Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT melalui
Rasul terakhir Muhammad SAW sebagai petunjuk, merupakan pedoman bagi
seluruh kehidupan manusia dan merupakan satu-satunya kitab samawi yang
dijaga kesucian dan keasliannya. Al-Quran diturunkan sebagai ajaran yang
paling sempurna, dan dijaga kesempurnaannya oleh Allah. Sehingga ketaatan
maupun ketidaktaatan manusia untuk menjalankan perintah dan
meninggalkan larangan Allah merupakan tanggung jawab bagi tiap diri
manusia. Karena Allah tidak memberikan perbedaan/pengecualian pada
setiap makhluk ciptaannya untuk beribadah dan taat kepada-Nya.
Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk individual dan
sosial, sehingga memerlukan kehidupan bermasyarakat. Di dalam kehidupan
bermasyarakat, manusia mempunyai tanggung jawab untuk memajukan
masyarakatnya. Sedangkan manusia sebagai makhluk Tuhan, telah dikaruniai
oleh Allah kemampuan-kemampuan dasar yang bersifat rohaniah dan
jasmaniah untuk dapat mengembangkan kehidupannya di segala
bidang,1dalam hal ini manusia membutuhkan bantuan dari tiap individu yang
berbeda. Sehingga dengan perbedaan tersebut, muncul keinginan untuk
mewujudkan kehidupan yang harmonis, tenteram dan bahagia. Dengan
demikan, mendorong tiap individu memiliki sifat untuk meniru dan
mengikuti semua perbuatan atau tingkah laku orang yang mejadi idolanya.
Fenomena tersebut menarik perhatian para praktisi pendidikan
muslim untuk menggali al-Qur’an dalam metode pendidikan keteladanan.
Mereka menemukan bahwa Islam memberikan contoh kongrit melalui figur
Rasulullah dan orang-orang yang mengikuti beliau patut dijadikan contoh
(diteladani).
1 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 10
17
ﻡ ﻮ ﻴﺍﹾﻟﻪ ﻭ ﻮ ﺍﻟﻠﱠﺮﺟ ﻳ ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻤ ﻨ ﹲﺔ ِﻟﺴ
ﺣ ﻮ ﹲﺓ ﺳ ﻮ ِﻝ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﹸﺃﺭﺳ ﻢ ﻓِﻲ ﺪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ ﹸﻜ ﹶﻟ ﹶﻘ
2
A. Soenarjo,at.al.,Op.Cit., hlm. 670
3
Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Taisiru al-Aliyyul Qadir Li Ikhtishari Tafsir Ibnu
Katsir, Terj., Drs. Syihabudin, M.A., Kemudahan Dari Allah ingkasan Tafsir Ibnu
Katsir,Jilid 3, (Jakarta: Geema Insani Press,1989) hlm.841.
18
4
Muhammad Jamaluddin al Qasimy, Tafsir Al Qasimy al Musamma Mahasinu al
Takwiil, juz 13, (Bairut : Dar al Fikr, 1914), hlm.
5
Abi Ja’far Muhammad bin Jarir At Thabari, Jaami’u al-Bayaan ‘An Takwiilu ayi
AlQur’an, Juz 19, (Bairut : Dar Al Fikr, t.th), hlm. 143.
19
6
Imam Sulaiaman bin Umar Al Ajyay asy Syafi’y Asy Syahir bil Jamal, Al
Futuuhaat al Ilahiyyah Bi Taudhiihi Tafsiri Al Jalalain Lidaqaaiqk alKhafiyah, juz 7,
(Bairut: Dar Al Kitab al -Ilmiyah, 1204 H), hlm. 162
7
Ibid., hlm. 162.
8
Musthafa al-Maraghi, Op.Cit, hlm. 277.
