Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Ekonomi merupakan bagian dari kehidupan manusia dan mempengaruhi kehidupan sosial
masyarakat serta pola perilaku sosial serta individu. Konsep ekonomi tidak semata-mata
diperuntukan bagi ekonomi saja, tetapi bagi semua orang. Semua orang memerlukannya dalam
kehidupan sehari-hari meskipun tidak semua orang mempergunakannya secara benar.
Sejauh mana peran ekonomi itu dipergunakan dalam kehidupan orang yang telah
mengalami kelahiran kembali dan bagaimana memberi fungsi yang sebenarnya bagi ekonomi di
dalam kehidupan seoranmg Kristen adalah hal yang penting untuk dipahami sebaik mungkin
sehubungan dengan ekonomi Kristen dalam negara Pancasila Indonesia.
Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia, berarti Pancasila adalah dasar
pikir kefilsafatan ekonomi Pancasila. Ekonomi dipelajari dan dikembangkan untuk keperluan
hidup manusia, artinya yang memegang peranan utama adalah manusia, sedangkan hidup
manusia mempunyai dua sisi yang berbeda bentuk namun bersama sifat yaitu hidup badani atau
jasmani dan rohani. Seperti yang dikatakan oleh Ki Sarino Magunpranoto:
“Hidup manusia selalu mencari keseimbangan dalam pertumbuhan dan
pegembangan kedua sisi itu. Filsafat hidup yang menelusuri adanya keseimbangan antara
filsafat ekonomi dan filsafat manusia itu yang dijadikan prinsip hidup bangsa Indonesia
yang religius dan beragama.”1

Dengan demikian ekonomi mempunyai peranan penting bagi semua orang termasuk
dalam kehidupan orang percaya, sehingga penulis tertarik untuk menyusun sebuah makalah
sederhana yang diberi judul: “Kontribusi Ekonomi Menurut Iman Kristiani Terhadap Ekonomi
Pancasila.”Adapun tujuan penulisan makalah ini: Untuk menggali pengertian dan pemahaman
ekonomi yang sesuai dengan prinsip-prinsip firman Tuhan tentang ekonomi. Juga Untuk
mengetahui dan mengerti peran ekonomi dalam kehidupan orang percaya yaitu orang yang telah
mengalami kelahiran kembali sehingga memberi fungsi yang tepat dalam bersosial ekonomi.
Selanjutnya penulis pun ingin menerapkan prinsip-prinsip ekonomi ini dalam kehidupan
pribadi dan pelayanan. Sedangkan harapan yang lebih lagi agar pembaca/ jemaat juga dapat
mengetahui dan memahami fungsi ekonomi dengan benar.

BAB II
1
Band. Mubyarto Boediono (ed), Ekonomi Pancasila, (Yogyakarta: Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi
UGM, 1981, h. 17

1
EKONOMI PANCASILA

A. Pengertian Ekonomi

Istilah yang dipergunakan dalam bahasa Inggris adalah “Economy”, yang berarti hemat,
irit, murah.2 Dalam Webster’s New Dictionary dijelaskan bahwa istilah ekonomi berasal dari
bahasa Francis “Yconomie” yang sebenarnya diangkat dari bahasa Yunani “oikonomia”,
kemudian ditulis dalam bhasa Inggris dengan definisi:
“thrifty and efficient use of material resouries; frugality in expenditures; also: an
instance or a means of economizing; efficient and consice us of non material resoures
arrangement or mode of operation of something: Organization; the structure of economic
life in a country, area, or periot; specif: an economic system economic adj: desingned to
save money.”3

Tom Gunadi dalam bukunya Sistem Perekonomian Menurut Pancasila dan UUD’45 menguraikan
pengertian istilah ekonomi sebagai berikut:
Istilah “ekonomi” itu sendiri berasal dari oikonomia, mula-mula dipergunakan
oleh Xenophon (lebih kurang tahun 400 SM), diturunkan dari kata-kata Yunani oikos
(artinya, segala sesuatu yang berhubungan dengan rumah tangga, jadi tepat seperti arti
yang dipergunakan sekarang), dan nomos (undang-undang atau peraturan; ada
hubungannya dengan kata namein, yang berarti mengurus). Xenophon mengartikan
ekonomi sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan kekeluargaan dalam hal cara
menambah, menggunakan, dan mengatur kekayaan kebendaan.4

Sedangkan W.J.S. Poerwadarminta menjelaskan: Ekonomi adalah pengatahuan dan penyelidikan


mengenai azas penghasilan (produksi), pembagian (distribusi dan pemakaian barang-barang serta
kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian, perdagangan, dsb.); urusan rumah tangga
kehematan, hemat. Berekonomi berarti menjalankan sesuatu usaha menurut ajaran ekonomi,
berhemat, sedangkan perekonomian berarti urusan, tindakan-tindakan dan aturan mengenai
ekonomi.5
Dalam upaya memberikan definisi bagi istilah ekonomi, para sarjana ilmu ekonomi telah
berusaha memberikan definisi-definisi namun di antara satu dengan yang lain tidak sama.
Walupun demikian, dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik “benang merah” sebagai
kesimpulan yang diambil dari garis besarnya.
Antara lain Rochmat Soemitro mengetengahkan beberapa definisi:
2
Band. John M. Echolls dan Hasan Shadily, Kamus Inggris – Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 1990), h.
206
3
Band. G and C Mirriam Co., New Collegiate Dictionary a Mirriam Webster’s, (Quezon City Philippines:
Phonix Press Inc, 1976), p. 360
4
Tom Gunadi, Sistem Perekonomian Menurut Pancasila dan UUD’45, (Bandung: Penerbit Angkasa, 1990),
h.5
5
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h.267

2
Robinson mengatakan: “economies is the study of the disposal or allocation of scare
means to a multiplicity of ends.”; A.L. Meyers: De economic is de wetenschap die zich
bezing houdt met de, ekonomi ialah ilmu pengatahuan yang mempelajari kebutuhan
manusia dan pemenuhannya. J.R. Hicks, ilmu ekonomi mempelajari tingkah laku
manusia dalam dunia perdagangan. Adam Smith meyebut ekonomi dengan “An inquiry
in the nature and causes of the wealth of nations.” Ini sebenarnya adalah title buku yang
ditulisnya yang secara singkat terkenal dengan nama “Wealth of nations.” J.S. Mill. The
science oh the production and an distribution of wealth. Marshal, economics dinjelaskan
sebagai “as study that examines that part of individual and social activity which is most
closely connected with the attainment and with the use of material requisites of well
being. Definisi pada sekolah menegah, ialah suatu ilmu yang mempelajari usaha manusia
untuk mencapai kemakmuran.6

Jadi dapat disimpulkan bahwa, dari bermacam-macam definisi diatas ekonomi ialah suatu
ilmu yang mempelajari tindakan-tindakan manusia yang ditimbulkan oleh adanya hubungan
antara kebutuhan-kebutuhan dan alat-alat yang tersedia hanya dalam jumlah yang terbatas dan
alat-alat mana mempunyai pemakaian yang alternatif.

1. Obyek Ilmu Ekonomi


Suatu kegiatan yang dijalankan baik yang bersifat legal maupun illegal
dalam tindakannya selalu mempunyai sasaran. Secara khusus dalam ilmu ekonomi sasaran atau
obyek ilmunya diarahkan pada tindakan manusia dalam menyelaksi suatu barang atau jasa dan
menempatkan suatu kebutuhan sebagai prioritas dengan mengorbankan kebutuhan lain yang
nilainya lebih rendah, mengingat barang dan jasa-jasa yang terbatas jumlanya itu, maka barang-
barang dan angka penukaran yang didapat merupakan obyek ekonomi juga.

