Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang

mempelajari segala sesuatu mengenai planet Bumi beserta isinya yang pernah ada.

Geologi dapat digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang komplek,

mempunyai pembahasan materi yang beraneka ragam namun juga merupakan

suatu bidang ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari. Ilmu ini

mempelajari dari benda-benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra,

cekungan dan rangkaian pegunungan. Pada program studi geologi, terdapat mata

kuliah yang dinamakan pemetaan topografi. Pemetaan topografi berarti ilmu

membuat peta dasar (topografi). Dalam artian yang luas pemetaan topografi

merupakan suatu pekerjaan (proses) dimana posisi keadaan gambaran bidang

permukaan tanah diukur dan hasilnya digambar diatas kertas dengan symbol-

simbol pada peta skala tertentu yang hasilnya berupa peta topografi. Peta

topografi merupakan peta yang memuat informasi umum tentang keadaan

permukaan tanah beserta informasi ketinggiannya menggunakan garis kontur.

Dalam praktikum pemetaan topografi, terdapat salah satu acara tentang cara

pemakaian GPS Geodetik dengan metode RTK. Sistem GPS yang nama aslinya

adalah NAVSTAR GPS. GPS atau Global Positioning System merupakan sebuah

alat atau suatu sistem navigasi dan penentuan posisi yang memanfaatkan satelit

dan dapat digunakan untuk menginformasikan penggunanya dimana dia berada

(secara IGS) di permukaan bumi yang berbasiskan satelit.


1.2. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari praktikum acara Tapping Kompas adalah agar

peserta dapat mengetahui dan membuat peta topografi berupa peta kontur pada

poligon tertutup dengan metode Tapping Kompas. Sedangkan tujuan dari

praktikum acara ini adalah:

a. Peserta dapat mengetahui cara menentukan arah menggunakan kompas

b. Peserta dapat mengetahui cara menetukan kemiringan lereng atau slope.

c. Peserta dapat menggambar peta topogarfi berupa peta kontur.

d. Peserta dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan metode tapping kompas.

1.3 Waktu dan Lokasi Praktikum

Dalam praktikum ini, transportasi yang digunakan berupa kendaraan

beroda dua (motor) dimana jarak antara kampus dengan lokasi praktikum yaitu 5

Km dan memerlukan waktu 10 menit. Adapun waktu pelaksanaan praktikum kali

ini adalah hari Minggu , 15 September 2019, pukul 07.00 – 17.30 WITA dengan

kondisi cuaca yang cerah. Praktikum tapping kompas ini dilakukan di Bukit

Samata, Kec. Somba Opu, Kab. Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. dengan titik

koordinat -5,200862,119.407181

1.4 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:

a. Kompas Geologi

b. GPS
c. Meteran

d. Tabel Data

e. Patok

f. ATK

g. Mistar 30 cm dan 60 cm

h. Paku tindis

i. Busur 180° dan 360°

j. Papan Clipboard

k. Spidol

l. Pita

m. Gunting

n. Kalkulator Ilmiah

1.5 Prosedur Praktikum

Langkah langkah pengukuran dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

a. Mencari arah utara pada kompas geologi.

b. Memasang patok pada lokasi pengukuran dengan memperhatikan perubahan

topografi.

c. Melakukan sketsa kondisi topografi lokasi pengukuran.

d. Mengukur jarak dengan pita ukur dari patok ke patok dua dan seterusnya.

e. Mengukur slope dan arah dengan kompas.

f. Mencatat data jarak, slope, dan arah pada tabel

g. Menggambar sketsa pengambilan data dengan skala tertentu di kertas.


1.5.1 Pengukuran Arah

Adapun langkah-langkah pengukuran arah adalah sebagai berikut:

a. Membuka tutup kompas ± 135° lalu membuka folding arm lurus terhadap

patok di depannya dan juga peep sighting dilipat hingga tegak lurus.

b. Kompas dipegang dengan dua tangan setinggi pinggang kemudian kompas.

disentringkan dengan memasukkan gelembung ke dalam lingkaran nivo kotak.

c. Memasukkan bayangan objek ke dalam cermin kompas.

d. Catat angka yang ditunjuk jarum yang berwarna merah (utara)

1.5.2 Pengukuran Slope

Adapun langkah-langkah pengukuran slope adalah sebagai berikut

a. Tutup kompas dibuka ± 45° terhadap sighting arm lalu peep sight dibuka 90°.

b. Kompas dipegang dengan tangan kanan dan melalui peep sight dan sighting

window ditembak titik yang sama tingginya dengan mata pembidik.

c. Klinometer diatur dengan jalan memutar pengatur yang ada di belakang

kompas sehingga gelembung udara dalam nivo tabung berada di tengah.

d. Dari cermin dilihat patulan nivo tabung apakah sentring atau tidak.

e. Kompas lalu dibuka karena nilai klinometer tidak bergeser.

f. Angka yang ditunjukkan klinometer merupakan besar kemiringan permukaan.

g. Catat di tabel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Geologi

Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang

mempelajari segala sesuatu mengenai planet Bumi beserta isinya yang pernah ada.

Merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan

yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam

maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di alam semesta serta sejarah

perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang. Geologi

dapat digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang komplek, mempunyai

pembahasan materi yang beraneka ragam namun juga merupakan suatu bidang

ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari. Ilmu ini mempelajari dari

benda-benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra, cekungan dan

rangkaian pegunungan (Djauhari Noor, 2012).

