Talaga Rena
Talaga Rena
Dienaputra) 419
Naskah Diterima: 12 Juli 2018 Naskah Direvisi: 3 Oktober 2018 Naskah Disetujui: 8 November 2018
Abstrak
Talaga Rena Mahawijaya dan Bukit Badigul yang dibangun oleh Sribaduga Maharaja
pada abad ke-16, merupakan danau buatan yang diperuntukkan sebagai tempat upacara srada.
Namun jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, danau buatan ini memiliki banyak fungsi
yang dampak positifnya sangat besar terhadap kesejahteraan masyarakat. Untuk meneliti dan
mengkaji permasalahan ini harus ditinjau secara mendalam dan memerlukan analisis yang kuat,
maka metode sejarah yang terdiri atas heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi akan
digunakan oleh penulis. Selain metode sejarah, teori-teori dan konsep ilmu-ilmu keteknikan akan
digunakan pula sebagai pisau analisis, agar menghasilkan simpulan yang cukup kuat dan
mendalam. Penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, Talaga Rena Mahawijaya mempunyai
fungsi utama sebagai area tangkapan air, yang kita kenal sebagai waduk atau embung, yaitu
sebuah danau yang sengaja dibuat untuk memecah volume aliran air yang sangat besar, juga
berfungsi sebagai cadangan air ketika musim kemarau. Simpulannya, Sribaduga Maharaja
membuat Talaga Rena Mahawijaya untuk fungsi water catchment, water treatment, dan water
supply.
Kata kunci: Pajajaran, Rancamaya, banjir, konservasi alam.
Abstract
Talaga Rena Mahawijaya and Bukit Badigul built by Sribaduga Maharaja in the 16th
century, are artificial lakes designated as srada ceremonies. But when viewed from a different
perspective, this artificial lake has many functions that have a very large positive impact on
people's welfare. To investigate and examine these problems, the in depth and strong analysis is
required. Thus, the historical method consisting of heuristics, criticism, interpretation and
historiography are used by the author. In addition to historical methods, theories and concepts of
engineering sciences are also used as analytical tools in order to produce the strong and deep
conclusions. From this research, Talaga Rena Mahawijaya has a main function as a water
catchment area, known as a reservoir or embung. It is a lake intentionally made to break down a
very large volume of water, also serves as a water reserve during the dry season. In conclusion,
Sribaduga Maharaja made Talaga Rena Mahawijaya as the water catchment, water treatment,
and water supply.
Keywords: Pajajaran, Rancamaya, flood, nature conservation.
420 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 419 - 434
dengan Ahmad Heryawan selaku Gubernur sejarah), maka kita akan menemukan
Jabar. Agenda yang dibicarakan dalam peristiwa-peristiwa di masa lampau
pertemuan tersebut adalah tentang rencana menyangkut penanganan bencana banjir.
pembangunan waduk di daerah Ciawi dan Poesponegoro dalam Wibisono (2013: 54)
Sukamahi-Bogor, sebagai salah satu menulis bahwa, isi Prasasti Tugu dari masa
penanganan masalah banjir di Jakarta Tarumanagara sekitar abad ke-6 M adalah
(Herdiana, 2012). Hal tersebut diperkuat kisah tentang Purnawarman yang membuat
oleh keterangan dari Menteri Pekerjaan Candrabagha (Sungai Gomati), yaitu
Umum Dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebuah saluran (kanal) yang menuju ke laut
Djoko Kirmanto. Menurut penuturannya sebagai pengalihan banjir.
