Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S DENGAN MASALAH
KEPERERAWATAN HIPERVOLEMIA PADA KASUS DIABETES
MELITUS TIPE II DI PUSKESMAS KREMBANGAN
SELATAN

OLEH :

YUSTINA SATINA MANUTMASA

2019.01.020

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH

SURABAYA

2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA NY S DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES

MILITUS (DM) DENGAN MASALAH KEPERAWATAN

KETIDAK STABILAN GLUKOSA GULA DARA DI PUSKESMAS

KREMBANGAN SELATAN

SURABAYA

Surabaya 04 juli 2022

Mengetahui :

Pembimbing Akademik Pembumbing Lapangan

(Ethyca Sari S.Kep.,Ns.,M.Kes.) (Arlichun MusliChun,A.Md.Kep)

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan limpahan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan Keperawatan Keluarga dengan judul “Asuhan Keperawatan
Keperawatan Gerontik pada Ny.S Diagnosa Medis Diabetes Militus dengan Masalah
Keperawatan Ketida Stabilan Glukosa Dara di Puskesmas Krembangan Selatan
Surabaya”

Asuhan keperawatan ini dibuat untuk memenuhi tugas penulis melaksanakan


Asuhan Keperawatan pada stase Keperawatan Gerontik, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Lina Mahayati, M.Kep.Ns.,Sp.Kep.An. selaku ketua Stikes William Booth


Surabaya.
2. Retty Nirmala S.,S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku ketua program studi Keperawatan
Stikes William Booth Surabaya.
3. Ethyca Sari S.Kep.Ns.M.Kes Selaku dosen pembimbing mata kuliah
keperawatan gerontik di Stikes William Booth Surabaya.
4. Arlichun Musli Chun, A.Md.Kep selaku pembimbing lapangan yang telah
memberikan bimbingan dan saran kepada kami selama melaksanakan
Laboratorium Klinik dan penyusunan laporan Laboratorium Klinik di
Puskesmas Krembangan Selatan
Penulis menyadari bahwa asuhan keperawatan ini masih banyak memiliki
kekurangan dan kelemahan dikarenakan terbatasnya wawasan dan literatur yang
dimiliki. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan guna
untuk menyempurnakan asuhan keperawatan ini.
Akhirnya, kami berharap asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat dan
memberikan inspirasi kepada pembaca.
Surabaya, 17 Juli 2022

Penulis
3
DAFTAR ISI

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia, 2015). Penyakit Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan
di dunia. Insidens dan prevalens penyakit ini terus meningkat terutama di
negara sedang berkembang dan negara yang telah memasuki budaya
industrialisasi (Arisman, 2013).
Menurut Data Sample Registration Survey tahun 2014 menunjukkan
bahwa Diabetes merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia
dengan persentase sebesar 6,7%, setelah penyakit Jantung Koroner (12,9%)
dan Stroke (21,1%). Bila tidak ditanggulangi, kondisi ini dapat menyebabkan
penurunan produktivitas, disabilitias, dan kematian dini. Penderita diabetes
terjadi pada rentang usia yang beragam, dimana yang masih berumur <40
tahun sebanyak 1.671.000 orang, penderita yang berusia 40-59 tahun
sebanyak 4.651.000 orang, sedangkan pada usia 60-79 tahun
diperkirakan sebanyak 2.000.000 orang (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2017).
Usia diatas 40 tahun merupakan usia yang beresiko tinggi terjadinya DM
tipe 2. Hal ini disebabkan resistensi insulin pada DM tipe 2 cenderung
meningkat pada lansia (usia 40-65 tahun), disamping adanya riwayat obesitas
dan adanya faktor keturunan (Smeltzer & Bare, 2008).
Diabetes Melitus umumnya diklasifikasi menjadi dua tipe yaitu Diabetes
Melitus (DM) tipe 1, yang disebabkan keturunan dan Diabetes Melitus (DM)
tipe 2 disebabkan life style atau gaya hidup. Sekitar 90-95% dari keseluruhan
pasien diabetes merupakan pengidap Diabetes Melitus tipe 2 (Syamsiyah,
2017).
5
Diabetes Melitus tipe 1 atau insulin dependent diabetes mellitus (IDDM)
merupakan diabetes yang tergantung pada insulin, pada diabetes tipe 1 ini sel-
sel beta pankreas yang dalam keadaan normal menghasilkan hormon insulin,
yang kemudian dihancurkan oleh suatu proses autoimun (Smeltzer & Bare,
2008).
Sedangkan Diabetes Melitus tipe 2 atau disebut juga sebagai penyakit non
insulin dependent diabetes melitus (NIDDM) diakibatkan oleh penurunan
sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah
pembentukan insulin. Faktor utama penyebabnya yaitu kegemukan (obesitas)
dan gaya hidup tidak sehat yang bisa diatasi dengan diet dan olahraga teratur
(Damayanti, 2016).

