Disusun oleh :
SAJID MUZAKKI
NIM. 170603176
yang berjudul:
Analisis SWOT Kesiapan PT. Bank Aceh Syariah Dalam Implementasi
Pembiayaan Bagi Hasil Sesuai Amanat Qanun No.11 Tahun 2018
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak beban Royalti Non-
Ekslusif ini, UPT Perpustakaan UIN Ar-Raniry Banda Aceh berhak menyimpan,
mengalih-media formatkan, mengelola, mendiseminasikan, mempublikasikannya
di internet atau media lain.
Secara fulltext untuk kepentingan akademik tanpa perlu meminta izin dari saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis, pencipta dan atau
penerbit karya ilmiah tersebut.
UPT Perpustakaan UIN Ar-Raniry Banda Aceh akan terbebas dari segala bentuk
tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah
saya ini.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Banda Aceh
Pada tanggal : 6 September 2022
Mengetahui
Penulis Pembimbing I Pembimbing II
Sajid Muzakki Dr. Israk Ahmadsyah, M. Ec., M.Sc Riza Aulia, SE. I., M. Sc
NIP. 197209072000031001 NIP. 198801302018031001
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
vi
KATA PENGANTAR
vii
1. Dr. Zaki Fuad, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam. Sekaligus sebagai salah satu konseptor Qanun
LKS Tahun 2018
2. Dr. Nevi Hasnita, S.Ag., M.Ag sebagai Ketua Prodi Program
Studi Perbankan Syariah
3. Muhammad Arifin, M. Ag.,Ph. D selaku Ketua Laboratorium
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda
Aceh.
4. Dr. Israk Ahmadsyah, M.Ec., M.Sc. sebagai Penasehat
Akademik (PA) sekaligus pembimbing I dan Riza Aulia,
SE.I., M. Sc selaku pembimbing II penulis di Program Studi
Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Ar-Raniry Banda Aceh yang telah memberikan masukan
dukungan dan ilmu kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik
5. Dr. Azharsyah, SE., Ak., M.S.O.M selaku Penguji I dan Evri
Yenni, SE., M. Si selaku penguji II saya yang telah
memberikan masukan dan saran atas skripsi ini.
6. Prof. Sabri Majid sebagai Ketua DSA, dan Marhaban sebagai
perwakilan dari Divisi Pembiayaan PT. Bank Aceh Syariah
Kantor Pusat Banda Aceh
7. Dengan rasa hormat, cinta dan kasih yang sedalam-dalamnya
penulis mengucapkan terimakasih pada Ibunda tercinta Ayu
Juli Hartati dan Ayahanda Abu Bakar, serta saudara dan juga
viii
adik-adik saya yang telah banyak memberi semangat,
dukungan, beserta doa dalam menyusun skripsi.
8. Teruntuk sahabat-sahabat yang telah memberikan semangat
dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan karya
ilmiah ini. Serta teman-teman seperjuangan dan seluruh
mahasiswa Prodi Perbankan Syariah angkatan tahun 2017
yang telah berjuang bersama-sama dalam menempuh
pendidikan ini, yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu
dan sahabat-sahabat saya dari lingkungan luar kampus yang
telah memberi dukungan, bantuan dan doa kepada saya
sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang
telah membantu, semoga segala bantuan yang telah diberikan
menjadi amal ibadah dan mendapat balasan yang setimpal dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih ada
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran
yang membantu semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini.
Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat untuk semua pihak
yang membacanya.
Banda Aceh, 23 Februari 2022
Penulis,
Sajid Muzakki
ix
TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Materi P dan K
Nomor: 158 Tahun 1987-Nomor:0543b/u/1987
1. Konsonan
2. Vokal
x
a. Vokal Tunggal
Vokal Tunggal Bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau
harkat, transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin
َ Fathah A
َ Kasrah I
َ Dammah U
b. Vokal Rangkap
Contoh:
Kaifa : َكيْف
Haula : َه ْول
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan
huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
xi
Contoh:
qala: َقال
rama: رمى
qila: َِقيْل
4. Ta Marbutah ()ﺓ
Trasliterasi untuk ta marbutoh ada dua.
a. Ta Marbutah ( )ﺓhidup
Ta marbutah ( )ﺓyang hidup atau mendapat harkat fathah,
kasrah dan dammah,
transliterasinya adalah t.
b. Ta marbutah ( )ﺓmati
Ta marbutah ( )ﺓyang mati atas mendapat harkat sukun,
transliterasinya adalah h.
c. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbutah ()ﺓ
diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al, serta
bacaan kedua kata itu terpisah maka ta marbutah ( )ﺓitu
ditransliterasikan dengan h.
Contoh:
xii
Catatan:
Modifikasi
1. Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa
tanpa transliterasi. Seperti M. Syuhudi Ismail, sedangkan
nama-nama lainnya ditulis sesuai kaidah penerjemahan.
Contoh: Hamad Ibn Sulaiman.
2. Nama negara dan kota ditulis menurut ejaan Bahasa Indonesia,
seperti Mesir, bukan Misr, bukan Bayrut; dan sebagainya.
3. Kata-kata yang sudah dipakai (serapan) dalam kamus Bahasa
Indonesia tidak ditransliterasi. Contoh: Tasauf, bukan Tasawuf
xiii
ABSTRAK
11 Tahun 2018 yaitu: kekuatan, Bank Aceh Syariah saat ini sudah
l l l l L l l l l l
dengan rasio 40% (jika dihitung dari portofolio sejak adanya Unit
l l l l l l l l l l
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL KEASLIAN ..................................... i
HALAMAN JUDUL KEASLIAN ......................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................ iii
PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................... iv
PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................... v
PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................ viii
HALAMAN TRANSLITERASI ........................................... x
ABSTRAK ............................................................................... xiii
DAFTAR ISI ........................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR .............................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................... xviii
xv
2.3 Produk Pembiayaan PT. Bank Aceh Syariah .............. 24
2.3.1 Dana Giro Mudarabah........................................ 25
2.3.2 Dana Desposito Mudarabah ............................... 25
2.3.3 Pembiayaan Mudarabah ..................................... 26
2.3.4 Pembiayaan Musyarakah .................................... 27
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Berbasis
Bagi Hasil .................................................................... 28
2.5 Manajemen Strategi Syariah ........................................ 29
2.5.1 Teori Manajemen Strategi Syariah ..................... 29
2.5.2 Karakteristik Manajemen Strategi Syariah ......... 32
2.5.3 Model Manajemen Strategi Syariah ................... 33
2.6 Analisis SWOT ............................................................ 34
2.6.1 Faktor-faktor Analisis SWOT ............................ 36
2.6.2 Manfaat Analisis SWOT .................................... 37
2.6.3 Diagram Matriks SWOT .................................... 39
2.7 Penelitian Terdahulu .................................................... 41
2.8 Kerangka Penelitian ..................................................... 51
xvi
BAB V PENUTUP .................................................................. 96
5.1 Kesimpulan .................................................................. 96
5.2 Saran ............................................................................ 99
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Pembiayaan Bagi Hasil Terhadap Total
Pembiayaan ............................................................. 5
Tabel 1.2 Pembiayaan Yang disalurkan PT. Bank Aceh
Syariah Syariah Tahun Terakhir ............................. 5
Tabel 2.1 Matriks SWOT ....................................................... 38
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ............................................... 47
Tabel 3.1 Daftar Informan ...................................................... 58
Tabel 3.2 Analisis Faktor Internal dan Eksternal PT. Bank
Aceh Syariah........................................................... 85
Tabel 4.1 Matriks SWOT ....................................................... 92
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Siklus Al-Mudarabah............................................ 16
Gambar 2.2 Siklus Al-Musyarakah .......................................... 21
Gambar 2.3 Model Manajemen Strategik Syariah .................... 32
Gambar 2.4 Diagram Analisis SWOT ....................................... 40
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran Penelitian ............................. 52
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Daftar Pertanyaan ................................................. 104
Lampiran 2 Transkrip Wawancara .......................................... 107
xx
BAB I
PENDAHULUAN
1
Qanun LKS ini tepatnya dalam pasal 14 ayat 7 lebih
ditujukan pada produk pembiayaan yang berbasis bagi hasil,
produk pembiayaan di Perbankan Syariah yang berbasis bagil hasil
yaitu pembiayaan musyarakah dan mudarabah. Pembiayaan
musyarakah, yaitu pembiayaan dalam bentuk mata uang rupiah,
pada Bank Aceh memakai prinsip syariah dengan akad
Musyarakah, yaitu kerja sama dari dua pihak atau lebih untuk
menjalankan suatu usaha tertentu. Kedua pihak memberikan
konstribusi dana dan keahlian, serta memperoleh bagi hasil
keuntungan dan kerugian sesuai kesepakatan yang tercantum pada
akad. Pembiayaan mudarabah, mudarabah merupakan akad kerja
sama antara bank selaku pemilik dana (shahibul maal) dengan
nasabah selaku (mudharib) yang memiliki keahlian atau
ketrampilan untuk mengelola suatu usaha yang produktif dan halal.
Hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi bersama
berdasarkan nisbah yang disepakati. Akad mudarabah digunakan
oleh bank untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan permodalan
bagi nasabah guna menjalankan usaha atau proyek dengan cara
melakukan penyertaan modal bagi usaha atau proyek yang
bersangkutan (PT. Bank Aceh Syariah, 2020)
Terkait pembiayaan berbasis bagi hasil maka peneliti
menemukan penelitian terkait yang berjudul “Pembiayaan Syariah
Dengan Prinsip Bagi Hasil Menurut UU No 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syariah Dari Sudut Pandang Hukum Islam”
(Sutrisno, 2008). Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa
2
pembiayaan syariah dengan transaksi bagi hasil dalam bentuk
mudarabah dan musyarakah merupakan salah satu bentuk
pembiayaan dalam UU No.21 mengenai Perbankan Syariah. Dalam
sistem keuangan bagi hasil, tidak ada jaminan keuntungan dari
usaha yang didanai sehingga kreditur pun harus menanggung
kerugian debitur apabila ia merugi, sedangkan pada pinjaman
berbunga seseorang debitur wajib mengembalikan pokok pinjaman
ditambah bunga tanpa memedulikan apakah ia untung atau rugi.
Meski transaksi bagi hasil dalam bentuk mudarabah dan
musyarakah tidak merujuk langsung pada Al-Quran dan Sunnah
namun sebagai alternatif pembiayaan non ribawi bentuk kerjasama
ini sudah diterima Islam sebagai instrumen primer untuk
mengembangkan jaringan perdagangan.
Sebagaimana skema pembiayaan yang lain, skema
pembiayaan bagi hasil juga mempunyai kelemahan dalam
penerapannya terutama berkaitan dengan besarnya resiko yang
mencakup resiko pembiayaan, resiko pasar dan resiko operasional.
Untuk meminimalisir resiko UUPS mewajibkan seluruh perbankan
Syariah menerapkan manajemen resiko. Kendala penerapan
pembiayaan ini terutama berkaitan dengan kasus keagenan yaitu
asimetric information, moral hazard dan adverse selection (seleksi
yang merugikan). Dalam prakteknya hambatan-hambatan ini
diantisipasi menggunakan penerapan Incentive-compatible
constraint.
3
Dalam Qanun LKS No.11 Tahun 2018 pada pasal 14
khususnya ayat 4 dan 7 telah di atur tentang pencapaian rasio
pembiayaan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat di Aceh.
Rasio pembiayaan ditetapkan secara bertahap sebagai berikut:
1. Minimal 30% (tiga puluh persen) paling lambat tahun 2020;
dan
2. Minimal 40% (empat puluh persen) paling lambat tahun
2022.
