Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH HUKUM BISNIS

CV(Comanditaire Venotschaaf)

Disusun
O
L
E
H

Kelompok 7 :
Yulia Agustin (21150132)
Elsa Nazila (21150144)
Sarah Firdaus (21150155)
Wiradiya Pratama Putra (21150190)

Dosen pengampu;
Jasman Nazar S.H. M.H.

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat
2022
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Hukum
Bisnis tentaf “CV”.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bukittinggi,13 oktober 2022

Penulis
CV (Comanditaire Venootschaaf)

Istilah badan usaha dalam kehidupan sehari-hari bukanlah hal yang asing lagi.
Sebagian masyarakat menyamakan badan usaha dengan badan hukum. Padahal secara
yuridis, badan usaha berbeda dengan badan hukum. Apabila ditinjau dari sisi etimologis, kata
“badan usaha” berasal dari dua kata “badan” dan “usaha”. Kata “badan” dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia mempunyai makna bervariasi, antara lain sekumpulan orang yang
merupakan kesatuan untuk mengerjakan sesuatu. Demikian juga kata “usaha” mempunyai
makna bervariasi, antara lain, usaha bisa diartikan kegiatan dibidang perdagangan (dengan
maksud mencari untung); perdagangan; perusahaan.Sehingga dari makna tersebut dapat kita
gabungkan bahwa badan usaha merupakan sekumpulan orang yang melakukan kegiatan
dibidang perdagangan. Secara teoritis, badan usaha dapat digolongkan menjadi dua macam
yaitu badan usaha yang bukan berbadan hukum dan badan usaha yang berbadan hukum.
Secara teoritis tanggung jawab badan usaha dibedakan antara badan usaha yang
berbadan hukum dan badan usaha yang tidak berbadan hukum. Berdasarkan sistematika
tertentu, yaitu jika dilihat dari segi tanggung jawab para peserta, badan itu pada hakikatnya
dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu pertama badan usaha yang anggota-anggotanya
bertanggung jawab penuh dengan seluruh harta bendanya, yang termasuk dalam golongan ini
adalah usaha seorang dan firma. Kedua, badan usaha yang anggota-anggotanya tidak
bertanggung jawab dengan seluruh kekayaannya, yang termasuk golongan ini adalah
Perseroan Terbatas (Naamloze Vennootschap). Ketiga, bentuk peralihan, yang termasuk
dalam golongan ini yaitu Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap).
Ada beberapa pertimbangan yang mempengaruhi pikiran orang dalam hal akan
mendirikan suatu badan usaha, yaitu pertama, besarnya modal yang dibutuhkan. Kedua,
kelangsungan hidup badan usaha. Ketiga, tanggung jawab terhadap utang badan usaha.
Keempat, siapa pemimpin badan usaha. Purwosutjipto menggunakan istilah “perkumpulan”
sebagai padanan dari badan usaha. Menurut Purwosutjipto, perkumpulan itu ada yang
berbadan hukum dan tidak berbadan hukum. Yang tidak berbadan hukum ialah Persekutuan
Perdata, Persekutuan Firma Dan Persekutuan Komanditer. Adapun yang berbadan hukum
ialah perseroan terbatas, koperasi dan perkumpulan saling menanggung.
Persekutuan komanditer termasuk di dalam badan usaha yang bukan badan hukum.
Persekutuan Komanditer merupakan terjemahan dari bahasa Belanda Commanditaire
Vennootschap atau sering disingkat “CV”. Dalam bahasa Inggris disebut dengan “Limited
Corporation”.6 Persekutuan Komanditer ( CV) merupakan jenis badan usaha yang paling
banyak diminati oleh masyarakat terutama untuk bisnis dengan skala menengah. Untuk itu
dalam tulisan ini akan diuraikan mengenai Persekutuan Komanditer (Commanditaire
Vennootschap atau CV) sebagai badan usaha dalam kajian Hukum Perusahaan.
Bentuk perusahaan yang disebut dengan Commanditaire Vennootschap sering
disingkat dengan “CV” atau dalam bahasa inggris disebut dengan “Limited
Corporation”,merupakan suatu bentuk badan usaha yang didirikan oleh 2 orang atau lebih,
dimana 1 orang atau lebih dari pendirinya adalah persero aktif, yakni yang aktif menjalankan
perusahaan dan akan bertanggung jawab secara penuh atas kekayaan pribadinya sementara 1
orang lain atau lebih merupakan persero pasif (persero komanditer), dimana dia hanya
bertanggung jawab sebatas uang yang disetor saja. Dari pengertian CV diatas,terlihat bahwa
bentuk usaha komanditer tersebut merupakan bentuk kombinasi antara perseroan terbatas
dengan perusahaan firma karena suatu CV memiliki karakteristik perseroan terbatas (PT) dan
firma sekaligus.
Dalam ketentuan pasal 19 kitab undang-undang hukum dagang menyebutkan:
1. Perseroan secara melepas uang yang juga dinamakan perseroan komanditer,didirikan
anatara satu orang atau beberapa peserta yang secara tanggung-menanggung
bertanggung jawab untuk seluruhnya pada pihak satu, dan satu orang atau lebih
sebagai pelepas uang pada pihak lain
2. Dengan demikian bisa terjadi suatu perseroan itu pada suatu ketika yang sama
merupakan perseroan,firma terhadap para peserta firma di dalamnya dan merupakan
perseroan komanditer terhadap si pelepas uang
Ketentuan pasal 20 kitab undang-undang hukum dagang menyebutkan ;
1. Dengan tak mengurangi kekecualian tersebut dalam ayat ke 2 pasal 30 nama persero
pelepas uang tidak boleh dipakai dalam firma.
2. Persero yang belakang ini tidak di perbolehkan melakukan perbuatan pengurangan
atau bekerja dalam perusahan perseroaan , bila kiranya ia dikuasakan untuk itu sekali
pun
3. Ia tidak mudah usah pikul kerugian yang lebih dari pada jumlah uang yang telah atau
harus di masukan oleh nya sebagai modal perseroaan , tidak pula asal mengembalikan
keuntungan yang telah dinikmati nya
Kentuan pasal 21 Kitab undang undang Hukum Dagang menyebutkan:
“ Tiap-tiap peserta pelepas uang yang melanggar ketentuan pasal 28 ayat (1) dan ayat (2)
adalah secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya atas segala utang
dan segala perikatan dari perseroan”.