Penderita Diabetes Melitus cenderung mengalami hiperglikemi yang akan


menyebabkan komplikasi. Komplikasi diabetes melitus diklasifikasikan
sebagai mikrovaskuler dan makrovaskuler. Komplikasi yang termasuk dalam
komplikasi mikrovaskuler yaitu diantaranya meliputi mata (retinopati), ginjal
(nefropati), dan kulit (dermopati). Sedangkan komplikasi yang termasuk
dalam komplikasi makrovaskuler yaitu antara lain penyakit jantung, infark
miokard, stroke, hipertensi, neuropati, dan penyakit vaskuler (Lewis et al.,
2018).

Pencegahan komplikasi dan keparahan yang terjadi akibat penyakit


Diabetes Melitus dapat dilakukan dengan 4 pilar yaitu obat (terapi
farmakologi), latihan jasmani yang teratur, perencanaan makanan (diet) dan
edukasi (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2015). Gaya hidup yang
sehat dengan mengatur pola makan (diet) dan aktivitas fisik merupakan
bagian dari terapi penderita Diabetes Melitus tipe 2. Pentingnya memiliki diet
yang sehat dan seimbang bertujuan untuk mempertahankan berat badan
normal dan menghindari kelebihan berat badan, sehingga dapat menjaga kadar
gula darah dalam batas normal dan terkendali (Benhalima & Mathieu, 2017)
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang diatas ,penulis dapat merumuskan

1.2.1 Bagaimana pengkajian yang dilakukan pada Ny S dengan kasus


diabetes melitus tipe 2?
1.2.2 Apa diagnose keperawatan yang muncul pada Ny S dengan kasus
diabetes melitus tipe 2?
1.2.3 Bagaimana intervensi keperawatan yang dapat diberikan kepada Ny s
dengan kasus diabetes melitus tipe 2?
1.2.4 Bagaimana implementasi keperawatan yang dapat diberikan kepada
Ny S dengan kasus diabetes mellitus tipe 2?
1.2.5 Bagaimana evaluasi keperawatan yang dapat dilakukan pada Ny S
dengan kasus diabetes mellitus tipe 2?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
1. Mampu memberikan asuhan keperawatan kepada Ny S dengan kasus
diabetes mellitus tipe 2
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mampu mengidentifikasi pengkajian pada Ny,S dengan kasus diabetes


mellitus tipe 2
2. Mampu mengidentifikasi diagnose keperawatan yang muncul pada Ny
S. dengan kasus diabetes mellitus tipe 2
3. Mampu mengidentifikasi intervensi keperawatan pada Ny S dengan
kasus diabetes mellitus tipe 2
4. Mampu mengidentifikasi implementasi keperawatan pada Ny S
dengan kasus diabetes mellitus tipe 2
5. Mampu mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada Ny S dengan
kasus diabetes mellitus tipe 2

7
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Agar mahasiswa dapat memahami dan menaambah wawasan mengenai proses
asuhan keperawatan yang dapat diberikan kepada pasien lansia dengan kasus
diabetes mellitus tipe 2.
1.4.2 Untuk Institusi
Agar institusi dapat mengetahui pemahaman dan kompetensi mahasiswa
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan kasus
diabetes mellitus tipe 2.

