Anda di halaman 1dari 20

HEAT EXCHANGER

Mata Kuliah Praktikum Pilot Plant

Dosen Pengampu : Ir. Hardjono, M.T

Oleh Kelompok 2 :
Aisyah Putri Firayanti (2031410093)
Ananda Suci W (2031410099)
Mujahidam Rojabi (2031410127)
Syifa Narita D. Y. (2031410081)
Yunicha Prastiwi (2031410087)

LABORATORIUM PILOT PLANT


D-III TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2022
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mampu melakukan percobaan perpindahan panas dengan baik dan benar.
2. Mahasiswa dapat menghitung nilai efisiensi perpindahan panas overall berdasarkan
data percobaan yang diperoleh.
II. DASAR TEORI
Perpindahan panas adalah salah satu faktor yang sangat menentukan operasional suatu
pabrik Kimia. Perpindahan panas akan terjadi apabila ada perbedaan temperatur antara 2
bagian benda. Panas akan berpindah dari temperature tinggi ke temperatur yang lebih
rendah. Panas dapat berpindah dengan 3 cara, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
Heat Exchanger adalah alat penukar kalor yang berfungsi untuk mengubah temperatur
dan fasa suatu jenis fluida. Proses tersebut terjadi dengan memanfaatkan proses
perpindahan kalor dari fluida bersuhu tinggi menuju fluida bersuhu rendah. Di dalam
dunia industri peran dari heat exchanger sangat penting. Selain itu heat exchanger juga
merupakan komponen utama dalam sistem mesin pendingin, yaitu berupa evaporator dan
condenser.
Rangkaian peralatan kolom distilasi di Laboratorium Pilot Plant memiliki empat buah
alat penukar panas. Alat penukar panas tersebut adalah (1) kondensor (tipe shell and tube
exchanger – W1), (2) reboiler ((tipe shell and tube exchanger – W2), (3) pendingin produk
bawah (tipe plate and frame – W3) dan (4) pre-heater (tipe bayonet tube – W4).
A. Plate and Frame Heat Exchanger
Plate and Frame Heat Exchanger terdiri atas tumpukan/susunan pelat-pelat tipis
yang mempunyai rongga tertutup dirangkai pada rangka/frame seperti pada gambar di
bawah. Bentuk dan aliran fluidanya sangat mirip dengan Plate and Frame Filter Press.
Koefisien perpindahan panas pada Plate and Frame Heat Exchanger umumnya
lebih besar dibandingkan pada Shell and Tube Heat Exchanger, tetapi bentuknya lebih
kompak. Kelemahan Plate and Frame Heat Exchanger terletak pada ketahanan
terhadap tekanan yang relative rendah, kira-kira hanya sampai 30 bar, sedangkan pada
suhu operasinya dibatasi oleh ketahanan gasketnya terhadap suhu. Alat pemindah
panas ini banyak digunakan pada industri makanan dan minuman, karena mudahnya
pemeliharaan, pembersihan dan pengawasan. Tidak seperti pada Double Pipe dan
Shell & Tube Heat Exchanger, dalam pemakaiannya, Plate and Frame Heat Exchanger
dapat dipasang dalam konfigurasi aliran dan dalam satu rangkaian dapat dibagi
menjadi beberapa kompartmen untuk proses perpindahan panas dari beberapa fluida
yang berbeda. Konfigurasi arah aliran dasar dalam Plate and Frame Heat Exchanger

2
terdiri atas arah aliran seri (series flow) dan parallel (looped/parallel flow).Dari dua
konfigurasi arah aliran dasar tsb, misalnya konfigurasi aliran seri co-current, seri co-
current, parallel co-current, parallel counter-current, dsb.
B. Shell and Tube Exchanger
Shell and Tube Exchanger digunakan secara luas dalam proses industri kimia,
terutama di pengilangan minyak, karena penukar panas jenis ini mempunyai banyak
keuntungan lebih dari jenis penukar panas lain. Berikut adalah keuntungan utama dari
shell and tube exchanger, yaitu:
 Proses kondensasi atau perpindahan panas yang melibatkan titik didih dapat terjadi
dalam tube maupun shell, dan posisi penukar panas bisa horizontal atau vertikal.
 Nilai tekanan dan penurunan tekanan dapat bervariasi pada rentang yang cukup
lebar.
 Tegangan termal dapat diakomodasi dengan harga yang murah.
 Penukar panas shell and tube dapat dibuat dari bahan yang berbeda-beda sehingga
dapat mengakomodasi korosi.
 Permukaan perpindahan panas tambahan (fins) dapat digunakan untuk
meningkatkan luas perpindahan panas.
 Pembersihan dan perbaikan yang relatif mudah, karena peralatan dapat dibongkar
untuk tujuan ini.

