Anda di halaman 1dari 16

Sang Hyang Talaga Rena Mahawijaya....(Budimansyah, Kunto Sofianto, Reiza D.

Dienaputra) 419

SANG HYANG TALAGA RENA MAHAWIJAYA:


TELAGA BUATAN SEBAGAI SOLUSI BENCANA
SANG HYANG TALAGA RENA MAHAWIJAYA:
ARTIFICIAL LAKE AS A DISASTER SOLUTION

Budimansyah, Kunto Sofianto, Reiza D. Dienaputra


Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Padjadjaran,
Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor
e-mail: suwardi.budiman@gmail.com, ksofianto@yahoo.com, reizaputra@yahoo.com

Naskah Diterima: 12 Juli 2018 Naskah Direvisi: 3 Oktober 2018 Naskah Disetujui: 8 November 2018

Abstrak
Talaga Rena Mahawijaya dan Bukit Badigul yang dibangun oleh Sribaduga Maharaja
pada abad ke-16, merupakan danau buatan yang diperuntukkan sebagai tempat upacara srada.
Namun jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, danau buatan ini memiliki banyak fungsi
yang dampak positifnya sangat besar terhadap kesejahteraan masyarakat. Untuk meneliti dan
mengkaji permasalahan ini harus ditinjau secara mendalam dan memerlukan analisis yang kuat,
maka metode sejarah yang terdiri atas heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi akan
digunakan oleh penulis. Selain metode sejarah, teori-teori dan konsep ilmu-ilmu keteknikan akan
digunakan pula sebagai pisau analisis, agar menghasilkan simpulan yang cukup kuat dan
mendalam. Penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, Talaga Rena Mahawijaya mempunyai
fungsi utama sebagai area tangkapan air, yang kita kenal sebagai waduk atau embung, yaitu
sebuah danau yang sengaja dibuat untuk memecah volume aliran air yang sangat besar, juga
berfungsi sebagai cadangan air ketika musim kemarau. Simpulannya, Sribaduga Maharaja
membuat Talaga Rena Mahawijaya untuk fungsi water catchment, water treatment, dan water
supply.
Kata kunci: Pajajaran, Rancamaya, banjir, konservasi alam.

Abstract
Talaga Rena Mahawijaya and Bukit Badigul built by Sribaduga Maharaja in the 16th
century, are artificial lakes designated as srada ceremonies. But when viewed from a different
perspective, this artificial lake has many functions that have a very large positive impact on
people's welfare. To investigate and examine these problems, the in depth and strong analysis is
required. Thus, the historical method consisting of heuristics, criticism, interpretation and
historiography are used by the author. In addition to historical methods, theories and concepts of
engineering sciences are also used as analytical tools in order to produce the strong and deep
conclusions. From this research, Talaga Rena Mahawijaya has a main function as a water
catchment area, known as a reservoir or embung. It is a lake intentionally made to break down a
very large volume of water, also serves as a water reserve during the dry season. In conclusion,
Sribaduga Maharaja made Talaga Rena Mahawijaya as the water catchment, water treatment,
and water supply.
Keywords: Pajajaran, Rancamaya, flood, nature conservation.
420 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 419 - 434

A. PENDAHULUAN wilayahnya merupakan dataran alluvial


Sebagai bencana alam, banjir jika dilihat secara geologis, terbentuk dari
sekarang ini sudah dianggap sebagai suatu endapan hasil pengangkutan aliran
fenomena logis, terutama pada negara permukaan dan air sungai yang mengalir
tropis dengan curah hujan yang sangat ke wilayah ini. Wilayah tampungan air
besar seperti Indonesia. Badan Nasional Jakarta seluas 20.020.122 m2 yang terdiri
Penanggulangan Bencana (BNPB) atas situ, waduk, sungai, kali, drainase
berdasarkan data kebencanaan pada 2000- mikro dan sub makro, banjir kanal dan
2009, menyimpulkan bahwa bencana saluran irigasi. Wilayah ini juga dilewati
terbesar yang menempati urutan pertama oleh 15 sungai, dua kanal dan dua
adalah bencana banjir. Salah satu penyebab drainase, yaitu: Mookervart, Kali Angke,
banjir adalah alih fungsi lahan di daerah Kali Pesanggrahan, Sungai Grogol,
hulu dan wilayah perkotaan yang Ciliwung, Kalibaru Timur, Cipinang,
berkembang dengan cepat, sehingga Sunter, Buaran, Kalibaru Barat, Jati
membutuhkan lahan yang luas untuk Kramat, Cakung. Krukut, Kali Cideng,
pembangunan dengan jalan membuka Ancol, Cengkareng Drainase, Cakung
hutan (Haryani, et al., 2012: 53). Drainase, Banjir Kanal Barat, Banjir Kanal
Kerugian akibat dampak bencana Timur. Sembilan sungai di antaranya
banjir di Indonesia telah menimbulkan bermuara ke Teluk Jakarta. Kondisi fisik
kerugian triliunan rupiah. Sampai dengan tersebut yang menyebabkan wilayah
Desember 2013, bencana banjir menjadi Jakarta rawan terhadap bencana banjir
bagian besar dari semua kejadian, dan titik (BPBD DKI Jakarta, 2015: 4).
terparah terjadi di Pulau Jawa (BNPB, Sebagai musibah yang cukup sering
2013: 1). Selain menimbulkan kerugian menimbulkan kerugian materi dan korban
materi, kerugian immaterial dari bencana jiwa, banjir menjadi bencana yang banyak
banjir di Indonesia memakan korban jiwa dijadikan penelitian, terutama mengenai
sebanyak 4.246 meninggal, 6.635 luka- pergerakan banjir dan pemantauannya,
luka, dan 324.559 rumah mengalami mulai banjir dari sungai ataupun banjir dari
kerusakan. Dampak bencana banjir dalam kolam penampungan (reservoir). Kolam
skala kecil yang menimbulkan kerugian penampungan merupakan sebuah area
tidak langsung yang jumlahnya tidak penampung pada musim hujan, dan bisa
sedikit belum termasuk ke dalam hitungan dimanfaatkan pada saat kemarau. Terdapat
tersebut (Rosyidie, 2013: 242). dua jenis kolam penampungan, yaitu danau
Daerah di Indonesia yang yang terbentuk secara alami dan embung
mengalami masalah paling pelik berkenaan (waduk) yang dibangun oleh manusia atas
dengan bencana banjir adalah Jakarta. dasar berbagai kebutuhan (Radityo et al.,
Secara geografis Provinsi DKI Jakarta 2018: 1028).
terletak pada posisi 6º12' Lintang Selatan Masalah banjir perkotaan adalah
dan 106º48' Bujur Timur. Pada bagian suatu tantangan serius dan terus semakin
utara membentang pantai sepanjang ± 35 pelik. Pertumbuhan demografi, urbanisasi,
km dari bagian barat sampai ke bagian dan perubahan iklim, selalu menjadi
timur sebagai muara sungai-sungai dan penyebab utama. Para pembuat kebijakan
kanal. Sebagian besar wilayah DKI Jakarta dituntut untuk lebih memahami dan
merupakan dataran rendah yang memiliki melihat peristiwa ini sebagai tantangan
elevasi dari permukaan laut sekitar tujuh yang terus meluas dan selalu bergeser
meter, serta 40% dari luas wilayahnya (dinamis), juga mengelolanya secara
berada pada posisi 1-1,5 meter di bawah efektif pada saat sekarang dan di masa
muka laut pasang. Sekitar 1 s.d. 15 cm per mendatang (Jha et al., 2012: 12).
tahun wilayah di Jakarta mengalami Pada 31 Oktober 2012 Gubernur
penurunan muka tanah karena seluruh DKI Jakarta, Jokowi melakukan pertemuan
Sang Hyang Talaga Rena Mahawijaya....(Budimansyah, Kunto Sofianto, Reiza D. Dienaputra) 421

