Anda di halaman 1dari 15

No.

Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM Revisi 00
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM Halaman 1 dari

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM

ACARA 3.1
Imitasi Perbandingan Genetis Persilangan Monohibrid dan Dihibrid Dengan
Kancing Baju Berbeda Warna

Nama : Elkana Muda Ginting S


NIM : 22/505403/PT/09505
Gol(Hari)/Kel : BBB(Senin)Kelompok 4
Asisten : Shanaz Dhiya’ul Haq

LABORATORIUM BIOLOGI UMUM


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM Revisi 00
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM Halaman 1 dari

2022

ACARA 3.1
Imitasi Perbandingan Genetis Persilangan Monohibrid dan Dihibrid Dengan Kancing Baju
Berbeda Warna
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita mengenal cabang biologi yang berkaitan dengan hereditas yang disebut
genetika. Istilah genetika dipopulerkan oleh William Bateson (Artadana & Savitri
2018). Konsep genetika konsisten dengan gen. Berdasarkan konsep Mendel, gen
diklasifikasikan sebagai unit yang mewarisi atau mewarisi sifat berdasarkan
genotipe dan fenotipe (Meilinda 2017). Di sisi lain, konsep hereditas adalah
pewarisan biologis sifat-sifat tertentu oleh gen. Hukum hereditas yang paling
terkenal adalah hukum Mendel. Hukum Mendel didirikan oleh John Gregor Mendel.
Mendel melakukan eksperimen dengan kacang polong atau pea yang mengarah
pada Hukum Mendel 1 dan Hukum Mendel 2.
Penemuan Mendel menandai dimulainya genetika modern pada pertengahan
abad ke-19 (Campbell et al. 2020). Hukum pertama Mendel menyatakan bahwa dua
gen terpisah selama gametogenesis. Selanjutnya, hukum kedua Mendel menyatakan
bahwa gen yang dipisahkan secara acak bergabung kembali dengan gen induknya
selama proses kawin. Lab 3.1 menggunakan kancing baju untuk meniru perkawinan
monohibrid dan dihibrida. Oleh karena itu, praktikum ini mengikuti prinsip Hukum
Mendel 1. Secara umum persilangan monohibrid menghasilkan keturunan dengan
rasio fenotip 3:1 dan persilangan dihibrid menghasilkan keturunan dengan rasio
fenotip 9:3:3:1 (Artadana & Savitri 2018).
Hibrida monohibrid dan dihibrida dibagi lagi menjadi dominan sepenuhnya
dan dominan tidak sempurna. Perkawinan monohibrid dengan dominasi sempurna
menghasilkan keturunan dengan rasio fenotip 3:1, dan dominasi tidak sempurna
menghasilkan keturunan dengan rasio fenotipik 1:2:1. Persilangan dengan dominasi
sempurna menghasilkan keturunan dengan rasio fenotip 9:3:3:1 dan dominasi tidak
sempurna 1:2:1:2:4:2:1:2:1 menghasilkan keturunan dengan rasio fenotipik Tes X²
(tes Chi-kuadrat) adalah bagian penting dari magang ini. Uji X² (uji chi-kuadrat)
dapat diklasifikasikan sebagai uji nonparametrik. Tes ini dirancang untuk
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM Revisi 00
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM Halaman 1 dari

mengetahui apakah hasil magang sudah sesuai atau tidak sesuai dengan teori yang
ada.
Di praktikum 3.1, uji X² (uji chi-kuadrat) dilakukan untuk menentukan
apakah hasil lab yang diperoleh sesuai dengan hukum Mendel. Saya membuat
perhitungan berdasarkan hasil tes dan membandingkannya dengan tabel chi-kuadrat.
Jika hitung X² lebih kecil dari tabel X², kita dapat menyimpulkan bahwa hasil
eksperimen mengikuti hukum Mendel. Lab 3.1 akan fokus untuk menemukan
kemungkinan genotipe z dan fenotipe perkawinan monohibrid dan dihibrid dengan
bouton berwarna berbeda yang meniru gamet. Kursus langsung ini dilakukan untuk
menyelidiki kelayakan menghasilkan gen dengan mengawinkan monohibrida dan
dihibrida, dan untuk memeriksa apakah hasil yang diperoleh konsisten dengan
hukum Mendel menggunakan uji X² (uji chi-kuadrat) sawah.