Sisi tube biasa digunakan untuk cairan yang lebih mengotori dinding, atau lebih
korosif, atau untuk fluida dengan tekanan yang lebih tinggi. Pembersihan bagian dalam
tube lebih mudah dilakukan daripada membersihkan bagian luar. Ketika gas atau uap
digunakan sebagai cairan pertukaran panas, biasanya diletakkan di sisi shell. Cairan
dengan viskositas tinggi, di mana penurunan tekanan untuk mengalir melalui tabung
mungkin besar, juga diletakkan pada sisi shell. Bahan yang paling umum dari penukar
panas tipe shell and tube adalah baja karbon

Perhitungan perpindahan panas dalam alat penukar panas shell and tube selalu
melibatkan faktor koreksi untuk menghitung log mean temperature difference (LMTD)
dari penukar panas counter current. Hal ini untuk mengakomodasi bahwa aliran kedua
fluida yang bertukar panas lebih kompleks dari sistem counter current atau co-current
biasa. Sebagai contoh, untuk penukar panas shell and tube yang paling sederhana, tipe
1-1 (berarti hanya ada satu shell “pass” dan satu tube “pass”. Gambar VI.1.

3
menunjukkan sketsa dari penukar panas shell and tube tipe 1-1. Gambar tersebut
menunjukkan bahwa kontak antara kedua fluida tersebut tidak benar-benar
berlawanan, karena cairan di shell mengalir di tepi tube, dan ada baffle pada sisi shell
untuk memastikan bahwa cairan tersebut tidak melewati tube bank. Bundel seluruh
tube digambarkan oleh satu baris dalam sketsa. Pemotongan baffle selaras secara
vertikal dimaksudkan untuk memungkinkan partikel kotoran menetap keluar dari
cairan sisi shell pada saat pencucian.

III. ALAT DAN BAHAN


a) Alat
1. Unit Condenser (Shell and Tube Heat Exchanger type 1-1)
2. Unit Bottom Product Cooler (Plate Heat Exchanger)
3. Termometer gun
b) Bahan
1. Fluida panas larutan alkohol
2. Fluida dingin air pendingin
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
a) Shell & Tube Heat Exchanger
1. Mengecek aliran air pendingin.
2. Menunggu proses distilasi berjalan steady dan destilat mengalir konstan

4
3. Mencatat data laju alir fluida panas (dari aliran destilat), suhu masuk fluida panas
(uap alkohol masuk kondenser) dan suhu keluar fluida panas (cairan destilat)
4. Mencatat data laju alir fluida dingin (cooling water), suhu masuk fluida dingin dan
suhu keluar fluida dingin.
5. Mencatat luas penampang perpindahan panas (pada label Shell & Tube Heat
Exchanger).
6. Mengulangi langkah 3 dan 4 beberapa kali dengan selang waktu 10 menit.
b) Plate Heat Exchanger
1. Mengecek aliran air pendingin
2. Menunggu proses distilasi berjalan steady dan bottom product mengalir konstan
3. Mencatat data laju alir fluida panas (dari aliran bottom product), suhu masuk fluida
panas dan suhu keluar fluida panas
4. Mencatat data laju alir fluida dingin (cooling water), suhu masuk fluida dingin dan
suhu keluar fluida dingin.
5. Menghitung luas penampang perpindahan panas (dengan mengukur luas penampang
dan jumlah lembaran pelat Plate HE)
6. Mengulangi langkah 3 dan 4 dengan mengubah laju alir fluida dingin beberapa kali
(5 kali).
V. DATA PENGAMATAN
1. Shell & Tube Heat Exchanger
Konsentrasi alkohol destilat = 62%
Luas penampang perpindahan panas = 6,3 m2
Fluida Panas Fluida Dingin
Waktu
N Laju laju alir T1
(menit T1 T2 T2
o alir (m3/jam (°C
) (°C) (°C) (°C)
(L/jam) ) )
1 5 60 62,8 38,5 2,3 38 50,1
39,
2 10 60 74,2 52,4 2,3 48,7
1
38,
3 15 60 77,8 50,3 2,1 45,4
6
2. 38, Plate Heat
4 20 60 79,4 52,2 2 43,2
4 Exchanger