2. Ciri-ciri Struktur Ekonomi


Struktur merupakan petunjuk atau panduan cara bertindak, yang dimaksud
adalah struktur ekonomi. Struktur perekonomian adalah ciri dan sifat dari suatu rumah tangga
masyarakat yang mewarnai dan memberi motif pada rumah tangga tersebut, juga untuk
membedakannya dengan rumah tangga masyarakat. Sumawinata mengatakan bahwa, struktur
ekonomi suatu negara terbentuk dari latar belakang yang antara lain: Kondisi keadaan alam, letak
geografis, psikologi, politik, institusi, dan kemajuan-kemajuan teknik yang terdapat di dalam
masyarakat.7
Ciri-ciri struktur ekonomi yang penting kedudukannya dan perkembangannya secara
umum antara lain; yaitu bagaimana dengan pendapatan nasional (besarnya pendapatan di antara
6
Band. Rochmat Soemitro, Pengantar Ekonomi Pancasila, (Bandung: Penerbit PT Erasco, 1991), h. 4-5
7
Band. Sarbini Sumawinata, Menuju Masyarakat Adil Makmur, (Jakarta: Penerbit PT Gramedia, 1989), h. 4

3
beberapa golongan masyarakat). Bagaimana pembagian antara konsumsi dan tabungan
(penanaman modal). Mengetahui beberapa jumlah penduduk (perbesaran atau pertambahan
jumlah penduduk) di antara daerah-daerah dan bagaimana komposisi penduduk berdasarkan
kelompok umur (berapa kelompok umur yang tergolong angkatan kerja) serta bagaimana
pembagiannya dalam masyarakat. Berapa tingkat pertambahan penduduk, berapa koefisien yang
dalam ilmu ekonomi sering disebut quota atau propensities elastisitas karena angka-angka ini
akan dapat memberi petunjuk bagaimana pengaruh dan akibat suatu tindakan atau keadaan
terhadap perekonomian secara keseluruhan.

B. Pancasila Sebagai Falsafah Ekonomi Bangsa Indonesia

1. Pengertian Falsafah

Istilah falsafah artinya pandangan hidup, pandangan dunia, pedoman


hidup, petunjuk hidup.8 Falsafah hidup kebangsaan Indonesia adalah Pancasila, hal ini berarti
bahwa Pancasila berfungsi sebagai petunjuk hidup atau pedoman hidup sehari-hari. Falsafah
hidup Pancasila dihasilkan dari pemikiran dan penelaahan yang sedalam-dalamnya terhadap
tingkah-laku yang khas dari bangsa Indonesia (Kepribadian Bangsa Indonesia), falsafah hidup
Pancasila adalah segala sesuatu yang menyangkut kenyataan, nilai-nilai dan norma-norma yang
oleh bangsa Indonesia diyakini sebagai sesuatu yang paling benar, paling adil, paling bijaksana,
paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.

2. Keunggulan dan Keterbatasan Pancasila

Bangsa Indonesia terdiri dari suku bangsa yang majemuk dan pluralistik,
dalam kepelbagaian perbedaan suku, budaya, bahasa dan agama yang ada, oleh sebab itu
dibutuhkan suatu dasar yang kuat, kokoh dan teguh agar kesatuan dan persatuan dapat digalang
guna membangun dan mengisi negara yang merdeka untuk mencapai cita-cita seluruh negara,
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD’45.
Berbicara tentang dasar negara Indonesia yang merdeka, maka tidak akan terlepas dari
Pancasila. Sejak diperkenalkan oleh Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, sampai kepada

8
Band. G. Harjoko, Ord Carn, Dardji Darmodiharjo, SH, Kosmiran, MA, M. Noorjsjam, Aspek-aspek
Filosofis Pancasila, (Malang: Laboratorium Pancasila IKIP Malang, 1974), h. 15

4
ketetapan MPR pada tanggal 22 Maret 1978, Pancasila telah mengalami berbagai perubahan
dalam urutan, perumusan dan penekanan makna.9
a. Keunggulan Pancasila dalam Masyarakat Indonesia
Melihat nilai-nilai positif yang telah disumbangkan oleh Pancasila
bagi bangsa Indonesia guna mengisi kemerdekaan bangsa hal ini nyata dan terbukti bahwa
Pancasila memiliki keunggulan. Pancasila dinilai unggul bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam masyarakat Indonesia tidak hanya bersifat teoritis melainkan juga bersifat
praktis; kendatipun Pancasila sendiri adalah sebuah rumusan yang teoritis dan abstrak dari suatu
warisan budaya yang dalam.
Pancasila merupakan sebuah konsep yang efektif dalam menghadapi tantangan-tantangan,
bahkan berbagai pemberontakan bersenjata baik yang kecil maupun yang besar, usaha-usaha
kudeta dalam rangka upaya untuk menggantikan Pancasila sebagai dasar negara. Namun
Pancasila tetap bertahan bahkan semakin kokoh. Sejauh ini Pancasila telah mampu
mempertahankan baik ke-“bhineka”an maupun ke-“tunggal”an Indonesia di dalam suatu
keseimbangan yang dinamis dan kreatif.
Pancasila mampu menggalang persatuan dan kesatuan di mana tidak ada minoritas dan
mayoritas. Ia tidak menciptakan satu system nilai baru, melainkan menyesuaikan diri dengan etos
dominan yang ada, ia berakar pada kebudayaan bersama yang ada. Ia mampu memberikan
“aturan-aturan main” dalam sebuah kerangka nasional dan sampai batas tertentu ia sanggup
menjawab persoalan pokok yang dihadapi rakyat Indonesia dan memberi identitas pada rakyat
untuk menjawab tantangan-tantangan kontemporer, melalui pendekatannya yang inklusif artinya
yang bersifat non-diskriminatif sehingga dapat terus menerus bekerja sama guna membangun
masa depan bersama-sama masing-masing bertolak dari kepercayaan dan keyakinannya, dalam
arti ini Pancasila telah mempertahankan baik kesatuan maupun kemajemukan Indonesia secara
dinamis.
b. Keterbatasannya
Ada pepatah yang mengatakan bahwa tak ada gading yang tak
retak, demikian pula halnya dengan dasar negara Pancasila; begitu kokoh, kuat dan teguh dengan
keunggulannya yang mengagumkan bagi bangsa Indonesia, namun ia juga mempunyai banyak
keterbatasan. Dalam mengantisipasi keterbatasan Pancasila dalam kenyataannya, maka perlu
menyadari keterbatasan Pancasila di mana hal ini tidak berarti menyangkali keampuhan dan
keunggulan juga tidak juga harus diartikan sebagai sikap yang “non-Pancasilais”, lebih-lebih
9
Band. Eka Darmaputra, Ph.D.,Pancasila Identitas dan Modernitas, (Jakarta: Penerbit PT BPK Gunung
Mulia, 1991), h. 127

5
“anti-Pancasila”. Sebaliknya, salah satu ciri penting dari seorang “Pancasilais adalah memiliki
sikap kritik diri. Bila keunggulan Pancasila terletak pada orientasi nilai dan pandangan dunia
masyarakat Indonesia di mana ia berakar, maka keterbatasannya juga terletak disitu.
Bila keunggulan Pancasila terletak pada keampuhannya dalam memberikan suatu
identitas bagi masyarakat Indonesia, maka keterbatasannya terletak di dalam menjawab
permasalahan pokok yang kedua yang dihadapi oleh masyarakat ini, yaitu: modernitas. Pancasila
sebagai fungsional berakar pada etos yang dominan di dalam masyarakat Indonesia yang disadari
oleh pandangan dunia yang menekan kesatuan, keseimbangan dan keselarasan. Kesatuan yang
dimaksud disini adalah yang lebih menekankan “kesatuan tindak” dari pada “kesatuan”
kepercayaan”, dimana “ontopraksi” lebih dominan dari pada “ortodoksi”.