Berdasarkan ketentuan pasal 19, 20, dan 21 kitab Undang-undang Hukum dagang dapat
diketahui bahwa pengaturan perseroan Firma karena pada intinya perseroan komanditer juga
merupakan Firma dengan bentuk khusus, yaitu adanya sekutu dalam sekutu komanditer,
sedangkan pada perseroan firma ada fikmant (sekutu kerja), sekutu diam.
Persekutuan Komanditer mempunyai dua macam sekutu,yaitu sebagai berikut.
a. Sekutu Komplamenter, yaitu sekutu yang ikut aktif dalam mengurus persekutuan.
b. Sekutu Komanditer,yaitu sekutu pasif, tidak ikut dalam mengurus persekutuan.
Menurut pasal 16 KUHD bsd 1618 KUHPerdata, untuk mendirikan perserkutuan firma
tidak diisyaratkan adanya akta, tetapi pasal 22 KUHD mengharuskan pendirian persekutuan
firma itu dengan akta otentik dalam hal ini akta notaris (Pasal 1 S. 1860-3). Perintah tersebut
dalam pasal 22 KUHD tidak diikuti suatu sanksi, bila pendirian persekutuan firma itu tidak
dibuat dengan akta otentik. Malahan kalimat berikutnya menentukan bahwa ketiadaan akta
otentik itu tidak boleh dikemukakan untuk merugikan pihak ketiga. Dalam Pasal 1618
KUHPerdata, disebutkan bahwa Perserikatan Perdata adalah suatu perjanjian, dengan mana
dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukan sesuatu ke dalam perserikatan
dengan maksud untuk membagi keuntungan atau kemanfaatan yang diperoleh karenanya.
Persekutuan perdata adalah perserikatan perdata yang menjalankan perusahaan. Pada saat
persekutuan perdata itu menjalankan perusahaan dengan nama bersama maka disebut sebagai
perserkutuan firma. Menurut pasal 1618 KUHPerdata persekutuan perdata itu didirikan atas
dasar perjanjian. Karena pasal 1618 KUHPerdata itu tidak mengharuskan adanya syarat
tertulis, maka perjanjian yang dimaksud bersifat konsensual. Konsensual artinya pada
dasarnya perjanjian dan perikatan yang timbul karenanya itu sudah dilahirkan sejak detik
tercapainya kesepakatan.
Dengan perkataan lain, perjanjian itu sudah sah apabila sudah sepakat mengenai hal-hal
pokok dan tidaklah diperlukan suatu formalitas. Sehingga untuk pendirian persekutuan firma
berlaku juga ketentuan ini. Pendirian persekutuan firma tidak harus tertulis untuk
memperoleh keabsahannya. Secara yuridis Persekutuan firma dapat didirikan secara lisan.
Pasal 22 KUHD mengharuskan dengan akta otentik tetapi diakhir kalimat memberikan
keterangan yang dapat ditafsirkan “dapat didirikan tanpa akta otentik” hal ini tidak
bertentangan dengan Pasal 1618 KUHPerdata yang merupakan syarat pendirian persekutuan
perdata
Oleh karena Persekutuan Komanditer merupakan bentuk khusus dari Persekutuan Firma,
maka ketentuan cara pendirian persekutuan firma seperti yang diuraikan di atas, juga berlaku
bagi Persekutuan Komanditer. Sehingga dari uraian tersebut, secara yuridis dengan mengacu
pada ketentuan pasal 1618 KUHPerdata, Pasal 16 KUHD dan Pasal 19 KUHD, maka cara
mendirikan Persekutuan Komanditer (CV) dapat dilakukan :
a. Secara lisan, tanpa harus dibuat dalam bentuk akta, baik itu akta di bawah tangan
maupun akta otentik.
b. Dengan akta otentik (pasal 22 KUHD), namun aturan ini tidak dikenai sanksi apabila
tidak dilakukan, bahkan diakhir kalimat “ketiadaan akta otentik itu tidak boleh dikemukakan
untuk merugikan pihak ketiga”.
Aturan secara khusus mengenai cara pendirian Persekutuan Komanditer atau (CV).
Menurut Abdul R Saliman, dalam KUHD tidak ada aturan tentang pendirian, pendaftaran
maupun pengumuman, sehingga Persekutuan Komanditer dapat diadakan berdasarkan
perjanjian dengan lisan atau sepakat para pihak saja (pasal 22 KUHD).22 Menurut Farida
Hasyim, pendirian CV dalam praktik dibuat secara autentik (akta notaris). Didirikan dengan
pembuatan anggaran dasar yang dituangkan dalam akta pendirian yang dibuat di muka
notaris. Akta pendirian kemudian didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat.
Akta pendirian yang sudah didaftarkan itu diumumkan dalam Tambahan Berita Negara. 23
Menurut Sentosa Sembiring, untuk perseroan Komanditer (CV) dijabarkan dalam Pasal 13
UU No.3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan yaitu sebagai berikut:
1) Apabila perusahaan berbentuk persekutuan komanditer hal-hal yang wajib didaftarkan
adalah:
a. Tanggal pendirian dan jangka waktu berdirinya persekutuan
b. Nama persekutuan dan/atau nama perusahaan serta nama merek perusahaan;
c. Kegiatan pokok dan lain-lain kegiatan usaha persekutuan dan izin-izin usaha yang
dimiliki;
d. Alamat kedudukan persekutuan dan/atau alamat perusahaan; serta alamat setiap
kantor cabang kantor pembantu, dan agen serta perwakilan persekutuan;
e. Jumlah sekutu yang diperinci dalam jumlah sekutu aktif dan sekutu pasif;
f. Berkenaan dengan setiap sekutu aktif dan pasif
(1) Nama lengkap dan alias-aliasnya;
(2) Setiap namanya dahulu apabila berlainan dengan huruf f angka 1
(3) Nomor dan tanggal tanda bukti diri;
(4) Alamat tempat tinggal yang tetap;
(5) Alamat dan negara tempat tinggal yang tetap apabila tidak bertempat
tinggal tetap di wilayah negara RI;
(6) Tempat dan tanggal lahir;
(7) Negara tempat lahir apabila dilahirkan di luar wilayah RI;
(8) Kewarganegaraan pada saat pendaftaran;
(9) Setiap kewarganegaraan dahulu apabila bertalian dengan huruf f angka 8;
g. Lain-lain kegiatan usaha dari setiap sekutu aktif dan pasif;
h. Besar modal dan nilai barang yang disetorkan oleh setiap sekutu aktif dan pasif
i. Tanggal di mulainya kegiatan persekutuan, tanggal masuknya setiap sekutu aktif
dan pasif yang baru bila terjadi setalah didirikan persekutuan, tanggal pengajuan
permintaan pendaftaran;
j. Tanda tangan dari setiap sekutu aktif yang berwenang menanda tangani untuk
keperluan persekutuan
2) Apabila perusahaan berbentuk Persekutuan Komanditer atas saham selain halhal
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pasal ini, juga wajib didaftarkan halhal mengenai modal,
yaitu:
a. Besarnya modal komanditer;
b. Banyaknya saham dan besarnya masing-masing saham;
c. Besarnya modal yang ditempatkan;
d. Besarnya modal yang disetor;
3) Pada waktu mendaftarkan wajib diserahkan salinan resmi akta pendirian yang
disahkan oleh pejabat yang berwenang untuk itu.
