NIM : A1C020033
Kelas : A/5
TOPIC 1
Metodologi desain pengujian perincian saldo yang menggunakan model resiko audit
digunakan para auditor dalam mendesain pengujian yang tepat untuk saldo piutang
dagang. Dalam metodologi tersebut berkaitan dengan kertas kerja perencanaan bukti yang
diperkenalkan dalam bab materialitas dan resiko.
Bukti yang memadai yang akan dipakai dalam pengujian perincian saldo harus
diputuskan berbasis dengan tujuan dengan tujuan (objective-by-objective).Pengambilan
keputusan ini menjadi kompleks karena adanya beberapa interaksi yang mempengaruhi atas
bukti tersebut. Contohnya auditor harus mengevaluasi pelanggaran dan mempertimbangkan
risiko bawaan (inherest risk). Potensi dan resiko ini dapat bervariasi sesuai dengan
tujuannnya, seperti halnya hasil pengujian pengendalian identifikasi risiko, yang bervariasi
sesuai dengan tujuan.Auditor itu harus pula mempertimbangkan hasil pengujian subtantif dari
penjualan dan penerimaan kas.
1. Piutang dagang dalam neraca saldo sesuai dengan jumla pada berkas utama, dan
jumlah totalnya secara tepat ditambahkan sesuai dengan buku besar (kecocokan
perincian).
2. Perincian piutang dagang yang terjadi (Keberadaan).
3. Seluruh piutang dagang sudah dihitung (Kelengkapan).
4. Jumlah piutang dagang yang tepat (Akurasi).
5. Piutang dagang diklasifikasikan dengan benar (Klasifikasi).
6. Pisah batas waktu piutang dagang yang tepat (pisah batas)
7. Piutang dagang dinyatakan dalam nilai yang dapat direalisasikan (Nilai Terealisasi)
8. Klien memiliki hak atas piutang dagang
Kolom dalam kertas kerja perencanaan bukti termasuk tujuan audit terkait
saldo.auditor menggunakan faktor-faktor yang ada untuk membantu mengetahui resiko
deteksi piutang dagang yang terencana, sesuai tujuannya.
Dalam membahas pengujian perincian saldo piutang dagang, kita berfokus pada
tujuan audit terkait saldo. Kita akan mengasumsikan dua hal, yaitu:
Piutang Dagang Ditambahkan secara Tepat dan Sesuai dengan Berkas Utama dan Buku Besar
Pada umumnya, pengujian atas piutang dagang dan cadangan kerugian piutang
dilakukan berdasarkan neraca saldo. Sebuah neraca saldo menyajikan saldo piutang dagang
pada tanggal neraca termasuk data saldo piutang untuk setiap pelanggan disertai perincian
saldo untuk kurun waktu antara tanggal penjualan dan tanggal neraca.
Konformasi atas saldo tagihan pelanggan merupakan pengujian paling penting untuk
menentukan keberadaan piutang dagang yang dicatat. Ketika pelanggan tidak menanggapi
konfirmasi, maka auditor perlu memeriksa dokumen pendukung untuk mengecek pengiriman
barang , juga menguji bukti penerimaan kas selama masa tenggat (subsequent) untuk
mengetahui apakah pembayaran sudah dilakukan. Biasanya, auditor tidak menguji dokumen
pengiriman atau bukti penerimaan kas dalam sampel yang dikonfirmasi, melainkan
memperluas penggunaan dokumen tersebut sebagai alternative bukti bagi konfirmasi yang
tidak ditanggapi.
Bagi auditor, sulit untuk melakukan pengujian saldo rekening di luar neraca saldo,
kecuali bergantung pada pertimbangan data piutang dagang di berkas utama. Contohnya, jika
klien tanpa sengaja tidak memasukkan piutang dagang pada neraca saldo, kemungkinan hal
ini akan dapat dideteksi ketika auditor melakukan penjumlahan ke bawah terhadap piutang
dagang di neraca saldo, kemudian melakukan rekonsiliasi saldo melalui akun pengntrol di
buku besar.