3. Pancasila Sebagai Dasar Ekonomi Bangsa Indonesia


1. Aspek Religius-Spiritual dalam Ekonomi Pancasila

Dalam pembahasan ilmu ekonomi Pancasila, tidak pernah lepas


dari pada aspek religius-spiritual; dalam hal ini penilaian bagi para ahli ekonomi merupakan
sesuatu yang berani atau nekat dalam menyerempet bahaya dapat dikatakan juga bahwa hal ini
adalah tabu untuk dibicarakan apalagi dibahas. Namun demikian tetap dibutuhkan orang-orang
yang berani untuk meyingkapkan kenyataan yang ada ini.
Dalam relasi antara ekonomi-perekonomian dengan manusia sebagai penggerak dari pada
tindakan-tindakan ekonomi terlihat bahwa manusia bukanlah robot tetapi manusia adalah
makhluk hidup yang Istimewa; di dalam tubuh manusia dapat dimengerti bahwa manusia itu
sebenarnya terbagi atas tiga bagian, yaitu: tubuh badani, jiwa dan roh, sehingga dalam hal
pembangunan manusia ekonomi yang dicita-citakan oleh Pancasila, manusia harus dilihat dari
asumsi manusia seutuhnya.
Menuru Ace Partadireja, ekonomi Pancasila mengandung aspek religius-spiritual dilihat
dari segi kemanusiaannya di mana ia membagi manusia menjadi tiga bagian penting: tubuh
jasmaniah, pikiran, dan roh atau disebut juga ‘body, mind, and spirit’. Lebih lanjut dikatakan;
selama hidup dikulit planet ini‘body, mind, and spirit’ merupakan satu kesatuan, sedang dalam
kehidupan sesudahnya salah satu akan copot dan ditinggalkan.10
Filosofis Pancasila juga digolongkan filosofis yang religius. Ini berarti filosofis Pancasila
di dalam kebenaran dan kebijaksanaan mengakui adanya kebenaran mutlak yang berasal dari

10
Mubyarto Boediono (ed), Ekonomi …, h. 86-87

6
Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran religius), dan sekaligus mengakui keterbatasan kemampuan
manusia, termasuk kemampuan berfikir manusia. Prof. Dr. Notonagoro mengatakan;
Bahwa di dalam keadilan sosial tersimpul sebagai salah satu unsur
pokoknya hak dan wajib yang bersifat kodrat, yang bersifat moral, yang bersifat
idiil atas dasar cita-cita, termasuk yang idiologis dan politik, yang bersifat religius
dan dasar firman Tuhan atau atas dasar kepercayaan akan kekuatan gaib dan yang
bersifat adat istiadat dalam arti luas yaitu timbul sebagai hasil perkembangan
sejarah, yang tergantung dari keadaan, keadaan dalam segala lingkungan, seperti
keadaan alam, kebendaan dan kejiwaan, sosial ekonomis, kulturil, kesusilaan serta
religius, yang tergantung pula dari waktu, tempat dan manusia yang bersangkutan.11

2. Aspek Kemanusiaan

Manusia adalah makhluk yang menduduki urutan teratas dalam


penyelenggaraan kehidupan di dunia demikian juga kaitannya dengan ekonomi pada prinsipnya
yang terkandung di dalam Pancasila. Pancasila memberikan dasar moral dilihat dari segi
pendekatan etis terhadap manusia dalam sosialisasi masyarakatnya. Dalam hubungan sosialisasi
antara individu dan masyarakat, bangsa Indonesia bertitik tolak dari inti falsafah sosial yang
bersifat kekeluargaan sebagaimana tertulis dalam naskah autentik UUD 1945, mulai dengan
pengakuan “Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap”. Jadi dapat
dikatakan bahwa secara tertulis bangsa Indonesia mengakui secara sadar akan adanya tanggung
jawab terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa sebagaimana juga tertulis dalam pasal 29 ayat 2 UUD
1945 dan sekaligus juga menghormati nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan harkat dan martabat
pribadinya, yang tertera dalam pasal 27 ayat 2 UUD 1945 dan dalam penjelasannya yang
autentik.
Dengan demikian secara tersirat bangsa Indonesia menempatkan manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dengan keunikannya dan berada pada posisi yang lebih
tinggi dari pada makhluk-makhluk ciptaan lainnya. Hal itu merupakan anugerah Tuhan.

3. Aspek Kebersamaan

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, manusia


Indonesia melihat dan memanfaatkan anugerah ini dengan usaha atau kerja yang dilakaukan
secara bersama-sama. Usaha bersama dalam arti persatuan dan kesatuan yang didasari atas asas

11
Notonagoro, Prof. Dr, Pancasila Secara Ilmiah Populer, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1987), h. 181

7
kekeluargaan sebagaimana diuraikan dalam UUD 1945 dan batang tubuh UUD 1945 pasal 33
ayat 1 menetapkan bahwa perekonomian disusun atas dasar usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
4. Aspek Musyawara Mufakat

Asas kekeluargaan yang dianut dalam kehidupan sosialisasi


masyarakat Indonesia membawa pada konsep bertindak dan berpikir pada suatu kehendak untuk
tidak saling merugikan. Jadi dalam arti musyawarah dan mufakat terdapat unsure kebebasan yang
bertanggung jawab atau subsidiaritas. Dalam arti yang seluas-luasnya bagi negara dan bangsa
Indonesia bahwa kekuasaan atau wewenang pemerintah negara tidak boleh mengambil alih
fungsi yang dapat dikerjakan sendiri oleh para warga negara baik usaha bersama-sama atau
sendiri-sendiri dalam rangka usaha bersama mewujudkan tujuan-tujuan ekonomi masyarakat.

5. Aspek Keadilan

Pengertian kata adil bagi bangsa Indonesia yang dirumuskan dalam


sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, dan yang tercantum juga dalam pembukaan
UUD 1945 diberi arti yang dirumuskan dari keseluruhan sifat pada seseorang, yang terbuka
keluar dan dihayati dan disadari secara mendalam sampai mencapai inti persoalan yaitu “rasa”,
sebagai sikap yang nyata dan terbuka keluar, bukan pemikiran yang dirumuskan secara tertulis.
Dalam keadilan masyarakat yang baik, dibutuhkan keseimbangan hidup. Keseimbangan
sosial ini antara lain adalah hak dan kewajiban. Dalam hak dan kewajiban manusia akan
menjalani hidupnya sesuai dengan fungsi tersebut. Muhammad Yamin mengatakan:
Keadilan sosial memberi perimbagan kepada kedudukan perseorangan
dalam masyarakat. Masyarakat Indonesia telah lama tak menerima cara hidup yang
melugukan atau kemakmuran pada manusia perseorangan, sehingga perimbangan
kesejahteraan dalam masyarakat terganggu. Yang menjadi pengganggu perimbangan itu
sebagian besar ialah cara memakai hak milik selainnya dari pada pembagian harta
benda.12

Kata keadilan atau dengan kata lain “layak” atau “kelayakan” atau “kepatuhan” atau
kepositasan”, yang dalam rumusan Pancasila “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap” sering
diasosiasikan dengan kata-kata tersebut diatas atau disingkat menjadi “perikemanusiaan”.

