Anda di halaman 1dari 20

Perlindungan Tanaman Ramah Lingkungan

“Organisme Pengganggu Tanaman”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

Adhriana 03.01.21.0141

Fadhil Ahla Firdaus 03.01.21.0147

Guswiarni Dwi Kotidyah 03.01.21.0150

Habib Mustofa 03.01.21.0151

Irhan Wardana 03.01.21.0154

Kreshna Awal Yudhistira 03.01.21.0156

Rivaldi Rahmana 03.01.21.0167

2PPB-A

POLBANGTAN YOGYAKARYA-MAGELANG

KAMPUS YOGYAKARTA

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

Jl. Kusumanegara No.2, Tahunan, Kec. Umbulharjo, Kota yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta 55167
Nama Komoditas : Cabai

Nama OPT (Organisme Penganggu Tanaman)


1. HAMA
a) Ulat tanah (Agrotis ipsilon)

Ulat tanah tanaman cabe adalah Agrotis Ipsilon. Hama jenis ini menyerang tanaman cabai
di malam hari, sedangkan pada siang hari bersembunyi dalam tanah atau di balik penutup
plastik mulsa. Ulat tanah menyerang batang tanaman cabe muda dengan cara memotong
batangnya sehingga sering dinamakan ulat pemotong.

Pengendalian Hama Ulat Tanah

Apabila serangan belum terlalu banyak, gunakan pestisida alami Pestona yang disiramkan
dalam lubang tanam. Aplikasi pengendalian sebaiknya dilakukan pada sore hari.
Apabila serangannya sudah melebihi ambang batas bisa dilakukan dengan pengendalian
secara kimia, yaitu dengan penyemprotan/penyiraman insektisida berbahan aktif
karbofuran sebanyak 1 gram pada lubang tanam. Campurkan Aero 810sebagai bahan
pelarut untuk membantu bahan aktif pestisida tersebut lebih tahan lama berada di sekitar
tanaman serta tidak mudah hilang tergerus air hujan.

b) Lalat Buah

Gejala serangan :
Lalat buah menyebabkan kerusakan pada buah cabai yang masih muda maupun buah
yang sudah matang. Buah yang terserang akan membusuk dan kemudian jatuh ke tanah.
Gejala awal terlihat dari adanya titik hitam pada bagian pangkal buah, titik hitam pada
pangkal buah muncul karena aktifitas lalat buah dewasa yang memasukkan telurnya pada
buah cabai. Telur tersebut akan menetas dan berkembang di dalam buah cabai. Larva
yang terdapat di dalam buah menimbulkan kerusakan dari dalam, buah menjadi berwarna
kuning pucat dan layu. Kualitas buah cabai yang terserang hama ini akan menurun dan
tidak layak untuk dipasarkan.

Serangan berat terjadi pada musim hujan disebabkan oleh bekas tusukan ovipositor
serangga betina terkontaminasi oleh cendawan sehingga buah yang terserang menjadi
busuk dan jatuh ke tanah.

Pengendalian:
• Pemusnahan buah terserang
• Pembungkusan buah
• Pengggunaan perangkap atraktan metil eugenol (ME) atau petrogenol sebanyak 1
ml/perangkap. Jumlah perangkap yang dibutuhkan 40 buah/Ha. Perangkap
dipasang pada saat tanaman berumur 2 minggu sampai akhir panen dan atraktan
diganti setiap 2 minggu sekali.
• Rotasi tanaman
• Pemanfaatan musuh alami antara lain parasitoid larva dan pupa (Biosteres sp,
Opius sp), predator semut, Arachnidae (laba – laba), Staphylinidae (kumbang)
dan Dermatera (Cecopet).

Pengendalian secara kimiawi dilakukan apabila cara – cara pengendalian lainnya tidak
dapat menekan populasi hama. Pestisida yang digunakan harus efektif, terdaftar dan
sesuai anjuran.

c) Nematoda

Nematoda merupakan organisme pengganggu tanaman yang menyerang daerah perakaran


tanaman cabai. Jika tanaman terserang, maka transportasi bahan makanan terhambat dan
pertumbuhan tanaman terganggu.