Kementerian PUPR memprioritaskan Selanjutnya Lubis et al., (2013: 20-
pembangunan Waduk Ciawi, Jawa Barat. 21) mengatakan di dalam bukunya bahwa,
Penyusunan detail engineering design Prasasti Batutulis merupakan sebuah
(DED) akan segera dimulai sebagai bentuk Sakakala (tanda peringatan) yang dibuat
percepatan pembangunan waduk ini. oleh Prabu Surawisesa sebagai
Sebagai salah satu upaya untuk penghormatan 12 tahun meninggalnya Sri
mengurangi banjir di Jakarta, Waduk Baduga Maharaja (ayah dari Prabu
Ciawi ini diharapkan bisa mengurangi Surawisesa). Prasasti Batutulis dibuat pada
debit air di Kali Ciliwung, sehingga bisa 1521 M. Terjemahan isi prasasti tersebut
mengatasi banjir (Febrianto, 2013). sebagai berikut:
Membedakan antara 'probabilitas1
kejadian' karena cuaca dengan 'kejadian "Semoga selamat. Inilah tanda
banjir' sangat penting untuk dilakukan. peringatan (untuk) Prebu Ratu yang
Penyebab utama banjir adalah kejadian- telah mangkat. Dinobatkan beliau
kejadian cuaca yang seringkali susah untuk dengan nama Prebu Guru
diprediksi, prediksi ancaman bencana Dewataprana. Dinobatkan (lagi) beliau
banjir biasanya berupa perhitungan dengan nama Sri Baduga Maharaja
probabilitas yang memakai data historis Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri
dari daerah terkait yang sedang diamati. Sang Ratu Dewata. Beliaulah yang
Rekaman data bencana banjir biasa dipakai membuat parit (pertahanan) Pakuan.
sebagai bahan analisis untuk penanganan Beliau putra Rahyang Dewa Niskala
bencana, namun hal tersebut tergantung yang mendiang di Guna Tiga, cucu
juga kepada ketersediaan dan kualitas data Rahyang Niskala Wastukancana yang
(Jha et al., 2012: 24). mendiang di Nusa Larang.
Embung (waduk) dan saluran buatan Beliaulahlah yang membuat tanda
(kanal) sebagai salah satu upaya untuk peringatan (berupa) gunung-gunungan,
menangani bencana banjir bukanlah suatu memperkeras jalan, membuat samida,
wacana baru. Jika kita mau berpikir secara membuat Sang Hyang Talaga Rena
kritis dan memakai perspektif lain (ilmu Mahawijaya. Beliaulah itu. Pada tahun
tata kota dan hidrologi, tidak hanya ilmu Saka panca pandawa ngemban bhumi
(1455)."
1
Probabilitas, Inggris: probability, probable;
Latin: probabilis (mungkin), probabre
(membuktikan, menyatakan). Adalah: 1)
Determinasi harapan secara rasional akan
terjadinya suatu peristiwa; 2) Kesempatan,
peluang; 3) Teori kalkulus tentang peluang,
seperti: pengukuran kemungkinan terjadinya
peristiwa tertentu dengan menentukan
frekuensinya; 4) Kementakan (Bagus, 2002:
903).
422 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 419 - 434
sebagai ibu kota (Lubis et al., 2000: 1). serta siklus alami, sangat berpengaruh pada
Heryanto (2001: 20) mengatakan, sebuah ketersediaan sumber daya alam. Ekosistem
kota mempunyai 5 ciri unsur dasar di bagian hulu akan terkait dengan
pembentuknya, yaitu: bentuk bangunan, ekosistem di bagian hilir, yang secara
pola jalan, tata guna tanah, ruang terbuka otomatis akan memengaruhi kuantitas dan
dan garis langit. kualitas sumber daya air.
Ruang dan wilayah diciptakan
melalui suatu proses yang merupakan C. HASIL DAN BAHASAN
sebuah produk historis. Wilayah dibentuk 1. Tata Ruang Pakwan Pajajaran
oleh wacana-wacana sebagai entitas yang Pakwan Pajajaran (sekarang pusat
dinamis dan sangat subjektif. Dalam arti Kota Bogor, mulai dari Lawang Gintung
yang paling luas wilayah di pahami sampai Lawang Saketeng) merupakan
sebagai state (negara/kerajaan), dan ibukota Kerajaan Sunda yang didirikan
mempunyai relasi antara subjek (individual oleh Prabu Trarusbawa. Rekaman kondisi
atau kolektif), mediator (wilayah abstrak Kota Pakwan Pajajaran pada saat itu bisa
atau wilayah konkret) dan objek tergambar dari Naskah Bujangga Manik
(exteriority –realitas fisik konkret di luar (Lubis et al., 2013: 139-142). Pada masa
subjek– atau alterity –kemampuan sebelum Sri Baduga Maharaja, dalam
individual untuk mengubah perannya atau Naskah Fragmen Carita Parahyangan
memproyeksikan dirinya ke dalam peran diceritakan adanya Panca Prasadha (lima
lain) (Dhona, 2016: 2). kompleks keraton) di Pakwan Pajajaran,
Air merupakan sumber daya alam yaitu: "Sri Bima Punta Narayana Madura
tak hidup (abiotik) tetapi bisa diperbarui Suradipati" yang dibangun dan diperindah
(renewable resources), adalah salah satu oleh Maharaja Trarusbawa (Darsa et al.,
sumber alam paling penting bagi makhluk 2000: 59-60).