4. Ekonomi Pancasila

12
Mr. Muhammad Yamin, Proklamasi dan Konstitusi, (Jakarta, Amsterdam, 1945), h. 1954

8
1. Sistem Ekonomi Pancasila
Sistem Ekonomi Pancasila merupakan cirri khas perekonomian
bangsa Indonesia. Sistem perekonomian adalah sistem sosial yang dilihat dalam rangka
keseluruhan sosial untuk mencapai kemakmuran. Suatu sistem terdiri dari asas-asas, fakta,
kepercayaan-kepercayaan, bagian-bagian obyek, unsur-unsur yang membentuk suatu keseluruhan
yang koheren, yang tersusun secara teratur yang bekerjasama menurut tujuan tertentu, saling
terikat dalam suatu kesatuan yang satu sama yang lain saling mengait dan fungsional.
Dalam sistem ditemukan dasar yang dipakai sebagai penggerak sistem dan sebagai
pengarah atau pagar untuk mencapai tujuan. Dalam sistem perekonomian Pancasila ditemui
adanya sistem ekonomi demokrasi atau demokrasi ekonomi, yang mana demokrasi ekonomi ini
tidak terlepas dari dasar perekonomian yang tercantum dalam UUD’45 pasal 33.

2. Management dalam Ekonomi Pancasila


Manajemen atau pimpinan; manajemen mengadakan dan
mengarakan sumber-sumber ekonomi kepada tujuan. Manajemen dalam ekonomi Pancasila
diatur dalam sila kedua Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap; yaitu, dengan sifat kemanusiaan
yang adil dan beradap manusia diakui dan diperlakukan dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang sama derajatnya, yang sama hak dan kewajiban-kewajiban
asasinya tanpa perbedaan suku, keturunan, agama, dan kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit, dan sebagainya.
Sila kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia; berrati, keadilan sosial
dalam sistem ekonomi berarti bahwa beban atau hasil sistem tersebut dibagikan diantara
golongan yang bersangkutan demikian rupa sehingga kedamaian sosial tidak terganggu. Sila
keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan berarti, karena mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama maka pada
dasarnya tidak boleh ada suatu kehendak yang dipaksakan kepada pihak lain. Sebelum diambil
keputusan yang menyangkut kepentingan bersama terlebih dahulu diadakan musyawarah untuk
mencapai mufakat.Musyawarah untuk mencapai mufakat ini diliputi oleh semangat kekeluargaan,
yang merupakan cirri khas bangsa Indonesia.

3. Pendekatan Yuridis, Etik dan Praktis Ekonomi Pancasila

Indonesia adalah negara kepulauan. Hal ini berarti kelompok pulau


juga ternasuk perairan yang menghubungkan satu dengan yang lainnya sehingga pulau-pulau,
perairan dan keadaan alamiah itu membentuk suatu kesatuan interinsik geografis, ekonomi dan

9
politik. Bangsa Indonesia telah memperjuangkan keberadaan negaranya ini untuk diakui oleh
dunia internasional sejak “Deklarasi Juanda” pada tanggal 13 Desember 1977 yaitu atas negara
kepulauan atas asas nusantara, yang berusaha untuk mendapatkan pengakuan bahwa negara
kepulauan dapat dipandang secara utuh dan bulat sebagai kesatuan territorial dan untuk
melindungi kekayaan negara. Pendekatan etik dan Praktis ekonomi yang digunakan tentu
berdasarkan pendekatan asasi dari Pancasila, dimana proses ekonomi melalui usaha bersama
yang bersifat kekeluargaan menurut pasal 33 UUD 1945 dan dari setiap anggota warga
masyarakat dituntut tanggung jawab secara nasional untuk kemakmuran bersama.

10
BAB III
EKONOMI MENURUT IMAN KRISTEN

A. Mandat Kebudayaan
Mandat kebudayaan berasal dari Tuhan Allah Sang Pencipta langit dan bumi dengan
segala isinya. Mandat kebudayaan diberikan langsung kepada manusia yang adalah makhluk
yang diciptakan serupa dan segambar dengan Allah. Dalam mandat kebudayaan yang diberikan
Allah kepada manusia terdapat tugas yang harus dikerjakan sebagai tugas kebudayaan. Dr.J.
Verkuyl mengatakan sebagai berikut: Allah yanh hidup itu adalah Allah yang menciptakan
manusia dengan mata yang dapat melihat, dengan otak yang dapat berpikir, dengan tangan yang
dapat membangun, supaya manusia itu, atas nama Tuhan, menaklukan dunia kepadanya.13

1. Tugas Kebudayaan
Pada penciptaan, manusia tidak menerima tugas untuk berkembang biak saja,
melainkan juga untuk menaklukan bumi serta memerintahkan segala makhluk. Manusia
ditetapkan untuk melaksanakan tugas memperkembangkan semua bidang ilmu pengetahuan serta
kebudayaan (Kejadian 1:26-28). Dalam Alkitab ada istilah dan kalimat yang menjadi dasar tugas
kebudayaan:
a. Rada (‫)הדר‬

Istilah rada (‫ )הדר‬dalam Kejadian 1:26 diterjemahkan dengan kata “berkuasalah”


atau “rule” (New International Version), yang berarti “man is climax or God’s creative activity”
and God has “growned him with glory and honor and “mate him rule” over the rest of His
creation (Ps. 8:5-8)14 Berdasarkan pengertian kata ini, dapat dikatakan bahwa pengertian kata
berkuasalah merupakan sebuah perintah sekaligus memberikan kedudukan atau posisi kepada
manusia sebagai representatif Allah.

b. Kabash (‫)שבכּ‬
Istilah ini muncul sebanyak lima belas kali dalam Perjanjian Lama. Istilah kabash
ditejemahkan Lembaga Alkitab Indonesia dengan kata “taklukkanlah” atau “subdue” (New
International Version). Kata ini menyatakan bahwa; manusia tidak dapat hidup dengan bermalas-
malasan. Dalam kata taklukkan terdapat perintah untuk bertindak, mengusahakan, mengola dan

13
Dr. J. Verkuyl, Etika Kristen dan Kebudayaan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1966), h. 21
14
Band. Kenneth Baker (ed), New International Version Study Bible, (Grand Rapids: Zondervan Publishing
House, 1984), h. 7

11
melestarikan, dengan maksud tidak bertindak sewenang-wenang terhadap alam yang akan
mengakibatkan rusaknya lingkungan hidup (ekosistem).

c. Abad (‫)דבע‬
Lembaga Alkitab Indonesia menterjemahkan kata ini dengan “mengusahakan”
atau “work, serve” (New Internasional Version), yang berarti manusia tidak hanya berpangku
tangan, ia harus bekerja, untuk hal itu dibutuhkan kekuatan, hikmat dan kebijaksanaan di dalam
mengatur keseimbangan antara apa yang diproduksikan dan dikonsumsikan.

d. Shamar (‫)רמש‬
Istilah shamar diterjemahkan “memelihara” oleh Lembaga Alkitab Indonesia dan
“keep, guard observe, give heed (New International Version), yang secara tidak langsung maupun
secara langsung manusia harus bertanggung jawab atas apa yang dieksploitasi untuk kebutuhan
hidupnya. Perlu diperhatikan bahwa sumber-sumber daya alam yang ada di dalam perut bumi ini
tidak dapat dieksploitasi secara besar-besaran hanya untuk masa kini saja, melainkan juga harus
memperhatikan generasi berikutnya.

e. Oikonomos (οικονομος)
Dalam Perjanjian Baru kata oikonomos berarti pengelola; juru kunci; wali;
pengurus atau “household manager”15 atau “administrator (of household), steward.”16 Istilah
oikonomos dipergunakan oleh Tuhan Yesus dalam Injil Sinopsis dalam bentuk perumpamaan dan
oleh Lembaga Alkitab Indonesia diterjemahkan “mengurus”, yakni orang yang bekerja sebagai
pengurus rumah yang setia, yang bijaksana atau bendahara atau stedward (New International
Version). Istilah ini dipergunakan sebanyak enam kali dalam Injil Lukas.17 Dalam kumpulan ayat-
ayat yang ditulis oleh rasul Paulus, hal melayani sebagai seorang pelayan lebih ditekankan dalam
arti pelayanan terhadap sesama manusia secara rohani, manusia bertindak sebagai pelayan Allah
atau pelayan Injil.
Jadi kata oikonomos ditujukan kepada manusia sebagai satu-satunya makhluk yang dapat
dibebani dengan tugas dan tanggung jawab. Oikonomos adalah manusia yang bekerja sebagai
pemimpin, pengelola, penata, yang bertindak sebagai pengganti Allah di dunia untuk mengurus
semua ciptaan-Nya di jagad raya ini atau dibumi dengan segala isinya.

