ َّد ْمنَا َو َما َأ َّخرْ نَا َو َما َأس َْررْ نَا َو َما َأ ْعلَنَّا َو َما َأ ْنتَ َأ ْعلَ ُم بِ ِه ِمنَّا َأ ْنتَ ال ُمقَ َّد ُم َوَأ ْنتَ ال ُم ِّ‬

‫ار ْك َوَأ ْن ِع ْم نَبِيَّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َأجْ َم ِع ْينَ‬ ‫آخ ُر َد ْع َوانَا َأ ِن ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ال َعالَ ِم ْينَ ‪َ ,‬و َ‬
‫صلَّى هللاُ َو َسلَّ َم َوبَ ِ‬ ‫‪َ .‬و ِ‬

‫)‪(Diadaptasi dari dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun VIII/1426H/2005M‬‬

‫‪Read more https://khotbahjumat.com/3716-menjalin-keakraban-bertetangga.html‬‬


Khutbah Pertama:

َ‫ي لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَه‬ َ ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَاَل هَا ِد‬ ِ ‫ه هللاُ فَاَل ُم‬2ِ ‫ت َأ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد ْي‬
ِ ‫ِإ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْست َِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَعُوْ ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو َسيَِّئا‬
ُ‫ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْيكَ لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬.

{ َ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُمون‬
َّ ‫ }يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬,

{ َ ‫ث ِم ْنهُ َما ِر َجااًل َكثِيرًا َونِ َسا ًء َواتَّقُوا هَّللا َ الَّ ِذي تَ َسا َءلُونَ بِ ِه َواَأْلرْ َحا َم ِإ َّن هَّللا‬
َّ َ‫ق ِم ْنهَا َزوْ َجهَا َوب‬ ٍ ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف‬
َ َ‫س َوا ِح َد ٍة َو َخل‬
‫} َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬

ِ ‫ يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع هَّللا َ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَا َز فَوْ ًزا ع‬. ‫} يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًا‬
{‫َظي ًما‬

‫…َأ َّما بَ ْع ُد‬

َ ‫ي َرسُوْ ِل هللاِ َو َش َّر اُأل ُموْ ِر ُمحْ َدثَاتُهَا َو ُك َّل بِ ْد َع ٍة‬


ٌ‫ضاَل لَة‬ ِ ‫فَِإ ْن َخ ْي َر الكَاَل ِم كَاَل ُم هللاِ َو َخ ْي َر الهَ ْد‬.
ُ ‫ي هَ ْد‬

Ibadallah,

Syariat kita, syariat Islam, dan fitrah yang suci telah mengajarkan bahwa tentangga memiliki hak yang harus kita
tunaikan. Seorang muslim harus memiliki perhatian terhadap tetangganya. Saling peduli dalam kehidupan
bertetangga. Seorang tetangga wajib merasa aman dari gangguan tetangganya. Namun kultur seperti ini mulai
menipis di masyarakat kita. Bahkan masyarakat yang notabene muslim ini, yang agamanya sangat menekankan
berbuat baik kepada tetangga, telah kehilangan rasa kepedulian terhadap tetangga.

Kita perhatikan, kehidupan bertetangga saat ini penuh dengan egoisme. Sampai seorang tetangga tidak mengenal
tetangga sebelah rumahnya. Seseorang hanya hidup secara individu. Bertemankan tembok sampai tidak tahu nama
tetangganya. Apalagi akan bertamu dan saling mengunjungi. Tidak kita pungkiri, ini yang terjadi di masyarakat
kita sekarang. Dan ini sangat memprihatinkan.

Sikap demikian sangat bertentangan dengan syariat Islam yang kita pegang. Demikian juga menyelisihi
kebudayaan dan kebiasaan orang tua-orang tua kita. Mereka dulu akrab dengan tetangga. Saling tolong-menolong
dan perhatian. Dan budaya tersebut terus terdistorsi, tergerus keadaan dan zaman.

Allah ‫ ﷻ‬telah membimbing kita dalam Kitab-Nya. Demikian juga Nabi ‫ ﷺ‬telah menjelaskan dalam haditsnya.
Tentang apa? Tentang betapa besarnya hak dan kedudukan seorang tetangga. Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

ِ ‫ب بِ ْال َج ْن‬
‫ب‬ ِ ‫َّاح‬ ِ ُ‫ار ْال ُجن‬
ِ ‫ب َوالص‬ ِ ‫ار ِذي ْالقُرْ بَى َو ْال َج‬
ِ ‫ين َو ْال َج‬
ِ ‫َوا ْعبُدُوا هَّللا َ َواَل تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيًئا َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن ِإحْ َسانًا َوبِ ِذي ْالقُرْ بَى َو ْاليَتَا َمى َو ْال َم َسا ِك‬
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada
dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh, dan teman sejawat…” (QS:An-Nisaa | Ayat: 36).

Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Jarir dari Abdullah bin Abbas, ia berkata maksud dari ‫ار ِذي ْالقُرْ بَى‬ِ ‫ ْال َج‬adalah mereka
yang memiliki hubungan kekerabatan. Sedangkan yang dimaksud dengan ‫ب‬ ِ ُ‫ار ْال ُجن‬
ِ ‫ ْال َج‬adalah yang tidak memiliki
hubungan kekerabatan dengan kita.

Ibdallah,

Syariat kita telah memotivasi kita untuk berbuat baik kepada dua tetangga ini. Namun tetangga yang memiliki
hubungan kekerabatan, hak mereka lebih besar. Mereka memiliki dua hak; hak sebagai seorang tetangga dan hak
sebagai seorang kerabat.

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,

‫ت َأنَّهُ َسي َُورِّثه‬ ِ ‫ص ْينِي بِ ْال َج‬


ُ ‫ار َحتَّى ظَنَ ْن‬ َ َ‫ما َ ز‬
ِ ْ‫ال ِجب ِْر ْي ُل يُو‬
“Jibril selalu berwasiat kepadaku agar berbuat baik kepada tetangga sampai aku mengira bahwa dia (Jibril) akan
menetapkan warisan bagin tetangga.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Renungkanlah hadits ini. Renungkanlah betapa besar hak tetangga.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda

ُ‫ الَّ ِذي الَ يَْأ َمنُ َجا ُرهُ بَ َواِئقَه‬:‫ َم ْن يَا َرسُوْ َل هللاِ؟ قَا َل‬:‫ قِي َْل‬. ُ‫ َوهللاِ الَ يُْؤ ِمن‬، ُ‫ َوهللاِ الَ يُْؤ ِمن‬، ُ‫َوهللاِ الَ يُْؤ ِمن‬

“Demi Allah tidak beriman! Demi Allah tidak beriman! Demi Allah tidak beriman!” Beliau pun ditanya, “Siapa,
wahai Rasulullah?” Jawab beliau, “Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.” (HR. al-
Bukhari).

Dalam riwayat Imam Muslim:

ُ‫الَ يَ ْد ُخ ُل ْال َجنَّةَ َم ْن الَ يَْأ َمنُ َجا ُرهُ بَ َواِئقَه‬

“Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.” (HR. Muslim).

Nabi ‫ ﷺ‬juga bersabda,

ِ ‫َم ْن َكانَ يُْؤ ِمنُ بِاهللِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر فَ ْليُحْ ِس ْن ِإلَى َج‬
‫ار ِه‬

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berbuat baik kepada tetangganya.” (HR. Muslim
no. 47)

Hadits-hadits ini –dan masih banyak hadits lainnya- menjelaskan tentang hak seorang tetangga. Mengapa
demikian? Karena Allah hendak menjadikan hubungan bertetangga adalah hubungan yang bermanfaat antara satu
dengan yang lainnya. Allah ‫ ﷻ‬agar kehidupan bertetangga bukanlah kehidupan saling mengganggu dan
menyakiti. Oleh karena itu, banyak sekali hadits-hadits yang menjelaskan tentang kedudukan tetangga.

Ibdallah,

Lalu bandingkanlah hadits-hadits ini dengan keadaan kaum muslimin pada hari ini! Betapa banyak orang yang
hidup bertetangga saling bermusuhan hanya karena permasalahan dunia. Bahkan karena permasalahan anak-anak
mereka.

Betapa banyak permusuhan dan perselisihan yang berlangsung lama. Tidak menyapa. Tidak tersenyum. Tidak
saling mengunjungi. Tidak peduli keadaan. Karena memang berangkat dari ketidak-pedulian.

Islam telah mengajarkan dan membimbing umatnya untuk berbuat baik dan peduli kepada tetangga. Dituntunkan
Allah ‫ ﷻ‬dalam Kitab-Nya dan diteladankan oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam banyak haditsnya.

Ya Allah, bantulah kami dalam menunaikan hak-hak tetangga. Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang
tetangga kami aman dari gangguan kami. Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang memuliakan dan berbuat
baik kepada tetangga kami.