B. Tujuan
Tujuan praktikum 3.1 adalah untuk mengeksplorasi potensi gen bawaan
gamet menggunakan kancing baju dengan warna berbeda yang meniru perkawinan
Mendel. Tujuan kedua dari kursus lab 3.1 adalah melakukan uji X² (uji chi-kuadrat)
pada hasil kursus lab dan menentukan apakah hasil yang diperoleh konsisten dengan
hukum Mendel.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Hukum Mendel
Transmisi sifat dari orang tua ke keturunannya dianggap sebagai poin
penting dalam pewarisan biologis dan hukum kasus (Johannsen 2014). Hukum
waris atau waris sudah ada sejak lama. Teori pregenesis merupakan teori genetik
pertama yang berpengaruh besar terhadap pandangan hereditas. Teori ini
menyatakan bahwa organisme mempertahankan bentuknya dari generasi ke generasi
(Meilinda 2017). Sejak saat itu muncul berbagai teori pewarisan sifat dan pewarisan
sifat, antara lain pewarisan campuran dan pewarisan herediter (Griffiths & Stotz
2013). Teori John Gregor Mendel telah menjadi yang paling populer sepanjang
masa. Mendel mempelajari kacang polong dan mengamati bahwa setiap kacang
memiliki sifat yang berbeda. Mendel menerapkan prinsip pemuliaan murni untuk
menghasilkan tanaman berbiji bulat dan keriput serta menyilangkan tanaman F1
untuk mendapatkan generasi penerus atau F2 (Okasha 2012). Mendel memilih
kacang polong karena memiliki pasangan sifat yang relatif kontras, penyerbukan
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM Revisi 00
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM Halaman 1 dari

sendiri, penyerbukan silang dengan mudah, memiliki siklus hidup yang pendek, dan
dapat menghasilkan banyak keturunan (Arsal 2018). Mendel sangat khusus dalam
menentukan apa yang harus diamati. Dengan demikian, teorinya dianggap akurat.
B. Perkawinan Berdasarkan Hukum Mendel
Hukum Mendel dapat dibagi lagi menjadi Hukum Mendel I dan Hukum
Mendel II.Hukum Mendel kedua, atau hukum pasangan independen (hukum
pengurutan independen), menyatakan bahwa individu dengan dua atau lebih set sifat
mewarisi satu set sifat secara independen. . Hukum Mendel I didasarkan pada
segregasi atau segregasi gen, sedangkan Hukum Mendel II didasarkan pada prinsip
kawin mandiri (Akbar et al. 2015). Hukum Mendel meliputi persilangan monohibrid
dan persilangan dihibrid. Monohibrid menyilangkan dua individu dengan sifat yang
berbeda. Kawin digenik adalah perkawinan dua individu dengan dua sifat yang
berbeda (Akbar et al. 2015). Persilangan monohibrid dan dihibrid dibedakan
menjadi persilangan dominan penuh dan persilangan dominan tidak sempurna.
Perkawinan monohibrid dengan dominasi sempurna menghasilkan keturunan
dengan fenotipe 3:1, dan dominasi tidak sempurna menghasilkan keturunan dengan
fenotipe 1:2:1. Persilangan dengan dominasi sempurna menghasilkan keturunan
dengan fenotipe 9:3:3:1, dan dominasi tidak sempurna dengan fenotipe
1:2:1:2:4:2:1:2:1.
C. Uji X² (uji chi-kuadrat) Uji X² (Uji Chi-kuadrat)
merupakan uji nonparametrik yang bertujuan untuk menentukan apakah hasil
aktual yang diperoleh sesuai dengan teori yang ada. Jika Anda memiliki salah satu
dari dua variabel dalam skala nominal, Anda dapat melakukan uji chi-kuadrat orde
terendah. Tes X² (tes Chi-kuadrat) memiliki kondisi tertentu untuk mencapai
akurasi. Pengujian ini dilakukan dengan mempertimbangkan frekuensi responden
atau sampel yang digunakan (Negara & Prabowo 2018).
Tes X² (Chi-Square Test) dapat dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:
O = hasil percobaan (observed)
E = hasil yang diharapkan (expected)
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM Revisi 00
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM Halaman 1 dari

