Grahita Widya Putri¹, Nanang Bagus S2, Aditya Nur Aminudin Aziz2
¹ Mahasiswa Stikes Bahrul ‘Ulum Jombang, Jawa Timur
2 Dosen Stikes Bahrul ‘Ulum Jombang, Jawa Timur
E-mail: grahitaputri27@gmail.com
ABSTRAK
Pada tahapan usia prasekolah kemampuan sfingter uretra dan sfingter ani sudah siap.
Kesiapan toilet training pada anak dipengaruhi oleh kesiapan fisik, psikologis, mental
dan pola asuh orang tua. Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasi dengan
pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 42 responden. Teknik
sampling yang digunakan adalah total sampling. Pengumpulan data menggunakan
kuesioner. Pola asuh orang tua dalam toilet training yang mengalami keterlambat
hampir setengahnya memiliki pola asuh permisif sebanyak 15 anak (35,7%). Analisis
data dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square. Berdasarkan dari uji statistic ada
hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Toilet Training Pada Anak Usia 3-5 Tahun di
PAUD KB AL-Firdaus Bahrul Ulum Tambakberas Jombang dengan nilai p-value
(0,012) < (α : 0,05). Orang tua yang menerapkan pola asuh yang sesuai dengan
karakter anak dan sesuai situasi akan menjadikan anak berkembang lebih baik dalam
melakukan BAK dan BAB secara mandiri.
ABSTRACT
At preschool age, the ability of the urethral sphincter and the anal sphincter is ready.
The readiness of toilet training in children is not only influenced by physical,
psychological, mental and parenting practices. There are three types of parenting
among them authoritarian, permissive, and democratic. The purpose of this study was
to determine the relationship of Parenting Parents with Toilet Training in Children Aged
3-5 Years in PAUD KB AL-Firdaus Bahrul Ulum Tambakberas Jombang. This research
uses correlation analytic design with a cross-sectional approach. The sample used was
42 respondents. The sampling technique used is a total sampling. Data collection using
a questionnaire. The pattern of parenting in toilet training that experienced delays of
almost half had permissive parenting as many as 15 children (35.7%). Data analysis
was performed using the Chi-Square test. Based on the statistical test, there is a
relationship between Parenting Parents and Toilet Training in Children Aged 3-5 Years
in PAUD KB AL-Firdaus Bahrul Ulum Tambakberas Jombang with p-value (0.012) <(α:
0.05). Parents who apply parenting by the character of the child and according to the
situation will make the child develops better in doing urinating (BAK) and defecating
(BAB) independently.
berkonsentrasi untuk BAB atau BAK. ditunjukkan oleh orang tua yang
Persiapan intelektual juga dapat sering memarahi anak pada saat
membantu anak dalam proses BAB buang air kecil maupun besar atau
atau BAK. Kesiapan tersebut akan melarang anak untuk buang air kecil
menjadikan diri anak selalu maupun besar saat berpergian. Bila
mempunyai kemandirian dalam orang tua santai dalam memberikan
mengontrol khususnya dalam hal BAB aturan dalam toilet training maka anak
atau BAK. Latihan BAB atau BAK dapat mengalami kepribadian
pada anak sangat membutuhkan ekspresif dimana anak lebih tega,
persiapan bagi orangtua, baik secara cenderung ceroboh, suka membuat
fisik, psikologis, maupun intelektual. garagara, emosional dan seenaknya
Dalam penerapan pelatihan toilet dalam kegiatan sehari-hari (Hidayat,
training perlunya persiapan orangtua 2012 dalam Triningsih 2014).