2.2. Sejarah Peta

Peta Kapan peta mulai ada dan digunakan manusia? Jawabannya adalah

sejak manusia melakukan penjelajahan dan penelitian. Walaupun masih dalam

bentuk yang sangat sederhana yaitu dalam bentuk sketsa mengenai lokasi suatu

tempat. Pada awal abad ke 2 (87M–150M), Claudius Ptolomaeus mengemukakan

mengenai pentingnya peta. Kumpulan dari peta-peta karya Claudius Ptolomaeus

dibukukan dan diberi nama “Atlas Ptolomaeus”. Istilah peta dalam bahasa Inggris

disebut map. Kata itu berasal dari bahasa Yunani mappa yang berarti taplak atau
kain penutup meja. Peta dapat diartikan sebagai gambaran seluruh atau sebagian

dari permukaan bumi yang diperkecil pada sebuah bidang datar atau

diproyeksikan dalam dua dimensi dengan metode dan perbandingan tertentu

(Bagja Waluya, 20 Oktober 2019, 08:14).

2.3. Pengertian peta

Gambar yang ada pada peta merupakan informasi geografis yang

berhubungan dengan bentuk wilayah beserta kenampakan alam atau budaya,

misalnya; sungai, gunung, danau, rawa-rawa, laut, batas wilayah, perkampungan,

kota, jalan raya dan lain-lain. Pada umumnya, peta digambarkan pada suatu

bidang datar dan diperkecil atau diskalakan. Peta adalah gambar, akan tetapi tidak

semua gambar adalah peta. Tentunya Anda dapat mengetahui apa yang

membedakannya. Penggunaan skala pada peta merupakan perbandingan antara

bidang gambar dengan permukaan bumi sebenarnya. Permukaan bumi tidak

mungkin digambar sesuai aslinya, sehingga harus diperkecil dengan perbandingan

tertentu. Karena peta sebagai gambaran permukaan bumi pada sebuah bidang

datar, sedangkan bumi merupakan benda berbentuk bola, maka untuk membuat

peta baik sebagian maupun seluruh permukaan bumi harus menggunakan teknik

proyeksi tertentu. Ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan dan teknik

pembuatan peta disebut Kartografi. Peta yang dapat anda temukan sangat benyak

jenisnya, tergantung pada tujuan pembuatan peta, jenis simbol dan skala yang

digunakan, atau kecenderungan penonjolan bentuk fenomena yang akan

digambarkan. Dari sekian banyak jenis peta, pada dasarnya dapat dibagi ke dalam

dua kelompok besar yaitu berdasarkan isi peta dan skala peta.
A. Menurut isi peta

Menurut isinya peta dibedakan menjadi:

a) Peta umum

Peta umum adalah peta yang menggambarkan seluruh penampakan yang

ada di permukaan bumi. Penampakan tersebut dapat bersifat alamiah

misalnya sungai, maupun yang bersifat budaya atau buatan manusia,

misalnya jalan raya. Termasuk ke dalam jenis peta umum adalah:

a. Peta Dunia, menyajikan informasi tentang bentuk dan letak

wilayah setiap negara di dunia.

b. Peta Korografi, menggambarkan sebagian atau seluruh permukaan

bumi yang bercorak umum dan berskala kecil, seperti atlas.

c. Peta Topografi, menyajikan informasi tentang permukaan bumi

dan reliefnya, ditambah penampakan lain seperti pengairan, fisik

dan budaya untuk melengkapinya.

b) Peta khusus

Peta khusus atau peta tematik yaitu peta yang menggambarkan atau

menyajikan informasi penampakan tertentu (spesifik) di permukaan bumi.

Pada peta ini, penggunaan simbol merupakan ciri yang ditonjolkan sesuai

tema yang dinyatakan pada judul peta. Termasuk pada jenis peta tematik,

antara lain:

a. Peta Iklim, menyajikan tema iklim dengan menggunakan simbol

warna.
b. Peta Sumberdaya Alam di Indonesia, menyajikan tema potensi

sumberdaya alam yang ada di Indonesia dengan menggunakan

simbol-simbol yang menggambarkan jenis-jenis sumbedaya alam.

c. Peta Tata Guna Lahan, menyajikan tema pola pegunungan lahan

suatu wilayah dengan menggunakan simbol-simbol yang

menggambarkan lahan pertanian, kawasan industri, pemukiman,

dan lain-lain.

d. Peta Persebaran Penduduk Dunia, menyajikan tema perbedaan

kepadatan penduduk di dunia dengan menggunakan simbol titik

atau lingkaran (makin banyak dan padat jumlah titik di suatu

wilayah maka makin padat penduduknya).

e. Peta Geologi, menyajikan tema jenis-jenis batuan dengan

menggunakan simbolsimbol warna, dimana setiap warna

menunjukkan jenis batuan tertentu.