15
Band. G.C. Mirriam Co. New Collegiate a Mirriam Webster’s, (Queszon City Philippines: Phonix Press
Inc, 1976), p. 360
16
Band. Host Balz and Gerhard Scheider, Exegetical Dictionary of The New Testament, Vol 2, and F.
Wilbur Gingrich, Greek-English Lexicon of The New Testament, second edition, (Chicago and London: The
University of Chicago Press, 1985), p. 560
17
Lukas 12: 42; 16: 1,2,3,4,8

12
Dalam penataan perekonomian manusia diharapkan mampu berpikir dan bertindak
rasional kendatipun kadang-kadang keterbatasan manusia membawanya pada tindakan yang
irasional dalam mengelola rumah tangga dalam arti keluarga, bangsa dan negara. Kegiatan kerja
yang menjadi tugas pengelola adalah meliputi barang dan jasa yang setiap harinya menjadi
kebutuhan bagi kelangsungan hidup manusia.

2. Tujuan Mandat Kebudayaan


Mandat kebudayaan diberikan kepda manusia dengan tujuan agar manusia
mempermuliakan Tuhan Sang Pencipta alam semesta. Untuk menyatakan kasih kepada sesama
manusia dan untuk memuji Tuhan, dan agar manusia dapat mengabdi kepada Allah dan kepada
sesama manusia. Hal ini secara praktis menyangkut menguasai alam yang Tuhan percayakan
kepada manusia.

B. Ekonomi Umat Pilihan Allah

Dalam struktur sosial masyarakat yang diatur oleh Allah di dalam Alkitab, secara khusus
dapat dilihat melalui kehidupan umat Allah di dalam Alkitab, yakni bangsa Israel. Secara
structural sosial masyarakat di bagi dalam kelompok-kelompok; suku, kaum, atau marga dan
keluarga, warna kulit, di mana masing-masing kelompok diberikan sebidang tanah untuk dikelola
bagi kehidupan mereka.
Sosialisasi masyarakat dalam kehidupan bangsa Israel, sangat erat hubungannya antara
satu dengan yang lain, hal semacam ini dibuktikan dalam kehidupan setiap hari. Jika ada keluarga
yang mengalami kesusahan atau kemalangan; hal yang dilakukan oleh keluarga besar dari
keluarga tersebut adalah bertanggung jawab dengan kerelaannya untuk memberikan
pertolongan.18
Manusia adalah ciptaan Allah yang unik dan Allah menyingkapkan kasih-Nya dalam
kehidupan manusia juga secara unik di mana tanggung jawab yang diberikan melalui berkat-
berkat tiap-tiap hari itupun sesuai dengan kehendak dan kerelaan-Nya dan tugas manusia untuk
mengelolanya. Berkaitan dengan kondisi struktur masyarakat yang terjadi adalah karena manusia
yang berdosa mengakibatkan ketimpangan yang berdampak pada masyarakat di mana si kaya
ingin lebih kaya dan di sisi lain si lemah menjadi semakin lemah dan menjadi miskin oleh karena
bagian yang menjadi miliknya dikuasai oleh yang lain.

18
Band. Ulangan 25:5-10, band. Rut 4:1-17

13
Dampak dari ketidakberdayaan ini membawa penderitaan bagi umat manusia yang lemah,
oleh sebab itu dalam pola ekonomi yang diatur oleh Allah terdapat pola penebusan yang dapat
menolong si lemah agar tidak menjadi semakin hina dan agar ia mampu mengusahakan hidupnya
untuk memperbaiki kehidupan dan genarasi selanjutnya dari keturunannya. Bentuk yang lain
adalah diadakannya perhitungan tahun sabat dan tahun yobel guna menolong si lemah yang tidak
berdaya apabila ia tidak memiliki kesanggupan untuk melepaskan dirinya dari hutang-hutang
yang dibuatnya, dan juga apabila tidak mempunyai seorang penolong (goel) untuk menebus apa
yang menjadi hak hidupnya. Dalam hal ini ia dapat keringanan dan terbebas dari kemelut hutang
piutang serta dapat mengambil kembali apa yang menjadi haknya. Dalam hal ini akan
didapatinya kembali kehidupan secara wajar di tengah masyarakat, sebagai yang berharkat dan
martabat.
Dengan perlindungan yang diberikan kepada setiap orang yang diturunkan oleh Allah
kepada umat-nya adalah ditujukan kepada orang miskin dalam arti para janda, anak-anak yatim
piatu dan orang asing. Pola penebusan telah ada ketika manusia berdosa, dimana manusia
diperbudak dosa dan saling memperbudak satu dengan yang lain. Kehidupan manusia menuju
kepada kehancuran total. Hal inilah yang menjadi latar belakang penebusan yang dilakukan oleh
Allah.
Berdasarkan penebusan Allah itu maka dalam kelanjutan rencana Allah bagi manusia, ada
aturan-aturan tentang penebusan yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Bangsa
Israel adalah model dari aturan yang diberikan Allah, di mana dalam kehidupan mereka berlaku
aturan seperti; Penebusan rumah, Tahun Sabat, dan Tahun Yobel, dimana ada hal-hal yang
meyangkut ekonomi telah dimulai dan memberi dampak yang luas bagi kehidupan selanjutnya.
Kekhususan yang dimiliki oleh bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah, bukan berarti
bahwa mereka adalah orang-orang yang suci, kudus dan tidak mengenal dosa lagi, tetapi
sesungguhnya mereka adalah orang-orang berdosa yang hidup sama dengan manusia-manusia
yang lain di atas muka bumi; bumi yang fana dan sudah dicemari oleh dosa. Sedangkan maksud
Allah memilih bangsa Israel agar mereka menjadi model atau contoh yang dapat ditiru oleh
bangsa-bangsa lain sebagai pengemban misi Allah, dengan tujuan agar manusia yang berdosa
dapat diselamatkan beserta seluruh bidang pekerjaan yang menjadi tugas dari mandat kebudayaan
pun dapat dicapai.