yang akan membentuk pola asuh Dalam hal ini orang tua dengan
orangtua dalam penerapan toilet pola asuh yang berbeda terutama ibu
training pada anak. Diana Baumrind sangat dibutuhkan dalam
(1991) mengemukakan bahwa pola meminimalisir kegagalan toilet training
asuh merupakan segala bentuk dan anak. Dengan pendekatan orang tua
proses interaksi yang terjadi antara melatih anak dan memperkenalkan
orang tua dan anak yang merupakan sedini mungkin dalam melakukan
pola pengasuhan tertentu dalam toilet training dan memberikan contoh
keluarga yang akan memberikan toilet training hal ini denggan rutin
pengaruh terhadap perkembangan membawa ke kamar mandi untuk
kepribadian anak. Lebih lanjut BAB/BAK. Memberikan pujian saat
Baumrind mengatakan terdapat tiga berhasil melakukan toilet training.
bentuk pola asuh orang tua yaitu pola Mengurangi jumlah pemakaian
asuh authoritative (demokratis), diapers atau melatih anak untuk
authoritarian (otoriter) dan permissive mengatakan “pipis atau poop”. Melalui
(Nathania, 2015). Berdasarkan study persiapan tersebut, anak diharapkan
pendahuluan yang saya lakukan di dapat mengontrol kemampuan BAB
PAUD KB AL-Firdaus 5 Orang ibu atau BAK secara mandiri (Andriani et
memakaikan anaknya pampers al, 2014).
dengan alasan akan menambah Berdasarkan banyaknya
cucian pakaian dan malas jika harus masalah toilet training dan teori yang
bangun pada malam hari. dikemukakan oleh penelitian
Dampak yang paling umum sebelumnya, peneliti ingin mencoba
dalam kegagalan toilet training seperti untuk mengetahui tentang hubungan
adanya perlakuan atau aturan yang pola asuh orang tua dengan
ketat bagi orang tua kepada anaknya keberhasilan toilet training pada anak
yang dapat mengganggu kepribadian usia 3-5 tahun di PAUD KB AL-
anak dimana anak cenderung minder Firdaus desa Tambakrejo kabupaten
dan tidak percaya diri, bersikap keras jombang.
kepala dan kikir. Hal ini dapat
demokratis dan permisif sebanyak 16 dan aturan dalam pola asuh permisif
orangtua (38%) dan sebagian kecil mengakibatkan anak menjadi tidak
menggunakan pola asuh otoriter patuh, manja dan tidak bertanggung
sebanyak 10 orang tua (24%). Hasil jawab. Selain itu, tidak adanya kontrol
penelitian yang dilakukan oleh Ela, dari orang tua mengakibatkan anak
Yuliwar dan Dewi (2016) dapat merasa cemas dengan tindakan yang
diketahui bahwa pola asuh orang tua mereka lakukan apakah salah atau
sebagian besar termasuk dalam benar, sehingga keyakinan akan
kategori demokratis, bahwa orang tua kemampuan diri anak tersebut tidak
bebas tetapi tegas karena orang tua berkembang dan anak cenderung
yang demokratis memberi kebebasan menjadi kurang percaya diri.
pada anak untuk berkreasi dan Hasil penelitian ini berbanding
berekplorasi berbagai hal yang sesuai terbalik dengan penelitian Damayanti
dengan kemampuan anak dengan (2016) yang mengatakan di wilayah
sensor batas dan pengawasan yang penelitianya lebih banyak yang
tegas tetapi hangat dan penuh menggunakan pola asuh otoriter,
perhatian. bahwa penerapan pola asuh tipe
Megaswara (2015) mengatakan otoriter berdasarkan atas pemberian
bahwa orang tua yang menerapkan aturan orang tua yang harus
pola asuh demokratis akan menerima, dilaksanakan oleh anak dikarenakan
melibatkan anak sepenuhnya, anak mengalami tekanan dengan
memberikan penjelasan sesuatu hal diberikannya aturan, jika tidak
dilakukan dan apabila anak melanggar melakukan sesuai aturan akan
peraturan yang telah ditetapkan anak diberikan hukuman, Sutik (2017)
diberi kesempatan untuk memberikan mengatakan bahwa orang tua
alasan mengapa ketentuan itu beranggapan dengan penggunaan
dilanggar sebelum anak menerima pola asuh otoriter dapat tercipta
hukuman. suasana disiplin, anak tersebut patuh
terhadap semua perintah orang tua
Berdasarkan tabel 1
yang dapat terwujud dalam proses
menunjukkan bahwa orangtua hampir
pola pengasuhan.