B. Menurut Skala Peta

Skala peta juga dibuat bermacam-macam tergantung pada tujuan dan

kebutuhannya. Berdasarkan skalanya peta dikelompokkan menjadi:

a) Peta Kadaster, yaitu peta yang memiliki skala antara 1:100 sampai dengan

1:5.000. Contoh: Peta Hak Milik Tanah.

b) Peta skala Besar, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 5.000 sampai

dengan 1: 250.000. Contoh: Peta Topografi

c) Peta Skala Sedang, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 250.000

sampai dengan 1 : 500.000. Contoh: Peta Kabupaten Per provinsi.


d) Peta Skala Kecil, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 500.000 sampai

dengan 1 : 1.000.000. Contoh: Peta Provinsi di Indonesia.

e) Peta Geografi, yaitu peta yang memiliki skala lebih kecil dari 1 :

1.000.000. Contoh: Peta Indonesia dan Peta Dunia.

C. Menurut bentuknya

Bentuk peta adalah tampilan yang disajikan oleh peta. Secara umum, kita dapat

membedakan peta menjadi dua bentuk, yaitu:

a) Peta dua dimensi Peta ini disebut juga peta datar, yaitu peta yang dibuat

pada suatu bidang datar, misalnya pada kertas. Unsur ruang yang dapat

dilihat pada peta datar adalah panjang dan lebar. Untuk menunjukkan

bentuk permukaan bumi umumnya digambarkan dengan perbedaan simbol

warna atau simbol angka misalnya untuk menunjukkan ketingian. Contoh:

peta administrasi.

b) Peta tiga dimensi Peta ini disebut juga peta relief, yaitu peta yang dibuat

berdasarkan bentuk permukaan bumi sebenarnya. Pada peta relief, selain

unsur ruang berupa panjang dan lebar disajikan pula unsur ketinggian.

Dengan kata lain, pada peta relief kita dapat melihat relief muka bumi

dengan jelas. Contohnya, maket. Tidak semua peta memiliki keakuratan

yang tinggi, hal ini sangat tergantung pada cara pembuatannya. Dengan

demikian, jenis peta dapat juga dilihat dari keakuratan (ketepatan)

informasi yang ditampilkan.

D. Menurut cara pembuatannya, dikenal peta hasil terrestrial dan peta hasil

penginderaan jauh (peta foto udara dan citra satelit).


a) Peta terrestrial Peta ini digambar berdasarkan hasil pengamatan dan

pengukuran langsung di lapangan. Cara ini masih bersifat konvensional

yang sudah dimulai sejak manusia mampu melakukan perjalanan

kemudian digambarkan dalam bentuk peta sederhana dengan tingkat

akurasi yang rendah. Pembuatan peta terrestrial untuk wilayah yang luas

membutuhkan waktu sangat lama, karena manusia tidak mungkin mampu

menggambarkan wilayah yang luas (misalnya; pulau, Negara, benua).

b) Peta hasil penginderaan jauh Peta penginderaan jauh digambar

berdasarkan hasil rekayasa dari foto udara atau foto satelit. Hasil rekaman

kamera atau sensor yang dibawa oleh pesawat terbang dan satelit diolah

terlebih dahulu sebelum diterjemahkan menjadi peta. Membuat foto udara

atau citra satelit diperlukan biaya sangat mahal, tetapi peta hasil

penginderaan jauh memiliki keunggulan dibandingkan peta hasil

pengukuran terrestrial, karena penyajian informasi geografisnya lebih

lengkap, dibuat dalam waktu relatif singkat, dan dapat menggambar

perubahan kenampakan tertentu di permukaan bumi.

2.4. Kompenen-komponen Peta

Peta yang baik biasanya dilengkapi dengan komponen-komponen peta,

agar peta mudah dibaca, ditafsirkan dan tidak membingungkan. Adapun

komponen- komponen yang harus dipenuhi dalam suatu peta adalah:

A. Judul Peta

Judul peta memuat isi peta. Dari judul peta Anda dapat segera mengetahui

daerah mana yang tergambar dalam peta tersebut, contohnya Peta Persebaran
Penduduk Kota Bandung. Judul peta merupakan komponen yang sangat

penting karena biasanya pengguna sebelum membaca isi peta terlebih dahulu

membaca judulnya. Judul peta hendaknya memuat informasi yang sesuai

dengan isinya. Judul peta biasanya diletakkan di bagian tengah atas peta

walaupun dapat juga diletakkan di bagian lain, asalkan tidak mengganggu

ketampakkan dari keseluruhan peta.

B. Skala Peta

Skala adalah perbandingan jarak antara dua titik sembarang di peta dengan

jarak sebenarnya di permukaan bumi, dengan satuan ukuran yang sama. Skala

ini sangat erat kaitannya dengan data yang disajikan. Skala peta dibuat dengan

menggunakan rumus berikut; Skala peta = Jarak objek di peta : Jarak objek di

muka bumi Apabila ingin menyajikan data yang rinci, maka digunakan skala

besar, misalnya 1:5.000. Sebaliknya, apabila ingin ditunjukkan hubungan

ketampakan secara keseluruhan, digunakan skala kecil, misalnya skala 1 :

1000.000. Contoh: Skala 1 : 500.000 artinya 1 bagian di peta sama dengan

500.000 jarak yang sebenarnya, apabila dipakai satuan cm maka artinya 1 cm

jarak di peta sama dengan 500.000 cm (5 km) jarak sebenarnya di permukaan

bumi.

C. Legenda atau keterangan

Legenda pada peta menerangkan arti dari simbol-simbol yang terdapat

pada peta. Legenda itu harus dipahami oleh si pembaca peta, agar tujuan

pembuatan peta itu mencapai sasaran. Legenda biasanya diletakkan di pojok


kiri bawah peta. Selain itu legenda peta dapat juga diletakkan pada bagian lain

peta, sepanjang tidak mengganggu ketampakan peta secara keseluruhan.