Adapun tata cara mendirikan sebuah perusahaan komanditer, yaitu dengan akta notaris
atau akta otentik. Sama halnya dengan mendirikan sebuah perusahaan formal, para persero-
persero diharuskan mendaftarkan akta tersebut dalam register yang disediakan untuk
dikapantirerans pengadilan negeri dengan daerah hukumnya persekutuan kemanditer (CV)
bertempat kredudukan dan diumumkan dalam tambahan berita Negara republik Indonesia.
Ada tiga jenis persekutuan komanditer (CV), yaitu;
a) Persekutuan komanditer dengan diam-diam (CV diam-diam),
b) Persekutuan komanditer dengan terang-terangan (CV Terang-terangan)
c) Persekutuan komanditer dengan saham-saham (CV dengan saham-saham)
Dalam KUHD, tidak ada pengaturan khusus mengenai tata cara pendirian persekutuan
komanditer ini, tetapi mengingat bahwa persekutuan ini, tetapi mengingat bahwa persekutuan
ini juga merupakan suatu firma dalam bentuk khusus, ketentuan pasal 22 KUHD tentang firm
aini dapat diberlakukan, yaitu dengan pembuatan suatu akta pendirian yang di sahkan oleh
notaris, kemudian di daftarkan ke Kepaniteraan Pengadilan Negeri Setempat, dan diumumkan
dalam. Tambahan Berita Negara. Di dalam akta pendiriannya itu harus dimuat anggaran yang
menentukan tentang :
a. nama yang di pergunakan dan tempat kedudukannya
b. maksud dan tujuan didirikannya persekutuan
c. tanggal berdiri dan berakhirnya persekutuan
d. modal persekutuan
e. siapa sekutu komplementer dan sekutu komanditer
f. hak dan kewajiban serta tanggung jawab masing-masing sekutu
g. pembagian untung dan rugi persekutuan
Meskipun tempat pengarturan komanditer ini terletak di antara firma,antara kedua
persekutuan ini mempunyai perbedaan.Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Syarat pembentukan dan pendirian firma di atur dalam KUHD,sedangkan syarat
pembentukan dan pendirian persekutuan komanditer tidak di atur secara jelas.
b. Dalam persekutuan komanditer,dikenal ada 2 jenis sekutu yang masing-masing
berbeda fungsi,tugas dan tanggung jawabnya,sedangkan firma hanya mempunyai 1
macam sekutu.
c. Tanggung jawab sekutu dalam firma adalah tanggung jawab pribadi untuk
keseluruhan.Sementara itu,untuk persekutuan komanditern tergangtung dari siapa
sekutunya. Untuk sekutu komplementer tanggung jawabnya adalah pribadi untuk
keseluruhan,sedangkan sekutu komanditer tanggung jawabnya terbatas pada modal
yang dimasukkannya dalam persekutuan.
d. Pailitnya suatu firma mengakibatkan juga semua sekutu dinyatakan pailit,sedangkan
pailitnya persekutuan komanditer hanya mengakibatkan suatu komplementer ikut
dinyatakan pailit, sedangakan sekutu komanditer tidak.
Untuk menguraikan bahwa Persekutuan Komanditer atau CV merupakan badan usaha
bukan badan hukum, maka akan diuraikan berdasarkan unsur-unsur badan hukum di atas.
Unsur-unsur tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1) Adanya harta kekayaan (hak-hak) dengan tujuan tertentu, terpisah dari
kekayaan pribadi para sekutu badan itu;
Persekutuan Komanditer atau CV merupakan bentuk khusus dari persekutuan firma
dan firma merupakan bentuk khusus dari persekutuan perdata. Persekutuan perdata adalah
perserikatan perdata yang menjalankan perusahaan. definisi perserikatan perdata dapat kita
temui dalam Pasal 1618 KUHPerdata. Perserikatan perdata adalah suatu perjanjian dengan
mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukan sesuatu ke dalam perserikatan
dengan maksud untuk membagi keuntungan atau kemanfaatan yang diperoleh karenanya.
Sesuatu yang dimasukan ini disebut dengan “inbreng”. Dalam pasal 1619 ayat2)
KUHPerdata, menetapkan bahwa tiap-tiap sekutu dari persekutuan perdata diwajibkan
memasukan dalam kas persekutuan perdata yang didirikan itu:
(a) Uang, atau
(b) Benda-benda apa saja yang layak bagi pemasukan, misalnya kredit,
rumah/gedung, kendaraan bermotor/truk, alat perlengkapan kantor, dan lain-lain.
(c) Tenaga kerja, baik tenaga fisik maupun tenaga pikiran.
Inbreng ini merupakan salah satu dari kekayaan persekutuan perdata. Menurut arrest
H.G.H. tanggal 7 Januari 1926, persektuan perdata memiliki kekayaan sendiri. Putusan ini
berdsarkan Pasal 1618, 1640, 1641, dan pasal 1645 KUHPerdata, serta asas-asas yang
mendukung pasal-pasal tersebut. Kekayaan persekutuan perdata terdiri dari:
(1) Pemasukan (inbreng) dari masing-masing sekutu (Pasal 1619 ayat 2
KUHPerdata)
(2) Penagihan-penagihan ke dalam, kepada sekutu-sekutunya, yaitu bunga
bunga dari pemasukan yang disanggupkan, tetapi belum masuk (Pasal 1626
KUHPerdata) dan lain-lain.