setengahnya menggunakan pola asuh
Dari uraian di atas bahwa orang
permisif, sejalan dengan penelitian
tua yang menerapkan pola asuh
Pravitasari (2012) di wilayah
demokratis membebaskan anak
penelitianya sebagian besar
dalam bertindak tetapi jika anak salah
responden menggunakan pola asuh
akan diberi hukuman sesuai apa yang
permisif yang hanya membiarkan saja
telah disepakati antara anak dan
dan cenderung tidak peduli serta tidak
orang tua yang sebelumnya telah di
memperhatikan apa pun yang
diskusikan, tetapi orang tua akan
dilakukannya maka akan timbul
selalu mengawasi apa yang dilakukan
keinginan untuk berbuat sesuka
anaknya, anak yang orang tuanya
hatinya. Menurut Wong (2007) dalam
menggunakan pola asuh demokratis
penelitiannya, tidak adanya arahan
akan lebih berani mengngkapkan apa
dari segi fisik serta psikologis. sebagian kecil memiliki pola asuh
Menurut peneliti kemampuan toilet permisif sebanyak 1 anak (6,2%).
training terlambat, hal ini terlihat masih Hasil penelitian ini sejalan
banyak responden yang tidak dengan penelitian Ratne (2016)
mengajarkan toilet training sejak dini mengatakan ada hubungan pola asuh
atau sering membiasakan orang tua dengan keberhasilan toilet
menggunakan pampers dimalam hari. training pada anak. Hasil yang sama
Serta anak sendiri tidak dapat juga dapat di lihat dari penelitian
menahan pipis sampai ke kamar Retnosari (2012) bahwa dalam
mandi. Anak usia 33-36 bulan yang penelitiannya menunjukan bahwa ada
seharusnya telah mampu hubungan signifikan antara pola asuh
melaksanakan toilet training tetapi ibu dengan keberhasilan toilet training.
masih terlambat bahkan orang tua Hal ini berarti bahwa semakin baik
yang menjadi ibu rumah tangga yang pola pengasuhan orang tua maka
lebih banyak waktu dirumah untuk semakin baik pula tingkat kemampuan
mengawasi anak dengan toilet trainingnya. Orang tua yang
perkembangan zaman yang selalu bisa memberikan waktu luang
menyediakan barang-barang praktis untuk anaknya dapat memiliki cara
menjadikan ibu malas dan memilih atau gaya dalam pengasuhan yang
pampers sekali pakai. fleksibel sesuai dengan tahap
perkembangan anak, karakter anak
Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan situasi yang sedang di hadapi
dengan Toilet Training pada anak (Ratne, 2016).