hidup, upaya konservasi sangat diperlukan Pada saat Sri Baduga Maharaja
melalui sistem pengelolaan yang efektif berkuasa (1482-1521 Masehi), dilakukan
dan efisien sehingga terjadi rekonstruksi tata kota di Pakwan Pajajaran
kemanfaatannya secara berkelanjutan. dengan membuat parit untuk memperkuat
Pemeliharaan, rehabilitasi, dan keamanan, hal ini dilakukan karena tempat
pemanfaatan sumber daya air harus ini dijadikan sebagai pusat politik untuk
dilakukan secara efektif dan efisien seluruh Tatar Sunda, yang awalnya berada
sebagai bagian dari konservasi alam. di kompleks Keraton Surawisesa (Galuh
Siklus hidrologi (hydrologic cycle) sangat Pakwan) (Lubis et al., 2013: 144).
bergantung pada matahari, dengan proses Kota Pakwan Pajajaran selain dari
yang sangat sederhana. Air yang jatuh ke prasasti dan naskah, terdapat di dalam
bumi (hujan) relatif selalu konstan jika laporan para penjelajah VOC, yaitu Scipio
ditinjau dari segi jumlahnya (1687), Adolf Winkler (1690), dan
(volume/kuantitas), namun yang berubah Abraham van Rieebeck (1703, 1704, dan
adalah distribusinya (pola penyebaran) 1709). Niemeijer (2015: 5-6) menulis
yang dipengaruhi oleh kondisi waktu dan bahwa, pada 21 Juli 1687 Scipio memulai
tempat (Sallata, 2015: 76-79). ekspedisi dari Batavia dengan melewati
Polie et al., (2014: 190) mengatakan Cijantung dan Pasar Baru. Setelah
bahwa, kebijakan yang dirumuskan dengan beberapa bulan, sampailah pada sebuah
baik akan mendukung konsep pengelolaan tempat yang diperkirakan sebagai
daerah aliran sungai, yang akan “Benteng Padjajaran” pada 1 September,
menghasilkan sistem pengelolaan lahan dia membuat deskripsi tentang reruntuhan
yang kondusif sebagai pencegahan kota Pakwan Pajajaran sebagai berikut:
degradasi tanah dan air. Aspek geografis,
ekosistem, pemanfaat, dan aspek waktu
Sang Hyang Talaga Rena Mahawijaya....(Budimansyah, Kunto Sofianto, Reiza D. Dienaputra) 425
5
Vadem berarti satuan ukuran panjang (dipakai Gambar 2. Peta Situasi Pakwan Pajajaran pada
di Inggris) yang hingga kini masih digunakan 1922
dalam pelayaran untuk menunjukkan Sumber: Mees (1922).
kedalaman laut pada jalur pelayaran, yang Selanjutnya pada 2013 tim peneliti
sama dengan 1,698 m (Belanda) dan 1,829 m Sejarah Kerajaan Sunda menerbitkan buku
(Inggris). Vadem berarti jarak antara kedua
dengan judul yang sama. Buku ini
ujung jari tengah jika tangan kiri dan kanan
dibentangkan; depa. Satu vadem (Inggris: menampilkan peta rekonstruksi Kota
fathom) adalah sepanjang enam kaki atau 1,8 Pakwan Pajajaran, dengan disertai
meter (https://www.apaarti.com/). penjelasan yang menghasilkan temuan
426 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 419 - 434
baru. Lubis et al., (2013: 148-149) di dan Prasasti Batutulis menceritakan bahwa
dalam bukunya menjelaskan bahwa: Sri Baduga memperbaiki kota dan
"Komplek Panca Prasadha terbagi menjadi memperkokoh pertahanan dengan
dua zona, yaitu Dalem Kitha (Keraton membuat parit, serta membangun sebuah
Dalam) dan Jawi Kitha (Keraton Luar), telaga yang disebut Talaga Rena
dibatasi oleh Jalan Pahlawan yang tembus Mahawijaya atau Sanghiyang Rancamaya,
ke Jalan Siliwangi setelah berbelok di lengkap dengan sebuah pulau di tengah
Jalan Batutulis. Bentuk tapak kompleks ini danau yang bernama Bukit Badigul (Darsa,
diagonal, melintang dengan sumbu 2011: 91; Lubis et al., 2013: 166).
tenggara-barat laut, dengan batas
terluarnya, yaitu dari Jalan Siliwangi yang
menerus dengan Jalan Suryakancana,
kemudian belok di Jalan Ir. H. Djuanda
menerus sampai Jalan Empang, kemudian
berbelok lagi mengikuti sepanjang jalur
kereta api sampai Sungai Cipaku, lalu
berbelok sepanjang batas lahan Yon Zipur
dan bertemu kembali dengan Jalan
Siliwangi."
secara luas dan out of the box serta belajar waktu untuk berdiskusi mulai dari wacana
dari sejarah para pemimpin di masa lalu. awal sampai tulisan ini jadi. Dari hasil
Sebuah peristiwa sejarah tidak akan diskusi-diskusi tentang arkeologi, penulis
mempunyai nilai jika hanya dijadikan mendapatkan pemahaman baru yang
sebagai sebuah romantisme, namun akan sangat berharga. Terimakasih tak terhingga
memberi suatu nilai jika peristiwa di juga penulis haturkan untuk Dr.
analisis secara konstruktif. Sejarah telah Miftahulfalah, M. Hum., dan Anggi
mencatat bagaimana para pemimpin di Agustian, M. Hum., yang tanpa lelah terus
masa lalu membuat sesuatu yang bisa memberikan sumber-sumber yang sangat
memberi manfaat besar terhadap berharga bagi tulisan ini. Selain itu, penulis
rakyatnya. Apa yang telah dibuat oleh juga menghaturkan terima kasih kepada
Sribaduga dilakukan pula oleh raja-raja para penulis dan peneliti sebelumnya yang
lainnya di masa lalu, mereka telah berhasil tidak bisa disebutkan satu per satu. Melalui
membuat karya yang berangkat dari tulisan dan hasil penelitian mereka, tulisan
penghormatan terhadap alam. Itulah yang ini hadir untuk sedikit melengkapi.
membuat para sosok di masa lalu yang Terakhir penulis haturkan terima kasih
mempunyai nilai lebih. kepada para reviewer Jurnal Patanjala yang
Kini Talaga Rena Mahawijaya telah mengkritisi tulisan ini sehingga
sudah tak lagi ada, kita hanya bisa menjadi lebih baik lagi.
mengetahuinya dari catatan-catatan sejarah
yang tidak ada bukti fisik sebagai penguat
DAFTAR SUMBER
eksistensinya di masa lampau. Peristiwa
1. Jurnal Ilmiah, Makalah Seminar dan
yang menyebabkan mahakarya Sribaduga
Laporan Penelitian
ini menjadi hilang, tidak perlu dijadikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana
sebagai suatu polemik, akan sangat (BNPB). 2013. Info Bencana, Edisi
bijaksana apabila kita jadikan media Desember 2013.
introspeksi, agar peristiwa yang sama tidak
Darsa, Undang Ahmad et al. Desember 2000.
lagi akan terulang pada masa sekarang.
"Tinjauan Filologis terhadap Fragmen
Semoga tulisan ini bisa menjadi awal bagi Carita Parahyangan: Naskah Sunda
pemikiran-pemikiran yang baru dalam Kuno Abad XVI Tentang Gambaran
melihat sebuah peristiwa sejarah. Sistem Pemerintahan Masyarakat
Sunda". Jurnal Sosiohumaniora, Vol. 2
UCAPAN TERIMA KASIH No. 3. Universitas Padjadjaran.