(3) Penggantian kerugian kepada persekutuan dari sekutu-sekutu yang karena
kesalahannya mengakibatkan kerugian bagi persekutuan (Pasal 1630
KUHPerdata);
(4) Penagihan-penagihan keluar kepada pihak ketiga ( pasal 1645
KUHPerdata) Kekayaan ini terpisah dari kekayaan pribadi para sekutunya.
Oleh karena persekutuan perdata memiliki harta kekayaan yang terpisah
dengan harta pribadi para sekutunya, maka persekutuan firma juga memiliki
kekayaan sendiri. Berkaian dengan Persekutuan Komanditer yang merupakan
bentuk khusus dari persekutuan firma, maka Persekutuan Komanditer juga
memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan para sekutunya.
Persekutuan Komanditer memiliki harta kekayaan sendiri juga dapat dilihat bahwa dalam
praktik apabila ada utang-utang persekutuan terhadap pihak ketiga maka pemenuhannya
dilakukan dengan menggunakan uang kas persekutuan. Penggunaan harta pribadi para sekutu
Persekutuan Komanditer dilakukan setelah kas dan seluruh asset persekutuan tidak
mencukupi untuk melunasi kewajiban-kewajiban persekutuan.
2) Kepentingan yang menjadi tujuan adalah kepentingan bersama yang bersifat
stabil
Tujuan didirikannya Persekutuan Komanditer adalah untuk mencari keuntungan. Meski di
dalam KUHD tidak diatur secara eksplisit, suatu ketentuan yang secara tegas menyebutkan
mengenai tujuan ini, namun dengan merunut bahwa Persekutuan Perdata adalah bentuk asal
dari persekutuan firma, dan Persekutuan Komanditer merupakan bentuk khusus dari
persekutuan firma, maka tujuan dari Persekutuan Komanditer ini dapat dilihat dari definisi
persekutuan perdata. Sebagaimana diuraikan sebelumnya pada pasal 1618, dari definisi
perserikatan perdata dapat ditarik beberapa unsur, yaitu:
(a) Perjanjian antara dua orang atau lebih;
(b) Mengikatan diri untuk memasukan sesuatu (inbreng);
(c) Tujuan untuk membagi keuntungan atau kemanfaatan Saat tujuan perserikatan
perdata itu mencari keuntungan, maka disebut sebagai persekutuan perdata.
Persekutuan firma adalah persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan
perusahaan dengan nama bersama. Pada pasal 19 KUHD disebutkan “persekutuan secara
melepas uang, yang juga disebut persekutuan komanditer, didirikan atas satu atau beberapa
orang yang bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan dengan satu atau beberapa
orang pelepas uang”. Di dalam KUHD pengaturan persekutuan firma diatur dalam Pasal 16
s/d 35 KUHD. Letak pengaturan Persekutuan Komanditer ada ditengah-tengah aturan
mengenai persekutuan firma. Letak aturan Persekutuan Komanditer di tengah-tengah pasal-
pasal yang mengatur persekutuan firma itu sudah sepatutnya, karena Persekutuan Komanditer
itu juga persekutuan firma dengan bentuk khusus. Kekhususannya terletak pada adanya
sekutu komanditer, yang pada persekutuan firma tidak ada.
Pada persekutuan firma hanya ada sekutu kerja atau “firmant”, sedangkan dalam
Persekutuan Komanditer, kecuali sekutu kerja, juga ada sekutu komanditer, yakni sekutu
yang tidak kerja, sekutu yang hanya memberikan pemasukan saja, tidak turut mengurus
perusahaan.34 Sehingga tujuan “untuk memperoleh keuntungan” yang ada pada persekutuan
perdata, terdapat pula dalam persekutuan firma, yang berarti menjadi tujuan juga pada
persekutuan komanditer. Dalam praktik, memang didirikannya Persekutuan Komanditer
untuk tujuan menjalankan usaha. Tujuan atau bentuk kegiatan usahanya tercantum di dalam
akta pendirian Persekutuan Komanditer atau CV. Bergerak dibidang usaha apa yang menjadi
tujuan didirikannya CV yang bersangkutan akan tertera di dalam akta pendirian CV tersebut.
3) Adanya beberapa orang sebagai pengurus dari badan itu
Persekutuan Komanditer mempunyai dua macam sekutu, yaitu sekutu komanditer (yang
hanya memasukan modal) dan sekutu komplementer (sekutu kerja,yang memasukan modal
dan ikut kerja). Sekutu komplementer sebagai sekutu kerja, kedudukannya sama dengan
sekutu pada persekutuan firma. Karena di dalam persekutuan firma, semua sekutunya
merupakan sekutu kerja. Sehingga aturan mengenai sekutu komplementer ini merujuk pada
ketentuan sekutu kerja pada persekutuan firma. Kekuasaan tertinggi dalam persekutuan firma
dalah para sekutu semuanya, yang memutuskan segala persoalan dengan musyawarah untuk
mufakat dalam batas keleluasaan yang diberikan oleh perjanjian persekutuan firma (pasal 32
dan pasal 35 KUHD bsd pasal 1339 KUHPerdata) Mengenai siapa yang menjalankan
pengurusan itu harus ditentukan dalam perjanjian pendirian persekutuan.
Kalau hal ini dalam perjanjian Persekutuan Komanditer belum diatur, maka harus diatur
secara tersendiri di dalam suatu akta, yang harus didaftarkan juga pada kepaniteraan PN
setempat dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI. Dalam praktik di dalam akta
pendirian Persekutuan Komanditer atau CV disebutkan nama sekutu beserta kedudukannya.
Biasanya disebutkan sebagai direksi, wakil direksi, atau disebutkan juga siapa yang
berkedudukan sebagai sekutu komanditer
Asas kewenangan mewakili sekutu berarti bahwa lain-lain sekutu terikat oleh perbuatan
seorang sekutu terhadap pihak ketiga, sekedar perbuatan itu dilakukan atas nama dan bagi
kepentingan persekutuan. Dengan ini timbul asas pertanggung jawaban sekutu adalah pribadi
untuk keseluruhan. Kewenangan para sekutu untuk bertindak keluar ini dapat dibatasi
dengan:
(a) Mengeluarkan sekutu dari kewenangan untuk bertindak keluar atas nama
persekutuan;
(b) Melarang sekutu tertentu itu untuk melakukan perbuatan tertentu pula, misalnya
seorang sekutu tertentu dilarang menandatangi surat wesel;
(c) Menugaskan beberapa kewajiban tertentu kepada dua orang sekutu atau lebih
sebagai perbuatan bersama, misalnya membebankan hak tanggungan bagi tanah atau
bangunan untuk mendapatkan pinjaman bagi persekutuan;
(d) Sekutu yang melanggar kewenangannya bertanggung jawab secara pribadi kepada
pihak ketiga terhadap semua perikatan yang telah dibuatnya.