Jika seluruh penjualan kepada pelanggan tidak dimasukkan dalam jurnal penjualan,
maka kurang saji pada piutang dagang tidak dapat diungkap melalui pengujian perincian
saldo. Sebagai contoh, auditor jarang mengirimkan konfirmasi piutang dagang kepada
pelanggan dengan saldo nol, sebagian karena hasil penelitian menyebutkan bahwa pelanggan
biasanya tidak merespons permintaan konfirmasi yang menunjukkan saldo mereka kurang.
Sebagai tambahan, penjualan yang tidak tercatat kepada pelanggan baru akan sulit
diidentifikasi dalam konfirmasi karena nama pelanggan tersebut tidak masuk dalam berkas
utama. Kurang saji atas penjualan dan piutang dagang lebih baik dideteksi dari prosedur
analitis dan pengujian substantive atas transaksi pengiriman yang dilakukan, tetapi tidak
dicatat (tujuan kelengkapan atas pengujian transaksi penjualan).
Konfirmasi rekening yang diambil dari neraca saldo merupakan bentuk pengujian
perincian saldo yang paling umum dilakukan untuk mengetahui akurasi piutang dagang. Bila
pelanggan tidak merespons permintaan konfirmasi, auditor dapat melihat data pendukung
untuk memperoleh keyakinan atas keberadaan piutang tersebut. Auditor melakukan pengujian
debet dan kredit pada saldo pelanggan individu dengan memeriksa dokumen pendukung
untuk pengiriman dan penerimaan kas.
Terdapat hubungan erat antara tujuan audit-terkait klasifikasi saldo dengan klasifikasi
terkait, penyajian atas pemahamannya, dan tujuan pengungkapannya. Untuk mencapai tujuan
audit-terkait klasifikasi saldo, auditor harus menetapkan apakah klien telah
mengklasifikasikan piutang dagang secara benar. Sebagai contoh, auditor akan menetapkan
apakah piutang dari pihak terkait telah dipisahkan di neraca saldo. Untuk memenuhi
persyaratan penyajian dan pengungkapan, auditor harus memastikan bahwa klasifikasi
disajikan secara benar dengan menentukan apakah transaksi antara pihak-pihak yang terkait
dengan perusahaan telah dicatat secara tepat dalam laporan keuangan selama menyelesaikan
tahapan audit.
Salah saji akibat penetapan pisah batas terjadi pada penjualan, retur dan cadangan
barang dagangan, serta penerimaan kas. Untuk masing-masing hal tersebut, auditor perlu
melakukan tiga pendekatan dalam menetapkan kewajaran pisah batas, yaitu:
Pisah Batas Penjualan. Sebagian besar klien yang bergerak di bidang perdagangan dan
manufaktur mencatat penjualan berdasarkan kriteria pengiriman barang. Beberapa
perusahaan mencatat faktur pada saat perpindahan kepemilikan, yang dapat terjadi sebelum
pengiriman (seperti dalam kasus barang yang diproduksi khusus), pada saat memulai
pengiriman, atau selama pengiriman berlangsung. Agar pengukuran dilakukan secara tepat
pada periode berjalan, maka metode yang digunakan harus mengikuti Prinsip Akuntansi
Berterima Umum(Generally Accepted Accounting Principles/GAAP) dan diterapkan secara
konsisten.
Bagian terpenting pada evaluasi metode klien dalam menetapkan pisah batas adalah
saat menentukan prosedur apa yang digunakan. Jika klien menerbitkan dokumen pengiriman
secara urut nomor, maka auditor akan sangat mudah mengevaluasi dan menguji pisah
batasnya. Pemisahan tugas antara fungsi pengiriman dan penagihan juga menguatkan
kecenderungan untuk mencatat transaksi pada periode yang tepat. Bagaimana pun juga, jika
pengiriman dilakukan oleh armada perusahaan, jika pencatatan pengiriman tidak diberi
nomor, dan jika orang yang melakukan pengiriman dan penagihan tidak independen satu
sama lain, maka auditor akan sulit memastikan bahwa pisah batas yang ditetapkan adlah
akurat.