Akan tetapi pada ayat 7 pencapaian rasio pembiayaan lebih
di tekankan bahwa pembiayaan dengan akad berbasis bagi hasil
dalam Lembaga keuangan syariah yang telah di targetkan dengan
ketentuan tahun 2020 paling sedikit 10% (sepuluh persen), tahun
2022 paling sedikit 11% (dua puluh persen); dan tahun 2024 paling
sedikit 40% (empat puluh persen).
Dengan ditetapkan peraturan tersebut, penulis menemukan
fakta di lapangan bahwa rasio pembiayaan berbasis bagi hasil PT.
Bank Aceh Syariah pada tahun 2020 sebesar 11,00%, meningkat
1,02% dibandingkan pada tahun 2019 sebesar 9,98%. Dengan rasio
11% tersebut, PT. Bank Aceh Syariah telah mencapai target sesuai
dengan peraturan yang terdapat di pasal 14 ayat 7, dimana target
yang ditetapkan yaitu minimal 10% pada tahun 2020. Untuk target
selanjutnya PT. Bank Aceh Syariah pastinya akan berusaha untuk
lebih memaksimalkan kinerjanya agar dapat mencapai target yang
telah ditetapkan pada Qanun LKS tahun 2018.
4
Tabel 0.1
Pembiayaan Bagi Hasil Terhadap Total Pembiayaan
Pembiayaan Berbasis
Bagi Hasil Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
PT. Bank Aceh Syariah
Pembiayaan musyarakah Rp.1.270.00* Rp.1.433.863* Rp.1.681.185*
Pembiayaan mudarabah Rp.11.956.4* Rp.12.900.06* Rp.13.527.91*
Total Pembiayaan Rp.13.236.7* Rp.14.363.25* Rp.15.279.24*
*Dalam juta
Sumber: Data sekunder di olah, (2021).
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa
pembiayaan berbasis bagi hasil di PT. Bank Aceh Syariah, seperti
pembiayaan musyarakah dan mudharabah disetiap tahunnya
meningkat.
Dengan demikian penulisan ini bertujuan untuk
menganalisis lebih mendalam mengenai kesiapan, strategi, dan
5
upaya pihak PT. Bank Aceh Syariah Kota Banda Aceh dalam
menerapakan Qanun no.11 tahun 2018 pasal 14 ayat 7 pada tahun
2022 dan 2024 yang akan datang sesuai dengan ketentuan yang
sudah tetapkan.Untuk mengetahui tentang kesiapan, strategi dan
upaya yang akan dilakukan oleh PT. Bank Aceh maka peneliti
menganalisis-nya dengan metode analisis SWOT, yaitu salah satu
metode yang digunakan untuk mengevaluasi Strengths (kekuatan),
Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats
(ancaman). Instrumen ini memudahkan para praktisi untuk
menentukan apa yang mampu dicapai, dan hal-hal apa saja yang
perlu diperhatikan oleh mereka.
Analisis ini bersifat deskriptif dan subjektif. Bisa saja
beberapa orang dalam organisasi memberikan hasil analisis yang
berbeda pada keempat bagian dalam analisis SWOT. Hal ini sangat
lumrah terjadi, lantaran analisis SWOT adalah sebuah analisis yang
akan memberikan output berupa arahan bukan solusi “ajaib” pada
sebuah permasalahan. Meskipun arahan tersebut mampu diartikan
sebagai salah satu bentuk solusi, akan tetapi pada dasarnya
arahan/rekomendasi yang didapatkan bertujuan untuk
mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari
peluang yang ada, sekaligus mengurangi kekurangan dan
menghindari ancaman.
Analisis SWOT adalah suatu instrumen pengidentifikasian
berbagai faktor yang terbentuk secara sistematis yang dipakai untuk
merumuskan taktik perusahaan. Pendekatan analisis ini didasarkan
6
pada nalar yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan
peluang (opportunities) sekaligus dapat meminimalkan kelemahan
(weaknesses) dan ancaman (threats). Secara singkat analisis SWOT
dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah hal-hal
yang memengaruhi keempat faktornya. Dengan demikian, hasil
dari analisis bisa menciptakan perencanaan taktik menurut hasil
analisis terhadap faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman).
Dengan mengaplikasikan matriks di atas maka dapat
membantu peneliti untuk melakukan anaslisis lebih mendalam
terhadap kesiapan, strategi dan upaya yang akan dilakukan PT.
Bank Aceh Syariah dalam mengimplementasikan pembiayaan bagi
hasil sesuai amanat Qanun No.11 Tahun 2018.
7
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pada kesiapan
PT. Bank Aceh Syariah dalam rangka
mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil
sesuai amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk Tahun 2022
dan 2024
2. Untuk mengetahui peluang dan ancaman yang akan terjadi
pada kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam rangka
mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil
sesuai amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk Tahun 2022
dan 2024
8
bidang hukum perbankan syariah, serta agar dapat selalu
mengikuti perkembangan produk-produk hukum terbaru
dan isu-isu kontemporer ke-Islaman. Diharapkan dapat
menjadi salah satu rujukan mengenai pembahasan tentang
produk-produk perbankan Islam, baik sebagai
pembanding maupun sebagai literatur
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Tugas akhir ini dapat berguna untuk memberikan
penjelasan dan informasi tentang pengaruh pembiayaan
modal kerja yang diberikan Bank Aceh Syariah terhadap
tingkat pendapatan nasabah, dan diharapkan mampu
menjadi sumber bacaan yang dapat menambah wawasan
pembaca khususnya mahasiswa FEBI (Fakultas Ekonomi
Bisnis Islam).
9
interprestasi sehingga dapat membudayakan perilaku
terbuka diantara masyarakat itu sendiri.
10
Analisis SWOT. Bab ini juga menguraikan penelitian terkait
serta dilanjutkan dengan kerangka pemikiran untuk
memudahkan peneliti melanjutkan penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang jenis dan lokasi
penelitian, Sumber data, teknik pengumpulan data, dan
metode analisa data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini membahas
tentang gambaran umum objek Penelitian, dan hasil
penelitian yang didapatkan pada Bank Aceh syariah.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini merupakan bab penutup kesimpulan dari
hasıl penelitian. Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil
penelitian dan saran yang membangun untuk objek
penelitian yang telah diperoleh dari hasil penelitian dan
penulisan tugas akhir
11
BAB II
LANDASAN TEORI
12
produk pembiayaan yang berbasis bagi hasil, produk pembiayaan
di Bank Aceh Syariah yang berbasis bagil hasil yaitu pembiayaan
musyarakah dan mudarabah.
13
tergantung dari kesepakatan mereka. Nisbah bagi hasil bisa dibagi
rata 50:50, 30:70, dan 40:60 sesuai kesepakatan bersama. Dalam
akad mudarabah terdapat dua jenis, yaitu Mudarabah Mutlaqah
dan Mudarabah Muqayyadah. Dalam Mudarabah Mutlaqah
pemodal tidak mensyaratkan kepada pengelola untuk melakukan
jenis usaha tertentu. Jenis usaha yang akan dilakukan oleh
mudharib secara mutlak diputuskan oleh mudharib. Pada
Mudarabah Muqayyadah pemodal mensyaratkan kepada pengelola
untuk melakukan jenis usaha tertentu (Arcarya, 2011).
ْ َض يَْب تَ غُ ْو َن ِم ْن ف
ِ ض ِربُ ْو َن ِِف ْاْلَْر
ۙ
ّٰ ض ِل
الل ْ َ َواٰ َخ ُرْو َن ي...
Artinya: “...dan orang-orang yang berjalan di muka bumi
mencari sebagian Karunia Allah” (Q.S. Al-Muzammil
[73] : 20).
2. Hadits
ٍّ ِ
ص ُرْ َاْلَ َس ُن بْ ُن َعل ٍّّي ا ْْلَََّّل ُل َحدَّثَنَا بِ ْش ُر بْ ُن ََثبِت الْبَ َّز ُار َح َّدثَنَا نْ َحدَّثَنَا
ب َع ْن أَبِ ِيه قَ َال ٍّ ص َهْي ِ الر ْْح ِن ب ِن داود عن ِ ِ
ُ صال ِح بْ ِن َ ْ َ َ ُ َ ْ َ َّ بْ ُن الْ َقاس ِم َع ْن َعْبد
ِ ٌ الل علَي ِه وسلَّم ثَََّل َِّ ول
َ ث في ِه َّن الْبَ َرَكةُ الْبَ ْي ُع إِ ََل أ
َج ٍّل َ َ َ ْ َ َُّ صلى
َّ َ الل ُ قَ َال َر ُس
ت َْل لِلْبَ ْي ِع
ِ ط الْب ِر ِِبلشَّعِ ِري لِلْب ي
َْ ّ ُ ُ َخ ََّل ْ ضةُ َوأَ َوالْ ُم َق َار
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami [Al Hasan bin
Ali Al Khallal] berkata, telah menceritakan kepada kami
14
[Bisyr bin Tsabit Al Bazzar] berkata, telah menceritakan
kepada kami [Nashr bin Al Qasim] dari ['Abdurrahman
bin Dawud] dari [Shalih bin Shuhaib] dari [Bapaknya] ia
berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Tiga hal yang di dalamnya terdapat barakah;
jual beli yang memberi tempo, peminjaman (mudarabah),
dan campuran gandum dengan jelas untuk di konsumsi
orang-orang rumah bukan untuk dijual." (HR. Ibnu
Majah dari Shuhaib : 2280).
3. Ijma’
Imam Zailani, dalam kitabnya Nasbu ar-Rayah,
telah menyatakan bahwa para sahabatnya telah
berkonsesus terhadap legitimasi pengolahan harta yatim
secara mudarabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan
dengan spirit hadits yang dikutip Abu Ubaid dalam kitab
Al-Amwal. Dari landasan diatas mudarabah merupakan
suatu akad yang diperbolehkan (Antonio, Bank Syariah
dari Teori ke Praktek, 2002).
15
untuk nasabah/pengelolah. Apabila dalam kurun waktu yang
disepakati yaitu 3 tahun pengelola mendapatkan keuntungan maka
keuntungan tersebut dibagi menjadi dua sesuai dengan
kesepakatan. dan apabila dalam 3 tahun mengalami kerugian maka
kerugian tersebut ditanggung oleh pihak bank selama kerugian
tersebut tidak dilakukan oleh pihak nasabah.
Gambar 0.1
Siklus Al-Mudharabah
Akad
Mudarabah
Nisbah Y%
Pengembalian Modal
Proyek / Usaha
Pembagian Keuntungan
Modal
16
2.2.2 Produk Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah atau sering di sebut Syarikah atau Syirkah
berasal dari fi’il madhi yang mempunyai arti sekutu atau teman
perseroan, perkumpulan, persyarikatan (Warson, 1984). Definisi
Syirkah menurut mazhab Maliki adalah suatu izin ber-tasharruf
bagi masing-masing pihak yang bersertifikat. Menurut mazhab
Hambali Syirkah adalah persekutuan dalam hal hak dan tasharruf.
sedangkan menurut Syafi’i, syirkah adalah berlakunya hak atas
sesuatu bagi dua pihak atau lebih dengan tujuan persekutuan (A.
Mas’adi, 2002). Bentuk-bentuk musyarakah antara lain (Arcarya,
2011):
1. Musyarakah Tetap
Bentuk musyarakah yang paling sederhana adalah
musyarakah tetap ketika jumlah dan porsi modal yang
disertakan oleh masing-masing mitra tetap selama periode
kontrak.
2. Musyarakah Menurun
Dua pihak bermitra untuk kepemilikan bersama
suatu aset dalam bentuk properti, peralatan, perusahaan
atau lainya. Mereka bersepakat bahwa bahwa pihak
pertama sebagai pemilik modal atau pemilik barang dan
pihak kedua sebagai klien, akan membeli unit demi unit
sehingga barang yang dibutuhkan terpenuhi secara
periodik. Keuntungan yang dihasilkan pada tiap-tiap
17
periode dibagi sesuai porsi kepemilikan aset masing-
masing pihak saat itu.