Bentuk perusahaan lain yang diatur dalam buku pertama,title ketiga bagian ke dua (pasal
16-35) KUHD adalah komanditer.
a. Landasan hukumnya
Landasan hukumnya, mulai dari pasal 19-35 KUHD,pasal 19 berbunyi
Persekutuan dengan jalan meminjam uang atau disebut juga persekutuan
komanditer,diadakan antara seorang sekutu atau lebih yang bertanggung jawab
secara pribadi untuk keseluruhnya dengan seorang atau lebih sebagai peminjaaman
uang.
b. Status sekutu komanditer
Status hukum seorang sekutu komanditer,dapat disamakan dengan seorang yang
meminjamkan atau menanamkan modal pada suatu perusahaan. Yang diharapkannya
dari penanaman modal itu adalah hasil dari keuntungan modal yang ditanamkannya.
Sekutu komanditer samasekali tidak ikut terlibat mencampuri pengurusan dan
pengelolaan persekutuan komanditer.Seolah-olah dia tidak berbeda dengan “Pelepas
uang”(geldschieter, financial backer) yang di atur dalam UU pelepasan uang
(Geldschietersordonantie staatsblad 1938-532).
Dapat dilihat,ada persekutuan komanditer terdiri dari 2 macam sekutu:
1) Sekutu pengurus atau sekutu komplementer (Complimentaris) yang bertindak
sebagai persero pengurus dalam persekutuan komanditer.
Selain dia sekutu komanditer yang juga ikut memberikan pemasuka modal,sekutu
komplimentaris sekaligus menjadi pengurus persekutuan komanditer.
2) Sekutu komanditer yang disebut juga sekutu tidak kerja,yang statusnya hanya
sebagai pemeberi modal atau pemberi pinjaman. Oleh karena sekutu komanditer
tidak ikut mengurus persekutuan komanditer, dia tidak ikut bertindak keluar.
Di Indonesia menurut pasal 20 KUHD, hanya dikenal komanditer dengan
penanaman
modal,dimana status dan tanggung jawab mereka:
- Tidak mencampuri pengurusan perusahaan atau tidak bekerja dalam perusahaan
komanditer tersebut,
- Mereka hanya menyediakan modal atau uang untuk mendapatkan keuntungan dari
laba perusahaan,Sehingga mereka disebut sekutu penanaman modal terbatas
(Commanditaire vennootschap,limited by shares),
- Kerugian persekutuan komanditer yang di tanggung sekutu komaditer,hanya
terbatas sebesar jumlah modal yang ditanamkan (beperkte aansprakelijkheid,
limited liability),
- Nama sekutu kamanditer tidak boleh diketahui, itu sebabnya mereka disebut
komanditer atau commanditaire vennot yang berarti sleeping partner atau silent
partner.
c. Yang bertindak keluar
Anggota atau sekutu persekutuan komanditer yang bertindak keluar adalah anggota
yang melakukan pengurusan. Mereka yang disebut sekutu “komplementaris” (daden
van baheer). Mereka berbeda dengan kedudukan para komanditaris atau sekutu
komanditer yang hanya berkedudukan sebagai penanaman modal.
Sehubungan dengan itu, dapat dikemukan patokan berikut :
- Yang bertindak keluar hanya anggota pengurus yang disebut anggota
“komplementaris”
- Apabila anggota komanditaris ikut mencampuri pengurusan perusahaan, dia akan
memikul akibat hukum, yakni dianggap dengan sukarela ikut mengikatkan diri
terhadap semua Tindakan pengurus, oleh karena itu,ia ikut bertnggung jawab
secara pribadi memikul seluruh hutang persekutuan komanditer secara solider
- Kepada mereka berlaku ketentuan mengenai keanggotaan firma,sehingga ikut
bertanggung jawab terhadap Tindakan yang dilakukan anggota firma lainnya
sebelum mereka mencampuri penyelenggaraan pengurusan itu.
Ebert dan Griffin (2015),commanditaire Vennootsschap/CV sama dengan istilah
“persekutuan umum (General partnership)”, yaitu bisnis dengan 2 pemilik atau lebih yang
Bersama-sama mengelola perusahaan dan mengemban tanggung jawab keuangan atas seluruh
hutang. Lebih lanjut disebutkan ada beberapa kelebihan atau kelemahan dari persekutuan ini :
a. Kelebihan persekutuan, terdiri dari:
- Kemampuan untuk bertumbuh dan bertambahnya bisnis baru dan tambahan dana
atau modal;
- Bisa dibentuk hanya dengan memenuhi beberapa persaratan hukum ;
- Persekutuan dimulai dengan kesepakatan atau perjanjian antara 2 orang atau lebih,
sebagai bentuk dokumen pribadi.
b. Kelemahan persekutuan, terdiri dari:
- Kewajiban tidak terbatas. Setiap sekutu ikut menanggung seluruh hutang yang di
bebankan atas nama persekutuan;
- Persekutuan tidak bisa menikmati potensi bisnis yang berkelanjutan (terus-
menerus). Artinya,bila salahsatu sekutu atau yang bersepakat meninggal atau
keluar,maka persekutuan tersebut bubar, meskipun salahsatu sekutu atau lebih
ingin melanjutkannya.sekutu yang masih bertahan dapat membentuk persekutuan
baru untuk mempertahankan bisnis persekutuan yang lama;
- Sulitnya peralihan kepemilikan. Artinya, tidak ada sekutu yang bisa menjual asset
atau perusahaan tanpa adanya persetujuan sekutu lainnya. Bila ada salahsatu
sekutu yang ingin pension atau mewariskan bisnisnya kepada pihak lainnya harus
terlebih dahulu mendapat persetujuan dari sekutu lainnya.