Pencegahan yang efektif adalah dengan menanam varietas cabai yang tahan terhadap
nematoda dan melakukan penggiliran tanaman.Apabila lahan yang ditanami merupakan
daerah endemi, pemberian nematisida dapat diberikan bersamaan dengan pemupukan.
d) Ulat Grayak

Ulat grayak tanaman cabai adalah Spodoptera Litura. Hama ini menyerang bagian daun
tanaman cabe dengan cara bergerombol. Daun menjadi berlubang dan meranggas. Ulat
grayak disebut juga ulat tentara. Seperti halnya jenis ulat lain, ulat ini menyerang tanaman
cabai malam hari, sedang pada siang hari bersembunyi di balik mulsa atau di dalam tanah.
Ulat grayak ini bersifat polifag.

Pengendalian Hama Ulat Grayak

Aplikasikan sejak awal mulai pada saat pembibitan bio pestisida Vitura untuk melindungi
tanaman.
Apabila serangan belum terlalu banyak, gunakan Pentana dengan cara aplikasi
disemprotkan pada tanaman. Campurkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna
Pentana dalam mengatasi serangan ulat grayak.
Apabila serangannya sudah melebihi ambang batas bisa dilakukan dengan pengendalian
secara kimia, yaitu dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif berbahan aktif
sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau
dimehipo. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan. Tambahkan Aero 810 untuk
meningkatkan daya guna pestisida kimia tersebut dalam mengatasi serangan ulat grayak.

e) Thrips
Hama ini menyerang tanaman dengan menghisap cairan permukaan bawah daun
(terutama daun-daun muda). Serangan ditandai dengan adanya bercak keperak - perakkan.
Daun yang terserang berubah warna menjadi coklat tembaga, mengeriting atau keriput
dan akhirnya mati. Pada serangan berat menyebabkan daun, tunas atau pucuk
menggulung ke dalam dan muncul benjolan seperti tumor, pertumbuhan tanaman
terhambat dan kerdil bahkan pucuk tanaman menjadi mati.

Hama ini merupakan vektor penyakit virus mosaik dan virus keriting. Pada musim
kemarau perkembangan hama sangat cepat, sehingga populasi lebih tinggi sedangkan
pada musim penghujan populasinya akan berkurang karena banyak thrips yang mati
akibat tercuci oleh air hujan.

Hama ini bersifat polifag dengan tanaman inang utama cabai, bawang merah, bawang
daun, jenis bawang lainnya dan tomat, sedangkan tanaman inang lainnya tembakau, kopi,
ubi jalar, waluh, bayam, kentang, kapas, tanaman dari famili Crusiferae, Crotalaria dan
kacang-kacangan.

Cara Pengendalian :

• Menggunakan tanaman perangkap seperti kenikir kuning.


• Menggunakan mulsa perak
• Sanitasi lingkungan dan pemotongan bagian tanaman yang terserang thrips.
• Penggunaan perangkap warna kuning sebanyak 40 buah per ha atau 2 buah per
500 m2 yang dipasang sejak tanaman berumur 2 minggu. Perangkap dapat dibuat
dari potongan bambu yang dipasang plastik map warna kuning. Plastik diolesi
dengan lem agar thrips yang tertarik menempel. Apabila plastik sudah penuh
dengan thrips maka plastik perlu diganti.
• Pemanfaatan musuh alami yang potensial untuk mengendalikan hama thrips,
antara lain predator kumbang Coccinellidae, tungau, predator larva Chrysopidae,
kepik Anthocoridae dan patogen Entomophthora sp Ulat Grayak

f) Kutu kebul
Gejala serangan :

Gejala serangan pada daun berupa bercak nekrotik, disebabkan oleh rusaknya sel-sel
dan jaringan daun akibat serangan nimfa dan serangga dewasa. Pada saat populasi tinggi,
serangan kutu kebul dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Embun muda yang
dikeluarkan oleh kutu kebul dapat menimbulkan serangan jamur jelaga yang berwarna
hitam, menyerang berbagai stadia tanaman. Keberadaan embun jelaga menyebabkan
terganggunya proses fotosintesis pada daun.

