Anda di halaman 1dari 136

SKRIPSI

ANALISIS SWOT KESIAPAN PT. BANK ACEH SYARIAH


DALAM IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN BAGI HASIL
SESUAI AMANAT QANUN NOMOR 11 TAHUN 2018

Disusun oleh :
SAJID MUZAKKI
NIM. 170603176

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2022 M / 1443 H
FORM PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH MAHASISWA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Lengkap : Sajid Muzakki
NIM : 170603176
Fakultas/Program/Studi : Ekonomi dan Bisnis Islam/Ekonomi Syariah
E-mail : sajidmuzakki@gmail.com
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
UPT Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Hak
Bebas Royalti, Non-Eklusif (Non- exclusive Royalty-Fres Right) atas karya
ilmiah:

Tugas Akhir KKU Skripsi ……………

yang berjudul:
Analisis SWOT Kesiapan PT. Bank Aceh Syariah Dalam Implementasi
Pembiayaan Bagi Hasil Sesuai Amanat Qanun No.11 Tahun 2018
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak beban Royalti Non-
Ekslusif ini, UPT Perpustakaan UIN Ar-Raniry Banda Aceh berhak menyimpan,
mengalih-media formatkan, mengelola, mendiseminasikan, mempublikasikannya
di internet atau media lain.
Secara fulltext untuk kepentingan akademik tanpa perlu meminta izin dari saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis, pencipta dan atau
penerbit karya ilmiah tersebut.
UPT Perpustakaan UIN Ar-Raniry Banda Aceh akan terbebas dari segala bentuk
tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah
saya ini.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Banda Aceh
Pada tanggal : 6 September 2022
Mengetahui
Penulis Pembimbing I Pembimbing II

Sajid Muzakki Dr. Israk Ahmadsyah, M. Ec., M.Sc Riza Aulia, SE. I., M. Sc
NIP. 197209072000031001 NIP. 198801302018031001

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada kemudahan.


Karena itu bila kau telah selesai (mengerjakan yang lain ) dan
kepada tuhan, berharaplah (Q.S Al – Insyirah [94] : 6-8)
Ada tiga zona dalam kehidupan yaitu masa lalu, masa
sekarang dan masa yang akan datang. Masa lalu adalah zona
kelalaian, masa sekarang adalah zona merancang masa depan dan
masa yang akan datang adalah zona untuk mengeksekusi tujuan.
(penulis)
Skripsi ini saya persembahkan teruntuk kedua orangtua
saya yang sangat saya cintai, yang selalu mendoakan anak-anaknya
supaya sukses dan bahagia dunia dan akhirat. Terima kasih untuk
teman-teman seperjuangan yang telah sama-sama berjuang dan
selalu membersamai.

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala Puji dan Syukur


Kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah
memberikan rahmat, karunia dan hidayahnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Tidak lupa Shalawat
serta salam penulis panjatkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW. Beserta Keluarga dan para sahabat beliau yang
telah memberikan pencerahan bagi kita hingga dapat merasakan
nikmatnya iman dalam islam, serta nikmat kemuliaan dalam ilmu
pengetahuan. Kemudian syukur alhamdulillah atas doa, dukungan
serta motivasi kedua orang tua penulis, karena merekalah penulis
mampu berjuang dalam meyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi dengan judul "Analisis SWOT Kesiapan
PT. Bank Aceh Syariah Dalam Implementasi Pembiayaan Bagi
Hasil Sesuai Amanat Qanun No.11 Tahun 2018” Bertujuan
untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
pendidikan dan memperoleh gelar sarjana (SE) pada jurusan
Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas
Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry.
Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini
tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya doa, dukungan, bantuan,
bimbingan dan nasihat dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini,
penulis menyampaikan terimakasih kepada:

vii
1. Dr. Zaki Fuad, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam. Sekaligus sebagai salah satu konseptor Qanun
LKS Tahun 2018
2. Dr. Nevi Hasnita, S.Ag., M.Ag sebagai Ketua Prodi Program
Studi Perbankan Syariah
3. Muhammad Arifin, M. Ag.,Ph. D selaku Ketua Laboratorium
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda
Aceh.
4. Dr. Israk Ahmadsyah, M.Ec., M.Sc. sebagai Penasehat
Akademik (PA) sekaligus pembimbing I dan Riza Aulia,
SE.I., M. Sc selaku pembimbing II penulis di Program Studi
Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Ar-Raniry Banda Aceh yang telah memberikan masukan
dukungan dan ilmu kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik
5. Dr. Azharsyah, SE., Ak., M.S.O.M selaku Penguji I dan Evri
Yenni, SE., M. Si selaku penguji II saya yang telah
memberikan masukan dan saran atas skripsi ini.
6. Prof. Sabri Majid sebagai Ketua DSA, dan Marhaban sebagai
perwakilan dari Divisi Pembiayaan PT. Bank Aceh Syariah
Kantor Pusat Banda Aceh
7. Dengan rasa hormat, cinta dan kasih yang sedalam-dalamnya
penulis mengucapkan terimakasih pada Ibunda tercinta Ayu
Juli Hartati dan Ayahanda Abu Bakar, serta saudara dan juga

viii
adik-adik saya yang telah banyak memberi semangat,
dukungan, beserta doa dalam menyusun skripsi.
8. Teruntuk sahabat-sahabat yang telah memberikan semangat
dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan karya
ilmiah ini. Serta teman-teman seperjuangan dan seluruh
mahasiswa Prodi Perbankan Syariah angkatan tahun 2017
yang telah berjuang bersama-sama dalam menempuh
pendidikan ini, yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu
dan sahabat-sahabat saya dari lingkungan luar kampus yang
telah memberi dukungan, bantuan dan doa kepada saya
sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang
telah membantu, semoga segala bantuan yang telah diberikan
menjadi amal ibadah dan mendapat balasan yang setimpal dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih ada
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran
yang membantu semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini.
Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat untuk semua pihak
yang membacanya.
Banda Aceh, 23 Februari 2022
Penulis,

Sajid Muzakki

ix
TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Materi P dan K
Nomor: 158 Tahun 1987-Nomor:0543b/u/1987
1. Konsonan

No Arab Latin No Arab Latin


1 ‫ا‬ Tidak 16 ‫ط‬ T
dilambangkan
2 ‫ب‬ B 17 ‫ظ‬ Ẓ
3 ‫ت‬ T 18 ‫ع‬ ‘
4 ‫ث‬ Ṡ 19 ‫غ‬ G
5 ‫ج‬ J 20 ‫ف‬ F
6 ‫ح‬ Ḥ 21 ‫ق‬ Q
7 ‫خ‬ Kh 22 ‫ك‬ K
8 ‫د‬ D 23 ‫ل‬ L
9 ‫ذ‬ Ż 24 ‫م‬ M
10 ‫ر‬ R 25 ‫ن‬ N
11 ‫ز‬ Z 26 ‫و‬ W
12 ‫س‬ S 27 ‫ه‬ H
13 ‫ش‬ Sy 28 ‫ء‬ ’
14 ‫ص‬ Ṣ 29 ‫ي‬ Y
15 ‫ض‬ Ḍ

2. Vokal

Vokal Bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri


dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong

x
a. Vokal Tunggal
Vokal Tunggal Bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau
harkat, transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin
َ Fathah A
َ Kasrah I
َ Dammah U

b. Vokal Rangkap

Vokal Rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan


antara hakikat dan huruf, transliterasinya gabungan huruf, yaitu:

Tanda dan Nama Gabungan


Huruf Huruf
َ
‫ي‬ Fathah dan ya Ai
َ‫و‬ Fathah dan wau Au

Contoh:
Kaifa : َ‫كيْف‬
Haula : َ‫ه ْول‬
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan
huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harkat dan Nama Huruf dan


Huruf Tanda
‫ي‬/َ‫ا‬ Fathah dan ya Ā
َ‫ي‬ Fathah dan wau Ī
َ‫ي‬ Dammah dan Ū
wau

xi
Contoh:

qala: َ‫قال‬

rama: ‫رمى‬

qila: َ‫ِقيْل‬

yaqulu: َ‫يق ْول‬

4. Ta Marbutah (‫)ﺓ‬
Trasliterasi untuk ta marbutoh ada dua.
a. Ta Marbutah (‫ )ﺓ‬hidup
Ta marbutah (‫ )ﺓ‬yang hidup atau mendapat harkat fathah,
kasrah dan dammah,
transliterasinya adalah t.
b. Ta marbutah (‫ )ﺓ‬mati
Ta marbutah (‫ )ﺓ‬yang mati atas mendapat harkat sukun,
transliterasinya adalah h.
c. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbutah (‫)ﺓ‬
diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al, serta
bacaan kedua kata itu terpisah maka ta marbutah (‫ )ﺓ‬itu
ditransliterasikan dengan h.
Contoh:

raudah al-atfal/raudatul atfal : ْ ‫طلف‬


َ‫ال‬ ْ ‫ر ْوضةَاْال‬
al-madinah al-munawwarah/ : َ‫الم ِديْنةَالمن َّورﺓ‬
al-madinatul munawwarah
talhah : َ‫ط ْلحة‬

xii
Catatan:
Modifikasi
1. Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa
tanpa transliterasi. Seperti M. Syuhudi Ismail, sedangkan
nama-nama lainnya ditulis sesuai kaidah penerjemahan.
Contoh: Hamad Ibn Sulaiman.
2. Nama negara dan kota ditulis menurut ejaan Bahasa Indonesia,
seperti Mesir, bukan Misr, bukan Bayrut; dan sebagainya.
3. Kata-kata yang sudah dipakai (serapan) dalam kamus Bahasa
Indonesia tidak ditransliterasi. Contoh: Tasauf, bukan Tasawuf

xiii
ABSTRAK

Nama Mahasiswa : Sajid Muzakki


NIM : 170603176
Fakultas/Prodi : Ekonomi dan Bisnis Islam/ Perbankan
Syariah Syariah
Judul : Analisis SWOT Kesiapan PT. Bank Aceh
Syariah Dalam ImplementasiPembiayaan
Bagi Hasil Sesuai Amanat Qanun No.11
Tahun 2018
Pembimbing I : Dr. Israk Ahmadsyah, B.Ec., M. Ec., M.Sc.
Pembimbing II : Riza Aulia, S.E.I., M.Sc

Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan


bahwa PT. Bank Aceh Syariah dalam mengimplementasikan
l l l l l l

pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai dengan amanat Qanun Nomor


l l l l l l l l l

11 Tahun 2018 yaitu: kekuatan, Bank Aceh Syariah saat ini sudah
l l l l L l l l l l

siap untuk persentase pembiayaan berbasis bagi hasil di tahun 2024


l l l l l l l l l l

dengan rasio 40% (jika dihitung dari portofolio sejak adanya Unit
l l l l l l l l l l

Usaha Syariah pada Tahun 2004 lalu). Kelemahan: Salah satunya


l l l l l l l l

pada saat bank sudah memberikan pembiayaan berbasis bagi hasil,


l l l l l l l l l

sebagian masyarakat masih menutupi pendapatan yang dihasilkan


l l l l l l l

pada usaha yang telah dijalankannya, meskipun bank sudah


l l l l l l l l

mendampinginya. Peluang: terkait Pasar Potensial, PT. Bank Aceh


l l l l l l l

Syariah ini milik Daerah Aceh itu sendiri, dimana masyarakatnya


l l l l l l l l l

99% beragama Islam.dan Ancaman: dalam hal edukasi, dibutuhkan


l l l l l l l

peningkatan literasi antara pihak bank, nasabah, dan pihak lainya,


l l l l l l l l l

termasuk pihak akademisi, peran untuk peningkatan ini tidak hanya


l l l l l l l l l

dilakukan bank, butuh bantuan seperti dari pihak akademisi serta


l l l l l l l l

goodwill dari dari Pemerintah Aceh.


l l l l l

Kata Kunci: Qanun, Pembiayaan Bagi Hasil, Strategi Syariah.

xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL KEASLIAN ..................................... i
HALAMAN JUDUL KEASLIAN ......................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................ iii
PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................... iv
PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................... v
PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................ viii
HALAMAN TRANSLITERASI ........................................... x
ABSTRAK ............................................................................... xiii
DAFTAR ISI ........................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR .............................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................... 1


1.1 Latar Belakang Masalah........................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ................................................... 8
1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................. 8
1.4.2 Manfaat Praktisi .............................................. 9
1.4.3 Manfaat Kebijakan ......................................... 10
1.5 Sistematika Pembahasan .......................................... 10

BAB II LANDASAN TEORI ................................................. 12


2.1 Qanun LKS Nomor 11 Tahun 2018 ........................... 12
2.2 Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil ................................ 13
2.2.1 Produk Pembiayaan Mudarabah ....................... 13
2.2.1.1 Landasan Hukum ................................... 14
2.2.1.2 Mudarabah dalam Perbankan Syariah .. 15
2.2.2 Produk Pembiayaan Musyarakah ...................... 17
2.2.2.1 Landasan Hukum ................................... 18
2.2.3.2 Musyarakah dalam Perbankan Syariah . 20
2.2.3 Spread Bagi Hasil .............................................. 22

xv
2.3 Produk Pembiayaan PT. Bank Aceh Syariah .............. 24
2.3.1 Dana Giro Mudarabah........................................ 25
2.3.2 Dana Desposito Mudarabah ............................... 25
2.3.3 Pembiayaan Mudarabah ..................................... 26
2.3.4 Pembiayaan Musyarakah .................................... 27
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Berbasis
Bagi Hasil .................................................................... 28
2.5 Manajemen Strategi Syariah ........................................ 29
2.5.1 Teori Manajemen Strategi Syariah ..................... 29
2.5.2 Karakteristik Manajemen Strategi Syariah ......... 32
2.5.3 Model Manajemen Strategi Syariah ................... 33
2.6 Analisis SWOT ............................................................ 34
2.6.1 Faktor-faktor Analisis SWOT ............................ 36
2.6.2 Manfaat Analisis SWOT .................................... 37
2.6.3 Diagram Matriks SWOT .................................... 39
2.7 Penelitian Terdahulu .................................................... 41
2.8 Kerangka Penelitian ..................................................... 51

BAB III METODE PENELITIAN ........................................ 54


3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian ......................................... 54
3.2 Sumber Data ................................................................ 55
3.3 Teknik Pengumpulan Data .......................................... 57
3.4 Metode Analisis Data .................................................. 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................ 63


4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ............................. 63
4.1.1 Sejarah Singkat PT. Bank Aceh Syariah ............ 63
4.1.2 Visi dan Misi PT. Bank Aceh Syariah ................ 67
4.1.3 Produk dan Layanan PT. Bank Aceh Syariah .... 67
4.2 Hasil Penelitian ............................................................ 73
4.2.1 Kekuatan Dan Kelemahan .................................. 74
4.2.2 Peluang dan Ancaman ........................................ 79
4.2.3 Dasar Kebijakan Qanun Aceh Nomor 11 Tahun
2018 Pasal 14 ayat 7 ........................................... 81
4.3 Pembahasan ................................................................. 83
4.3.1 Analisis SWOT ................................................... 85
4.3.2 Matriks SWOT.................................................... 92

xvi
BAB V PENUTUP .................................................................. 96
5.1 Kesimpulan .................................................................. 96
5.2 Saran ............................................................................ 99

DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 101


LAMPIRAN ............................................................................ 104

xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Pembiayaan Bagi Hasil Terhadap Total
Pembiayaan ............................................................. 5
Tabel 1.2 Pembiayaan Yang disalurkan PT. Bank Aceh
Syariah Syariah Tahun Terakhir ............................. 5
Tabel 2.1 Matriks SWOT ....................................................... 38
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ............................................... 47
Tabel 3.1 Daftar Informan ...................................................... 58
Tabel 3.2 Analisis Faktor Internal dan Eksternal PT. Bank
Aceh Syariah........................................................... 85
Tabel 4.1 Matriks SWOT ....................................................... 92

xviii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Siklus Al-Mudarabah............................................ 16
Gambar 2.2 Siklus Al-Musyarakah .......................................... 21
Gambar 2.3 Model Manajemen Strategik Syariah .................... 32
Gambar 2.4 Diagram Analisis SWOT ....................................... 40
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran Penelitian ............................. 52

xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Daftar Pertanyaan ................................................. 104
Lampiran 2 Transkrip Wawancara .......................................... 107

xx
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Keuangan Syariah khususnya di Aceh terdapat peraturan
khusus pada tahun 2018 silam terkait Lembaga Keuangan Syariah,
yaitu Qanun Aceh nomor 11 Tahun 2018. Qanun Aceh nomor 11
Tahun 2018 mengenai Lembaga Keuangan Syariah merupakan
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kegiatan
Lembaga Keuangan dalam rangka mewujudkan ekonomi
masyarakat Aceh yang adil dan sejahtera dalam naungan Syari’at
Islam. Qanun ini adalah tindak lanjut Qanun Aceh nomor 8 Tahun
2014 tentang pokok-pokok syariat Islam yang secara tegas sudah
mewajibkan bahwa Lembaga keuangan yang beroperasi di Aceh
wajib dilaksanakan menurut prinsip Syari’ah.
Qanun LKS ini berlaku sejak tanggal 4 Januari 2019,
Lembaga Keuangan yang beroperasi di Aceh harus menyesuaikan
dengan Qanun ini paling lama 3 (tiga) tahun sejak Qanun ini
diundangkan. Mengingat Implementasi Qanun ini berbatas waktu 3
(tiga) tahun sejak diundangkan, maka setiap orang, badan usaha
dan badan hukum yang berada di Aceh harus segera merubah
transaksi keuangannya ke Lembaga Keuangan Syari’ah. Lembaga
Keuangan yang dimaksud yaitu Bank Syariah, Lembaga Keuangan
non-Bank, dan Lembaga keuangan lainnya.

1
Qanun LKS ini tepatnya dalam pasal 14 ayat 7 lebih
ditujukan pada produk pembiayaan yang berbasis bagi hasil,
produk pembiayaan di Perbankan Syariah yang berbasis bagil hasil
yaitu pembiayaan musyarakah dan mudarabah. Pembiayaan
musyarakah, yaitu pembiayaan dalam bentuk mata uang rupiah,
pada Bank Aceh memakai prinsip syariah dengan akad
Musyarakah, yaitu kerja sama dari dua pihak atau lebih untuk
menjalankan suatu usaha tertentu. Kedua pihak memberikan
konstribusi dana dan keahlian, serta memperoleh bagi hasil
keuntungan dan kerugian sesuai kesepakatan yang tercantum pada
akad. Pembiayaan mudarabah, mudarabah merupakan akad kerja
sama antara bank selaku pemilik dana (shahibul maal) dengan
nasabah selaku (mudharib) yang memiliki keahlian atau
ketrampilan untuk mengelola suatu usaha yang produktif dan halal.
Hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi bersama
berdasarkan nisbah yang disepakati. Akad mudarabah digunakan
oleh bank untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan permodalan
bagi nasabah guna menjalankan usaha atau proyek dengan cara
melakukan penyertaan modal bagi usaha atau proyek yang
bersangkutan (PT. Bank Aceh Syariah, 2020)
Terkait pembiayaan berbasis bagi hasil maka peneliti
menemukan penelitian terkait yang berjudul “Pembiayaan Syariah
Dengan Prinsip Bagi Hasil Menurut UU No 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syariah Dari Sudut Pandang Hukum Islam”
(Sutrisno, 2008). Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa

2
pembiayaan syariah dengan transaksi bagi hasil dalam bentuk
mudarabah dan musyarakah merupakan salah satu bentuk
pembiayaan dalam UU No.21 mengenai Perbankan Syariah. Dalam
sistem keuangan bagi hasil, tidak ada jaminan keuntungan dari
usaha yang didanai sehingga kreditur pun harus menanggung
kerugian debitur apabila ia merugi, sedangkan pada pinjaman
berbunga seseorang debitur wajib mengembalikan pokok pinjaman
ditambah bunga tanpa memedulikan apakah ia untung atau rugi.
Meski transaksi bagi hasil dalam bentuk mudarabah dan
musyarakah tidak merujuk langsung pada Al-Quran dan Sunnah
namun sebagai alternatif pembiayaan non ribawi bentuk kerjasama
ini sudah diterima Islam sebagai instrumen primer untuk
mengembangkan jaringan perdagangan.
Sebagaimana skema pembiayaan yang lain, skema
pembiayaan bagi hasil juga mempunyai kelemahan dalam
penerapannya terutama berkaitan dengan besarnya resiko yang
mencakup resiko pembiayaan, resiko pasar dan resiko operasional.
Untuk meminimalisir resiko UUPS mewajibkan seluruh perbankan
Syariah menerapkan manajemen resiko. Kendala penerapan
pembiayaan ini terutama berkaitan dengan kasus keagenan yaitu
asimetric information, moral hazard dan adverse selection (seleksi
yang merugikan). Dalam prakteknya hambatan-hambatan ini
diantisipasi menggunakan penerapan Incentive-compatible
constraint.

3
Dalam Qanun LKS No.11 Tahun 2018 pada pasal 14
khususnya ayat 4 dan 7 telah di atur tentang pencapaian rasio
pembiayaan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat di Aceh.
Rasio pembiayaan ditetapkan secara bertahap sebagai berikut:
1. Minimal 30% (tiga puluh persen) paling lambat tahun 2020;
dan
2. Minimal 40% (empat puluh persen) paling lambat tahun
2022.
Akan tetapi pada ayat 7 pencapaian rasio pembiayaan lebih
di tekankan bahwa pembiayaan dengan akad berbasis bagi hasil
dalam Lembaga keuangan syariah yang telah di targetkan dengan
ketentuan tahun 2020 paling sedikit 10% (sepuluh persen), tahun
2022 paling sedikit 11% (dua puluh persen); dan tahun 2024 paling
sedikit 40% (empat puluh persen).
Dengan ditetapkan peraturan tersebut, penulis menemukan
fakta di lapangan bahwa rasio pembiayaan berbasis bagi hasil PT.
Bank Aceh Syariah pada tahun 2020 sebesar 11,00%, meningkat
1,02% dibandingkan pada tahun 2019 sebesar 9,98%. Dengan rasio
11% tersebut, PT. Bank Aceh Syariah telah mencapai target sesuai
dengan peraturan yang terdapat di pasal 14 ayat 7, dimana target
yang ditetapkan yaitu minimal 10% pada tahun 2020. Untuk target
selanjutnya PT. Bank Aceh Syariah pastinya akan berusaha untuk
lebih memaksimalkan kinerjanya agar dapat mencapai target yang
telah ditetapkan pada Qanun LKS tahun 2018.

4
Tabel ‎0.1
Pembiayaan Bagi Hasil Terhadap Total Pembiayaan

Pembiayaan bagi hasil terhadap total 2019 2020


pembiayaan 9,98 % 11,00 %
*Dalam (%)
Sumber: Annual Report PT. Bank Aceh Syariah Tahun 2020.
Pembiayaan musyrakah pada Bank Aceh Syariah memiliki
taraf bagi hasil berkisar antara setara 12% sampai dengan
13,5%/tahun untuk 31 Desember 2020 dan 2019. Pembiayaan
musyarakah yang direstrukturisasi per 31 Desember 2020 dan 2019
masing-masing sebesar Rp 469.234.251.890 dan Rp10.133.302.979
(PT. Bank Aceh Syariah, 2020).
Tabel ‎0.2
Pembiayaan Yang disalurkan PT. Bank Aceh Syariah 3 Tahun
Terakhir

Pembiayaan Berbasis
Bagi Hasil Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
PT. Bank Aceh Syariah
Pembiayaan musyarakah Rp.1.270.00* Rp.1.433.863* Rp.1.681.185*
Pembiayaan mudarabah Rp.11.956.4* Rp.12.900.06* Rp.13.527.91*
Total Pembiayaan Rp.13.236.7* Rp.14.363.25* Rp.15.279.24*
*Dalam juta
Sumber: Data sekunder di olah, (2021).
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa
pembiayaan berbasis bagi hasil di PT. Bank Aceh Syariah, seperti
pembiayaan musyarakah dan mudharabah disetiap tahunnya
meningkat.
Dengan demikian penulisan ini bertujuan untuk
menganalisis lebih mendalam mengenai kesiapan, strategi, dan

5
upaya pihak PT. Bank Aceh Syariah Kota Banda Aceh dalam
menerapakan Qanun no.11 tahun 2018 pasal 14 ayat 7 pada tahun
2022 dan 2024 yang akan datang sesuai dengan ketentuan yang
sudah tetapkan.Untuk mengetahui tentang kesiapan, strategi dan
upaya yang akan dilakukan oleh PT. Bank Aceh maka peneliti
menganalisis-nya dengan metode analisis SWOT, yaitu salah satu
metode yang digunakan untuk mengevaluasi Strengths (kekuatan),
Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats
(ancaman). Instrumen ini memudahkan para praktisi untuk
menentukan apa yang mampu dicapai, dan hal-hal apa saja yang
perlu diperhatikan oleh mereka.
Analisis ini bersifat deskriptif dan subjektif. Bisa saja
beberapa orang dalam organisasi memberikan hasil analisis yang
berbeda pada keempat bagian dalam analisis SWOT. Hal ini sangat
lumrah terjadi, lantaran analisis SWOT adalah sebuah analisis yang
akan memberikan output berupa arahan bukan solusi “ajaib” pada
sebuah permasalahan. Meskipun arahan tersebut mampu diartikan
sebagai salah satu bentuk solusi, akan tetapi pada dasarnya
arahan/rekomendasi yang didapatkan bertujuan untuk
mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari
peluang yang ada, sekaligus mengurangi kekurangan dan
menghindari ancaman.
Analisis SWOT adalah suatu instrumen pengidentifikasian
berbagai faktor yang terbentuk secara sistematis yang dipakai untuk
merumuskan taktik perusahaan. Pendekatan analisis ini didasarkan

6
pada nalar yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan
peluang (opportunities) sekaligus dapat meminimalkan kelemahan
(weaknesses) dan ancaman (threats). Secara singkat analisis SWOT
dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah hal-hal
yang memengaruhi keempat faktornya. Dengan demikian, hasil
dari analisis bisa menciptakan perencanaan taktik menurut hasil
analisis terhadap faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman).
Dengan mengaplikasikan matriks di atas maka dapat
membantu peneliti untuk melakukan anaslisis lebih mendalam
terhadap kesiapan, strategi dan upaya yang akan dilakukan PT.
Bank Aceh Syariah dalam mengimplementasikan pembiayaan bagi
hasil sesuai amanat Qanun No.11 Tahun 2018.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kekuatan dan kelemahan pada kesiapan PT.
Bank Aceh Syariah dalam rangka mengimplementasikan
pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai amanat Qanun No.11
Tahun 2018 untuk Tahun 2022 dan 2024?
2. Bagaimana peluang dan ancaman yang akan terjadi pada
kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam rangka
mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil
sesuai amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk Tahun 2022
dan 2024?