39, 46,8
4 25 60 75,3 41,9 1,9
1 5 5
Konsentrasi alkohol bottom product = 2%
Luas penampang pelat = 0,7644 m2
Jumlah plate = 13 buah
Fluida Panas Fluida Dingin
Waktu laju
N T1 T2 T1 T2
(menit Laju alir alir
o (°C (°C (°C (°C
) (L/jam) (L/jam
) ) ) )
)
1 5 30 97 57 100 27 40
2 10 30 100 54 200 27 35
3 15 30 98 59 300 27 34
4 20 30 100 63 400 28 32
4 25 30 100 68 500 27 35 Hasil
Perhitungan
1. Shell & Tube Heat Exchanger
Densitas destilat (ρcampuran) = 925,618 kg/m3
Kapasitas panas destilat (Cpcampuran) = 3025,14 J/kg.K

2. Plate Heat Exchanger


Densitas bottom product (ρcampuran) = 961,6267 kg/m3
Kapasitas panas bottom product (Cpcampuran) = 4188,043 J/kg.K

6
25

20

15
ΔTLMTD

10

0
1 2 3
Laju Alir

Gambar 1.1 Grafik Laju Alir Fluida Dingin terhadap Log Mean Temperature Difference
(ΔTLMTD) pada Shell & Tube Heat Exchanger

1000
900
800
700
600
(W/m2°C)

500
U

400
300
200
100
0
1 2 3
Laju Alir

Gambar 1.2 Grafik Laju Alir Fluida Dingin terhadap Koefisien Perpindahan Panas (U) pada
Shell & Tube Heat Exchanger

18%
16%
14%
12%
10%
Efisiensi

8%
6%
4%
2%
0%
1 2 3
Laju Alir

Gambar 1.3 Grafik Laju Alir Fluida Dingin terhadap Efisiensi Perpindahan Panas (ɳ)pada
Shell & Tube Heat Exchanger

7
60
50
ΔTLMTD

40
30
20
10
0
0 100 200 300 400 500 600
Laju Alir

Gambar 2.1 Grafik Laju Alir Fluida Dingin terhadap Log Mean Temperature Difference
(ΔTLMTD) pada Plate & Frame Heat Exchanger

2500

2000
U (W/m2°C)

1500

1000

500

0
0 100 200 300 400 500 600
Laju Alir

Gambar 2.2 Grafik Laju Alir Fluida Dingin terhadap Koefisien Perpindahan Panas (U) pada
Plate & Frame Heat Exchanger

7000%
6000%
Efisiensi

5000%
4000%
3000%
2000%
1000%
0%
0 100 200 300 400 500 600
Laju Alir

Gambar 2.3 Grafik Laju Alir Fluida Dingin terhadap Efisiensi Perpindahan Panas (ɳ)pada
Plate & Frame Heat Exchanger

8
Contoh Perhitungan

Shell & Tube Heat Exchanger dan Plate & Frame Heat Exchanger

 Menghitung densitas destilat campuran (ρcampuran)


Diketahui :
XA = Konsentrasi alkohol destilat %
XB = Konsentrasi air %
ρA = Densitas alkohol pada 45,1°C
ρB = Densitas air pada 45,1°C
ρcampuran =X A ρ A + X B ρ A
XA = 0,62
XB = 1-0,62
= 0,38
ρA = 767,78 kg/m3
ρB = 990,12 kg/m3
*Interpolasi nilai ρB (densitas air) pada tabel appendix A.2-3