8
BAB II
TINJAUAN TEORI

2..1KONSEP DASAR

A. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik


dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Soelistidjo, 2015). Diabetes
Melitus adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan pada pankreas yang
tidak dapat menghasilkan insulin sesuai dengan kebutuhan tubuh dan/ atau
ketidak mampuan dalam memecah insulin. Penyakit diabetes mellitus juga
menjadi faktor komplikasi dari beberapa penyakit lain (Mughfuri, 2016)

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika


pankreas tidak cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak
efisien menggunakan insulin itu sendiri. Insulin adalah hormon yang
mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula darah,
adalah efek yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam waktu panjang
dapat terjadi kerusakan yang serius pada beberapa sistem tubuh,
khususnya pada pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), mata
(dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal ginjal). Diabetes
Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan peningkatan
glukosa darah diatas normal. Dimana kadar diatur tingkatannya oleh
hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas (WHO, 2017).

9
B. Etiologi

Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam 2


kategori klinis yaitu:

1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPEI)

 Genetik

Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 namun


mewarisi sebuah predisposisis atau sebuah kecendurungan genetik
kearah terjadinya diabetes type 1. Kecendurungan genetik ini
ditentukan pada individu yang memiliki type antigen HLA
(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA ialah kumpulan gen
yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi & proses
imunnya.

 Imunologi

Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon


autoimum. Ini adalah respon abdomal dimana antibodi terarah
pada jaringan normal tubuh secara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya sebagai jaringan asing.

 Lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang


menimbulkan destruksi selbeta.

2. Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DM TIIPE II)

Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan


resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II

10
masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin.

3. Faktor-faktor resiko :

 Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65


th)
 Obesitas
 Riwayat keluarga

C. Manifestasi Klinis

Menurut PERKENI (2015) , penyakit diabetes melitus ini pada awalnya


seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari penderita. Tanda awal yang
dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu
dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana
peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan
air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula
(glucose),sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.

Menurut PERKENI gejalah dan tanda-tanda DM dapat digolongkan


menjadi 2 yaitu:

1) Gejala akut penyakit DM


Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap, bahkan mungkin tidak
menunjukan gejala apapun sampai saat tertentu. Pemulaan gejala
yang ditunjukan meliputi:
a) Lapar yang berlebihan atau makan banyak(poliphagi)
b) Sering merasa haus(polidipsi)
c) Jumlah urin yang dikeluarkan banyak(poliuri)
2) Gejalah kronik penyakit DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM (PERKENI,
2015) adalah:
11
a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum
c. Rasa tebal dikulit
d. Kram
e. Mudah mengantuk
f. Mata kabur
g. Biasanya sering ganti kaca mata
h. Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
i. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
j. Kemampuan seksual menurun
k. Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian
janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari
4kg

A. Patofisiologi

Menurut Smeltzer,Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe I terdapat


ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel sel beta prankreas
telah dihancurkan oleh proses autoimun.Hiperglikemi puasa terjadi akibat
produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dihati meskipun tetap berada
dalam darah menimbulkan hiperglikemia prospandial.jika kosentrasi
glukosa daram darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urine(glikosuria).

Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan kedalam urine,ekresi ini


akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan
ini dinamakan diuresis ostomik,sebagai akibat dari kehilangan cairan

12
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam
berkemih(poliurea),dan rasa haus (polidipsi). (Smeltzer 2015 dan
Bare,2015).

DM tipe II merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik


utama adalah terjadinya hiperglikemia kronik. Meskipun pula
pewarisannya belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peranan
yang sangat penting dalam munculnya DM tipe II.

Faktor genetik ini akan berinterksi dengan faktor faktor lingkungan


seperti gaya hidup, obesitas,rendah aktivitas fisik,diet, dan tingginya kadar
asam lemak bebas.

Mekanisme terjadinya DM tipe II umunya disebabkan karena


resistensi insulin dan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terkait
dengan reseptor khusus pada permukaan sel.sebagai akibat terikatnya
insulin dengan reseptor tersebut,terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin DM tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intra sel.