Tulisan sederhana ini tidak akan
Dhona, Holy R. Oktober 2016. "Wilayah
mungkin bisa terwujud tanpa ridho Allah Sunda dalam Surat Kabar Sunda Era
Swt. Selain itu, tanpa bantuan dari Kolonial". Jurnal Komunikasi, Vol. 11
berbagai pihak, penulis menyadari tidak No. 1. Fakultas Ilmu Komunikasi,
mungkin tulisan ini dapat diselesaikan. Universitas Islam Indonesia,
Penulis mengucapkan banyak terima kasih Yogyakarta.
kepada Prof. Nina H. Lubis dan Dr. Haryani, Nanik Suryo et al. Juni 2012. "Model
Undang A. Darsa atas beberapa diskusi Bahaya Banjir Menggunakan Data
mengenai tata ruang dari perspektif sejarah Penginderaan Jauh di Kabupaten
serta interpretasi naskah. Kemudian secara Sampang (Flood Hazard Model Using
khusus kepada Alm. Ambu Dian, Remote Sensing Data in Sampang
terimakasih telah mengingatkan untuk District)". Jurnal Penginderaan Jauh,
selalu terus mencari apa yang telah para Vol. 9, No. 1. Pusat Pemanfaatan
Karuhun wariskan. Lalu kepada Dr. Etty Penginderaan Jauh, Lembaga
Saringendyanti, M. Hum. dan Drs. Wan Pengembangan Antariksa Nasional.
Irama, penulis juga haturkan terima kasih Inagurasi, Libra Hari. Mei 2014. "Bangunan-
yang sangat besar karena telah meluangkan bangunan Air Masa Hindia Belanda di
Wilayah Karawang: dalam Konteks
432 Patanjala Vol. 10 No. 3 September 2018: 419 - 434
Rosyidie, Arief. Desember 2013. "Banjir: Fakta Darsa, Undang A. 2011. "Nyukcruk Galur
dan Dampaknya, Serta Pengaruh dari Mapay Laratan, Pucuk Ligar di Dayeuh
Perubahan Guna Lahan". Jurnal Galuh Pakuan", dalam Sundalana 10.
Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 24 Bandung: Pusat Studi Sunda.
No. 3. SAPPK, Institut Teknologi Mees, W. Fruin. 1922.
Bandung. Geschiedenis van Java. Batavia:
Uitgave van De Commissie Voor De
Sallata, M. Kudeng. Juli 2015. "Konservasi dan Volkslectuur Weltevreden.
Pengelolaan Sumber Daya Air
Berdasarkan Keberadaannya sebagai Garraghan, Gilbert J. 1947.
Sumber Daya Alam". Jurnal Eboni, Vol. A Guide to Historical Method. New
12 No.1. Balai Penelitian Kehutanan York: Fordham University Press.
Provinsi Sulawesi Selatan. Gottschalk, Louis. 2006.
Mengerti Sejarah. Terj. Nugroho
Sukawi. Oktober 2008. Menuju Kota Notosusanto. Jakarta: UI Press.
Tanggap Bencana (Penataan
Lingkungan Permukiman untuk Gunawan, Aditia. 2010. "Warugan Lmah, Pola
Mengurangi Resiko Bencana). Permukiman Sunda Kuna", dalam
Disampaikan pada Kegiatan Seminar Sundalana 9. Bandung: Pusat Studi
Sunda.
Nasional Eco Urban Desain, 23
Oktober 2008, SAPPK, Institut Heryanto, Bambang. 2011.
Teknologi Bandung. Roh dan Citra Kota - Peran
Perancangan Kota sebagai Kebijakan
Wibisono, Sonny Chr. et al. 1992. Laporan
Publik. Surabaya: Brilian Internasional.
Penelitian Arkeologi Bukit Badigul,
Rancamaya, Kabupaten Bogor. Pusat
Sang Hyang Talaga Rena Mahawijaya....(Budimansyah, Kunto Sofianto, Reiza D. Dienaputra) 433