20
ﺎﻢ ِﺇﻧ ﻮ ِﻣ ِﻬ ِﺇ ﹾﺫ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ِﻟ ﹶﻘﻌﻪ ﻣ ﻦ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻢ ﻭ ﺍﻫِﻴﺑﺮﻨ ﹲﺔ ﻓِﻲ ِﺇﺴ
ﺣ ﻮ ﹲﺓ ﺳ ﻢ ﹸﺃ ﺖ ﹶﻟ ﹸﻜ
ﻧﺪ ﻛﹶﺎ ﹶﻗ
ﻨﻜﹸﻢﻴﺑﻭ ﺎﻨﻨﻴﺑ ﺍﺑﺪﻭ ﻢ ﺎ ِﺑ ﹸﻜﺮﻧ ﻭ ِﻥ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﹶﻛ ﹶﻔﻦ ﺩ ﻭ ﹶﻥ ِﻣﺒﺪﻌ ﺗ ﺎﻭ ِﻣﻤ ﻢ ﻨ ﹸﻜﺁ ُﺀ ِﻣـﺮﺑ
ﻢ ِﻟﹶﺄﺑِﻴ ِﻪ ﺍﻫِﻴﺑﺮﻮ ﹶﻝ ِﺇ ِﺇﻟﱠﺎ ﹶﻗﺪﻩ ﺣ ﻭ ﻮﺍ ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪﺆ ِﻣﻨ ﻰ ﺗﺣﺘ ﺍﺑﺪﺎ ُﺀ ﹶﺃـﻀﺒﻐﺍﹾﻟﻭﺓﹸ ﻭ ﺍـﺪﺍﹾﻟﻌ
ﺎﻮ ﱠﻛ ﹾﻠﻨ ﺗ ﻚ
ﻴﻋﹶﻠ ﺎﺑﻨﺭ ﻲ ٍﺀ ﺷ ﻦ ﻦ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ِﻣ ﻚ ِﻣ ﹶﻟﻣِﻠﻚ ﺎ ﹶﺃﻭﻣ ﻚ ﺮﻥﱠ ﻟﹶـ ﻐ ِﻔ ﺘـﹶﻟﹶﺄﺳ
(4 : ) ﺍﳌﻤﺘﺤﻨﻪﺼﲑ ِ ﻤ ﻚ ﺍﹾﻟ
ﻴﻭِﺇﹶﻟ ﺎﺒﻨﻧﻚ ﹶﺃ
ﻴﻭِﺇﹶﻟ
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada
Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika
mereka berkata kepada kaum mereka, “sesungguhnya kami
berlepas diri daripada kamu dan daripada apa yang kamu
sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah
nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat
selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.
Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya; “sungguh aku
benar-benar akan memohonkan ampun untuk ayah tetapi aku
tidak kuasa. (Q.S. Al Mumtahannah, 4).9
ﺮ ﻡ ﺍﻟﹾﺂ ِﺧ ﻮ ﻴﺍﹾﻟﻪ ﻭ ﻮ ﺍﻟﻠﱠﺮﺟ ﻳ ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻤ ﻨ ﹲﺔ ِﻟﺴ
ﺣ ﻮ ﹲﺓ ﺳ ﻢ ﹸﺃ ﻢ ﻓِﻴ ِﻬ ﺪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ ﹸﻜ ﹶﻟ ﹶﻘ
(6 : ﺪ )ﺍﳌﻤﺘﺤﻨﻪ ﺤﻤِﻴ ﻲ ﺍﹾﻟ ﻐِﻨ ﻮ ﺍﹾﻟ ﻪ ﻫ ﻮﻝﱠ ﹶﻓِﺈﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠ ﺘﻳ ﻦ ﻣ ﻭ
9
A. Soenarjo,at.al.,Op.Cit., hlm. 923
21
10
Ibid.
11
Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Taisiru al-Aliyyul Qadir Li Ikhtishari Tafsir Ibnu
Katsir, Terj., Drs. Syihabudin, M.A., Kemudahan Dari Allah ingkasan Tafsir Ibnu
Katsir,Jilid 4, (Jakarta: Geema Insani Press,1989) hlm.671.
12
Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir al-Azhar, jilid 9, Cet.ke-3,
(Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, 1999), hlm. 7296.
22
ﻮ ِﺇﻟﱠﺎ ﺍ ِﺇ ﹾﻥ ﻫﺟﺮ ﻴ ِﻪ ﹶﺃﻋﹶﻠ ﻢ ﺳﹶﺄﻟﹸﻜﹸ ﺘ ِﺪ ِﻩ ﹸﻗ ﹾﻞ ﻟﹶﺎ ﹶﺃﻢ ﺍ ﹾﻗ ﻫ ﺍﻬﺪ ﻪ ﹶﻓِﺒ ﻯ ﺍﻟﱠﻠﻫﺪ ﻦ ﻚ ﺍﱠﻟﺬِﻳ
ﺃﹸﻭﹶﻟِﺌ
(90:ﲔ )ﺍﻷﻧﻌﺎﻡ
ﺎﹶﻟ ِﻤﻯ ِﻟ ﹾﻠﻌِﺫ ﹾﻛﺮ
Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah, “Aku tidak
meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Qur’an).”