3. Musyarakah Mutanaqisnah
Yaitu suatu penyertaan modal secara terbatas dari
mitra usaha kepada perusahaan lain untuk jangka waktu
tertentu, yang dalam dunia modern biasa disebut Modal
Ventura, tanpa Unsur-unsur yang dilarang dalam syariah
seperti riba, maysir, dan gharar.
18
ِ َالزب ِرق ِ ِ حدَّثَنَا ُُم َّم ُد بن سلَيما َن الْ ِم
ان َع ْن أَِِب ِّْ صيص ُّي َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن ّ َْ ُ ُ ْ َ َ
ث ِ َّ َحيَّا َن الت َّْي ِم ِّي َع ْن أَبِ ِيه َع ْن أَِِب ُهَريَْرةَ َرفَ َعهُ قَ َال إِ َّن
ُ ول أ َََن ََثل ُ اللَ يَ ُق
ت ِم ْن بَْينِ ِه َما ُ صاحبَهُ فَِإذَا َخانَهُ َخَر ْج
ِ ْي ما ََل ََيُن أَح ُد ُُها
َ َ َ ْ ْ َ ِ ْ الش ِري َك َّ
Artinya:“Telah menceritakan kepada kami (Muhammad
bin Sulaiman Al Mishshishi), telah menceritakan kepada
kami (Muhammad bin Az Zibriqan), dari (Abu Hayyan
At Taimi), dari (ayahnya) dari (Abu Hurairah) dan ia
merafa'kannya. Ia berkata; sesungguhnya Allah
berfirman: "Aku adalah pihak ketiga dari dua orang
yang bersekutu, selama tidak ada salah seorang diantara
mereka yang berkhianat kepada sahabatnya. Apabila ia
telah mengkhianatinya, maka aku keluar dari
keduanya.” (HR. Abu Daud : 2936).
19
2.2.2.2 Musyarakah dalam Perbankan Syariah
Implementasi musyarakah dalam perbankan syariah dapat
dijumpai pada pembiayaan-pembiayaan seperti:
1. Pembiayaan proyek diaplikasikan untuk pembiayaan
proyek dimana nasabah dan perbankan sama-sama
menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut,
dan jika proyek tersebut sudah selesai maka nasabah
mengembalikan dana bank beserta bagi hasilnya.
2. Proyek ventura penanaman modal atau investasi yang
dilakukan nasabah pada saham, dan pada akhirnya akan
di jual kepada nasabah. Baik secara singkat maupun
bertahap (Sa’diyah M. , 2014).
Ketentuan Umun pembiayaan musyarakah adalah sebagai
berikut (Karim, 2003):
a. Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek
musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik
modal berhak ikut serta dalam menentukan kebijakan
usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Pemilik
modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah
dan tidak boleh melakukan tindakan seperti:
1) Menggabungkan dana proyek dengan dana pribadi.
2) Menjalankan proyek dengan pihak lain tanpa izin
pemilik modal lainya.
3) Memberi pinjaman pada pihak lain.
20
4) Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan
atau digantikan oleh pihak lain.
5) Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri
kerjasama apabila: menarik dari perserikatan,
meninggal dunia dan menjadi tidak cakap hukum.
b. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan
jangka waktu proyek harus diketahui bersama.
Keuntungan dibagi sesuai porsi kesepakatan, sedangkan
kerugian dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal.
c. Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam
akad. Setelah proyek sesuai nasabah harus
mengembalikan dana bersama bagi hasil yang telah
disepakati untuk bank.
Gambar 0.2
Siklus Al-Musyarakah
PROYEK USAHA
KEUNTUNGAN
21
2.2.3 Spread Bagi Hasil
Spread bagi hasil ini adalah keutungan yang didapat dari
hasil bagi hasil yang diterima bank syariah dari pembagian
keuntungan dari simpanan bagi hasil, bisa simpanan Wadi’ah yad-
dhamanah dan deposito mudarabah (Pramono, 2013). Semakin
tinggi spread atau net interest margin yang mampu diciptakan oleh
bank, maka hal ini mengindikasikan tingkat keuntungan bank
meningkat sehingga akan memberikan kesempatan bagi bank untuk
lebih leluasa dalam menyalurkan dana kreditnya (Pramono, 2013).
Spread bagi hasil merupakan persentase dari bentuk return
bank syariah khususnya pada pembiayaan bagi hasil mudarabah
dan musyarakah. Bagi Hasil adalah pendapatan utama pada
kegiatan syariah, karena pada dasarnya semua kegiatan syariah
harus mempunyai manfaat yang adil antara semua yang terlibat
dalam kegiatan usaha yang mempergunakan prinsip syariah
(Muljono, 2015).
Sebagai perantara keuangan, bank akan memperoleh
keuntungan dari selisih bunga yang diberikan kepada penyimpan
(bunga simpanan) dengan bunga yang diterima dari peminjam
(kredit) yang dikenal dengan istilah spread based. Jenis
keuntungan ini diperoleh dari bank jenis konvensional. Sedangkan
bagi bank jenis syariah (muamalah) tidak dikenal dengan istilah
bunga karena bank syariah mengharamkan bunga. Dalam bank
syariah, keuntungan yang diperoleh dikenal dengan istilah bagi
hasil atau profit sharing. Pendapatan bunga yang diterima dari
22
peminjam lebih rendah dari pada biaya bunga yang dibayar oleh
bank kepada nasabah yang disebut dengan negative spread.
Sebaliknya, apabila bunga yang diterima dari nasabah yang
memperoleh pinjaman dari bank lebih besar dibandingkan bunga
yang dibayar oleh bank kepada nasabah disebut dengan positive
spread (Kasmir, 2007).
Spread dapat dikatakan sebagai pendapatan utama bank
yang menentukan besarnya pendapatan bersih, dimana semakin
tinggi spread yang dihasilkan oleh suatu bank, maka akan semakin
tinggi pula tingkat keuntungan yang didapatkan oleh bank tersebut.
Sehingga bank perlu menyusun strategi dalam upayanya
memperoleh keuntungan tersebut. Keuntungan itu nantinya akan
digunakan oleh pihak bank untuk menambah jumlah pembiayaan
yang diberikan kepada nasabah. Dalam penelitian ini spread bagi
hasil akan di hitung berdasarkan perbandingan antara bagi hasil
yang diterima oleh pihak bank dengan bagi hasil yang disalurkan
kepada nasabah (Sa’diyah I. , 2013).
Dalam penelitian ini, rumus Spread Bagi Hasil akan
dihitung berdasarkan atas perbandingan antara bagi hasil yang
diterima oleh pihak bank dengan bagi hasil yang disalurkan kepada
nasabah. Rumusnya sebagai berikut :
Bagi Hasil Yang Diterima
𝑆𝑝𝑟𝑒𝑎𝑑 Bagi Hasil = × 100 %
Bagi Hasil Yang Disalurkan
Perubahan Spread akan mempengaruhi kinerja keuangan
secara searah. Artinya, ketika Spread bagi hasil tinggi maka kinerja
23
keuangan akan nsaik dikarenakan pendapatan bunga yang diterima
lebih besar dibandingkan dengan biaya bunga sehingga
menghasilkan positive spread. Demikian sebaliknya, jika nilai
Spread mengalami penurunan maka kinerja keuangan akan
menurun. Kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva
produktifnya akan menghasilkan berupa pendapatan bunga bersih,
pendapatan bunga bersih diperoleh dari pemberian kredit atau
pinjaman, sementara bank juga memiliki kewajiban beban bunga
kepada deposan. Semakin besar rasio ini maka meningkatkan
pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari bunga yang
diterima dari pinjaman yang diberikan dikurangi dengan biaya
bunga dari sumber dana yang diberikan tersebut. Meningkatnya
pendapatan bunga dapat memberikan kontribusi laba terhadap
bank, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai
spread bagi hasil suatu bank maka semakin besar pula profitabilitas
bank tersebut, yang berarti kinerja keuangan bank tersebut semakin
meningkat (Kasmir, 2007).
24
2.3.1 Dana Giro Mudarabah
Giro adalah simpanan dalam rupiah Pihak Ketiga, yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan mempergunakan
cheque, surat perintah pembayaran lainnya atau dengan perintah
pemindahbukuan (misalnya Bilyet Giro, Warkat Kliring, dll). Giro
Mudarabah terdiri dari (PT. Bank Aceh Syariah, 2018):
1. Giro Pemerintah Pusat
2. Giro Pemerintah Daerah
3. Giro BUMN/BUMD
4. Giro Pemerintah Campuran
5. Giro Perusahaan Umum (Pribumi)
6. Giro Perusahaan Umum (Non Pribumi)
7. Giro Yayasan/Badan Sosial/ Koperasi
8. Giro Perorangan (Pribumi)
9. Giro Perorangan (Non Pribumi)
10. Giro Antar Bank
11. Giro Lainnya
25
2.3.3 Pembiayaan Mudarabah
Mudarabah adalah akad kerjasama antara bank selaku l l l l l
2018).
Dalam produk pembiayaan mudarabah di PT. Bank Aceh
l l l l l l l
l sebagai berikut: l
l yang disepakati
l
26
5. Bila terjadi kegagalan usaha yang mengakibatkan kerugian
l l l l l l
l yaitu kerja sama dari dua pihak atau lebih untuk menjalankan suatu
l l l l l l l l l l
Syariah, 2018)
Adapun Keuntungannya sebagai berikut:
1. Persyaratan yang mudah sesuai dengan prinsip syariah l l l l l l
l realisasi usaha l
l dan proyek
l
l pekerjaan
27
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Berbasis Bagi
Hasil
Pada hasil pengujian ARDL Model (Model Dinamis Dalam
l l l l l l l
l besarnya tingkat bagi hasil (nisbah) disisi lain bank syariah tetap
l l l l l l l l l
28
l pembiayaan yang dapat disalurkan bank. Hasil regresi menunjukkan
l l l l l l l
2015).
29
l mana segala aktivitas dalam organisasi/perusahaan semata-
l l l l l
30
2.5.2 Karakteristik Manajemen Strategi Syariah
Adapun beberapa karakteristik manajemen syariah adalah
l l l l l
l sebagai berikut:
l l
2. Teori manajemen
l l Islami l menyelesaikan l persoalan
l kekuasaan, dalam manajemen tidak ada perbedaan antara
l l l l l l
2010).
31
2.5.3 Model Manajemen Strategi Syariah
Manajemen strategik syariah memiliki empat karakter khas
l l l l l l
Gambar 0.3
Model Manajemen Strategik Syariah
Tujuan
Asas (Dunia
dan
Akhirat
)
Mudaraba Ihsan
h, Taqwa
Nilai-nilai
Etika Musyarak dan
Anali
Halal dan ah, dll. Tanggu
sis
Syari Haram Itqan, ng
Dosa dan Jawab
ah akhlak
l visi, misi dan tujuan, telah dilakukan internalisasi dan adisi nilai-
l l l l l l l l l
32
l motivasi Mardhatillah. Demikian pula pada tahap formulasi strategi
l l l l l l l
l etika dan syariah, seperti pertimbangan halal dan haram, dosa dan
l l l l l l l l l
2015).
l kelemaham, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini,
l l l l l l l l l
l hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling banyak
l l l l l l l l l
(Rangkuti, 2006).
33
Analisis ini bersifat deskriptif dan subjektif. Bisa saja
l l l l l l l
l berbeda pada keempat bagian dalam analisis SWOT. Hal ini sangat
l l l l l l l l l
l ancaman.
Secara singkat analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara
l l l l l l l
1. Strengths (kekuatan)
Strenghts merupakan sebuah kondisi yang menjadi l l l l l
34
l organisasi itu sendiri. Faktor-faktor kekuatan tersebut
l l l l l
2. Weaknesses (kelemahan)
Weaknesses merupakan kondisi atau segala sesuatu l l l l l
3. Opportunities (peluang)
Opportunities merupakan suatu kondisi lingkungan l l l l
35
l weaknesses) perusahaan atau organisasi anda dengan l l l l l
4. Threats (ancaman)
Threats merupakan kebalikan dari peluang atau l l l l l
l terjadi.