Ketika pengendalian internal klien dianggap memadai, maka auditor biasanya dapat
melakukan verifikasi pisah batas dengan memeriksa nomor dokumen pengiriman pada saat
pengiriman terakhir di akhir periode, lalu membandingkan nomor ini dengan pencatatan
penjualan selama periode berjalan dan periode jeda (subsequent). Sebagai ilustrasi,
diasumsikan nomor dokumen pengiriman untuk pengriman terakhir periode berjalan adalah
1489. Seluruh penjualan yang dicatat sebelum akhir periode harus diawali dengan dokumen
nomor 1490 dan tidak ada penjualan dicatat dan dikirimkan selama periode jeda yang
bernomor 1489 atau lebih kecil. Seorang auditor dapat menguji hal ini dengan
membandingkan catatan penjualan dan dokumen pengiriman terkait untuk beberapa hari
terakhir pada periode berjalan, dan beberapa hari di awal periode jeda.
Jika auditor yakin bahwa klien mencatat seluruh retur penjualan tepat pada waktunya,
maka pengujian pisah batas bias dilakukan dengan mudah dan langsung. Auditor dapat
menguji dokumen pendukung sebagai sampel untuk retur dan cadangan penjualan yang
dicatat selama periode jeda sampai tanggal penutupan untuk menentukan tanggal penjualan.
Jika auditor melihat bahwa jumlah yang dicatat selama periode jeda secara signifikan berbeda
dari retur dan cadangan penjualan di awal periode audit, maka mereka perlu melakukan
penyesuaian. Sebagai contoh, suatu perusahaan bisa mengalami kenaikan retur penjualan saat
melakukan penjualan melalui internet. Hal ini disebabkan karena pembeli tidak bisa
memeriksa produk sebelum dibeli. Sebagai tambahan, jika evaluasi pengendalian internal atas
pencatatan retur dan cadangan penjualan hasilnya tidak efektif, maka lebih banyak sampel
dibutuhkan untuk melakukan verifikasi terhadap pisah batas.
Dalam audit, biasanya penentuan pisah batas penerimaan kas dianggap tidak terlalu
penting dibandingkan pisah batas untuk penjualan, retur, dan cadangan penjualan. Hal ini
disebabkan karena penentuan pisah batas penerimaan kas yang kurang tepat hanya akan
memengaruhi saldo kas dan piutang dagang, bukan laba. Jika salah saji tersebut material,
maka hal tersebut dapat memengaruhi penyajian wajar atas akun-akun ini, terutama ketika
jumlah kas kecil atau bersaldo negative.
Pengujian untuk salah saji pisah batas penerimaan kas (biasanya disebut holding the
cash receipts book open) cukup mudah dilakukan, yaitu dengan menelusuri pencatatan
penerimaan kas ke setoran bank pada periode jasa yang terdapat di laporan bank. Jika
beberapa hari tertunda, maka terdapat indikasi salah saji dalam penentuan pisah batas.Pada
tingkat tertentu, auditor dapat mengandalkan konfirmasi atas piutang dagang untuk
menemukan salah saji pada pisah batas penjualan, retur, dan cadangan penjualan, dan
penerimaan kas. Sulit membedakan salah saji pisah batas dari suatu beda waktu (timing
difference) normal yang terjadi karena pengiriman dan pembayaran dalam perjalanan pada
akhir periode. Sebagai contoh, jika pembeli mengirimkan dan mencatat pembayaran cek
kepada klien untuk rekening yang belum dibayar tanggal 30 Desember sedangkan klien
menerima dan mencatatnya tanggal 2 Januari, maka pencatatan oleh pembeli dan klien akan
berbeda pada tanggal 31 Desember. Hal ini bukan salah saji, melainkan terdapat beda waktu
sehubungan dengan waktu pengiriman. Sulit bagi auditor untuk menentukan apakah situasi
seperti ini disebut salah saji atau beda waktu, jika jawaban konfirmasi dijadikan sumber
informasi. Situasi tersebut membutuhkan penyelidikan lebih lanjut, misalnya dengan
pemeriksaan dokumen pendukung.