Al Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk segala umat.
(Al-An’am: 90)14
13
H. Oemar Bakry, Tafsir Rahmat, (Jakarta : Mutiara, 1986), hlm. 1109.
14
.A. Soenarjo,at.al., Al Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang : Toha Putra, 1989),
hlm. 923
23
ﻲ ﺿ
ِ ﺭ ﺎ ٍﻥﺣﺴ ﻢ ِﺑِﺈ ﻫ ﻮﺒﻌﺗﻦ ﺍ ﺍﱠﻟﺬِﻳﺎ ِﺭ ﻭﻧﺼﺍﹾﻟﹶﺄﻦ ﻭ ﺎ ِﺟﺮِﻳﻬﻦ ﺍﹾﻟﻤ ﻭﻟﹸﻮ ﹶﻥ ِﻣ ﺎِﺑﻘﹸﻮ ﹶﻥ ﺍﹾﻟﹶﺄﺍﻟﺴﻭ
ﺎﻦ ﻓِﻴﻬ ﺎِﻟﺪِﻳﺭ ﺧ ﺎﻧﻬﺎ ﺍﹾﻟﹶﺄﺘﻬﺤ
ﺗ ﺠﺮِﻱ ﺗ ﺕٍ ﺎﺟﻨ ﻢ ﻬ ﺪ ﹶﻟ ﻋ ﻭﹶﺃ ﻨﻪﻋ ﻮﺍﺭﺿ ﻭ ﻢ ﻬ ﻨﻋ ﻪ ﺍﻟﱠﻠ
(100:ﻢ )ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ﻌﻈِﻴ ﺯ ﺍﹾﻟ ﻮ ﻚ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ ﺍ ﹶﺫِﻟﺑﺪﹶﺃ
18
A. Soenarjo, at.al.,Op.Cit., hlm. 923
19
Moh. Sonhadji, at.al., Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid IV, (Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Wakaf, 1995), hlm.213.
25
20
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an,Volume 5, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 659.
21
Ibid., hlm. 7.
26
22
Moh. Sonhadji, at.al., Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid I, (Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Wakaf, 1995), hlm.213.
27
23
A. Soenarjo,at.al.,Op.Cit., hlm. 411.
24
Moh. Sonhadji, at.al., Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid IX, (Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Wakaf, 1995), hlm.417.
28
ﺗﻘﹸﻮﻟﹸﻮﺍ ﺪ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﹶﺃ ﹾﻥ ﻨﺎ ِﻋﻣ ﹾﻘﺘ ﺮ ﹶﻛﺒ,ﻌﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﺗ ﹾﻔ ﺎ ﻟﹶﺎﺗﻘﹸﻮﻟﹸﻮ ﹶﻥ ﻣ ﻢ ﻮﺍ ِﻟﻣﻨ ﻦ ﺀَﺍ ﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻳﻬﺎﹶﺃﻳ
(3-2 : ﻌﻠﹸﻮ ﹶﻥ) ﺍﻟﺼﻒ ﺗ ﹾﻔ ﺎ ﻟﹶﺎﻣ
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa
yang tidak kamu perbuat?. Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.
(Q.S. Ash-Shaff : 2-3)25
25
Ibid., hlm. 440
26
Moh. Sonhadji, at.al., Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid X, (Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Wakaf, 1995), hlm.134.