36
l ataupun rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan
l l l l
l menghindari ancaman. l L
37
Tabel 2.1
Matriks SWOT
IFAS Strengths (S) Weaknesses (W)
Tentukan Faktor-Faktor Tentukan Faktor-Faktor
Kekuatan Internal Kelemahan Internal
EFAS
Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO
Tentukan Faktor- Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
Faktor Peluang menggunakan kekuatan meminimalkan
Eksternal untuk memanfaatkan kelemahan untuk
peluang memanfaatkan peluang
Treaths (T) Strategi ST Strategi WT
Tentukan Faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
Faktor Ancaman menggunakan kekuatan meminimalkan
Eksternal untuk mengatasi kelemahan dan
ancaman menghindari ancaman
38
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman.
39
Gambar 2.4 Diagram Analisis SWOT
Berbagai Peluang
40
3. Kuadran 3: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang
sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa
kendala atau kelemahan.internal. Kondisi bisnis pada
kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada BCG
matrik. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan
masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat
merebut peluang pasar yang lebih. Misalnya, Apple
menggunakan stratregi peninjauan kembali teknologi yang
dipergunakan dengan cara menawarkan produk baru dalam
industri micro computer.
4. Kuadran 4: Ini merupakan situasi yang sangat tidak
menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai
ancaman dan kelemahan internal.
41
bentuk pembiayaan dalam UU No. 21 tentang Perbankan Syariah.
2) Dalam sistem keuangan bagi hasil, tidak ada jaminan
keuntungan dari usaha yang dibiayai sehingga kreditur pun harus
menanggung kerugian debitur jika ia merugi. 3) Meski transaksi
bagi hasil dalam bentuk mudarabah dan musyarakah tidak merujuk
langsung pada Al-Quran dan Sunnah tetapi telah diterima Islam
sebagai instrumen utama untuk mengembangkan jaringan
perdagangan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis
ialah sama-sama membahas tentang pembiayaan syariah dengan
prinsip bagi hasil. Perbedaanyaa ialah pada penelitian penulis fokus
membahas tentang kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam rangka
mengimplementasikan pembiayaan bagi hasil sesuai amanat Qanun
No.11 Tahun 2018. Sedangkan penelitian ini fokus membahas
Pembiayaan Syariah dengan Prinsip Bagi Hasil Menurut UU No 21
Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.
Kedua, penelitian Intan Fathimi (2018), yang berjudul
“Analisis SWOT Terhadap Pengimplementasian Teknologi
Finansial Pada Bank X Cabang Y Kecamatan Peureulak Kabupaten
Aceh Timur”. Metode Penelitian ini ialah Penelitian Lapangan
(Field lResearch). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1)
Implementasi teknlogi finansial sudah beropersi sangat bagus
dalam layanan ATM dan SMS Banking yang dilengkapi fitur-
fitur\sesuai kebutuhan nasabah dan dengan mempertahankan citra
sebagai bank milik daerah yang pertama menjadi bank umum
syariah. 2) Meningkatkan kualitas pelayanan berbasis online akan
42
menutupi kelemahannya. 3) Memanfaatkan peluang dengan cara
bersinergi dengan menjalin hubungan yang lebih baik lagi dengan
instansi atau pemerintah serta industri keuangan yang telah ada.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis ialah sama-
sama menggunakan analisis SWOT. Perbedaanyaa ialah pada
penelitian penulis fokus membahas tentang kesiapan PT. Bank
Aceh Syariah dalam rangka mengimplementasikan pembiayaan
bagi hasil sesuai amanat Qanun No.11 Tahun 2018. Sedangkan
penelitian ini fokus membahas Analisis SWOT Terhadap
Pengimplementasian Teknologi Finansial Pada Bank X Cabang Y
Kecamatan Peureulak Kabupaten Aceh Timur.
Ketiga, penelitian Ridwan Muchlis (2018), yang berjudul
“Analisis SWOT Financial Technology (Fintech) Pembiayaan
Perbankan Syariah Di Indonesia”. Metode Penelitian ini ialah
Penelitian lLapangan l(Field lResearch). Berdasarkan hasil analisis
penelitian maka disaran agar sejak awal mempersiapkan regulasi
yang berhubungan dengan fintech pembiayaan. Agar risiko dapat
diminimalkan dan nasabah meningkatkan pemahaman dan
pengetahuannya untuk kenyamanan dan keamanan bertransaksi di
perbankan syariah. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
penulis ialah sama-sama menggunakan analisis SWOT.
Perbedaanyaa ialah pada penelitian penulis fokus membahas
tentang kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam rangka
mengimplementasikan pembiayaan bagi hasil sesuai amanat Qanun
No.11 Tahun 2018. Sedangkan penelitian ini fokus membahas
43
Analisis SWOT Financial Technology (Fintech) pembiayaan
perbankan syariah di Indonesia.
Keempat, penelitian Solechodin (2020), yang berjudul
“Nisbah Bagi Hasil Deposito Mudarabah Perspektif Hukum
Ekonomi Syariah”. Metode Penelitian ini ialah Penelitian Lapangan
(Field lResearch). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1)
Mekanisme pembagian nisbah bagi hasil deposito mudarabah di
Bank BRI Syariah Cabang Metro semakin lama jangka waktu yang
dipilih nasabah maka akan semakin besar pula bunga yang akan
didapat. 2) Tidak adanya tawar menawar dalam penentuan nisbah
bagi hasil deposito syariah. 3). Respon nasabah terhadap praktik
pembagian nisbah bagi hasil deposito Mudarabah sangat baik,
karena nasabah mencari informasi mengenai dengan cara mencari
informasi melalui Coustumer Service (CS) dan melalui brosur.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis ialah sama-
sama menggunakan pembiayaan dengan bagi hasil. Perbedaanyaa
ialah pada penelitian penulis fokus membahas tentang kesiapan PT.
Bank Aceh Syariah dalam rangka mengimplementasikan
pembiayaan bagi hasil sesuai amanat Qanun No.11 Tahun 2018.
Sedangkan penelitian ini fokus membahas nisbah bagi hasil
deposito mudarabah perspektif hukum ekonomi syariah.
Kelima, Putri Perdana (2021), yang berjudul “Implementasi
Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2018 Tentang Lembaga Keuangan
Syariah dan Kaitannya dengan Praktik Riba di Masyarakat Desa
Alue Dawah”. Metode Penelitian ini ialah Penelitian lLapangan
44
(Field lResearch). Hasil penelitian menunjukkan bahwa. 1)
Masyarakat desa Alue Dawah memiliki pemahaman yang cukup
baik tentang riba dan hukumnya, meskipun tidak dapat
menjelaskana secara sistematis, hal ini terlihat dari berbagai sudut
pandang masyarakat menilai riba. 2) Praktik riba yang sering
dilakukan masyarakat desa Alue Dawah ialah riba qard dan riba
jahiliyah. 3) Penerapan qanun Lembaga keuangan syariah masih
belum menunjukkan keterkaitan dengan praktik riba yang
dilakukan oleh masyarakat desa Alue Dawah, hal ini karena
masyarakat yang tidak bertransaksi di Lembaga keuangan syariah
masih mengandalkan bank keliling dan kebiasaan pinjaman
jahiliyah. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis ialah
sama-sama membahas Qanun No.11 Tahun 2018. Perbedanya ialah
pada penelitian penulis fokus membahas tentang kesiapan PT.
Bank Aceh Syariah dalam rangka mengimplementasikan
pembiayaan bagi hasil sesuai amanat Qanun No.11 Tahun 2018.
Sedangkan penelitian ini fokus membahas Implementasi Qanun
Aceh Nomor 11 Tahun 2018 Tentang Lembaga Keuangan Syariah
dan Kaitannya dengan Praktik Riba.
Keenam, Verty lVebriani l(2021), yang berjudul “Analisis
Peraturan lDaerah/Qanun lAceh lNomor l11 lTahun l2018 lTentang
Lembaga lKeuangan lSyariah lDalam lRangka lPeralihan lKredit
Dari lBank lKonvensional lKe lBank lSyariah”. Metode Penelitian
ini ialah Penelitian lLapangan l(Field lResearch). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa didalam lQanun lLembaga lKeuangan
45
Syariah lpada lprinsipnya lmengatur lLembaga lkeuangan ldan
transaksi lkeuangan ldi lAceh lharus lberdasarkan lprinsip lsyariah,
namun ldalam lQanun lLembaga lKeuangan lSyariah ltidak
terdapat lketentuan lmengenai ltata lcara lpengalihan lkredit ldari
Bank lKonvensional lkepada lBank lSyariah. lDiperlukan lsarana
untuk lpengalihan lkredit lsebelum ldebitur lmelakukan laddendum
pembiayaan lberdasarkan lprinsip lSyariah. Ketentuan lQanun
Lembaga lKeuangan lSyariah lbelum lmenjamin lperlindungan
hukum lbagi ldebitur ldalam lrangka limplementasi lQanun lAceh
tersebut. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis ialah
sama-sama membahas Qanun No.11 Tahun 2018. Perbedaanya
ialah pada penelitian penulis fokus membahas tentang kesiapan PT.
Bank Aceh Syariah dalam rangka mengimplementasikan
pembiayaan bagi hasil sesuai amanat Qanun No.11 Tahun 2018.
Sedangkan penelitian ini fokus membahas Analisis lPeraturan
Daerah/Qanun lAceh lNomor l11 lTahun l2018 lTentang lLembaga
Keuangan lSyariah lDalam lRangka lPeralihan lKredit lDari lBank
Konvensional lKe lBank lSyariah.
Ketujuh, lSyariah Zulfahmi l(2021), yang berjudul
“Eksistensi lQanun lNomor l11 lTahun l2018 ltentang lLembaga
Keuangan lSyariah lterhadap lKonversi lBank lKonvensional
menjadi lBank”. Metode penelitian ini menggunakan Deskriptif
Analitis l(Descriptive lAnalytic). Hasil lyang ldicapai ldengan
berlakunya lQanun lini ladalah llebih lmembantu lterhadap lpihak
UMKM lyang lmana lpasca lkonversi lpihak lbank ltelah
46
menetapkan ltarget lpenyaluran ldana llebih lbanyak ldari
sebelumnya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis
ialah sama-sama membahas Qanun No.11 Tahun 2018.
Perbedaanya ialah pada penelitian penulis fokus membahas tentang
kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam rangka
mengimplementasikan pembiayaan bagi hasil sesuai amanat Qanun
No.11 Tahun 2018. Sedangkan penelitian ini fokus membahas
Eksistensi lQanun lNomor l11 lTahun l2018 ltentang lLembaga
Keuangan lSyariah lterhadap lKonversi lBank lKonvensional
menjadi lBank.