D. Tanda arah atau tanda orientasi

Tanda arah atau tanda orientasi pada peta untuk menunjukkan arah mata

angin sehingga menghindari kekeliruan pada penggunanya. Tanda arah pada

peta biasanya berbentuk tanda panah yang menunjuk ke arah Utara. Petunjuk

ini diletakkan di bagian mana saja dari peta, asal tidak mengganggu

ketampakan peta.

E. Simbol dan warna

Agar peta dapat lebih informatif maka perlu diperhatikan penggunaan

simbol dan warna dalam pembuatannya agar informasi yang disampaikan tidak

membingungkan. Simbol-simbol dalam peta harus memenuhi syarat agar dapat

menginformasikan hal-hal yang digambarkan dengan tepat. Syarat-syarat

tersebut adalah: sederhana, mudah dimengerti, dan bersifat umum. Simbol-

simbol peta adalah sebagai berikut:

a) Simbol peta berdasarkan bentuknya

Bentuk-bentuk simbol yang digunakan pada peta berbeda-beda

tergantung dari jenis petanya.

a. Simbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data

posisional, contohnya simbol kota.

b. Simbol garis, digunakan untuk menyajikan data geografis

misalnya simbol sungai.


c. Simbol luasan (Area), digunakan untuk menunjukkan

ketampakan area misalnya simbol danau.

b) Simbol peta berdasarkan sifatnya Simbol-simbol yang Anda lihat pada

peta, ada yang menyatakan jumlah dan ada yang hanya membedakan.

Berdasarkan sifatnya, simbol peta dibedakan menjadi dua macam yaitu:

a. Simbol yang bersifat kualitatif Simbol ini digunakan untuk

membedakan persebaran benda yang di gambarkan. Misalnya

untuk menggambarkan daerah penyebaran hutan, jenis tanah,

penduduk dan lainnya.

b. Simbol yang bersifat kuantitatif Simbol ini digunakan untuk

membedakan atau menyatakan jumlah.

c) Simbol berdasarkan fungsinya Penggunaan simbol pada peta tergantung

fungsinya. Untuk menggambarkan bentuk-bentuk muka bumi di

daratan, di perairan, atau bentuk-bentuk budaya manusia. Berdasarkan

fungsinya simbol peta dapat dibedakan menjadi: (a) Simbol daratan

Simbol daratan, digunakan untuk simbol-simbol permukaan bumi di

daratan. Contoh gunung, pegunungan, gunung api.

a. Simbol perairan, digunakan untuk simbol-simbol bentuk

perairan. Contoh: simbol perairan.

b. Simbol budaya, digunakan untuk simbol simbol bentuk hasil

budaya. Pada peta terdapat berbagai warna selain simbol untuk

membedakan kenampakan informasi tentang permukaaan bumi.

Peta yang berwarna akan lebih indah dilihat dan ketampakan


yang ingin disajikan juga kelihatan lebih jelas. Tidak ada

peraturan yang baku mengenai penggunaan warna dalam peta.

Jadi penggunaan warna adalah bebas, sesuai dengan maksud

atau tujuan si pembuat peta, dan kebiasaan umum.

F. Sumber dan Tahun Pembuatan Peta

Bila anda membaca peta, perhatikan sumbernya. Sumber memberi

kepastian kepada pembaca peta, bahwa data dan informasi yang disajikan

dalam peta tersebut benar-benar absah (dipercaya atau akurat), dan bukan data

fiktif atau hasil rekaan. Hal ini akan menentukan sejauh mana si pembaca peta

dapat mempercayai data atau informasi tersebut. Selain sumber, perhatikan

juga tahun pembuatannya agar dapat diketahui bahwa peta itu masih cocok

atau kadaluarsa untuk digunakan.

(Bagja Waluya, 20 Oktober 2019, 08:14).

2.5. Peta topografi

Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi

melalui garis‐garis ketinggian. Gambaran ini, disamping tinggi‐rendahnya

permukaan dari pandangan datar (relief), juga meliputi pola saluran, parit, sungai,

lembah, danau, rawa, tepi‐laut dan adakalanya pada beberapa jenis peta,

ditunjukkan juga, vegetasi dan obyek hasil aktifitas manusia. Pada peta topografi

standard, umumnya dicantumkan juga tanda‐tanda yang menunjukkan geografi

setempat. Peta topografi mutlak dipakai, terutama didalam perencanaan

pengembangan wilayah, sehubungan dengan pemulihan lokasi atau didalam

pekerjaan konstruksi. Didalam kegiatan geologi, peta topografi terpakai sebagai


peta dasar untuk pemetaan, baik yang bersifat regional ataupun detail, disamping

foto udara atau jenis citra yang lain. Peta topografi juga dipelajari sebagai tahap

awal dari kegiatan lapangan untuk membahas tentang kemungkinan proses

geologi muda yang dapat terjadi, misalnya proses erosi, gerak tanah/bahaya

longsor dan sebagainya. Selain itu, keadaan bentang alam (morfologi) yang dapat

dibaca pada peta topografi sedikit banyak merupakan pencerminan dari keadaan

geologinya, terutama distribusi batuan yang membawahi daerah itu dan struktur

geologinya.