dengan Ahmad Heryawan selaku Gubernur sejarah), maka kita akan menemukan
Jabar. Agenda yang dibicarakan dalam peristiwa-peristiwa di masa lampau
pertemuan tersebut adalah tentang rencana menyangkut penanganan bencana banjir.
pembangunan waduk di daerah Ciawi dan Poesponegoro dalam Wibisono (2013: 54)
Sukamahi-Bogor, sebagai salah satu menulis bahwa, isi Prasasti Tugu dari masa
penanganan masalah banjir di Jakarta Tarumanagara sekitar abad ke-6 M adalah
(Herdiana, 2012). Hal tersebut diperkuat kisah tentang Purnawarman yang membuat
oleh keterangan dari Menteri Pekerjaan Candrabagha (Sungai Gomati), yaitu
Umum Dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebuah saluran (kanal) yang menuju ke laut
Djoko Kirmanto. Menurut penuturannya sebagai pengalihan banjir.
Kementerian PUPR memprioritaskan Selanjutnya Lubis et al., (2013: 20-
pembangunan Waduk Ciawi, Jawa Barat. 21) mengatakan di dalam bukunya bahwa,
Penyusunan detail engineering design Prasasti Batutulis merupakan sebuah
(DED) akan segera dimulai sebagai bentuk Sakakala (tanda peringatan) yang dibuat
percepatan pembangunan waduk ini. oleh Prabu Surawisesa sebagai
Sebagai salah satu upaya untuk penghormatan 12 tahun meninggalnya Sri
mengurangi banjir di Jakarta, Waduk Baduga Maharaja (ayah dari Prabu
Ciawi ini diharapkan bisa mengurangi Surawisesa). Prasasti Batutulis dibuat pada
debit air di Kali Ciliwung, sehingga bisa 1521 M. Terjemahan isi prasasti tersebut
mengatasi banjir (Febrianto, 2013). sebagai berikut:
Membedakan antara 'probabilitas1
kejadian' karena cuaca dengan 'kejadian "Semoga selamat. Inilah tanda
banjir' sangat penting untuk dilakukan. peringatan (untuk) Prebu Ratu yang
Penyebab utama banjir adalah kejadian- telah mangkat. Dinobatkan beliau
kejadian cuaca yang seringkali susah untuk dengan nama Prebu Guru
diprediksi, prediksi ancaman bencana Dewataprana. Dinobatkan (lagi) beliau
banjir biasanya berupa perhitungan dengan nama Sri Baduga Maharaja
probabilitas yang memakai data historis Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri
dari daerah terkait yang sedang diamati. Sang Ratu Dewata. Beliaulah yang
Rekaman data bencana banjir biasa dipakai membuat parit (pertahanan) Pakuan.
sebagai bahan analisis untuk penanganan Beliau putra Rahyang Dewa Niskala
bencana, namun hal tersebut tergantung yang mendiang di Guna Tiga, cucu
juga kepada ketersediaan dan kualitas data Rahyang Niskala Wastukancana yang
(Jha et al., 2012: 24). mendiang di Nusa Larang.
Embung (waduk) dan saluran buatan Beliaulahlah yang membuat tanda
(kanal) sebagai salah satu upaya untuk peringatan (berupa) gunung-gunungan,
menangani bencana banjir bukanlah suatu memperkeras jalan, membuat samida,
wacana baru. Jika kita mau berpikir secara membuat Sang Hyang Talaga Rena
kritis dan memakai perspektif lain (ilmu Mahawijaya. Beliaulah itu. Pada tahun
tata kota dan hidrologi, tidak hanya ilmu Saka panca pandawa ngemban bhumi
(1455)."
1
Probabilitas, Inggris: probability, probable;
Latin: probabilis (mungkin), probabre
(membuktikan, menyatakan). Adalah: 1)
Determinasi harapan secara rasional akan
terjadinya suatu peristiwa; 2) Kesempatan,
peluang; 3) Teori kalkulus tentang peluang,
seperti: pengukuran kemungkinan terjadinya
peristiwa tertentu dengan menentukan
frekuensinya; 4) Kementakan (Bagus, 2002:
903).
422 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 419 - 434

Haluwesi, yang mengurug Sanghiyang


Rancamaya."
Pembuatan bangunan air untuk
pendukung pertanian telah dikenal jauh
sebelum masa kolonialisasi. Pada abad ke-
11 Masehi Raja Airlangga melaksanakan
pembangunan 'Dawuhan', yaitu kolam
besar (waduk) yang berfungsi sebagai
penampungan air. Pada masa Kerajaan
Majapahit dibangun Waduk Kumitir,
Waduk Temon, dan Waduk Kedungwulan.
Bambu, batu, dan batang pohon
merupakan material utama untuk membuat
bangunan-bangunan air di zaman tersebut
(Meer dalam Inagurasi, 2014: 12).
Peristiwa-peristiwa pada masa
lampau yang dilakukan oleh raja-raja yang
Gambar 1. Prasasti Batutulis pada 1927 pernah berkuasa di Pulau Jawa, bukan
Sumber: http://collectie.tropenmuseum.nl/ hanya sebagai bentuk instruksi raja yang
hanya dinilai sebagai 'monumen' penguasa,
Selain Prasasti Batutulis, pembuatan atau suatu tujuan keagamaan (sebagai
Talaga Rena Mahawijaya sebagai tempat upacara Srada). Candrabagha,
bangunan air2 dikisahkan pula di dalam Talaga Rena Mahawijaya, Dawuhan,
Naskah Carita Parahyangan dari abad ke- Waduk Kumitir, Waduk Temon, dan
16 M. Darsa (2011: 91) menuliskan dan Waduk Kedungwulan, dibuat dengan visi
menerjemahkan penggalan dari isi naskah yang sangat jauh, yaitu sebagai bentuk
sebagai berikut: 'sadar bencana' bagi masyarakat, serta
fungsi-fungsi lainnya seperti untuk
Isi naskah: pengairan pertanian.
"Ndeh nihan tembey Sang Resi Guru Perencanaan perkotaan dengan
miseuweukeun Sang Haliwungan, inya kebijakan idealnya dikaitkan dengan
Sang Susuktunggal nu munar na praktik-praktik sebelumnya melalui suatu
Pakwan reujeung Sang Haluwesi, nu strategi yang terintegrasi dan
nyaeuran Sanghiyang Rancamaya." komprehensif. Jha et al. (2012: 29)
menulis, penanganan bencana banjir
Terjemahan: biasanya dideskripsikan secara struktural
"Demikian awalnya, Sang Resi Guru dan non-struktral. Tindakan struktural
mempunyai anak Sang Haliwungan, dengan jalan mengendalikan aliran air dari
yaitu Sang Susuk Tunggal yang luar ataupun dari dalam tempat tinggal
memperbaiki Pakuan dan Sang perkotaan, sebagai tindakan mengurangi
risiko bencana banjir. Tindakan non-
2
Bangunan Air (hydraulic structure) struktural adalah jaminan kepada
merupakan bangunan pengendali tingkah laku masyarakat untuk merasa aman terhadap
air secara alami atau buatan, untuk bahaya bencana banjir, dengan cara
menanggulangi kekurangan air pada saat mempersiapkan perencanaan dan
kemarau dan kelebihan di waktu penghujan, pengelolaan pengembangan perkotaan.
berbentuk seperti waduk atau kolam air, Pembangunan waduk di daerah
bendungan, dsb. Berfungsi untuk mengatur Ciawi dan Sukamahi-Bogor ditargetkan
kebutuhan air irigasi, air bagi tenaga listrik dan
rampung pada pertengahan 2019, waduk
bagi persediaan air minum (Soefaat et al.,
1997: 8).
tersebut nantinya diharapkan akan mampu
Sang Hyang Talaga Rena Mahawijaya....(Budimansyah, Kunto Sofianto, Reiza D. Dienaputra) 423

