ELEKTRONIKA DASAR
UNIT 1
“RANGKAIAN SETARA THEVENIN - NORTON”
(a) (b)
𝜀
𝑉0,𝑏 𝑅 𝑅2 …(1.6)
1 +𝑅2
𝜀
𝐼𝑅 𝑅2 … (1.7)
1 +(𝑅2 /𝑅𝑙 )
Dengan diambil arus beban atau dibebani, rangkaian pembagi tegangan ternyata
mengalami penurunan atau jenuh tegangan (Sutrisno, 1986).
Contoh penerapan lainnya untuk teori Thevenin dapat dilihat pada gambar
berikut:
𝑅1 . 𝑅2
𝑅𝑇𝐻 = … (1.9)
𝑅1 +𝑅2
Dimana VTH adalaha tegangan Thevenin, VIN adalah tegangan input, RTH adalah
tahanan Thevenin dan R1,2,3 adalah tahanan (Jading, dkk., 2020: 93).
Rangkaian setara Norton terdiri dari suatu arus tetap IN parallel dengan suatu
hambatan RO. suatu piranti atau rangkaian dengan hambatan keluaran yang amat
besar berperilaku seperti suatu sumber arus tetap, yaitu suatu piranti yang
menghasilkan arus keluaran yang tak bergantung pada hambatan beban yang
dipasang. Kita dapat menentukan hubungan antara IN dengan 𝜀𝑇𝐻. Jika kedua ujung
keluaran rangkaian Norton kita hubungkan singkat, seluruh arus IN akan mengalir
melalui keluaran.
𝜀𝑇𝐻
𝐼𝑂,𝑆 = …(1.10)
𝑅𝑜
Arus ini harus sama dengan arus yang mengalir bila kedua ujung rangkaian
Thevenin dihubung singkat (Sutrisno, 1986: 9).
Teori Norton digunakan untuk menganalisis rangkaian elektronika yang
terdiri dari beberapa komponen resistor atau impedans dan sumber tegangan atau
arus. Dengan teori Norton, maka diperoleh sebuah sumber arus yang parallel
dengan resistor. Contoh penerapan teori Norton dapat dilihat pada gambar berikut
RN = RTH …(1.12)
Dimana IN adalah arus Norton, VTH adalah tegangan Thevenin, RTH adalah tahanan
Thevenin dan RN adalah sebuah tahanan yaitu Norton (Jading, dkk., 2020: 93-94 ).
Arus Norton didefinisikan sebagai arus beban saat resistor beban
dihubungsingkatkan. Oleh karena itu, arus Norton kadang-kadang disebut sebagai
arus hubung-singkat. Resistansi Norton adalah resistansi yang terukur oleh
ohmmeter pada resistor beban jika semua sumber dibuat nol dan resistor beban
dibuka Pada suatu rangkaian, resistansi Thevenin dan resistansi Norton sama besar.
Bedanya, resistansi Thevenin terhubung seri dengan sumber tegangan, sedangkan
resistansi Norton terhubung paralel dengan sumber arus (Wibawanto, 2008: 8).
Kedua teknik ini digunakan untuk mengkonversi rangkaian kompleks
menjadi lebih sederhana dalam bentuk rangkaian setara seri atau paralel sehingga
mudah untuk dianalisis. Di samping itu, kedua teorema juga dapat di gunakan untuk
menjelaskan operasi rangkaian yang sulit untuk dianalisis menggunakan persamaan
Kirchhoff (Yohandri & Asrizal, 2016: 80)
Hukum Kirchoff terdiri dari dua persamaan yang membahas tentang
kekekalan muatan dan energi dalam rangkaian listrik. Hukum kirchoff terbagi
menjadi dua macam, yaitu Kirchoff Current Law atau KCL dan Kirchoff Voltage
Law atau KVL. Kirchoff Current Low berbunyi "jumlah secara aljabar arus listrik
pada suatu titik cabang sama dengan nol". Sedangkan, hukum Kirchoff Voltage Law
berbunyi "jumlah secara aljabar tegangan listrik dalam suatu rangkaian tertutup
adalah nol". Yang dimaksud rangkaian tertutup adalah suatu rangkaian yang terdiri
dari sumber tegangan dan beban yang dihubungkan dengan suatu penghantar,
sehingga menghasilkan arus listrik. Sedangkan penjumlahan secara aljabar
bermakna bahwa tegangan listrik dapat bertanda positif atau negatif bergantung
cara memasangnya (Wahyudi, 2015: 131-132).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Identifikasi Variabel
Kegiatan 1
a. Variabel Kontrol : Hambatan Resistor R1, R2, dan R3 (Ω)
b. Variabel Manipulasi : Tegangan Sumber VS (Volt)
c. Variabel Respon : Tegangan Thevenin VTH (Volt) dan Arus Norton IN
(mA)
Kegiatan 2
a. Variabel Kontrol : Tegangan Sumber VS (Volt)
b. Variabel Manipulasi : Hambatan Beban RL (Ω)
c. Variabel Respon : Arus Beban IL (mA) dan Tegangan Keluaran VO
(Volt)
a. Definisi Operasional
Variabel Kegiatan 1
a. Hambatan Resistor
Hambatan Resistor (R) adalah nilai hambatan yang tertera pada
masing- masing resistor yang digunakan yang dihitung berdasarkan
kode warnanyadengan satuan ohm (Ω).