2.6. Skala Peta

Skala yang dipakai dalam topografi bisa bermacam‐macam misalnya,

skala verbal contoh “one inch to the smile”, atau sering kali dipakai skala grafis

berupa pita garis yang dicantumkan pada peta. Skala ini seringkali dipakai sebagai

pelengkap dari skala perbandingan angka yang sudah dicantumkan. Di Indonesia,

dikenal berbagai ukuran skala perbandingan skala‐skala seperti 1:250.000,

1:500.000, 1:1.000.000 dikenal sebagai skala iktisar. Skala 1:25.000, 1:50.000,

1:100.000 merupakan skala standard. Skala 1:1.000, 1:5.000 atau lebih umumnya

disebut skala detail. Untuk dapat menggambarkan peta topografi yang baik, perlu

diketahui unsur‐ unsur penting diantaranya; bukit, lembah atau alur sungai dan

juga obyek buatan manusia. Relief atau bentuk tinggi rendahnya bentang alam

diukur dengan menggunakan alat ukur seperti; teodolit, alidade, waterpas, kompas

dan lain‐ lain. Titik yang menunjukkan ketinggian (umumnya diambil dari datar

permukaan laut diterakan pada peta menurut skala yang tertentu). Cara membuat

kontur ketinggian yaitu dengan menggunakan titik ketinggian sebagai kerangka.


Misalnya pada garis A‐B dengan beda tinggi 150 m akan dibuat kontur ketinggian

600 m dan 650 m, maka spasi antar kontur dapat diinterpolasikan jaraknya dari

selisih harga kontur dengan titik tsb. (Anonim, 20 Oktober 2019, 06:53)

2.7. Garis Kontur

Peta topografi merupakan peta yang memuat informasi umum tentang

keadaan permukaan tanah beserta informasi ketinggiannya menggunakan garis

kontur, yaitu garis pembatas bidang yang merupakan tempat kedudukan titik-titik

dengan ketinggian sama terhadap bidang referensi (pedoman atau acuan) tertentu.

A. Garis ketinggian pada peta membentuk garis yang berbelok-belok dan tertutup

serta merupakan rangkaian dari titik-titik. Kegunaan dari garis ketinggian

adalah untuk mengetahui berapa tingginya suatu tempat dari permukaan laut.

Garis ketinggian mempunyai karakteristik sebagai berikut:

B. Garis ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis ketinggian yang

lebih tinggi.

C. Garis ketinggian tidak akan saling berpotongan dan tidak akan bercabang.

Pada daerah yang landai garis ketinggian akan berjauhan, sebaliknya pada

daerah yang terjal akan saling merapat. Untuk kondisi daerah yang khusus

(seperti tebing, kawah, jurang), Garis ketinggiannya digambarkan secara

khusus pula.

D. Garis ketinggian yang menjorok keluar, merupakan punggung bukit dan selalu

seperti bentuk huruf ‘U’. Garis ketinggian yang menjorok ke dalam,

merupakan lembah dan selalu seperti bentuk huruf ‘V’.


F. Selisih tinggi antara dua garis ketinggian yang berurutan (interval) adalah

setengah dari bilangan ribuan skala, (contoh: 1/2000 x 50.000 = 25 meter).

Kecuali bila dinyatakan dengan ketentuan lain.

G. Garis ketinggian pembantu, menyatakan ketinggian antara dua garis ketinggian

yang berurutan.

H. Warna garis-garis ketinggian pada peta digambarkan dengan warna coklat.

(Ivan Handoyo. Dkk, 2004)

2.8. Poligon

Poligon merupakan suatu rangkaian segi banyak yang menghubungkan

banyak titik detail di lapangan dan mempunyai banyak sudut. Pada rangkain segi

banyak tersebut ada yang mempunyai dua titik ujung (poligon terbuka), ada yang

mempunyai satu titik ujung (poligon tertutup) dan ada yang mempunyai banyak

titik ujung (poligon bercabang). Berdasarkan penyelesainnya, maka poligon dapat

dibedakan menjadi dua macam:

A. Poligon Numeris

Jika suatu poligon diketahui satu titik koordinatnya dan diukur sudut

jurusannya atau poligon diketaui dua titik atau lebih, titik koordinatnya.

Kemudian diukur sudut-sudut horizontal, sudutsudut vertikal dan jaraknya.

Dari hasil tersebut kemudian digunakan untuk mencari koordinat dari titik-titik

yang diukur atau titik-titik yang akan dicari koordinatnya. Setelah koordinat

diketahui, kemudian koordinatkoordinat ini digunakan untuk penggambaran

obyek. Maka penggambaran poligon ini disebut poligon numeris.


B. Poligon Grafis

Poligon grafis diperoleh dari proses penggambaran yang dilakukan

langsung dari data ukuran sudut, atau sudut jurusan dengan bantuan busur

derajat sedangkan jaraknya dengan bantuan mistar skala. Selain itu untuk

penggambaran poligon grafis dapat langsung digambarkan dari data sudut

horizontal atau sudut jurusan dan jarak tanpa bantuan busur derajat dan mistar

skala. Jika suatu pengukuran poligon menggunakan dua atau lebih titik ikat

yang diketahui koordinatnya. Koordinat dari dua titik ikat tersebut digunakan

untuk mencari atau menghitung azimut (sudut jurusan) dan jarak. Sehingga

dari dua titik ikat tersebut nantinya semua titik-titik detail yang diukur dapat

dihitung atau dicari azimut dan koordinatnya. (Seno Aji, 2014)

2.9. Kompas

Kompas adalah suatu alat penunjuk yang digunakan untuk menentukan

arah. Yang dimaksud dan disini adalah arah yang ditunjukkan oleh jarum kompas.