Tabel 0.3
Penelitian Terdahulu
Nama, lTahun
No. Metode l Hasil lPenelitian
Penelitian,ldan Judul
1. Sutrisno (2008), Penelitian 1. Pembiayaan lmudarabah
Pembiayaan lSyariah lKepustakaan dan lmusyarakah
Dengan lPrinsip lBagi l(Library merupakan lsalah lsatu
Hasil lMenurut lUU lResearch) bentuk lpembiayaan dalam
No l21 lTahun l2008 lUU lNo.21 tentang
Tentang lPerbankan lPerbankan Syariah. L
Syariah lDari lSudut 2. Dalam lsistem lkeuangan
Pandang lHukum bagi lhasil, ltidak lada
Islam. jaminan lkeuntungan
dari lusaha lyang dibiayai
lsehingga lkreditur lpun
lharus lmenanggung
lkerugian ldebitur ljika lia
lmerugi. \
3. Meski ltransaksi lbagi
lhasil ldalam lbentuk
lmudarabah ldan
lmusyarakah ltidak
lmerujuk llangsung lpada
lAl-Quran ldan lSunnah
ltetapi ltelah lditerima
47
Tabel 2.1-Lanjutan
Nama, lTahun
No. Metode l Hasil lPenelitian
Penelitian,ldan Judul
lIslam lsebagai linstrumen
lutama luntuk
lmengembangkan ljaringan
lperdagangan. L
2. Intan lFathimil(2018), Penelitian 1. Implementasi lteknlogi
Analisis lSWOT lLapangan lfinansial lsudah
lTerhadap l(Field lberopersi lsangat lbagus
lPengimplementasian lResearch) ldalam llayanan lATM
lTeknologi lFinansial ldan lSMS lBanking
lPada lBank lX lyang ldilengkapi lfitur-
lCabang lY fitur lsesuai lkebutuhan
lKecamatan lnasabah ldan ldengan
lPeureulak lKabupaten lmempertahankan lcitra
lAceh lTimur.. lsebagai lbank lmilik
ldaerah lyang lpertama
lmenjadi lbank lumum
lsyariah. L
2. Meningkatkan lkualitas
lpelayanan lberbasis
online lakan lmenutupi
kelemahannya. l
3. Memanfaatkan lpeluang
dengan lcara lbersinergi
dengan lmenjalin
hubungan lyang llebih
baik llagi ldengan
instansi latau lpemerintah
serta Slindustri keuangan
yang ltelah lada.
3. Ridwan Penelitian Berdasarkan lhasil lanalisis
lMuchlisl(2018), lLapangan lpenelitian lmaka ldisaran
Analisis lSWOT l(Field lagar lsejak lawal
lFinancial lResearch) lmempersiapkan lregulasi
lTechnology l(Fintech) lyang lberhubungan ldengan
lPembiayaan lfintech lpembiayaan. lAgar
lPerbankan lSyariah lrisiko ldapat ldiminimalkan
lDi lIndonesia. ldan lnasabah
lmeningkatkan lpemahaman
ldan lpengetahuannya
luntuk lkenyamanan ldan
48
Tabel 2.1-Lanjutan
Nama, lTahun
No. Metode l Hasil lPenelitian
Penelitian,ldan Judul
lkeamanan lbertransaksi ldi
lperbankan lsyariah.
4. Solechodin l(2020), Penelitian 1. Mekanisme lpembagian
Nisbah lBagi lHasil lLapangan lnisbah lbagi lhasil
Deposito lMudarabah l(Field ldeposito lmudarabah ldi
Perspektif lHukum lResearch) lBank lBRI lSyariah
Ekonomi lSyariah. lCabang lMetro lsemakin
llama ljangka lwaktu
lyang ldipilih lnasabah
lmaka lakan lsemakin
lbesar lpula lbunga lyang
lakan ldidapat. l
2. Tidak ladanya ltawar
lmenawar ldalam
lpenentuan lnisbah lbagi
lhasil ldeposito lSyariah.
3. Respon lnasabah lterhadap
lpraktik lpembagian
lnisbah lbagi lhasil
ldeposito lMudarabah
lsangat lbaik, lkarena
lnasabah lmencari
linformasi lmengenai
ldengan lcara lmencari
linformasi lmelalui
lCoustumer lServicel(CS)
ldan lmelalui lbrosur.
5. Putri lPerdana l(2021), Penelitian 1. Masyarakat ldesa lAlue
Implementasi lQanun lLapangan lDawah lmemiliki
lAceh lNomor l11 l(Field lpemahaman lyang lcukup
lTahun l2018 lResearch) lbaik ltentang lriba ldan
lTentang lLembaga lhukumnya, lmeskipun
lKeuangan lSyariah ltidak ldapat
ldan lKaitannya lmenjelaskana lsecara
ldengan lPraktik lRiba lsistematis, lhal lini
ldi lMasyarakat lDesa lterlihat ldari lberbagai
lAlue lDawah. lsudut lpandang
lmasyarakat lmenilai lriba.
2. Praktik lriba lyang lsering
ldilakukan lmasyarakat
ldesa lAlue lDawah lialah
49
Tabel 2.1-Lanjutan
Nama, lTahun
No. Metode l Hasil lPenelitian
Penelitian,ldan Judul
lriba lqard ldan lriba
ljahiliyah l
3. Penerapan lqanun
Lembaga lkeuangan
syariah lmasih lbelum
menunjukkan lketerkaitan
dengan lpraktik lriba yang
dilakukan loleh
masyarakat ldesa lAlue
lDawah, lhal lini lkarena
lmasyarakat lyang ltidak
lbertransaksi ldi lLembaga
lkeuangan lsyariah lmasih
lmengandalkan lbank
lkeliling ldan lkebiasaan
lpinjaman ljahiliyah.
6. Verty lVebriani Penelitian 1. Didalam lQanun
l(2021) , Analisis lLapangan lLembaga lKeuangan
lPeraturan l(Field lSyariah lpada lprinsipnya
lDaerah/Qanun lAceh lResearch) lmengatur lLembaga
lNomor l11 lTahun lkeuangan ldan ltransaksi
l2018 lTentang lkeuangan ldi lAceh
lLembaga lKeuangan lharus lberdasarkan
lSyariah lDalam lprinsip lsyariah, lnamun
lRangka lPeralihan ldalam lQanun lLembaga
lKredit lDari lBank lKeuangan lSyariah ltidak
lKonvensional lKe lterdapat lketentuan
lBank lSyariah. lmengenai ltata lcara
lpengalihan lkredit ldari
lBank lKonvensional
lkepada lBank lSyariah. l
2. Diperlukan lsarana luntuk
lpengalihan lkredit
lsebelum ldebitur
lmelakukan laddendum
lpembiayaan lberdasarkan
lprinsip lSyariah.
3. Ketentuan lQanun
Lembaga lKeuangan
Syariah lbelum Syariah
50
Tabel 2.1-Lanjutan
Nama, lTahun
No. Metode l Hasil lPenelitian
Penelitian,ldan Judul
lbelum menjamin
lperlindungan hukum lbagi
ldebitur dalam lrangka
implementasi lQanun Aceh
ltersebut.
7. Zulfahmi l(2021), Deskriptif Hasil lyang ldicapai ldengan
Eksistensi lQanun lAnalitis lberlakunya lQanun lini
lNomor l11 lTahun l(Descriptive ladalah llebih lmembantu
l2018 ltentang lAnalytic) lterhadap lpihak lUMKM
lLembaga lKeuangan lyang lmana lpasca lkonversi
lSyariah lterhadap lpihak lbank ltelah
lKonversi lBank lmenetapkan ltarget
lKonvensional lpenyaluran ldana llebih
lmenjadi lBank lbanyak ldari lsebelumnya.
lSyariah.
51
Syariah melalui kesiapan, solusi dan upaya sebagai cara
meningkatkan persentase pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai
amanat Qanun No.11 Tahun 2018.
Gambar 0.5
Kerangka Pemikiran Penelitian
Masalah
Pengimplementasian Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil pada PT.
Bank Aceh Syariah saat ini
Analisis SWOT
Kesimpulan
dan Saran
52
Dari kerangka pemikiran di atas, dapat disimpulkan bahwa
l l l l l l l
l Aceh Syariah saat ini yang sesuai dengan amanat Qanun LKS nomor
l l l l l l l l l l
l amanat Qanun Nomor 11 Tahun 2018 untuk periode 2022 dan 2024
l l l l l l l l l l
53
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
54
l 7-nya menerangkan bahwa rasio pembiayaan berbasis bagi hasil
l l l l l l l
l 10%, untuk tahun 2022 paling sedikit 20% dan untuk tahun 2024
l l l l l l l l l l
l paling sedikit 40%. dan PT. Bank Aceh Syariah pada tahun 2020
l l l l l l l l l l
l lakukan.
1. Data Primer
Sumber data primer yaitu sumber data yang l l l l l l
l pertimbangan tertentu
l l sehingga l dipandang l dapat
55
l memberikan data secara maksimal. Adapun subjek l l l l l
l Pelaksana.
a. Pelaksana, yaitu pihak yang memiliki jawaban tentang l l l l l l
l Aceh Syariah. l
l 14 ayat 7.
l l
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu sumber data yang l l l l l l
56
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Peneliti untuk memperoleh data yang objektif dan valid,
l l l l l l l
l digunakan adalah: l l
1. Wawancara
Wawancara atau interview adalah proses memperoleh l l l l l
l yaitu: l
l ditanyakan. l
57
l pertanyaan lengkap dan terperinci. Teknik interview atau
l l l l l l
l syariah.
Tabel 0.4
Daftar Informan
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk l l l l l
58
l digunakan untuk memperoleh data-data tentang sejarah l l l l l
l sedang diteliti. l L
59
Dalam menggunakan analisis SWOT terdapat faktor-faktor
l l l l l
Tabel 0.5
Matriks SWOT
IFAS Strengths (S) Weaknesses (W)
Tentukan Faktor-Faktor Tentukan Faktor-Faktor
Kekuatan Internal Kelemahan Internal
EFAS
Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO
Tentukan Faktor- Faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
Peluang Eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk memanfaatkan kelemahan untuk
peluang memanfaatkan peluang
Treaths (T) Strategi ST Strategi WT
Tentukan Faktor Faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
Ancaman Eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk mengatasi kelemahan dan
ancaman menghindari ancaman
1. Strategi SO l l
2. Strategi ST l l
l mengatasi ancaman . l l
3. Strategi WO l l
60
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang
l l l l l
4. Strategi WT l l
61
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
62
l Moehammad Sanusi. Dengan ditetapkannya Undang-undang No. 13 l l l l l l
undang tersebut. l L
l yaitu mulai Perda No.10 tahun 1974, Perda No. 6 tahun 1978, Perda
l l l l l l l l l l l
63
l No. 5 tahun 1982, Perda No. 8 tahun 1988, Perda No. 3 tahun 1993
l l l l l l l l l l l l l
64
l 150 milyar. Sesuai dengan Akte Notaris Husni Usman, SH No.42
l l l l l l l l l
l November 2004. Sejarah baru mulai diukir oleh Bank Aceh melalui
l l l l l l l l l
65
l proses perizinan yang disyaratkan oleh OJK, akhirnya Bank Aceh
l l l l l l l l
l kantor Bank Aceh. dan sejak tanggal tersebut Bank Aceh telah dapat
l l l l l l l l l l
66
4.1.2 Visi dan Misi PT. Bank Aceh Syariah
Visi
“Visi Bank Aceh Syariah adalah menjadi Bank Syariah
l l l l l l l
Misi
PT. Bank Aceh Syariah memiliki beberapa tujuan yang
l l l l l l l
l khusunya di Aceh. l l l
a. Tabungan l
67
Tabungan pada PT. Bank Aceh Syariah terdiri dari l l l l l l l
68
l disepakati l sebelumnya. l Tabungan Sahara,
l l yaitu
l tabungan dalam bentuk mata uang rupiah pada Bank
l l l l l l l
b. Giro l
69
l nasabah kepada Bank yang dapat diambil setiap saat
l l l l l l l
c. Deposito l
l dalam akad.
l L
d. Simpanan Pensiunan l l
70
2. Penyaluran dana
Penyaluran dana PT. Bank Aceh Syariah terdiri dari l l l l l l l
l dan Wakalah.
l
a. Pembiayaan Murabahah l l
b. Pembiayaan Musyarakah l l
l akad. l
c. Pembiayaan Mudarabah l
71
l nasabah guna menjalankan usaha atau proyek dengan
l l l l l l
d. Pembiayaan Rahn l l
e. Pembiayaan Wakalah l l
72
l ujrah (fee) akan tetapi barang tersebut tidak berpindah
l l l l l l l
l kepemilikannya. l
3. Layanan
MEPS (Malaysian Exchange Payment System),
l l l l
73
Furqani, M.Ec. Wawancara dilakukan dengan hanya mengambil
informasi pada informan yang kompeten di bidangnya saja.