mengurangi 30 persen potensi banjir di silentio, sumber tersebut dianggap sebagai


Jakarta (Suhendra, 2017). Program fakta (Gottschalk, 2008: 130).
pemerintah tentang pembangunan waduk Tahap ketiga adalah interpretasi,
di daerah Ciawi dan Sukamahi-Bogor, yaitu proses menafsirkan berbagai fakta
sebagai salah satu penanganan masalah menjadi sebuah rangkaian yang logis.
banjir di Jakarta, merupakan tindakan yang Penulis harus mengambil jarak dengan
tepat jika dilihat dari perspektif sumber dalam tahap ini, agar tidak terlalu
kesejarahan, Kartodirdjo (1992: 99) dalam dekat yang pada akhirnya menimbulkan
bukunya menulis, dalam suatu proses bias. Interpretasi yang dipakai oleh penulis
sejarah, hubungan kausalitas satu sejarah bisa berupa: interpretasi verbal, teknis,
dengan gejala sejarah yang lain harus logis, psikologis, atau faktual. Hasil
dilihat sekaligus, antara peristiwa yang interpretasi harus bisa dipahami secara
terjadi sebelum atau sesudahnya, atau menyeluruh serta mendekati objektif
secara konteks terdapat hubungan (Garraghan, 1947: 42). Historiografi
fungsional. Sudut pandang ini merupakan merupakan tahapan terakhir dari rangkaian
suatu gerak sejarah pada sebuah metode sejarah, yaitu menuliskan peristiwa
momentum, yang lazim disebut sebagai masa lampau agar menjadi sebuah kisah
perubahan sosial dalam masyarakat. sejarah yang kronologis dan imajinatif,
yang secara keseluruhan merupakan satu
B. METODE PENELITIAN kesatuan yang utuh (Gottschalk, 2006: 33).
Penelitian ini menggunakan metode Selain mempergunakan teori-teori
sejarah sebagai proses menguji dan sosial, penulis juga akan menggunakan
menganalisis secara kritis rekaman dan teori dan konsep Tata Ruang Wilayah dan
peninggalan dari peristiwa yang terjadi Kota,3 serta kajian-kajian Hidrologi4 (tata
pada masa lampau, untuk dapat air). Dalam bahasa Inggris, terdapat dua
direkonstruksi secara imajinatif istilah yang merujuk pada pengertian kota,
(Gottschalk, 2006: 33-34). Heuristik yaitu city dan town. Biasanya, city lebih
merupakan tahapan pertama dari metode besar dari town, tetapi baik city maupun
sejarah. Pada tahap pertama ini penulis town tidak memiliki konotasi dengan
mencari, menemukan, dan menghimpun ukuran besar atau kecilnya suatu kota.
sumber yang relevan dengan pokok Istilah kota yang merujuk pada ukuran
masalah yang sedang diteliti adalah super city apabila memiliki
(Kuntowijoyo, 1995: 94). populasi lebih dari lima juta orang.
Setelah sumber terhimpun, maka Sementara itu, kota besar biasanya dinamai
proses berikutnya melakukan kritik dengan istilah metropolitan, yakni kota
terhadap sumber, baik itu kritik ekstern induk, tetapi tidak mesti berkedudukan
maupun kritik intern. Kritik ekstern
dilakukan untuk menentukan otentisitas 3
Kota (city; town; eopolis; polis; metropolis;
sumber dengan cara memberikan penilaian
megapolis; conurbation), bentuk pemukiman
terhadap kondisi fisik sumber, dan kritik manusia yang padat dengan sistem teknologi,
intern dilakukan dengan cara menilai ekonomi, organisasi sosial, dan administrasi
sumber secara instrinsik. Selain itu, proses yang berkapasitas tinggi untuk menyediakan
koroborasi akan dilakukan untuk jasa-jasa dan mengatur kehidupan jumlah
mempertentangkan sebuah sumber dengan manusia yang tak terbatas besarnya
sumber lainnya yang independen. Semua (Koentjaraningrat et al., 1984: 101).
proses tersebut ditempuh untuk 4
Hidrologi adalah ilmu tentang air di bawah
mendapatkan sumber yang kredibel tanah, keterdapatannya, peredaran dan
(Kuntowijoyo, 1995: 98-99). Tetapi ketika sebarannya, serta persifatan kimia dan
tidak bisa dilakukan sebuah koroborasi, fisikanya, reaksi dengan lingkungan, termasuk
maka berlaku prinsip argumentum ex hubungannya dengan makhluk hidup
(Qodratillah et al., 2008: 520-521).
424 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 419 - 434