a. Konsep Hak milik

14
Sampai sekarang banyak orang membicarakan ekonomi yang tak habis-
habisnya, juga hak asasi dan dalam kajian-kajian ilmiah orang berbicara tentang otonomi atau
kedaulatan dalam bidang ekonomi, apa lagi dewasa ini hangat dibicarakan tentang globalisasi
ekonomi; yakni perdagangan bebas dimana setiap bangsa bebas menerima semua barang dengan
mudah. Allah memberi hak kepada manusia untuk bekerja dengan keras dan tekun
b. Tanah Sebagai Pemberian Allah
Secara histories sosiologis bangsa Israel adalah bangsa yang dimulai dari
ketaatan Abraham yang sedia meninggalkan tanah leluhurnya, ketika ia dipanggil Allah untuk
menerima janji yaitu memberikan suatu negeri yang berlimpah susu dan madu. Allah tidak
menghendaki manusia berbangga diri dengan apa yang dimilikinya apa lagi menganggap semua
itu sebagai jasa-jasa baiknya.19 Sebaliknya bangsa Israel percaya bahwa tanah yang mereka miliki
adalah pemberian Allah dan hal tersebut membawa mereka pada perspektif yang benar dalam
hubungan Israel dengan Allah.
c. Tanah Milik Allah
Allah adalah Tuhan bagi Israel maka Ia adalah Tuhan atas tanah Israel
juga. Dalam kitab Imamat diekspresikan bahwa tanah adalah hal yang pokok dalam kehidupan
manusia. Dalam kenyataan terlihat bahwa Allah memberi tanah kepada bangsa Israel sebagai
warisan yang sangat berharga bagi semua manusia. Alkitab mencatat bahwa ‘Tanah jangan dijual
mutlak, karena Akulah pemilik tanah itu, sedang kamu adalah orang asing dan pendatang bagi-
Ku.’20 Pemahaman secara teologis tentang tanah bagi umat Israel merupakan bukti perjanjian
antara Allah dan Abraham; dan Israel sendiri diindikasikan sebagai anak-anak Allah secara
spiritual.

19
Band. Ulangan 8: 17-18
20
Imamat 25:23

15
BAB IV
KONTRIBUSI EKONOMI KRISTEN
BAGI EKONOMI PANCASILA

A. Kesamaan Jiwa Dasar Dalam Ekonomi Kristen dan Pancasila


1. Religius – Spiritual
Sejalan dengan pandangan hidup Pancasila, bangsa Indonesia mengakui adanya
Tuhan dan menempatkan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa pada posisi pertama dari kelima
silanya. Kepercayaan akan adanya Tuhan dilihat dari keberadaan manusia, bahwa manusia itu
mempunyai keterbatasan dan dalam hal kebenaran, kebijaksanaan, mutlak berasal dari Tuhan
Yang Maha Esa.21
Bagi umat Kristiani Allah adalah Tuhan bukan hanya Tuhan yang berada digereja tetapi Dia
juga adalah Tuhan atas perekonomian. Allah tidak terbatas adanya, Dia Alfa dan Omega, yang
awal dan yang Akhir, Sang Pencipta langit dan bumi serta isinya. Oleh sebab itu dalam
melaksanakan tugas-tugasnya manusia harus berorientasi pada Allah karena Allah tidak
memandang bulu, Ia baik bagi semua orang tanpa terkecuali orang maupun jahat. Allah ada
disekeliling umat-Nya, dan setiap orang wajib bertanggung jawab kepada Allah atas apa yang
diperbuatnya.
2. Kemanusiaan
Bangsa Indonesia melihat manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang
mempunyai harkat dan martabat, berhak untuk mendapat perlakukan yang adil, dan memiliki
derajad yang sama. Manusia mendapat pengakuan kebersamaan dalam hak dan kewajiban dalam
arti setiap orang memiliki kebebasan dalam kehidupan sosial masyarakat. Searah dengan
pandangan ini Alkitab menjelaskan juga bahwa manusia merupakan representatif Allah karena
keserupaan dan kesegambarannya dengan Allah.
3. Kebersamaan
Kebersamaan yang mewarnai jiwa dasar Pancasila adalah mengarah pada tugas
kebudayaan; manusia diciptakan Alla secara istimewa dan hal tersebut merupakan anugerah
Tuhan Yang Maha Esa, yang mana manusia juga tidak sanggup membangun dan
mengembangkan dirinya tanpa adanya persatuan atau kebersamaan dalam mengisi hari-hari
kehidupan yang merupakan anugerah untuk dijalani. Dalam pembangunan ekonomi Pancasila

Band. G. Harjoko, dkk, Aspek-aspek Filosofis…, h. 13. Malcolm Brownlee, Tugas Manusia Dalam Dunia
21

Milik Tuhan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987), h. 179

16
menanamkan perasaan memiliki bersama dalam menggalang persatuan dan kesatuan atas dasar
asas kekeluargaan.
a. Dalam Perjanjian Lama
Landasan jiwa kekeluargaan ini bukan hal yang baru dalam
kehidupan umat Kristiani. Dalam Perjanjian Lama Allah telah menunjukan kepada umat-Nya
tentang pola hidup yang terbaik dalam mengemban tugas kebudayaan adalah dengan
menanamkan asas kekeluargaan yang kuat. Sebagai contoh dalam kehidupan Rut dan Boas,
dimana Boas bertindak sebagai orang kaya dan Rut adalah seorang janda miskin yang tidak
mempunyai apa-apa (harta); sebenarnya mereka (Rut dan Naomi = ibu mertuanya) mempunyai
sebidang tanah, tetapi tanah tersebut telah berada dalam tangan orang lain. Dalam hal ini mereka
akan dapat memilikinya lagi jika ada orang dari antara keluarga mereka yang dapat menolong.
Orang yang dimaksud adalah Boas.22
Sifat kekeluargaan yang dinyatakan lainnya yaitu membebaskan tanah milik sesama pada
tahun Yobel (setiap 49 tahun), untuk mencegah si kaya agar tidak bertambah kaya dan si miskin
tidak bertambah miskin. Pada tahun sabat (setiap tujuh tahun) tanah tidak ditaburi dan apa yang
tumbuh di atas tanah tidak boleh dipetik oleh pemiliknya, supaya orang miskin dapat makanan.
Semua budak belian dibebaskan, semua hutang dihapuskan.23
b. Dalam Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru kebersamaan terlihat jelas sebagai bagian
kehidupan yang berada dalam Kerajaan Sorga atau Kerajaan Allah. Tuhan Yesus memberitakan
Kerajaan Allah yang penuh dengan keadilan dan kasih. Ia memanggil murid-murid yang
membentuk suatu persekutuan yang menandai kerajaan itu. Pola kehidupan murid-murid-Nya,
termasuk kehidupan ekonomis, disesuaikan dengan Kerajaan Allah. Kas mereka dimiliki bersama
(Yohanes 12:6) dan dipakai untuk keperluan mereka semua. Rupanya bukan dua belas murid saja
yang masuk persekutuan ini tetapi juga orang-orang lain termasuk beberapa wanita (Lukas 8:1-3;
lihat juga Markus 15:40-41). Pemberitaan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus juga ditujukan
kepada masyarakat baru dalam arti pengikut-pengikut Yesus atau dengan kata lain orang-orang
yang beriman dan percaya kepada-Nya.
4. Musyawarah Mufakat
Musyawarah dan mufakat adalah salah satu cirri dasar dari bangsa Indonesia yang
dikembangkan di atas dasar kekeluargaan di mana dalam tubuhnya tumbuh tenggang rasa yang
tidak ingin merugikan satu dengan yang lain masing-masing anggotanya. Mengutamakan
22
Band. Rut 41-17
23
Band. Ulangan 15:1-18

17
musyawarah dan mufakat dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan bersama. Keluhuran
hati dan akal yang sehat serta tanggung jawab yang tinggi kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi
sifat yang mendasar dengan maksud agar setiap manusia dapat menghormati dan menghargai
harkat dan martabat serta nilai kebenaran dan keadilan.
Dalam musyawarah dan mufakat ada kebebasan yang sifatnya subsidiaritas, yang
bertindak sebagai kontrol dalam masyarakat secara khusus dalam pembangunan ekonomi
masyarakat.

