Menurut UU No. 17 Tahun 2003, Keuangan Negara adalah semua hak dan
kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu
baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Dan semua proses pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara
tersebut dilakukan dengan cara memahami ilmu yang disebut
perbendaharaan negara.
b. PPK
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang diberi
kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau
melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja Negara.
c. PPSPM
Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) adalah
pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan
pengujian atas permintaan pembayaran dan menerbitkan perintah
pembayaran. Jabatan PPSPM tidak boleh dirangkap oleh Bendahara
dan PPK.
d. Bendahara
Bendahara adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan
uang untuk keperluan Belanja Negara dalam rangka pelaksanaan
APBN pada kantor/Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga
Pemerintah Non kementerian. Bendahara dibagi menjadi dua yaitu,
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran yang memiliki
tugas masing-masing sesuai jenisnya.
Uang Persediaan (UP) dapat diartikan sebagai uang muka kerja yang
diberikan oleh KPPN selaku kuasa BUN di daerah, kepada satuan kerja K/L
melalui bendahara pengeluaran, yang diperuntukkan untuk membiayai
belanja satker dengan nilai sampai dengan Rp 50 juta.
Besaran UP Normal yang diajukan oleh satuan kerja K/L untuk pertama kali
setelah menerima DIPA adalah :
Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa
dibayarkan melalui UP sampai dengan Rp 2.400.000.000 (dua miliar
empat ratus juta rupiah)
Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang
bisa dibayarkan melalui UP diatas Rp 2.400.000.000 (dua miliar empat
ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 6.000.000.000 (enam miliar
rupiah)
Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang
bisa dibayarkan melalui UP diatas Rp 6.000.000.000 (enam miliar
rupiah).
Pada dasarnya UP sebuah satker itu dicairkan melalui KPPN secara bertahap
berdasarkan penghitungan kebutuhan selama satu bulan kedepan. Setiap
bulannya satker bisa mengisi kembali uang persediaan jika sudah terealisasi
minimal 50% setiap bulannya. Proses ini disebut Ganti Uang Persediaan
(GUP).
Secara umum pengujian tagihan juga harus meliputi tiga hal pokok yaitu:
1. Wetmatigheid, Pengujian Terhadap Kesesuaian Tagihan dengan UU
atau pengujian.
2. Rechmatigheid, Pengujian bahwa pihak yang menagih adalah pihak
yang sah menurut UU untuk menerima pembayaran.
3. Doelmatigheid, Pengujian Terhadap Kesesuaian Tagihan dengan
output/materi/hasil atau pengujian.
Berdasarkan UU No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan menjelaskan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan
secaralangsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Setiap satuan kerja memiliki NPWP atau nomor pokok wajib pajak. NPWP
tersebut terdiri dari 15 digit angka yang mana 9 (sembilan) digit pertama
merupakan Kode Wajib Pajak dan 6 (enam) digit berikutnya merupakan Kode
Administrasi Perpajakan.
Pembayaran pajak bisa dilakukan melalui fasilitas pembayaran dari Bank atau
pun melalui kantor pos. Pembayaran Pajak dilakukan setelah pembuatan
kode billing pada website djp online sse.pajak.go.id. Kewajiban akhir dari
pemotong/ pemungut pajak adalah membuat SPT sebagai sarana untuk melaporkan
dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya
terutang.
Pada dasarnya semua barang dan jasa adalah BKP dan JKP, kecuali undang-undang
menetapkan sebaliknya. Jenis barang yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan
peraturan pemerintah. Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10% (sepuluh persen),
sedangkan tarif PPn dalam ekspor BKP adalah 0% (nol persen). Tarif PPnBM yang
berlaku sekarang ini paling rendah 10% dan paling tinggi 200%. Objek pemungutan
bea materai adalah dokumen. Dokumen yang menjadi objek pemungutan adalah
dokumen yang ditulis diatas kertas. Pihak yang terutang bea materai adalah pihak
yang mendapat manfaat dari dokumen, kecuali pihak atau pihak-pihak yang
bersangkutan menentukan lain. Pelunasan bea materai terhadap dokumen yang
taerutang bea materai dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan
menggunakan benda materai/ materai tempel, menggunakan kertas materai/ kertas
segel, dan menggunakan mesin tera bea materai (taxograph).
PEMBUKUAN, APLIKASI DAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA
PENGELUARAN
Buku pembantu adalah suatu buku yang menjelaskan BKU dari sisi tempat
dan sumber dananya. Oleh karena itu pembukuan di buku pembantu hanya
terjadi jika terdapat pembukuan di BKU. Analisis pembukuan di buku
pembantu sebagai berikut:
1. Hanya dibukukan jika sebelumnya dibukukan di BKU
2. Di Debet jika menambah saldo buku pembantu terkait
3. Di Kredit jika mengurangi saldo buku pembantu terkait
4. Tidak Dibukukan, jika tidak mempengaruhi saldo buku pembantu
terkait.