7
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pada kesiapan
PT. Bank Aceh Syariah dalam rangka
mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil
sesuai amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk Tahun 2022
dan 2024
2. Untuk mengetahui peluang dan ancaman yang akan terjadi
pada kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam rangka
mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil
sesuai amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk Tahun 2022
dan 2024

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian yang penulis lakukan dapat memberikan manfaat
bagi khalayak umum diantaranya ialah:

1.4.1 Manfaat Teoritis


Diharapkan agar hasil penelitian nantinya mampu
memberikan atau menambah pengetahuan mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan peraturan terkait pembiayaan berbasis bagi
hasil yang di atur dalam Qanun Aceh No.11 Tahun 2018 khususnya
pada PT. Bank Aceh Syariah.
1. Bagi Peneliti/Penulis
Sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar S-1
dan juga diharapkan menambah wawasan keilmuan dalam

8
bidang hukum perbankan syariah, serta agar dapat selalu
mengikuti perkembangan produk-produk hukum terbaru
dan isu-isu kontemporer ke-Islaman. Diharapkan dapat
menjadi salah satu rujukan mengenai pembahasan tentang
produk-produk perbankan Islam, baik sebagai
pembanding maupun sebagai literatur
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Tugas akhir ini dapat berguna untuk memberikan
penjelasan dan informasi tentang pengaruh pembiayaan
modal kerja yang diberikan Bank Aceh Syariah terhadap
tingkat pendapatan nasabah, dan diharapkan mampu
menjadi sumber bacaan yang dapat menambah wawasan
pembaca khususnya mahasiswa FEBI (Fakultas Ekonomi
Bisnis Islam).

1.4.2 Manfaat Praktisi


1. Bagi Instansi
Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan
sebagai masukan serta dapat memberikan saran yang
bermanfaat sehingga bisa dijadikan bahan pertimbangan
bagi pihak perusahaan dalam solusi penyelesaian kasus
yang terjadi pada perusahaan.
2. Bagi masyarakat
Diharapkan dapat menambah wawasan mengenai
hukum-hukum Islam dan perbankan yang sedang
berkembang dan menampilkan pemahaman yang multi

9
interprestasi sehingga dapat membudayakan perilaku
terbuka diantara masyarakat itu sendiri.

1.4.3 Manfaat Kebijakan


Penelitian ini secara empiris dapat membantu industri
perbankan untuk memahami mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan peraturan terkait pembiayaan berbasis bagi hasil yang di
atur dalam Qanun Aceh No.11 Tahun 2018 khususnya pada PT.
Bank Aceh Syariah. Berdasarkan manfaat kebijakan tersebut,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai
salah satu dasar untuk menetapkan kebijakan selanjutnya khusus
pada industri perbankan.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan tugas akhir ini disajikan dalam
beberapa bagian yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini merupakan sebagai acuan kenapa penelitian
ini dilakukan. Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, manfaat
penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II LANDASAN TEORI
Landasan Teori, pada bab ini tentang teori-teori yang
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti. Adapun landasan teori yang membahas Qanun
LKS, pembiayaan bagi hasi, manajemen strategi syariah dan

10
Analisis SWOT. Bab ini juga menguraikan penelitian terkait
serta dilanjutkan dengan kerangka pemikiran untuk
memudahkan peneliti melanjutkan penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang jenis dan lokasi
penelitian, Sumber data, teknik pengumpulan data, dan
metode analisa data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini membahas
tentang gambaran umum objek Penelitian, dan hasil
penelitian yang didapatkan pada Bank Aceh syariah.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini merupakan bab penutup kesimpulan dari
hasıl penelitian. Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil
penelitian dan saran yang membangun untuk objek
penelitian yang telah diperoleh dari hasil penelitian dan
penulisan tugas akhir

11
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Qanun LKS Nomor 11 Tahun 2018


Pada keuangan syariah khususnya di Aceh terdapat
peraturan khusus pada tahun 2018 silam terkait Lembaga keuangan
syariah, yaitu Qanun Aceh No.11 Tahun 2018. Qanun Aceh No. 11
Tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah adalah Peraturan
Perundang-undangan yang mengatur tentang kegiatan Lembaga
Keuangan dalam rangka mewujudkan ekonomi masyarakat Aceh
yang adil dan sejahtera dalam naungan Syari’at Islam. Qanun ini
merupakan tindak lanjut Qanun Aceh no. 8 Tahun 2014 tentang
pokok-pokok syariat Islam yang secara tegas telah mewajibkan
bahwa Lembaga keuangan yang beroperasi di Aceh wajib
dilaksanakan berdasarkan prinsip Syari’ah.
Qanun LKS ini berlaku sejak tanggal 4 Januari 2019 di
mana Lembaga Keuangan yang beroperasi di Aceh wajib
menyesuaikan dengan Qanun ini paling lama 3 (tiga) tahun sejak
Qanun ini diundangkan. Mengingat Implementasi Qanun ini
berbatas waktu 3 (tiga) tahun sejak diundangkan, maka setiap
orang, badan usaha dan badan hukum yang berada di Aceh harus
segera merubah transaksi keuangannya ke Lembaga Keuangan
Syari’ah. Lembaga Keuangan yang dimaksud yaitu Bank Syariah,
Lembaga Keuangan Non-Bank, dan Lembaga keuangan lainnya.
Qanun LKS ini tepat nya pada pasal 14 ayat 7 lebih ditujukan pada

12
produk pembiayaan yang berbasis bagi hasil, produk pembiayaan
di Bank Aceh Syariah yang berbasis bagil hasil yaitu pembiayaan
musyarakah dan mudarabah.

2.2 Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil


Konsep bagi hasil adalah konsep pembagian hasil atas
keuntungan proyek nasabah, dengan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya. Jika proyek gagal atau merugi, maka kerugian
ditanggung bersama sesuai dengan porsi yang telah disepakati. Hal
inilah yang menjadi satu keunikan produk dengan pola bagi hasil
(Septyan, 2011).
Produk pembiayaan di Perbankan Syariah yang berbasis bagi
hasil yaitu pembiayaan musyarakah dan mudarabah, karena
pembiayaan ini hanya bisa dihitung keuntungannya atau bagi
hasilnya pada waktu usaha tersebut sudah dijalankan dan
menghasilkan untung ataupun rugi.

2.2.1 Produk Pembiayaan Mudarabah


Mudarabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih
pihak dimana pemilik modal (Shahib al-maal) mempercayakan
sejumlah modal kepada pengelola (Mudharib) dengan suatu
perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan
kerjasama dengan paduan kontribusi 100% modal kas dari Shahib
al-maal dan keahlian dari Mudharib (A.Karim, 2004)
Dalam pembiayaan mudarabah terdapat nisbah bagi hasil.
Besarnya nisbah bagi hasil tidak ditentukan dalam syariah, tetapi

13
tergantung dari kesepakatan mereka. Nisbah bagi hasil bisa dibagi
rata 50:50, 30:70, dan 40:60 sesuai kesepakatan bersama. Dalam
akad mudarabah terdapat dua jenis, yaitu Mudarabah Mutlaqah
dan Mudarabah Muqayyadah. Dalam Mudarabah Mutlaqah
pemodal tidak mensyaratkan kepada pengelola untuk melakukan
jenis usaha tertentu. Jenis usaha yang akan dilakukan oleh
mudharib secara mutlak diputuskan oleh mudharib. Pada
Mudarabah Muqayyadah pemodal mensyaratkan kepada pengelola
untuk melakukan jenis usaha tertentu (Arcarya, 2011).

2.2.1.1 Landasan Hukum


Terdapat hukum dari transaksi di dalam Al-Qur’an, Hadist
maupun Ijma’ sebagai berikut:
1. Al-Qur’an Q.S Al-Muzammil [73] ayat 20

ْ َ‫ض يَْب تَ غُ ْو َن ِم ْن ف‬
ِ ‫ض ِربُ ْو َن ِِف ْاْلَْر‬
ۙ
ّٰ ‫ض ِل‬
‫الل‬ ْ َ‫ َواٰ َخ ُرْو َن ي‬...
Artinya: “...dan orang-orang yang berjalan di muka bumi
mencari sebagian Karunia Allah” (Q.S. Al-Muzammil
[73] : 20).
2. Hadits
ٍّ ِ
‫ص ُر‬ْ َ‫اْلَ َس ُن بْ ُن َعل ٍّّي ا ْْلَََّّل ُل َحدَّثَنَا بِ ْش ُر بْ ُن ََثبِت الْبَ َّز ُار َح َّدثَنَا ن‬ْ ‫َحدَّثَنَا‬
‫ب َع ْن أَبِ ِيه قَ َال‬ ٍّ ‫ص َهْي‬ ِ ‫الر ْْح ِن ب ِن داود عن‬ ِ ِ
ُ ‫صال ِح بْ ِن‬ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ َّ ‫بْ ُن الْ َقاس ِم َع ْن َعْبد‬
ِ ٌ ‫الل علَي ِه وسلَّم ثَََّل‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫ث في ِه َّن الْبَ َرَكةُ الْبَ ْي ُع إِ ََل أ‬
‫َج ٍّل‬ َ َ َ ْ َ َُّ ‫صلى‬
َّ َ ‫الل‬ ُ ‫قَ َال َر ُس‬
‫ت َْل لِلْبَ ْي ِع‬
ِ ‫ط الْب ِر ِِبلشَّعِ ِري لِلْب ي‬
َْ ّ ُ ُ ‫َخ ََّل‬ ْ ‫ضةُ َوأ‬َ ‫َوالْ ُم َق َار‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami [Al Hasan bin
Ali Al Khallal] berkata, telah menceritakan kepada kami

14
[Bisyr bin Tsabit Al Bazzar] berkata, telah menceritakan
kepada kami [Nashr bin Al Qasim] dari ['Abdurrahman
bin Dawud] dari [Shalih bin Shuhaib] dari [Bapaknya] ia
berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Tiga hal yang di dalamnya terdapat barakah;
jual beli yang memberi tempo, peminjaman (mudarabah),
dan campuran gandum dengan jelas untuk di konsumsi
orang-orang rumah bukan untuk dijual." (HR. Ibnu
Majah dari Shuhaib : 2280).

3. Ijma’
Imam Zailani, dalam kitabnya Nasbu ar-Rayah,
telah menyatakan bahwa para sahabatnya telah
berkonsesus terhadap legitimasi pengolahan harta yatim
secara mudarabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan
dengan spirit hadits yang dikutip Abu Ubaid dalam kitab
Al-Amwal. Dari landasan diatas mudarabah merupakan
suatu akad yang diperbolehkan (Antonio, Bank Syariah
dari Teori ke Praktek, 2002).

2.2.1.2 Mudarabah dalam Perbankan Syariah


Dalam prakteknya pihak bank menyediakan modal dan
pihak nasabah mengelolah modal, jika terdapat kerugian maka akan
ditanggung oleh pihak bank selama kerugian tersebut tidak
disebabkan oleh pihak nasabah atau mudharib (Arcarya, 2011).
Contoh dari pembiayaan mudarabah: pihak bank dan
nasabah sepakat menjalankan usaha dengan modal sebesar Rp 100
juta yang sepenuhnya modal tersebut di danai oleh pihak bank,
dengan nisbah bagi hasil sebesar 30:70. 30 untuk bank dan 70

15
untuk nasabah/pengelolah. Apabila dalam kurun waktu yang
disepakati yaitu 3 tahun pengelola mendapatkan keuntungan maka
keuntungan tersebut dibagi menjadi dua sesuai dengan
kesepakatan. dan apabila dalam 3 tahun mengalami kerugian maka
kerugian tersebut ditanggung oleh pihak bank selama kerugian
tersebut tidak dilakukan oleh pihak nasabah.

Gambar ‎0.1
Siklus Al-Mudharabah

Akad
Mudarabah

Nasabah Pihak Bank


Nisbah X%

Nisbah Y%

Pengembalian Modal

Proyek / Usaha

Pembagian Keuntungan

Modal

Sumber: Ascarya, (2017).

16
2.2.2 Produk Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah atau sering di sebut Syarikah atau Syirkah
berasal dari fi’il madhi yang mempunyai arti sekutu atau teman
perseroan, perkumpulan, persyarikatan (Warson, 1984). Definisi
Syirkah menurut mazhab Maliki adalah suatu izin ber-tasharruf
bagi masing-masing pihak yang bersertifikat. Menurut mazhab
Hambali Syirkah adalah persekutuan dalam hal hak dan tasharruf.
sedangkan menurut Syafi’i, syirkah adalah berlakunya hak atas
sesuatu bagi dua pihak atau lebih dengan tujuan persekutuan (A.
Mas’adi, 2002). Bentuk-bentuk musyarakah antara lain (Arcarya,
2011):
1. Musyarakah Tetap
Bentuk musyarakah yang paling sederhana adalah
musyarakah tetap ketika jumlah dan porsi modal yang
disertakan oleh masing-masing mitra tetap selama periode
kontrak.
2. Musyarakah Menurun
Dua pihak bermitra untuk kepemilikan bersama
suatu aset dalam bentuk properti, peralatan, perusahaan
atau lainya. Mereka bersepakat bahwa bahwa pihak
pertama sebagai pemilik modal atau pemilik barang dan
pihak kedua sebagai klien, akan membeli unit demi unit
sehingga barang yang dibutuhkan terpenuhi secara
periodik. Keuntungan yang dihasilkan pada tiap-tiap

17
periode dibagi sesuai porsi kepemilikan aset masing-
masing pihak saat itu.
3. Musyarakah Mutanaqisnah
Yaitu suatu penyertaan modal secara terbatas dari
mitra usaha kepada perusahaan lain untuk jangka waktu
tertentu, yang dalam dunia modern biasa disebut Modal
Ventura, tanpa Unsur-unsur yang dilarang dalam syariah
seperti riba, maysir, dan gharar.

2.2.2.1 Landasan Hukum


Terdapat hukum dari transaksi di dalam Al-Qur’an, Hadist
maupun Ijma’ sebagai berikut:
1. Al-Qur’an Q.S An-Nisa [4] ayat 12
ِ ُ‫ك فَهم ُشرَك ۤاء ِِف الثُّل‬
‫ث ِم ْن‬ ِ ِ ِ
ُ َ ْ ُ َ ‫فَا ْن َكانُْْٓوا اَ ْكثََر م ْن ٰذل‬...
Artinya:“...dan jika saudara-saudara itu lebih dua
orang, maka mereka bersyarikat pada yang sepertiga
itu.” (Q.S. An-Nisa [4] : 12)
Dari ayat diatas menunjukan bahwa Allah SWT
mengakui adanya persyerikatan dalam kepemilikan harta.
Surah An-Nisa menyebutkan bahwa perkongsian
menyebutkan terjadi secara otomatis (Jabr) karena
warisan (Antonio, 1999)
2. Al-Hadits

18
ِ َ‫الزب ِرق‬ ِ ِ ‫حدَّثَنَا ُُم َّم ُد بن سلَيما َن الْ ِم‬
‫ان َع ْن أَِِب‬ ِّْ ‫صيص ُّي َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن‬ ّ َْ ُ ُ ْ َ َ
‫ث‬ ِ َّ ‫َحيَّا َن الت َّْي ِم ِّي َع ْن أَبِ ِيه َع ْن أَِِب ُهَريَْرةَ َرفَ َعهُ قَ َال إِ َّن‬
ُ ‫ول أ َََن ََثل‬ ُ ‫اللَ يَ ُق‬
‫ت ِم ْن بَْينِ ِه َما‬ ُ ‫صاحبَهُ فَِإذَا َخانَهُ َخَر ْج‬
ِ ‫ْي ما ََل ََيُن أَح ُد ُُها‬
َ َ َ ْ ْ َ ِ ْ ‫الش ِري َك‬ َّ
Artinya:“Telah menceritakan kepada kami (Muhammad
bin Sulaiman Al Mishshishi), telah menceritakan kepada
kami (Muhammad bin Az Zibriqan), dari (Abu Hayyan
At Taimi), dari (ayahnya) dari (Abu Hurairah) dan ia
merafa'kannya. Ia berkata; sesungguhnya Allah
berfirman: "Aku adalah pihak ketiga dari dua orang
yang bersekutu, selama tidak ada salah seorang diantara
mereka yang berkhianat kepada sahabatnya. Apabila ia
telah mengkhianatinya, maka aku keluar dari
keduanya.” (HR. Abu Daud : 2936).

Hadits ini menjelaskan apabila ada yang


berserikat maka Allah akan ikut memberkahinya, dan
apabila dalam suatu koprasi ada yang berkhianat maka
Allah akan menjauhi dan tidak akan memberikan
berkah-Nya.
3. Ijma’
Ibnu Qudamah dan kitabnya Al-Mughni yang
dikutib Muhammad Syafi’i Antonio dalam bukunya
Bank Syariah dari Teori ke Praktik, telah berkata:
“Kaum Muslimin telah berkonsensus terhadap
legitimasi musyarakah secara global walaupun
terdapat perbedaan dalam beberapa elemen darinya”
(Antonio, 1999).

19
2.2.2.2 Musyarakah dalam Perbankan Syariah
Implementasi musyarakah dalam perbankan syariah dapat
dijumpai pada pembiayaan-pembiayaan seperti:
1. Pembiayaan proyek diaplikasikan untuk pembiayaan
proyek dimana nasabah dan perbankan sama-sama
menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut,
dan jika proyek tersebut sudah selesai maka nasabah
mengembalikan dana bank beserta bagi hasilnya.
2. Proyek ventura penanaman modal atau investasi yang
dilakukan nasabah pada saham, dan pada akhirnya akan
di jual kepada nasabah. Baik secara singkat maupun
bertahap (Sa’diyah M. , 2014).
Ketentuan Umun pembiayaan musyarakah adalah sebagai
berikut (Karim, 2003):
a. Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek
musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik
modal berhak ikut serta dalam menentukan kebijakan
usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Pemilik
modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah
dan tidak boleh melakukan tindakan seperti:
1) Menggabungkan dana proyek dengan dana pribadi.
2) Menjalankan proyek dengan pihak lain tanpa izin
pemilik modal lainya.
3) Memberi pinjaman pada pihak lain.

20
4) Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan
atau digantikan oleh pihak lain.
5) Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri
kerjasama apabila: menarik dari perserikatan,
meninggal dunia dan menjadi tidak cakap hukum.
b. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan
jangka waktu proyek harus diketahui bersama.
Keuntungan dibagi sesuai porsi kesepakatan, sedangkan
kerugian dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal.
c. Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam
akad. Setelah proyek sesuai nasabah harus
mengembalikan dana bersama bagi hasil yang telah
disepakati untuk bank.
Gambar ‎0.2
Siklus Al-Musyarakah

Bank Syariah Parsial ; Nasabah Parsial:


Pembiayaan Asset Value

PROYEK USAHA

KEUNTUNGAN

Bagi Hasil Keunutngan sesuai porsi


kontribusi modal (Nisbah)

Sumber: Antonio, (2001).

21
2.2.3 Spread Bagi Hasil
Spread bagi hasil ini adalah keutungan yang didapat dari
hasil bagi hasil yang diterima bank syariah dari pembagian
keuntungan dari simpanan bagi hasil, bisa simpanan Wadi’ah yad-
dhamanah dan deposito mudarabah (Pramono, 2013). Semakin
tinggi spread atau net interest margin yang mampu diciptakan oleh
bank, maka hal ini mengindikasikan tingkat keuntungan bank
meningkat sehingga akan memberikan kesempatan bagi bank untuk
lebih leluasa dalam menyalurkan dana kreditnya (Pramono, 2013).
Spread bagi hasil merupakan persentase dari bentuk return
bank syariah khususnya pada pembiayaan bagi hasil mudarabah
dan musyarakah. Bagi Hasil adalah pendapatan utama pada
kegiatan syariah, karena pada dasarnya semua kegiatan syariah
harus mempunyai manfaat yang adil antara semua yang terlibat
dalam kegiatan usaha yang mempergunakan prinsip syariah
(Muljono, 2015).
Sebagai perantara keuangan, bank akan memperoleh
keuntungan dari selisih bunga yang diberikan kepada penyimpan
(bunga simpanan) dengan bunga yang diterima dari peminjam
(kredit) yang dikenal dengan istilah spread based. Jenis
keuntungan ini diperoleh dari bank jenis konvensional. Sedangkan
bagi bank jenis syariah (muamalah) tidak dikenal dengan istilah
bunga karena bank syariah mengharamkan bunga. Dalam bank
syariah, keuntungan yang diperoleh dikenal dengan istilah bagi
hasil atau profit sharing. Pendapatan bunga yang diterima dari

22
peminjam lebih rendah dari pada biaya bunga yang dibayar oleh
bank kepada nasabah yang disebut dengan negative spread.
Sebaliknya, apabila bunga yang diterima dari nasabah yang
memperoleh pinjaman dari bank lebih besar dibandingkan bunga
yang dibayar oleh bank kepada nasabah disebut dengan positive
spread (Kasmir, 2007).
Spread dapat dikatakan sebagai pendapatan utama bank
yang menentukan besarnya pendapatan bersih, dimana semakin
tinggi spread yang dihasilkan oleh suatu bank, maka akan semakin
tinggi pula tingkat keuntungan yang didapatkan oleh bank tersebut.
Sehingga bank perlu menyusun strategi dalam upayanya
memperoleh keuntungan tersebut. Keuntungan itu nantinya akan
digunakan oleh pihak bank untuk menambah jumlah pembiayaan
yang diberikan kepada nasabah. Dalam penelitian ini spread bagi
hasil akan di hitung berdasarkan perbandingan antara bagi hasil
yang diterima oleh pihak bank dengan bagi hasil yang disalurkan
kepada nasabah (Sa’diyah I. , 2013).
Dalam penelitian ini, rumus Spread Bagi Hasil akan
dihitung berdasarkan atas perbandingan antara bagi hasil yang
diterima oleh pihak bank dengan bagi hasil yang disalurkan kepada
nasabah. Rumusnya sebagai berikut :
Bagi Hasil Yang Diterima
𝑆𝑝𝑟𝑒𝑎𝑑 Bagi Hasil = × 100 %
Bagi Hasil Yang Disalurkan
Perubahan Spread akan mempengaruhi kinerja keuangan
secara searah. Artinya, ketika Spread bagi hasil tinggi maka kinerja

23
keuangan akan nsaik dikarenakan pendapatan bunga yang diterima
lebih besar dibandingkan dengan biaya bunga sehingga
menghasilkan positive spread. Demikian sebaliknya, jika nilai
Spread mengalami penurunan maka kinerja keuangan akan
menurun. Kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva
produktifnya akan menghasilkan berupa pendapatan bunga bersih,
pendapatan bunga bersih diperoleh dari pemberian kredit atau
pinjaman, sementara bank juga memiliki kewajiban beban bunga
kepada deposan. Semakin besar rasio ini maka meningkatkan
pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari bunga yang
diterima dari pinjaman yang diberikan dikurangi dengan biaya
bunga dari sumber dana yang diberikan tersebut. Meningkatnya
pendapatan bunga dapat memberikan kontribusi laba terhadap
bank, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai
spread bagi hasil suatu bank maka semakin besar pula profitabilitas
bank tersebut, yang berarti kinerja keuangan bank tersebut semakin
meningkat (Kasmir, 2007).