Ada beberapa macam kompas yang biasa digunakan dalam kaitannya dengan peta

topografi, seperti kompas prisma, kompas silva, kompas shunto, kompas geologi,

dll. (Seno Aji, 2014)

2.10. Bagian-bagian Kompas Geologi

Adapun bagian bagian kompas antara lain:

A. Bagian-Bagian utama kompas geologi

Bagian-bagian utama kompas geologi tipe Brunton diperlihatkan dalam

Yang terpenting diantaranya adalah :


a) Jarum magnet

Ujung jarum bagian utara selalu mengarah ke kutub utara magnet

bumi (bukan kutub utara geografi). Oleh karena itu terjadi

penyimpangan dari posisi utara geografi yang kita kenal sebagai

deklinasi. Besarnya deklinasi berbeda dari satu tempat ke tempat lain.

Agar kompas dapat menunjuk posisi geografi yang benar maka

“graduated circle” harus diputar. Penting sekali untuk memperhatikan

dan kemudian mengingat tanda yang digunakan untuk mengenal ujung

utara jarum kompas itu. Biasanya diberi warna (merah, biru atau putih).

b) Lingkaran pembagian derajat (graduated circle)

Dikenal 2 macam jenis pembagian derajat pada kompas geologi, yaitu

kompas Azimuth dengan pembagian derajat dimulai 0o pada arah utara

(N) sampai 360o, tertulis berlawanan dengan arah perputaran jarum jam

dan kompas kwadran dengan pembagian derajat dimulai 0 o pada arah

utara (N) dengan selatan (S), sampai 90o pada arah timur (E) dan barat

(W).

c) Klinometer

Yaitu bagian kompas untuk mengukur besarnya kecondongan atau

kemiringan suatu bidang atau lereng. Letaknya di bagian dasar kompas

dan dilengkapi dengan gelembung pengatur horizontal dan pembagian

skala pembagian skala tersebut dinyatakan dalam derajat dan persen.


d) Menyesuaikan Inklinasi dan Deklinasi

Sebelum kompas digunakan di lapangan, hendaknya diperiksa

dahulu apakah inklinasi dan deklinasinya telah disesuaikan dengan

keadaan tempat pekerjaan.

a. Inklinasi

Inklinasi adalah kecondongan jarum kompas yang disebabkan

oleh perbedaan letak geografi suatu daerah terhadap kutub bumi.

Sudut kecondongan akan hampir 0 (horizontal) apabila kita

berada di dekat/di sekitar equator, dan semakin bertambah besar

apabila mendekati kutub-kutub bumi. Dengan demikian, maka

tiap tempat di atas bumi ini akan mempunyai sudut inklinasi

yang berbeda-beda. Pada dasarnya, sebelum kompas geologi itu

dapat digunakan dengan baik, kedudukan jarum harus

horizontal. Untuk itu bisa digunakan beban (biasanya ada) yang

dapat digeser sepanjang jarum kompas

b. Deklinasi

Deklinasi adalah sudut yang dibentuk oleh arah utara jarum

kompas dan arah utara sebenarnya (Utara geografi), sebagai

akibat dari tidak berimpitnya titik utara magnit dan titik utara

geografi. Besarnya deklinasi di suatu daerah umumnya

ditunjukkan pada peta topografi daerah tersebut. Untuk

menyesuaikan agar kompas yang akan dipakai menunjukkan


arah utara yang sebenarnya, lingkaran derajat pada kompas

harus digeser dengan cara memutar “adjusting screw” yang

terdapat pada sisi kompas sebesar deklinasi yang disebutkan.

Contoh: Deklinasi di suatu daerah adalah 15o West. Artinya,

utara magnetik berada 15o sebelah barat dari utara geografi.

Dalam hal ini lingkaran derajat harus diputar, sehingga index

akan menunjuk pada angka 15o sebelah barat titik 0o.

B. Penggunaan Kompas Geologi

Kompas geologi selain digunakan untuk menentukan arah, juga dapat

dipakai untuk mengukur besarnya sudut lereng.

a) Menentukan arah azimuth dan cara menentukan lokasi

Arah yang dimaksudkan disini adalah arah dari titik tempat berdiri ke

tempat yang dibidik atau dituju. Titik tersebut dapat berupa : puncak

bukti, patok yang sengaja dipasang, dll. Untuk mendapatkan hasil

pembacaan yang baik, dianjurkan mengikuti tahapan sebagai berikut:

a. Kompas dipegang dengan tangan kiri setinggi pinggang.

b. Kompas dibuat horizontal dan  dipertahankan demikian selama

pengamatan.

c. Cermin diatur, terbuka kurang lebih 135o menghadap ke depan

dan sighting arm dibuka horizontal dengan peep sight

ditegakkan.

d. Badan diputar sedemikian rupa sehingga titik atau benda yang

dimaksud tampak pada cermin dan berimpit dengan ujung


sighting arm dan garis tengah dan garis tengah pada cermin.

Sangat penting diingat bahwa: bukan hanya tangan dengan

kompas yang berputar tetapi seluruh badan.

e. Baca jarum utara kompas, setelah jarum tidak bergerak. Hasil

bacaan adalah arah yang  dimaksud.

b) Mengukur besarnya sudut suatu lereng dan menentukan ketinggian

suatu titik.