29
ﻓﺎﺻﱪ ﻛﻤﺎ ﺻﱪ ﺍﻭﻟﻮﺍ ﺍﻟﻌﺰﻡ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﺳﻞ ﻭﻻﺗﺴﺘﻌﺠﻞ ﳍﻢ ﻛﺎﻬﻧﻢ ﻳﻮﻡ ﻳﺮﻭﻥ ﻣﺎ
ﻳﻮﻋﺪﻭﻥ ﱂ ﻳﻠﺒﺜﻮﺍ ﺇﻻ ﺳﺎﻋﺔ ﻣﻦ ﻬﻧﺎﺭ ﺑﻠﻎ ﻓﻬﻞ ﻳﻬﻠﻚ ﺇﻻ ﺍﻟﻘﻮﻡ ﺍﻟﻔﺴﻔﻮﻥ
(35 : )ﺍﻻﺣﻘﺎﻑ
27
A. Soenarjo,at.al.,Op.Cit., hlm. 403.
28
Wahbah Az-Zuhziliyi, Tafsir Munir fi Aqidati was Sarii’ati wa al-Manhaji,
(Bairut: Dar al-Fikr al-Ma’asir, 1991) hlm. 73.
29
Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Op.Cit., hlm 352.
31
Q.S. Ali Imron:182 dan 200, Q.S. Yusuf; 90, Q.S. Ra’du; 22-24, Q.S.
Al-Ihsan; 24, Q.S. Al-Ankabut 58-59, Q.S. An-nisa’: 25, Q.S. Al-
Baqarah 45-153, 155-157, Q.S. Al-an’am 34, Q.S. Ibrahim:`12, Q.S.
Al-ahzab: 35, Q.S. Al-ankabut 58-59.
ﺇ ﹼﻥ,ﻠﻮﺓ ﻭﺃﻣﺮ ﺑﺎﳌﻌﺮﻭﻑ ﻭﺍﻧﻪ ﻋﻦ ﺍﳌﻨﻜﺮ ﻭﺇﺻﱪ ﻋﻠﻰ ﻣﺎﺍﺻﺎﺑﻚﲎ ﺍﻗﻢ ﺍﻟﺼ
ﻳﺒ
(17 : ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﻋﺰﻡ ﺍﻻﻣﻮﺭ )ﻟﻘﻤﺎﻥ
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang mungkar dan bersabarlah terhadap yang menimpa kamu
sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan oleh (Allah). (Q.S. Luqman : 17).30
30
A. Soenarjo, at.al., Op.it., hlm. 655.
31
Musthafa al-Maraghi, Op.Cit., hlm. 158.
32
ﻠﹸ ِﻖﻦ ﺧ ﻋ ﺧِﺒﺮِﻳﻨِﻲ ﹶﺃﺸ ﹶﺔ ﹶﻓﻘﹸ ﹾﻠﺖ ﺎِﺋ ﻋﺳﹶﺄﹾﻟﺖ ﺎ ٍﻡ ﻗﹶﺎ ﹶﻝﺑ ِﻦ ِﻫﺸ ﻌ ِﺪ ﺳ ﻦ ﻋ
33
ﺁ ﹶﻥﻪ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ ﺧﹸﻠ ﹸﻘ ﺖ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ
ﻢ ﹶﻓﻘﹶﺎﹶﻟ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﱠﻠ
ﻮ ِﻝ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪﺭﺳ
32
A. Soenarjo,at.al.,Op.Cit., hlm. 450.
33
Ahmad bin Hambal, Musnad al-Imam Ahmad Ibn Hambal, Juz VI, hadis ke-24139
(Bairut: Dar Fikr, t.th) hlm. 188
33
34
Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Op.Cit, hlm. 775.
34
35
A. Soenarjo,at.al.,Op.Cit., hlm. 293.
35
ﺍﻣﲔ ﺑﻠﻘﺴﻂ ﺷﻬﺪﺍﺀ ﷲ ﻭﻟﻮ ﻋﻠﻰ ﺍﻧﻔﺴﻜﻢﻳﺎﺍﻳﻬﺎ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﻣﻨﻮﺍ ﻛﻮﻧﻮﺍ ﻗﻮ
ﺒﻌﻮﺍ ﻓﻼﺗﺘ,ﻤﺎ ﺎ ﺍﻭ ﻓﻜﲑﺍ ﻓﺎﷲ ﺍﻭﱃ ﺇﻥ ﻳﻜﻦ ﻏﻨﻴ,ﺍﻭﻟﻮﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﺍﻻﻗﺮﺑﲔ
ﻭﺍﻥ ﺗﻠﻮﺍ ﺍﻭﺗﻌﺮﺿﻮﺍ ﻓﺎ ﹼﻥ ﺍﷲ ﻛﺎﻥ ﲟﺎ ﺗﻌﻤﻠﻮﻥ ﺧﺒﲑﺍ,ﺍﳍﻮﻯ ﺍﻥ ﺗﻌﺪﻟﻮﺍ
(135 : )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang-orang
yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena
Allahbiarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan
kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau miskin, maka Allah lebih
tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika
kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau engan menjadi saksi,
maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala
apa yang kamu kerjakan. 36(Q.S. An Nisa’ : 135)
36
A. Soenarjo,at.al.,Op.Cit., hlm. 79.
36
37
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
Volume 2, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. hlm. 590.