sebagai ibu kota (Lubis et al., 2000: 1). serta siklus alami, sangat berpengaruh pada
Heryanto (2001: 20) mengatakan, sebuah ketersediaan sumber daya alam. Ekosistem
kota mempunyai 5 ciri unsur dasar di bagian hulu akan terkait dengan
pembentuknya, yaitu: bentuk bangunan, ekosistem di bagian hilir, yang secara
pola jalan, tata guna tanah, ruang terbuka otomatis akan memengaruhi kuantitas dan
dan garis langit. kualitas sumber daya air.
Ruang dan wilayah diciptakan
melalui suatu proses yang merupakan C. HASIL DAN BAHASAN
sebuah produk historis. Wilayah dibentuk 1. Tata Ruang Pakwan Pajajaran
oleh wacana-wacana sebagai entitas yang Pakwan Pajajaran (sekarang pusat
dinamis dan sangat subjektif. Dalam arti Kota Bogor, mulai dari Lawang Gintung
yang paling luas wilayah di pahami sampai Lawang Saketeng) merupakan
sebagai state (negara/kerajaan), dan ibukota Kerajaan Sunda yang didirikan
mempunyai relasi antara subjek (individual oleh Prabu Trarusbawa. Rekaman kondisi
atau kolektif), mediator (wilayah abstrak Kota Pakwan Pajajaran pada saat itu bisa
atau wilayah konkret) dan objek tergambar dari Naskah Bujangga Manik
(exteriority –realitas fisik konkret di luar (Lubis et al., 2013: 139-142). Pada masa
subjek– atau alterity –kemampuan sebelum Sri Baduga Maharaja, dalam
individual untuk mengubah perannya atau Naskah Fragmen Carita Parahyangan
memproyeksikan dirinya ke dalam peran diceritakan adanya Panca Prasadha (lima
lain) (Dhona, 2016: 2). kompleks keraton) di Pakwan Pajajaran,
Air merupakan sumber daya alam yaitu: "Sri Bima Punta Narayana Madura
tak hidup (abiotik) tetapi bisa diperbarui Suradipati" yang dibangun dan diperindah
(renewable resources), adalah salah satu oleh Maharaja Trarusbawa (Darsa et al.,
sumber alam paling penting bagi makhluk 2000: 59-60).
hidup, upaya konservasi sangat diperlukan Pada saat Sri Baduga Maharaja
melalui sistem pengelolaan yang efektif berkuasa (1482-1521 Masehi), dilakukan
dan efisien sehingga terjadi rekonstruksi tata kota di Pakwan Pajajaran
kemanfaatannya secara berkelanjutan. dengan membuat parit untuk memperkuat
Pemeliharaan, rehabilitasi, dan keamanan, hal ini dilakukan karena tempat
pemanfaatan sumber daya air harus ini dijadikan sebagai pusat politik untuk
dilakukan secara efektif dan efisien seluruh Tatar Sunda, yang awalnya berada
sebagai bagian dari konservasi alam. di kompleks Keraton Surawisesa (Galuh
Siklus hidrologi (hydrologic cycle) sangat Pakwan) (Lubis et al., 2013: 144).
bergantung pada matahari, dengan proses Kota Pakwan Pajajaran selain dari
yang sangat sederhana. Air yang jatuh ke prasasti dan naskah, terdapat di dalam
bumi (hujan) relatif selalu konstan jika laporan para penjelajah VOC, yaitu Scipio
ditinjau dari segi jumlahnya (1687), Adolf Winkler (1690), dan
(volume/kuantitas), namun yang berubah Abraham van Rieebeck (1703, 1704, dan
adalah distribusinya (pola penyebaran) 1709). Niemeijer (2015: 5-6) menulis
yang dipengaruhi oleh kondisi waktu dan bahwa, pada 21 Juli 1687 Scipio memulai
tempat (Sallata, 2015: 76-79). ekspedisi dari Batavia dengan melewati
Polie et al., (2014: 190) mengatakan Cijantung dan Pasar Baru. Setelah
bahwa, kebijakan yang dirumuskan dengan beberapa bulan, sampailah pada sebuah
baik akan mendukung konsep pengelolaan tempat yang diperkirakan sebagai
daerah aliran sungai, yang akan “Benteng Padjajaran” pada 1 September,
menghasilkan sistem pengelolaan lahan dia membuat deskripsi tentang reruntuhan
yang kondusif sebagai pencegahan kota Pakwan Pajajaran sebagai berikut:
degradasi tanah dan air. Aspek geografis,
ekosistem, pemanfaat, dan aspek waktu
Sang Hyang Talaga Rena Mahawijaya....(Budimansyah, Kunto Sofianto, Reiza D. Dienaputra) 425

Ini (Benteng Padjajaran) terletak antara pindah. Bersama-sama dengan orang


sungai Tzillewon (Ciliwung) dan Ambon (pembantu), mereka
Zadanij (Cisadane), dan beberapa jam melaksanakan ibadah dan membakar
dari desa Paranhangsana, satu tembakan beberapa kemenyan dengan cara Islam.
pistol dari sungai Tzillewon. Pertama, Dan setelah berdoa, kami kembali ke
seorang berjalan antara dua tiang (dari desa Paranhangsana.
batu) sepanjang empat kaki; lalu
seorang memasuki pintu masuk, yang Mees (1922: 117-118) di dalam
terdapat batu tingginya masih enam bukunya mencatat sekaligus
kaki. Di situs ini bebatuan masih dalam menggambarkan tata ruang Pakwan
susunan yang rapi seluas sebuah Pajajaran, "In ieder geval liet Sang Ratoe
“vadem”5 di kedua sisinya; seorang Dewa in 1333 een nieuwe kraton te
menduga bahwa semuanya dibuat oleh Pakoean bouwen, waarop het rijk
manusia. Delapan langkah dari sana, Pakoean-Padjadjaran kwam te heeten. Het
kita akan menemui sebuah tembok, dan paleis was door een muur omgeven en ten
di sana-sini bebatuan masih tertempel Noorden er van lag, onmiddellijk er aan
satu sama lainnya. Selanjutnya, seorang grenzend, de stad zelf." (Lalu, pada 1333,
menaiki tangga satu atau dua anak Sang Ratu Dewata membangun keraton
tangga, dan seorang memasuki tempat baru di Pakuan. Istana tersebut dikelilingi
berbentuk persegi sebesar ruang oleh benteng, posisinya di sebelah utara
audiensi kerajaan. Selain itu, ada tepat di samping kota itu sendiri).
bebatuan yang masih tersusun rapi. Di
satu sisi, ada dua buah batu karang,
seperempat dan setengah kaki
tingginya; yang paling kecil lebih
terlihat seperti landaian ("schuin")
dibandingkan dengan yang besar.
Orang Jawa berpendapat bahwa itu
pernah menjadi singgasana Raja
Padjajaran. Singgasana ini dibuat, jika
ini merupakan sebuah benteng, dari
batu karang sungai, semuanya dalam
ukuran yang tidak simetris, dan dari
bumi, terekat satu sama lainnya. Kini
terdapat banyak jenis pepohonan hutan
dan buah, serta terdapat tumpukan yang
menyerupai puing ("puinhoop"),
walaupun orang Jawa takut akan itu.
Hal ini dikarenakan mereka duduk di
podium persegi dan tidak berani untuk

5
Vadem berarti satuan ukuran panjang (dipakai Gambar 2. Peta Situasi Pakwan Pajajaran pada
di Inggris) yang hingga kini masih digunakan 1922
dalam pelayaran untuk menunjukkan Sumber: Mees (1922).
kedalaman laut pada jalur pelayaran, yang Selanjutnya pada 2013 tim peneliti
sama dengan 1,698 m (Belanda) dan 1,829 m Sejarah Kerajaan Sunda menerbitkan buku
(Inggris). Vadem berarti jarak antara kedua
dengan judul yang sama. Buku ini
ujung jari tengah jika tangan kiri dan kanan
dibentangkan; depa. Satu vadem (Inggris: menampilkan peta rekonstruksi Kota
fathom) adalah sepanjang enam kaki atau 1,8 Pakwan Pajajaran, dengan disertai
meter (https://www.apaarti.com/). penjelasan yang menghasilkan temuan
426 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 419 - 434

baru. Lubis et al., (2013: 148-149) di dan Prasasti Batutulis menceritakan bahwa
dalam bukunya menjelaskan bahwa: Sri Baduga memperbaiki kota dan
"Komplek Panca Prasadha terbagi menjadi memperkokoh pertahanan dengan
dua zona, yaitu Dalem Kitha (Keraton membuat parit, serta membangun sebuah
Dalam) dan Jawi Kitha (Keraton Luar), telaga yang disebut Talaga Rena
dibatasi oleh Jalan Pahlawan yang tembus Mahawijaya atau Sanghiyang Rancamaya,
ke Jalan Siliwangi setelah berbelok di lengkap dengan sebuah pulau di tengah
Jalan Batutulis. Bentuk tapak kompleks ini danau yang bernama Bukit Badigul (Darsa,
diagonal, melintang dengan sumbu 2011: 91; Lubis et al., 2013: 166).
tenggara-barat laut, dengan batas
terluarnya, yaitu dari Jalan Siliwangi yang
menerus dengan Jalan Suryakancana,
kemudian belok di Jalan Ir. H. Djuanda
menerus sampai Jalan Empang, kemudian
berbelok lagi mengikuti sepanjang jalur
kereta api sampai Sungai Cipaku, lalu
berbelok sepanjang batas lahan Yon Zipur
dan bertemu kembali dengan Jalan
Siliwangi."

