Pertanyaan:
Saudara mahasiswa,
Di bawah ini telah disediakan forum untuk berdiskusi. Silakan saudara berdiskusi untuk menanggapi
pertanyaan yang ada. Saya harap untuk aktif berdiskusi pada forum yang telah disediakan. Apabila
ada yang ingin ditanyakan atau memiliki keraguan pada topik yang akan kita bahas pada inisiasi 5,
bisa ditanyakan pada forum diskusi ini. Terima kasih.
Soal Diskusi 5 :
Selamat berdiskusi..
Jawaban:
Dear Tutor Hukum Pajak, berikut adalah jawaban dari diskusi ke-5 pada kesempatan kali ini
Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) membuat Direktorat Jenderal Pajak gencar
meluncurkan berbagai layanan secara daring yang sebenarnya telah dipersiapkan sejak lama.
Momentum yang membuat wajib pajak apabila memanfaatkan layanan dari Direktorat Jenderal
Pajak harus secara daring/online. Sejak bulan Agustus 2020 kemarin, Direktorat Jenderal Pajak
meluncurkan e-Objection, merupakan aplikasi penyampaian Surat Keberatan secara elektronik yang
tersedia pada situs djponline.pajak.go.id sebagai alternatif channel penyampaian Surat Keberatan.
Wajib pajak dapat mengajukan keberatan mengenai materi atau isi dari ketetapan pajak atau
terhadap materi atau isi dari pemotongan atau pemungutan pajak. Berupa Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), dan Bukti Pemotongan atau
Pemungutan Pajak.
E-Objection diatur pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-14/PJ/2020 tentang Tata Cara
Penyampaian Surat Keberatan Secara Elektronik. Direktorat Jenderal Pajak ingin memberikan
layanan perpajakan secara elektronik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam
penyampaian Surat Keberatan yang selama ini diberikan secara manual/offline. Tentunya,
penyampaian Surat Keberatan dengan cara e-Filing sebenarnya telah diatur dalam
PMK-9/PMK.03/2013, namun sampai dengan saat ini belum terdapat layanan/saluran yang
dimaksud.
E-Objection ini mulai digunakan per 1 Agustus 2020. e-Objection terbatas pada pengajuan keberatan
atas surat ketetapan pajak selain surat ketetapan pajak PBB. Juga, e-Objection memudahkan atas
pengajuan keberatan atas pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga, pengajuan
keberatan oleh kuasa wajib pajak, dan pengajuan keberatan yang melewati jangka waktu karena
keadaan di luar kekuasaan wajib pajak (force majeur). Inti dari adanya e-Objection adalah
mewujudkan tata cara penyampaian Surat Keberatan secara fleksibel, cepat, aman, dan praktis.
Adapun persyaratan pengajuan Surat Keberatan secara online juga sama seperti offline. Seperti
permohonan tertulis diajukan tertulis dalam Bahasa Indonesia, isi permohonan menerangkan pajak
terutang dan alasannya, satu permohonan keberatan hanya untuk satu ketetapan pajak, jangka
waktu 3 bulan sejak ketetapan pajak dikirim, melunasi pajak minimal jumlah yang disetujui di
pembahasan akhir, tanda tangan ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasa (dengan Surat Kuasa
Khusus), dan ketentuan lain wajib pajak seperti tidak mengajukan Permohonan Pasal 36 UU KUP.
Atas persyaratan yang telah dipenuhi oleh wajib pajak, Surat Keberatan disampaikan dalam bentuk
dokumen elektronik. Wajib pajak dapat login ke DJP Online seperti ketika akan menyampaikan
laporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan. Kemudian masuk ke menu Profil, centang hak akses
untuk e-Objection. Kemudian pilih tab e-Objection, isi nomor Surat Ketetapan Pajak yang akan
diajukan keberatan. Sistem akan memvalidasi Surat Ketetapan Pajak tersebut berupa history
pengajuan Pasal 25 KUP, history pengajuan Pasal 36 UU KUP, jangka waktu pengajuan, nomor Surat
Ketetapan Pajak, dan jumlah pelunasan pajak berupa minimal sejumlah yang disetujui. Dalam hal
validasi mengindikasikan tidak terpenuhinya persyaratan pengajuan keberatan, akan diberikan
Notifikasi. Notifikasi tersebut bukan merupakan penolakan formal. Apabila wajib pajak mendapat
notifikasi, wajib pajak dapat menghubungi Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar
untuk mendapatkan klarifikasi.
Kemudian, wajib pajak dapat mengecek data Surat Ketetapan Pajak seperti Identitas Wajib Pajak,
Jenis SKP, Nilai SKP, Masa Pajak, Nilai Disetujui Wajib Pajak, tanggal dilunasi, dan Nilai yang dilunasi.
Lalu, wajib pajak harus mengisi Nomor Surat Keberatan Wajib Pajak, Tanggal Surat Keberatan Wajib
Pajak, Jumlah Pajak terutang menurut Surat Ketetapan Pajak, Jumlah Pajak terutang menurut wajib
pajak, dan Format Alasan Keberatan berupa teks (maksimal 4000 karakter) atau file (maksimal 5MB).
Apabila pembayaran telah dilakukan, wajib pajak harus mengisi 16 digit Nomor Transaksi
Penerimaan Negara (NTPN) untuk kemudian permohonan divalidasi menggunakan Sertifikat
Elektronik dengan mengisi Passphrase dan file sertel berformat .p12. Kemudian wajib pajak dapat
melakukan submit atas pengajuan tersebut. Jika telah berhasil, maka wajib pajak akan mendapatkan
Bukti Penerimaan Elektronik atas pengajuan Surat Keberatan. Bukti Penerimaan Elektronik
merupakan tanda bukti penerimaan Surat Keberatan. Tanggal yang tercantum dalam tanda bukti
penerimaan Surat Keberatan merupakan tanggal Surat Keberatan diterima.
Penyampaian Surat Keberatan secara elektronik (e-Filing) dapat dilakukan dalam jangka waktu 24
(dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan standar Waktu Indonesia Barat.
Proses penerbitan Surat Keputusan selama 12 bulan. Apabila jangka waktu 12 bulan terlampaui,
Direktorat Jenderap Pajak dapat menerbitkan Surat Keputusan Keberatan sesuai dengan pengajuan
keberatan wajib pajak.
Penyederhanaan proses pengajuan Surat Keberatan melalui e-Objection ini merupakan angin segar
bagi wajib pajak sehingga tidak perlu datang lagi ke Kantor Pelayanan Pajak dengan membawa
tumpukan berkas pengajuan. Pengajuan secara daring juga meminimalisir berkas tidak sampai
apabila menggunakan jasa pengiriman dan pemrosesan cepat dan terpantau.
Referensi:
https://ekonomi.bunghatta.ac.id/index.php/id/artikel/539-e-objection-langkah-mudah-ajukan-surat-
keberatanDemikian saya sampaikan jawaban dari diskusi sesi ke-4 Hukum Pajak. Mohon maaf jika
terdapat kekurangan dalam penyampaian
Salam
Fredy Fachruzian