13
 WOC DM

-faktor genetic
-infeksi firus
-Pengrusakan imonologik

Kerusakan sel beta


(disfungsi pancreas)

Gula dalam dara tidak bisa Ketidak seimbangan produksi urin


di bawa masuk dalam sel
Ketidak stabilan gula
anabolisme protein menurun
dara
keruasakan pada anti bodi
kekebalan tubuh menurun Hiperglikemi
Neuropati sensori perifer batas melebihi ambang ginjal Glukosuria
Klien tidak merasa sakit Visikositas darah meningkat Dieresis Osmotik

Nekosis luka aliran dara lambat Poli uri- retensi urin

14
Ganggren Iskemik jaringan Kehilngan elektrolik dalam sel

Perfusi perifer tidak Dehidrasi


Gg Integrasi
Jaringan efektif (Kekurangan volume cairan)

Resiko syok

15
D. Pemeriksaan Diagnostik

 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan Darah
Tabel 2.1 Pemeriksaan Glukosa Darah
(Menurut WHO (World Health Organization)

No Pemeriksaan Normal

1 Glukosa darah sewaktu >200 mg/dl


2 Glukosa darah puasa >140 mg/dl
3 Glukosa darah 2 jam >200 mg/dl
setelah makan

2. Pemeriksaan Fungsi Tiroid


Peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin
3. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukandengan cara benedict (reduksi). hasil
dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau (+),
kuning (++), merah (+++), merah bata (++++).
4. kultur pus
mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan
antibiotic yang sesuai dengan jenis kuman.

16
E. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Keperawatan Menurut PERKENI 2015 komponen


dalam penatalaksanaan DM yaitu:

1. Diet
Syarat diet hendaknya dapat:
 Memperbaiki kesehatan umum penderita
 Mengarahkan pada berat badan normal
 Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati
diabetic
 Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita

Prinsip diet DM,adalah:

 Jumlah sesuai kebutuhan


 Jadwal diet ketat
 Jenis: boleh dimakan/ tidak
Dalam melaksanakan diet diabetes sehari hari hendaknya
diikuti pedoman 3 J yaitu:
 Jumlah kalori yang diberikan harus habis,jangan
dikurangi atau ditambah
 Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya
 Jenis makanan yang manis harus dihindari
2. Olaraga
Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita
DM adalah:

 Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap


11/2 jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin

17
resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah
jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin
dengan reseptornya
 Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga pagi dan sore
 Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai oksigen
 Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein
 Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka
olahraga akan dirangsang pembentukan glikogen baru
 Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah
karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik
3. Edukasi/penyuluhan
Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan
pencegahannya. Misalnya mendengarkan pesan dokter, bertanya
pada dokter, mencari artikel mengenai diabetes
4. Pemberian obat-obatan
Pemberian obat obatan dilakukan apabila pencegahan dengan
cara (edukasi, pengaturan makan, aktivitas fisik) belum berhasil,
berarti harus diberikan obat obatan
5. Pemantauan gula darah
Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin ,bertujuan
untuk mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan
melakukan lima pilar diatas mencapai target,tidak akan terjadi
komplikasi.
6. Melakukan perawatan luka
Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin ,bertujuan
untuk mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan
melakukan lima pilar diatas mencapai target,tidak akan terjadi
komplikasi.
7. Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda-tanda vital

18
8. menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi, jangan sampai
terjadi hiperhidrasi mengelolah pemberian obat sesuai dengan
program

B. Penatalaksanaan Medis

a. Terapi dengan Insulin


Terapi farmakologi untuk pasien diabetes melitus geriatri tidak
berbeda dengan pasien dewasa sesuai dengan algoritma, dimulai
dari monoterapi untuk terapi kombinasi yang digunakan dalam
mempertahankan kontrol glikemik. Apabila terapi kombinasi
oral gagal dalam mengontrol glikemik maka pengobatan diganti
menjadi insulin setiap harinya. Meskipun aturan pengobatan
insulin pada pasien lanjut usia tidak berbeda dengan pasien
dewasa, prevalensi lebih tinggi dari faktor-faktor yang
meningkatkan risiko hipoglikemia yang dapat menjadi masalah
bagi penderita diabetes pasien lanjut usia.
b. Obat Antidiabetik Oral
1. Sulfonilurea
2. Golongan Biguanid Metformi
3. Penghambat Alfa Glukosidase/Acarbose
4. Thiazolidinediones Thiazolidinediones

F. Komplikasi

Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada penderita DM tipe II


akan menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe II
terbagi menjadi dua berdasarkan lama terjadinya yaitu komplikasi
akut dan komplikasi kronik (Smeltzel dan Bare, 2015; PERKENI ,
2015).