2.3 Produk Pembiayaan PT. Bank Aceh Syariah


Pada PT. Bank Aceh Syariah terdapat beberapa produk dan
layanan baik dalam bentuk penyaluran dana (Giro dan Deposito)
dan pembiayaan yang disalurkan PT. Bank Aceh Syariah kepada
masyarakat atau nasabah-nya. Oleh karena itu beberapa produk dan
layanan tersebut diuraikan sebagai berikut.

24
2.3.1 Dana Giro Mudarabah
Giro adalah simpanan dalam rupiah Pihak Ketiga, yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan mempergunakan
cheque, surat perintah pembayaran lainnya atau dengan perintah
pemindahbukuan (misalnya Bilyet Giro, Warkat Kliring, dll). Giro
Mudarabah terdiri dari (PT. Bank Aceh Syariah, 2018):
1. Giro Pemerintah Pusat
2. Giro Pemerintah Daerah
3. Giro BUMN/BUMD
4. Giro Pemerintah Campuran
5. Giro Perusahaan Umum (Pribumi)
6. Giro Perusahaan Umum (Non Pribumi)
7. Giro Yayasan/Badan Sosial/ Koperasi
8. Giro Perorangan (Pribumi)
9. Giro Perorangan (Non Pribumi)
10. Giro Antar Bank
11. Giro Lainnya

2.3.2 Dana Desposito Mudarabah


Investasi berjangka waktu tertentu dalam bentuk mata uang
rupiah pada Bank Aceh Syariah yang pengelolaan dananya
berdasarkan prinsip syariah dengan akad Mudarabah Muthalaqah,
yaitu akad antara pihak pemilik dana (Shahibul Maal) dengan
pengelola dana (Mudharib). Dalam hal ini Shahibul Maal
(Nasabah) berhak memperoleh keuntungan bagi hasil sesuai nisbah
yang tercantum dalam akad (PT. Bank Aceh Syariah, 2018).

25
2.3.3 Pembiayaan Mudarabah
Mudarabah adalah akad kerjasama antara bank selaku l l l l l

l pemilik dana (shahibul maal) dengan nasabah selaku (mudharib)


l l l l l l l

l yang mempunyai keahlian atau keterampilan untuk mengelola suatu


l l l l l l l

l usaha yang produktif dan halal. Hasil keuntungan dari penggunaan


l l l l l l l l

l dana tersebut dibagi bersama berdasarkan nisbah yang disepakati.


l l l l l l l

l Akad mudarabah digunakan oleh bank untuk memfasilitasi


l l l l l l

l pemenuhan kebutuhan permodalan bagi nasabah guna menjalankan


l l l l l l

l usaha atau proyek dengan cara melakukan penyertaan modal bagi


l l l l l l l l

l usaha atau proyek yang bersangkutan (PT. Bank Aceh Syariah,


l l l l

2018).
Dalam produk pembiayaan mudarabah di PT. Bank Aceh
l l l l l l l

l Syariah memiliki beberapa ketentuan terakait bagi hasilnya, yaitu


l l l l l l l

l sebagai berikut: l

1. Keuntungan l yang l diperoleh merupakan


l l hasil l dari
l pengelolaaan dana pembiayaan mudarabah yang diberikan l l l l l

2. Besaran pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk l l l l l

l nisbah yang disepakati l l

3. Mudharib harus membayar bagian keuntungan yang l l l l l

l menjadi hak bank secara berkala sesuai dengan periode


l l l l l l l

l yang disepakati
l

4. Bank tidak akan menerima pembagian keuntungan, bila l l l l l l

l terjadi kegagalan atau wanprestasi yang terjadi bukan


l l l l l l

l karena kelalaian mudharib l l

26
5. Bila terjadi kegagalan usaha yang mengakibatkan kerugian
l l l l l l

l yang disebabkan oleh kelalaian mudharib, maka kerugian


l l l l l l

l tersebut harus ditanggung oleh mudharib (menjadi piutang


l l l l l l

l bank) (PT. Bank Aceh Syariah, 2018).

2.3.4 Pembiayaan Musyarakah


Pembiayaan dalam bentuk mata uang rupiah pada Bank Aceh l l l l l l l l

l Syariah menggunakan prinsip syariah dengan akad musyarakah,


l l l l l l

l yaitu kerja sama dari dua pihak atau lebih untuk menjalankan suatu
l l l l l l l l l l

l usaha tertentu. Kedua pihak memberikan konstribusi dana dan


l l l l l l l

l keahlian, serta memperoleh bagi hasil keuntungan dan kerugian


l l l l l l l

l sesuai kesepakatan yang tercantum dalam akad (PT. Bank Aceh


l l l l l

Syariah, 2018)
Adapun Keuntungannya sebagai berikut:
1. Persyaratan yang mudah sesuai dengan prinsip syariah l l l l l l

2. Pembiayaan dapat diberikan untuk keperluan modal l l l l l

l kerja dan atau investasi


l l l

3. Mekanisme pengembalian yang fleksibel sesuai dengan l l l l l

l realisasi usaha l

4. Bagi hasil berdasarkan perhitungan revenue sharing


l l l l l

5. Dapat digunakan untuk pembiayaan modal kerja usaha


l l l l l l

l dan proyek
l

6. Jangka waktu disesuaikan dengan jadwal penyelesaian


l l l l l

l pekerjaan

27
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Berbasis Bagi
Hasil
Pada hasil pengujian ARDL Model (Model Dinamis Dalam
l l l l l l l

l Ekonometrika) yang di lakukan oleh (Priyanto, Fahmi, & Ismal, l l l l l

2016) menunjukkan BI Rate menjadi faktor eksternal yang paling


l l l l l l l l

l cepat memengaruhi kedua jenis pembiayaan berbasis bagi hasil,


l l l l l l l

l selanjutnya diikuti oleh inflasi. Besarnya pengaruh BI Rate l l l l l l l

l menunjukkan secara pragmatis bank syariah masih bergantung pada l l l l l l l

l suku bunga pasar konvensional, disebabkan belum tersedianya


l l l l l l

l acuan khusus yang dapat digunakan bank syariah dalam menetapkan


l l l l l l l l

l besarnya tingkat bagi hasil (nisbah) disisi lain bank syariah tetap
l l l l l l l l l

l harus berkompetisi dengan bank konvensional. Inflasi sebagai


l l l l l l

l ukuran stabilitas ekonomi memengaruhi kemampuan masyarakat


l l l l l

l dan sektor riil dalam menjalankan perekonomian. Inflasi yang tinggi


l l l l l l l l

l menyebabkan daya beli masyarakat dan sektor riil menjadi turun l l l l l l l l

l sehingga kemampuan untuk melunasi pinjaman dan permintaan


l l l l l l

l pinjaman baru ke sektor perbankan juga ikut turun. Hal ini


l l l l l l l l l

l menunjukkan bahwa pembiayaan bagi hasil yang dilakukan bank l l l l l l l

l syariah memang bersentuhan langsung dengan sektor riil.


l l l l l l l

Pada faktor internal penghimpunan DPK (dana Pihak Ketiga),


l l l l l l l

l pemenuhan CAR (Capital Adequacy Ratio) menjadi bagian penting


l l l l l l l

l bagi keberlangsungan penyaluran pembiayaan bank. Disisi lain


l l l l l l

l komitmen bank dalam meningkatan kualitas dan kuantitas karyawan


l l l l l l l

l terhadap pemahaman prinsip syariah, produk-produk pembiayaan


l l l l l

l dan sistem layanan prima juga ikut menentukan pada besarnya


l l l l l l l l

28
l pembiayaan yang dapat disalurkan bank. Hasil regresi menunjukkan
l l l l l l l

l bahwa jumlah karyawan, besarnya realisasi biaya pendidikan dan


l l l l l l l

l pelatihan serta frekuensi pendidikan dasar perbankan syariah


l l l l l l

l berpengaruh pada pembiayaan mudarabah dan musyarakah. l l l l l

l Sementara tren pembiayaan mudarabah dan musyarakah periode


l l l l l l

l lampau sebagai autoregressive juga memberikan pengaruh terhadap


l l l l l l

l pembiayaan yang akan datang (Priyanto, Fahmi, & Ismal, 2016).


l l l

2.5 Manajemen Strategi Syariah


Manajemen strategik dapat didefinisikan sebagai seni dan l l l l l l

l pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta


l l l l

l mengevaluasi l keputusan-keputusan l lintas l fungsional l yang


l memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya (David, 2011).
l l l l

Manajemen strategik syariah adalah rangkaian proses l l l l l

l aktivitas manajemen Islami yang mencakup tahapan formulasi,


l l l l l l

l implementasi dan evaluasi strategi untuk mencapai tujuan l l l l l l

l organisasi, di mana nilai-nilai Islam menjadi landasan strategik


l l l l l l l

l dalam seluruh aktivitas organisasi, yang diwarnai oleh azas tauhid,


l l l l l l l l

l orientasi duniawi-ukhrawi dan motivasi mardhatillah (Usman,


l l l l

2015).

2.5.1 Teori Manajemen Strategi Syariah


Dalam manajemen strategik syariah ada 2 macam teori yang
l l l l l l l l

l terdiri dari Keyakinan Ubudiyah dan Kesadaran Ihsaniyah.


l l l l l l

1. Keyakinan Ubudiyah dalam bekerja dengan keyakinan l l l l l

l ubudiyah yaitu meyakini bahwa bekerja adalah ibadah di l l l l l l l

29
l mana segala aktivitas dalam organisasi/perusahaan semata-
l l l l l

mata diniatkan sebagai ibadah kepada Allah, akan memberi


l l l l l l l

l kekuatan bagi manajemen dan kru untuk menghadapi dan


l l l l l l l

l mengatasi berbagai kendala dan rintangan serta memberi


l l l l l l

l ketenangan, kepuasan, dan kebahagiaan dalam bekerja dan


l l l l l l

l beraktivitas l demi l mengharapkan l keberkahan l dan


l keridhaan Allah SWT (Usman, 2015).
l l

2. Kesadaran Ihsaniyah dalam Bekerja Dengan kesadaran


l l l l l

l ihsaniyah l yaitu l meyakini l bahwa l segala l aktivitas


l organisasi/perusahaan merupakan amal shaleh yang l l l l

l senantiasa diketahui dan dalam pengawasan Allah SWT,


l l l l l l

l akan mendorong manajemen dan kru untuk bekerja dengan


l l l l l l l

l sebaikbaiknya, jujur, amanah dan Itqan (tepat, sempurna, l l l l l l

l tuntas) tanpa harus diawasi oleh atasan, sehingga


l l l l l l

l mendorong tercapainya hasil kinerja yang terbaik.


l l l l l

l Rasulullah SAW Bersabda “sesungguhnya Allah sangat


l l l l l

l mecintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan,


l l l l l l

l dilakukan secara itqan (tepat, sempurna, tuntas)” (HR.


l l l l l l

l Thabrani). Hadits tersebut menjelaskan bahwa manajemen


l l l l l

l sangatlah penting dan di dalam ajaran Islam pun


l l l l l l

l menganjurkan agar manusia selalu memanajemen atau l l l l l

l mengelola apapun dalam kehidupannya secara rapi, benar,


l l l l l l

l tertib dan teratur, baik dalam individu maupun dalam suatu


l l l l l l l l

l kelompok/organisasi (Usman, 2015).

30
2.5.2 Karakteristik Manajemen Strategi Syariah
Adapun beberapa karakteristik manajemen syariah adalah
l l l l l

l sebagai berikut:
l l

1. Manajemen dan masyarakat memiliki hubungan yang l l l l l

l sangat erat, manajemen merupakan bagian dari sistem


l l l l l l

l sosial yang dipenuhi dengan nilai, etika, akhlak dan


l l l l l l l

l keyakinan yang bersumber dari Islam.


l l l l L

2. Teori manajemen
l l Islami l menyelesaikan l persoalan
l kekuasaan, dalam manajemen tidak ada perbedaan antara
l l l l l l

l pemimpin dan kru, perbedaan level kepemimpinan hanya


l l l l l l

l meneunjukan wewenang dan tanggung jawab. Atasan dan l l l l l l

l bawahan saling bekerja sama tanpa ada perbedaan


l l l l l l

l kepentingan. Tujuan dan harapan mereka adalah sama dan


l l l l l l l

l akan diwujudkan bersama.


l l L

3. Karyawan bekerja dengan keikhlasan dan semangat


l l l l l

l profesionalisme, mereka berkontribusi dalam pengambilan l l l l

l keputusan dan taat kepada atasan sepanjang mereka


l l l l l l

l berpihak pada nilali-nilai syariah.


l l l L

4. Kepemimpinan dalam Islam dibangun dengan nilai-nilai l l l l l

l syura dan saling menasehati, serta para atasan dapat


l l l l l l l

l menerima saran dan kritik demi kebaikan bersama (Amin,


l l l l l l

2010).

31
2.5.3 Model Manajemen Strategi Syariah
Manajemen strategik syariah memiliki empat karakter khas
l l l l l l

l yang membedakan dengan manajemen strategik konvensional.


l l l l l

l Keempatnya adalah karakter yang ditinjau dari aspek azas, orientasi,


l l l l l

motivasi dan strategi.

Gambar 0.3
Model Manajemen Strategik Syariah

Analisis Formulasi Impelementasi Pengenda


Orientas Lingkun Strategi strategi lian dan
i gan Evaluasi
 Pengemban  Pengemban
gan Strategi gan Proses  Evaluasi
 Pemilihan  Budaya Kinerja
Penetapa
dan Organisasi
n Visi
penetapan
dan Misi
Perusaha
an Gambar

Tujuan
Asas (Dunia
dan
Akhirat
)
 Mudaraba  Ihsan
h,  Taqwa
 Nilai-nilai
Etika Musyarak dan
Anali
 Halal dan ah, dll. Tanggu
sis
Syari Haram  Itqan, ng
 Dosa dan Jawab
ah akhlak

Sumber: (Usman, 2015).

Dari model di atas dapat dilihat bahwa sejak awal penetapan


l l l l l l l l l

l visi, misi dan tujuan, telah dilakukan internalisasi dan adisi nilai-
l l l l l l l l l

nilai Islam, yaitu azas tauhid, orientasi duniawi-Ukhrawi dan


l l l l l l l

32
l motivasi Mardhatillah. Demikian pula pada tahap formulasi strategi
l l l l l l l

l sampai tahap implementasinya senantiasa dalam koridor nilai-nilai


l l l l l l

l etika dan syariah, seperti pertimbangan halal dan haram, dosa dan
l l l l l l l l l

l pahala, serta sistem kerja sama bisnis non-ribawi disertai organisasi


l l l l l l l l

l dan kepemimpinan yang profesional (itqan) dan berakhlakul


l l l l l l

l karimah. Dari sisi pengendalian dan evaluasi, diwarnai oleh self-


l l l l l l l l

evaluation berupa perilaku ihsan (merasa diawasi oleh Allah SWT)


l l l l l l l l

l dan perilaku takwa dan tanggung jawab ilahiyah, sehingga


l l l l l l l

l melahirkan kinerja terbaik bagi organisasi/perusahaan) (Usman,


l l l l

2015).

2.6 Analisis SWOT


Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan l l l l l

l dengan pengembangan misi, kebijakan strategi dan kebijakan


l l l l l l

l perusahaan. Dengan demikian, perencanaan strategis harus l l l l l

l menganalisis l faktor-faktor l strategis l perusahaan (kekuatan,


l

l kelemaham, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini,
l l l l l l l l l

l hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling banyak
l l l l l l l l l

l digunakan untuk analisis situasi adalah analisis SWOT. Analisis


l l l l l l l

l SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk


l l l l l l l

l merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada l l l l l l

l logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan


l l l l l l

l peluang l (opportunities), l namun l secara l bersamaan l dapat


l meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats) l l l l l

(Rangkuti, 2006).

33
Analisis ini bersifat deskriptif dan subjektif. Bisa saja
l l l l l l l

l beberapa orang dalam organisasi memberikan hasil analisis yang


l l l l l l l

l berbeda pada keempat bagian dalam analisis SWOT. Hal ini sangat
l l l l l l l l l

l wajar terjadi, karena analisis SWOT merupakan sebuah analisis


l l l l l l l

l yang akan memberikan output berupa arahan bukan solusi “ajaib”


l l l l l l l l

l dalam sebuah permasalahan. Meskipun arahan tersebut bisa


l l l l l l

l diartikan sebagai salah satu bentuk solusi, namun pada dasarnya


l l l l l l l l

l arahan/rekomendasi l yang l dihasilkan l bertujuan l untuk


l mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang l l l l l l

l yang ada, sekaligus mengurangi kekurangan dan menghindari


l l l l l l

l ancaman.
Secara singkat analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara
l l l l l l l

l menganalisis dan memilah hal-hal yang memengaruhi keempat


l l l l l l

l faktornya. Dengan demikian, hasil dari analisis dapat membentuk


l l l l l l l

l perencanaan strategi berdasarkan hasil analisis terhadap faktor-


l l l l l l

faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan


l l l l l l

l ancaman) (Fajar Nur, 2020).

2.6.1 Faktor-faktor Analisis SWOT


Dalam menganalisa menggunakan analisis SWOT terdapat
l l l l l

l beberapa faktor, yaitu: l l

1. Strengths (kekuatan)
Strenghts merupakan sebuah kondisi yang menjadi l l l l l

l sebuah kekuatan dalam organisasi. Faktor-faktor kekuatan


l l l l l

l merupakan l suatu l kompetensi l khusus l atau l sebuah


l kompetensi keunggulan yang terdapat dalam tubuh l l l l l

34
l organisasi itu sendiri. Faktor-faktor kekuatan tersebut
l l l l l

l merupakan nilai plus atau keunggulan komparatif dari l l l l l l

l sebuah organisasi. Hal tersebut mudah terlihat apabila


l l l l l l

l sebuah organisasi memiliki hal khusus yang lebih unggul


l l l l l l l

l dari l pesaing-pesaingnya l serta l dapat l memuaskan


l stakeholders maupun pelanggan. l l

2. Weaknesses (kelemahan)
Weaknesses merupakan kondisi atau segala sesuatu l l l l l

l hal yang menjadi kelemahan atau kekurangan yang terdapat


l l l l l l l

l dalam tubuh organisasi. Pada dasarnya, sebuah kelemahan


l l l l l l

l merupakan suatu hal yang wajar ada dalam organisasi. l l l l l l l

l Namun yang terpenting adalah bagaimana organisasi


l l l l l

l membangun l sebuah l kebijakan l sehingga l dapat


l meminimalisasi l kelemahan-kelemahan l tersebut l atau
l bahkan dapat menghilangkan kelemahan yang ada. Bisa
l l l l l l

l juga menjadikan kelemahan menjadi sebuah sisi kelebihan


l l l l l l

l yang tidak dimiliki oleh organisasi yang lain.


l l l l l l

3. Opportunities (peluang)
Opportunities merupakan suatu kondisi lingkungan l l l l

l di luar organisasi yang sifatnya menguntungkan bahkan


l l l l l l

l dapat l menjadi l senjata l untuk memajukan


l l sebuah
l perusahaan/organisasi. Anda dapat mengetahui hal- hal l l l l l

l eksternal mana yang dapat Anda jadikan peluang dengan


l l l l l l l

l cara membandingkan analisis internal (strengths dan


l l l l l

35
l weaknesses) perusahaan atau organisasi anda dengan l l l l l

l analisis internal dari kampetitor lain.


l l l l

4. Threats (ancaman)
Threats merupakan kebalikan dari peluang atau l l l l l

l peluang. l l Ancaman merupakan kondisi eksternal yang l l l l

l dapat mengganggu menjalankannya sebuah organisasi atau


l l l l l

l perusahaan. Ancaman dapat mencakup hal-hal dari l l l l

l lingkungan yang tidak menguntungkan bagi sebuah l l l l l

l organisasi. Jika ancaman tidak segera ditanggulangi maka


l l l l l l l

l dapat berdampak buruk sehingga menjadi penghalang atau


l l l l l l

l penghambat tercapainya visi dan misi sebuah organisasi


l l l l l l

l atau perusahaan. Ancaman dapat dilihat dari tingkat


l l l l l

l keparahan pengaruhnya (seriousness) dan kemungkinan


l l l l

l terjadi.

2.6.2 Manfaat Analisis SWOT


Sebagai metode analisis yang paling dasar, analisis SWOT
l l l l l l l

l dianggap memiliki banyak manfaat atau kelebihan dibandingkan


l l l l l l

l dengan metode analisis yang lain. Berikut merupakan penjabaran


l l l l l l l

l beberapa manfaat menggunakan metode analisis SWOT:


l l l l l l

1. Analisis SWOT dapat membantu melihat suatu persoalan


l l l l l l

l dari empat sisi sekaligus yang menjadi dasar sebuah analisis


l l l l l l l l

l persolaan, l yaitu l kekuatan, l kelemahan, l kesempatan/


l peluang, dan ancaman. l l L

2. Analisis SWOT mampu memberikan hasil berupa analisis


l l l l l l

l yang cukup tajam sehinggga mampu memberikan arahan


l l l l l l

36
l ataupun rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan
l l l l

l sekaligus menambah keuntungan berdasarkan sisi peluang


l l l l l

l yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan juga


l l l l l l

l menghindari ancaman. l L

3. Analisis SWOT dapat membantu kita "membedah"


l l l l l

l organisasi dari empat sisi yang dapat menjadi dasar dalam


l l l l l l l l

l proses ldentífikasinya dan dengan analisis ini kita dapat


l l l l l l l

l menemukan sisi-sisi yang terkadang terlupakan atau tidak


l l l l l l

l terlihat selama ini.


l l

4. Analisis SWOT dapat menjadi instrumen yang cukup


l l l l l l

l ampuh dalam melakukan analisis strategi, sehingga dapat


l l l l l l

l menemukan langkah yang tepat dan terbaik sesuai dengan


l l l l l l l

l situasi pada saat itu.


l l l

5. Analisis SWOT dapat digunakan untuk membantu


l l l l l

l organisasi meminimalisasi kelemahan yang ada serta


l l l l l

l menekan munculnya dampak ancaman yang mungkin akan


l l l l l l

l timbul (Fajar Nur, 2020).

2.6.3 Matriks SWOT


Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor
strategis perusahaan adalah matrik SWOT. Matriks ini dapat
mengambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat
menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis
(Sanjaya, 2020).

37
Tabel 2.1
Matriks SWOT
IFAS Strengths (S) Weaknesses (W)
Tentukan Faktor-Faktor Tentukan Faktor-Faktor
Kekuatan Internal Kelemahan Internal

EFAS
Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO
Tentukan Faktor- Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
Faktor Peluang menggunakan kekuatan meminimalkan
Eksternal untuk memanfaatkan kelemahan untuk
peluang memanfaatkan peluang
Treaths (T) Strategi ST Strategi WT
Tentukan Faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
Faktor Ancaman menggunakan kekuatan meminimalkan
Eksternal untuk mengatasi kelemahan dan
ancaman menghindari ancaman

Sumber: (Sanjaya, 2020).


Keterangan:
1. EFAS = Eksternal Strategic Factor Analysis
2. IFAS = Internal Strategic Factor Analysis
3. Strategi SO (Strength-Opportunities) Memanfaatkan
seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesar-besarnya
4. Strategi ST (Strenghts-Threats) Menggunakan kekuatan
yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
5. Strategi WO (Weknesses-Opportunities) Strategi ini
diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
6. Strategi WT (Weaknesses-Threats) Strategi ini
didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan

38
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman.

2.6.4 Diagram Matrik SWOT


Menurut Salusu (2000:35) tentang matriks SWOT
menggunakan beberapa strategi, yaitu:
1. Strategi S.O, yaitu memanfaatkan peluang yang ada
dengan keunggulan organisasi (comparative advantage
comparative).
2. Strategi S.T, yaitu memobilisasi beberapa keunggulan
untuk mencapai sasaran (mobilization).
3. Strategi W.O, yaitu memilih faktor mana yang dipacu dan
faktor mana yang ditunda (investmen/divestment).
4. Strategi W.T, yaitu perlu kehati-hatian atau kewaspadaan
dalam mencapai sasaran (damage control)

39
Gambar 2.4 Diagram Analisis SWOT

Berbagai Peluang

3. Mendukung strategi 1. Mendukung Strategi Agresif


Turn-around

Kelemahan Internal Kekuatan Internal

4. Mendukung Strategi 2. Mendukung Strategi


Defensif Diversifikasi
Berbagai Ancaman

Sumber: Sanjaya, (2020).