Mengingat rumusan masalah yang diangkat oleh peneliti
mengenai kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam rangka
mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai
Amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk tahun 2022 dan 2024,
maka dalam menggali data sesuai instrumen penelitian, peneliti
menyelidiki data tentang seputar pembiayaan berbasis bagi hasil
sesuai amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk tahun 2022 dan
2024. Agar terdeskripsikan secara rinci maka peneliti
mendeskripsikan data hasil penelitian sesuai urutan panduan
wawancara, yakni sebagai berikut:
74
karena faktor/efek Bank Aceh sudah menjadi syariah, agar seluruh
ruang lingkup Lembaga keuangan di Aceh dijadikan syariah,
sebagai dukungan pihak Bank ke Pemerintah Aceh. Maka terkait
kesiapan, Bank Aceh sudah jauh terlebih dahulu menerapkan
pembiayaan berbasis bagi hasil ini semenjak adanya Unit Usaha
Syariah (UUS) pada tahun 2004 lalu. Bahkan Bank Aceh juga
berperan serta dalam beberapa pertemuan terkait Qanun LKS ini di
Gedung DPR Aceh.
Kelebihan pada kesiapan PT. Bank Aceh Syariah ialah
pangsa pasar di Aceh pada saat ini di pegang oleh Bank Aceh
Syariah, dengan persentase sebesar 65%. Kemudian dengan adanya
Qanun tersebut pemain/pelaksana terbesar di Aceh itu hanya 2,
yaitu PT. Bank Syariah Indonesia (Gabungan dari BRI, BRI
Syariah, BNI, BNI Syariah, Mandiri dan Mandiri Syariah di Aceh)
dan PT. Bank Aceh Syariah. dan kelebihan Bank Aceh dalam hal
produk lebih mendekati kepada budaya masyarakat Aceh itu
sendiri, dengan pola-pola bagi hasil yang sebenarnya sudah
diterapkan secara tradisional akan tetapi masyarakat Aceh
menyebutnya dengan istilah-istilah tradisional itu sendiri. Seperti
istilah mawah blang, yaitu dimana ada satu pihak pemilik
sawah/lahan, dan satu pihak lagi menyediakan padi/bibit dan
mengelolanya, hal ini sama seperti system musyarakah.
Kemudian ada juga yang seperti mudarabah, yaitu dimana
satu pihak menitipkan beberapa ekor lembu dan dikelola dengan
pihak yang ahli, dimana pemilik lembu penyedia modal dan pihak
75
yang ahli sebagai pengelola. Dengan demikan ketika Bank Aceh
masuk dengan pola syariah pada tahun 2004 lalu melalui Unit
Usaha Syariah tersebut maka masyarakat lebih mengenalnya. Jadi
kelebihannya Bank Aceh lebih mengenal budaya masyarakat Aceh
itu sendiri.
Kemudian PT. Bank Aceh Syariah saat ini sudah siap untuk
persentase pembiayaan berbasis bagi hasil di tahun 2024 dengan
rasio 40%, jika dihitung dari portofolio sejak adanya Unit Usaha
Syariah pada Tahun 2004 lalu. Jumlah pembiayaan berbasis bagi
hasil Bank Aceh sampai saat ini sudah triliunan, bahkan sejak
tahun 2020 kemarin, pembiayaan ASN (Aparatur Sipil Negara)
tidak terpaku hanya pada pembiayaan konsumtif saja, Bank Aceh
sudah ada fitur/produk pembiayaan ASN dalam bentuk kerja sama,
atau berbasis bagi hasil dalam menjalankan usaha yang produktif.
Selain itu, diantara kelebihan yang disebutkan diatas maka
tentunya ada terdapat kelemahan dalam kesiapan PT. Bank Aceh
Syariah yang. seperti lebih lanjutnya dari hasil wawancara dengan
pihak Eksekutor PT. Bank Aceh Syariah yang juga menjelaskan
mengenai kelemahan pada kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam
rangka mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil
sesuai amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk Tahun 2022 dan
2024, yakni:
Kelemahannya pada pemahaman masyarakat terhadap
konsep bagi hasil , yang terkadang masih kontra dengan apa yang
dipraktekkan di Bank, Di Bank melakukan sesusai fatwa/SOP nya,
76
akan tetapi masyarakat beranggapan untuk berhadapan dengan
Bank itu sulit, khususnya msayarakat masih menutupi dalam hal
persyaratan yang harus dilengkapi, karena prinsip bagi hasil ini
berdasarkan pola kepercayaan, jika tidak ada kepercayaan antar
kedua belah pihak, maka akan susah mendapatkan bagi hasilnya,
dan menganggu proses pembiayaan lainnya. Karena sumber dana
pembiayaan yang disalurkan itu dari dana Pihak Ketiga (DPK),
yang dimana dana pihak ketiga ini terdiri dari Tabungan, Giro dan
Deposito.
Oleh karena itu, Ketika masyarakat yang dibiayai itu lemah
pemahamannya, maka jadi kendala di lapangan, karena masyarakat
beranggapan di Bank itu sulit, maka mereka mencari rentenir, yang
dimana sehari cair dengan hanya sertifikat. Jika di Bank, Bank
Syariah itu bukan pajak gadai, yang dimana hanya dilihat sertifikat
ataupun agunan, akan tetapi Bank Syariah itu melihat objek
usahanya, jika objek nya tidak jelas, maka Bank Syariah tidak akan
membiayainya. Jadi ketika Qanun siap, Lembaga keuangan siap,
perbankan siap, masyarakatnya yang tidak siap, masyarakat masih
nyaman dengan pola-pola bunga dan pola-pola simpel.
Dari hasil tringulasi informan diatas mengenai kelebihan dan
kelemahan Pada Kesiapan PT. Bank Aceh Syariah Dalam Rangka
Mengimplementasikan Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Sesuai
Amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk Tahun 2022 dan 2024
dapat penulis ambil kesimpulan bahwa yang menjadi kekuatan dan
kelemahan PT. Bank Aceh Syariah sebagai berikut:
77
Kekuatan/Kelebihan:
1. PT. Bank Aceh Syariah sudah menjadi syariah sebelum
Qanun LKS diterbitkan.
2. Bank Aceh berperan dalam beberapa pertemuan terkait
Qanun LKS ini di Gedung DPR Aceh
3. Pangsa pasar di Aceh pada saat ini di pegang oleh Bank
Aceh Syariah, dengan persentase sebesar 65%.
4. Pemain/pelaksana terbesar di Aceh itu hanya 2, yaitu PT.
Bank Syariah Indonesia (Gabungan dari BRI, BRI Syariah,
BNI, BNI Syariah, Mandiri dan Mandiri Syariah di Aceh)
dan PT. Bank Aceh Syariah
5. Produk PT. Bank Aceh Syariah lebih mendekati kepada
budaya masyarakat Aceh
6. PT. Bank Aceh Syariah saat ini sudah siap untuk
persentase pembiayaan berbasis bagi hasil di tahun 2024
dengan rasio 40%,
Kelemahan:
1. Pemahaman masyarakat yang masih kurang terhadap
konsep bagi hasil
2. Masyarakat masih kontra dengan apa yang dipraktekkan di
Bank
3. Masyarakat beranggapan untuk berhadapan dengan Bank
itu sulit
4. Masyarakatnya yang tidak siap
78
5. Masyarakat masih nyaman dengan pola-pola bunga dan
pola-pola simpel.
79
Lebih lanjutnya, wawancara dengan pihak Eksekutor PT.
Bank Aceh Syariah juga menjelaskan mengenai ancaman pada
kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam rangka
mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai
amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk Tahun 2022 dan 2024,
yakni:
1. Edukasi, dibutuhkan peningkatan literasi antara pihak
bank, nasabah, dan pihak lainya, termasuk pihak
akademisi, peran untuk peningkatan ini tidak hanya
dilakukan bank, butuh bantuan seperti dari pihak akademisi
serta goodwill dari Pemerintah Aceh.
2. Peningkatan kompetensi, dibutuhkan peningkatan
kompetensi SDI PT. Bank Aceh, saat ini sudah baik,
namun lebih baiknya ditingkatkan lagi agar dapat
menghadapi perubahan globalisasi serta dapat kuat
bersaing dengan Lembaga perbankan lainnya.
3. Pengembangan Produk, dibutuhkan peningkatan produk-
produk, seperti produk digital, agar dapat bersaing dengan
Lembaga keuangan lainnya.
4. Pengembangan Teknologi Informasi, hal ini sangat penting
bagi seluruh sektor industri, baik itu perbankan maupun
non-perbankan. Bagi perbankan gagal dalam hal ini maka
akan gagal semua produk yang dijalaninya
Dari hasil tringulasi informan diatas mengenai Peluang dan
Ancaman yang Akan Terjadi Pada Kesiapan PT. Bank Aceh
80
Syariah Dalam Rangka Mengimplementasikan Pembiayaan
Berbasis Bagi Hasil Sesuai Amanat Qanun No.11 Tahun 2018
Untuk Tahun 2022 dan 2024. Dapat penulis ambil kesimpulan
bahwa yang menjadi peluang dan ancaman PT. Bank Aceh Syariah
sebagai berikut:
Peluang:
1. Pasar lPotensial
2. Dukungan Regulasi
Ancaman:
1. Edukasi
2. Peningkatan kompetensi
3. Pengembangan Produk
4. Pengembangan Teknologi Informasi
81
ini biasa digunakan dalam produk murabahah dan lain sebagainya)
dan ingin terjadi perubahan ke arah sistem keuangan Partnership
(Berbasis kemitraan dan bagi hasil atau kerjasama) di antara
nasabah dan perbankan Itu melakukan proses-proses kerjasama
usaha.
Kedua, ingin mendorong lebih banyak pembiayaan yang
disalurkan ke sektor ekonomi produktif dan ekonomi riil, dan jika
dengan berbasis bagi hasil maka akan banyak tumbuh usaha-usaha
baru khususnya pada UMKM, kemudian UMKM ini agar tidak rugi
maka akan didampingi oleh perbankan syariah sehingga
pembiayaannya berhasil dikembalikan, namun jika berbasis hutang
perbankan syariah akan lepas tangan atau tidak didampingi.
Terkait kemungkinan bank-bank di Aceh dalam
mengimplementasikan Qanun tersebut dalam waktu yang telah di
tentukan, jika perbankan syariah melakukan langkah strategis ke
arah peraturan tersebut. Seharusnya direncanakan dalam rencana
bisnisnya, selanjutnya Bank Syariah harus mempersiapkan diri agar
karyawannya dapat mengembangkan produk-produk berbasis bagi
hasil tersebut. dan juga mempersiapkan karyawan-karyawan yang
dapat mendampingi dan mengawasi para UMKM dalam
menjalankan bisnis kerjasama tersebut. Karena tidak seperti yang
berbasis hutang, sistem keuangan berbasis kerjasama ini harus
didampingi sampai mendapatkan produk atau laba yang dihasilkan.
82
Qanun seperti dari BI, Pemerintah Aceh dan bisa juga dari
masyarakat secara umum, Penghargaan ini bisa dalam bentuk
penghargaan piagam maupun penghargaan nama baik, karena Bank
telah berkontribusi pada masyarakat maka integritas Bank tersebut
akan meningkat.
4.3 Pembahasan
Menganalisa upaya dan kesiapan PT. Bank Aceh Syariah l l l l l l l
83
l didampingi oleh perbankan syariah sampai mendapatkan hasil,
l l l l l l
l ditetapkan sebesar 10%, dan PT. Bank Aceh Syariah sesuai dengan
l l l l l l l l l
l rasio pembiayaan berbasis bagi hasil pada PT. Bank Aceh Syariah
l l l l l l l l l
l sebesar 11%, meningkat 1,02% dari tahun 2019 yang hanya sebesar
l l l l l l l l l
l 9,98%.