Untuk mengukur besarnya sudut lereng dilakukan tahapan sebagai

berikut :

a. Tutup kompas dibuka kurang lebih 45o, sighting arm dibuka dan

ujungnya di tekuk 90o.

b. Kompas dipegang dengan posisi seperti yang diperlihatkan

c. Skala klinometer harus di sebelah bawah.

d. Melalui lubang peep-sight dan sighting-window dibidik titik

yang dituju. Usahakan agar titik tersebut mempunyai tinggi

yang sama dengan jarak antara mata pengamat dengan tanah

tempat berdiri.

e. Klinometer kemudian diatur dengan jalan memutar pengatur di

bagian belakang kompas,   sehingga gelembung udara dalam

“clinometer level” berada tepat di tengah.

f. Baca skala yang ditunjukkan klinometer. Satuan  kemiringan

dapat dinyatakan dalam derajat maupun dalam persen. Apabila

jarak antara tempat berdiri dan titik yang dibidik diketahui,


misalnya dengan mengukurnya di peta maka perbedaan tinggi

antara kedua titik tersebut dapat dihitung.

2.11. Kesalahan Yang Terjadi Dalam Pengukuran

Dalam melakukan pengukuran kita tidak luput dari kesalahan-kesalahan.

Kesalahan itu dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu :

A. Kesalahan Besar (Mistakes Blunder) Kesalahan ini dapat terjadi karena kurang

hati-hati dalam melakukan pengukuran atau kurang pengalaman dan

pengetahuan dari praktikan. Apabila terjadi kesalahan ini, maka pengukuran

harus di ulang atau hasil yang mengalami kesalahan tersebut dicoret saja.

B. Kesalahan Sistimatis (Sistematic Error) Umumnya kesalahan ini terjadi karena

alat ukur itu sendiri. Misalnya panjang meter yang tidak tepat atau mungkin

peralatan ukurnya sudah tidak sempurna. Kesalahan ini dapat dihilangkan

dengan perhitungan koreksi atau mengkaligrasi alat atau memperbaiki alat.

C. Kesalahan Yang Tidak Terduga/Acak (Accidental Error) Kesalahan ini dapat

terjadi karena hal–hal yang tidak diketahui dengan pasti dan tidak diperiksa.

Misalnya ada getaran pada alat ukur ataupun pada tanah. Kesalahan dapat

diperkecil dengan melakukan observasi dan mengambil nilai rata-rata sebagai

hasil (Yudha Praktika Kusuma Wardhana, 2015).

2.12. Program Map Info

Menurut Denny Charter, Map Info profesional dikembangkan oleh Map

Info Corp sejak tahun 1986. Produk awal Map Info Corp ditujukan untuk

komputer desktop atau PC dengan DOS sebagai sistem operasinya. Map Info

diminati oleh pengguna SIG dikarenakan mempunyai karakteristik yang menarik


seperti mudah digunakan, harga murah, tampilan interaktif dan menarik, user

friendly dan dapat di customized dengan bahasa skrip yang dimiliki. Map Info di

program dalam bahasa basic dan memiliki kemampuan beradaptasi dengan

software produksi Microsoft maupun software lain seperti AutoCad, ArchView

dan interaksi yang menarik disajikan oleh Map Info ketika melakukan link dengan

software database. Map Info juga dilengkapi dengan aplikasi untuk pemetaan dan

SIG (sistem informasi geografis) yang sudah relatif lengkap. Karena dilengkapi

dengan aplikasi pemetaan dan SIG, sehingga program ini dapat digunakan untuk

proses penggambaran pemetaan atau untuk menampilkan hasil pemetaan dari

aplikasi program yang lain. Peta atau luas tanah yang sudah tergambarkan, dengan

mudah dan cepat dapat diketahui keliling batas tanah dan luas tanah. Keliling

batas tanah dan luas tanah ditampilkan pada region object sedangkan daerah yang

dihitung luas dan kelilingnya ditunjukkan dengan adanya titik-titik yang rapat

pada daerah yang tersorot (Yudha Praktika Kusuma Wardhana, 2015).

2.13. GPS (Global Positioning System)

GPS (Global Positioning System) adalah sistem navigasi yang berbasiskan

satelit yang saling berhubungan yang berada di orbitnya. Satelit-satelit itu milik

Departemen Pertahanan (Departemen of Defense) Amerika Serikat yang pertama

kali diperkenalkan mulai tahun 1978 dan pada tahun 1994 sudah memakai 24

satelit. Untuk dapat mengetahui posisi seseorang maka diperlukan alat yang diberi

nama GPS reciever yang berfungsi untuk menerima sinyal yang dikirim dari

satelit GPS. Posisi diubah menjadi titik yang dikenal dengan nama Way-point

nantinya akan berupa titik-titik koordinat lintang dan bujur dari posisi seseorang
atau suatu lokasi kemudian di layar pada peta elektronik. GPS adalah satu-satunya

sistem satelit navigasi global untuk penentuan lokasi, kecepatan, arah, dan waktu

yang telah beroprasi secara penuh didunia saat ini. GPS menggunakan konstelasi

27 buah satelit yang mengorbit bumi, dimana sebuah GPS receiver menerima

informasi dari tiga atau lebih satelit tersebut, untuk menentukan posisi. GPS

receiver harus berada dalam line-of sight (LoS) terhadap ketiga satelit tersebut

untuk menentukan posisi, sehingga GPS hanya ideal untuk diguakan dalam

outdoor positioning (Andi Sunyoto, 2013).