T (C) densitas Air

40 992,25

45,1 x

50 988,07

kg
x=990,1182
m3

*Interpolasi nilai ρA (densitas alkohol) pada tabel appendix A.2-3

densitas
T (C) Alkohol
36,9 775,3
45,1 x
66,9 747,8

9
kg
x=767,7833
m3

kg kg
ρcampuran = 0,62 x 767,7833 3 + 0,38 x 990,118 3
m m
kg
= 852,271
m3

 Menghitung kapasitas panas campuran (Cpcampuran)


Diketahui :
XA = Konsentrasi alkohol destilat %
XB = Konsentrasi air %
CpA = Densitas alkohol pada 45,1°C
CpB = Densitas air pada 45,1°C
Cpcampuran= X A Cp A + X B Cp A
XA = 0,62
XB = 1-0,62
= 0,38
CpA = 2,8133 kJ/kg.K
CpB = 4,18204 kJ/kg.K
*Interpolasi nilai CpA pada tabel appendix A.2-5

T (C) Cp Alkohol
36,9 2,719
45,1 Cp
66,9 3,064
kJ
x=2,8133
kg . K
*Interpolasi nilai CpB pada tabel appendix A.2-5
T (C) Cp Air
40 4,181
45,2 Cp
50 4,183

10
kJ
x=4,18204
kg . K

kJ kJ
Cpcampuran = 0,62 x 2,8133 + 0,38 x 4,18204
kg . K kg . K
kJ
= 3,29236
kg . K
J
= 3292,36
kg . K

 Menghitung λ (panas laten) kJ/kg


*Interpolasi panas laten pada konsentrasi alkohol 65,5%, pada tabel appendix
A.3-32
a. Interpolasi nilai HV (kJ/kg)

HV
Konsentras
(kJ/kg
i
)
0,5 1870
0,62 x
0,7 1544
kJ
H V =1674
kg

b. Interpolasi nilai HL (kJ/kg)

T (C) HL
0,5 286
0,62 x
0,7 258

kJ
H L=269
kg

Panas laten (λ) = HV – HL


= (1674-269) kJ/kg
= 1405 kJ/kg

11
 Menghitung nilai Mh (kg/s)
Diketahui :
Vh = 60 (L/h)
ρcampuran = 852,2706 (kg/m3)
M h=V h x ρ campuran
L 0,001 m3 kg 1h
M h=60 x x 852,2706 3 x
h 1 dm3
m 3600 s
kg
M h=0,01603
s

 Menghitung nilai ΔTh (°C)


Diketahui :
Tho = 63 °C
Thi = 38,5 °C
∆ T h=T hi −T ho
∆ T h=(63−38,5) ℃
∆ T h=24,3 ℃
¿ 312,3 ° K

 Menghitung nilai Qh (W)


Diketahui :
Mh = 0,01603 (kg/s)
λ = 1405 (J/kg)
J
Cpcampuran = 3292,359
kg . K
ΔTh = 312,3 °K
Qh=M h x ρ campuran+ M h x Cp campuran
kg J kg J
Qh=0,01603 x 1405 +0,01603 x 3292,359 x 297 K
s kg s kg . K
Qh=4620,13 W

 Menghitung nilai MC (kg/s)


Diketahui :

12
Vc = 2,3 (m3/h)
ρcampuran = 852,2706 (kg/m3)
M C =V C x ρ campuran
3
m kg 1h
M C =2,3 x 852,2706 3 x
h m 3600 s
kg
M C =0,0006
s

 Menghitung nilai ΔTc


Diketahui :
Tco = 50,1 °C
Tci = 38 °C
∆ T C =T co −T ci
∆ T C =( 50,1−38 ) ℃
∆ T C =12,1 ℃

 Menghitung nilai Qc (W)


Diketahui
MC = 0,0006 (kg/s)
J
Cpcampuran = 3292,359
kg . K
ΔTc = 285 K
Qc =M c x Cpcampuran x ∆ T c
kg J
Qc =0,0006 x 3292,359 x 285 K
s kg . K
Qc =733,9537 W

 Menghitung QAV (W)


Diketahui
QC = 733,9537 W
Qh = 4620,13 W
(Q c +Qh )
Q AV =
2
(733,9537+ 4620,13)W
Q AV =
2