5. Keadilan
Dalam Pancasila menempatkan Keadilan Sosial pada Sila kelima Pancasila. Nilai
keadilan sosial diakui oleh bangsa Indonesia didukung oleh pengakuan akan hak asasi setiap
manusia.24 Sila “Keadilan Sosial” menjadi paying bagi perlindungan hukum dan sosial dengan
tujuan agar setiap manusia atau anggota masyarakat mendapatkan kelayakan hidup. Searah
dengan pandangan di atas Alkitab juga menjelaskan bagaimana keadilan yang dikehendaki oleh
Allah dalam Firman-Nya.
Keadilan merupakan sifat Allah, juga merupakan kewajiban bagi manusia dan cirri nagi
masyarakat yang baik, atau dengan kata lain keadilan merupakan norma etis Kristen yang
bersumber dari Allah. Dalam Perjanjian Lama dipergunakan kata ‘sedeq’ (‫)קדצ‬, yang berarti

keadilan, kebenaran.25 Bersikap adil berarti juga menyatakan kebenaran. Jadi keadilan sosial
dapat dikatakan setiap orang mempunyai hak yang sama atas apa yang seharusnya diterima
secara adil.
Ada juga pendapat lain26 yang mengatkan bahwa konsep keadilan Kristen banyak
persamaannya dengan keadilan dalam pemikiran umum. Namun, jika dasar pikir umum adalah
bisikan hati saja, keadilan Kristen mempunyai dasar dalam keadilan Allah, “Tuhan menjalankan
keadilan dan hukum bagi segala orang yang diperas” (Maz. 103:6). Ia mencintai dan menegakkan
keadilan (Maz. 99:4). Dasar keadilan manusia adalah keadilan Allah.

B. Kontribusi Ekonomi Kristen bagi Ekonomi Pancasila


1. Hak
24
Band. UUD 1945 pasal 27 ayat 1-2, dan pasal 33
25
Band. Laird Harris, (ed), Theological Wordbook of The Old Testament Vol 2, (Chicago: Mody Press,
1980), p. 752
26
Malcolm Brownlee, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987)
h. 65

18
Hak adalah sesuatu yang wajib diterima seoenuhnya oleh yang berhak menerimanya.
Pengertian hak adalah benar dan adil, milik atau kepunyaan, kewenangan dan kekuasaan. 27 Hak
asasi yang diberikan oleh Allah kepda setiap orang orang adalah dengan tujuan untuk
membangun. Dalam pembangunan, manusia menuntut kebebasan hak menyangkut kebebasan
dari kemiskinan, supaya martabatnya dihormati dan keadilan partisipasi sepenuhnya dalam
masyarakat. Tentang hal ini Dr. P.D. Latuihamallo mengatakan:
Maksud pembangunan adalah menciptakan keadilan sosial dalam masyarakat.
Dasar-ideologis sudah jelas, dan karenanya struktur-struktur dan lembaga-lembaganya
untuk menyalurkan ide dan untuk menghasilkan sebanyak-banyaknya produksi serta
memungkinkan pembagian merata kekayaan nasional juga sudah jelas. Dalam proses
inilah kita sedang berada, hal mana berarti keadilan sosial masih dikejar.28

a. Kebebasan Memilih
Allah menciptakan manusia dengan kemampuan yang berbeda-
beda; setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Manusia juga memiliki
kamauan dan kemampuan untuk berkehandak atas dirinya sendiri, hal ini merupakan gambaran
dari pribadi Allah, yang berkehendak atas diri-Nya sendiri. Jake Barnett mengatakan:
Memilih adalah hak asasi manusia karena Allah menciptakan manusia dengan
kemampuan ini… Memilih bukanlah satu pilihan, tetapi sebuah kebutuhan yang harus
ada, kebebasan memilih bukanlah pemberian pemerintah atau masyarakat, tetapi adalah
sebuah pemberian Allah… Berbeda dengan makhluk lain, kemampuan untuk memilih
membuat manusia menjadi makhluk bermoral, berbeda dengan ciptaan lain… Tanpa
kebebasan memilih tidak ada moralitas dalam arti yang sebenarnya.29

Jadi dengan demikian kebebasan adalah aspek yang penting untuk melaksankan
hak dan tuntutan lain berupa kewajiban seseorang di dalam masyarakat, baik untuk
mengembangkan diri maupun untuk bersama-sama membangun manusia seutuhnya dan juga
meningkatkan pembangunan fisik yang dibutuhkan, guna mencapai masyarakat yang adil dan
sejahtera.
b. Hak Absolut
Hak dan kebebasan memilih telah diberikan oleh Allah kepada manusia tanpa terkecuali. Yang
harus diperhatikan adalah bahwa kebebasan ada tanggung jawab baik secara moral kepada Tuhan
juga secara mental terhadap diri pribadi yang mempergunakannya. Manusia telah menerima
27
Band. Virginia S. Thatcher (ed), Educational Book of Essention Knowledge in Edition of the Webster
Encyclopedic Dictionary of the English Language, (United States of America: Cosolidated Book Publishers, 1969),
p. 725, dan John M. Echols dan Hasan Shadily, kamus…., h. 486 dan ,___nn______, Kamus besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 292
28
Dr. P.D Latuihamallo, Renungan Suci Tentang Pembangunan Modern, (Jakarta: STT Jakarta, 1975), h.
24
29
Jake Barnett, (Terj), Harta dan Hikmat, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1987), h. 44-45

19
mandat kebudayaan dengan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini manusia perlu
menyadari bahwa hak yang diberikan kepadanya hanya sebatas memiliki dalam arti mengolah
atau mengusahakan dan memelihara atau manusia diberikan hak untuk bekerja keras. Jadi hak
yang kita miliki sifatnya sementara dan tidak mutlak tetapi hak mutlak atau absolut berada di
tangan Allah.
2. Perlindungan Atas Hak
Dalam menjalankan tanggung jawab manusia berpijak pada apa yang menjadi
bagiannya, setiap bagian yang dimiliki baik oleh pribadi golongan atau bersama, sewaktu-waktu
dapat berpindah ke tangan orang lain kendatipun hal itu sudah terang-terangan dinyatakan
sebagai hak milik pribadi atau kaum keluarga. Timbul pertannyaan bagaimana jika hal tersebut
terjadi pada orang yang miskin dan lemah? Maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut akan
jatuh miskin dan melarat tanpa daya upaya untuk mengembalikan kondisi hidup yang layak.
Manusia-manusia yang demikian akan semakin hari semakin bertambah banyak jika
sistem yang terjadi di negara ini tidak mendapat perhatian dari semua pihak. Dengan pola
ekonomi Kristiani didapati bagaimana hak setiap orang mendapat perlindungan atas haknya
dengan diadakannya perhitungan tahun Yobel; di mana setiap orang yang tidak mampu mendapat
keringanan dan terjadi perbaikan ekonomi karena nilai hutang tidak terus-menerus membumbung
di dalam negara.

