Anda di halaman 1dari 6

Refleksi Pendidikan Konservasi Melalui Implementasi dan Evaluasi 3 Pilar

Konservasi

Abstrak

Konservasi memililki peran strategis dalam upaya penyelamatan bumi dari


kehancuran. Kebutralan dan kerakusan umat manusia dalam mengeksplorasi bumi
menambah derita panjang bagi keseimbangan alam. Berbagai kerusakan moral
dan sumber daya alam serta lingkungan membuat bumi makin ―gerah‖ untuk
ditempati oleh umat manusia. Tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui
refleksi pendidikankonservasi melalui implementasi dan evaluasi tiga pilar
konservasi. Metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu menggunakan
literature review. Kesimpulannya yaitu perwujudan refleksi pendidikan konservasi
melalui implementasi dan evaluasi tiga pilar konservasi yaitu adanya pelaksanaan
kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan yang
berwawasan konservasi.

Kata kunci : konservasi, pendidikan, refleksi

Pendahuluan

Manusia merupakan salah satu unsur yang berpengaruh dalam lingkungan,


yang dapat memberi perubahan melalui perilakunya. Perubahan yang diakibatkan
dapat berupa kerusakan lingkungan seperti pemanasan global, hujan asam,
penipisan lapisan ozon, dan penurunan keanekaragaman hayati. Kerusakan
lingkungan tersebut disebabkan oleh pemanfaatan sumber daya alam yang tidak
seimbang. Untuk mengatasi kerusakan lingkungan dengan cara menumbuhkan
kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan.

Konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan salah satu
masalah global yang perlu mendapatkan penanganan secara serius serta
berkelanjutan. Konferensi Stockholm yang dhhiselenggarakan pada tahun 1972
pembelajaran tentang lingkungan menjadi fokus utama dan diprioritaskan dalam
dunia pendidikan. Konferensi dilanjutkan dengan adanya deklarasi Tbilisi pada
tahun 1976 yang disepakati bahwa pendidikan lingkungan dengan tujuan utama
untuk membentuk manusia-manusia yang memiliki kecakapan literasi lingkungan
dalam mengatasi krisis lingkungan global yang semakin parah (Muhkyati, 2015).

Kesadaran dan kepedulian manusia terhadap lingkungan tidak dapat


tumbuh begitu saja secara alamiah, namun harus diupayakan pembentukannya
melalui pendidikan lingkungan hidup atau pendidikan konservasi. Perguruan
tinggi lembaga pendidikan tinggi dan tempat penyiapan sumber daya manusia
mengusung pendidikan konservasi dalam membentuk sikap dan karakter peduli
terhadap lingkungan pada mahasiswa. Pendidikan konservasi menjadi pondasi
penting bagi pengembangan intelektual, keterampilan, sikap, dan memotivasi
mahasiswa untuk saling menghargai hubungan antara sesamanya dan dengan
lingkungan hidupnya.

Pembahasan

Pilar konservasi etika, seni, dan budaya bertujuan untuk menjaga,


melestarikan dan mengembangkan etika, seni, dan budaya lokal untuk
menguatkan jati diri bangsa. Program pilar konservasi etika, seni, dan budaya
meliputi penggalian, pemeliharaan, penyemaian, dan pemberian daya hidup etika,
seni, dan budaya lokal melalui pemeliharaan, pendokumentasian, pendidikan,
penyebarluasan, dan mempromosikan unsur-unsurnya. Pilar kaderisasi konservasi
bertujuan menanamkan nilai-nilai konservasi secara berkelanjutan.

Program pilar kaderisasi konservasi meliputi sosialisasi, pelatihan,


pendidikan, dan pelaksanaan kegiatan kepada civitas akademika untuk
menguatkan pemahaman, penghayatan, dan tindakan berbasis konservasi. Pilar
kaderisasi konservasi di perguruan tinggi sesuai dengan tujuan pembangunan
berkelanjutan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bab I pasal 1 menyatakan
bahwa pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi
pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan,
kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan masa depan
(Anonim, 2009).