13
Q AV =2677,04 W

 Menghitung nilai log mean temperature difference (ΔTLMTD)


*COUNTER CURRENT
∆ T 1−∆ T 2
∆ T LMTD =
ln
( )
∆ T1
∆ T2
∆ T 1=T hi −T co
∆ T 2=T ho−T ci
Diketahui :
ΔT1 = (63-50,1)°C
=12,7 °C
ΔT2 = (38,5-38) °C
=0,5 °C
∆ T 1−∆ T 2
∆ T LMTD =
ln
( )
∆ T1
∆ T2

(12,7−0,5)℃
∆ T LMTD =
ln( )
12,7
0,5
∆ T LMTD =3,77154 ℃

*CO – CURRENT
∆ T 1−∆ T 2
∆ T LMTD =
ln
( )
∆ T1
∆ T2
∆ T 1=T hi −T ci
∆ T 2=T ho−T co
Diketahui :
ΔT1 = (97-27)°C
= 70 °C
ΔT2 = (57-40) °C
= 17 °C

14
∆ T 1−∆ T 2
∆ T LMTD =
ln
( )
∆ T1
∆ T2

(70−17)℃
∆ T LMTD =
ln ( )
70
17
∆ T LMTD =37,4484 ℃

 Menghitung nilai U (W/m2.°C)


Diketahui :
QAV = 2677,04 W
A = 6,3 m2
ΔTLMTD = 3,77154 °C
Q AV
U=
(A x ∆ T LMTD )
2677,04 W
U=
(6,3 m2 x 3,77154 ° C)
W
U =928,57178
m2 ℃

 Menghitung efisiensi (%)


Diketahui :
QC = 733,9537 W
Qh = 4620,13 W
QC
U= x 100 %
Qh
733,9537
U= x 100 %
4620,13
U =16 %

VI. PEMBAHASAN
1. Yunicha Prastiwi
Pada praktikum Heat Exchanger yang digunakan adalah tipe Shell and Tube 2-1
dengan aliran counter current dan tipe Plate and Frame dengan aliran co current. Air
panas (Hot) dialirkan pada shell, sedangkan air dingin (Cold) dialirkan pada tube.

15
Perpindahan panas pada heat exchanger dapat terjadi akibat adanya driving force
berupa perbedaan suhu antara fluida panas dan fluida dingin. Semakin besarnya
perbedaan suhu (driving force) maka semakin besar pula kalor yang
diberikan/diterima. Fluida yang digunakan adalah air dingin dan aliran. Perpindahan
panas akan menyebabkan penurunan suhu pada aliran uap panas (Hot) dan kenaikan
suhu pada air dingin (Cold).
Berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dilakukan perhitungan yang
kemudian dibuat grafik seperti yang terlampir pada data perhitungan. Untuk
pembacaan grafik Shell & Tube Heat Exchanger dibaca dari kanan ke kiri.
Sedangkan untuk pembacaan grafik Plate and Frame Heat Exchanger dibaca dari kiri
ke kanan. Dari grafik shell and tube diketahui bahwa semakin rendah laju aliran
fluida panas maka ∆TLMTD semakin besar, tetapi pada saat laju alir sebesar 1,9 nilai
∆TLMTD menurun. Hal tersebut mengkin disebabkan karena pembacaan data yang
diperoleh kurang teliti sehingga terjadi penyimpangan. Pada Shell and Tube
dibutuhkan laju alir air pendingin yang lebih rendah untuk memaksimalkan
penyerapan kalor dari fluida panas. Sedangkan perhitungan ∆TLMTD pada plate and
frame lebih besar dari pada shell and tube dikarenakan suhu fluida panas bottom
produk yang masuk ke alat plate and frame lebih tinggi dari pada suhu fluida panas
distilat yag masuk shell and tube. Selain itu, pada plate and frame dibutuhkan laju
alir pendingin yang lebih besar untuk memaksimalkan penyerapan kalor dari fluida
panas.
Selanjutnya pada grafik pengaruh laju alir air pendingin terhadap koefisien
perpindahan panas overall pada shell and Tube diketahui bahwa semakin rendah laju
alirnya maka koefisien perpindahan panas overall yang dibutuhkan semakin kecil.
Sedangkan pada grafik plate and frame heat exchanger diketahui bahwa semakin
besar laju alir aliran pendingin maka semakin besar pula koefisien perpindahan
panas overall yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena untuk meningkatkan laju
perpindahan panas dibutuhkan nilai U yang semakin besar.
Selanjutnya grafik pengaruh laju alir air pendingin terhadap Efisiensi
perpindahan panas (ƞ). Pada alat shell and tube, semakin rendah laju alir air
pendingin, maka nilai ƞ semakin kecil. Karena aliran fluida pada alat ini adalah
counter current sehingga membutuhkan laju alir yang rendah untuk menyerap kalor
secara efisien. Sedangkan pada plate and frame semakin besar laju alir dari aliran
pendingin, maka nilai ƞ semakin besar. Karena aliran fluida pada alat ini adalah co-