Berdasarkan gambar diatas, dapat dijelaskan sebagai
berikut (Sanjaya, 2020):
1. Kuadran I: Ini merupakan situasi yang sangat
menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan
kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.
Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth
oriented strategy).
2. Kuadran 2: Meskipun menghadapi berbagai ancaman,
perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal.
Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka pangjang
dengan cara strategi diversifikasi (produk/jasa).

40
3. Kuadran 3: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang
sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa
kendala atau kelemahan.internal. Kondisi bisnis pada
kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada BCG
matrik. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan
masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat
merebut peluang pasar yang lebih. Misalnya, Apple
menggunakan stratregi peninjauan kembali teknologi yang
dipergunakan dengan cara menawarkan produk baru dalam
industri micro computer.
4. Kuadran 4: Ini merupakan situasi yang sangat tidak
menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai
ancaman dan kelemahan internal.

2.7 Penelitian Terdahulu


Dalam penelitian ini, peneliti telah memilih beberapa
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan skripsi yang peneliti
ajukan. Di mana penelitian terdahulu akan menjadi acuan peneliti
dalam pembuatan skripsi ini, dengan mengidentifikasi persamaan
dan perbedaan pada setiap penelitian-penelitian tersebut antara lain:
Pertama, penelitian Sutrisno (2008), yang berjudul
“Pembiayaan Syariah dengan Prinsip Bagi Hasil Menurut UU No
21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Dari Sudut Pandangn
Hukum Islam”. Metode Penelitian ini ialah penelitian kepustakaan
(Library lResearch). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1)
Pembiayaan mudarabah dan musyarakah merupakan salah satu

41
bentuk pembiayaan dalam UU No. 21 tentang Perbankan Syariah.
2) Dalam sistem keuangan bagi hasil, tidak ada jaminan
keuntungan dari usaha yang dibiayai sehingga kreditur pun harus
menanggung kerugian debitur jika ia merugi. 3) Meski transaksi
bagi hasil dalam bentuk mudarabah dan musyarakah tidak merujuk
langsung pada Al-Quran dan Sunnah tetapi telah diterima Islam
sebagai instrumen utama untuk mengembangkan jaringan
perdagangan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis
ialah sama-sama membahas tentang pembiayaan syariah dengan
prinsip bagi hasil. Perbedaanyaa ialah pada penelitian penulis fokus
membahas tentang kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam rangka
mengimplementasikan pembiayaan bagi hasil sesuai amanat Qanun
No.11 Tahun 2018. Sedangkan penelitian ini fokus membahas
Pembiayaan Syariah dengan Prinsip Bagi Hasil Menurut UU No 21
Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.
Kedua, penelitian Intan Fathimi (2018), yang berjudul
“Analisis SWOT Terhadap Pengimplementasian Teknologi
Finansial Pada Bank X Cabang Y Kecamatan Peureulak Kabupaten
Aceh Timur”. Metode Penelitian ini ialah Penelitian Lapangan
(Field lResearch). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1)
Implementasi teknlogi finansial sudah beropersi sangat bagus
dalam layanan ATM dan SMS Banking yang dilengkapi fitur-
fitur\sesuai kebutuhan nasabah dan dengan mempertahankan citra
sebagai bank milik daerah yang pertama menjadi bank umum
syariah. 2) Meningkatkan kualitas pelayanan berbasis online akan

42
menutupi kelemahannya. 3) Memanfaatkan peluang dengan cara
bersinergi dengan menjalin hubungan yang lebih baik lagi dengan
instansi atau pemerintah serta industri keuangan yang telah ada.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis ialah sama-
sama menggunakan analisis SWOT. Perbedaanyaa ialah pada
penelitian penulis fokus membahas tentang kesiapan PT. Bank
Aceh Syariah dalam rangka mengimplementasikan pembiayaan
bagi hasil sesuai amanat Qanun No.11 Tahun 2018. Sedangkan
penelitian ini fokus membahas Analisis SWOT Terhadap
Pengimplementasian Teknologi Finansial Pada Bank X Cabang Y
Kecamatan Peureulak Kabupaten Aceh Timur.
Ketiga, penelitian Ridwan Muchlis (2018), yang berjudul
“Analisis SWOT Financial Technology (Fintech) Pembiayaan
Perbankan Syariah Di Indonesia”. Metode Penelitian ini ialah
Penelitian lLapangan l(Field lResearch). Berdasarkan hasil analisis
penelitian maka disaran agar sejak awal mempersiapkan regulasi
yang berhubungan dengan fintech pembiayaan. Agar risiko dapat
diminimalkan dan nasabah meningkatkan pemahaman dan
pengetahuannya untuk kenyamanan dan keamanan bertransaksi di
perbankan syariah. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
penulis ialah sama-sama menggunakan analisis SWOT.
Perbedaanyaa ialah pada penelitian penulis fokus membahas
tentang kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam rangka
mengimplementasikan pembiayaan bagi hasil sesuai amanat Qanun
No.11 Tahun 2018. Sedangkan penelitian ini fokus membahas

43
Analisis SWOT Financial Technology (Fintech) pembiayaan
perbankan syariah di Indonesia.
Keempat, penelitian Solechodin (2020), yang berjudul
“Nisbah Bagi Hasil Deposito Mudarabah Perspektif Hukum
Ekonomi Syariah”. Metode Penelitian ini ialah Penelitian Lapangan
(Field lResearch). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1)
Mekanisme pembagian nisbah bagi hasil deposito mudarabah di
Bank BRI Syariah Cabang Metro semakin lama jangka waktu yang
dipilih nasabah maka akan semakin besar pula bunga yang akan
didapat. 2) Tidak adanya tawar menawar dalam penentuan nisbah
bagi hasil deposito syariah. 3). Respon nasabah terhadap praktik
pembagian nisbah bagi hasil deposito Mudarabah sangat baik,
karena nasabah mencari informasi mengenai dengan cara mencari
informasi melalui Coustumer Service (CS) dan melalui brosur.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis ialah sama-
sama menggunakan pembiayaan dengan bagi hasil. Perbedaanyaa
ialah pada penelitian penulis fokus membahas tentang kesiapan PT.
Bank Aceh Syariah dalam rangka mengimplementasikan
pembiayaan bagi hasil sesuai amanat Qanun No.11 Tahun 2018.
Sedangkan penelitian ini fokus membahas nisbah bagi hasil
deposito mudarabah perspektif hukum ekonomi syariah.
Kelima, Putri Perdana (2021), yang berjudul “Implementasi
Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2018 Tentang Lembaga Keuangan
Syariah dan Kaitannya dengan Praktik Riba di Masyarakat Desa
Alue Dawah”. Metode Penelitian ini ialah Penelitian lLapangan

44
(Field lResearch). Hasil penelitian menunjukkan bahwa. 1)
Masyarakat desa Alue Dawah memiliki pemahaman yang cukup
baik tentang riba dan hukumnya, meskipun tidak dapat
menjelaskana secara sistematis, hal ini terlihat dari berbagai sudut
pandang masyarakat menilai riba. 2) Praktik riba yang sering
dilakukan masyarakat desa Alue Dawah ialah riba qard dan riba
jahiliyah. 3) Penerapan qanun Lembaga keuangan syariah masih
belum menunjukkan keterkaitan dengan praktik riba yang
dilakukan oleh masyarakat desa Alue Dawah, hal ini karena
masyarakat yang tidak bertransaksi di Lembaga keuangan syariah
masih mengandalkan bank keliling dan kebiasaan pinjaman
jahiliyah. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis ialah
sama-sama membahas Qanun No.11 Tahun 2018. Perbedanya ialah
pada penelitian penulis fokus membahas tentang kesiapan PT.
Bank Aceh Syariah dalam rangka mengimplementasikan
pembiayaan bagi hasil sesuai amanat Qanun No.11 Tahun 2018.
Sedangkan penelitian ini fokus membahas Implementasi Qanun
Aceh Nomor 11 Tahun 2018 Tentang Lembaga Keuangan Syariah
dan Kaitannya dengan Praktik Riba.
Keenam, Verty lVebriani l(2021), yang berjudul “Analisis
Peraturan lDaerah/Qanun lAceh lNomor l11 lTahun l2018 lTentang
Lembaga lKeuangan lSyariah lDalam lRangka lPeralihan lKredit
Dari lBank lKonvensional lKe lBank lSyariah”. Metode Penelitian
ini ialah Penelitian lLapangan l(Field lResearch). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa didalam lQanun lLembaga lKeuangan

45
Syariah lpada lprinsipnya lmengatur lLembaga lkeuangan ldan
transaksi lkeuangan ldi lAceh lharus lberdasarkan lprinsip lsyariah,
namun ldalam lQanun lLembaga lKeuangan lSyariah ltidak
terdapat lketentuan lmengenai ltata lcara lpengalihan lkredit ldari
Bank lKonvensional lkepada lBank lSyariah. lDiperlukan lsarana
untuk lpengalihan lkredit lsebelum ldebitur lmelakukan laddendum
pembiayaan lberdasarkan lprinsip lSyariah. Ketentuan lQanun
Lembaga lKeuangan lSyariah lbelum lmenjamin lperlindungan
hukum lbagi ldebitur ldalam lrangka limplementasi lQanun lAceh
tersebut. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis ialah
sama-sama membahas Qanun No.11 Tahun 2018. Perbedaanya
ialah pada penelitian penulis fokus membahas tentang kesiapan PT.
Bank Aceh Syariah dalam rangka mengimplementasikan
pembiayaan bagi hasil sesuai amanat Qanun No.11 Tahun 2018.
Sedangkan penelitian ini fokus membahas Analisis lPeraturan
Daerah/Qanun lAceh lNomor l11 lTahun l2018 lTentang lLembaga
Keuangan lSyariah lDalam lRangka lPeralihan lKredit lDari lBank
Konvensional lKe lBank lSyariah.
Ketujuh, lSyariah Zulfahmi l(2021), yang berjudul
“Eksistensi lQanun lNomor l11 lTahun l2018 ltentang lLembaga
Keuangan lSyariah lterhadap lKonversi lBank lKonvensional
menjadi lBank”. Metode penelitian ini menggunakan Deskriptif
Analitis l(Descriptive lAnalytic). Hasil lyang ldicapai ldengan
berlakunya lQanun lini ladalah llebih lmembantu lterhadap lpihak
UMKM lyang lmana lpasca lkonversi lpihak lbank ltelah

46
menetapkan ltarget lpenyaluran ldana llebih lbanyak ldari
sebelumnya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis
ialah sama-sama membahas Qanun No.11 Tahun 2018.
Perbedaanya ialah pada penelitian penulis fokus membahas tentang
kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam rangka
mengimplementasikan pembiayaan bagi hasil sesuai amanat Qanun
No.11 Tahun 2018. Sedangkan penelitian ini fokus membahas
Eksistensi lQanun lNomor l11 lTahun l2018 ltentang lLembaga
Keuangan lSyariah lterhadap lKonversi lBank lKonvensional
menjadi lBank.
Tabel ‎0.3
Penelitian Terdahulu

Nama, lTahun
No. Metode l Hasil lPenelitian
Penelitian,ldan Judul
1. Sutrisno (2008), Penelitian 1. Pembiayaan lmudarabah
Pembiayaan lSyariah lKepustakaan dan lmusyarakah
Dengan lPrinsip lBagi l(Library merupakan lsalah lsatu
Hasil lMenurut lUU lResearch) bentuk lpembiayaan dalam
No l21 lTahun l2008 lUU lNo.21 tentang
Tentang lPerbankan lPerbankan Syariah. L
Syariah lDari lSudut 2. Dalam lsistem lkeuangan
Pandang lHukum bagi lhasil, ltidak lada
Islam. jaminan lkeuntungan
dari lusaha lyang dibiayai
lsehingga lkreditur lpun
lharus lmenanggung
lkerugian ldebitur ljika lia
lmerugi. \
3. Meski ltransaksi lbagi
lhasil ldalam lbentuk
lmudarabah ldan
lmusyarakah ltidak
lmerujuk llangsung lpada
lAl-Quran ldan lSunnah
ltetapi ltelah lditerima

47
Tabel 2.1-Lanjutan

Nama, lTahun
No. Metode l Hasil lPenelitian
Penelitian,ldan Judul
lIslam lsebagai linstrumen
lutama luntuk
lmengembangkan ljaringan
lperdagangan. L
2. Intan lFathimil(2018), Penelitian 1. Implementasi lteknlogi
Analisis lSWOT lLapangan lfinansial lsudah
lTerhadap l(Field lberopersi lsangat lbagus
lPengimplementasian lResearch) ldalam llayanan lATM
lTeknologi lFinansial ldan lSMS lBanking
lPada lBank lX lyang ldilengkapi lfitur-
lCabang lY fitur lsesuai lkebutuhan
lKecamatan lnasabah ldan ldengan
lPeureulak lKabupaten lmempertahankan lcitra
lAceh lTimur.. lsebagai lbank lmilik
ldaerah lyang lpertama
lmenjadi lbank lumum
lsyariah. L
2. Meningkatkan lkualitas
lpelayanan lberbasis
online lakan lmenutupi
kelemahannya. l
3. Memanfaatkan lpeluang
dengan lcara lbersinergi
dengan lmenjalin
hubungan lyang llebih
baik llagi ldengan
instansi latau lpemerintah
serta Slindustri keuangan
yang ltelah lada.
3. Ridwan Penelitian Berdasarkan lhasil lanalisis
lMuchlisl(2018), lLapangan lpenelitian lmaka ldisaran
Analisis lSWOT l(Field lagar lsejak lawal
lFinancial lResearch) lmempersiapkan lregulasi
lTechnology l(Fintech) lyang lberhubungan ldengan
lPembiayaan lfintech lpembiayaan. lAgar
lPerbankan lSyariah lrisiko ldapat ldiminimalkan
lDi lIndonesia. ldan lnasabah
lmeningkatkan lpemahaman
ldan lpengetahuannya
luntuk lkenyamanan ldan

48
Tabel 2.1-Lanjutan

Nama, lTahun
No. Metode l Hasil lPenelitian
Penelitian,ldan Judul
lkeamanan lbertransaksi ldi
lperbankan lsyariah.
4. Solechodin l(2020), Penelitian 1. Mekanisme lpembagian
Nisbah lBagi lHasil lLapangan lnisbah lbagi lhasil
Deposito lMudarabah l(Field ldeposito lmudarabah ldi
Perspektif lHukum lResearch) lBank lBRI lSyariah
Ekonomi lSyariah. lCabang lMetro lsemakin
llama ljangka lwaktu
lyang ldipilih lnasabah
lmaka lakan lsemakin
lbesar lpula lbunga lyang
lakan ldidapat. l
2. Tidak ladanya ltawar
lmenawar ldalam
lpenentuan lnisbah lbagi
lhasil ldeposito lSyariah.
3. Respon lnasabah lterhadap
lpraktik lpembagian
lnisbah lbagi lhasil
ldeposito lMudarabah
lsangat lbaik, lkarena
lnasabah lmencari
linformasi lmengenai
ldengan lcara lmencari
linformasi lmelalui
lCoustumer lServicel(CS)
ldan lmelalui lbrosur.
5. Putri lPerdana l(2021), Penelitian 1. Masyarakat ldesa lAlue
Implementasi lQanun lLapangan lDawah lmemiliki
lAceh lNomor l11 l(Field lpemahaman lyang lcukup
lTahun l2018 lResearch) lbaik ltentang lriba ldan
lTentang lLembaga lhukumnya, lmeskipun
lKeuangan lSyariah ltidak ldapat
ldan lKaitannya lmenjelaskana lsecara
ldengan lPraktik lRiba lsistematis, lhal lini
ldi lMasyarakat lDesa lterlihat ldari lberbagai
lAlue lDawah. lsudut lpandang
lmasyarakat lmenilai lriba.
2. Praktik lriba lyang lsering
ldilakukan lmasyarakat
ldesa lAlue lDawah lialah

49
Tabel 2.1-Lanjutan

Nama, lTahun
No. Metode l Hasil lPenelitian
Penelitian,ldan Judul
lriba lqard ldan lriba
ljahiliyah l
3. Penerapan lqanun
Lembaga lkeuangan
syariah lmasih lbelum
menunjukkan lketerkaitan
dengan lpraktik lriba yang
dilakukan loleh
masyarakat ldesa lAlue
lDawah, lhal lini lkarena
lmasyarakat lyang ltidak
lbertransaksi ldi lLembaga
lkeuangan lsyariah lmasih
lmengandalkan lbank
lkeliling ldan lkebiasaan
lpinjaman ljahiliyah.
6. Verty lVebriani Penelitian 1. Didalam lQanun
l(2021) , Analisis lLapangan lLembaga lKeuangan
lPeraturan l(Field lSyariah lpada lprinsipnya
lDaerah/Qanun lAceh lResearch) lmengatur lLembaga
lNomor l11 lTahun lkeuangan ldan ltransaksi
l2018 lTentang lkeuangan ldi lAceh
lLembaga lKeuangan lharus lberdasarkan
lSyariah lDalam lprinsip lsyariah, lnamun
lRangka lPeralihan ldalam lQanun lLembaga
lKredit lDari lBank lKeuangan lSyariah ltidak
lKonvensional lKe lterdapat lketentuan
lBank lSyariah. lmengenai ltata lcara
lpengalihan lkredit ldari
lBank lKonvensional
lkepada lBank lSyariah. l
2. Diperlukan lsarana luntuk
lpengalihan lkredit
lsebelum ldebitur
lmelakukan laddendum
lpembiayaan lberdasarkan
lprinsip lSyariah.
3. Ketentuan lQanun
Lembaga lKeuangan
Syariah lbelum Syariah

50
Tabel 2.1-Lanjutan

Nama, lTahun
No. Metode l Hasil lPenelitian
Penelitian,ldan Judul
lbelum menjamin
lperlindungan hukum lbagi
ldebitur dalam lrangka
implementasi lQanun Aceh
ltersebut.
7. Zulfahmi l(2021), Deskriptif Hasil lyang ldicapai ldengan
Eksistensi lQanun lAnalitis lberlakunya lQanun lini
lNomor l11 lTahun l(Descriptive ladalah llebih lmembantu
l2018 ltentang lAnalytic) lterhadap lpihak lUMKM
lLembaga lKeuangan lyang lmana lpasca lkonversi
lSyariah lterhadap lpihak lbank ltelah
lKonversi lBank lmenetapkan ltarget
lKonvensional lpenyaluran ldana llebih
lmenjadi lBank lbanyak ldari lsebelumnya.
lSyariah.

Sumber: l(Data lyang ldiolah, l2021).

2.8 Kerangka Penelitian


Penelitian ini memiliki landasan berfikir untuk mengetahui
secara detail terkait Kesiapan PT. Bank Aceh Syariah Dalam
Rangka Mengimplementasikan Pembiayaan Bagi Hasil Sesuai
Amanat Qanun Nomor 11 Tahun 2018. Dimana penelitian ini
dilakukan analisa SWOT sebagai mengukur kesiapan dari Bank
Aceh tersebut.
Analisa SWOT diidentifikasi berdasarkan kesiapan Bank
Aceh syariah. Terdapat dua jenis analisa yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu Analisis SWOT Internal (IFAS), yang Analisis
SWOT Eksternal (EFAS). Pada kedua analisa tersebut digunakan
untuk menetahui Kendala/Masalah Yang dihadapi PT. Bank Aceh

51
Syariah melalui kesiapan, solusi dan upaya sebagai cara
meningkatkan persentase pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai
amanat Qanun No.11 Tahun 2018.
Gambar ‎0.5
Kerangka Pemikiran Penelitian

Masalah
Pengimplementasian Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil pada PT.
Bank Aceh Syariah saat ini

Qanun LKS No. 11 Tahun 2018 Pasal 14 Ayat 7

Analisis SWOT

Analisis SWOT Internal (IFAS) Analisis SWOT Eksternal (EFAS)

Kendala/Masalah Yang dihadapi PT. Bank


Aceh Syariah

Kesiapan Solusi Upaya

Meningkatkan Persentase Pembiayaan berbasis


bagi hasil sesuai amanat Qanun No.11 Tahun
2018

Kesimpulan
dan Saran

Sumber: Data yang diolah, (2021).

52
Dari kerangka pemikiran di atas, dapat disimpulkan bahwa
l l l l l l l

l pengolahan data dilakukan pada dua jenis objek yaitu, Produk


l l l l l l l l

l Pembiayaan Mudarabah dan Produk Pembiayaan Musyarakah, l l l l l

l dimana penulis akan menganalisa melalui metode analisis SWOT


l l l l l l l

l tentang l kesiapan, l upaya l dan l solusi l terhadap masalah


l

l pengimplementasian pembiayaan berbasis bagi hasil pada PT. Bank l l l l l l l

l Aceh Syariah saat ini yang sesuai dengan amanat Qanun LKS nomor
l l l l l l l l l l

l 11 tahun 2018, khususnya pada pasal 14 ayat 7 telah ditekankan


l l l l l l l l l l l

l bahwa rasio dalam pembiayaan berbasis bagi hasil harus sesuai


l l l l l l l l

l dengan yang telah ditetapkan dan harus diterapkan dalam waktu


l l l l l l l l

l yang telah ditentukan.


l l L

Namun dalam menjalankan amanat Qanun tersebut tentunya


l l l l l l

l PT. Bank Aceh Syariah akan menghadapi kendala, maka dalam


l l l l l l l l

l penelititan ini peneliti akan menganalisa melalui metode analisis


l l l l l l l

l SWOT tentang kesiapan PT. Bank Aceh Syariah untuk


l l l l l l l

l meningkatkan Persentase Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil sesuai l l l l l l

l amanat Qanun Nomor 11 Tahun 2018 untuk periode 2022 dan 2024
l l l l l l l l l l

l yang akan datang l l .