Tujuan pembangunan berkelanjutan adalah terjadinya harmoni atau


keselarasan antara hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan
lingkungan, dan manusia dengan Tuhan. Manusia sebagai pusat pembangunan
berkelanjutan, oleh karena itu penting ditanamkan nilai-nilai yang dapat
mendorong terciptanya masa depan yang lebih berkelanjutan. Nilai-nalai yang
dimaksud adalah menghargai nilai-nilai dan hak-hak manusia dan komitmen
terhadap keadilan sosial dan ekonomi; menghargai hak-hak asasi manusia
generasi mendatang; peduli pada kehidupan komunitas dengan
keanekaragamannya; serta komitmen untuk membangun toleransi budaya lokal
dan global, perdamaian, dan non-violence (Suprastowo, 2010).

Pembangunan berkelanjutan hanya akan tercapai jika sumber daya


dikelola dengan baik, proporsional, dan transparan di dalam wadah kelembagaan
yang kuat. Sumber daya yang dimaksud adalah sumber daya manusia, alam
buatan, dan sosial (Sudarsono, dalam LPM ITB, 2000). Pelaksanaan pendidikan
konservasi merupakan langkah untuk menuju tercapainya tujuan umum
pembangunan berkelanjutan, dan tujuan khusus perguruan tinggi yang sehat,
unggul dan sejahtera (SUTERA) di tahun 2020. Sehat diartikan sehat secara fisik,
sarana prasarana, managemen, pelayanan, dan sehat secara mental. Unggul
terangkum ke dalam lima pilar yakni akademik, penelitian, pengabdian pada
masyarakat, kemahasiswaan, dan kelembagaan. Sejahtera adalah kondisi ideal
yang diharapkan yakni aman, sentosa, dan makmur setelah sehat dan unggul
tercapai.

Salah satu wujud konservasi adalah konservasi sumber daya alam, yaitu
upayah untuk mengolah sumber daya alam dengan menjakin pemanfaatannya
secara bijaksana. Dalam hal sumber daya terbarui, upayah tersebut dilakukan
untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman.

Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi, dari segi
ekonnomi adalah usaha mengalokasikan sumber daya alam untuk sekarang,
sedangkan dari segi ekologi adalah alokasi sumber daya alam untuk sekarang dan
masa yang akan datang. Dimasa sekarang konservasi dalam pengertiannya
diterjemakan sebagai the wise use of nature resource (Pemanfaatan sumber daya
alam secara bijaksana).

Kegiatan konservasi harus dilaksanakan secara komprehesif baik oleh


pemerintah,masyarkat,swasta, lembaga swadaya masyarkat,perguruan tinggi, serta
pihak-pihak lainnya. Strategi nasional dirumuskan dalam 3 hal yaitu perlindungan
system penyangga kehidupan (PSPK), pengawetan jenis tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya, dan ppemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya.

Perilaku konservasi untuk mewujudkan misi tersebut sangat dipengaruhi


konsekuensi-konsekuensi yang mengikuti perilaku tersebut, bahwa mahasiswa
bukan hanya belajar perilaku tapi juga belajar nilai, sikap, dan norma dari sesama
mahasiswa yang ada di sekitarnya, dan bahwa mahasiswa berubah sepanjang
waktu dengan cara-cara yang telah terprogram secara genetis sebagaimana
respons terhadap lingkungannya. Efek dari pengalaman tertentu mahasiswa
berbeda-beda sesuai dengan tahap perkembangan seseorang, dan beberapa
pengalaman atau pengaruh warga lain yang memiliki dampak positif dan negatif
dalam awal perkembangan mahasiswa dalam mewujudkan misi mengembangkan
dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, peradaban dan
olahraga yang berwawasan konservasi.