Untuk memulai evaluasi cadangan atas piutang tak tertagih, auditor menganalisis hasil
pengujian pengendalian mengenai kebijakan kredit klien. Jika kebijakan ini tidak berubah dan
hasil pengujian kebijakan kredit dan persetujuan kredit konsisten dengan tahun sebelumnya,
maka perubahan saldo cadangan piutang tak tertagih seharusnya hanya merefleksikan
perubahan kondisi ekonomi dan volume penjualan. Jika kebijakan kredit klien berubah secara
signifikan, maka auditor harus berhati-hati dalam mempertimbangkan dampak dari perubahan
ini.
Auditor menghadapi dua kesalahan yang biasa terjadi dalam mengevaluasi cadangan
dengan memeriksa saldo jangka panjang secara individu pada neraca saldo. Pertama, mereka
mengabaikan tingkat kecukupan cadangan untuk akun jangka pendek, meskipun beberapa
akun ini jelas-jelas tak tertagih. Kedua, sulit untuk membandingkan hasil tahun berjalan
dengan tahun-tahun sebelumnya dalam basis yang tidak terstruktur. Jika akun-akun ini secara
progresif tidak tertagih selama beberapa tahun, maka akun ini telah diabaikan. Untuk
menghindari dua kesalahan tersebut, klien dapat menyusun sejarah penghapusan piutang tak
tertagih (bad debt write-offs) selama kurun waktu tertentu sebagai referensi dalam
mengevaluasi cadangan tahun berjalan. Sebagai contoh, klien dapat menetapkan 2% dari
akun berjalan, 10% dari akun berumur 30-90 hari, dan 35% dari semua saldo yang berumur
lebih dari 90 hari dianggap tidak tertagih. Auditor dapat memberlakukan persentase ini ke
neraca saldo dan membandingkan hasilnya dengan saldo pada akun cadangan. Auditor
tentunya harus memverifikasi kewajaran dari persentase yang digunakan dan berhati-hati
dalam memperhitungkan perubahan kondisi.
Piutang Tak Tertagih Setelah auditor puas dengan akun cadangan, mudah baginya
untuk memeriksa piutang tak tertagih. Diasumsikan bahwa:
Saldo awal akun cadangan diverifikasi sebagai bagian dari audit sebelumnya.
Jumlah tak tertagih yang dihapus diverifikasi sebagai bagian dari pengujian
substantive atas transaksi.
· Saldo akhir akun cadangan diverifikasi untuk berbagai tujuan.Piutang tak tertagih
merupakan saldo sisa yang diverifikasi dari perhitungan kembali.
Hak klien atas piutang dagang biasanya tidak menyebabkan masalah audit karena
piutang umumnya memang milik klien. Dalam beberapa kasus, ada bagian dari piutang
dagang yang dijadikan jaminan, ditujukan untuk pihak lain, atau dijual dengan nilai lebih
rendah. Umumnya, pelanggan tidak tahu-menahu tentang hal tersebut, sehingga konfirmasi
piutang pun tidak dapat memberikan kejelasan. Untuk mendapatkan informasi mengenai
keterbatasan hak klien atas piutangnya, auditor perlu mendiskusikan dengan klien, melakukan
konfirmasi ke bank, atau memeriksa kontrak utang sebagai bukti bahwa piutang dagang
dipakai sebagai jaminan, dan memeriksa berkas korespondensi.