b. Tegangan Sumber
Tegangan Sumber (VS) adalah angka yang menunjukkan nilai beda
potensial sumber atau power supply yang diukur menggunakan
voltmeter dengan satuan volt (V).
c. Tegangan Thevenin
Tegangan Thevenin adalah nilai tegangan yang melewati dua terminal
pada rangkaian terbuka, diukur menggunakan multimeter dengan
fungsivoltmeter dengan satuan volt (V).
d. Arus Norton
Arus Norton adalah nilai arus saat pada rangkaian terbuka dengan dua
terminal a dan b di ujung rangkaian, diukur menggunakan multimeter
satuan milli ampere (mA).
Variabel Kegiatan 2
a. Tegangan Sumber
Tegangan Sumber (Vs) adalah angka yang menunjukkan nilai beda
potensial sumber atau power supply yang diukur menggunakan
voltmeter dengan satuan volt (V).
b. Hambatan Beban
Hambatan Beban (RL) adalah hambatan yang dimanipulasi untuk
melihat perubahan pada tegangan keluaran dan arus beban, dalam
hal ini potensiometer difungsikan sebagai beban dengan nilai
minimum dan maksimum dengan satuan ohm (Ω).
c. Arus Beban
Arus Beban (IL) adalah nilai arus yang terbaca akibat adanya
perubahan nilai potensiometer, yang diukur dengan menggunakan
multimeter dengan fungsi amperemeter dengan satuan milli ampere
(mA).
d. Tegangan Keluaran
Tegangan Keluaran (V0) adalah nilai tegangan yang terbaca seiring
adanya perubahan nilai potensiometer, yang diukur dengan
menggunakan multimeter dengan fungsi voltmeter dengan satuan
volt (V).
b. Alat & Bahan
1. Resistor 3 buah
2. Multimeter 2 buah
3. Potensiometer 1 buah
4. Power Supply (0-12 volt) 1 buah
5. Kabel Penghubung 1 4 buah
c. Prosedur Kerja
Kegiatan 1. Tegangan Thevenin, hambatan Thevenin, dan arus Norton.
1. Spesifikasi setiap komponen yang akan digunakan kemudian dicatat
terlebih dahulu.
2. Rangkaian dirakit seperti gambar berikut, dan dipilih resistor
sedemikian rupa agar nilai R1, R2, R3 tidak terlalu jauh perbedaannya
guna menghindari dispasi daya berlebih.
B. Analisis Data
Kegiatan 1. Tegangan Thevenin, hambatan Thevenin, dan arus Norton.