19
a. Komplikasi Akut
 Ketoasidosis Diabetik (KAD)
 KAD merupakan komplikasi akut DM yang di tandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi
(300-600 mg/dl), disertai dengan adanya tanda dan gejala
asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma
meningkat (300-320 mOs/Ml) dan terjadi peningkatan
anion gap
 Hipoglikemi
Hipoglikemi ditandai dengan menurunnya kadar glukosa
darah hingga mencapai <60 mg/dL. Gejala hipoglikemia
terdiri dari gejala adrenergik (berdebar, banyak keringat,
gemetar, rasa lapar) dan gejala neuro-glikopenik (pusing,
gelisah, kesadaran menurun sampai koma)
 Hiperosmolar Non Ketonik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah
sangat tinggi (600-1200 mg/dl), tanpa tanda dan gejala
asidosis,osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380
mOs/ml),plasma keton (+/-), anion gap normal atau
sedikit meningkat.
b. Komplikasi Kronis (Menahun)
Menurut Smeltzer 2015,kategori umum komplikasi jangka
panjang terdiri dari:
 Makroangiopati: pembuluh darah jantung, pembuluh
darah tepi, pembuluh darah otak
 Mikroangiopati: pembuluh darah kapiler retina mata
(retinopati diabetik) dan Pembuluh darah kapiler ginjal
(nefropati diabetik)

20
 Neuropatid : suatu kondisi yang mempengaruhi sistem
saraf, dimana serat-serat saraf menjadi rusak sebagai
akibat dari cedera atau penyakit
 Komplikasi dengan mekanisme gabungan: rentan infeksi,
contohnya tuberkolusis paru, infeksi saluran
kemih,infeksi kulit dan infeksi kaki dan disfungsi ereksi.

2..2 ASUHAN KEPERAWATAN

 Pengkajian

Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian.


Dalam pengkajian perlu dikaji biodata pasien dan data data
untuk menunjang diagnosa. Data tersebut harus seakurat
akuratnya, agar dapat digunakan dalam tahap berikutnya,
meliputi nama pasien,umur, keluhan utama.

1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri,
kesemutan pada esktremitas,luka yang sukar sembuh Sakit
kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah
otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
b. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit
jantung seperti Infark miokard
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Vital Sign
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan
suhu. Tekanan darah dan pernafasan pada pasien dengan
21
pasien DM bisa tinggi atau normal, Nadi dalam batas
normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika
terjadi infeksi.
b. Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan
jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis.
kalau sudah terjadi komplikasi kulit terasa gatal.
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya tidak terjadi
pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP
(Jugularis Venous Pressure) normal 5-2 cmH2.
d. Pemeriksaan Dada (Thorak)
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis
metabolic pernafasan
cepat dan dalam.
e. Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan
sirkulasi.
f. Pemeriksaan Abdomen
Dalam batas normal
g. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Sering BAK
h. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering
merasa kesemutan
i. Pemeriksaan Ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa
nyeri, bisa terasa
baal
j. Pemeriksaan Neurologi
22
GCS :15, Kesadaran Compos mentis Cooperative(CMC)

C. Diagnosa Keperawatan

1. Ganguan integritas kulit/jaringan

2. Ketidak stabilan kadar gula dara

3. Perfusi perifer tidak efektif

4. Resiko syok

2..3 Intervensi Keperawatan

1. Ketidakstabilan kadar gula darah


Tindakan/Observasi
 Monitor kadar glukosa darah
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor keton urine, kadar analisa gas darah, elektrolit,
tekanan darah, dan frekuensi nadi
Terapeutik
 Berikan asupan cairan oral
 Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejalah
hiperglikemia memburuk
Edukasi
 Anjurkan menghindari olaraga saat kada glukosa darah
lebih dari 250mg
 Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
 Anjurkan kepatuhan terhadapa diet dan olaraga
 Anjurkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urin
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian insulin

23
2. Perfusi perifer tidak efektif

Tindakan/observasi

 Periksa sirkulasi perifer(nadi perifer,edema)

 Identifikasi factor resiko gangguan sirkulasi


(diabetes,hipertensi dan kadar kolestrol tinggi)

 Monitor panas,kemerahan,nyeri,atau bengkak pada


ekstermitas)