Pertanggung Jawaban CV
Dalam melangsungkan kegiatan usahanya, aktivitas bisnis CV dilakukan oleh
para pesero aktifnya. Merekalah yg bertanggung jawaba untuk melakukan tindakan
pengurusan atau bekerja di dalam peseroan tersebut. Bahkan jika ditarik lebih jauh,
para pesero komplementer ininjuga dapat dimintakan tanggung jawab secara
tanggung tentang atas perikatan perikatan perseroannya.
Disisi lain, para pemberi modal atau pesero komanditer, tidak bisa terlibat
dalam menjalankan aktivitas perusahaan. Hal tersebut diatur secara tegas di dalam
pasal 20 KUHD yang menjelaskan bahwa pesero komanditer ini tidak boleh
melakukan tindakan pengurusan atau bekerja dalam perusahaan perseroan tersebut,
meskipyn ada pemberian kuasa sekalipun.
Implikasinya pesero komanditer tidak perlu ikut memikul beban kerugian
yang jumlahnya lebih besar dari modal yang di setorkannya ke perusahaan. Namun
jika pesero komanditer terbukti ikut menjalankan perusahaan sebagai mana yang
dilakukan pesero komplementer dan mengakibatkan kerugian perusahaan, maka
sesuai dengan pasal 21 KUHD, pesero komanditer ikut bertanggung jawab secara
tanggung renteng terhadap semua utang perikatan perseroan tersebut.Proses Pendirian
Persekutuan Komanditer (CV) Berdasarkan Kitab Undang-UndangHukum Dagang
(KUHD).
Pendapat yang umum di Indonesia menyatakan bahwa CV belum merupakan
badan hukum, meskipun dalam CV sudah terdapat syarat-syarat materiil untuk suatu badan
hukum, tetapi pengesahan dari Pemerintah belum dipenuhi sebagai syarat formilnya. CV
merupakan salah satu bentuk perusahaan yang bukan badan hukum dan diatur dalam buku
pertama, title ketiga, bagian kedua Pasal 16-35 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
Pada pasal 19 KUHD menegaskan:“Status hukum seorang sekutu komanditer dapat
disamakan dengan seorang yang meminjamkan atau menanamkan modal pada suatu
perusahaan dan diharapkan dari penanaman modal itu adalah hasil keuntungan dari
modal yang dipinjamkan atau ditanamkan tersebut”.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang terdapat aturan tentang pendirian,
pendaftaran, maupun pengumumannya, yang dimana pendiriannya ada di pasal 16-35
KUHD, sehingga Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap(CV) atau
(Limited Partnership) dapat diadakan berdasarkan perjanjian dengan lisan atau sepakat para
pihak saja dan bisa dibuatkan akta otentiknya.Dalam praktik di Indonesia untuk mendirikan
persekutuan komanditer dengan dibuatkan akta pendirian atau berdasarkan akta notaris,
didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang berwenang dan diumumkan dalam
Tambahan Berita Negara RI. Dengan kata lain prosedur pendiriannya sama dengan prosedur
mendirikan persekutuan firma. Berdasarkan Ketentuan Pasal 1633 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, Sekutu Komanditer mendapat keuntungan sesuai dengan yang
ditentukan dalam Anggaran Dasar Persekutuan. Jika dalam Anggaran dasar tidak
ditentukan, maka sekutu komanditer mendapat keuntungan sesuai dengan jumlah
pemasukannya.
Mengenai cara mendirikan CV atas saham adalah “bebas” tetapi diperlukan formalitas
pengesahannya dari Menteri Hukum dan HAM bahkan bisa hanya dengan berbentuk
akta notaris6. Dalam praktik, Tidak ada pengaturan khusus bagi pendirian
Persekutuan Komanditer, sehingga dalam pendirian Persekutuan Komanditer sama
dengan peraturan dalam pendirian Firma. Persekutuan Komanditer bisa didirikan secara
lisan (Perjanjian Konsensuil) lalu membuat akta pendirian di hadapan Notaris yang
dijadikan sebagai alat bukti (Pasal 22 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang). Dalam
mendirikan Persekutuan Komanditer harus berdasarkan Akta Notaris, didaftarkan di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang berwenang dan diumumkan dalam Tambahan
Berita Negara R.I. Adapun ikhtisar isi resmi dari Akta Pendirian Persekutuan Komanditer
meliputi:
a.Nama lengkap, pekerjaan & tempat tinggal para pendiri.
b.Penetapan nama Persekutuan Komanditer.
c.Keterangan mengenai Persekutuan Komanditer itu bersifat umum atau terbatas
untuk menjalankan sebuah perusahaan cabang secara khusus.
d.Nama sekutu yang tidak berkuasa untuk menandatangani perjanjian atas nama
persekutuan.
e.Waktu mulai dan berlakunya Persekutuan Komanditer.f.Hal-hal penting lainnya
yang berkaitan dengan pihak ketiga terhadap sekutu pendiri.
g.Tanggal pendaftaran akta pendirian ke Pengadilan Negeri.
h.Pembentukan kas uang dari Persekutuan Komanditer yang khusus disediakan bagi
penagih dari pihak ketiga.
i.Pengeluaran satu atau beberapa sekutu dari wewenangnya untuk bertindak atas
nama persekutuan.

CV dapat didirikan dengan syarat dan prosedur yang lebih mudah daripada PT, yaitu
hanya mensyaratkan pendirianoleh 2 orang, dengan menggunakan akta Notaris yang
berbahasa Indonesia. Pendirian CV mengharuskan adanya akta notaris, dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang dinyatakan bahwa pendirian CV mutlak harus dengan akta Notaris.
Pada saat para pihak sudah sepakat untuk mendirikan CV, maka dapat datang ke
kantor Notaris dengan membawa KTP. Untuk pendirian CV, tidak diperlukan adanya
pengecekan nama CV terlebihdahulu. Oleh karena itu prosesnya akan lebih cepat dan
mudah dibandingkan dengan pendirian PT. Namun demikian, dengan tidak didahuluinya
dengan pengecekan nama CV, menyebabkan nama CV sering sama antara satu dengan yang
lainnya.
Pada waktu pendirian CV, yang harus dipersiapkan sebelum datang ke Notaris adalah adanya
persiapan mengenai:
a.Calon nama yang akan digunakan oleh CV tersebut.
b.Tempat kedudukan dari CV.
c.Siapa yang akan bertindak selaku Persero aktif, dan siapa yang akan bertindak selaku
persero diam. Dan
d.Maksud dan tujuan yang spesifik dari CV tersebut (walaupun tentu saja dapat
mencantumkan maksud dan tujuan yang seluas-luasnya).
Pendirian suatu CV sebenarnya cukup hanya dengan akta Notaris tersebut,
namun untuk memperkokoh posisi CV tersebut, sebaiknya CV tersebut di daftarkan pada
Pengadilan Negeri setempat dengan membawa kelengkapan berupa Surat
Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP) dan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
atas nama CV yang bersangkutan. SKDP, NPWP dan pendaftaran pengadilan sudah
cukup dalam pendirian CV. Dalam menjalankan suatu usaha yang tidak memerlukan tender
pada instansi pemerintahan, dan hanya digunakan sebagai wadah berusaha, maka dengan
surat-surat tersebut saja sudah cukup untuk pendirian suatu CV. Namun, apabila
menginginkan ijin yang lebih lengkap dan akan digunakan untuk keperluan tender,
biasanya dilengkapi dengan surat-surat lainnya yaitu:
a.Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP).
b.Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP).
c.Tanda Daftar Perseroan (khusus CV). Dan
d.Keanggotaan pada KADIN.
Pengurusan ijin-ijin tersebut dapat dilakukan bersamaan sebagai satu rangkaian
dengan pendirianCV dimaksud, dengan melampirkan berkas tambahan berupa:
a.Copy kartu keluarga Persero Pengurus (Direktur) CV.
b.Copy NPWP Persero Pengurus (Direktur) CV.
c.Copy bukti pemilikan atau penggunaan tempat usaha, dimana.
d.Apabila milik sendiri, harus dibuktikan dengancopy sertifikat dan copy bukti
pelunasan PBB th terakhir.
e.Apabila sewa kepada orang lain, maka harus dibuktikan dengan adanya.
f.Perjanjian sewa menyewa, yang dilengkapi dengan pembayaran pajak sewa (Pph) oleh
pemilik tempat.
Dalam KUHD tidak terdapat pengaturan khusus mengenai cara mendirikan CV,
karena CV adalah Firma, jadi Pasal 22 KUHD juga dapat diberlakukan kepada CV.
Dengan demikian, CV didirikan dengan pembuatan yang dituangkan dalam akta pendirian
dan dibuat di hadapan notaris. Akta pendirian kemudian didaftarkan di kepaniteraan
pengadilan negeri setempat. Akta pendirian yang sudah didaftarkan itu kemudian diberitakan
atau diumumkan dalam Tambahan Berita Negara.
Perseroan Komanditer (CV) adalah suatu Perusahaan yang didirikan oleh satu atau beberapa
orang secara tanggung menanggung, bertanggung jawab secara seluruhnya atau secara solider
dengan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang (Geldschieter) dan diatur dalam KUHD.20
Ketentuan hukum tentang CV sama dengan ketentuan hukum persekutuan firma, yaitu diatur
secara tegas pada Pasal 19 sampai dengan Pasal 35 KUHD. Adapun yang membedakan
pengaturan hukum CV dengan pengaturan hukum persekutuan firma adalah keberadaan
pengaturan sekutu pelepas uang yang diatur dalam Pasal 19, 20 dan 21 KUHD. Dalam
kondisi ini dapat dikatakan CV merupakan persekutuan firma yang mempunyai satu atau
beberapa orang sekutu komanditer. Dalam persekutuan firma hanya terdapat sekutu kerja
firmant, sementara itu dalam CV juga terdapat sekutu komanditer, yang merupakan sekutu
diam yang berperan memberikan pemasukannya dan tidak terlibat dalam pengurusan
perusahaan.
Sebenarnya pendirian CV tidak memerlukan formalitas tertentu, Pendirian CV bisa
dilakukan secara tertulis atau secara lisan, baik dengan aktaotentik maupun dibawah tangan.
tidak ada keharusan untuk melakukan pendaftaran dan pengumuman dalam Berita Negara
Republik Indonesia dalam Pendirian Persekutuan Komanditer CV. Namun apabila
menghendaki akta pendirian Persekutuan Komanditer CV dibuat oleh / dihadapan notaris
dengan sendirinya dengan akta otentik.
CV adalah suatu perusahaan yang terdiri dari satu atau lebih pesero pengurus
(Komplementer) dan satu atau lebih juga adalah persekutuan untuk menjalankan suatu usaha
yang dibentuk oleh satu atau beberapa sekutu yang bertanggungjawab untuk seluruhnya pada
satu pihak, dan satu atau beberapa sekutu bertindak sebagai pelepas uang pada pihak lain.
Pengaturan Firma diatur dalam BAB III bagian 2 Pasal 16 sampai 35 Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (KUHD). Sementara Pasal 19, 20 dan 21 adalah dasar pengaturan untuk CV.
Dalam Pasal 19 (a) KUHD adalah Perseroan secara melepas uang yang juga dinamakan
perseroan komanditer, didirikan antara satu orang atau beberapa pesero yang secara
tanggung-menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya pada pihak satu, dan satu orang
atau lebih sebagai pelepas uang pada pihak lain. Dalam Pasal tersebut Terdapatnya aturan CV
diantara / di dalam kedalam bentuk firma dalam arti khusus, yang kekhususannya terletak
dari adanya persekutuan komanditer, sementara sekutu jenis ini tidak ada pada sekutu kerja
atau Firman).
Dapat dilihat, pada persekutuan komanditer terdiri dari dua macam sekutu:
1. Sekutu komplementer atau sekutu pengurus (complimentaris) yang berperan pesero
pengurus dalam persekutuan komanditer. Keberadaannya selain sebagai sekutu komanditer
yang ikut memberi pemasukan modal juga sebagai sekutu komplementaris yang menjadi
pengurus CV.
2. Persero komanditer atau disebut sekutu tidak kerja. Sekutu ini statusnya sebagai pemberi
modal atau pemberi pinjaman saja sehingga sekutu komanditer tidak terlibat dalam
pengurusan CV dan juga tidak ikut bertindak keluar.
Mengenai hal tidak ada pengaturan khusus bagi CV, sehingga dalam pendirian CV
adalah sama dengan pendirian Firma, bisa didirikan secara lisan (konsesuil diatur dalam Pasal
22 KUHD dikatakan bahwa tiap-tiap perseroan firma harus didirikan dengan AKTA
OTENTIK, akan tetapi ketiadaan akta demikian, tidak dapat dikemukakan untuk merugikan
publik / pihak ketiga). Pada prakteknya di Indonesia telah menunjukkan suatu kebiasaan
bahwa orang mendirikan CV berdasarkan Akta Notaris (Otentik), didaftarkan di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang berwenang, dan diumumkan dalam Tambahan Berita
Negara R.I.
Disebabkan adanya kesamaan dalam pendirian (CV) dengan Firma, maka tahap-tahap
pendirian CV adalah sebagai berikut:
1. Pasal 23 KUHD mewajibkan pendiri Firma (yang juga berlaku juga pada CV) untuk
mendaftarkan akta pendiriannya kepada Panitera PN yang berwenang, dan yang didaftarkan
hanyalah akta saja (Pasal 24 KUHD), dan
2. Para pendiri CV diwajibkan untuk mengumumkan ihtisar resmi akta pendiriannya dalam
Tambahan Berita Negara R.I. (Pasal 28 KUHD); kedua pekerjaan ini bisa dilimpahkankepada
Notaris yang membuat akta.
Adapun ihtisar isi resmi dari Akta Pendirian CV meliputi :
1. Nama lengkap, pekerjaan & tempat tinggal para pendiri;
2. Penetapan nama CV;
3. Keterangan mengenai CV itu bersifat umum atau terbatas untuk menjalankan sebuah
perusahaan cabang secara khusus;
4. Nama sekutu yang tidak berkuasa untuk menandatangani perjanjian atas nama
persekutuan; 5. Saat mulai dan berlakunya CV;
6. Clausula-clausula lain penting yang berkaitan dengan pihak ketiga terhadap sekutu pendiri;
7. Pendaftaran akta pendirian ke PN harus diberi tanggal;
8. Pembentukan kas (uang) dari CV yang khusus disediakan bagi penagih dari pihak ketiga,
yang jika sudah kosong berlakulah tanggung jawab sekutu secara pribadi untuk keseluruhan;
9. Pengeluaran satu atau beberapa sekutu dari wewenangnya untuk bertindak atas nama
persekutuan.
Pada dasarnya CV bukan badan hukum tetapi mempunyai kekayaan CV tersendiri dan dapat
ditagih pihak ketiga, bila tak cukup menjadi tanggung jawab sekutu pengurus secara pribadi
untuk keseluruhan.
Terdapat tiga jenis CV, yaitu:
1. CV diam-diam Jenis ini belum menyatakan diri secara terbuka sebagai CV. Bagi orang
luar jenis usaha ini masih dianggap usaha dagang biasa.
2. CV terang-terangan Jenis ini telah menyatakan diri secara terbuka kepada pihak ketiga. Hal
ini terlihat dengan dibuatnya akta pedirian CV oleh Notaris dan akta pendirian, telah
didaftarkan di daftar perusahaan.
3. CV dengan saham Munculnya CV jenis ini karena dalam perkembangan CV membutuhkan
modal. Untuk mengatasi masalah kekurangan modal dapat dibagi atas beberapa saham
masing-masing komandataris dapat memiliki satu atas beberapa saham.
Pesero Pengurus atau pesero aktif, disebut juga pesero komplementer. mempunyai
hak untuk mengelola CV oleh karenya berhak melakukan tindakan pengurusan untuk dan atas
nama CV, namun dalam tindakanya tersebut harus mendapatkan persetujuan dari pesero
diam. Pesero diam atau pesero pasif, disebut juga pesero komanditer. Pesero diam tidak
mempunyai hak dalam mengelola CV oleh karenya ia tidak berhak melakukan tindakan
pengurusan. kalau suatu ketika ia melakukan tindakan pengurusan, maka ia bertanggung
jawab sampai dengan harta pribadi. tetapi pesero dia ia berwenang melakukan pengawasan
dan memberikan persetujuan tindakan pengurus yang dilakukan oleh pesero pengurus, serta
ia berwenang juga memeriksa dan melakukan pengawasan atas gedung perusahaan dan
pembukuan perusahaan.
Apabila klien menghendaki proses pendirian CV dengan akta Notaris maka yang
perlu disampaikan kepada Notaris, maka beberaa persyaratan yang harus diserahkan kepada
notaris adalah:
1. Menentukan Nama CV
2. Menentukan Bidang usaha, Misalnya bidang jasa, konstruksi, pertambangan, perdagangan.
3. Siapa pendirinya dengan menujukan bukti identitas KTP domisili / kantor pusat CV
4. Apa yang menjadi maksud dan tujuan serta bidang usaha dari CV tersebut.
5. Kemudian sapa yang akan didudukan sebagai pesero pengurus dan siapa yang akan
dijadikan sebagai Pesero Komanditer.
6. Menentukan modal dasar (Jika ada).
Dalam Pembuatan Akta CV tersebut harus di perhatikan juga yaitu: Membuat Akta
Pendirian, Mengurus domisili perusahaan dari kelurahan, mengurus NPWP perusahaan,
Mengurus NPWP para pendiri dan pengurus CV.
Pada firma hanya dikenal satu sekutu yaitu semua sekutu bertanggung jawab secara
tanggung menanggung secara pribadi terhadap seluruh vennootschap) terdapat dua macam
sekutu yaitu:
1. Sekutu kerja atau sekutu aktif atau disebut sekutu komplementer adalah sekutu yang
menjadi pengurus persekutuan, sekutu kerja menjalankan perusahaan dan berhak melakukan
perjanjian dengan pihak ketiga. Artinya semua kebijakan perusahaan dijalankan oleh sekutu
aktif. Sekutu aktif sering disebut sebagai persero kuasa atau persero pengurus.( Deni Damay,
2013: 92 ) Sekutu aktif bertanggung jawab penuh sampai harta kekayaan pribadinya.
2. Sekutu tidak kerja atau sekutu pasif atau sekutu komanditer adalah sekutu yang hanya
menyertakan modal dalam persekutuan. Jika perusahaan menderita rugi mereka hanya
bertanggung jawab sebatas modal yang disertakan dan begitu juga apabila untung uang yang
mereka peroleh terbatas tergantung modal yang mereka berikan. (Deni Damay, 2013: 92-93)

Anda mungkin juga menyukai