Bagian penting dari evaluasi meliputi keputusan apakah klien telah memisahkan hal-
hal material yang memerlukan pengungkapan terpisah dalam laporan keuangan. Contohnya,
piutang dari pegawai atau perusahaan afiliasi harus dipisahkan dari piutang dengan pelanggan
lainnya, jika jumlahnya material. Dengan cara yang serupa, SEC mensyaratkan juga bahwa
perusahaan harus memisahkan pengungkapan penjualan dan asset dari segmen bisnis yang
berbeda. Buku besar gabungan dalam laporan keuangan juga perlu memisahkan saldo akun-
akun yang tidak relevan dengan pengguna eksternal laporan. Jika seluruh akun gabungan
yang dimasukkan dalam buku besar diungkapkan secara terpisah dalam laporan, maka hal ini
akan membingungkan pengguna laporan.
III. Konfirmasi Piutang Dagang
Standard audit mensyaratkan konfirmasi piutang dagang dalam kondisi normal. PSA
07 (SSA 330) menyebutkan tiga pengecualian terhadap persyaratan konfirmasi tersebut, yaitu
:
1. Piutang dagang jumlahnya tidak material. Hal ini biasa terjadi pada perusahaan
tertentu, misalnya totko diskon dengan penjualan tunai dan kartu kredit.
2. Auditor mempertimbangkan bahwa konfirmasi merupakan bukti yang tidak efektif
karena tingkat respon yang rendah atau tidak dapat diandalkan. Dalam industry
tertentu, seperti rumah sakit, tingkat respon untuk konfirmasi itu sangat rendah.
3. Kombinasi dari tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian adalah rendah dan
bukti substantive lain dapat diakumulasikan sebagai bukti yang cukup. Jika klien
memiliki pengendalian internal efektif dan risiko bawaan yang cukup rendah terhadap
siklus penjualan dan penagihannya, maka auditor perlu memenuhi persyaratan dengan
melakukan pengujian pengendalian, pengujian substantive atas transaksi, dan
prosedur analitis.
1. Konfirmasi positif
Konfirmasi positif adalah konfirmasi yang ditujukan kepada debitur untk meminta
konfirmasi secara langsung apakah saldo yang disebutkan dalam konfirmasi tersebut benar
atau salah.Formulir konfirmasi kosong adalah jenis konfirmasi positif yang tidak
menyebutkan jumlah yang dikonfirmasi, tetapi mensyaratkan penerima untuk mengisi
jumlahnya atau memasukkan informasi lain. Formulir kosong ini jarang digunakan dalam
praktik karena biasanya tingkat responnya lebih rendah.
2. Konfirmasi negative
Konfirmasi negative juga ditujukan kepada debitur, tetapi hanya meminta respon jika
debitur tidak menyetujui jumlah yang dinyatakan dalam konfirmasi.Konfirmasi positif
merupakan bukti yang lebih dapat diandalkan karena auditor dapat melakukan prosedur lain
jika respon tidak diperoleh dari debitur. Dengan konfirmasi negative, pelanggan bisa saja
tidak merespon dan dianggap menyetujui jumlah yang dikonfirmasi, meskipun mungkin
sebenarnya pelanggan mengabaikan permintaan konfirmasi.
Auditor berhak menentukan jenis konfirmasi yang akan digunakan, dan hal ini
sebaiknya berdasarkan fakta dalam audit. PSA 07 menyatakan bahwa konfirmasi negative
dapat dilakukan hanya jika tiga kondisi berikut dipenuhi.
Konfirmasi negative biasanya digunakan untuk audit rumah sakit, toko ritel, bank, dan
industry lain yang piutang dagangnya berhubungan dengan masyarakat umum. Kombinasi
konfirmasi negative dan konfirmasi positif juga biasa dilakukan dengan mengirimkan
konfirmasi positif kepada debitur dengan saldo besar dan menggunakan konfirmasi negative
kepada debitur bersaldo kecil.
Pilihan konfirmasi oleh auditor dipengaruhi oleh materialitas dari total piutang
dagang, jumlah dan ukuran setiap akun, risiko pengendalian, risiko yang tak terhindarkan,
efektifitas dari konfirmasi sebagai bukti audit, dan ketersediaan bukti audit lain.