III. METODE
A. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum 3.1 adalah kancing berbeda
warna dan 2 kantong. Kancing berbeda warna melambangkan alel pada persilangan
monohibrid dan dihibrid. Pada persilangan monohibrid, kancing berwarna merah
dan putih. Sedangkan, pada persilangan dihibrid, kancing berwarna merah, biru,
putih, dan kelabu. Dua kantong yang disiapkan melambangkan 2 individu, yakni
jantan dan betina. Kantong tersebut akan diisi kancing.

B. Cara Kerja
Praktikum 3.1 dibagi menjadi pengamatan persilangan monohibrid
dominansi penuh, monohibrid dominansi tidak penuh, dihibrid dominansi penuh,
dan dihibrid dominansi tidak penuh. Secara garis besar, cara kerja untuk setiap
persilangan sama. Kancing-kancing dimasukkan ke dalam kedua kantong dan
diambil secara acak. Pengambilan kancing secara acak dilakukan sesuai dengan
persilangan yang juga bersifat acak. Satu kancing di kantong pertama dan satu
kancing di kantong kedua diambil bersamaan. Satu kancing pada kantong pertama
dan satu kancing pada kantong kedua dianggap sebagai zigot. Pengambilan
dilakukan berulang kali. Setelah pengambilan satu kancing di tiap kantong, kancing
dimasukkan kembali ke dalam kantong.
Persilangan monohibrid dominansi penuh dilambangkan dengan 12
kancing, yaitu 6 kancing merah dan 6 kancing putih. Kancing merah melambangkan
gen dominan R dan kancing putih melambangkan gen resesif r. Kancing diambil
secara acak. Genotip dicatat, apakah RR, Rr, atau rr. Pengambilan kancing diulangi
sebanyak 28 kali. Pengambilan dicatat pada tabel hasil percobaan dan dianalisa
melalui Tes X².
Persilangan monohibrid dominansi tidak penuh memiliki cara kerja yang sama
dengan persilangan monohibrid dominansi tidak penuh. Data hasil percobaan
imitasi persilangan monohibrid dominansi penuh dapat digunakan untuk analisa
menggunakan Tes X². Genotip RR melambangkan fenotip warna merah, genotip Rr
melambangkan warna merah muda, dan genotip rr melambangkan warna putih.
Data hasil percobaan imitasi persilangan monohibrid dominansi penuh dipindahkan
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM Revisi 00
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM Halaman 1 dari