‫ َأقُوْ ُل قَوْ لِي هَ َذا َوَأ ْستَ ْغفِ ُر‬.‫ي َسيِّ ِد ال ُمرْ َسلِ ْينَ َوقَوْ لُهُ القَ ِو ْي ُم‬ ِ ‫ َونَفَ ْعنَا بِهَ ْد‬،‫ت َوال ِّذ ْك ِر ال َح ِكي ِْم‬
ِ ‫ َونَفَ َعنِي َوِإيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ اآليَا‬،‫باركَ هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِي القُرْ آ ِن ال َع ِظي ِْم‬
َ
ْ‫ فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ ِإنَّهُ ه َُو ال َغفُوْ ُر ال َر ِحي ُم‬، َ‫هللاَ لِي َولَ ُك ْم َولِ ْل ُم ْسلِ ِم ْين‬.

Khutbah Kedua:

‫ َأحْ َم ُد َربِّي َعلَى نِ َع ِم ِه‬،‫ت‬ ِ ‫ َونَهَى َع ِن ْالبَ ْغ ِي َوال ُع ْد َوا ِن َوال َّر َذاِئ ِل َو ْال ُم ْن َك َرا‬،‫ت‬ ِ ‫ضاِئ ِل َوالصَّالِ َحا‬ َ ‫ لَهُ ْال َح ْم ُد َأ َم َر بِال ْف‬،‫ت‬ ِ ْ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ اَألر‬
ِ ‫ض َوال َّس َما َوا‬
‫اآلخ ِر ْينَ اَل يَ ْخفَى َعلَ ْي ِه َش ْي ٌء ِمنَ اَأل ْق َوا ِل‬ ِ ‫ك لَهُ ِإلَهُ اَأل َّولِ ْينَ َو‬ َ ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬،‫ت‬
ِ ‫ت َو ْالبَا ِطنَ ِة الَّتِي َأ ْسبَ َغهَا َعلَ ْينَا َو َعلَى ال َم ْخلُقَا‬
ِ ‫الظَا ِه َرا‬
‫ َو َعلَى آلِ ِه‬،‫ك َو َرسُوْ لِكَ ُم َح َّم ٍد‬ ِ َ‫صلِّ َو َسلِّ ْم َوب‬
َ ‫ار ْك َعلَى َع ْب ِد‬ ِ ‫ث هللاُ بِ ْالبَيِّنَا‬
َ ‫ اَللَّهُ َّم‬،‫ت‬ َ ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن نَبِيَّنَا َو َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ بَ َع‬،‫ت‬ ِ ‫َواَأل ْف َع‬
ِ ‫ال َواِإل َردَا‬
ِ ‫صحْ بِ ِه السَّابِقِ ْينَ ِإلَى ال َخي َْرا‬
‫ت‬ َ ‫و‬.َ

‫َأ َّما بَ ْع ُد‬:

‫د‬2ٌ ‫ش هللاُ َش ِد ْي‬ ْ َ‫ فَِإ َّن ب‬،‫اصي‬


َ ‫ط‬ ٍ ْ‫ َو ُكوْ نُوْ ا دَاِئ ًما َعلَى َح ْذ ٍر َوخَ و‬،ُ‫ َوَأ ِط ْيعُوْ ه‬-َّ‫فَاتَّقُوْ ا هللاَ – َع َّز َو َجل‬.
ِ ‫ف ِمنَ ال َم َع‬

Kaum muslimin rahimakumullah,

Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah ditanya oleh seorang sahabat,”Wahai Rasulullah, sesungguhnya Fulanah rajin shalat malam,
rajin pula shaum pada siang hari dan gemar bersedekah, tapi dia menyakiti tetangganya dengan lisannya! Maka
Beliau ‫ ﷺ‬menjawab:

‫ ِه َي ِم ْن أ ْه ِل ال َجنَّ ِة‬:‫ال‬
َ َ‫أحدًا ؟ فَق‬ ِ ‫ق بِ ْأث َو‬
َ ْ‫ار ِمنَ األقِ ِط َو الَ يُْؤ ِذي‬ َ َ‫صلِّ ْي ال َم ْكتُوْ بَةَ َو ت‬
ُ ‫ص َّد‬ َ ُ‫ َو فُالَنَة ت‬: ‫ قَا َل‬.‫ار‬
ِ َّ‫الَ خَ ي َْر فِ ْيهَا ِه َي ِم ْن أ ْه ِل الن‬
“Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk penghuni neraka”. Lalu sahabat itu bertanya lagi,”Fulanah (wanita)
yang lain rajin shalat lima waktu, gemar bersedekah dengan sepotong keju dan tidak pernah menyakiti seorang
pun?” Maka Beliau menjawab,”Dia termasuk penduduk surga”. (HR. Bukhari).