Dari data yang langsung diperoleh dari narasumber primer
l l l l l l l
84
4.3.1 Analisis Swot
Tabel 4.1
Analisis Faktor Internal dan Eksternal PT. Bank Aceh Syariah
l l l l
Kekuatan Kelemahan
1. PT. Bank Aceh Syariah 1. Pemahaman masyarakat
sudah menjadi syariah yang masih kurang
sebelum Qanun LKS terhadap konsep bagi
diterbitkan. hasil
2. Bank Aceh berperan 2. Masyarakat masih
dalam beberapa kontra dengan apa yang
pertemuan terkait dipraktekkan di Bank
Qanun LKS ini di 3. Masyarakat
Gedung DPR Aceh beranggapan untuk
3. Pangsa pasar di Aceh berhadapan dengan
Faktor Internal pada saat ini di pegang Bank itu sulit
oleh Bank Aceh 4. Masyarakatnya yang
Syariah, dengan tidak siap
persentase sebesar 65%. 5. Masyarakat masih
4. Pemain/pelaksana nyaman dengan pola-
terbesar di Aceh itu pola bunga dan pola-
hanya 2, yaitu PT. Bank pola simpel.
Syariah Indonesia dan
PT. Bank Aceh Syariah
3.Produk PT. Bank Aceh
Syariah lebih mendekati
kepada budaya
masyarakat Aceh
4.PT. Bank Aceh Syariah
saat ini sudah siap untuk
persentase pembiayaan
berbasis bagi hasil di
tahun 2024 dengan rasio
40%,
Peluang Ancaman
1. Pasar lPotensial 1. Edukasi
2. Dukungan Regulasi 2. Peningkatan kompetensi
Faktor Eksternal 3. Pengembangan Produk
4. Pengembangan
Teknologi Informasi
85
Berdasarkan tabel diatas maka dapat penulis dijelaskan
sebagai berikut:
1. Analisis Kekuatan (Strengths)
Kekuatan (Strengths) adalah kondisi internal yang l l l l l
l diinginkan dan dimiliki oleh PT. Bank Aceh Syariah, yaitu yang
l l l l l l l l l
Pangsa pasar di Aceh itu pada saat ini dipegang oleh PT. l l l l l l l l l l
l karena itu
l l kekuatan l PT. l BAS l lebih l unggul l untuk
l memaksimalkan seluruh peluang yang akan terjadi dari pada l l l l l l l
l yaitu PT. Bank Aceh Syariah (BAS) dan PT. Bank Syariah
l l l l l l l l l
l Indonesia (BSI). l
86
l dahulu secara tradisional, seperti istilah mawah blang. Mawah
l l l l l l l l
l perjanjian/akad.
Kemudian PT. Bank Aceh Syariah saat ini sudah siap untuk l l l l l l l l l
l rasio 40% (jika dihitung dari portofolio sejak adanya Unit Usaha
l l l l l l l l l
l berbasis bagi hasil ditetapkan sebesar 10%, dan PT. Bank Aceh
l l l l l l l l l
87
l tetapi sudah ada fitur/produk pembiayaan ASN dalam bentuk
l l l l l l l
l yang produktif. Produk ini sudah berlaku sejak awal tahun 2021
l l l l l l l l l
l lalu.
2. Analisis Kelemahan (Weaknesses).
Kelemahan (Weaknesses) adalah kondisi internal yang l l l l l
l (DPK), yang dimana dana pihak ketiga ini terdiri dari Tabungan,
l l l l l l l l l
88
l Hasil Pada Bank Devisa Syariah di Indonesia, penentuan
l l l l l l l
l mereka ini memilki daya tawar yang relatif tinggi. Bank syariah
l l l l l l l l l
89
Serta, dibutuhkannya peningkatan kompetensi Sumber l l l l
l yang pertama terkait Pasar Potensial, PT. Bank Aceh Syariah ini
l l l l l l l l l
l produktif, produk ini sudah berlaku sejak awal tahun 2021 lalu.
l l l l l l l l l L
90
4. Analisis Ancaman (Treaths)
Ancaman (Treaths) adalah kondisi eksternal yang l l l l l
l bunga.
Yang kedua terkait penguatan modal, dibutuhkannya
l l l l l
91
l oleh Sutrisno (2008) terkait pembiayaan syariah dengan prinsip
l l l l l l l
l modal (mudharib).
l
92
oleh Bank Aceh berhadapan dengan
Syariah, dengan Bank itu sulit
persentase sebesar 65%. 4. Masyarakatnya yang
4. Pemain/pelaksana tidak siap
terbesar di Aceh itu 5. Masyarakat masih
hanya 2, yaitu PT. Bank nyaman dengan pola-
Syariah Indonesia dan pola bunga dan pola-
PT. Bank Aceh Syariah pola simpel.
5. Produk PT. Bank Aceh
Syariah lebih mendekati
kepada budaya
masyarakat Aceh
6. PT. Bank Aceh Syariah
saat ini sudah siap
untuk persentase
pembiayaan berbasis
bagi hasil di tahun 2024
dengan rasio 40%,
Eksternal
Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO
93
3. Pengembangan ldengan lteknologi lmenggunakan
Produk lfinansial ldan lteknologi ldigital)
4. Pengembangan lmemaksimalkan lperan lnamun ltidak
Teknologi Informasi lteknologi ldigital, lmerugikan lpihak lPT.
lmemperkuat lmanajemen lBank lAceh lSyariah,
lpemasaran, lselalu lmemberikan
lberinovasi lpada lproduk lpenjelasan ltentang
lyang lditawarkan. lproduk lpembiayaan
lberbasis lbagi lhasil
l(mudarabah ldan
lmusyarakah) lyang
ldisalurkan lPT. lBank
lAceh lSyariah, ldan
lyang lterakhir
lmeningkatkan
lmonitoring lterhadap
lnasabah lyang
lmengambillpembiayaan
94
l berbasis online. Memberikan respon yang cepat kepada nasabah.
l l l l l l l
l pemerintah.
95
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat l l l l l l
l disimpulkan bahwa:
l ll
l PT. Bank Aceh Syariah saat ini sudah siap untuk persentase
l l l l l l l l l
l ASN (Aparatur Sipil Negara) yang pada saat ini tidak terpaku
l l l l l l l l l
l produktif.
2. Kelemahan PT. Bank l Aceh Syariah
l l dalam
l mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil l l l l
96
l berbasis bagi hasil, sebagian masyarakat masih menutupi
l l l l l l
l bagi hasil PT. Bank Aceh Syariah sudah baik, namun lebih
l l l l l l l l l
l Aceh.
3. Peluang l PT. l Bank l Aceh l Syariah l dalam
l mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil l l l l
97
l memiliki peluang yang sangat besar jika masyarakat sangat
l l l l l l l
l ketiga (DPK), yang dimana dana pihak ketiga ini terdiri dari
l l l l l l l l l
98
l masyarakat Indonesia, dalam pembiayaan dengan skim bagi hasil
l l l l l l l
5.2 Saran
Dalam akhir skripsi ini penulis memberikan saran-saran
l l l l l l
l kepada berbagai pihak yang mana di mana Insya Allah saran yang
l l l l l l l l l l
1. Bagi Akademisi l l
99
l disalurkan kepada ASN (Aparatur Sipil Negara), dengan
l l l l l l
l Ayat 7.
l
l yang ditawarkan.
l L
l mengambil pembiayaan l
100
DAFTAR PUSTAKA
A. Mas’adi, G. (2002). Fiqih Mualamah Kontekstual. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
A.Karim, I. A. (2004). Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Abdullah, B., & Saebani, B. A. (2014). Metode Penelitian Ekonomi
Islam (Muamalah). Pustaka Setia.
Al-Qur'an dan Terjemahan. (n.d.).
Amin, R. (2010). Mengapa Manajemen Syariah. In R. Amin,
Mengapa Manajemen Syariah (p. 67). Jakarta: Salemba
Empat.
Antonio, M. S. (1999). Bank Syariah: Suatu Pengenalan Umum.
Jakarta: Tazkia Institite.
Antonio, M. S. (2002). Bank Syariah dari Teori ke Praktek.
Jakarta: Gema Insani.
Arcarya. (2011). Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Arikunto, S. (2010). Research Procedure a Practical Approach.
Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2011). Prosedur Penelitian. In S. Arikunto, Prosedur
Penelitian (p. 270). Jakarta: Rineka Cipta.
Ascarya. (2007). Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali
Pers.
David, F. R. (2011). Manajemen Strategik. In F. R. David,
Manajemen Strategik (p. 4). Jakarta: Salemba Empat.
Dewan Syariat Islam Provinsi Aceh. (2019, 3 19). Perda atau
Qanun. Retrieved from dsi.acehprov.go.id:
http://dsi.acehprov.go.id/perda-atau-qanun/
Fajar Nur, a. D. (2020). Teknik Analisis SWOT. Yogyakarta:Anak
Hebat Indonesia. .
Hadist dan Terjemahan. (n.d.).
Karim, A. (2003). Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan.
Jakarta: The International Institut Of Islamic Thought
(IIIT).
Karim, A. (2010). Makro Ekonomi Islam. Jakarta: PT. Radja
Grafindo Persada.
101
Kasmir. (2007). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Muljono, D. (2015). Buku Pintar Akuntansi Perbankan dan
Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Nazir, M. (2011). Metode Penelitian. In M. Nazir, Metode
Penelitian (p. 19). Bogor: Ghalia Indonesia.
Pramono, N. H. (2013). Optimalisasi Pembiayaan berbasis bagi
hasil pada Bank Syariah di Indonesia. Acounting Ananlisis
Jurnal. UNNES.
Priyanto, T., Fahmi, I., & Ismal, R. (2016). Faktor-Faktor Yang
Memengaruhi Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (Equity
Financing) Pada Bank Syariah X. Jurnal Aplikasi Bisnis
dan Manajemen.
PT. Bank Aceh Syariah. (2018). Produk & Layanan. Retrieved
from PT. Bank Aceh Syariah Web Site:
https://www.bankaceh.co.id
PT. Bank Aceh Syariah. (2020). Annual Report PT. Bank Aceh
Syariah Tahun 2020. Retrieved from
http://www.bankaceh.co.id
Rangkuti, F. (2006). Analisis SWOT teknik membelah kasus bisnis.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Riyanto, H. (2016). Optimalisasi Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil
Pada Bank Devisa Syariah di Indonesia. EKOBIS.
Sa’diyah, I. (2013). Analisis Hubungan Spread, Fee Based Income
dan Financing to Deposit Ratio Terhadap Profitabilitas
Perbankan Syariah di Indonesia (Studi Kasus pada Bank
Umum Syariah Pada Periode 2010-2013. Skripsi
Universitas Islam Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Sa’diyah, M. (2014). “Musyarakah dalam Fiqih dan Perbankan
Syariah”. Jurnal Equilibrium, Vol II No. 2, 319.
Sanjaya, P. A. (2020). Analisis Swot Dalam Penentuan Strategi
Pemasaran Untuk Peningkatan Penjualan Mesin DieseL
Studi pada Toko Sinar Teknik Kutoarjo. Skripsi, 1-87.
Septyan, K. (2011). Determinasi pembiayaan bagi hasil pada Bank
Umum Syariah di Indonesia. Skripsi Ekonomi.
Sutrisno, W. (2008). Pembiayaan Syariah Dengan Prinsip Bagi
Hasil Menurut UU No 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah Dari Sudut Pandang Hukum Islam. Semarang.
102
Usman, A. H. (2015). Manajemen Strategik Syariah. In A. H.
Usman, Manajemen Strategik Syariah (p. 20). Jakarta:
Zikrul Hakim.
Warson, A. (1984). Al-Muanawir, Kamus Arab-Indonesia.