ke tabel hasil percobaan untuk monohibrid dominansi tidak penuh. Selanjutnya,


dilakukan analisa melalui Tes X².
Persilangan dihibrid dominasi penuh dilambangkan dengan 16 kancing,
yaitu 4 kombinasi kancing merah dan biru, 4 kombinasi kancing merah dan kelabu,
4 kombinasi kancing putih dan biru, serta 4 kombinasi kancing putih dan kelabu.
Kombinasi kancing merah dan biru melambangkan bunga merah dan buah bulat,
kombinasi kancing merah dan kelabu melambangkan bunga merah dan buah oval,
kombinasi kancing putih dan biru melambangkan bunga putih dan buah bulat, serta
kombinasi kancing putih dan kelabu melambangkan bunga putih dan buah oval.
Pengambilan kancing dilakukan secara acak pada setiap kantong. Pengambilan
kancing dilakukan sebanyak 48 kali. Pengambilan dicatat pada tabel hasil percobaan
dan dianalisa melalui Tes X².
Terakhir, persilangan dihibrid dominasi tidak penuh memiliki cara kerja
yang sama dengan persilangan dihibrid dominansi tidak penuh. Sama seperti pada
monohibrid, data hasil percobaan imitasi persilangan dominansi penuh dapat
digunakan untuk analisa menggunakan Tes X² pada persilangan dominansi tidak
penuh. Data hasil percobaan imitasi persilangan dihibrid dominansi penuh dicatat
pada tabel hasil percobaan dihibrid dominansi tidak penuh. Langkah terakhir adalah
analisa dengan Tes X².
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Hasil Tes Chi-Square pada Persilangan Monohibrid Dominansi Penuh
Bunga Merah (R_) Bunga Putih (rr)
Diperoleh (o) 24 4
Diramal (e) 21 7
Deviasi (d) 3 -3
(d - ½) 2,5 -3,5
(d - ½)² 6,25 12,25
X² 0,297 1,75
X² hitung = 2,047
X² tabel = 3,84
DK=2-1=1

Tabel 1. menunjukkan X² hitung = 2,047 sehingga derajat kebebasan = 1 dan X²


tabel = 3,84. Berdasarkan teori, jika X² hitung lebih kecil dari X² tabel, maka hasil
percobaan sesuai dengan Hukum Mendel, dapat disimpulkan hasil percobaan persilangan
monohibrid dominansi penuh sesuai dengan Hukum Mendel.

Tabel 2. Hasil Tes Chi-Square pada Persilangan Monohibrid Dominansi Tidak Penuh
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM Revisi 00
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM Halaman 1 dari

Bunga Merah (RR) Bunga Merah Muda (Rr) Bunga Putih (rr)
Diperoleh (o) 4 17 7
Diramal (e) 7 14 7
Deviasi (d) -3 3 0
d² 9 9 0
X² 1,29 0,64 0
X² hitung = 1,93
X² tabel = 5,99
DK=3-1=2

Tabel 2. menunjukkan X² hitung = 1,93 sehingga derajat kebebasan = 2 dan X² tabel


= 5,99. Berdasarkan teori, jika X² hitung lebih kecil dari X² tabel, maka hasil percobaan
sesuai dengan Hukum Mendel, dapat disimpulkan hasil percobaan persilangan monohibrid
dominansi tidak penuh sesuai dengan Hukum Mendel.

Tabel 3. Hasil Tes Chi-Square pada Persilangan Dihibrid Dominansi Penuh


Bunga Merah Buah Bunga Merah Buah Bunga Putih Buah Bunga Putih
Bulat (R_B_) Oval (R_bb) Bulat (rrB_) Buah Oval
(rrbb)
Diperoleh (o) 25 9 9 5
Diramal (e) 27 9 9 3
Deviasi (d) -2 0 0 2
d² 4 0 0 4
X² 0,148 0 0 1,33
X² hitung = 1,448
X² tabel = 7,82
DK= 4-1=3

Tabel 3. menunjukkan X² hitung = 1,448 sehingga derajat kebebasan = 2 dan X²


tabel = 7,82. Berdasarkan teori, jika X² hitung lebih kecil dari X² tabel, maka hasil
percobaan sesuai dengan Hukum Mendel, dapat disimpulkan hasil percobaan persilangan
dihibrid dominansi penuh sesuai dengan Hukum Mendel.