Ini adalah dalil yang tegas bagi kita yang menunjukkan betapa besarnya hak tetangga. Ulama-ulama kita adalah
mereka orang-orang yang senantiasa mengerjakan kebaikan. Mereka memuliakan tetangga-tetangga mereka.
Mereka sering memberi hadiah atau kebaikan-kebaikan yang lain. Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari,
Ummul Mukminin Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah ‫ﷺ‬

‫ك بَابًا‬ َ َ‫ار ْي ِن فَِإلَى َأيِّ ِه َما ُأ ْه ِدي ق‬


ِ ‫ال ِإلَى َأ ْق َربِ ِه َما ِم ْن‬ َ ‫يَا َرسُو َل هَّللا ِ ِإ َّن لِي َج‬

“Wahai Rasulullah, aku punya dua tetangga, kepada siapa dari keduanya yang paling berhak untuk aku beri
hadiah?” Beliau menjawab, “Kepada yang paling dekat pintu rumahnya darimu”. (HR. Al-Bukhari).

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Dzar, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

َ ‫ َوتَ َعاهَ ْد‬، ‫ فَأكثِرْ َماءهَا‬، ً‫ ِإ َذا طَبَ ْختَ َم َرقَة‬، ‫يَا َأبَا َذ ٍّر‬
َ‫جيرانَك‬

“Wahai Abu Dzar, jika engkau memasak masakan berkuah, maka perbanyaklah kuahnya dan perhatikanlah
tetanggamu.” (HR. Muslim).

Saudaraku,

Renungkanlah hadits-hadits yang telah khotib sampaikan. Dan bandingkanlah dengan keadaan kita sekarang.
Bagaimana muamalah kita dengan tetangga kita? Siapa di antara kita yang membantu tetangga kita dalam
permasalah dunianya? Siapa di antara kita yang antara dirinya dengan tetangga terdapat saling mencintai sesama
saudara? Jika mereka membutuhkan pertolongan dalam hal apapun –selam bukan yang haram- kita adalah orang
pertama yang membantu mereka.

Siapa di antara kita yang telah menunaikan hak-hak tetangganya?

Jika kita telah melakukannya, maka kita bersyukur kepada Allah ‫ ﷻ‬atas taufik dari-Nya kita mampu memenuhi
hak tetangga kita. Jika belum, mari kita usahakan sedari sekarang. Kita yang memulai berbuat kebaikan kepada
tetangga. Dan tidak menjadikan tujuan utama supaya mereka membalas kebaikan kita. Kita cukup bahagia telah
melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Jika mereka membalas dengan kebaikan, maka itulah yang kita
inginkan. Karena tercipta hubungan yang baik sesama tetangga. Jika tidak, kita tidak perlu berkecil hati.

Ibadallah,
‫‪Di antara kewajiban terbesar yang harus kita tunaikan kepada tetangga adalah membantu mereka dalam urusan‬‬
‫‪agama. Jika tetangga kita orang yang malas-malasan dalam melaksanakan shalat, maka kita bantu mereka dengan‬‬
‫‪nasihat. Kita kunjungi. Dan bergaul dengan baik.‬‬

‫‪Apabila ada tetangga kita mengkonsumsi narkoba dan minuman beralkohol, kita nasihati juga mereka dengan‬‬
‫‪nasihat yang menyejukkan dan membuat takut akan dosa. Karena hak seorang muslim adalah diberi nasihat.‬‬

‫ال « هَّلِل ِ َولِ ِكتَابِ ِه َولِ َرسُولِ ِه َوَألِئ َّم ِة ْال ُم ْسلِ ِمينَ َوعَا َّمتِ ِه ْم «‬
‫صي َحةُ » قُ ْلنَا لِ َم ْن قَ َ‬
‫‪ ».‬الدِّينُ النَّ ِ‬

‫‪“Agama adalah nasehat. Kemudian kami (para shahabat) bertanya, “Nasehat untuk siapa?”, Rasulullah shalallahu‬‬
‫‪‘alaihi wa salam menjawab, “Untuk Allah, untuk Kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk pemimpin kaum muslimin‬‬
‫‪dan untuk kaum muslimin secara umum.” (HR. Muslim).‬‬

‫‪Dan kaum muslimin secara umum adalah tetangga.‬‬

‫ُصلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َ‬


‫صلُّوا َعلَ ْي ِه‬ ‫صلُّوْ ا َو َسلِّ ُموْ ا – َرعَا ُك ُم هللاُ – َعلَى ُم َح َّم ِد ا ْب ِن َع ْب ِد هللاِ َك َما َأ َم َر ُك ُم هللاُ بِ َذلِ َ‬
‫ك فَقَا َل‪ِ ﴿ :‬إ َّن هَّللا َ َو َماَل ِئ َكتَهُ ي َ‬ ‫َو َ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫هَّللا‬
‫صلى ُ َعل ْي ِه َعشرًا))‬ ‫َّ‬ ‫ً‬
‫اح َدة َ‬ ‫ي َو ِ‬ ‫َ‬
‫صلى َعل َّ‬ ‫َّ‬ ‫‪َ .‬و َسل ُموا تَ ْسلِيما ﴾ [األحزاب‪ ، ]٥٦:‬وقال صلى هللا عليه وسلم ‪َ (( :‬م ْن َ‬ ‫ً‬ ‫ِّ‬

‫ار ْكتَ َعلَى‬ ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬


‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ‬ ‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ ،‬وبَ ِ‬‫صلَيْتَ َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل ِإ ْب َرا ِه ْي َم ِإنَّ َ‬ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫ض اللَّهُ َّم ع َِن‬ ‫ض اللَّهُ َّم َع ِن ال ُخلَفَا ِء الرَّا ِش ِد ْينَ اََأْلِئ َّم ِة ال َم ْه ِديِي َ‪ْ2‬ن َأبِي بَ ْك ٍر َو ُع َم َر َوع ُْث َمانَ َو َعلِ ٍّي‪َ ،‬وارْ َ‬ ‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ .‬وارْ َ‬‫ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل ِإ ْب َرا ِه ْي َم ِإنَّ َ‬
‫ص َحابَ ِة َأجْ َم ِع ْينَ ‪َ 2،‬و َع ِن التَّابِ ِع ْينَ َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َسا ٍن ِإلَى يَوْ ِم ال ِّد ْينَ ‪َ ،‬و َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َمنِّكَ َو َك َر ِمكَ وَِإحْ َسانِكَ يَا َأ ْك َر َم اَأل ْك َر ِم ْينَ‬‫‪.‬ال َّ‬

‫اَللَّهُ َّم َأ ِع َّز اِإل ْساَل َم َوال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوَأ ِذ َّل ال ِشرْ كَ َوال ُم ْش ِر ِك ْينَ ‪ ،‬اَللَّهُ َّم َوآ ِمنَّا فِي َأوْ طَانِنَا َوَأصْ لِحْ َأِئ َّمتَنَا َو ُواَل ةَ ُأ ُموْ ِرنَا‪ ،‬اَللَّهُ َّم َوفِّ ْق َولِ َي َأ ْم ِرنَا لِهُدَاكَ َواجْ َعلْ َع َملَهُ فِي‬
‫ك‬
‫ضا َ‬
‫‪.‬ر َ‬ ‫ِ‬
‫ت اََأْلحْ يَا ِء‬ ‫ت نُفُوْ َسنَا تَ ْق َواهَا‪ ،‬زَ ِّكهَا َأ ْنتَ خَ ْي َر َم ْن َز َّكاهَا َأ ْنتَ َولِيُّهَا َو َموْ اَل هَا‪ ،‬اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَنَا َولِ َوالِ َد ْينَا َولِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َوال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫ت َوال ُمْؤ ِمنِ ْينَ َوال ُمْؤ ِمنَا ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم آ ِ‬
‫اب النَّ ِ‬
‫ار‬ ‫اآلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫ت‪َ .‬ربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِ ْي ِ‬ ‫‪ِ .‬م ْنهُ ْم َواَأْل ْم َوا ِ‬

‫‪َ  .‬ولَ ِذ ْك ُر هَّللا ِ َأ ْكبَ ُر َوهَّللا ُ يَ ْعلَ ُم َما تَصْ نَعُونَ ‪ِ ، ‬عبَا َد هللاِ‪ :‬اُ ْذ ُكرُوْ ا هللاَ يَ ْذ ُكرْ ُك ْم‪َ ،‬وا ْش ُكرُوْ هُ َعلَى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم‬

‫‪Oleh tim KhotbahJumat.co‬‬

Anda mungkin juga menyukai