Terapeutik

 Hindari pengukuran tekanan dara darah pada


ekstermitas dengan keterbatasan perfusi

 Lakukan pencegahan infeksi

 Lakukan pearawatan kaki dan kuku

Edukasi

 Anjurkan berolahraga rutin

 Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi


(rendah lemak,minyak ikan omega3)

 Informasi tanda dan gejala darurat yng harus


dilaporkan(rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat,luka tidak sembuh,hilangnya rasa)

24
3. Resiko syokk
Tindakan/Observasi
 Monitor status kardipumonal (frekuensi dan kekuatan
nadi,frekuensi nafas,TD)
 Monitor tingkat kesadaan dan respon pupil(masukan
dan keluaran,turgor kulit,CRT)
 Monitor status cairan
 Periksa riwayat alergi
Terapeutik
 Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
Edukasi
 Anjurkan melaporkan jika menemukan/ merasakan
tanda dan gejala awal syok.
 Anjurkan perbanyak asupan cairan oral

25
2..4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan


yang dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk
membantu pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan serta
masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun
dalam rencana keperawatan. Pelaksanaan adalah realisasi tindakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan kegiatan dalam
pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan,mengobservasi respon klein selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan serta menilai data yang baru.

2..5 Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan keadaan


pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap
perencaan. Evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu:

a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan


dimana evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai

b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam


metode evaluasi ini menggunakan SOAP (Budiono,2016)

26
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada BAB ini akan dijelaskan mengenai kesamaan dan kesenjangan antara teori
dan asuhan keperawatan secara langsung pada pasien Diabetes Melitus pada
Ny. S.

1. Pengkajian

Hasil pengkajian yang didapatkan pada pasien dengan DM adalah pasien


mengalami peningkatan gula dara dan pasien mengalami kerusakan pada
beberapa organ seperti mengalami kebutaan, gangguan pada ginjal
kencing manis, sedangkan pada tinjauan kasus menurut WHO 2017
diabetes memiliki kesamaan khususnya pada pembuluh darah jantung
(penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat
terjadi gagal ginjal). Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu
penyakit dengan peningkatan glukosa darah diatas normal. Dimana kadar
diatur tingkatannya oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pancreas.

Tidak ada nya perbedaan dari tinjauan teori dan tinjauan kasus Diabetes
mellitus .karena ditemukan beberapa data pada kasus Ny.S umur 56 Thn
dengan diagnose Diabetes militus yang mengalami gejala-gejala seperti
yang sudah di sampiakan di pengkajian tersebut.

Pada pengkajian Ny.s berdasarakan klasifikasi termasuk dalam Diabetes


Militus Tipe II karena tanda/gejala yang di dapat seperti yang tertera pada
kasus secara teori.

2. Diagnosa

Diagnose keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman


atau respon individu.keluarga.atau komunitas pada masalah kesehatan .
pada resiko masalah kesehatan atau proses kehidupan .diagnosa
keperawatan merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan
27
keperawatan yang sesuai untuk membantu klien mencapai kesehatan yang
optimal SDKI(standar Diagnosa Keperwatan Indonesia).

Pada tinjauan teori ditemukan 4 diagnosa keperawatan sedangkan pada


tinjauan kasus ditemukan 3 diagnosa keperawatan. Diagnose
keperawatan. menurut SDKI. Yaitu:

1. Ketidak stabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan


resistensi insulin yang ditandai dengan hasil GDA yaitu 500
mg/dl dan pasien sering mengeluh BAK dimalam hari dengan
frekuensi 8 – 9 kali serta pasien sering merasa lelah/lesu

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur


pada pasien yang ditandai dengan pasien sulit tidur di malam
hari waktu tidur malam 4 jam/8-9(dalam 1 jam)

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit


DM yang dialami pasien dan ditandai dengan pasien
mengatakan tidak nyaman karena kakinya mati rasa dan
pandangan kabur

3. Intervensi

Tahapan perencanaan memberi kesempatan kepada perawat. Klien.