Tabel 4. Hasil Tes Chi-Square pada Persilangan Dihibrid Dominansi Tidak Penuh
Bunga Bunga Bunga Bunga Bunga Bunga Bunga Bunga Bunga
Merah Merah Merah Merah Merah Merah Putih Putih Putih
Buah Buah Buah Muda Muda Muda Buah Buah Buah
Bulat Agak Oval Buah Buah Buah Bulat Agak Oval
(RRBB Bulat (RRbb) Bulat Agak Oval (rrBB) Bulat (rrbb)
) (RRBb) (RrBB) Bulat (Rrbb) (rrBb)
(RrBb)
Diperoleh 2 5 5 11 9 4 0 8 4
(o)
Diramal 3 6 3 6 12 6 3 6 3
(e)
Deviasi (d) -1 -1 2 5 -3 -2 -3 2 1
d² 1 1 4 25 9 4 9 4 1
d²/e 0,33 0,16 1,33 4,16 0,75 0,66 3 0,33 11,38
X² 11,38
X² hitung = 11,38
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM Revisi 00
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM Halaman 1 dari

X² tabel = 15,51
DK= 9-1=8

Tabel 4. menunjukkan X² hitung = 11,38 sehingga derajat kebebasan = 8 dan X²


tabel = 15,51. Berdasarkan teori, jika X² hitung lebih kecil dari X² tabel, maka hasil
percobaan sesuai dengan Hukum Mendel, dapat disimpulkan hasil percobaan persilangan
dihibrid dominansi tidak penuh sesuai dengan Hukum Mendel.

B. Pembahasan
Berdasarkan Hukum Mendel, persilangan dibagi menjadi persilangan
monohibrid dan persilangan dihibrid. Persilangan monohibrid adalah persilangan
dua individu dengan satu sifat berbeda. Persilangan dihibrid adalah persilangan dua
individu dengan dua sifat berbeda (Akbar et al. 2015). Persilangan monohibrid dan
dihibrid dibagi menjadi dominansi penuh (complete dominance) dan dominansi
tidak penuh (incomplete dominance). Persilangan dominasi penuh dan tidak pemuh
memiliki perbedaan pada heterozigotnya. Perbedaan heterozigot tersebut
memengaruhi perbandingan yang dihasilkan. Persilangan monohibrid dominansi
penuh menghasilkan perbandingan 3:1 dan dominansi tidak penuh menghasilkan
perbandingan 1:2:1. Persilangan dihibrid dominansi penuh menghasilkan
perbandingan 9:3:3:1 dan dominansi tidak penuh menghasilkan perbandingan
1:2:1:2:4:2:1:2:1. Praktikum 3.1 berpedoman pada teori ini.
Persilangan pada dasarnya memiliki prinsip acak. Pengambilan kancing
secara acak dilakukan sesuai dengan persilangan pada umumnya. Praktikum
dikondisikan semirip mungkin dengan persilangan sebenarnya. Penggunaan kantong
dan kancing berbeda warna juga memiliki maksud. Kantong menggambarkan dua
individu yang melakukan persilangan, yaitu jantan dan betina. Kancing berbeda
warna menggambarkan alel atau gamet pada persilangan. Untuk persilangan
monohibrid menggunakan kancing berwarna merah dan putih. Sedangkan, untuk
persilangan dihibrid menggunakan kancing berwarna merah, biru, putih, dan kelabu.
Praktikum 3.1 menerapkan Tes X² (Chi-Square Test) untuk menentukan hasil
praktikum yang diperoleh sesuai atau tidak sesuai dengan Hukum Mendel. Tes X²
(Chi-Square Test) adalah uji statistika komparatif atau perbandingan yang bersifat
nonparametris untuk mengetahui hubungan atau signifikansi antara hasil yang
diperoleh dengan teori yang ada. Nilai X² hitung dan X² tabel sebagai hasil
percobaan dibandingkan untuk menentukan sesuai atau tidak sesuai dengan Hukum
Mendel. Jika X² hitung lebih kecil dari X² tabel, maka hasil percobaan dinyatakan
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM Revisi 00
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM Halaman 1 dari