Yogyakarta: Gema Insani Buku-Buku Ilmiah Keagamaan
Pondok Pesantren “Al-Munawir” Krapyak Yogyakarta.
Zikrillah, M. R. (2020). Analisis Swot Produk Warung Mikro Bank
Syariah Mandiri. Program Studi Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.
103
LAMPIRAN 1
DAFTAR PERTANYAAN
104
pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai amanat Qanun No.11
Tahun 2018 untuk Tahun 2022 dan 2024 ?
4. Apa saja tantangan/hambatan yang dapat menjadi ancaman
pada kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam rangka
mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai
amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk Tahun 2022 dan 2024?
105
Narasumber (kode) :Ns02
Pihak :Konseptor (Dr. Hafas Furqani, M.Ec)
Topik :Pandangan serta pendapat pihak konseptor
terkait dasar kebijakan Qanun Aceh Nomor
11 Tahun 2018 Pasal 14 Ayat 7
Wawancara ini bertujuan untuk menyelesaikan penulisan
skripsi sebagai persyaratan tugas akhir pada jurusan Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry dan
pertanyaan ini ditujukan semata-mata dipergunakan hanya untuk
data penelitian skripsi.
1. Terkait Qanun Nomor 11 Tahun 2018 khususnya Pasal 14 ayat
7, apa dasar dari kebijakan tersebut sehingga pada tahun 2022
ditetapkan dengan rasio pembiayaan berbasis bagi hasil sebesar
20% dan untuk tahun 2024 sebesar 40%?
2. Apakah mungkin untuk bank-bank di Aceh dalam
mengimplementasikan Qanun tersebut dalam waktu yang telah
di tentukan?
3. Apakah ada penghargaan atau semacamnya kepada bank-bank
di Aceh yang berhasil mengimplementasikan sesuai dengan
amanat Qanun?
4. Bagaimana pandangan Bapak terhadap kebijakan yang terjadi
jika beberapa bank di Aceh tidak berhasil dalam
mengimplementasikan qanun tersebut?
106
LAMPIRAN 2
TRANSKRIP WAWANCARA
107
semua sebagai dukungan pihak Bank ke Pemerintah Aceh.
Maka terkait kesiapan, Bank Aceh sudah jauh terlebih dahulu
menerapkan pembiayaan berbasis bagi hasil ini semenjak
adanya Unit Usaha Syariah (UUS) pada tahun 2004 lalu.
Bahkan Bank Aceh juga ikut serta dalam beberapa pertemuan
terkait Qanun LKS ini di Gedung DPR Aceh, maka mereka
sudah cukup siap.
dan kelebihannya, pangsa pasar di Aceh itu pada saat ini
dipegang oleh Bank Aceh Syariah, dengan persentase sebesar
65%. Kemudian dengan adanya Qanun tersebut
pemain/pelaksana terbesar di Aceh itu hanya 2, yaitu PT. Bank
Syariah Indonesia (Gabungan dari BRI, BRI Syariah, BNI, BNI
Syariah, Mandiri dan Mandiri Syariah di Aceh) dan PT. Bank
Aceh Syariah. dan juga kelebihan Bank Aceh dalam hal produk
lebih mendekati kepada budaya masyarakat Aceh itu sendiri,
dengan pola-pola bagi hasil yang sebenarnya sudah diterapkan
secara tradisional akan tetapi masyarakat Aceh menyebutnya
dengan istilah-istilah tradisional itu sendiri. Seperti istilah
mawah blang, yaitu dimana ada satu pihak pemilik
sawah/lahan, dan satu pihak lagi menyediakan padi/bibit dan
mengelolanya, hal ini sama seperti system musyarakah.
Kemudian ada juga yang seperti mudarabah, yaitu dimana satu
pihak menitipkan beberapa ekor lembu dan dikelola dengan
pihak yang ahli, dimana pemilik lembu penyedia modal dan
pihak yang ahli sebagai pengelola. Dengan demikan ketika
108
Bank Aceh masuk dengan pola syariah pada tahun 2004 lalu
melalui Unit Usaha Syariah tersebut maka masyarakat lebih
mengenalnya. Jadi kelebihannya Bank Aceh lebih mengenal
budaya masyarakat Aceh itu sendiri.
Kemudian PT. Bank Aceh Syariah saat ini sudah siap untuk
persentase pembiayaan berbasis bagi hasil di tahun 2024
dengan rasio 40%, jika dihitung dari portofolio sejak adanya
Unit Usaha Syariah pada Tahun 2004 lalu. Jumlah pembiayaan
berbasis bagi hasil Bank Aceh sampai saat ini sudah triliunan,
bahkan sejak tahun 2020 kemarin, pembiayaan ASN (Aparatur
Sipil Negara) tidak terpaku hanya pada pembiayaan konsumtif
saja, Bank Aceh sudah ada fitur/produk pembiayaan ASN
dalam bentuk kerja sama, atau berbasis bagi hasil dalam
menjalankan usaha yang produktif.”
2. Faktor apa saja yang menjadi kelemahan pada kesiapan PT.
Bank Aceh Syariah dalam rangka mengimplementasikan
pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai amanat Qanun No.11
Tahun 2018 untuk Tahun 2022 dan 2024?
Jawab:
Kelemahannya saya rasa pada pemahaman masyarakat terhadap
konsep bagi hasil tersebut, yang terkadang masih kontra denga
napa yang dipraktekkan di Bank, Di Bank melakukan sesusai
fatwa/SOP nya, akan tetapi masyarakat beranggapan untuk
berhadapan dengan Bank ribet, khususnya msayarakat masih
menutupi dalam hal persyaratan yang harus dilengkapi, karena
109
prinsip bagi hasil ini berdasarkan pola kepercayaan, jika tidak
ada kepercayaan antar kedua belah pihak, maka akan susah
mendapatkan bagi hasilnya, dan menganggu proses pembiayaan
lainnya. Karena sumber dana pembiayaan yang disalurkan itu
dari dana Pihak Ketiga (DPK), yang dimana dana pihak ketiga
ini terdiri dari Tabungan, Giro dan Deposito.
Oleh karena itu, Ketika masyarakat yang dibiayai itu lemah
pemahamannya, maka jadi kendala di lapangan, karena
masyarakat beranggapan di Bank ribet, maka mereka mencari
rentenir, yang dimana sehari cair dengan hanya sertifikat. Jika
di Bank, Bank Syariah itu bukan pajak gadai, yang dimana
hanya dilihat sertifikat ataupun agunan, akan tetapi Bank
Syariah itu melihat objek usahanya, jika objek nya tidak jelas,
maka Bank Syariah tidak akan membiayainya. Jadi ketika
Qanun siap, Lembaga keuangan siap, perbankan siap,
masyarakatnya yang tidak siap, masyarakat masih nyaman
dengan pola-pola bunga dan pola-pola simpel.”
3. Bagaimana peluang yang mungkin terjadi pada kesiapan PT.
Bank Aceh Syariah dalam rangka mengimplementasikan
pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai amanat Qanun No.11
Tahun 2018 untuk Tahun 2022 dan 2024?
Jawab:
Peluangnya sangat besar. Jika masyarakat sangat siap dengan
pemahamannya terkait keuangan syariah, kita yakin tidak ada
lagi masayarakat yang bertransaksi konvensional dan harus
110
datang ke Medan, karena bank konvensional tidak ada lagi di
Aceh. dan juga Bank Aceh juga sudah ada mobile banking,
intrnet banking, sms banking dan e-money, transaksi-transaksi
modern saat ini Bank Aceh sudah ada. Jadi peluang itu sangat
besar pada Bank Aceh, buktinya sudah menambah beberapa
kantor seperti baru-baru ini di Ibu Kota Jakarta, untuk
mengakomodir masyarakat Aceh yang memiliki usaha di sana
dan sekitarnya. dan juga secara Nasional, Bank Aceh termasuk
dalam kategori Bank Umum Syariah di urutan ke-5 dalam
memeliki asset terbesar.
4. Apa saja tantangan/hambatan yang dapat menjadi ancaman
pada kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam rangka
mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai
amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk Tahun 2022 dan 2024?
Jawab :
Tantangannya ada beberapa hal yaitu,
a. Edukasi, dibutuhkan peningkatan literasi antara pihak bank,
nasabah, dan pihak lainya, termasuk pihak akademisi, peran
untuk peningkatan ini tidak hanya dilakukan bank, butuh
bantuan seperti dari pihak akademisi serta goodwill dari
Pemerintah Aceh.
b. peningkatan kompetensi, dibutuhkan peningkatan
kompetensi SDI PT. Bank Aceh, saat ini sudah baik, namun
lebih baiknya ditingkatkan lagi agar dapat menghadapi
111
perubahan globalisasi serta dapat kuat bersaing dengan
Lembaga perbankan lainnya.
c. Pengembangan Produk, dibutuhkan peningkatan produk-
produk, seperti produk digital, agar dapat bersaing dengan
Lembaga keuangan lainnya.
d. Pengembangan Teknologi Informasi, hal ini sangat penting
bagi seluruh sektor industri, baik itu perbankan maupun
non-perbankan. Bagi perbankan gagal dalam hal ini maka
akan gagal semua produk yang dijalaninya.
112
Narasumber (kode) :Ns02
Pihak : Konseptor (Dr. Hafas Furqani, M.Ec)
Topik : Pandangan serta pendapat pihak konseptor
terkait dasar kebijakan Qanun Aceh Nomor
11 Tahun 2018 Pasal 14 Ayat 7
113
banyak tumbuh usaha-usaha baru khususnya pada UMKM,
kemudian UMKM ini agar tidak rugi maka akan didampingi
oleh perbankan syariah sehingga pembiayaannya berhasil
dikembalikan, namun jika berbasis hutang perbankan syariah
akan lepas tangan atau tidak didampingi.
2. Apakah mungkin untuk bank-bank di Aceh dalam
mengimplementasikan Qanun tersebut dalam waktu yang telah
di tentukan?
Jawaban :
Mungkin saja jika mereka (perbankan syariah) melakukan
langkah strategis ke arah peraturan tersebut. Seharusnya
direncanakan dalam rencana bisnis mereka, selanjutnya Bank
Syariah harus mempersiapkan diri agar karyawannya dapat
mengembangkan produk-produk berbasis bagi hasil tersebut.
dan juga mempersiapkan karyawan-karyawan yang dapat
mendampingi dan mengawasi para UMKM dalam menjalankan
bisnis kerjasama tersebut. Karena tidak seperti yang berbasis
hutang, sistem keuangan berbasis kerjasama ini harus
didampingi sampai mendapatkan produk atau laba yang
dihasilkan.”
3. Apakah ada penghargaan atau semacamnya kepada bank-bank
di Aceh yang berhasil mengimplementasikan sesuai dengan
amanat Qanun?
Jawab :
114
“Terdapat beberapa penghargaan seperti dari BI, dari
Pemerintah Aceh dan bisa juga dari masyarakat secara umum,
Penghargaan ini bisa dalam bentuk penghargaan piagam
maupun penghargaan nama baik, karena Bank telah
berkontribusi pada masyarakat maka integritas Bank tersebut
akan meningkat.”
4. Bagaimana pandangan Bapak terhadap kebijakan yang terjadi
jika beberapa bank di Aceh tidak berhasil dalam
mengimplementasikan qanun tersebut?
Jawab:
Jika gagal, yang mengeluarkan sanksi adalah pemerintah Aceh
maupun regulatornya seperti BI atau OJK, karena di dalam
Qanun tidak ditetapkan sanksi. Jadi keputusan selanjutnya
tergantung Pemerintah Aceh untuk mengeluarkan sanksinya
dalam bentuk Pergub atau lain sebagainya.
115
RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan
1. TK : Lulus Tahun 2005
2. SD : Lulus Tahun 2011
3. MTsN : Lulus Tahun 2014
4. SMA : Lulus Tahun 2017
5. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN AR-Raniry Banda Aceh
116