Keluarga dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan
keperawatan guna mengatasi permasalahan klien. Perencanaan
merupakan suatu petunjuk atau bukti tertulis yang menggambarkan secara
tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan diagnose keperawatan (asmadi.2008)

Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan kepada klien


berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan tidak semua rencana

28
tindakan pada teori ditegakan pada tinjauan kasus karena pada tinjauan
kasus disesuaikan dengan keluahan dan keadaan klien.

1. Untuk diagnose pertama

Ketidak stabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan


resistensi urin

2. Untuk diagnose ke dua

Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur

3. Untuk diagnose ke tiga

Ganggua rasanyaman berhubungan dengan gejala penyakit.

4. Implementasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 23 juni.


Implementasi dilakukan sesuai dengan interfensi yang dibuat dan disusun
untuk mengatasi masalah preeklamsia.tindakankeperawatan yang
dilakukan sesuai perencanaan yang dilakukan yaitu:

Berdasarkan rencana tindakan keperawatan yang telah dibuat dan disusun


untuk mengatasi masalah ketidak stabilan guladara yaitu:mengidentifikasi
kebiasaan pola makan, anjurkan melakukan olah raga, dan memberikan
edukasi terkait kesehatan pasien.

Implementasi yang dilakukan pada pasien preeklamsi menurut asumsi


penulis yang dilakukan pada pasien preeklamsia. Semua implementasi
sesuai dengan intervensi yang disusun dengan pelaksanaan tindakan
selama 2 hari.

29
5. Evaluasi

1. Evaluasi yang ditemukan pada pasien Ketidak stabilan kadar


glukosa darah setelah dilakukan keperawatan selama 1 hari
pada pasien DM masalah sudah teratasi sebagian

2. Evaluasi yang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 hari


pada pasien dengan masalah Didapatkan dari data hasil pasien
masalah gangguan pola tidur teratasi sebagian.

3. Evaluasi yang ditemukan setelah dilakukan keperawatan selama 1


hari pada pasien dengan gangguan rasa nyaman Didapatkan
masalah teratasi sebagian .

30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dari tinjauan kasus yang telah diuraikan pada bab sebelumnya
dapat disuimpulkan bawha karakteristik yang terjadi pada pasien
dengan DM adalah pasien mengalami peningkatan gula dara
dan dan sering BAK.
2. Diagnosa yang telah ditegakan pada dan kasus adalah: Ketidak
stabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi
insulin. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang
control tidur pada pasien. Gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan gejala penyakit DM
3. Intervensi yang diberikan secara kasus nyata dan teori sudah
sesuai karena perawat mengikuti intervensi secara teori.
4. Implementasi yang ditujukan pada pasien sudah sesuai antara
kasus semudan teori.
5. Evaluasi yang didapatkan dari tindakan keperawatan yang
diberikan sudah teratasi sebagian..
5.2 Saran
1. Bagi perawat
Perawat diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan kondisi pasien dengan memperhatikan tindakan keterangan
pasien minimal care, parsial care, total care.
2. Bagi pasien dan keluarga
Diharapkan pasien dan keluarga untuk tetap meminum obat yang telah
diresepkan oleh dokter secara teratur.
3. Bagi mahasiswa
Mahasiswa diharapkan untuk selalu menambah wawasan mengenai
konsep dasar dan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien

31
dengan preeklamsia agar asuhan keperawatan yang diberikan tepat
sesuai dengan kondisi yang dialami oleh pasien.

32
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA), (2013). Diakses tgl 11 juni 2017


Diabetes bacic. Http://www.diabetes.org/ diabetes-bacics Biologi
Gonzaga.(2010). Diakses tanggal 02 Februari 2010.
http://biologigonz.blogspost.com (IDF). (2015) . Idf diabetes altas sixth edition.
Diakses pada tanggal 15 april 2016 dari
http://www.idf.org/sites/default/files/Atlas-poster-2015_EN.pdf PERKERNI.
(2015).Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia. Jakarta :PERKERNI Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas ).2017.
Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan PPNI DPP SDKI
Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Jakarta:
DPP PPNI PPNI DPP SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI PPNI DPP SLKI Pokja Tim, 2018.
Standar Luaran
Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI Shadine,M,2010.
Mengenal Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Penebit Keenbooks Smeltzer,
S.C dan B,G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC Tarwoto, dkk, 2012. Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: Trans Info Mediaq

33

Anda mungkin juga menyukai