2.14. Pengukuran Struktur Bidang dan Struktur Garis

Beberapa istilah yang sering digunakan dalam pengukuran antara lain:

A. Arah (bearing): sudut horisontal antara garis dengan arah koordinat tertentu,

biasanya utara atau selatan.

B. Azimuth: bearing yang diukur dari utara searah jarum jam.

C. True dip (kemiringan sebenarnya): sudut kemiringan terbesar yang terbentuk

oleh suatu bidang dengan bidang datar, diukur tegak lurus perpotongan bidang.

D. Apperent dip (kemiringan semu): sudut yang terbentuk antara suatu bidang

dengan bidang horisontal yang diukur tidak tegaklurus perpotongan bidang.

E. Jurus (strike): arah garis horisontal yang terbentuk oleh bidang miring dengan

bidang horisontal.

F. Garis: elemen geometri yang ditarik dari sebuah titik yang bergerak dan

panjangnya hanya sepanjang jejak dan titik tersebut. Struktur garis tersebut

bisa berupa garis lurus, garis lengkung maupun garis patah.


H. Plunge: sudut vertikal antara sebuah garis dengan proyeksi garis tersebut pada

bidang horisontal.

I. Trend: jurus dari bidang vertikal yang melalui garis dan menunjukkan arah

penunjaman garis tersebut.

J. Pitch: sudut antara garis dengan jurus dari bidang yang memuat garis tersebut

(Mardian. dkk. 2018).

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1). Cara mengukur arah yaitu, pertama kompas dipegang dengan tangan kiri

setinggi pinggang. Kedua, kompas dibuat horizontal dan  dipertahankan

demikian selama pengamatan. Ketiga, cermin diatur, terbuka kurang lebih

135o menghadap ke depan dan sighting arm dibuka horizontal dengan peep

sight ditegakkan. Keempat, badan diputar sedemikian rupa sehingga titik atau

benda yang dimaksud tampak pada cermin dan berimpit dengan ujung

sighting arm dan garis tengah dan garis tengah pada cermin. Sangat penting

diingat bahwa, bukan hanya tangan dengan kompas yang berputar tetapi

seluruh badan. Terakhir, baca jarum utara kompas, setelah jarum tidak

bergerak. Hasil bacaan adalah arah yang  dimaksud.

2). Cara mengukur slope atau kemiringan yaitu, pertama tutup kompas dibuka

kurang lebih 45o, sighting arm dibuka dan ujungnya di tekuk 90o. Langkah
kedua, kompas dipegang dengan posisi seperti yang diperlihatkan. Ketiga,

skala klinometer harus di sebelah bawah. Keempat, melalui lubang peep-sight

dan sighting-window dibidik titik yang dituju. Usahakan agar titik tersebut

mempunyai tinggi yang sama dengan jarak antara mata pengamat dengan

tanah tempat berdiri. Kelima, klinometer kemudian diatur dengan jalan

memutar pengatur di bagian belakang kompas,   sehingga gelembung udara

dalam “clinometer level” berada tepat di tengah. Terakhir, baca skala yang

ditunjukkan klinometer.

3). Data dari arah dan slope yang telah diukur, kemudia dilakukan pengolahan

data sehingga menghasilkan koordinat X,Y, yang berfungsi untul

menggambar poligon antar patok maupun untuk menghubungkan patok

utama dan patok detail. Kemudian Z untuk menentukan koordinat yang akan

menghasilkan tarikan kontur berdasarkan ketinggian yang sama.

4). Kelebihan dari tapping kompas adalah alat yang digunakan tidak sensitive

serta tidak bergantung pada tegangan. Sedangkan kekurang dari tapping

kompas adalah besar persentase kesalahan pembacaan serta pencatatan data

yang besar (human error), serta pensentringan alat yang lumayan sulit

4.2 Saran

4.2.1 Saran untuk Laboratorium

Adapun saran untuk laboratorium dan asisten adalah:

1). Fasilitas memadai

2). Pengecekan alat dilakukan secara berkala


3). Menjaga dan merawat alat-alat yang akan digunakan

4.2.2 Saran untuk Asisten

1). Tetap menjaga sikap profesionalitas

2). Tidak terlalu cepat ketika memberikan penjelasan

3). Lebih sabar


DAFTAR PUSTAKA

Aji, Seno. 2014. Kajian Penentuan Luas Tanah. Madiun: Universitas Merdeka
Madiun

Anonim. 20 Oktober 2019, 06:53. Geologi Dinamik. Bandung: ITB

Anonim. 20 Oktober 2019, 11:22. Modul Pemetaan

Handoyo, Ivan. dkk. 2004. Pemodelan Peta Topografi ke Objek Tiga Dimensi.
Surabaya: Universitas Kristen Petra

Mardian. dkk. 2018. Pendalaman Materi Geologi Struktur. Bandung

Madawirna, KHG. 20 Oktober 2019, 08:35. Ilmu Medan Peta dan Kompas.

Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi. Bogor: Universitas Pakuan

Sunyoto, Andi. 2013. Global Positioning System. Jogjakarta: STMIK AMIKOM

Waluya, Bagja. 20 Oktober 2019, 08:14. Peta, Globe, dan Atlas. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta

Wardhana, Yudha Pratika Kusuma. 2015. Pembaruan Peta dan SIG Fakultas
Teknik. Semarang: Universitas Negeri Semarang

Anda mungkin juga menyukai