1. Hambatan Thevenin (RTH)
a. Secara Teori
𝑅𝑇ℎ = 𝑅1 + 𝑅3 // 𝑅2
𝑅𝑇ℎ = 1,20kΩ + 2,20kΩ// 2,20kΩ
𝑅𝑇ℎ = 3,40kΩ // 2,20kΩ
3,40kΩ 𝑥 2,20kΩ
𝑅𝑇ℎ =
3,40kΩ + 2,20kΩ
7,48 kΩ
𝑅𝑇ℎ =
5,6 kΩ
𝑅𝑇ℎ = 1,33 kΩ
b. Secara Praktikum
𝑅𝑇𝐻 = 𝑅𝑁 = 1,30 kΩ
c. % error
𝑅𝑇ℎ 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑅𝑇ℎ 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
% error = | |x 100%
𝑅𝑇ℎ 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
1,33 kΩ − 1,30 kΩ
% error = | |x 100%
1,30 kΩ
% error = 2,25 %
2. Tegangan Thevenin (VTH)
Untuk Vs = 2,06 V
a. Secara Teori
𝑅2
𝑉𝑇ℎ = 𝑥 𝑉𝑠
𝑅1 + 𝑅3 + 𝑅2
2,20 𝑘Ω
𝑉𝑇ℎ = 𝑥 2,06 𝑉
1,20 𝑘Ω + 2,20 𝑘Ω + 2,20 𝑘Ω
2,20 𝑘Ω
𝑉𝑇ℎ = 𝑥 2,06 𝑉
5,6 𝑘Ω
𝑉𝑇ℎ = 0,81 V
b. Secara Praktikum
VTH = VOC = 0,82 V
c. % error
VTh teori − VTh praktikum
% error = | |x 100%
VTh teori
0,81 V − 0,82 V
% error = | |x 100%
0,81 V
% error = 1,23 %
0,81 𝑉
IN =
1,30 𝑘Ω
IN = 0,62 mA
b. Secara Praktikum
IN = Isc = 0,63 mA
c. % error
I −Ipraktikum
% error = | teori | × 100%
Iteori
0,62 mA−0,63 mA
% error = | | × 100%
0,62 mA
% error = 1,61 %
Dengan menggunakan analisis yang sama, maka diperoleh hasil:
Tabel 1.4 Hasil Pengukuran Arus Norton (𝐼𝑁 )
No Vs IN Teori IN Praktikum % Error
(volt) (volt) (volt) (%)
1 2,06 0,62 0,63 1,61
2 4,00 1,20 1,19 0,83
3 6,00 1,81 1,82 0,55
4 8,02 2,42 2,44 0,82
5 10,06 3,04 3,07 0,98
C. Grafik
Kegiatan 2. Pengaruh beban terhadap tegangan dan kuat arus
Vo (V)
4
3.5
2.5
1.5
0.5
IL (mA)
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Grafik 1.1 Grafik Hubungan Antara Tegangan Keluaran, V0 (V) dengan Arus Beban, IL (mA)
D. Analisis Grafik
y = -mx + c
y = -0,7677x + 3,7428
𝑅2 = 0,9994
𝑦= 𝑉
𝑥= 𝐼
𝑦
𝑚=
𝑥
𝑉
𝑚=
𝐼
𝑚=𝑅
𝑅 = 0,7677 kΩ
𝑉0 = 𝑉𝑇𝐻 . 𝑅0 . 𝐼𝐿
Sehingga,
𝑚 = 𝑅0 = 0,7677 𝑘Ω
𝑐 = 𝑉𝑇𝐻 = 3,742 𝑉
𝑉𝑇𝐻
𝐼𝑁 =
𝑅0
3,742 𝑉
𝐼𝑁 =
0,7677 𝑘Ω
𝐼𝑁 = 4,87 𝑚𝐴
E. Pembahasan
Pada praktikum ini dikenal dua jenis rangkaian setara yaitu, rangkaian
setara Thevenin dan rangkaian setara Norton. Terdapat dua kegiatan pada
praktikum ini, kegiatan pertama yaitu mengukur tegangan Thevenin, hambatan
Thevenin dan arus Norton tanpa adanya beban. Kegiatan kedua yaitu,
mengukur tegangan dan arus dengan adanya pengaruh potensiometer sebagai
beban, mulai dari nilai minimum hingga nilai maksimum.
Kegiatan pertama, mengukur tegangan Thevenin, hambatan Thevenin
dan arus Norton. Pada kegiatan pertama digunakan tiga buah resistor dengan
nilai R1 = │1200 ± 5%│Ω, R2 = │2200 ± 5%│Ω, R3 = │2200 ± 5%│Ω
dengan tegangan sumber yang berbeda nilainya mulai dari 2,06 Volt; 4,00 Volt;
6,00 Volt; 8,02 Volt; dan 10,06 Volt. Dari kegiatan pertama, didapatkan nilai
tegangan Thevenin secara praktikum dan teori serta %Error terlihat pada Tabel
1.3 yang mana dapat disimpulkan bahwa jika tegangan sumber semakin besar
maka tegangan Thevenin-nya juga semakin besar (berbanding lurus).
Kemudian untuk hambatan Thevenin, diperoleh hambatan sebesar | 1,30 ± 0,01
| kΩ, lalu secara teori diperoleh pula hambatan Thevenin sebesar | 1,33 ± 0,01|
kΩ. Sehingga, berdasarkan nilai praktikum dan perhitungan secara teori, maka
diperoleh %Error sebesar 2,25%. Dan pengukuran selanjutnya yaitu arus
Norton secara praktikum, teori dan %Error dapat terlihat pada Tabel 1.4 yang
mana dapat disimpulkan bahwa jika tegangan sumber semakin besar maka arus
yang mengalir juga semakin besar (berbanding lurus).