Identitas moral konservasi mahasiswa dapat mempengaruhi respon


terhadap persoalan-persoalan lingkungan hidup dengan mempengaruhi perhatian.
Identitas juga dapat memunculkan motif-motif yang terkait dengan penyajian diri.
Hubungan pribadi dengan suatu tempat di mana mahasiswa berada dalam
lingkungan konservasi kehidupan kampus bisa juga dimanfaatkan bagi
keuntungan lingkungan. Dengan kata lain, pengidentifikasian dengan suatu tempat
sudah cukup untuk mendorong mahasiswa agar mendukung pengembangan
wilayah alamiah konservasi kehidupan kampus. Artinya ini berkaitan dengan
keinginan mahasiswa untuk mengembangkan keunikan positif suatu wilayah
konservasi kehidupan kampus yang mereka identifikasikan.
Identitas sosial sebagai mahasiswa dapat dikaitkan dengan pengambilan
tanggung jawab pribadi dan berkorelasi positif dengan sebuah kecenderungan
terhadap perilaku konservasi. Kals dkk (1999) menemukan bahwa kedekatan
emosi terhadap alam memprediksi perilaku dan maksud-maksud untuk
melindungi lingkungan pada sampel kalangan penduduk Jerman. Oleh karena
itu,identitas bisa digunakan untuk memelihara perilaku konservasi ketika objek-
objek alamiah yang dilindungi terikat pada kedirian.

Pencapaian wawasan konservasi dipahami sebagai intergrasi nilai-nilai


konservasi dalam kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi melalui pendidikan,
penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan kegiatan penunjang lainnnya akan
dapat diwujudkan apabila semua mahasiswa memandang penting konservasi bagi
kehidupan kampus. Hal ini didasarkan bahwa kehidupan mahasiswa bergantung
dari nilai-nilai konservasi kehidupan kampus, maka lingkungan harus
dimanfaatkan secara bijaksana. Strategi bijaksana dalam memanfaatkan nilai-nilai
konservasi, sumberdaya alam dan menjaga lingkungan menjadi tanggungjawab
mahasiswa secara keseluruhan. Cita-cita luhur dalam menyelenggarakan
pendidikan tinggi yang bermutu dengan jargon ―arum luhuring pawiyatan ing
asta nira‖ akan dapat diwujudkan oleh seluruh mahasiswa yang memiliki
karakteristik nilai,sikap dan perilaku konservasi.

Konservasi kehidupan kampus diwujudkan adanya kepedulian mahasswa


untuk memelihara dan mengimplementasikan nilai-nilai konservasi dalam
kehidupan kesehariannya. Pemeliharaan nilai konservasi berkembang dalam
konteks sosial, dalam sebuah hubungan interpersonal antar mahasiswa dan juga
hubungan dengan pihak-pihak yang terkait. Pemeliharaan berkaitan dengan
tindakan atau kepedulian yang maknanya berkaitan dengan respon emosi, suatu
sikap memperhatikan. Makna kepedulian memiliki aspek perilaku yang bersifat
pribadi dalam hubungan personal. Pemeliharan dan implementasi nilai-nilai
konservasi mengandung komponen kognitif, afektif, dan perilaku.

Kesimpulan

Perwujudan refleksi pendidikan konservasi melalui implementasi dan


evaluasi tiga pilar konservasi yaitu adanya pelaksanaan kebebasan akademik,
kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan yang berwawasan
konservasi. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjamin mahasiswa untuk
melaksanakan kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan otonomi
keilmuan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya secara mandiri sesuai
dengan aspirasi pribadi yang dilandasi dengan norma dan kaidah keilmuan, serta
prestasi akademik yang berwawasan nilai-nilai konservasi.

Daftar Pustaka

Hardati, P. (2016). Pendidikan Konservasi. Semarang: UNNES Press.

Ngabekti, S. PERSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP


TERHADAP KETERCAPAIAN UNNES SEBAGAI KAMPUS
KONSERVASI UNTUK MENUJU PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN. Seminar Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS

Rahmaningtyas, W., dkk. (2018). Implementasi Kaderisasi Konservasi di


Perguruan Tinggi. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 1-16

Wibowo, M.E., dkk. (2017). Tiga Pilar Konservasi. Semarang : Unnes Press

Anda mungkin juga menyukai