Gambar 4. Topografi Bukit Badigul pada 1992


Sumber: Dokumentasi Penulis, Maret 2018.
Diolah dari Wibisono et al., (1991).

Talaga Rena Mahawijaya


merupakan tempat suci yang
dikeramatkan, telaga yang di tengahnya
terdapat Bukit Badigul sebagai tempat
menyatakan rasa syukur (berdoa). Pada
saat sekarang tempat ini sudah berubah
Gambar 3. Peta Rekonstruksi Kota Pakwan menjadi perumahan elit dan lapangan golf
Pajajaran (Lubis et al., 2013: 166-167). Penelitian
Sumber: Dokumentasi Penulis, Maret 2018. pada 1992 yang dilakukan oleh tim dari
Diolah dari Lubis et al., (2013). Puslit Arkenas menemukan artefak-artefak,
seperti fragmen gerabah, fragmen keramik,
2. Rekonstruksi Lokasi Talaga Rena fragmen logam, artefak batu, kaca, limbah
Mahawijaya kerak besi, serta tulang dan gigi binatang
Sri Baduga menjadi raja di Pakwan (Wibisono et al., 1992: 9-10).
Pajajaran selama 39 tahun (Lubis et al., Soelaeman (2003: 60) mengatakan
2013: 144). Naskah Carita Parahyangan bahwa, kawasan Rancamaya merupakan
Sang Hyang Talaga Rena Mahawijaya....(Budimansyah, Kunto Sofianto, Reiza D. Dienaputra) 427

lahan basah yang landai (rawa-rawa), yang


kemudian dilakukan penimbunan oleh
Sribaduga Maharaja pada 1567 M, untuk
dijadikan bendungan (telaga) serta
membuat sebuah bukit untuk tempat
upacara srada. Rancamaya dengan bukit
Badigul rusak dan perlahan menghilang
pada awal 90-an (Djasepudin, 2011). Pada
1982 terjadi kontroversi di kalangan
masyarakat Bogor mengenai situs Bukit
Badigul, pertama seiring dengan adanya
pembangunan di kawasan tersebut, dan
yang kedua ditengarai bahwa Bukit
Badigul sudah mengalami perubahan besar
dari wujud aslinya dahulu, dan struktur
batu yang ada merupakan 'bangunan
artifisial' (Wibisono et al., 1992: 1).

Gambar 7. Keletakan Talaga Rena Mahawijaya


dengan Kota Pakwan Pajajaran
Gambar 5. Bukit Badigul pada 1973 Sumber: Dokumentasi Penulis, Maret 2018.
Sumber: Soelaeman (2003). Diolah dari Citra Satelit Google 2015.

3. Talaga Rena Mahawijaya sebagai


wujud sikap Sadar Bencana
Pembangunan yang tidak sinergi
dengan lingkungan alam karena kebutuhan
manusia merupakan salah satu penyebab
terjadinya bencana banjir, dan sebagai
faktor utama adalah alih fungsi lahan yang
Gambar 6. Bukit Badigul pada 2013 sangat drastis. Selain merupakan
Sumber: Dokumentasi Penulis, Juni 2013. sumberdaya, lingkungan juga berpotensi
besar sebagai bahaya (hazards) (Rosyidie,
Pada masa sekarang lokasi bekas 2013: 241-244). Perubahan kondisi
Talaga Rena Mahawijaya kurang lebih lingkungan dengan perlahan ataupun cepat
berada di Kelurahan Kertamaya, memberi dampak intensitas yang berbeda
Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. terhadap komponen-komponen lain. Alih
Terletak pada 6°39'27" Lintang Selatan fungsi lahan yang berubah secara drastis,
dan 106°49'23" Bujur Timur berpengaruh terhadap sumberdaya air dan
(http://wikimapia.org/), dengan ketinggian tanah itu sendiri. Sikap sadar lingkungan
445 MdPL (https://twcc.fr/). Rekonstruksi dari masyarakat yang sangat kurang,
lokasi Talaga Rena Mahawijaya akan perlahan akan memberikan efek negatif
digambarkan sebagai berikut: dari alam.
428 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 419 - 434

Sikap Sadar lingkungan sejatinya 149-150) menyebutkan bahwa Warugan


telah diajarkan oleh orang-orang sejak Lmah ditulis sekurang-kurangnya sebelum
dahulu, bahwa alam bukan sekadar untuk abad ke-17, berisi tentang 18 pola tanah
lahan eksploitasi, tetapi harus juga dirawat dan wilayah permukiman yang memiliki
dan dimanfaatkan secara bijak. Gunawan pengaruh baik serta berdampak buruk,
(2010: 148) menuliskan sebuah Pikukuh disertai dengan mantra-mantra
masyarakat Kanekes, sebagai pengingat penyuciannya. Pembagian dua kelompok
kepada kita semua: isi naskah adalah sebagai berikut:

Isi Pikukuh: Tabel 1. Pembagian Pola Permukiman menurut


"Gunung teu beunang dilebur Warugan Lmah
Lebak teu beunang diruksak
Larangan teu meunang dirempak Berdasarkan kontur tanah
Buyut teu meunang dirobah 1. Talaga Hangsa (tanah condong ke kiri).
Lojor teu meunang dipotong 2. Banyu Metu (tanah condong ke
Pondok teu meunang disambung belakang).
Nu lain kudu dilainkeun." 3. Purba Tapa (tanah condong ke depan).
4. Ambek Pataka (tanah condong ke
Terjemahan: kanan).
Gunung tidak boleh dikeruk 5. Ngalingga Manik (tanah membentuk
puncak).
Wilayah datar tidak boleh dirusak
6. Singha Purusa (tanah memotong bukit).
Aturan tidak boleh dilanggar 7. Sumara Dadaya (tanah datar).
Pantrangan tidak boleh diubah 8. Jagal Bahu (dua lahan terpisah).
Panjang tidak boleh dipotong 9. Sri Madayung (tanah berada di antara
Pendek tidak boleh disambung dua aliran sungai, yaitu sungai kecil dan
Yang bukan haruslah tidak. besar).
Berdasarkan keadaan wilayah
Letak geografis wilayah Indonesia
yang berada di daerah iklim tropis yang 1. Luak Maturun (bagian tengah wilayah
memiliki dua musim (musim panas dan terdapat lembah).
musim hujan dengan ciri-ciri perubahan 2. Wilayah yang melipat.
3. Tunggang Laya (wilayah permukiman
cuaca, suhu, dan arah angin yang cukup
menghadap laut).
ekstrim), sangat rentan terhadap bencana 4. Mrega Hideung (wilayah permukiman
banjir dan kekeringan (hidro- bekas kuburan).
meteorologis). Banjir yang secara umum 5. Talaga Kahudanan (wilayah
diakibatkan oleh hujan yang tinggi dan permukiman terbelah sungai).
semakin berkurangnya daerah resapan, 6. Wilayah membelakangi bukit.
menyebabkan sungai/saluran drainase 7. Si Bareubeu (wilayah berada di bawah
tidak sanggup lagi menampung volume air aliran sungai).
yang berlebih (BNPB, 2010: 14-16). 8. Kampung dikelilingi rumah.
Jika menilik permasalahan bencana 9. Bekas tempat kotor dikelilingi rumah.
banjir akibat dari alih fungsi lahan yang
Sumber: Gunawan (2010).
berlawanan dengan lingkungan alam,
sesungguhnya masyarakat Sunda pada Mengacu pada pembagian
masa lampau telah mempunyai sebuah klasifikasi lahan dalam Warugan Lmah,
buku panduan tentang pemanfaatan lahan Talaga Rena Mahawijaya berada pada
yaitu Naskah Warugan Lmah, yang posisi Sri Madayung, karena letaknya yang
merupakan aturan dan arahan mengenai berada di antara dua aliran sungai, yaitu
bentuk dan topografi lahan beserta Sungai Cipaku (sungai kecil) dan Sungai
peruntukan fungsinya. Gunawan (2010: Cisadane (sungai besar). Lalu terletak pada
Sang Hyang Talaga Rena Mahawijaya....(Budimansyah, Kunto Sofianto, Reiza D. Dienaputra) 429

posisi Luak Maturun, karena fisik lahannya


yang berupa lembah, sesuai dengan apa
yang dikatakan oleh Soelaeman (2003: 60)
bahwa kawasan Rancamaya merupakan
lahan basah yang landai (rawa).
Sri Madayung memiliki arti 'wanita
yang mendayung', dan Luak Maturun
berarti 'lahan yang berceruk' atau lembah.
Penamaan tersebut merupakan metafora
yang disesuaikan dengan keadaan/kondisi
fisik lahan atau wilayah permukiman, yang
berkaitan dengan jenis topografi yang
memberi pertanda baik atau pengaruh Gambar 8. Keletakan Talaga Rena Mahawijaya
buruk bagi penggunanya (Gunawan, 2010: dengan Dataran Tinggi sekitarnya
156). Sumber: Dokumentasi Penulis, Maret 2018.
Pembagian klasifikasi dan fungsi Diolah dari Citra Satelit Google 2015.
lahan dalam Naskah Warugan Lmah
sampai saat ini masih dipertahankan oleh Dengan melihat peta keletakannya
masyarakat adat Sunda, sebagai hukum (Gambar 8), posisi Talaga Rena
yang mengatur agar manusia Mahawijaya dikelilingi oleh gunung dan
memperlakukan alam dengan bijak dan dataran tinggi. Pada bagian Barat Daya
mengolahnya secara tepat, seperti bunyi terletak Gunung Salak, lalu di bagian
petuah berikut: Tenggara terletak Gunung Pangrango, dan
di sebelah Timur Laut terdapat dataran
Isi Petuah: tinggi Cibadak. Ketiga sisi tersebut
Ieu hukum adat menjadi hulu dari beberapa sungai yang
nyaeta hukum kami. mengalir melewati kawasan Rancamaya
Hukum kami nyaeta: yaitu, Sungai Cisadane, Sungai Cipake,
Gunung kayuan, Sungai Ciliwung, dan anak-anak sungai
lamping awian, lainnya. Fisik topografi tersebut yang
lebak sawahan, membuat daerah Rancamaya sebagai rawa.
legok balongan, Pengelolaan dan pemanfaatan
jeung datar imahan. daerah aliran sungai harus dilakukan
dengan pendekatan yang terpadu, yang
Terjemahan: mensinergikan pengelolaan/pemanfaatan
Ini tentang hukum adat lahan di kawasan dataran tinggi dengan
yaitu hukum kami. perencanaan pemanfaatan tata guna lahan
Hukum kami adalah: yang 'ekologis', dengan penerapan ilmu
Tanami gunung dengan pohon, rekayasa, dan pertimbangan aliran air yang
tanami tebing dengan bambu, mengikuti lereng dari dataran tinggi ke
tanah yang landai tanami dengan padi, dataran rendah. Proses yang terpadu
tanah yang berceruk jadikan kolam, tersebut adalah sebagai langkah yang tepat,
dan tanah yang datar difungsikan untuk karena menempatkan lingkungan alam
membangun rumah. sebagai subjek, karena bagaimanapun
kekuatan alam sampai kapanpun tidak
akan bisa dilawan (BNPB, 2010: 13-18).
Pengelolaan bencana juga sangat
penting untuk dilakukan secara bersama
dengan pengelolaan dan pemanfaatan
lingkungan alam. Pengelolaan bencana
430 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 419 - 434