Kegiatan kedua, menyelidiki pengaruh beban terhadap tegangan dan kuat
arus output. Dari kegiatan kedua, digunakan resistor dengan nilai yang sama
pada kegiatan pertama dan digunakan pula rangkaian yang sama, namun pada
kegiatan kedua terdapat potensiometer sebagai pengaruh beban. Dan diperoleh
berdasarkan grafik, nilai hambatan berbading lurus dengan nilai tegangannya,
namun berbanding terbalik dengan nilai arus bebannya. Dimana dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai hambatannya maka semakin tinggi
pula nilai tegangannya, namun semakin tinggi nilai hambatannya maka
semakin rendah nilai arus bebannya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tegangan Thevenin diukur menggunakan voltmeter pada kondisi
rangkaian terbuka, arus Norton diukur menggunakan amperemeter
dengan dengan dilakukannya hubung singkat, sedangkat hambatan
Thevenin diukur menggunakan ohmmeter dengan dilakukannya hubung
singkat dengan tegangan sumber atau dapat dikatakan bahwa tegangan
sumber dibuat bernilai 0. Semakin besar nilai tegangan sumber maka
semakin besar pula nilai tegangan Thevenin yang diperoleh, sehingga
makin besar pula nilai arus Norton yang diperoleh.
2. Pengaruh beban pada tegangan output dan arus beban yaitu semakin besar
nilai bebannya maka semakin besar pula nilai tegangannya atau nilai
bebanberbanding lurus dengan nilai tegangan. Sedangkan semakin besar
nilai bebannya maka semakin kecil nilai arus bebannya atau nilai beban
berbanding terbalik dengan nilai arus beban.
B. Saran
1. Untuk Asisten agar kedepannya tetap mempertahankan keramahan dan
mempertahankan cara penjelasan analisis mengenai praktikum tersebut
pada praktikan seperti sebelummya
2. Untuk Praktikan selanjutnya disarankan untuk lebih memahami terlebih
dahulu materi sebelum memulai praktikum.
3. Untuk Laboran, sebaiknya sebelum praktikan melakukan praktikum agar
memastikan alat-alat praktikum tidak ada yang rusak sehingga praktikum
berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, CK., & Sadiku, MNO., 2009, Fundamentals of Electric Circuit, 4th edn,
McGraw-Hill, New York.
Asran, A., 2014, Rangkaian Listrik I, Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh,
Aceh.
Bakri, AH., Martawijaya, MA., & Saleh, M 2015, Dasar-Dasar Elektronika,
Edukasi Mitra Grafika, Sulawesi Tengah.
Jading, A., Reniana, R., & Paga, BO 2020, Pengukuran Dan Instrumentasi,
Deepublish, Yogyakarta.
Rimbawati, R., & Adam, M., 2013, 'Analisis Gangguan Satu Konduktor Terbuka
(One-Conductor Open Fault) Pada Sistem Tenaga Listrik', Jurnal Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Terapan, vol. 8, no. 1, hh. 87-88.
Rosman, AN., Risdayana, R., Yuliani, E., & Vovi, V., 2019, 'Karakteristik Arus
Dan Tegangan Pada Rangkaian Seri Dan Rangkaian Paralel Dengan
Menggunakan Resistor', Jurnal Ilmiah d'Computare, vol. 9, no. 1, h. 40.
Sudirham, S., 2012, Analisis Rangkaian Listrik, April edn, Darpublic, Bandung.
Sutrisno, S 1986, Elektronika Teori Dan Penerapannya, Institut Teknologi
Bandung, Bandung.
Wahyudi, W., 2015, 'Analisis Hasil Belajar Mahasiswa Pada Pokok Bahasan
Hukum Ohm Dan Kirchhoff Dalam Mata Kuliah Elektronika Dasar I', Jurnal
Pendidikan Fisika dan Teknologi, vol. 1, no. 2, hh. 131-132.
Wibawanto, H., 2008, Elektronika Dasar: Pengenalan Praktis, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Yohandri, Y., & Asrizal, A., 2016, Elektronika Dasar 1 Komponen, Rangkaian,
dan Aplikasi, 1st edn, Kencana, Jakarta.
DOKUMENTASI