53
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan l l l l l

l kualitatif yaitu penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh


l l l l l l l

l melalui prosedur statistik atau dalam bentuk hitungan lainnya


l l l l l l l

(Abdullah & Saebani, 2014). Penelitian ini menggunakan jenis l l l l

l deskriptif yang dimaknai dengan menjelaskan suatu data dengan apa


l l l l l l l l

l adanya atau secara ilmiah. Penelitian deskriptif adalah penelitian


l l l l l l l

l yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, situasi,


l l l l l l

l peristiwa dan kegiatan-kegiatan lain yang hasilnya dipaparkan


l l l l l l

l dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2010).


l l l

l Penelitian ini juga merupakan perpaduan antara penelitian l l l l l l

l kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field


l l l l l l

l research). Peneliti akan mencari dan mengumpulkan data yang ada


L l l l l l l l

l di lapangan dan pustaka untuk mengetahui tentang analisis SWOT


l l l l l l l l

l kesiapan PT. l Bank l Aceh l Syariah l dalam l rangka


l mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai l l l l l

l amanat Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2018. Peneliti menggunakan


l l l l l l L l

l pendekatan kualitatif dikarenakan peneliti menggali data melalui


l l l l l l

l teknik wawancara terstruktur kepada pihak yang terkait di lapangan.


l l l l l l l l

Peneliti akan melakukan penelitian pada PT. Bank Aceh


l l l l l l l

l Syariah Kantor Pusat, Banda Aceh, peneliti memilih pembahasan


l l l l l l l

l terkait Qanun nomor 11 tahun 2018 dikarenakan pada pasal 14 ayat


l l l l l l l l l l

54
l 7-nya menerangkan bahwa rasio pembiayaan berbasis bagi hasil
l l l l l l l

l pada Lembaga keuangan syariah untuk tahun 2020 paling sedikit


l l l l l l l l

l 10%, untuk tahun 2022 paling sedikit 20% dan untuk tahun 2024
l l l l l l l l l l

l paling sedikit 40%. dan PT. Bank Aceh Syariah pada tahun 2020
l l l l l l l l l l

l peneliti menemukan data bahwa PT. Bank Aceh Syariah telah


l l l l l l l l

l memenuhi amanat Qanun tersebut. l l l

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui apa upaya


l l l l l l l l

l dan strategi serta kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam


l l l l l l l l

l mengimplementasikan amanat Qanun untuk tahun 2022 dan 2024. l l l l l l l

l Kemudian peneliti memilih PT. Bank Aceh Syariah Dikarenakan


l l l l l l l

l peneliti pernah melakukan magang pada bank tersebut.


l l l l l l

3.2 Sumber Data


Sumber data penelitian terdiri dari data primer dan data
l l l l l l l l

l skunder, pada penelitian ini peneliti menggunakan data primer dan


l l l l l l l l

l beberapa data skunder untuk melengkapi penelitian yang peneliti


l l l l l l l

l lakukan.
1. Data Primer
Sumber data primer yaitu sumber data yang l l l l l l

l didapatkan dari lapangan yaitu salah satunya melalui l l l l l l

l wawancara. Penentuan subjek penelitian yang akan menjadi l l l l l l

l sampel penelitian ini dilakukan dengan menggunakan


l l l l l

l teknik purposive sampling, di mana teknik ini digunakan


l l l l l l l

l apabila anggota sampel dipilih secara khusus atau adanya


l l l l l l l

l pertimbangan tertentu
l l sehingga l dipandang l dapat

55
l memberikan data secara maksimal. Adapun subjek l l l l l

l narasumber yang dapat memberikan informasi terhadap


l l l l l

l penelitian ini yaitu pihak Akademisi, Regulator dan


l l l l l l

l Pelaksana.
a. Pelaksana, yaitu pihak yang memiliki jawaban tentang l l l l l l

l pengimplementasian teori yang terkait penelitian ini l l l l l

l dengan qanun terkait yang telah ditetapkan. Salah


l l l l l l

l satunya Direksi bagian pembiayaan pada PT. Bank


l l l l l l

l Aceh Syariah. l

b. Konseptor, yaitu pihak yang memiliki jawaban tentang l l l l l l

l apa dasar dan tujuan Qanun Nomor 11 Tahun 2018 Pasal


l l l l l l l l l

l 14 ayat 7.
l l

2. Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu sumber data yang l l l l l l

l didapatkan dari buku dan artikel terkait, data-data internet


l l l l l l l

l terkait, jurnal serta website yang terkait dengan penelitian


l l l l l l l

l ini. Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan sumber data


l l l l l l l

l sekunder berupa beberapa website diantaranya PT. Bank


l l l l l l

l Aceh Syariah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta


l l l l l l

l beberapa buku dan jurnal terkait Analisis SWOT, Produk


l l l l l l l

l Perbankan Syariah, Manajemen Strategi Syariah, dan


l l l l l

l Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2018.


l l l l l

56
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Peneliti untuk memperoleh data yang objektif dan valid,
l l l l l l l

l berkaitan dengan analisis (SWOT) kesiapan PT. Bank Aceh Syariah


l l l l l l l l

l dalam rangka mengimplementasikan pembiayaan bagi hasil sesuai


l l l l l l

l amanat Qanun No.11 Tahun 2018. Maka digunakan beberapa


l l l l l l l

l metode ilmiah sebagai landasan untuk mencari pemecahan terhadap


l l l l l l l

l permasalahan tersebut. Adapun teknik pengumpulan data yang


l l l l l l

l digunakan adalah: l l

1. Wawancara
Wawancara atau interview adalah proses memperoleh l l l l l

l keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, l l l l l l l

l sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara


l l l l l l l

l dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan


l l l l l l

l alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)


l l l l l l

(Nazir, 2011). Jenis wawancara dibedakan menjadi dua l l l l

l yaitu: l

a. Pedoman wawancara tidak terstrukur yaitu pedoman l l l l l

l wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan l l l l l l l

l ditanyakan. l

b. Pedoman l wawancara l terstruktur l yaitu l pedoman


l wawancara yang disusun secara terprinci sehingga l l l l l

l menyerupai check-list (Arikunto, 2011). l

Berdasarkan l penjelasan l di atas,


l l peneliti
l menggunakan wawancara terstruktur yaitu wawancara yang l l l l l

l dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan l l l l l

57
l pertanyaan lengkap dan terperinci. Teknik interview atau
l l l l l l

l wawancara disini peneliti gunakan untuk mencari keterangan


l l l l l l

l dan data tentang sistem pembiayaan berbasis bagi hasil,


l l l l l l l

l sumber data yang diperoleh langsung dari pihak akademisi


l l l l l l l

l yaitu salah satu Dosen Perbankan Syariah UIN Ar-Raniry,


l l l l l l l

l pihak regulator yaitu Kepala OJK Prov. Aceh sebagai


l l l l l l l

l pengawas Lembaga Keuangan Syariah di Aceh, dan pihak


l l l l l l l

l pelaksana yaitu direksi bagian pembiayaan PT. Bank Aceh


l l l l l l l

l syariah.
Tabel ‎0.4
Daftar Informan

Narasumber Pihak Kode


PT. Bank Aceh Syariah (BAS) Eksekutor Ns01
Dr. Hafas Furqani, M.Ec Konseptor Ns02

Sumber: (Data yang diolah, 2021).

2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk l l l l l

l mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa


l l l l l l l

l beberapa website diantaranya PT. Bank Aceh Syariah,


l l l l l l

l Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta beberapa buku dan


l l l l l l l

l jurnal terkait Analisis SWOT, Produk Perbankan Syariah,


l l l l l l

l Manajemen Strategi Syariah, dan Qanun Aceh Nomor 11


l l l l l l l

l Tahun 2018. Dokumentasi adalah pengumpulan data yang


l l l l l

l diperoleh melalui berbagai catatan. Metode dokumentasi ini


l l l l l l

58
l digunakan untuk memperoleh data-data tentang sejarah l l l l l

l berdirinya, visi, misi dan tujuan, stuktur organisasi, daftar l l l l l l l

l karyawan dan anggota PT. Bank Aceh Syariah dan Otoritas l l l l l l l l

l Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Aceh.


l l l l

3.4 Metode Analisis Data


Dalam penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan analisis
l l l l l l

l SWOT. Analisis SWOT yaitu analisis terhadap kekuatan,


l l l l l l

l kelemahan, peluang dan ancaman. Analisis data adalah proses


l l l l l l l

l mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari


l l l l l l l l

l hasil wawancara dan catatan lapangan, menemukan pola, memilih


l l l l l l l

l mana yang penting dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga


l l l l l l l

l mudah dipahami. Analisis data juga dilakukan sebelum peneliti


l l l l l l l

l memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap hasil studi


l l l l l l

l pendahuluan, atau data sekunder, yang digunakan untuk menentukan


l l l l l l l

l fokus penelitian. Pada tahap ini analisis data diperoleh melalui


l l l l l l l l

l wawancara terstruktur dengan pihak akademisi yaitu salah satu


l l l l l l l

l Dosen Perbankan Syariah UIN Ar-Raniry , pihak regulator yaitu


l l l l l l l l

l Kepala OJK Prov. Aceh sebagai pengawas Lembaga Keuangan


l l l l l l l

l Syariah di Aceh, dan pihak pelaksana yaitu direksi bagian


l l l l l l l l

l pembiayaan PT. Bank Aceh syariah, sehingga data yang didapatkan


l l l l l l l l

l benar-benar valid sebagai dasar bahan untuk memberi makna data


l l l l l l l l

l yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks yang


l l l l l l l

l sedang diteliti. l L

59
Dalam menggunakan analisis SWOT terdapat faktor-faktor
l l l l l

l yaitu Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats, kemudian


l l l l l l

l faktor-faktor ini diterapkan dalam bentuk matriks SWOT, yang


l l l l l l l

l mana pengaplikasiannya adalah:


l l

Tabel ‎0.5
Matriks SWOT
IFAS Strengths (S) Weaknesses (W)
Tentukan Faktor-Faktor Tentukan Faktor-Faktor
Kekuatan Internal Kelemahan Internal

EFAS
Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO
Tentukan Faktor- Faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
Peluang Eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk memanfaatkan kelemahan untuk
peluang memanfaatkan peluang
Treaths (T) Strategi ST Strategi WT
Tentukan Faktor Faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
Ancaman Eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk mengatasi kelemahan dan
ancaman menghindari ancaman

Sumber: (Rangkuti, 2006)

1. Strategi SO l l

Memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan l l l l l

l memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.l l

2. Strategi ST l l

Menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk


l l l l l

l mengatasi ancaman . l l

3. Strategi WO l l

60
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang
l l l l l

l yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.


l l l l l l l l

4. Strategi WT l l

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif


l l l l l l l

l dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta


l l l l l l

l menghindari ancaman (Rangkuti, 2006).


l

61
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian


Objek penelitian yang akan diteliti yaitu PT. Bank Aceh
l l l l l l l l

l Syariah Kantor Pusat Kota Banda Aceh-Aceh.


l l l l l

4.11 Sejarah Singkat PT. Bank Aceh Syariah


Gagasan untuk mendirikan Bank milik Pemerintah Daerah di
l l l l l l l

l Aceh tercetus atas prakarsa Dewan Pemerintah Daerah Peralihan


l l l l l l l

l Provinsi Atjeh (sekarang disebut Pemerintah Provinsi Nanggroe


l l l l l l

l Aceh l Darussalam). l Setelah l mendapat l persetujuan l Dewan


l Perwakilan Rakyat Daerah peralihan Provinsi Aceh di Kutaraja
l l l l l l l

l (sekarang Banda Aceh) dengan Surat Keputusan Nomor 7/DPRD/5


l l l l l l l

l tanggal 7 September 1957, beberapa orang mewakili Pemerintah


l l l l l l l

l Daerah menghadap Mula Pangihutan Tamboenan, wakil Notaris di


l l l l l l l

l Kutaraja, untuk mendirikan suatu Bank dalam bentuk Perseroan


l l l l l l l

l Terbatas yang bernama “PT Bank Kesejahteraan Atjeh, NV” dengan


l l l l l l l l

l modal dasar ditetapkan Rp 25.000.000.


l l l l

Setelah beberapa kali perubahan Akte, barulah pada tanggal 2


l l l l l l l l

l Februari 1960 diperoleh izin dari Menteri Keuangan dengan Surat


l l l l l l l l

l Keputusan No. 12096/BUM/II dan Pengesahan Bentuk Hukum dari


l l l l l l l

l Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No. J.A.5/22/9 tanggal


l l l l l l l

l 18 Maret 1960, Pada saat itu PT Bank Kesejahteraan Aceh NV


l l l l l l l l l l

l dipimpin oleh Teuku Djafar sebagai Direktur dan Komisaris terdiri


l l l l l l l l

l atas Teuku Soelaiman Polem, Abdullah Bin Mohammad Hoesin, dan


l l l l l l l l

62
l Moehammad Sanusi. Dengan ditetapkannya Undang-undang No. 13 l l l l l l

l Tahun l 1962 l tentang l Ketentuan-ketentuan l Pokok l Bank


l Pembangunan Daerah, semua Bank milik Pemerintah Daerah yang l l l l l l l

l sudah berdiri sebelumnya, harus menyesuaikan diri dengan Undang-


l l l l l l l

undang tersebut. l L

Untuk memenuhi ketentuan ini maka pada tahun 1963 l l l l l l l

l Pemerintah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh membuat


l l l l l l

l Peraturan Daerah No. 12 Tahun 1963 sebagai landasan hukum


l l l l l l l l

l berdirinya Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh. Dalam Perda


l l l l l l l

l tersebut ditegaskan bahwa maksud pendirian Bank Pembangunan


l l l l l l

l Daerah Istimewa Aceh adalah untuk menyediakan pembiayaan bagi


l l l l l l l

l pelaksanaan usaha-usaha pembangunan daerah dalam rangka l l l l l

l pembangunan nasional semesta berencana. l l l L

Sepuluh tahun kemudian, atau tepatnya pada tanggal tanggal l l l l l l l

l 7 l April 1973, l l Gubernur l Kepala Daerah Istimewa Aceh l l l

l mengeluarkan Surat Keputusan No. 54/1973 tentang Penetapan l l l l l l

l Pelaksanaan Pengalihan PT Bank Kesejahteraan Aceh, NV menjadi


l l l l l l l

l Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh. Peralihan status, baik


l l l l l l l

l bentuk hukum, hak dan kewajiban dan lainnya secara resmi


l l l l l l l l

l terlaksana pada tanggal 6 Agustus 1973, yang dianggap sebagai hari


l l l l l l l l l

l lahirnya Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh.


l l l l l L

Untuk memberikan ruang gerak yang lebih luas kepada Bank


l l l l l l l l

l Pembangunan Daerah Istimewa Aceh, Pemerintah Daerah telah l l l l l l

l beberapa kali mengadakan perubahan Peraturan Daerah (Perda),


l l l l l l

l yaitu mulai Perda No.10 tahun 1974, Perda No. 6 tahun 1978, Perda
l l l l l l l l l l l

63
l No. 5 tahun 1982, Perda No. 8 tahun 1988, Perda No. 3 tahun 1993
l l l l l l l l l l l l l

l dan terakhir Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh


l l l l l l l

l Nomor : 2 Tahun 1999 tanggal 2 Maret 1999 tentang Perubahan


l l l l l l l l l l

l Bentuk Badan Hukum Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh


l l l l l l l

l menjadi PT Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh, yang telah


l l l l l l l l

l disahkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan Keputusan Menteri


l l l l l l l

l Dalam Negeri Nomor : 584.21.343 tanggal 31 Desember 1999.


l l l l l l l l

Perubahan bentuk badan hukum dari Perusahaan Daerah l l l l l l

l menjadi Perseroan Terbatas dilatarbelakangi keikutsertaan Bank


l l l l l

l Pembangunan Daerah Istimewa Aceh dalam program rekapitalisasi, l l l l l l

l berupa peningkatan permodalan bank yang ditetapkan melalui


l l l l l l

l Keputusan Bersama Menteri Keuangan Republik Indonesia dan l l l l l l

l Gubernur Bank Indonesia Nomor 53/KMK.017/1999 dan Nomor


l l l l l l

l 31/12/KEP/GBI tanggal 8 Februari 1999 tentang Pelaksanaan l l l l l l

l Program Rekapitalisasi Bank Umum, yang ditindaklanjuti dengan


l l l l l l

l penandatanganan Perjanjian Rekapitalisasi antara Pemerintah l l l l

l Republik Indonesia, Bank Indonesia, dan PT. Bank BPD Aceh di


l l l l l l l l l

l Jakarta pada tanggal 7 Mei 1999.


l l l l l L

Perubahan bentuk badan hukum menjadi Perseroan Terbatas l l l l l l

l ditetapkan dengan Akte Notaris Husni Usman, SH No. 55 tanggal 21


l l l l l l l l l l

l April 1999, bernama PT Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh


l l l l l l l l

l disingkat PT Bank BPD Aceh. Perubahan tersebut telah disahkan


l l l l l l l l

l oleh Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan Nomor C-8260


l l l l l l l l

l HT.01.01.TH.99 tanggal 6 Mei 1999. Dalam Akte Pendirian l l l l l l l

l Perseroan ditetapkan modal dasar PT Bank BPD Aceh sebesar Rp


l l l l l l l l l

64
l 150 milyar. Sesuai dengan Akte Notaris Husni Usman, SH No.42
l l l l l l l l l

l tanggal 30 Agustus 2003, modal dasar ditempatkan PT Bank BPD


l l l l l l l l l

l Aceh ditambah menjadi Rp 500 milyar.


l l l l l L

Berdasarkan Akta Notaris Husni Usman tentang Pernyataan l l l l l l

l Keputusan Rapat No. 10 Tanggal 15 Desember 2008, notaris di


l l l l l l l l l

l Medan tentang peningkatan modal dasar Perseroan, modal dasar


l l l l l l l

l kembali ditingkatkan menjadi Rp1.500.000.000.000 dan perubahan


l l l l l

l nama Perseroan menjadi PT. Bank Aceh. Perubahan tersebut telah


l l l l l l l l

l disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik


l l l l l l l l

l Indonesia No. AHU-44411.AH.01.02 Tahun 2009 pada tanggal 9


l l l l l l l

l September 2009. Perubahan nama menjadi PT. Bank Aceh telah


l l l l l l l l

l disahkan l oleh l Keputusan l Gubernur l Bank l Indonesia


l No.12/61/KEP.GBI/2010 tanggal 29 September 2010. l l l l L

Bank juga memulai aktivitas perbankan syariah denganl l l l l l

l diterimanya surat Bank Indonesia No.6/4/Dpb/BNA tanggal 19 l l l l l l

l Oktober 2004 mengenai Izin Pembukaan Kantor Cabang Syariah


l l l l l l l

l Bank dalam aktivitas komersial Bank. Bank mulai melakukan


l l l l l l l

l kegiatan operasional berdasarkan prinsip syariah tersebut pada 5


l l l l l l l

l November 2004. Sejarah baru mulai diukir oleh Bank Aceh melalui
l l l l l l l l l

l hasil rapat RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa)


l l l l l l l l

l tanggal 25 Mei 2015 bahwa Bank Aceh melakukan perubahan


l l l l l l l l

l kegiatan usaha dari sistem konvensional menjadi sistem syariah


l l l l l l l

l seluruhnya. Maka dimulai setelah tanggal keputusan tersebut proses


l l l l l l l

l konversi dimulai dengan tim konversi Bank Aceh dengan diawasi


l l l l l l l l

l oleh Otoritas Jasa Keuangan. Setelah melalui berbagai tahapan dan


l l l l l l l l

65
l proses perizinan yang disyaratkan oleh OJK, akhirnya Bank Aceh
l l l l l l l l

l mendapatkan izin operasional konversi dari Dewan Komisioner OJK


l l l l l l l

l Pusat untuk perubahan kegiatan usaha dari sistem konvensional ke


l l l l l l l l

l sistem syariah secara menyeluruh. Izin operasional konversi tersebut


l l l l l l l

l ditetapkan berdasarkan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor.


l l l l l l

l KEP-44/D.03/2016 tanggal 1 September 2016 perihal pemberian l l l l l l

l izin perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi


l l l l l l l

l bank umum syariah PT Bank Aceh.


l l l l l L

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku bahwa kegiatan


l l l l l l

l operasional Bank Aceh Syariah baru dapat dilaksanakan setelah


l l l l l l l

l diumumkan kepada masyarakat selambat-lambatnya 10 hari dari


l l l l l l

l hari tersebut. Perubahan sistem operasional dilaksanakan pada


l l l l l l

l tanggal 19 September 2016 secara serentak pada seluruh jaringan


l l l l l l l l

l kantor Bank Aceh. dan sejak tanggal tersebut Bank Aceh telah dapat
l l l l l l l l l l

l melayani seluruh nasabah dan masyarakat dengan sistem syariah


l l l l l l l

l murni mengutip Ketentuan PBI Nomor 11/15/PBI/2009. Proses


l l l l l l

l konversi Bank Aceh menjadi Bank Syariah diharapkan dapat


l l l l l l l

l membawa dampak positif pada seluruh aspek kehidupan ekonomi


l l l l l l l

l dan sosial masyarakat. Dengan menjadi Bank Syariah, Bank Aceh


l l l l l l l l

l bisa menjadi salah satu titik episentrum pertumbuhan ekonomi dan


l l l l l l l l

l pembangunan daerah yang lebih optimal. l l l l l

66
4.1.2 Visi dan Misi PT. Bank Aceh Syariah
Visi
“Visi Bank Aceh Syariah adalah menjadi Bank Syariah
l l l l l l l

l Terdepan dan Terpercaya dalam Pelayanan di Indonesia.”


l l l l l l L

Misi
PT. Bank Aceh Syariah memiliki beberapa tujuan yang
l l l l l l l

l akan mereka terapkan, yang pertama menjadi penggerak


l l l l l l

l perekonomian Aceh dan pendukung agenda pembangunan l l l l l

l daerah. Memberi layanan terbaik dan lengkap berbasis TI


l l l l l l l

l untuk semua segmen nasabah, terutama sektor usaha kecil,


l l l l l l l

l menengah, sektor pemerintah maupun korporasi. Kemudian


l l l l l

l menjadi bank yang memotivasi karyawan, nasabah dan


l l l l l l

l stakeholders untuk menerapkan prinsip syariah dalam l l l l l

l muamalah secara komprehensif (syumul). Selanjutnya


l l l l

l memberi nilai tambah yang tinggi bagi pemegang saham dan


l l l l l l l l

l masyarakat Aceh umumnya. dan yang terakhir menjadi


l l l l l l

l perusahaan pilihan utama bagi profesional perbankan syariah


l l l l l l

l khusunya di Aceh. l l l

4.1.3 Produk dan Layanan PT. Bank Aceh Syariah


1. Penghimpun dana
Penghimpunan dana PT. Bank Aceh Syariah terdiri l l l l l l

dari Tabungan, Giro, Deposito, dan Simpanan Pesnsiun.


l l l l l l

a. Tabungan l

67
Tabungan pada PT. Bank Aceh Syariah terdiri dari l l l l l l l

l beberapa macam, yaitu; Tabungan seulanga, yaitu l l l l l

l tabungan perorangan yang diperuntukan untuk kalangan


l l l l l

l nasabah menengah ke atas, memberikan tingkat nisabah


l l l l l l

l yang lebih tinggi dibandingan tabungan lainnya dengan


l l l l l l

l fasilitas pemberian hadiah langsung tanpa diundi yang


l l l l l l

l tentunya sesuai dengan poin yang dimiliki nasabah


l l l l l l

l sebagai penabung. Tabungan aneka guna, yaitu tabungan


l l l l l l

l yang dapat dimiliki oleh siapaun dengan setoran awal


l l l l l l l

l hanya sebesar Rp. 20.000,-. Nasabah dapat menarik atau


l l l l l l l

l menyetor uang dengan tabungan aneka guna setiap hari


l l l l l l l

l kerja di seluruh kantor Bank Aceh Syariah. Tabungan


l l l l l l l

l SIMPEDA, yaitu tabungan yang dapat diikuti oleh l l l l l l

l perorangan untuk membantu mengatur keuangan anda l l l l l

l secara professional. Tabunganku, yaitu tabungan untuk


l l l l l

l perorangan dengan persyaratan mudah dan ringan yang l l l l l l

l diterbitkan secara bersama oleh bank–bank di indonesia


l l l l l l

l dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat


l l l l

l dengan menumbuhkan budaya menabung. Tabungan


l l l l

l Haji Akbar, merupakan tabungan yang dapat membantu


l l l l l l

l nasabah mewujudkan niat menunaikan ibadah haji.


l l l l l

l Tabungan Firdaus, merupakan salah satu produk l l l l l

l tabungan bank Aceh di mana pemilik dana memberikan


l l l l l l l

l kepercayaan penuh kepada bank untuk mengelola l l l l l

l dananya dengan pembagian nisbah/bagian yang telah


l l l l l

68
l disepakati l sebelumnya. l Tabungan Sahara,
l l yaitu
l tabungan dalam bentuk mata uang rupiah pada Bank
l l l l l l l

l Aceh Syariah yang dikhususkan bagi umat muslim untuk


l l l l l l l

l memenuhi biaya perjalanan ibadah haji dan umrah yang


l l l l l l l

l dikelola berdasarkan prinsip syariah dengan akad


l l l l l

l Wadiah Yad Dhamanah, yaitu dana titipan murni


l l l l l l

l nasabah kepada bank. l l L

b. Giro l

Giro adalah simpanan dalam rupiah pihak ketiga,


l l l l l l

l yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan


l l l l l l

l mempergunakan cheque, surat perintah pembayaran l l l l

l lainnya l atau dengan l l perintah pemindah l l bukuan


l (misalnya Bilyet Giro, Warkat Kliring, dll). Nama-nama
l l l l l l

l produk giro pada Bank Aceh Syariah adalah giro


l l l l l l l

l pemerintah l pusat, l giro l pemerintah l daerah, l giro


l BUMN/BUMD, l giro l pemerintah l campuran, l giro
l perusahaan umum (pribumi), giro perusahaan umum l l l l l

l (non pribumi), giro yayasan/badan sosial/koperasi, giro


l l l l l

l perorangan (pribumi), giro perorangan (non pribumi),l l l l l

l giro antar bank, giro lainnya.


l l l l L

Pada PT. Bank Aceh Syariah terdapat Giro Wadiah,


l l l l l l l

l yaitu sarana penyimpanan dana dalam bentuk mata uang


l l l l l l l

l rupiah pada Bank Aceh Syariah yang pengelolaan


l l l l l l

l dananya berdasarkan prinsip syariah dengan akad


l l l l l

l Wadiah Yad Dhamanah, yaitu dana titipan murni


l l l l l l

69
l nasabah kepada Bank yang dapat diambil setiap saat
l l l l l l l

l dengan menggunakan media Cheque dan Bilyet Giro.


l l l l l l L

c. Deposito l

\ Deposito adalah simpanan pihak ketiga yang l l l l l

l penarikannya hanya dapat dilakukan setelah jangka l l l l l

l waktu tertentu sesuai dengan perjanjian antara bank


l l l l l l

l dengan yang bersangkutan. Pada PT. Bank Aceh Syariah


l l l l l l l

l terdapat Deposito Mudarabah, yaitu investasi berjangka


l l l l l

l waktu tertentu dalam bentuk mata uang rupiah pada Bank


l l l l l l l l

l Aceh Syariah yang pengelolaan dananya berdasarkan


l l l l l

l prinsip syariah dengan akad Mudarabah Muthalaqah,


l l l l l

l yaitu akad antara pihak pemilik dana (Shahibul Maal)


l l l l l l l

l dengan pengelola dana (Mudharib). Dalam hal ini


l l l l l l

l Shahibul l Maal l (Nasabah) l berhak l memperoleh


l keuntungan bagi hasil sesuai nisbah yang tercantum
l l l l l l

l dalam akad.
l L

d. Simpanan Pensiunan l l

Simpanan Pensiun merupakan layanan tabungan bagi l l l l l

l nasabah pensiun pada PT. Bank Aceh Syariah yang


l l l l l l l

l diharapkan dapat memberikan layanan khusus bagi para


l l l l l l

l Pegawai Negeri Sipil yang memasuki masa pensiun.


l l l l l l l

70
2. Penyaluran dana
Penyaluran dana PT. Bank Aceh Syariah terdiri dari l l l l l l l

l Pembiayaan Murabahah, Musyarakah, Mudarabah, Rahn,


l l l l

l dan Wakalah.
l

a. Pembiayaan Murabahah l l

Pembiayaan dalam bentuk mata uang rupiah pada l l l l l l

l Bank Aceh Syariah menggunakan prinsip syariah


l l l l l

l dengan akad Murabahah, yaitu pembiayaan yang


l l l l l

l diberikan kepada seluruh anggota masyarakat dengan


l l l l l

l sistem jual beli. Dalam hal ini nasabah sebagai pembeli


l l l l l l l l

l dan bank sebagai penjual, harga jual bank adalah harga


l l l l l l l l

l beli dari supplier ditambah keuntungan yang disepakati


l l l l l l

l dan tercantum dalam akad.


l l l l

b. Pembiayaan Musyarakah l l

Pembiayaan dalam bentuk mata uang rupiah pada l l l l l l

l Bank Aceh Syariah menggunakan prinsip syariah


l l l l l

l dengan akad Musyarakah, yaitu kerja sama dari dua


l l l l l l l

l pihak atau lebih untuk menjalankan suatu usaha tertentu.


l l l l l l l

l Kedua pihak memberikan konstribusi dana dan


l l l l l

l keahlian, serta memperoleh bagi hasil keuntungan dan


l l l l l l

l kerugian sesuai kesepakatan yang tercantum dalam


l l l l l

l akad. l

c. Pembiayaan Mudarabah l

Akad mudarabah digunakan oleh bank untukl l l l l

l memfasilitasi pemenuhan kebutuhan permodalan bagi l l l l

71
l nasabah guna menjalankan usaha atau proyek dengan
l l l l l l

l cara melakukan penyertaan modal bagi usaha atau


l l l l l l

l proyek yang bersangkutan.


l l l

d. Pembiayaan Rahn l l

Rahn Gadai Emas Syariah atau disebut juga


l l l l l l

l pembiayaan l rahn l pada l Bank l Aceh l Syariah


l menggunakan prinsip syariah dengan akad Qardh, Rahn l l l l l l

l dan Ijarah, yaitu penyerahan hak penguasaan secara


l l l l l l

l fisik atas barang berharga berupa emas (lantakan dan


l l l l l l l

l atau perhiasan beserta aksesorisnya) dari nasabah


l l l l l

l kepada bank sebagai agunan atas pembiayaan yang


l l l l l l

l diterima. Qardh Beragun Emas adalah solusi tepat


l l l l l l

l dalam memenuhi kebutuhan dana bersifat segera yang


l l l l l l

l sesuai dengan prinsip syariah. Proses pencairan sangat


l l l l l l

l mudah dan cepat dengan fasilitas tempat penyimpanan


l l l l l l

l barang jaminan yang aman.


l l l

e. Pembiayaan Wakalah l l

Fatwa 10/DSN-MUI/IV/2000 mengenai wakalah


l l l

l adalah pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada


l l l l l l

l pihak lain. Pembiayaan Ijarah l l l Fatwa 09/DSN- l

MUI/IV/2000 l ijarah l timbul l karena l kebutuhan


l masyarakat l memperoleh l manfaat l suatu l barang
l membutuhkan pihak lain melalui akad ijarah, yaitu l l l l l l

l pemindahan hak guna atau manfaat atas suatu barang l l l l l l l

l pada waktu tertentu dengan membayarkan sejumlah


l l l l l

72
l ujrah (fee) akan tetapi barang tersebut tidak berpindah
l l l l l l l

l kepemilikannya. l

3. Layanan
MEPS (Malaysian Exchange Payment System),
l l l l

l Transfer, l Kliring, l RTGS, l Inkaso, l Penerimaan


l BPIH/SISKOHAT, l Penerimaan l Pajak, l Jaminan
l Pelaksana, Jaminan Penawaran, Jaminan Uang Mukad,
l l l l l

l Referensi Bank, Layanan ATM, Layanan ATM


l l l l l

l Bersama, Pembayaran Telepon, Pembayaran Listrik,


l l l l

l Pembayaran Tagihan Ponsel, Pengisian Pulsa Ponsel,


l l l l l

l Pembayaran Pensiun, Pengelolaan dana kebajikan,


l l l l

l Pengiriman uang ke Luar Negeri.


l l l l

4.2 Hasil Penelitian


Pada bagian ini menggambarkan mengenai deskripsi data
penelitian, khususnya yang berhubungan dengan informasi
penelitian yaitu terkait kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (treaths)
kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam rangka
mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai
amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk tahun 2022 dan 2024.
Data dari hasil penelitian ini didapatkan melalui wawancara
dan dokumentasi. Dengan menggali informasi dari pihak eksekutor
yaitu Bapak Marhaban selaku Kabid Legal, divisi pembiayaan PT.
Bank Aceh Syariah (BAS) dan pihak konseptor yaitu Bapak Hafas

73
Furqani, M.Ec. Wawancara dilakukan dengan hanya mengambil
informasi pada informan yang kompeten di bidangnya saja.
Mengingat rumusan masalah yang diangkat oleh peneliti
mengenai kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam rangka
mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai
Amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk tahun 2022 dan 2024,
maka dalam menggali data sesuai instrumen penelitian, peneliti
menyelidiki data tentang seputar pembiayaan berbasis bagi hasil
sesuai amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk tahun 2022 dan
2024. Agar terdeskripsikan secara rinci maka peneliti
mendeskripsikan data hasil penelitian sesuai urutan panduan
wawancara, yakni sebagai berikut:

4.2.1 Kekuatan dan Kelemahan Pada Kesiapan PT. Bank


Aceh Syariah Dalam Rangka Mengimplementasikan
Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Sesuai Amanat Qanun
No.11 Tahun 2018 Untuk Tahun 2022 dan 2024

Berdasarkan wawancara dengan pihak Eksekutor yaitu


Bapak Marhaban selaku Kabid Legal, divisi pembiayaan PT. Bank
Aceh Syariah (BAS). menjelaskan mengenai kekuatan/kelebihan
pada kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam rangka
mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai
amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk Tahun 2022 dan 2024,
bahwa:
Bank Aceh terlebih dahulu melakukan konversi dari pada
Qanun LKS ini, jadi jika dilihat kesiapan Bank Aceh, Qanun terbit

74
karena faktor/efek Bank Aceh sudah menjadi syariah, agar seluruh
ruang lingkup Lembaga keuangan di Aceh dijadikan syariah,
sebagai dukungan pihak Bank ke Pemerintah Aceh. Maka terkait
kesiapan, Bank Aceh sudah jauh terlebih dahulu menerapkan
pembiayaan berbasis bagi hasil ini semenjak adanya Unit Usaha
Syariah (UUS) pada tahun 2004 lalu. Bahkan Bank Aceh juga
berperan serta dalam beberapa pertemuan terkait Qanun LKS ini di
Gedung DPR Aceh.
Kelebihan pada kesiapan PT. Bank Aceh Syariah ialah
pangsa pasar di Aceh pada saat ini di pegang oleh Bank Aceh
Syariah, dengan persentase sebesar 65%. Kemudian dengan adanya
Qanun tersebut pemain/pelaksana terbesar di Aceh itu hanya 2,
yaitu PT. Bank Syariah Indonesia (Gabungan dari BRI, BRI
Syariah, BNI, BNI Syariah, Mandiri dan Mandiri Syariah di Aceh)
dan PT. Bank Aceh Syariah. dan kelebihan Bank Aceh dalam hal
produk lebih mendekati kepada budaya masyarakat Aceh itu
sendiri, dengan pola-pola bagi hasil yang sebenarnya sudah
diterapkan secara tradisional akan tetapi masyarakat Aceh
menyebutnya dengan istilah-istilah tradisional itu sendiri. Seperti
istilah mawah blang, yaitu dimana ada satu pihak pemilik
sawah/lahan, dan satu pihak lagi menyediakan padi/bibit dan
mengelolanya, hal ini sama seperti system musyarakah.
Kemudian ada juga yang seperti mudarabah, yaitu dimana
satu pihak menitipkan beberapa ekor lembu dan dikelola dengan
pihak yang ahli, dimana pemilik lembu penyedia modal dan pihak

75
yang ahli sebagai pengelola. Dengan demikan ketika Bank Aceh
masuk dengan pola syariah pada tahun 2004 lalu melalui Unit
Usaha Syariah tersebut maka masyarakat lebih mengenalnya. Jadi
kelebihannya Bank Aceh lebih mengenal budaya masyarakat Aceh
itu sendiri.
Kemudian PT. Bank Aceh Syariah saat ini sudah siap untuk
persentase pembiayaan berbasis bagi hasil di tahun 2024 dengan
rasio 40%, jika dihitung dari portofolio sejak adanya Unit Usaha
Syariah pada Tahun 2004 lalu. Jumlah pembiayaan berbasis bagi
hasil Bank Aceh sampai saat ini sudah triliunan, bahkan sejak
tahun 2020 kemarin, pembiayaan ASN (Aparatur Sipil Negara)
tidak terpaku hanya pada pembiayaan konsumtif saja, Bank Aceh
sudah ada fitur/produk pembiayaan ASN dalam bentuk kerja sama,
atau berbasis bagi hasil dalam menjalankan usaha yang produktif.
Selain itu, diantara kelebihan yang disebutkan diatas maka
tentunya ada terdapat kelemahan dalam kesiapan PT. Bank Aceh
Syariah yang. seperti lebih lanjutnya dari hasil wawancara dengan
pihak Eksekutor PT. Bank Aceh Syariah yang juga menjelaskan
mengenai kelemahan pada kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam
rangka mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil
sesuai amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk Tahun 2022 dan
2024, yakni:
Kelemahannya pada pemahaman masyarakat terhadap
konsep bagi hasil , yang terkadang masih kontra dengan apa yang
dipraktekkan di Bank, Di Bank melakukan sesusai fatwa/SOP nya,

76
akan tetapi masyarakat beranggapan untuk berhadapan dengan
Bank itu sulit, khususnya msayarakat masih menutupi dalam hal
persyaratan yang harus dilengkapi, karena prinsip bagi hasil ini
berdasarkan pola kepercayaan, jika tidak ada kepercayaan antar
kedua belah pihak, maka akan susah mendapatkan bagi hasilnya,
dan menganggu proses pembiayaan lainnya. Karena sumber dana
pembiayaan yang disalurkan itu dari dana Pihak Ketiga (DPK),
yang dimana dana pihak ketiga ini terdiri dari Tabungan, Giro dan
Deposito.
Oleh karena itu, Ketika masyarakat yang dibiayai itu lemah
pemahamannya, maka jadi kendala di lapangan, karena masyarakat
beranggapan di Bank itu sulit, maka mereka mencari rentenir, yang
dimana sehari cair dengan hanya sertifikat. Jika di Bank, Bank
Syariah itu bukan pajak gadai, yang dimana hanya dilihat sertifikat
ataupun agunan, akan tetapi Bank Syariah itu melihat objek
usahanya, jika objek nya tidak jelas, maka Bank Syariah tidak akan
membiayainya. Jadi ketika Qanun siap, Lembaga keuangan siap,
perbankan siap, masyarakatnya yang tidak siap, masyarakat masih
nyaman dengan pola-pola bunga dan pola-pola simpel.
Dari hasil tringulasi informan diatas mengenai kelebihan dan
kelemahan Pada Kesiapan PT. Bank Aceh Syariah Dalam Rangka
Mengimplementasikan Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Sesuai
Amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk Tahun 2022 dan 2024
dapat penulis ambil kesimpulan bahwa yang menjadi kekuatan dan
kelemahan PT. Bank Aceh Syariah sebagai berikut:

77
Kekuatan/Kelebihan:
1. PT. Bank Aceh Syariah sudah menjadi syariah sebelum
Qanun LKS diterbitkan.
2. Bank Aceh berperan dalam beberapa pertemuan terkait
Qanun LKS ini di Gedung DPR Aceh
3. Pangsa pasar di Aceh pada saat ini di pegang oleh Bank
Aceh Syariah, dengan persentase sebesar 65%.
4. Pemain/pelaksana terbesar di Aceh itu hanya 2, yaitu PT.
Bank Syariah Indonesia (Gabungan dari BRI, BRI Syariah,
BNI, BNI Syariah, Mandiri dan Mandiri Syariah di Aceh)
dan PT. Bank Aceh Syariah
5. Produk PT. Bank Aceh Syariah lebih mendekati kepada
budaya masyarakat Aceh
6. PT. Bank Aceh Syariah saat ini sudah siap untuk
persentase pembiayaan berbasis bagi hasil di tahun 2024
dengan rasio 40%,
Kelemahan:
1. Pemahaman masyarakat yang masih kurang terhadap
konsep bagi hasil
2. Masyarakat masih kontra dengan apa yang dipraktekkan di
Bank
3. Masyarakat beranggapan untuk berhadapan dengan Bank
itu sulit
4. Masyarakatnya yang tidak siap

78
5. Masyarakat masih nyaman dengan pola-pola bunga dan
pola-pola simpel.

4.2.2 Peluang dan Ancaman yang Akan Terjadi Pada


Kesiapan PT. Bank Aceh Syariah Dalam Rangka
Mengimplementasikan Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil
Sesuai Amanat Qanun No.11 Tahun 2018 Untuk Tahun
2022 dan 2024

Berdasarkan wawancara dengan pihak Eksekutor PT. Bank


Aceh Syariah mengenai peluang pada kesiapan PT. Bank Aceh
Syariah dalam rangka mengimplementasikan pembiayaan berbasis
bagi hasil sesuai amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk Tahun
2022 dan 2024, bahwa:
Peluangnya PT. Bank Aceh Syariah sangat besar. Jika
masyarakat sangat siap dengan pemahamannya terkait keuangan
syariah, karena diyakinkan tidak ada lagi masayarakat yang
bertransaksi konvensional dan harus datang ke Medan, karena bank
konvensional tidak ada lagi di Aceh. dan juga Bank Aceh juga
sudah ada mobile banking, intrnet banking, sms banking dan e-
money, transaksi-transaksi modern saat ini Bank Aceh sudah
menyediakannya. Jadi peluang pada Bank Aceh sangat besar,
buktinya sudah menambah beberapa kantor seperti baru-baru ini di
Ibu Kota Jakarta, untuk mengakomodir masyarakat Aceh yang
memiliki usaha di sana dan sekitarnya. dan juga secara Nasional,
Bank Aceh termasuk dalam kategori Bank Umum Syariah di urutan
ke-5 dalam memeliki asset terbesar”

79
Lebih lanjutnya, wawancara dengan pihak Eksekutor PT.
Bank Aceh Syariah juga menjelaskan mengenai ancaman pada
kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam rangka
mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai
amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk Tahun 2022 dan 2024,
yakni:
1. Edukasi, dibutuhkan peningkatan literasi antara pihak
bank, nasabah, dan pihak lainya, termasuk pihak
akademisi, peran untuk peningkatan ini tidak hanya
dilakukan bank, butuh bantuan seperti dari pihak akademisi
serta goodwill dari Pemerintah Aceh.
2. Peningkatan kompetensi, dibutuhkan peningkatan
kompetensi SDI PT. Bank Aceh, saat ini sudah baik,
namun lebih baiknya ditingkatkan lagi agar dapat
menghadapi perubahan globalisasi serta dapat kuat
bersaing dengan Lembaga perbankan lainnya.
3. Pengembangan Produk, dibutuhkan peningkatan produk-
produk, seperti produk digital, agar dapat bersaing dengan
Lembaga keuangan lainnya.
4. Pengembangan Teknologi Informasi, hal ini sangat penting
bagi seluruh sektor industri, baik itu perbankan maupun
non-perbankan. Bagi perbankan gagal dalam hal ini maka
akan gagal semua produk yang dijalaninya
Dari hasil tringulasi informan diatas mengenai Peluang dan
Ancaman yang Akan Terjadi Pada Kesiapan PT. Bank Aceh

80
Syariah Dalam Rangka Mengimplementasikan Pembiayaan
Berbasis Bagi Hasil Sesuai Amanat Qanun No.11 Tahun 2018
Untuk Tahun 2022 dan 2024. Dapat penulis ambil kesimpulan
bahwa yang menjadi peluang dan ancaman PT. Bank Aceh Syariah
sebagai berikut:
Peluang:
1. Pasar lPotensial
2. Dukungan Regulasi
Ancaman:
1. Edukasi
2. Peningkatan kompetensi
3. Pengembangan Produk
4. Pengembangan Teknologi Informasi

4.2.3 Dasar Kebijakan Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2018


Pasal 14 ayat 7

Berdasarkan wawancara dengan pihak konseptor pihak


akademisi yaitu Bapak Hafas Furqani, mengenai Kebijakan Qanun
Aceh Nomor 11 Tahun 2018 Pasal 14 ayat 7, yakni:
Dasar kebijakan Qanun Nomor 11 Tahun 2018 khususnya
Pasal 14 ayat 7, sehingga pada tahun 2022 ditetapkan dengan rasio
pembiayaan berbasis bagi hasil sebesar 20% dan untuk tahun 2024
sebesar 40% alasannya
Pertama, ingin beralih Model Perbankan Syariah dari sistem
keuangan yang berbasis hutang atau Debt Finance (Berbasis utang

81
ini biasa digunakan dalam produk murabahah dan lain sebagainya)
dan ingin terjadi perubahan ke arah sistem keuangan Partnership
(Berbasis kemitraan dan bagi hasil atau kerjasama) di antara
nasabah dan perbankan Itu melakukan proses-proses kerjasama
usaha.
Kedua, ingin mendorong lebih banyak pembiayaan yang
disalurkan ke sektor ekonomi produktif dan ekonomi riil, dan jika
dengan berbasis bagi hasil maka akan banyak tumbuh usaha-usaha
baru khususnya pada UMKM, kemudian UMKM ini agar tidak rugi
maka akan didampingi oleh perbankan syariah sehingga
pembiayaannya berhasil dikembalikan, namun jika berbasis hutang
perbankan syariah akan lepas tangan atau tidak didampingi.
Terkait kemungkinan bank-bank di Aceh dalam
mengimplementasikan Qanun tersebut dalam waktu yang telah di
tentukan, jika perbankan syariah melakukan langkah strategis ke
arah peraturan tersebut. Seharusnya direncanakan dalam rencana
bisnisnya, selanjutnya Bank Syariah harus mempersiapkan diri agar
karyawannya dapat mengembangkan produk-produk berbasis bagi
hasil tersebut. dan juga mempersiapkan karyawan-karyawan yang
dapat mendampingi dan mengawasi para UMKM dalam
menjalankan bisnis kerjasama tersebut. Karena tidak seperti yang
berbasis hutang, sistem keuangan berbasis kerjasama ini harus
didampingi sampai mendapatkan produk atau laba yang dihasilkan.

Selain itu juga, adanya penghargaan kepada bank-bank di


Aceh yang berhasil mengimplementasikan sesuai dengan amanat

82
Qanun seperti dari BI, Pemerintah Aceh dan bisa juga dari
masyarakat secara umum, Penghargaan ini bisa dalam bentuk
penghargaan piagam maupun penghargaan nama baik, karena Bank
telah berkontribusi pada masyarakat maka integritas Bank tersebut
akan meningkat.

Kemudian, kebijakan yang terjadi jika beberapa bank di


Aceh tidak berhasil dalam mengimplementasikan qanun tersebut
ialah jika terjadi kegagalan dalam pengimplementasikan qanun,
yang berhark mengeluarkan sanksi adalah pemerintah Aceh
maupun regulatornya seperti BI atau OJK, karena di dalam Qanun
tidak ditetapkan sanksi. Jadi keputusan selanjutnya tergantung
Pemerintah Aceh untuk mengeluarkan sanksinya dalam bentuk
Pergub atau lain sebagainya.

4.3 Pembahasan
Menganalisa upaya dan kesiapan PT. Bank Aceh Syariah l l l l l l l

l dalam mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai


l l l l l l

l dengan amanat Qanun No.11 Tahun 2018 khususnya pada Pasal 14


l l l l l l l l l

l ayat 7. Menurut salah satu Konseptor Qanun LKS yang sudah


l l l l l l l l l

l penulis wawancarai ini, dasar dari peraturan yang ditekankan pada


l l l l l l l l

l Pasal 14 ayat 7 tersebut yaitu agar sistem keuangan yang masih


l l l l l l l l l l

l berbasis hutang beralih ke sistem keuangan berbasis kemitraan atau


l l l l l l l l

l kerja sama. Dengan adanya sistem keuangan berbasis kemitraan


l l l l l l l

l tersebut maka akan banyak tumbuh usaha-usaha baru khususnya


l l l l l l l

l Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang tentunya akan


l l l l l l l l

83
l didampingi oleh perbankan syariah sampai mendapatkan hasil,
l l l l l l

l sehingga pembiayaan yang disalurkan oleh pihak Bank kepada


l l l l l l l

l pelaku UMKM tersebut dapat dikembalikan.


l l l l

Pengimplementasian pembiayaan berbasis bagi hasil di PT. l l l l l l

l Bank Aceh Syariah untuk tahun 2020 sudah berhasil menerapkan


l l l l l l l l

l sesuai dengan isi Pasal 14 ayat 7 di Qanun Aceh Tahun 2018, di


l l l l l l l l l l l l

l mana untuk tahun 2020 rasio pembiayaan berbasis bagi hasil


l l l l l l l l

l ditetapkan sebesar 10%, dan PT. Bank Aceh Syariah sesuai dengan
l l l l l l l l l

l laporan tahunan 2020 yang telah diunggah, penulis medapatkan data


l l l l l l l l

l rasio pembiayaan berbasis bagi hasil pada PT. Bank Aceh Syariah
l l l l l l l l l

l sebesar 11%, meningkat 1,02% dari tahun 2019 yang hanya sebesar
l l l l l l l l l

l 9,98%.
Dari data yang langsung diperoleh dari narasumber primer
l l l l l l l

l dengan mengunakan wawancara. Dari rangkaian tersebut diperoleh


l l l l l l

l indikator SWOT yang akan dijadikan indikator analisis (SWOT)


l l l l l l l

l kesiapan l PT. l Bank l Aceh l Syariah l dalam l rangka


l mengimplementasikan pembiayaan bagi hasil sesuai amanat Qanun l l l l l l

l nomor 11 Tahun 2018 khususnya pada pasal 14 ayat 7. Di mana


l l l l l l l l l l l

l indikator yang digunakan dalam analisis SWOT ini diperoleh


l l l l l l l

l berdasarkan wawancara dengan Kepala Bidang Legal Divisi


l l l l l l

l Pmmbiayaan PT. Bank Aceh Syariah Pusat. Diskusi ini dilakukan


l l l l l l l l

l pada hari Senin, 03 Januari 2022, berdasarkan hasil wawancara


l l l l l l

diatas maka didapatkan hasil analisis SWOT adalah sebagai berikut


ll l l l l l l l

84
4.3.1 Analisis Swot
Tabel 4.1
Analisis Faktor Internal dan Eksternal PT. Bank Aceh Syariah
l l l l

Kekuatan Kelemahan
1. PT. Bank Aceh Syariah 1. Pemahaman masyarakat
sudah menjadi syariah yang masih kurang
sebelum Qanun LKS terhadap konsep bagi
diterbitkan. hasil
2. Bank Aceh berperan 2. Masyarakat masih
dalam beberapa kontra dengan apa yang
pertemuan terkait dipraktekkan di Bank
Qanun LKS ini di 3. Masyarakat
Gedung DPR Aceh beranggapan untuk
3. Pangsa pasar di Aceh berhadapan dengan
Faktor Internal pada saat ini di pegang Bank itu sulit
oleh Bank Aceh 4. Masyarakatnya yang
Syariah, dengan tidak siap
persentase sebesar 65%. 5. Masyarakat masih
4. Pemain/pelaksana nyaman dengan pola-
terbesar di Aceh itu pola bunga dan pola-
hanya 2, yaitu PT. Bank pola simpel.
Syariah Indonesia dan
PT. Bank Aceh Syariah
3.Produk PT. Bank Aceh
Syariah lebih mendekati
kepada budaya
masyarakat Aceh
4.PT. Bank Aceh Syariah
saat ini sudah siap untuk
persentase pembiayaan
berbasis bagi hasil di
tahun 2024 dengan rasio
40%,
Peluang Ancaman
1. Pasar lPotensial 1. Edukasi
2. Dukungan Regulasi 2. Peningkatan kompetensi
Faktor Eksternal 3. Pengembangan Produk
4. Pengembangan
Teknologi Informasi

Sumber: Hasil Data diolah, l(2022)

85
Berdasarkan tabel diatas maka dapat penulis dijelaskan
sebagai berikut:
1. Analisis Kekuatan (Strengths)
Kekuatan (Strengths) adalah kondisi internal yang l l l l l

l menunjang suatu organisasi untuk mencapai objektif yang l l l l l l

l diinginkan dan dimiliki oleh PT. Bank Aceh Syariah, yaitu yang
l l l l l l l l l

l pertama Qanun LKS tersebut terbit karena dampak/efek Bank


l l l l l l l

l Aceh menjadi syariah, agar ruang lingkup Lembaga Keuangan di


l l l l l l l l

l Aceh harus berprinsip Syariah seluruhnya sebagai dukungan


l l l l l l

l Bank ke Pemerintah Aceh. Maka terkait kesiapan, PT. Bank


l l l l l l l l

l Aceh Syariah sudah jauh terlebih dahulu menerapkan


l l l l l l

l pembiayaan berbasis bagi hasil ini semenjak adanya Unit Usahal l l l l l l l

l Syariah (UUS) pada tahun 2004 lalu.


l l l l l L

Pangsa pasar di Aceh itu pada saat ini dipegang oleh PT. l l l l l l l l l l

l Bank Aceh Syariah, dengan persentase sebesar 65%, sedangkan


l l l l l l l

l sisanya dipegang oleh PT. Bank Syariah Indonesia (BSI), oleh


l l l l l l l l

l karena itu
l l kekuatan l PT. l BAS l lebih l unggul l untuk
l memaksimalkan seluruh peluang yang akan terjadi dari pada l l l l l l l

l pihak PT. BSI. Semenjak adanya Qanun LKS tersebut, pemain


l l l l l l l l

l terbesar Lembaga Keuangan Syariah di Aceh ini hanya 2 pihak,


l l l l l l l l l

l yaitu PT. Bank Aceh Syariah (BAS) dan PT. Bank Syariah
l l l l l l l l l

l Indonesia (BSI). l

Selanjutnya produk PT. Bank Aceh Syariah lebih l l l l l l

l mendekati kepada budaya masyarakat Aceh itu sendiri, dengan


l l l l l l l

l pola-pola bagi hasil yang sebenarnya sudah diterapkan sejak


l l l l l l l

86
l dahulu secara tradisional, seperti istilah mawah blang. Mawah
l l l l l l l l

l blang ini sama dengan sistem musyarakah, dimana ada satu


l l l l l l l l

l pihak pemilik sawah/lahan, dan satu pihak lagi menyediakan


l l l l l l l

l padi/bibit dan mengelolanya, kemudian keuntungan dibagi


l l l l l

l sesuai kesepakatan bersama. dan ada juga yang seperti


l l l l l l l

l mudarabah, dimana ada satu pihak ingin menitipkan beberapa l l l l l l l

l ekor lembu, kemudian dikelola oleh pihak yang ahli,


l l l l l l l

l keuntungannya dibagi pada saat lembu tersebut beranak, jumlah l l l l l l l

l bagi hasilnya tergantung kesepakatan bersama pada saat awal


l l l l l l l

l perjanjian/akad.
Kemudian PT. Bank Aceh Syariah saat ini sudah siap untuk l l l l l l l l l

l persentase pembiayaan berbasis bagi hasil di tahun 2024 dengan


l l l l l l l l

l rasio 40% (jika dihitung dari portofolio sejak adanya Unit Usaha
l l l l l l l l l

l Syariah pada Tahun 2004 lalu). Pembiayaan berbasis bagi hasil


l l l l l l l l

l di PT. Bank Aceh Syariah untuk tahun 2020 sudah berhasil


l l l l l l l l l

l menerapkan sesuai dengan isi Pasal 14 ayat 7 di Qanun Aceh l l l l l l l l l l

l Tahun 2018, dimana untuk tahun 2020 rasio pembiayaan


l l l l l l l

l berbasis bagi hasil ditetapkan sebesar 10%, dan PT. Bank Aceh
l l l l l l l l l

l Syariah sesuai dengan laporan tahunan 2020 yang telah di


l l l l l l l l

l unggah, penulis medapatkan data rasio pembiayaan berbasis bagi


l l l l l l l

l hasil pada PT. Bank Aceh Syariah sebesar 11%, meningkat


l l l l l l l l

l 1,02% dari tahun 2019 yang hanya sebesar 9,98%.


l l l l l l l

Faktor kekuatan pada kesiapan PT. Bank Aceh Syariah l l l l l l l

l adalah pembiayaan ASN (Aparatur Sipil Negara) yang pada saat


l l l l l l l l

l ini tidak terpaku hanya pada pembiayaan konsumtif saja, akan


l l l l l l l l

87
l tetapi sudah ada fitur/produk pembiayaan ASN dalam bentuk
l l l l l l l

l kerja sama, atau berbasis bagi hasil dalam menjalankan usaha


l l l l l l l l

l yang produktif. Produk ini sudah berlaku sejak awal tahun 2021
l l l l l l l l l

l lalu.
2. Analisis Kelemahan (Weaknesses).
Kelemahan (Weaknesses) adalah kondisi internal yang l l l l l

l menghambat l organisasi l untuk mendapat


l l objektif l yang
l diinginkan dan dapat menjadi penghambat pengelolaan dana PT.
l l l l l l l

l Bank Aceh Syariah, yaitu yang pertama terkait pemahaman


l l l l l l l

l masyarakat terhadap konsep bagi hasil. Masyarakat masih l l l l l l

l menutupi hal-hal penting dalam proses pembiayaan berbasis


l l l l l l

l Kerjasama ini, salah satunya pada saat bank sudah memberikan


l l l l l l l l

l pembiayaan berbasis bagi hasil sebagian masyarakat masih l l l l l l

l menutupi pendapatan yang dihasilkan pada usaha yang telah


l l l l l l l

l dijalankannya, meskipun bank sudah mendampinginya. l l l l L

Oleh karena itu, ketika masyarakat yang dibiayai tersebut


l l l l l l l

l lemah pemahamannya, maka akan jadi kendala di lapangan, akan


l l l l l l l l

l susah mendapatkan bagi hasilnya, dan mengakibatkan kredit


l l l l l l

l macet atau NPF (Non Performing Financial) meningkat serta


l l l l l l l

l dapat mengganggu proses pembiayaan lainnya, karena sumber


l l l l l l

l dana pembiayaan yang disalurkan tersebut dari dana pihak ketiga


l l l l l l l l

l (DPK), yang dimana dana pihak ketiga ini terdiri dari Tabungan,
l l l l l l l l l

l Giro dan Deposito.


l l

Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh


l l l l l l l

l Riyanto (2016) terkait Optimalisasi Pembiayaan Berbasis Bagi


l l l l l l

88
l Hasil Pada Bank Devisa Syariah di Indonesia, penentuan
l l l l l l l

l besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-


l l l l l

masing pihak yang berkontrak, tetapi dalam prakteknya di


l l l l l l l

l perbankan Islam modern, tawar-menawar nisbah antara shohibul


l l l l l l

l maal (Bank) dengan mudharib (pelaku usaha) hanya terjadi pada


l l l l l l l l

l pembiayaan bagi hasil dengan nilai nominal yang tinggi, karena l l l l l l l l

l mereka ini memilki daya tawar yang relatif tinggi. Bank syariah
l l l l l l l l l

l akan lebih memilih pembiayaan yang bernilai nominal tinggi


l l l l l l l

l karena keuntungan yang didapat juga tinggi pula. Kondisi seperti


l l l l l l l l

l ini sebagai “spesial nisbah”.


l l l

l Sedangkan l untuk l mudharib l yang l mengajukan


l pembiayaan dengan nominal kecil, “spesial nisbah” tidak terjadi. l l l l l l l

l Bank Syariah akan mencantumkan nisbah yang ditawarkan,


l l l l l l

l mudharib boleh setuju boleh tidak. Bila mudharib setuju maka


l l l l l l l l

l bank akan memberikan pembiayaan, sebaliknya bila mudharib


l l l l l l

l tidak setuju dipersilahkan untuk mencari bank syariah lain yang


l l l l l l l l

l menawarkan nisbah lebih besar. Fenomena ini semakin l l l l l l

l memperlihatkan l bahwa l bank l syariah l hanya l mengejar


l keuntungan semata. dan inilah yang menjadi salah satu faktor l l l l l l l l

l penyebab tidak optimalnya pembiayaan berbasis bagi hasil pada


l l l l l l l

l bank syariah. Karena para mudharib (pelaku usaha) lebih


l l l l l l l

l memilih bank konvensional yang menggunakan suku bunga


l l l l l l

l yang sudah ditetapkan oleh bank konvensional. Sebab, di bank


l l l l l l l l

l syariah mereka juga tidak diberi kesempatan untuk menentukan


l l l l l l l

l nisbah bersama pihak bank syariah.


l l l l

89
Serta, dibutuhkannya peningkatan kompetensi Sumber l l l l

l Daya Insani (SDI) pada PT. Bank Aceh Syariah, menurut


l l l l l l l l

l pendapat penulis saat ini kompetensi SDI PT. Bank Aceh


l l l l l l l l

l Syariah sudah baik, namun lebih baiknya ditingkatkan lagi agar


l l l l l l l l

l dapat menghadapi perubahan globalisasi serta dapat kuat


l l l l l l

l bersaing dengan Lembaga perbankan lainnya, baik syariah


l l l l l l

l maupun non-syariah di luar Aceh.


l l l l

3. Analisis Peluang (Opportunities)


Peluang (Opportunities) adalah kondisi eksternal yang l l l l l

l menunjang suatu organisasi untuk mencapai objektifnya, yaitu


l l l l l l

l yang pertama terkait Pasar Potensial, PT. Bank Aceh Syariah ini
l l l l l l l l l

l milik Daerah Aceh itu sendiri, dimana masyarakatnya 99%


l l l l l l l

l beragama Islam. Oleh karena itu sistem keuangan syariah


l l l l l l l

l khususnya berbasis bagi hasil berperan sangat besar di


l l l l l l l

l lingkungan masyarakat Aceh. l l

Kedua, terkait dukungan Regulasi, pengimplementasian l l l l

l Qanun LKS Tahun 2018 sangat berpengaruh dengan PT. Bank


l l l l l l l l

l Aceh Syariah, karena terbitnya Qanun LKS tersebut akibat salah


l l l l l l l l

l satu dampak dari konversinya Bank Aceh ke Syariah, bahkan PT.


l l l l l l l l l

l Bank Aceh juga. Kemudian, Bank Aceh juga sudah ada


l l l l l l l l

l pembiayaan ASN (Aparatur Sipil Negara) yang pada saat ini l l l l l l l l

l tidak terpaku hanya pada pembiayaan konsumtif saja, akan tetapi


l l l l l l l l

l sudah ada fitur/produk pembiayaan ASN dalam bentuk kerja


l l l l l l l

l sama, atau berbasis bagi hasil dalam menjalankan usaha yang


l l l l l l l l

l produktif, produk ini sudah berlaku sejak awal tahun 2021 lalu.
l l l l l l l l l L

90
4. Analisis Ancaman (Treaths)
Ancaman (Treaths) adalah kondisi eksternal yang l l l l l

l menghambat suatu orgaisasi untuk mencapai objektifnya. Yaitu


l l l l l l

l yang pertama dalam hal edukasi, dibutuhkan peningkatan literasi


l l l l l l l

l antara pihak bank, nasabah, dan pihak lainya, termasuk pihak


l l l l l l l l

l akademisi, peran untuk peningkatan ini tidak hanya dilakukan


l l l l l l l

l bank, butuh bantuan seperti dari pihak akademisi serta goodwill


l l l l l l l l

l dari Pemerintah Aceh. Oleh karena itu, ketika masyarakat yang


l l l l l l l l

l dibiayai tersebut lemah pemahamannya, maka akan jadi kendala


l l l l l l l

l di lapangan, akan susah mendapatkan bagi hasilnya, dan


l l l l l l l

l mengakibatkan kredit macet atau NPF (Non Performing l l l l l l

l Financial) l meningkat l serta l dapat mengganggu


l l proses
l pembiayaan lainnya, karena sumber l l l nnn l pola-pola simpel dan l l

l bunga.
Yang kedua terkait penguatan modal, dibutuhkannya
l l l l l

l pemenuhan modal dari pemerintah Aceh dalam rangka l l l l l l

l menghadapi ekspansi bisnis, khususnya pembiayaan berbasis


l l l l l

l bagi hasil, agar segala proses transaksi baik penyaluran dana


l l l l l l l l

l maupun penghimpunan dana dapat berjalan lancar dan dapat


l l l l l l l

l lebih berfokus pada pembiayaan berbasis kemitraan.


l l l l l

Terakhir, terkait l peningkatan l kompetensi, l butuh


l peningkatan kompetensi SDI pada PT. Bank Aceh, saat ini sudah
l l l l l l l l l

l baik, namun lebih baiknya ditingkatkan lagi agar dapat


l l l l l l l

l menghadapi perubahan globalisasi serta dapat kuat bersaing


l l l l l l

l dengan Lembaga perbankan lainnya. Seperti yang dijelaskan


l l l l l l

91
l oleh Sutrisno (2008) terkait pembiayaan syariah dengan prinsip
l l l l l l l

l bagi hasil menurut UU No 21 Tahun 2008 tentang perbankan


l l l l l l l l l

l syariah dari sudut pandang hukum islam, mendapatkan hasil


l l l l l l l

l penelitian terkait kompetensi SDI (Sumber Daya Insani), yaitu


l l l l l l l

l perlunya peningkatan kualitas Sumber Daya Insani (SDI) pada


l l l l l l l

l perbankan syariah, mengingat pesatnya perbankan syariah harus


l l l l l l

l diikuti dengan jumlah sumber daya insani yang memadai. Selain


l l l l l l l l

l jumlahnya memadai SDI pada perbankan syariah juga harus


l l l l l l l

l berkualitas, karena saat ini ada anggapan bahwa SDI pada


l l l l l l l l

l perbankan syariah dihuni oleh para bankir kelas dua. Sehingga


l l l l l l l l

l dalam pembiayaan bagi hasil jangan sampai kemampuan


l l l l l l

l manajemen shahibul maal jauh lebih rendah dari pada pengelola


l l l l l l l l

l modal (mudharib).
l

4.3.2 Matrik SWOT


Berikut penulis sajikan tabel matrik SWOT:
Tabel 4.2
Matrik Swot

Internal Strengths (S) Weaknesses (W)

1. PT. Bank Aceh Syariah 1. Pemahaman


sudah menjadi syariah masyarakat yang
sebelum Qanun LKS masih kurang
diterbitkan. terhadap konsep bagi
2. Bank Aceh berperan hasil
dalam beberapa 2. Masyarakat masih
pertemuan terkait kontra dengan apa
Qanun LKS ini di yang dipraktekkan di
Gedung DPR Aceh Bank
3. Pangsa pasar di Aceh 3. Masyarakat
pada saat ini di pegang beranggapan untuk

92
oleh Bank Aceh berhadapan dengan
Syariah, dengan Bank itu sulit
persentase sebesar 65%. 4. Masyarakatnya yang
4. Pemain/pelaksana tidak siap
terbesar di Aceh itu 5. Masyarakat masih
hanya 2, yaitu PT. Bank nyaman dengan pola-
Syariah Indonesia dan pola bunga dan pola-
PT. Bank Aceh Syariah pola simpel.
5. Produk PT. Bank Aceh
Syariah lebih mendekati
kepada budaya
masyarakat Aceh
6. PT. Bank Aceh Syariah
saat ini sudah siap
untuk persentase
pembiayaan berbasis
bagi hasil di tahun 2024
dengan rasio 40%,

Eksternal
Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO

1. Pasar lPotensial lmemperluas lpembiayaan lmelakukan lpromosi


2. Dukungan Regulasi lberbasis lkemitraan, lmelalui lmedia lsosial,
lsalah lsatunya lyang lmengarap lsegmentasi
lbaru lhadir lsejak ltahun lbaru, lmelonggarkan
lkemarin lyaitu lnilai lpersyaratan lagar
lpembiayaan lberbasis lsektor lnasabah lyang
lkemitraan lyang ldapat lmengambil
ldisalurkan lkepada lASN lproduk lpembiayaan
l(Aparatur lSipil lNegara), lberbasis lbagi lhasil
ldengan ldemikian ldapat ldapat lmeningkat
lmeningkatkan ljumlah
lpersentase lpembiayaan
lberbasis lbagi lhasil
lsesuai ldengan lamanat
lQanun lNomor l11
lTahun l2018 lkhususnya
lpada lPasal l14 lAyat l7.

Treaths (T) Strategi ST Strategi WT

1. Edukasi lDalam lhal lteknologi lMenetapkan


2. Peningkatan linformasi lmaka ldapat lpersyaratan lyang llebih
kompetensi ldilakukan lkolaborasi lsimpel l(seperti ldengan

93
3. Pengembangan ldengan lteknologi lmenggunakan
Produk lfinansial ldan lteknologi ldigital)
4. Pengembangan lmemaksimalkan lperan lnamun ltidak
Teknologi Informasi lteknologi ldigital, lmerugikan lpihak lPT.
lmemperkuat lmanajemen lBank lAceh lSyariah,
lpemasaran, lselalu lmemberikan
lberinovasi lpada lproduk lpenjelasan ltentang
lyang lditawarkan. lproduk lpembiayaan
lberbasis lbagi lhasil
l(mudarabah ldan
lmusyarakah) lyang
ldisalurkan lPT. lBank
lAceh lSyariah, ldan
lyang lterakhir
lmeningkatkan
lmonitoring lterhadap
lnasabah lyang
lmengambillpembiayaan

Sumber: Data diolah penulis, l(2022)


Maka dari seluruh analisa yang penulis lakukan, penulis
l l l l l l l

l menemukan bahwa PT. Bank Aceh Syariah berada pada posisi


l l l l l l l l

l memaksimalkan keuntungan dan peluang yang dimilikinya yaitu


l l l l l l

l growth, pada posisi ini merupakan situasi perusahaan yang sangat


l l l l l l l l

l menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan l l l l l

l kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi


l l l l l l l

l yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung


l l l l l l l

l kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).


l l l l l l

l Strategi ini menandakan keadaan perusahaan yang kuat dan mampu


l l l l l l l l

l untuk terus berkembang dengan mengambil kesempatan atau


l l l l l l

l peluang l yang l ada l untuk l meraih omset l l yang l maksimal.


l Mempertahankan citra sebagai bank milik daerah yang pertama l l l l l l l

l menjadi Bank Umum Syariah. Meningkatkan kualitas pelayanan


l l l l l l

94
l berbasis online. Memberikan respon yang cepat kepada nasabah.
l l l l l l l

l Menjalin hubungan yang lebih baik lagi dengan instansi atau


l l l l l l l l

l pemerintah.

95
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat l l l l l l

l disimpulkan bahwa:
l ll

1. Kekuatan PT. Bank l Aceh l Syariah l dalam


l mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil l l l l

l sesuai dengan amanat Qanun Nomor 11 Tahun 2018 yaitu:


l l l l l l l l

l PT. Bank Aceh Syariah saat ini sudah siap untuk persentase
l l l l l l l l l

l pembiayaan berbasis bagi hasil di tahun 2024 dengan rasio


l l l l l l l l

l 40% (jika dihitung dari portofolio sejak adanya Unit Usaha


l l l l l l l l

l Syariah pada Tahun 2004 lalu). Bank Aceh Syariah untuk


l l l l l l l l

l tahun 2020 sudah berhasil menerapkan sesuai dengan isi


l l l l l l l

l Pasal 14 ayat 7 di Qanun Aceh Tahun 2018, di mana untuk


l l l l l l l l l l l

l tahun 2020 rasio pembiayaan berbasis bagi hasil ditetapkan


l l l l l l l

l sebesar 10%, dan PT. Bank Aceh Syariah adalah pembiayaan


l l l l l l l l

l ASN (Aparatur Sipil Negara) yang pada saat ini tidak terpaku
l l l l l l l l l

l hanya pada pembiayaan konsumtif saja, akan tetapi sudah


l l l l l l l

l ada fitur produk pembiayaan ASN dalam bentuk kerja sama,


l l l l l l l

l atau berbasis bagi hasil dalam menjalankan usaha yang


l l l l l l l

l produktif.
2. Kelemahan PT. Bank l Aceh Syariah
l l dalam
l mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil l l l l

l sesuai dengan amanat Qanun Nomor 11 Tahun 2018 yaitu:


l l l l l l l l

l Salah satunya pada saat bank sudah memberikan pembiayaan


l l l l l l l

96
l berbasis bagi hasil, sebagian masyarakat masih menutupi
l l l l l l

l pendapatan yang dihasilkan pada usaha yang telah l l l l l l

l dijalankannya, meskipun bank sudah mendampinginya. Oleh l l l l l

l karena itu, ketika masyarakat yang dibiayai tersebut lemah


l l l l l l l

l pemahamannya, maka akan jadi kendala di lapangan, akan l l l l l l l

l susah mendapatkan bagi hasilnya, dan mengakibatkan kredit


l l l l l l

l macet atau mengakibatkan NPF (Non Performing Financial)


l l l l l l

l meningkat serta dapat mengganggu proses pembiayaan l l l l l

l lainnya, karena sumber dana pembiayaan yang disalurkan


l l l l l l

l tersebut dari dana pihak ketiga (DPK), yang di mana dana


l l l l l l l l l

l pihak ketiga ini terdiri dari Tabungan, Giro dan Deposito.


l l l l l l l l

l Namun pada saat ini perkembangan pembiayaan berbasis


l l l l l l

l bagi hasil PT. Bank Aceh Syariah sudah baik, namun lebih
l l l l l l l l l

l baiknya ditingkatkan lagi agar dapat menghadapi perubahan


l l l l l l

l globalisasi serta dapat kuat bersaing dengan Lembaga l l l l l l

l perbankan lainnya, baik syariah maupun non-syariah di luar


l l l l l l l

l Aceh.
3. Peluang l PT. l Bank l Aceh l Syariah l dalam
l mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil l l l l

l sesuai dengan amanat Qanun Nomor 11 Tahun 2018 yaitu:


l l l l l l l l

l terkait Pasar Potensial, PT. Bank Aceh Syariah ini milik


l l l l l l l l

l Daerah Aceh itu sendiri, dimana masyarakatnya 99%


l l l l l l

l beragama Islam. Oleh karena itu sistem keuangan syariah


l l l l l l l

l khususnya berbasis bagi hasil berperan sangat besar di


l l l l l l l

l lingkungan masyarakat Aceh. PT. Bank Aceh Syariah l l l l l l

97
l memiliki peluang yang sangat besar jika masyarakat sangat
l l l l l l l

l siap dengan pemahamannya terkait keuangan syariah, karena


l l l l l l

l bank konvensional tidak ada lagi di Aceh.


l l l l l l l

4. Ancaman l PT. l Bank l Aceh Syariah


l l dalam
l mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil l l l l

l sesuai dengan amanat Qanun Nomor 11 Tahun 2018 yaitu:


l l l l l l l l

l dalam hal edukasi, dibutuhkan peningkatan literasi antara


l l l l l l

l pihak bank, nasabah, dan pihak lainya, termasuk pihak


l l l l l l l

l akademisi, peran untuk peningkatan ini tidak hanya l l l l l l

l dilakukan bank, butuh bantuan seperti dari pihak akademisi


l l l l l l l

l serta goodwill dari Pemerintah Aceh. Oleh karena itu, ketika


l l l l l l l l

l masyarakat yang dibiayai tersebut lemah pemahamannya, l l l l l

l maka akan jadi kendala di lapangan, akan susah


l l l l l l l

l mendapatkan bagi hasilnya, dan mengakibatkan kredit macet l l l l l l

l atau NPF (Non Performing Financial) meningkat serta dapat


l l l l l l l

l mengganggu proses pembiayaan lainnya, karena sumber l l l l l

l dana pembiayaan yang disalurkan tersebut dari dana pihak


l l l l l l l

l ketiga (DPK), yang dimana dana pihak ketiga ini terdiri dari
l l l l l l l l l

l Tabungan, Giro dan Deposito. l l l

Masih diperlukan terobosan baru dan penelitian lebih jauh lagi


l l l l l l l l

l untuk berusaha membuat pembiayaan dengan skim bagi hasil


l l l l l l l

l (mudarabah atau musyarakah) diminati oleh masyarakat. Hal ini


l l l l l l l

l tentu saja memerlukan partisipasi aktif dari kalangan praktisi dan


l l l l l l l l

l akademisi agar bisa menemukan solusi terbaik. Sehingga produk-


l l l l l l l

produk bank syariah diminati oleh masyarakat umum terutama


l l l l l l l

98
l masyarakat Indonesia, dalam pembiayaan dengan skim bagi hasil
l l l l l l l

l (mudarabah atau musyarakah). l l

5.2 Saran
Dalam akhir skripsi ini penulis memberikan saran-saran
l l l l l l

l kepada berbagai pihak yang mana di mana Insya Allah saran yang
l l l l l l l l l l

l penulis berikan menjadi saran yang bermanfaat untuk melakukan


l l l l l l l

l perubahan ke arah yang lebih baik kedepannya.


l l l l l l l

1. Bagi Akademisi l l

Bagi akademisi atau peneliti lainnya agar dapat mengunakan


l l l l l l l

l penelitian ini sebagai dasar dalam melakukan penelitian l l l l l l

l selanjutnya tentang pembiayaan berbasis bagi hasil kepada l l l l l l

l UMKM yang sesuai dengan amanat Qanun Nomor 11 Tahun


l l l l l l l l

l 2018 pada bank syariah khususnya pengemplementasian


l l l l l

l Qanun tersebut pada PT. Bank Aceh Syariah. Kemudian


l l l l l l l

l menjadi l dasar l dalam l melakukan l penelitian l yang


l mengunakan analisis SWOT, baik dibidang perbankan l l l l l

l maupun bidang lainnya baik dengan mengunakan metode


l l l l l l

l kualitatif maupun kuantitatif. l l l

2. Bagi Pihak Perbankan l l l

Stretegi yang dapat digunakan pihak perbankan l l l l l

l khususnya PT. Bank Aceh Syariah berdasarkan hasil kajianl l l l l l l

l peneliti adalah sebagai berikut:l l l l

a. Strategi (S-O): memperluas pembiayaan berbasis l l l l

l kemitraan, salah satunya yang baru hadir sejak tahun l l l l l l l

l kemarin yaitu pembiayaan berbasis kemitraan yang l l l l l

99
l disalurkan kepada ASN (Aparatur Sipil Negara), dengan
l l l l l l

l demikian dapat meningkatkan jumlah persentase


l l l l

l pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai dengan amanat


l l l l l l

l Qanun Nomor 11 Tahun 2018 khususnya pada Pasal 14


l l l l l l l l

l Ayat 7.
l

b. Strategi (W-O): melakukan promosi melalui media


l l l l l

l sosial, mengarap segmentasi baru, melonggarkan nilai


l l l l l

l persyaratan agar sektor nasabah yang dapat mengambil


l l l l l l

l produk pembiayaan berbasis bagi hasil dapat meningkat.


l l l l l l

c. Strategi (S-T): dalam hal teknologi informasi maka dapat


l l l l l l l

l dilakukan kolaborasi dengan teknologi finansial dan


l l l l l

l memaksimalkan peran teknologi digital, memperkuat l l l l

l manajemen pemasaran, selalu berinovasi pada produk


l l l l l

l yang ditawarkan.
l L

d. Strategi (W-T): menetapkan persyaratan yang lebih


l l l l l

l simpel (seperti dengan menggunakan teknologi digital)


l l l l l

l namun tidak merugikan pihak PT. Bank Aceh Syariah,


l l l l l l l

l memberikan penjelasan tentang produk pembiayaan l l l l

l berbasis bagi hasil (mudarabah dan musyarakah) yang


l l l l l l

l disalurkan PT. Bank Aceh Syariah, dan yang terakhir


l l l l l l l

l meningkatkan monitoring terhadap nasabah yang l l l l

l mengambil pembiayaan l

100
DAFTAR PUSTAKA
A. Mas’adi, G. (2002). Fiqih Mualamah Kontekstual. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
A.Karim, I. A. (2004). Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Abdullah, B., & Saebani, B. A. (2014). Metode Penelitian Ekonomi
Islam (Muamalah). Pustaka Setia.
Al-Qur'an dan Terjemahan. (n.d.).
Amin, R. (2010). Mengapa Manajemen Syariah. In R. Amin,
Mengapa Manajemen Syariah (p. 67). Jakarta: Salemba
Empat.
Antonio, M. S. (1999). Bank Syariah: Suatu Pengenalan Umum.
Jakarta: Tazkia Institite.
Antonio, M. S. (2002). Bank Syariah dari Teori ke Praktek.
Jakarta: Gema Insani.
Arcarya. (2011). Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Arikunto, S. (2010). Research Procedure a Practical Approach.
Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2011). Prosedur Penelitian. In S. Arikunto, Prosedur
Penelitian (p. 270). Jakarta: Rineka Cipta.
Ascarya. (2007). Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali
Pers.
David, F. R. (2011). Manajemen Strategik. In F. R. David,
Manajemen Strategik (p. 4). Jakarta: Salemba Empat.
Dewan Syariat Islam Provinsi Aceh. (2019, 3 19). Perda atau
Qanun. Retrieved from dsi.acehprov.go.id:
http://dsi.acehprov.go.id/perda-atau-qanun/
Fajar Nur, a. D. (2020). Teknik Analisis SWOT. Yogyakarta:Anak
Hebat Indonesia. .
Hadist dan Terjemahan. (n.d.).
Karim, A. (2003). Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan.
Jakarta: The International Institut Of Islamic Thought
(IIIT).
Karim, A. (2010). Makro Ekonomi Islam. Jakarta: PT. Radja
Grafindo Persada.

101
Kasmir. (2007). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Muljono, D. (2015). Buku Pintar Akuntansi Perbankan dan
Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Nazir, M. (2011). Metode Penelitian. In M. Nazir, Metode
Penelitian (p. 19). Bogor: Ghalia Indonesia.
Pramono, N. H. (2013). Optimalisasi Pembiayaan berbasis bagi
hasil pada Bank Syariah di Indonesia. Acounting Ananlisis
Jurnal. UNNES.
Priyanto, T., Fahmi, I., & Ismal, R. (2016). Faktor-Faktor Yang
Memengaruhi Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (Equity
Financing) Pada Bank Syariah X. Jurnal Aplikasi Bisnis
dan Manajemen.
PT. Bank Aceh Syariah. (2018). Produk & Layanan. Retrieved
from PT. Bank Aceh Syariah Web Site:
https://www.bankaceh.co.id
PT. Bank Aceh Syariah. (2020). Annual Report PT. Bank Aceh
Syariah Tahun 2020. Retrieved from
http://www.bankaceh.co.id
Rangkuti, F. (2006). Analisis SWOT teknik membelah kasus bisnis.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Riyanto, H. (2016). Optimalisasi Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil
Pada Bank Devisa Syariah di Indonesia. EKOBIS.
Sa’diyah, I. (2013). Analisis Hubungan Spread, Fee Based Income
dan Financing to Deposit Ratio Terhadap Profitabilitas
Perbankan Syariah di Indonesia (Studi Kasus pada Bank
Umum Syariah Pada Periode 2010-2013. Skripsi
Universitas Islam Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Sa’diyah, M. (2014). “Musyarakah dalam Fiqih dan Perbankan
Syariah”. Jurnal Equilibrium, Vol II No. 2, 319.
Sanjaya, P. A. (2020). Analisis Swot Dalam Penentuan Strategi
Pemasaran Untuk Peningkatan Penjualan Mesin DieseL
Studi pada Toko Sinar Teknik Kutoarjo. Skripsi, 1-87.
Septyan, K. (2011). Determinasi pembiayaan bagi hasil pada Bank
Umum Syariah di Indonesia. Skripsi Ekonomi.
Sutrisno, W. (2008). Pembiayaan Syariah Dengan Prinsip Bagi
Hasil Menurut UU No 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah Dari Sudut Pandang Hukum Islam. Semarang.

102
Usman, A. H. (2015). Manajemen Strategik Syariah. In A. H.
Usman, Manajemen Strategik Syariah (p. 20). Jakarta:
Zikrul Hakim.
Warson, A. (1984). Al-Muanawir, Kamus Arab-Indonesia.
Yogyakarta: Gema Insani Buku-Buku Ilmiah Keagamaan
Pondok Pesantren “Al-Munawir” Krapyak Yogyakarta.
Zikrillah, M. R. (2020). Analisis Swot Produk Warung Mikro Bank
Syariah Mandiri. Program Studi Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.

103
LAMPIRAN 1
DAFTAR PERTANYAAN

Narasumber (kode) : Ns01 (Marhaban - KABID LEGAL,


Divisi Pembiayaan )
Pihak : Eksekutor (PT. Bank Aceh Syariah)
Topik : Faktor SWOT dalam kesiapan serta strategi
pihak eksekutor/pelaksana terkait
pengimplementasian Qanun Aceh Nomor
11 Tahun 2018
Wawancara ini bertujuan untuk menyelesaikan penulisan
skripsi sebagai persyaratan tugas akhir pada jurusan Perbankan
Syariah Fakultas ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry dan
pertanyaan ini ditujukan semata-mata dipergunakan hanya untuk
data penelitian skripsi.
1. Faktor apa saja yang menjadi sumber kekuatan/kelebihan pada
kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam rangka
mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai
amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk Tahun 2022 dan 2024?
2. Faktor apa saja yang menjadi kelemahan pada kesiapan PT.
Bank Aceh Syariah dalam rangka mengimplementasikan
pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai amanat Qanun No.11
Tahun 2018 untuk Tahun 2022 dan 2024?
3. Bagaimana peluang yang mungkin terjadi pada kesiapan PT.
Bank Aceh Syariah dalam rangka mengimplementasikan

104
pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai amanat Qanun No.11
Tahun 2018 untuk Tahun 2022 dan 2024 ?
4. Apa saja tantangan/hambatan yang dapat menjadi ancaman
pada kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam rangka
mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai
amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk Tahun 2022 dan 2024?

105
Narasumber (kode) :Ns02
Pihak :Konseptor (Dr. Hafas Furqani, M.Ec)
Topik :Pandangan serta pendapat pihak konseptor
terkait dasar kebijakan Qanun Aceh Nomor
11 Tahun 2018 Pasal 14 Ayat 7
Wawancara ini bertujuan untuk menyelesaikan penulisan
skripsi sebagai persyaratan tugas akhir pada jurusan Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry dan
pertanyaan ini ditujukan semata-mata dipergunakan hanya untuk
data penelitian skripsi.
1. Terkait Qanun Nomor 11 Tahun 2018 khususnya Pasal 14 ayat
7, apa dasar dari kebijakan tersebut sehingga pada tahun 2022
ditetapkan dengan rasio pembiayaan berbasis bagi hasil sebesar
20% dan untuk tahun 2024 sebesar 40%?
2. Apakah mungkin untuk bank-bank di Aceh dalam
mengimplementasikan Qanun tersebut dalam waktu yang telah
di tentukan?
3. Apakah ada penghargaan atau semacamnya kepada bank-bank
di Aceh yang berhasil mengimplementasikan sesuai dengan
amanat Qanun?
4. Bagaimana pandangan Bapak terhadap kebijakan yang terjadi
jika beberapa bank di Aceh tidak berhasil dalam
mengimplementasikan qanun tersebut?

106
LAMPIRAN 2
TRANSKRIP WAWANCARA

Narasumber (kode) : Ns01 (Marhaban - KABID LEGAL,


Divisi Pembiayaan )
Pihak : Eksekutor (PT. Bank Aceh Syariah)
Topik : Faktor SWOT dalam kesiapan serta
strategi pihak eksekutor/pelaksana terkait
pengimplementasian Qanun Aceh Nomor
11 Tahun 2018

Wawancara ini bertujuan untuk menyelesaikan penulisan


skripsi sebagai persyaratan tugas akhir pada jurusan Perbankan
Syariah Fakultas ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry dan
pertanyaan ini ditujukan semata-mata dipergunakan hanya untuk
data penelitian skripsi.
1. Faktor apa saja yang menjadi sumber kekuatan/kelebihan pada
kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam rangka
mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai
amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk Tahun 2022 dan 2024?
Jawab :
“Pertanyaan nomor 1 ini tidak relevan, karena Bank Aceh
terlebih dahulu melakukan konversi dari pada Qanun LKS ini,
jadi jika dilihat kesiapan Bank Aceh, Qanun itu terbit karena
faktor/efek Bank Aceh sudah menjadi syariah, agar ruang
lingkup Lembaga keuangan di Aceh ini harus dijadikan syariah

107
semua sebagai dukungan pihak Bank ke Pemerintah Aceh.
Maka terkait kesiapan, Bank Aceh sudah jauh terlebih dahulu
menerapkan pembiayaan berbasis bagi hasil ini semenjak
adanya Unit Usaha Syariah (UUS) pada tahun 2004 lalu.
Bahkan Bank Aceh juga ikut serta dalam beberapa pertemuan
terkait Qanun LKS ini di Gedung DPR Aceh, maka mereka
sudah cukup siap.
dan kelebihannya, pangsa pasar di Aceh itu pada saat ini
dipegang oleh Bank Aceh Syariah, dengan persentase sebesar
65%. Kemudian dengan adanya Qanun tersebut
pemain/pelaksana terbesar di Aceh itu hanya 2, yaitu PT. Bank
Syariah Indonesia (Gabungan dari BRI, BRI Syariah, BNI, BNI
Syariah, Mandiri dan Mandiri Syariah di Aceh) dan PT. Bank
Aceh Syariah. dan juga kelebihan Bank Aceh dalam hal produk
lebih mendekati kepada budaya masyarakat Aceh itu sendiri,
dengan pola-pola bagi hasil yang sebenarnya sudah diterapkan
secara tradisional akan tetapi masyarakat Aceh menyebutnya
dengan istilah-istilah tradisional itu sendiri. Seperti istilah
mawah blang, yaitu dimana ada satu pihak pemilik
sawah/lahan, dan satu pihak lagi menyediakan padi/bibit dan
mengelolanya, hal ini sama seperti system musyarakah.
Kemudian ada juga yang seperti mudarabah, yaitu dimana satu
pihak menitipkan beberapa ekor lembu dan dikelola dengan
pihak yang ahli, dimana pemilik lembu penyedia modal dan
pihak yang ahli sebagai pengelola. Dengan demikan ketika

108
Bank Aceh masuk dengan pola syariah pada tahun 2004 lalu
melalui Unit Usaha Syariah tersebut maka masyarakat lebih
mengenalnya. Jadi kelebihannya Bank Aceh lebih mengenal
budaya masyarakat Aceh itu sendiri.
Kemudian PT. Bank Aceh Syariah saat ini sudah siap untuk
persentase pembiayaan berbasis bagi hasil di tahun 2024
dengan rasio 40%, jika dihitung dari portofolio sejak adanya
Unit Usaha Syariah pada Tahun 2004 lalu. Jumlah pembiayaan
berbasis bagi hasil Bank Aceh sampai saat ini sudah triliunan,
bahkan sejak tahun 2020 kemarin, pembiayaan ASN (Aparatur
Sipil Negara) tidak terpaku hanya pada pembiayaan konsumtif
saja, Bank Aceh sudah ada fitur/produk pembiayaan ASN
dalam bentuk kerja sama, atau berbasis bagi hasil dalam
menjalankan usaha yang produktif.”
2. Faktor apa saja yang menjadi kelemahan pada kesiapan PT.
Bank Aceh Syariah dalam rangka mengimplementasikan
pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai amanat Qanun No.11
Tahun 2018 untuk Tahun 2022 dan 2024?
Jawab:
Kelemahannya saya rasa pada pemahaman masyarakat terhadap
konsep bagi hasil tersebut, yang terkadang masih kontra denga
napa yang dipraktekkan di Bank, Di Bank melakukan sesusai
fatwa/SOP nya, akan tetapi masyarakat beranggapan untuk
berhadapan dengan Bank ribet, khususnya msayarakat masih
menutupi dalam hal persyaratan yang harus dilengkapi, karena

109
prinsip bagi hasil ini berdasarkan pola kepercayaan, jika tidak
ada kepercayaan antar kedua belah pihak, maka akan susah
mendapatkan bagi hasilnya, dan menganggu proses pembiayaan
lainnya. Karena sumber dana pembiayaan yang disalurkan itu
dari dana Pihak Ketiga (DPK), yang dimana dana pihak ketiga
ini terdiri dari Tabungan, Giro dan Deposito.
Oleh karena itu, Ketika masyarakat yang dibiayai itu lemah
pemahamannya, maka jadi kendala di lapangan, karena
masyarakat beranggapan di Bank ribet, maka mereka mencari
rentenir, yang dimana sehari cair dengan hanya sertifikat. Jika
di Bank, Bank Syariah itu bukan pajak gadai, yang dimana
hanya dilihat sertifikat ataupun agunan, akan tetapi Bank
Syariah itu melihat objek usahanya, jika objek nya tidak jelas,
maka Bank Syariah tidak akan membiayainya. Jadi ketika
Qanun siap, Lembaga keuangan siap, perbankan siap,
masyarakatnya yang tidak siap, masyarakat masih nyaman
dengan pola-pola bunga dan pola-pola simpel.”
3. Bagaimana peluang yang mungkin terjadi pada kesiapan PT.
Bank Aceh Syariah dalam rangka mengimplementasikan
pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai amanat Qanun No.11
Tahun 2018 untuk Tahun 2022 dan 2024?
Jawab:
Peluangnya sangat besar. Jika masyarakat sangat siap dengan
pemahamannya terkait keuangan syariah, kita yakin tidak ada
lagi masayarakat yang bertransaksi konvensional dan harus

110
datang ke Medan, karena bank konvensional tidak ada lagi di
Aceh. dan juga Bank Aceh juga sudah ada mobile banking,
intrnet banking, sms banking dan e-money, transaksi-transaksi
modern saat ini Bank Aceh sudah ada. Jadi peluang itu sangat
besar pada Bank Aceh, buktinya sudah menambah beberapa
kantor seperti baru-baru ini di Ibu Kota Jakarta, untuk
mengakomodir masyarakat Aceh yang memiliki usaha di sana
dan sekitarnya. dan juga secara Nasional, Bank Aceh termasuk
dalam kategori Bank Umum Syariah di urutan ke-5 dalam
memeliki asset terbesar.
4. Apa saja tantangan/hambatan yang dapat menjadi ancaman
pada kesiapan PT. Bank Aceh Syariah dalam rangka
mengimplementasikan pembiayaan berbasis bagi hasil sesuai
amanat Qanun No.11 Tahun 2018 untuk Tahun 2022 dan 2024?
Jawab :
Tantangannya ada beberapa hal yaitu,
a. Edukasi, dibutuhkan peningkatan literasi antara pihak bank,
nasabah, dan pihak lainya, termasuk pihak akademisi, peran
untuk peningkatan ini tidak hanya dilakukan bank, butuh
bantuan seperti dari pihak akademisi serta goodwill dari
Pemerintah Aceh.
b. peningkatan kompetensi, dibutuhkan peningkatan
kompetensi SDI PT. Bank Aceh, saat ini sudah baik, namun
lebih baiknya ditingkatkan lagi agar dapat menghadapi

111
perubahan globalisasi serta dapat kuat bersaing dengan
Lembaga perbankan lainnya.
c. Pengembangan Produk, dibutuhkan peningkatan produk-
produk, seperti produk digital, agar dapat bersaing dengan
Lembaga keuangan lainnya.
d. Pengembangan Teknologi Informasi, hal ini sangat penting
bagi seluruh sektor industri, baik itu perbankan maupun
non-perbankan. Bagi perbankan gagal dalam hal ini maka
akan gagal semua produk yang dijalaninya.

112
Narasumber (kode) :Ns02
Pihak : Konseptor (Dr. Hafas Furqani, M.Ec)
Topik : Pandangan serta pendapat pihak konseptor
terkait dasar kebijakan Qanun Aceh Nomor
11 Tahun 2018 Pasal 14 Ayat 7

Wawancara ini bertujuan untuk menyelesaikan penulisan


skripsi sebagai persyaratan tugas akhir pada jurusan Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry dan
pertanyaan ini ditujukan semata-mata dipergunakan hanya untuk
data penelitian skripsi.
1. Terkait Qanun Nomor 11 Tahun 2018 khususnya Pasal 14 ayat
7, apa dasar dari kebijakan tersebut sehingga pada tahun 2022
ditetapkan dengan rasio pembiayaan berbasis bagi hasil sebesar
20% dan untuk tahun 2024 sebesar 40%?
Jawaban:
“Dasar kebijakannya karena yang pertama kita ingin beralih
Model Perbankan Syariah dari sistem keuangan yang berbasis
hutang atau Debt Finance (Berbasis utang ini biasa digunakan
dalam produk murabahah dan lain sebagainya) dan kita ingin
terjadi perubahan ke arah sistem keuangan Partnership
(Berbasis kemitraan dan bagi hasil atau kerjasama) di antara
nasabah dan perbankan Itu melakukan proses-proses kerjasama
usaha. dan yang kedua kita ingin mendorong lebih banyak
pembiayaan yang disalurkan ke sektor ekonomi produktif dan
ekonomi riil, dan jika dengan berbasis bagi hasil maka akan

113
banyak tumbuh usaha-usaha baru khususnya pada UMKM,
kemudian UMKM ini agar tidak rugi maka akan didampingi
oleh perbankan syariah sehingga pembiayaannya berhasil
dikembalikan, namun jika berbasis hutang perbankan syariah
akan lepas tangan atau tidak didampingi.
2. Apakah mungkin untuk bank-bank di Aceh dalam
mengimplementasikan Qanun tersebut dalam waktu yang telah
di tentukan?
Jawaban :
Mungkin saja jika mereka (perbankan syariah) melakukan
langkah strategis ke arah peraturan tersebut. Seharusnya
direncanakan dalam rencana bisnis mereka, selanjutnya Bank
Syariah harus mempersiapkan diri agar karyawannya dapat
mengembangkan produk-produk berbasis bagi hasil tersebut.
dan juga mempersiapkan karyawan-karyawan yang dapat
mendampingi dan mengawasi para UMKM dalam menjalankan
bisnis kerjasama tersebut. Karena tidak seperti yang berbasis
hutang, sistem keuangan berbasis kerjasama ini harus
didampingi sampai mendapatkan produk atau laba yang
dihasilkan.”
3. Apakah ada penghargaan atau semacamnya kepada bank-bank
di Aceh yang berhasil mengimplementasikan sesuai dengan
amanat Qanun?
Jawab :

114
“Terdapat beberapa penghargaan seperti dari BI, dari
Pemerintah Aceh dan bisa juga dari masyarakat secara umum,
Penghargaan ini bisa dalam bentuk penghargaan piagam
maupun penghargaan nama baik, karena Bank telah
berkontribusi pada masyarakat maka integritas Bank tersebut
akan meningkat.”
4. Bagaimana pandangan Bapak terhadap kebijakan yang terjadi
jika beberapa bank di Aceh tidak berhasil dalam
mengimplementasikan qanun tersebut?
Jawab:
Jika gagal, yang mengeluarkan sanksi adalah pemerintah Aceh
maupun regulatornya seperti BI atau OJK, karena di dalam
Qanun tidak ditetapkan sanksi. Jadi keputusan selanjutnya
tergantung Pemerintah Aceh untuk mengeluarkan sanksinya
dalam bentuk Pergub atau lain sebagainya.

115
RIWAYAT HIDUP

Nama : Sajid Muzakki


NIM : 170603176
Tempat/Tanggal Lahir : Banda Aceh, 21 Januari 2000
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. T Hasan Dek, No.17, Dusun Surabaya,
Kec. Baiturrahman, Banda Aceh, Aceh
No. Hp : 081360272201
Jenis Kelamin : Laki laki
Email : Sajidmuzakki@gmail.com

Riwayat Pendidikan
1. TK : Lulus Tahun 2005
2. SD : Lulus Tahun 2011
3. MTsN : Lulus Tahun 2014
4. SMA : Lulus Tahun 2017
5. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN AR-Raniry Banda Aceh

Data Orang Tua

Nama Ayah : Abu Bakar


Pekerjaan : Swasta
Nama Ibu : Ayu Juli Hartati
Pekerjaan : ASN
Alamat Orang Tua : Jl. T Hasan Dek, No.17, Dusun Surabaya,
Kec. Baiturrahman, Banda Aceh, Aceh

116

Anda mungkin juga menyukai