Hubungan Pola Asuh Orang Hasil penelitian ini sejalan
Tua dengan Toilet Training Uji statistic dengan penelitian Destiana (2017)
didapatkan nilai p = 0,012 < α = 0,05 mengatakan bahwa orang tua yang
sehingga H1 diterima berarti ada menggunakan pola asuh permisif
hubungan antara pola asuh orang dalam toilet training adalah kebayakan
tua dengan toilet training di PAUD KB orang tua mengabaikan masalah toilet
AL-Firdaus Bahrul Ulum Tambakberas training. Hal tersebut dapat di lihat dari
Jombang dengan nilai koefisien orang tua yang tidak melatih anak
kontingensi sebesar 0,417 yang dalam toilet training dan membiarkan
memiliki arti bahwa kekuatan anak jika BAB/BAK sembarang tempat
hubungan antar variabel pada tingkat dan akan mendorong anak menjadi
sedang. kurang percaya diri dalam toilet
Berdasarkan tabel 3 di atas training dan mengakibatkan
diketahui pola asuh orangtua dalam keterlambatan dalam proses toilet
toilet training yang mengalami training, kegagalan toilet training tidak
keterlambat bahwa sebagian besar hanya di pengaruhi oleh anak itu
memiliki pola asuh permisif sebanyak sendiri melainakan dari perilaku orang
15 anak (93,8%) dan pola asuh tua dalam mengajarkan toilet training
orangtua dalam toilet training yang dan faktor lain yang mempengaruhi
mengalami keberhasilan bahwa pola asuh orang tua adalah, seperti
usia dan pengalaman mengasuh bahwa ada begitu banyak faktor yang
anak, usia dan pengalaman mempengaruhi terbentuknya pola
mengasuh anak akan mempengaruhi asuh orang tua dan yang
persiapan mereka dalam menjalankan mempengaruhi tingkat kepercayaan
pengasuhan. diri seseorang namun sesuai dengan
Hasil penelitian ini berbanding hasil penelitian yang dilakukan, pola
terbalik dengan hasil penelitian asuh orang tua memiliki kontribusi
Suprapti (2014) yang menyatakan yang besar dalam pembentukan
tidak ada hubunga pola asuh dengan kepercayaan diri karena pola asuh
keberhasilan toilet training pada anak. orang tua sudah mempengaruhi
Dan penelitian oleh Setyowati (2012) seseorang sejak berada di lingkungan
yang juga menyatakan tidak ada yang pertama yaitu lingkungan
hubungan antara pola asuh orang tua keluarga. Dan bukan dari orangtua
dengan tingkat keberhasilan toilet saja tetapi
training pada anak. Hal ini dari anak saja dalam proses toilet
dikarenakan bahwa pelaksanan toilet training.
training anak tidak hanya dapat di
pengaruhi oleh pola asuh orang tua SIMPULAN
saja. Lingkungan merupakan salah Ada hubungan pola asuh
satu faktor yang mempengaruhi toilet orangtua dengan toilet training di
training pada anak. Jika anak berada PAUD KB AL-Firdaus Bahrul Ulum
dalam lingkungan yang baik maka Tambakberas Jombang dengan nilai
tingkat keberhasilan toilet trainingnya p = 0,012 < α = 0,05.
akan baik (Suprapti, 2014). Hal
SARAN
tersebut sesuai dengan pendapat
Dari kesimpulan diatas, maka
Adriyani (2014) dalam penelitiannya
saran yang diberikan ke orang tua
bahwa lingkungan merupakan salah
yaitu dapat menerapkan pola asuh
satu faktor ekstrinsik yang ikut andil
yang sesuai dengan karakter anak
dalam menentukan ada tidaknnya
dan sesuai situasi dalam mendidik
motivasi seseorang utnuk melakukan
anak tentang masalah toilet training
stimulasi toilet training, yang dapat
sehingga anak dapat berkembang
mempengaruhi keberhasilan toilet
lebih baik dalam melakukan BAK dan
training (Adriyani, 2014).
BAB secara mandiri. Bagi Tempat
Dari uraian diatas bahwa anak
Penelitian diharapkan guru PAUD KB
yang mengalami keterlambatan dalam
AL-Firdaus Bahrul Ulum Tambakberas
toilet training yaitu yang orangtuanya
Jombang dapat menambahkan materi
menggunakan pola asuh permisif.
tentang toilet training, praktiknya,
Sebab orangtua kurang
serta menambahkan materi parenting
memperhatikan dan kurang
kepada orangtua mengenai pola asuh
pengajaran dalam proses toilet
orangtua.
training. Namun pola asuh orangtua
Diharapkan untuk institusi pendidikan
ada sisi baik buruknya. Melalui
untuk menambah bahan bacaan atau
pembahasan ini dapat diketahui