16
current, sehingga membutuhkan laju alir air pendingin yang besar untuk bisa
menyerap kalor dari fluida panas secara efisien.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perpindahan panas yang terjadi adalah
nilai laju alir dari setiap fluida, Laju alir fluida akan mempengaruhi besar waktu
kontak fluida panas dan dingin dalam Heat Exchangers yang artinya juga
berpengaruh pada nilai Q yang dilepaskan dan yang diterima fluida.
Jika dibandingkan nilai koefisien pindah panas (U) dan efisiensi pada tipe Shell
and Tube dengan tipe plate and frame, nilai terbesar yaitu ada pada tipe Shell and
Tube. Hal ini dapat disebabkan karena aliran pada tipe Shell and Tube yaitu counter
current sedangkan tipe plate and frame adalah co-current. Secara teoritis
perpindahan panas akan lebih optimal jika aliran yang digunakan adalah aliran
counter current.

2. Syifa Narita Dewa Yani


Praktikum kali ini dilakukan percobaan dengan alat Heat Exchanger dengan unit
alat berupa Unit Condenser (Shell and Tube Heat Exchanger type 1-1) dan Unit
Bottom Product Cooler (Plate Heat Exchanger). Heat Exchanger tipe Shell and
Tube terdiri dari multi pipa yang dilewatkan pada aliran fluida. Satu set pipa berisi
fluida yang akan dipanaskan atau didinginkan sedangkan fluida yang lain berfungsi
sebaliknya mengalir melalui sisi pipa tersebut.
Selanjutnya dilakukan pengambilan data yaitu data pada shell and tube heat
exchanger dan plate heat exchanger. Data yang diambil berupa laju alir fluida
dingin, subu masuk dan keluar fluida dingin begitu juga dengan fluida panas. Data –
data yang sudah diambil kemudian diolah dan dibuat grafik.

Pada grafik shell and tube, untuk laju alir fluida dingin vs LTMD didapatkan
hasil grafik yang tidak stabil (naik turun) tidak stabilnya hasil tersebut dapat
disebabkan karena human error (kurang teliti dalam pembacaan). Untuk laju alir
fluida dingin vs koefisien perpindahan panas (U) didapatkan hasil grafik yang tidak
stabil, dimana semakin besar laju alir maka koefisien perpindahan panas overall yang
dibutuhkan makin besar juga. Untuk laju alir fluida dingin vs efisiensi perpindahan
panas (ɳ) didapatkan hasil grafik yang menurun, dimana semakin kecil laju alir maka
% efisiensi yang didapat makin rendah juga. Dibutuhkan laju alir yang rendah agar

17
kalor yang diserap dapat efisien didakrenakan aliran fluida menggunakan counter
current.

Selanjutnya grafik untuk plate and frame, untuk laju alir vs ΔTLMTD didapatkan
grafik yang meningkat, dimana makin besar laju alir mana ΔTLMTD juga besar pula.
Dimana dibutuhkan laju alir pendingin yang lebih besar agar penyerapan kalor fluida
panasnya maksimal. Untuk grafik laju alir fluida dingin vs koefisien perpindahan
panas (U) didapat grafik yang naik juga, diamana makin tinggi laju alir maka
koefisien perpindahan panas yang dibutuhkan juga lebih tinggi. Dimana untuk
meningkatkan laju alir dibutuhkan koefisien perpindahan panas yang besar. Untuk
laju alir fluida dingin vs efisiensi perpindahan panas (ɳ) didapatkan grafik yang naik,
dimana laju alir yang tinggi menghasilkan %efisiensi yang tinggi pula. Hal tersebut
dikarenakan aliran fluida pada plate and frame menggunakan co-current, sehingga
laju alir pendingin yang besar dibutuhkan untuk menyerap kalor secara efisien.