merupakan metode yang dipakai dalam komponen yang bisa meningkatkan


mencari dan menentukan sistem serta kapasitas masyarakat dalam menghadapi
analisis yang akan digunakan, agar tercapai banjir, di inisiasi oleh WCD 2000 sebagai
strategi penanganan yang baik (measures), pendekatan pengelolaan banjir terpadu
terkait tindakan pencegahan (preventive), (BNPB, 2010: 19-21).
pengurangan (mitigation), persiapan Sribaduga membuat Talaga Rena
(preparation), respon darurat (emergency Mahawijaya pada abad ke-16, jika dilihat
response), dan pemulihan (rehabilitation) dari banyak perspektif ternyata tidak hanya
(Sukawi, 2008: 2). Hal ini sesuai dengan ditujukan sebagai fungsi keagamaan,
isi bab VI, bagian A, poin 1 dan 2, namun banyak fungsi lain yang
Peraturan Kepala Badan Nasional memberikan manfaat bagi masyarakat.
Penanggulangan Bencana, Nomor 4, Sebagai pemegang kekuasaan dan
Tahun 2008, Tentang Pedoman kebijakan, Sribaduga Maharaja memiliki
Penyusunan Rencana Penanggulangan visi yang sangat jauh, serta bisa berpikir
Bencana, yaitu: 1) Situasi tidak ada potensi secara komprehensif, yang pada akhirnya
bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang menghasilkan konsep dan teknis
berdasarkan analisis kerawanan bencana penanganan bencana secara enjiniring
pada periode waktu tertentu tidak yang berangkat dari kaidah-kaidah ekologi,
menghadapi ancaman bencana yang nyata. yang disinergikan dengan teknologi sangat
Penyelenggaraan penanggulangan bencana sederhana.
dalam situasi tidak terjadi bencana
meliputi: perencanaan penanggulangan D. PENUTUP
bencana, pengurangan risiko bencana, Berdasarkan uraian di atas dapat
pencegahan, pemanduan dalam disimpulkan bahwa Talaga Rena
perencanaan pembangunan, persyaratan Mahawijaya merupakan sebuah mahakarya
analisis risiko bencana, pelaksanaan dan yang pernah dibuat oleh salah seorang Raja
penegakan rencana tata ruang, pendidikan Sunda. Sribaduga Maharaja bisa berpikir
dan pelatihan, dan persyaratan standar secara holistik untuk menghasilkan sebuah
teknis penanggulangan bencana. 2) Situasi solusi terhadap salah satu permasalahan
Terdapat Potensi Bencana perlu adanya yang terjadi di dalam wilayah
kegiatan-kegiatan kesiapsiagaan, kekuasaannya. Talaga Rena Mahawijaya
peringatan dini dan mitigasi bencana yang sampai saat ini dipercaya sebagai
dalam penanggulangan bencana, terdiri tempat ritual keagamaan hanyalah
dari: kesiapsiagaan, peringatan dini, dan sebagian kecil dari keseluruhan fungsi
mitigasi bencana (BNPB, 2008: 19). yang dibayangkan dan menjadi harapan
Sampai pertengahan abad ke-20, oleh arsiteknya. Dari perspektif ilmu
dam, tanggul, selokan, dsb. dibangun rekayasa (teknik lingkungan, arsitektur
dengan tujuan untuk 'pengendalian banjir,' lansekap, dan teknik sipil pengairan),
bangunan-bangunan tersebut biasanya danau buatan (embung/waduk) ini bisa
dibangun dengan cara mengeruk, menjadi area tangkapan limpasan air demi
meluruskan, dan memperdalam saluran. meredam bencana banjir, bahkan sebagai
Menurut data dari World Commision on cadangan air ketika musim kemarau,
Dams - WCD 2000, dam berukuran besar sebagai area rekreasi alam, dan fungsi
sekitar 13 persen (lebih dari 3.000 unit di lainnya sesuai dengan perspektif apa yang
seluruh dunia), berfungsi khusus sebagai kita pakai untuk melihatnya.
lokasi mitigasi banjir. Tujuan utama Apa yang telah dilakukan oleh
pembuatan dam adalah sebagai pendekatan Sribaduga sangat penting untuk
pengelolaan banjir yang berperan sebagai direnungkan terutama oleh para pemegang
area tangkapan limpasan air. Komponen kekuasaan dan pembuat kebijakan. Karena
untuk isolasi ancaman bencana banjir, dan bagi para pemimpin penting untuk berpikir
Sang Hyang Talaga Rena Mahawijaya....(Budimansyah, Kunto Sofianto, Reiza D. Dienaputra) 431

secara luas dan out of the box serta belajar waktu untuk berdiskusi mulai dari wacana
dari sejarah para pemimpin di masa lalu. awal sampai tulisan ini jadi. Dari hasil
Sebuah peristiwa sejarah tidak akan diskusi-diskusi tentang arkeologi, penulis
mempunyai nilai jika hanya dijadikan mendapatkan pemahaman baru yang
sebagai sebuah romantisme, namun akan sangat berharga. Terimakasih tak terhingga
memberi suatu nilai jika peristiwa di juga penulis haturkan untuk Dr.
analisis secara konstruktif. Sejarah telah Miftahulfalah, M. Hum., dan Anggi
mencatat bagaimana para pemimpin di Agustian, M. Hum., yang tanpa lelah terus
masa lalu membuat sesuatu yang bisa memberikan sumber-sumber yang sangat
memberi manfaat besar terhadap berharga bagi tulisan ini. Selain itu, penulis
rakyatnya. Apa yang telah dibuat oleh juga menghaturkan terima kasih kepada
Sribaduga dilakukan pula oleh raja-raja para penulis dan peneliti sebelumnya yang
lainnya di masa lalu, mereka telah berhasil tidak bisa disebutkan satu per satu. Melalui
membuat karya yang berangkat dari tulisan dan hasil penelitian mereka, tulisan
penghormatan terhadap alam. Itulah yang ini hadir untuk sedikit melengkapi.
membuat para sosok di masa lalu yang Terakhir penulis haturkan terima kasih
mempunyai nilai lebih. kepada para reviewer Jurnal Patanjala yang
Kini Talaga Rena Mahawijaya telah mengkritisi tulisan ini sehingga
sudah tak lagi ada, kita hanya bisa menjadi lebih baik lagi.
mengetahuinya dari catatan-catatan sejarah
yang tidak ada bukti fisik sebagai penguat
DAFTAR SUMBER
eksistensinya di masa lampau. Peristiwa
1. Jurnal Ilmiah, Makalah Seminar dan
yang menyebabkan mahakarya Sribaduga
Laporan Penelitian
ini menjadi hilang, tidak perlu dijadikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana
sebagai suatu polemik, akan sangat (BNPB). 2013. Info Bencana, Edisi
bijaksana apabila kita jadikan media Desember 2013.
introspeksi, agar peristiwa yang sama tidak
Darsa, Undang Ahmad et al. Desember 2000.
lagi akan terulang pada masa sekarang.
"Tinjauan Filologis terhadap Fragmen
Semoga tulisan ini bisa menjadi awal bagi Carita Parahyangan: Naskah Sunda
pemikiran-pemikiran yang baru dalam Kuno Abad XVI Tentang Gambaran
melihat sebuah peristiwa sejarah. Sistem Pemerintahan Masyarakat
Sunda". Jurnal Sosiohumaniora, Vol. 2
UCAPAN TERIMA KASIH No. 3. Universitas Padjadjaran.
Tulisan sederhana ini tidak akan
Dhona, Holy R. Oktober 2016. "Wilayah
mungkin bisa terwujud tanpa ridho Allah Sunda dalam Surat Kabar Sunda Era
Swt. Selain itu, tanpa bantuan dari Kolonial". Jurnal Komunikasi, Vol. 11
berbagai pihak, penulis menyadari tidak No. 1. Fakultas Ilmu Komunikasi,
mungkin tulisan ini dapat diselesaikan. Universitas Islam Indonesia,
Penulis mengucapkan banyak terima kasih Yogyakarta.
kepada Prof. Nina H. Lubis dan Dr. Haryani, Nanik Suryo et al. Juni 2012. "Model
Undang A. Darsa atas beberapa diskusi Bahaya Banjir Menggunakan Data
mengenai tata ruang dari perspektif sejarah Penginderaan Jauh di Kabupaten
serta interpretasi naskah. Kemudian secara Sampang (Flood Hazard Model Using
khusus kepada Alm. Ambu Dian, Remote Sensing Data in Sampang
terimakasih telah mengingatkan untuk District)". Jurnal Penginderaan Jauh,
selalu terus mencari apa yang telah para Vol. 9, No. 1. Pusat Pemanfaatan
Karuhun wariskan. Lalu kepada Dr. Etty Penginderaan Jauh, Lembaga
Saringendyanti, M. Hum. dan Drs. Wan Pengembangan Antariksa Nasional.
Irama, penulis juga haturkan terima kasih Inagurasi, Libra Hari. Mei 2014. "Bangunan-
yang sangat besar karena telah meluangkan bangunan Air Masa Hindia Belanda di
Wilayah Karawang: dalam Konteks
432 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 419 - 434

Pertanian Padi". Jurnal Naditira Widya, Penelitian Arkeologi Nasional,


Vol. 8 No. 1. Balai Arkeologi Provinsi Departemen Pendidikan Dan
Kalimantan Selatan, Kementerian Kebudayaan.
Pendidikan dan Kebudayaan.
Wibisono, Sonny C. Juni 2013. "Irigasi
Niemeijer, Hendrik E. 2015. Beberapa Catatan Tirtayasa: Teknik Pengelolaan Air
untuk Rujukan ke Padjajaran di Arsip Kesultanan Banten pada Abad ke-17
VOC yang Disimpan di ANRI, disajikan M". Jurnal Amerta, Vol. 31 No. 1. Pusat
pada Focus Group Discussion (FGD) 29 Arkeologi Nasional, Kementerian
September 2015, Rekonstruksi Situs Pendidikan dan Kebudayaan.
Astana Gede Kawali dengan Pendekaten
Sejarah, Arkeologi, Filologi, dan 2. Buku
Antropologi. Bandung: FIB, Universitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Padjadjaran. (BPBD) Provinsi Daerah Khusus
Polie, Reynaldo Jeffry et al. Desember 2014. Ibukota Jakarta. 2015. Rencana
"Kajian Sistem Manajemen Kontinjensi Bencana Banjir Tingkat
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015.
dalam Upaya Pelestarian Sumber Daya Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Air (Studi Kasus: DAS Bone Provinsi (BNPB). 2008. Peraturan Kepala Badan
Gorontalo)". Jurnal Teknik Pengairan, Nasional Penaggulangan Bencana,
Vol. 5 No. 2. Jurusan Teknik Nomor 4, Tahun 2008, Tentang
Pengairan, Universitas Brawijaya, Pedoman Penyusunan Rencana
Malang. Penanggulangan Bencana.
Radityo, Tithan et al. Februari 2018. ________. 2010. Rencana Nasional
"Penelusuran Banjir pada Embung Penanggulangan Bencana 2010-2014.
Lambadeuk Kabupaten Aceh Besar".
Jurnal Teknik Sipil, Vol. 1 Special Bagus, Lorens. 2002.
Issue, No. 4. Jurusan Teknik Sipil, Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Pustaka.

Rosyidie, Arief. Desember 2013. "Banjir: Fakta Darsa, Undang A. 2011. "Nyukcruk Galur
dan Dampaknya, Serta Pengaruh dari Mapay Laratan, Pucuk Ligar di Dayeuh
Perubahan Guna Lahan". Jurnal Galuh Pakuan", dalam Sundalana 10.
Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 24 Bandung: Pusat Studi Sunda.
No. 3. SAPPK, Institut Teknologi Mees, W. Fruin. 1922.
Bandung. Geschiedenis van Java. Batavia:
Uitgave van De Commissie Voor De
Sallata, M. Kudeng. Juli 2015. "Konservasi dan Volkslectuur Weltevreden.
Pengelolaan Sumber Daya Air
Berdasarkan Keberadaannya sebagai Garraghan, Gilbert J. 1947.
Sumber Daya Alam". Jurnal Eboni, Vol. A Guide to Historical Method. New
12 No.1. Balai Penelitian Kehutanan York: Fordham University Press.
Provinsi Sulawesi Selatan. Gottschalk, Louis. 2006.
Mengerti Sejarah. Terj. Nugroho
Sukawi. Oktober 2008. Menuju Kota Notosusanto. Jakarta: UI Press.
Tanggap Bencana (Penataan
Lingkungan Permukiman untuk Gunawan, Aditia. 2010. "Warugan Lmah, Pola
Mengurangi Resiko Bencana). Permukiman Sunda Kuna", dalam
Disampaikan pada Kegiatan Seminar Sundalana 9. Bandung: Pusat Studi
Sunda.
Nasional Eco Urban Desain, 23
Oktober 2008, SAPPK, Institut Heryanto, Bambang. 2011.
Teknologi Bandung. Roh dan Citra Kota - Peran
Perancangan Kota sebagai Kebijakan
Wibisono, Sonny Chr. et al. 1992. Laporan
Publik. Surabaya: Brilian Internasional.
Penelitian Arkeologi Bukit Badigul,
Rancamaya, Kabupaten Bogor. Pusat
Sang Hyang Talaga Rena Mahawijaya....(Budimansyah, Kunto Sofianto, Reiza D. Dienaputra) 433

Jha, Abhas K. et al. 2012. 3. Koran


Kota dan Banjir-Panduan Pengelolaan Djasepudin.
Terintegrasi untuk Risiko Banjir “Identitas Sunda kian Tergerus”. Media
Perkotaan di Abad 21. Washington DC: Indonesia. 26 Maret 2011.
International Bank for Reconstruction
and Development (IBRD). 4. Internet
Kartodirdjo, Sartono. 1992. Herdiana, Iman. “Jokowi-Heryawan Bakal
Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Bangun Bendungan di Ciawi”, diakses
Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia dari https://metro.sindonews.com/. 31
Pustaka Utama. Oktober 2012 - 20:50 WIB.
Koentjaraningrat et al. 1984. Febrianto, Heru. “Jakarta banjir, PU genjot
Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: pembangunan Waduk Ciawi”, diakses
Pusat Pembinaan Dan Pengembangan dari https://metro.sindonews.com/. 10
Bahasa Departemen Pendidikan Dan Januari 2013 - 01:15 WIB.
Kebudayaan. Suhendra, Zulfi. “Jokowi Minta Bendungan
Kuntowijoyo. 1995. Ciawi-Sukamahi Kelar 2019”, diakses
Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: dari https://finance.detik.com/. 17
Bentang. Desember 2017, 09:30 WIB.
Lubis, Nina H. et al. 2000. http://collectie.tropenmuseum.nl/Defau
Sejarah Kota-kota Lama di Jawa Barat. lt.aspx Diunduh Tanggal 3
Bandung: Dinas Pariwisata Dan Februari 2018 Pukul 05.03
Kebudayaan Provinsi Jawa Barat - WIB.
Yayasan Masyarakat Sejarawan http://wikimapia.org/#lang=en&lat=-
Indonesia Cabang Jawa Barat. 6.661965&lon=106.835775&z=
14&m=b&show=/2014888/Ran
________. 2013. camaya-Golf-Country-Club
Sejarah Kerajaan Sunda. Bandung: Diunduh Tanggal 5 April 2018
YMSI Cabang Jawa Barat Bekerjasama Pukul 20.17 WIB.
dengan MGMP IPS SMP Kabupaten https://twcc.fr/# Diakses Tanggal 5 April 2018
Purwakarta.
Pukul 20.35
Qodratillah, Meity Taqdir et al. 2008. Kamus
Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional.
Soefaat et al. 1997.
Kamus Tata Ruang Edisi 1. Jakarta:
Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Departemen Pekerjaan Umum dan
Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia.
Soelaeman, Eman. 2003.
Kumpulan Asal Mula Nama Tempat
(Toponimi) Kota Bogor, Kabupaten
Bogor, Dan Kota Depok. Bogor:
Yayasan Hanjuang Bodas.
434 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 419 - 434

Anda mungkin juga menyukai