37
hanya itu saja upah beliau.Yang memuaskan hati beliau yang suci,
menyenangkan jiwa beliau yang luhur, adalah ketika melihat seorang
hamba dari hamba Allah telah mendapat petunjuk TuhanNya, karena
memang beliau hanya mencari ridha-Nya.39
Dari ayat dan dan penafsiran mufasir bila dikaitkan dengan
profil pendidik, maka seorang guru yang mengajarkan ilmu
pengetahuan, baik ilmu dunia maupun akhirat, harus mengarah
kepada tujuan hidup muridnya yaitu mencapai hidup bahagia dunia
38
A. Soenarjo,at.al.,Op.Cit., hlm. 291
39
Sayid Quthub, Fi Dhilal al-Qur’an, Juz 19-20, Jilid V, (Bairut: Dar Asy Syuruq,
1992), hlm. 2575.
38
40
Abidin Ibn Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,1998) hlm. 68.
39
41
A. Soenarjo,at.al.,Op.Cit., hlm404
42
Moh. Sonhadji, at.al., Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid I (Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Wakaf, 1995), hlm. 225
43
Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Op.Cit, hlm. 357
40
44
Lihat Q.S. an-Nahl, ayat 43 yang artinya ”Dan Kami tidaklah mengutus sebelum
kamu, kecuali orang-orang yang Kami beri wahyu kepada mereka. Maka bertanyalah
kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan, jika kalian tidak megetahui”.
41
2. Implikasi Pedagogis
Apabila dikaji secara ilmiah dapatlah diinterpretasikan bahwa
keteladanan bertopang pada pendidikan yang kuat serta memiliki
implikasi pedagogis :
a). Pola pendidikan Islam tercermin dari kehidupan para kiyai,
guru-guru kepada Allah SWT. Oleh sebab itu, mereka perlu menjadi
teladan bagi para murid-muridnya, selalu siap dan rela berkorban, serta
menghindari perbuatan yang tidak berarti.
Dalam kehidupanya dalam keluarga, anak sangat
membutuhkan suri tauladan, khususnya dari kedua orang tuanya, agar
sejak kanak-kanak ia menyerap dasar tabiat prilaku islami dan berpijak
pada landasannya yang luhur.
Di sekolah, murid sangat memerlukan suri tauladn yang
dilihatnya langsung dari setiap guru yang mendidiknya, sehingga dia
merasa pasti dengan apa yang dipelajarinya.
b). Islam telah menjadikan pribadi Rasul sebagai suri tauladan
yang terus menerus bagi seluruh pendidik, suri tauladan yang selalu
baru bagi generasi kegenerasi, dan selalu aktual dalam kehidupan
manusia. Hal ini dapat kita ketahui tatkala ketika membaca riwayat
kehidupanya bertambah pula kekaguman dan kecintaan kita kepadanya
dan tergugah pula keinginan untuk meneladaninya. 45
Al-Qur’an tidak menyajikan keteladanan ini untuk sekedar
dikagumi atau sekedar direnungkan dalam lautan hayal yang serba
abstrak. Al Qur’an menyajikan riwayat keteladanan itu semata-mata
untuk diterapkan dalam diri mereka sendiri. Setiap orang diharapkan
meneladaninya sesuai dengan kemampuannya untuk menyerap akhlak
itu, dan sesuai dengan kemampuannya untuk bersabar.
Demikianlah prinsip keteladanan di dalam al-Qur’an terbaca
secara jelas oleh mata, bersifat dinamis (bukan sekedar mengikuti
45
Muhammad Qutb, Sistem Pendidikan Islam, terj. Salman Harun, (Bandung: PT.
Al- Ma’arif, tth), hlm. 323
42
46
Ibid., hlm. 326
43
47
Ibid., hlm. 238.
44