Hasil dari percobaan suda sesuai dengan teori dimana perpindahan panas akan
lebih optimal saat menggunakan aliran counter current. Pada percobaan nilai
koefisien perpindahan panas (U) serta %efisiensi pada tipe Shell and Tube dan Plate
and Frame jika dibandingkan nilai Shell and Tube lebih besar dibandingkan nilai
dari Plate and Frame.

Semakin cepat laju alir makan semakin meningkat pula efisiensi alat, karena
panas yang terserap lebih besar dari pada panas yang masuk, sehingga nilai efisiensi
nya meningkat. Kenaikan kecepatan aliran fluida membuat effektivitas heat
exchanger meningkat. Namun, kenaikan ini tidak berlangsung terus, setelah
mencapai harga maksimum, efektivitas dan temperatur keduanya turun. Hal ini
menunjukan bahwa besar perpindahan panas selain dipengaruhi oleh kecepatan
aliran juga di pengaruhi oleh lama waktu kontak antara fluida panas dan fluida
dingin. Karena miningkatnya kecepatan aliran membuat waktu kontak semakin
singkat (Handoyo, 2001).

3. Mujahidam Rojabi
Pada praktikum kali ini yaitu dilakukan percobaan dengan menggunakan alat
Heat Exchanger dengan tipe Shell and Tube. Heat exchanger adalah sebuah sebuah
perangkat transfer panas yang berfungsi untuk mentransfer energi panas internal
antara dua atau lebih fluida yang tersedia pada temperatur yang berbeda dengan

18
menjaga agar kedua fluida tidak bercampur (Thulukkanam, 2013). Prinsip kerja heat
exchanger adalah perpindahan panas dari fluida panas menuju fluida dingin. Medium
pemanas yang dipakai yang dipakai dalam heat exchanger adalah uap panas
(superheated steam) dan air sebagai pendingin (cooling water). Heat exchanger
merupakan alat penukar kalor yang sangat penting dalam proses industry.

19
VII. KESIMPULAN
1. Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan menggunakan alat Heat Exchanger.
Dalam percobaannya dilakukan pengambilan data dari 2 unit yaitu Unit Shell and
Tube dan Unit Plate and Frame. Untuk data yang diambil berupa, suhu fluida panas
yang masuk dan keluar, suhu fluida dingin yang masuk dan keluar serta laju alir dari
masing – masing fluida panas dan fluida dingin.
2. Dalam percobaan, setelah data didapatkan, data diolah untuk menentukan koefisien
perpindahan panas overall (U), U dapat dihitung menggunakan persamaan
Q AV
U= . Hasil U yang didapatkan dari Unit Shell and Tube dan Unit Plate
(A x ∆ T LMTD )
and Frame berbeda, untuk unit Plate and Frame nilai U semakin meningkat seiring
dengan bertambahnya waktu, sedangkan untuk unit Shell and Tube cenderung naik
turun (tidak stabil).

VIII. DAFTAR PUSTAKA


 MODUL AJAR PRAKTIKUM PILOT PLANT. PROGRAM STUDI D3
TEKNIK KIMIA DAN D4 TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI JURUSAN
TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI MALANG 2018.
 Gede Marawijaya, Tahdid, Lety Trisnaliani , Candra Purna. Maret 2019.
PROTOYPE HEAT EXCHANGER TYPE SHELL AND TUBE DITINJAU
DARI VARIASI JARAK BAFFLE DAN LAJU ALIR MASSA UDARA
PANAS. Teknik Energi/ Teknik Kimia, Politeknik Negeri Sriwijaya.
 http://eprints.undip.ac.id/53630/3/BAB_II.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai