Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 4 MANAJEMEN INVESTASI DAN PORTOFOLIO

NAMA : KHUSNUL KHATIMAH PUTRI RAMADHANI


NIM : 200903502051
KELAS : KEUANGAN A

REVIEW JURNAL MARKOWTZ DAN INDEKS TUNGGAL


➢ Jurnal Markowitz
Judul Artikel : Penentuan Portofolio Yang Optimal Dengan Model Markowitz
Sebagai Dasar Penetapan investasi Saham
Peneliti : Euginia Natalia Darminto M.G wi Endang NP
Jurnal : Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 9 No. 1 April 2014

• Latar belakang :
Prinsip utama dalam investasi yang perlu diingat sebagai seorang
investor adalah risiko yang rendah maka return yang dihasilkan akan
rendah dan sebaliknya risiko yang tinggi maka return yang dihasilkan
juga akan tinggi. Begitu pula
dalam investasi saham, dimana investasi saham merupakan salah satu
investasi dengan risiko yang tinggi. Risiko yang besar akan timbul bila
modal yang dimiliki hanya diinvestasikan pada satu saham saja. Melalui
konsep diversifikasi (dengan pembentukan portofolio saham yang
optimal), investor dapat memaksimalkan keuntungan yang diharapkan
dari investasi dengan tingkat risiko tertentu atau berusaha
meminimalkan risiko untuk sasaran tingkat keuntungan tertentu.

Model penentuan portofolio yang menekankan pada hubungan return


dan risiko investasinya adalah model Markowitz. Model ini dapat
mengatasi kelemahan dari diversifikasi random. Anggapan bahwa
penambahan jumlah saham dalam satu portofolio secara terus menerus
akan memberikan manfaat yang semakin besar, berbeda dengan model
Markowitz. Model ini meyakini bahwa penambahan saham secara terus
menerus pada satu portofolio, pada suatu titik tertentu akan semakin
mengurangi manfaat
diversifikasi dan justru akan memperbesar tingkat risiko (Tandelilin,
2010:116). Penentuan portofolio efisien merupakan hal terpenting yang
harus diperhatikan dalam menentukan portofolio optimal. Portofolio yang
efisien, merupakan portofolio yang menawarkan risiko terendah dengan
tingkat return tertentu atau menawarkan tingkat return terbesar dengan
risiko tertentu. Asumsi yang melekat pada portofolio efisien adalah
semua investor tidak menyukai risiko (risk averse), sedangkan asumsi
pada portofolio optimal adalah portofolio yang dipilih seorang investor
dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio efisien.

• Tujuan peneliti :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetaui berapa banyak investor yang
memilih menginvestasikan dananya pada saham, dimana hal ini
terindikasi dari semakin meningkatnya sentimen positif pada investasi
saham dibandingkan dengan investasi lainnya

• Metode penelitian :
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai
variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa
membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang
lain (Sugiono, 2007:11). Deskripsi yang digambarkan dalam penelitian
ini adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pembentukan
portofolio saham–saham perusahaan perusahaan Food and Beverages
yang listing di bei tahun 2012 dengan mengunakan model Markowitz.

• Hasil penetilitian :
Berdasarkan hasil penelitian, hasil analisis dan pembahasan yang telah
dikemukakan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan.
Penelitian ini mengunakan populasi seluruh saham yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2012, dengan mengambil sampel saham-
saham dari perusahaan yang Food And Beverages terdapat 9 saham
yang menjadi sampel dalam penelitian ini, setalah dianalisi dengan
mengunakan Model Markowitz ternyata kesembilan saham tersebut
tergolong dalam portofolio optimal. Saham-saham tersebut adalah: PT.
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA), dengan proporsi sebesar 2,86%,
PT. Delta Djakarta Tbk (DLTA), dengan proporsi sebesar 16,20%, PT
IndoFood CBP Sukses Makmur (ICBP), dengan proporsi sebesar
8,34%, PT. IndoFood Sukses Makmur, Tbk (INDF), dengan proporsi
sebesar 14,21%, PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) dengan
proporsi sebesar 6,86%, PT. Mayora Indah Tbk (MYOR) dengan
proporsi sebesar 8,10%, PT Nippon Indosari Corpindo (ROTI) dengan
proporsi sebesar 5,72%, PT. Sekar Laut Tbk (SKLT) dengan proporsi
sebesar 31,33%, PT. Ultra Jaya Industri, Tbk (ULTJ) dengan proporsi
sebesar 6,39%
• Implikasi :
Dalam melakukan analisis investasi, investor harus melakukan
pemilihan terhadap kinerja portofolio secara terus-menerus terutama
resiko dan tingkat keuntungan saham yang akan diperoleh

• Limitasi (Future Research) :


Para investor diharapkan terus-menerus mamantau perkembangan dari
saham-saham portofolio tersebut karena saham-saham tersebut tidak
bersifat optimal selamanya. Tidak optimalnya saham-saham yang telah
terpilih ini bisa disebabkan oleh perubahan– perubahan kondisi
perekonomian yang dapat mempengaruhi perubahan terhadap saham
dan bagi para investor apabila akan melakukan investasi, khususnya
investasi jangka panjang, sebaiknya mempertimbangkan untuk memilih
saham-saham optimal yang telah terpilih tersebut dengan besar proporsi
yang telah ada.

➢ Jurnal Indeks Tunggal


Judul Artikel : CAPM, Indeks Tunggal Dan treynor Sebagai Analisis Portofolio
Peneliti : Ery Indah Setyowati Husnurrosyidah
Jurnal : JURNAL KEUNIS (Keuangan dan Bisnis) P-ISSN: 2302-9315
Vol. 9, No. 1, Januari 2021

• Latar belakang :
Pasar modal syariah di Indonesia mulai mendapat respon positif dan
mendapat perhatian dari berbagai kalangan masyarakat. Hal tersebut
dapat diketahui dari banyaknya jumlah sekuritas yang
diperjualbelikan dengan kapitalisasi pasar yang besar serta
peningkatan jumlah investor yang semakin meningkat tiap tahun (Hadi,
2015). Investor banyak yang menjatuhkan pilihan berupa investasi pada
pasar modal. Hal ini disebabkan karena investasi pada pasar modal
dinilai lebih menghasilkan rate of return yang lebih tinggi dibandingkan
dengan investasi lain misalnya di sektor real aset maupun dipasar uang
(Suroto, 2015). Adapun risiko pada portofolio terbagi menjadi dua
kategori yakni risiko sistematis dan risiko non sistematis. Risiko
sistematis merupakan risiko yang berpengaruh terhadap pasar secara
keseluruhan. Hal ini berarti pergerakan bursa saham secara
keseluruhan dapat mempengaruhi pergerakan harga saham tertentu.
Sedangkan risiko non sistematis merupakan risiko yang hanya terjadi
pada perusahaan tersebut. Karena hanya terjadi pada perusahaan
tersebut, maka investor dapat memperkecil terjadinya risiko non
sistematis dari suatu investasi saham dengan mengambil langkah
berupa diversifikasi (Fahmi, 2018).

• Tujuan penelitian :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis portofolio optimal
saham menggunakan model indeks tunggal dan Capital Asset Pricing
Model (CAPM) dalam pengambilan keputusan investasi serta berapa
keuntungan yang diharapkan dan risiko dari portofolio optimal yang
terbentuk pada saham syariah di Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020.

• Metode penelitian :
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode
pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder yang diakses dari https://www.idx.co.id dan
https://www.bi.go.id.

• Hasil penelitian :
Pembentukan portofolio optimal menggunakan model indeks tunggal.
Model indeks tunggal memperlihatkan semakin besar return yang
diperoleh maka risiko saham individual yang ditanggung akan lebih
besar daripada risiko portofolio yang dimiliki. Langkah awal peneliti
menghitung realized return, expected return, standar deviasi, dan varian
masing–masing saham. Setelah itu menghitung Beta, Alpha, dan varian
error residual. Pembentukan portofolio optimal dilakukan dengan
menyusun peringkat excess return to beta dari nilai yang tertinggi ke
terendah. Penentuan ERB ini memerlukan analisis terhadap expected
return, beta, dan risk free. Setelah penentuan ERB, selanjutnya
menentukan cut off rate (Ci) dilakukan dengan menganalisis hasil
terhadap hasil perhitungan expected return, variance market, beta
alpha, variance error residual, dan risk free rate.
Hasil perhitungan menunjukkan saham yang mempunyai tingkat
expected return paling besar adalah saham VOKS dari sektor industri
sebesar 0,11824, dan saham yang memiliki expected return paling
rendah yaitu saham MPPA dari sektor perdagangan sebesar -0,03337.
Risiko dari expected return saham dapat diketahui menggunakan varian.
Saham yang mempunyai tingkat varian paling besar adalah saham
VOKS dari sektor industri sebesar 0,56773. Sedangkan saham yang
mempunyai varian paling kecil adalah saham IATA dari sektor
infrastruktur sebesar 0,00091. Sedangkan, untuk nilai expected return
pasar sebesar 0,00075 dengan risiko 0,03851, dan nilai risk free rate
(Rf) sebesar 0,0833%. Expected return market yang bernilai positif ini
membuktikan bahwa investasi di pasar modal memberikan return bagi
investor.

• Implikasi :
maka perlu diteliti mengenai penggunaan model indeks tunggal dan
CAPM dalam menentukan portofolio optimal pada Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI). Hal ini disebabkan tingginya minat kaum
millennial untuk berinvestasi di pasar modal syariah sehingga perlu
memperhitungkan return dan resiko dalam berinvestasi (Hati dan
Harefa, 2019). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana cara menentukan portofolio optimal dengan
menggunakan model indeks tunggal, bagaimana penggunaan Capital
Asset Pricing Model (CAPM) dalam pengambilan keputusan investasi
serta berapa keuntungan yang diharapkan dan risiko dari portofolio
optimal yang terbentuk pada saham syariah di Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020.

• Limitasi (Future Research ) :


1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian
menggunakan periode terbaru untuk
mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat.

2. Bagi perusahaan yang sahamnya belum termasuk kategori


portofolio optimal, dapat melakukan
perbaikan kinerja perusahaan agar sahamnya meningkat.

3. Bagi investor dapat menginvestasikan dananya pada 54 saham


tersebut sebagai alternatif pilihan
untuk berinvestasi saham syariah di pasar modal syariah.

4. Bagi akademisi, penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi


ilmiah dalam pengembangan ilmu Ekonomi Syariah tentang analisis
portofolio optimal menggunakan model indeks tunggal dan
pengambilan keputusan dalam berinvestasi dengan Capital Asset
Pricing Model (CAPM).

Anda mungkin juga menyukai