sesuai dengan Hukum Mendel. Jika X² hitung lebih besar dari X² tabel, maka hasil
percobaan dinyatakan tidak sesuai dengan Hukum Mendel.
Praktikum 3.1 mengamati persilangan monohibrid dominansi penuh dan tidak
penuh serta persilangan dihibrid dominansi penuh dan tidak penuh. Melalui uji Chi-
Square didapatkan bahwa keempat hasil praktikum 3.1 sesuai dengan Hukum
Mendel. Hal ini dibuktikan pada Tabel 1.,2.,3., dan 4. yang menunjukkan X² hitung
lebih kecil dari X² tabel. Salah satu kesimpulan dari uji Chi-Square menyatakan jika
X² hitung lebih kecil dari X² tabel, maka hasil percobaan dinyatakan sesuai dengan
Hukum Mendel.

V. KESIMPULAN
Hukum Mendel menggolongkan persilangan menjadi persilangan monohibrid dan
dihibrid. Persilangan dikatakan monohibrid jika terdapat satu sifat berbeda, sementara
persilangan dikatakan dihibrid jika terdapat dua sifat berbeda. Persilangan monohibrid dan
dihibrid digolongkan lebih spesifik lagi menjadi persilangan dominansi penuh (complete
dominance) dan dominansi tidak penuh (incomplete dominance). Persilangan dikatakan
dominansi penuh dan dominansi tidak penuh ketika memiliki perbandingan fenotip sesuai
teori Hukum Mendel. Persilangan monohibrid penuh dengan perbandingan 3:1 dan
dominasi tidak penuh dengan perbandingan fenotip 1:2:1. Persilangan dihibrid dominasi
penuh dengan perbandingan 9:3:3:1 dan dominasi tidak penuh dengan perbandingan
1:2:1:2:4:2:1:2:1.
Hukum Mendel diuji dengan imitasi persilangan monohibrid dan dihibrid pada praktikum
3.1. Untuk menguji hasil percobaan sesuai atau tidak sesuai dengan Hukum Mendel, Tes X²
(Chi-Square Test) perlu dilakukan. Berdasar pada hasil praktikum 3.1 dapat disimpulkan
bahwa hasil percobaan sesuai dengan Hukum Mendel. Hal ini telah dibuktikan melalui
penghitungan X² hitung lebih kecil dari X² tabel.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Akbar, RT, Hardhienata, S & Maesya, A. 2015. ‘Implementasi sistem hereditas
menggunakan metode persilangan Hukum Mendel untuk identifikasi pewarisan warna kulit
manusia’, Jurnal Online Mahasiswa, vol. 1, no. 1.

Arsal, AF. 2018. Genetika I Arif Memahami Kehidupan, Badan Penerbit Universitas
Negeri Makassar, Makassar.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM Revisi 00
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM Halaman 1 dari

Artadana, IBM & Savitri, WD. 2018. Dasar-dasar genetika Mendel dan pengembangannya,
Graha Ilmu, Yogyakarta.

Campbell, NA, Urry, LA, Cain, ML, Wasserman, SA, Minorsky, PV & Orr, RB .2020.
Campbell Biology, 12th edn, Pearson Education, New York.

Griffith, P & Stotz, K .2013. Genetics and Philosophy: An Introduction, Cambridge


University Press, New York.

Johannsen, W .2014. ‘The genotype conception of heredity’, International Journal of


Epidemiology, vol. 43, no. 4, pp. 989-1000, DOI: 10.1093/ije/dyu063.

Meilinda, .2017. ‘Teori hereditas Mendel: evolusi atau revolusi (kajian filsafat sains)’,
Jurnal Pembelajaran Biologi, vol. 4, no. 1, pp. 62-70.

Negara, IC & Prabowo, A .2018. ‘Penggunaan Uji Chi-Square Untuk Mengetahui Pengaruh
Tingkat Pendidikan dan Umur terhadap Pengetahuan Penasun mengenai HIV-AIDS di
Provinsi DKI Jakarta’, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya, vol. 3.

Okasha, S .2012. ‘Population Genetics’, Stanford Encyclopedia of Philosophy, viewed 24


September 2022.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM Revisi 00
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM Halaman 1 dari

Lampiran

PROPOSAL PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM

ACC
ACARA 3.1 20/09/2022

Persilanngan Monohibrid dan Dihibrid


3,5

Nama : Elkana Muda Ginting S


NIM : 22/505403/PT/09505
Gol(Hari)/Kel : BBB(Senin)/Kelompok 4
Asisten q: Shanaz Dhiya’ul Haq

LABORATORIUM BIOLOGI UMUM


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM Revisi 00
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM Halaman 1 dari

YOGYAKARTA
2022

ACARA 3.1
Persilanngan Monohibrid dan Dihibrid

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Suryo (1997) Genetika populasi adalah salah satu cabang ilmu genetika yang
menjelaskan secara matematis frekuensi gen dalam suatu populasi. Misalnya dalam populasi
manusia di suatu tempat, dapat diketahui seberapa besar frekuensi populasi yang termasuk
dalam darah A, B, AB atau O pada periode yakin. Dari nilai frekuensi, dapat tentukan peluang
distribusi gen dalam suatu populasi.
Orang pertama yang mencoba kawin silang adalah Gregor Mendel, seorang biarawan
Australia yang hidup dari tahun 1822 hingga 1884 dan dikenal sebagai pendiri atau bapak
genetika. (Suryo, 2008) Mendel memilih kacang polong untuk eksperimennya karena tanaman
ini berumur pendek (setahun), mudah tumbuh, dan mudah dihibridisasi.
Difusi gen dapat terjadi ketika perkawinan atau perkawinan terjadi antar individu dalam
suatu populasi. Berdasarkan jumlah sifat yang disilangkan, ada dua jenis persilangan yaitu
persilangan monohibrid dan persilangan dihibrid. Persilangan monohibrid adalah persilangan
dengan satu sifat yang berbeda dan persilangan dihibrid adalah persilangan dengan dua sifat
yang berbeda. Persilangan dihibrid ini lebih kompleks daripada persilangan monohibrid
karena melibatkan dua lokus genetik. Okasha (2012) menunjukkan bahwa konsep kunci dalam
genetika populasi yang melibatkan dua lokus adalah hubungan di antara mereka.
x
Sebagai bentuk pembuktian ilmiah, kami melakukan pengamatan tentang perkawinan
monohibrida dan dihibrida dengan berbagai variasi morfologi. Pengamatan ini juga
membuktikan bahwa hukum Mendel memang benar.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM Revisi 00
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM Halaman 1 dari

B. Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan agar kita bisa mengetahui kemungkinan gen-gen yang
akan dibawa oleh gamet-gamet dalam persilangan monohibrid dan dihibrid serta dapat
membuktikan kebenaran hukum mendel dan perbedaan persilangan monohibrid dan
dihibrid.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM Revisi 00
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM Halaman 1 dari

II. DAFTAR PUSTAKA


Suryo. 1997. Genetika Manusia. Yogyakarta:Gadjah Mada University.
Okasha, S. 2012. Population Genetics. http://plato.stanford.edu/entries/population-
genetics. [15 September 2022]

Gambar 1. Hasil Percobaan Dihibrid Tidak Penuh Gambar 2. Chi-Square Test pada Dihibrid Tidak Penuh

Gambar 3. Hasil Percobaan Monohibrid Dominasi Tidak Gambar 4. Chi-Square Test pada Monohibrid
Penuh Dominasi Tidak Penuh
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM Revisi 00
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM Halaman 1 dari

Gambar 6. Chi-Square Test pada Dihibrid Dominasi Penuh


Gambar 5. Chi-Square Test pada Monohibrid Dominasi Penuh

Gambar 7. Hasil Percobaan Dihibrid Dominasi Penuh


Gambar 8. Hasil Percobaan Monohibrid Dominasi
Penuh

Anda mungkin juga menyukai