20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Falsafah hidup Pancasila adalah segala sesuatu yang menyangkut kenyataan, nilai-nilai
dan norma-norma yang oleh bangsa Indonesia diyakini sebagai sesuatu yang paling benar, adil,
bijaksana, baik dan paling sesuai dengan bangsa Indonesia. Dasar filsafat ekonomi adalah filsafat
hidup yang menelusuri adanya keseimbangan antara filsafat ekonomi dan filsafat manusia itu
yang dijadikan prinsip hidup bangsa Indonesia yang religius dan beragama.
Pancasila memiliki lima aspek penting dalam arah ekonomi dan manusia seutuhnya antara
lain: aspek religius spiritual, aspek kemanusiaan, aspek kebersamaan, aspek musyawarah mufakat
dan aspek keadilan. Sistem ekonomi Pancasila adalah sistem sosial yang dilihat dalam
keseluruhan sosial untuk mencapai kemakmuran bersama yang diatur dalam pasal 27, 33 dan 34
dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pengaturan ekonomi Pancasila dalam manajemen
mengarahkan sumber-sumber ekonomi pada tujuan yang ditata berdasarkan sila kedua
“Kemanusiaan yang adil dan beradap”, sila kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”, sila keempat “ Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
Ekonomi Kristen dikelola berdasarkan mandat kebudayaan yang diperintahkan Allah.
Dalam mandat kebudayaan terdapat tugas-tugas bagi manusia untuk mengolah, mengusahakan,
mengatur dan memelihara bumi dan segala isinya. Manusia diberikan hak dan tanggung jawab
bukan untuk memiliki tetapi untuk bekerja keras dengan tujuan nama Allah dimuliakan. Dalam
ekonomi yang dirancang oleh Allah bagi umat-Nya diarahkan untuk kemakmuran bersama
dengan sistem pengendalian sosial ekonomi dalam pola penebusan dan pembebasan atas hak
orang lemah atau orang miskin. Kaum yang lemah mendapat perlindungan atas haknya sebagai
suatu keputusan yang absolut dari Allah yakni dengan dijalankan perhitungan tahun Sabat dan
Tahun Yobel.
Sebagai orang yang telah mengalami penebusan Allah melalui karya penebusan Tuhan
Yesus Kristus, maka setelah menerima anugerah-Nya itu, kita juga dipanggil untuk menjadi
mitra-Nya, agar citra Allah dapat terwujud kembali dalam hidup manusia, inilah kesaksian
Kristiani yang diberitakan Injil.

21
B. Saran-saran
1. Bagi gereja-gereja di Indonesia
Gereja-gereja Tuhan di Indonesia pentingnya menyadari akan keberadaan dunia
dewasa ini yang semakin sulit dari segi pemenuhan kebutuhan ekonomi, dan hendaklah gereja-
gereja mengusahakan adanya suatu kerjasama, bahkan program di dalam menopang jemaat yang
lemah, dengan jalan jika di dalam anggota jemaat ada yang mampu dan memiliki modal yang
dapat dikelola maka dapat dibentuk kelompok-kelompok kerja dengan pengawasan yang ketat
juga pinjaman dengan bunga yang ringan untuk membangun jemaat yang berkekurangan (miskin)
kepada taraf hidup yang lebih baik.

2. Bagi Cendikiawan Kristen


Indonesia adalah negara agraris, negara yang kaya akan sumber-sumber alam.
Apakah kekayaan ini akan terus diolah oleh pihak asing (negara lain)? Saya ingatkan; marilah
para cendikiawan Kristen. untuk mengembangkan dan memanfaatkan sumber-sumber alam yang
ada dengan memakai tangan-tangan terampil dan sumber daya manusia Kristen yang dewasa ini
sementara memperjuangkan nasibnya untuk mencari pekerjaan, yang lemah dan tidak berdaya.
Dengan menciptakan badan usaha kerjasama antar gereja-gereja di seluruh Indonesia yang dapat
mengangkat status sosial ekonomi kepada yang lebih baik.

22
Kepustakaan

Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia. 1997

Eka Darmaputra, Ph.D.,Pancasila Identitas dan Modernitas, Jakarta: Penerbit PT BPK Gunung
Mulia, 1991
Gunadi, Sistem Perekonomian Menurut Pancasila dan UUD’45, Bandung: Penerbit Angkasa,
1990
Harjoko, Ord Carn, , Aspek-aspek Filosofis Pancasila, Malang: Laboratorium Pancasila IKIP
Malang, 1974
John M. Echolls dan Hasan Shadily, Kamus Inggris – Indonesia, Jakarta: PT Gramedia, 1990
Jake Barnett, (Terj), Harta dan Hikmat, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1987

Kenneth Baker (ed), New International Version Study Bible, Grand Rapids: Zondervan
Publishing House, 1984
Latuihamallo Dr. P.D, Renungan Suci Tentang Pembangunan Modern, Jakarta: STT Jakarta,
1975
Laird Harris, (ed), Theological Wordbook of The Old Testament Vol 2, Chicago: Mody Press,
1980
Malcolm Brownlee, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1987
Mubyarto Boediono (ed), Ekonomi Pancasila, Yogyakarta: Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi
UGM, 1981,
Muhammad Yamin, Proklamasi dan Konstitusi, Jakarta, Amsterdam, 1945

Mirriam G.C. Co. New Collegiate a Mirriam Webster’s, Queszon City Philippines: Phonix Press
Inc, 1976
Notonagoro, Prof. Dr, Pancasila Secara Ilmiah Populer, Jakarta: PT Bina Aksara, 1987

Poerwadarminta W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976

Rochmat Soemitro, Pengantar Ekonomi Pancasila, Bandung: Penerbit PT Erasco, 1991

Sarbini Sumawinata, Menuju Masyarakat Adil Makmur, Jakarta: Penerbit PT Gramedia, 1989
Verkuyl J. Dr, Etika Kristen dan Kebudayaan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1966

Virginia S. Thatcher (ed), Educational Book of Essention Knowledge in Edition of the Webster
Encyclopedic Dictionary of the English Language, United States of America:
Cosolidated Book Publishers, 1969
Wilbur Gingrich F., Greek-English Lexicon of The New Testament, second edition, Chicago and
London: The University of Chicago Press, 1985

23
KONTRIBUSI EKONOMI MENURUT IMAN KRISTIANI
TERHADAP EKONOMI PANCASILA

Makalah

Di Susun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Ekonomi Sebagai Permasalahan Teologis (2SKS)

Dosen
Pdt. Dr. N. Gara, MA

Oleh
Kiki Arthur
033289/S2

PROGRAM PASCASARJANA TEOLOGI


UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON
Agustus 2004

24
Daftar Isi

Daftar isi………………………………………………………………………….. v

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………….. 1

BAB II. EKONOMI PANCASILA

A. Pengertian Ekonomi
3. Obyek Ilmu Ekonomi……………………………………. 3
4. Ciri-ciri Struktur Ekonomi………………………………. 3
B. Pancasila Sebagai Falsafah Ekonomi Bangsa Indonesia
5. Pengertian Falsafah……………………………………… 4
6. Keunggulan dan Keterbatasan Pancasila………………… 5
i. Keunggulan Pancasila dalam Masyarakat Indonesia
ii. Keterbatasannya
7. Pancasila Sebagai Dasar Ekonomi Bangsa Indonesia…… 6
8. Ekonomi Pancasila………………………………………. 9

BAB III. EKONOMI MENURUT IMAN KRISTEN


A. Mandat Kebudayaan…………………………………………. 11
2. Tugas Kebudayaan
3. Tujuan Mandat Kebudayaan
B. Ekonomi Umat Pilihan Allah………………………………… 13
a. Konsep Hak milik
b. Tanah Sebagai Pemberian Allah
c. Tanah Milik Allah

BAB IV. KONTRIBUSI EKONOMI KRISTEN


BAGI EKONOMI PANCASILA ……………………………… 16
C. Kesamaan Jiwa Dasar Dalam Ekonomi Kristen dan Pancasila
D. Kontribusi Ekonomi Kristen bagi Ekonomi Pancasila……… 19

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan………………………………………………… 21
b. Saran-saran………………………………………………… 22

KEPUSTAKAAN

25

Anda mungkin juga menyukai