Kisaran inang serangga ini cukup luas dan dapat mencapai populasi yang besar dalam
waktu yang cepat apabila kondisi lingkungan menguntungkan. Beberapa tanaman
pertanian yang menjadi inang kutu kebul adalah kentang, timun, melon, labu, terong,
cabai, lettuce dan brokoli. Selain kerusakan langsung oleh isapan imago dan nimfa, kutu
kebul sangat berbahaya karena dapat bertindak sebagai vektor virus. Sampai saat ini
tercatat 60 jenis virus yang ditularkan oleh kutu kebul antara lain Geminivirus,
Closterovirus, Nepovirus, Carlavirus, Potyvirus, Rod-shape DNA Virus.

Pengendalian :

• Pemanfaatan musuh alami, seperti predator, parasitoid dan patogen serangga.


• Predator yang diketahui efektif terhadap kutu kebul, antara lain Menochilus
sexmaculatus (mampu memangsa larva Bemisia tabaci sebanyak 200 – 400
larva/hari), Coccinella septempunctata, Scymus syriacus, Chrysoperla carnea,
Scrangium parcesetosum, Orius albidipennis, dll.
• Parasitoid yang diketahui efektif menyerang B. Tabaci adalah Encarcia adrianae
(15 spesies), E. Tricolor, Eretmocerus corni (4 spesies), sedangkan jenis
patogen yang menyerang B. Tabaci, antara lain Bacillus thuringiensis,
Paecilomyces farinorus dan Eretmocerus.
• Penggunaan perangkap kuning dapat dipadukan dengan pengendalian secara
fisik/mekanik dan penggunaan insektisida secara selektif. Dengan cara tersebut
populasi hama dapat ditekan dan kerusakan yang ditimbulkannya dapat dicapai
dalam waktu yang relatif lebih cepat.
• Sanitasi lingkungan
• Tumpangsari antara cabai dengan Tagetes, penanaman jagung disekitar tanaman
cabai sebagai tanaman perangkap.
• Sistem pergiliran tanaman (rotasi) dengan tanaman bukan inang, seperti tanaman
kentang dan mentimun.
• Penggunaan pestisida selektif sebagai alternatif terakhir antara lain Permethrin,
Amitraz, Fenoxycarb, Imidacloprid, Bifenthrin, Deltamethrin, Buprofezin,
Endosulphan dan asefat.
g) Kutu daun persik

Kutu daun yang berada pada permukaan bawah daun mengisap cairan daun muda dan
bagian tanaman yang masih muda. Daun yang terserang akan tampak berbercak-bercak.
Hal ini akan menyebabkan daun menjadi keriting. Pada bagian tanaman yang terserang
akan didapati kutu yang bergerombol. Bila terjadi serangan berat daun akan berkerut-
kerut (menjadi keriput), tumbuhnya kerdil, berwarna kekuningan, daun-daunnya terpuntir,
menggulung kemudian layu dan mati. Kutu daun persik merupakan hama yang menjadi
hama utama karena beberapa alasan diantaranya mampu bertahan hidup pada hampir
semua tanaman budidaya, merupakan penular yang paling efisien dibandingkan hama
lainnya.

Tanaman inangnya lebih dari 400 jenis, dengan inang utama pada sayuran adalah cabai,
kentang dan tomat. Kutu ini dapat berperan sebagai vektor lebih dari 90 jenis virus
penyakit pada sekitar 30 famili tanaman antara lain meliputi jenis kacang-kacangan, bit-
gula, tebu, kubis-kubisan, tomat, kentang, jeruk dan tembakau.

Populasi hama ini dapat meningkat pada musim kemarau, seballiknya pada musim hujan
populasi akan turun

Pengendalian :

Pengendalian hama kutu daun ini dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida, bila
populasi tinggi (ambang batas), yaitu lebih dari 50 setiap tanaman pada tanaman muda,
tanaman pindahan, hampir panen. Musuh alami kutu daun ini dapat berupa parasitoid
yaitu Diaretiella rapae, sedangkan predator yang berfungsi sebagai musuh alami dari
hama ini seperti kumbang macan, laba-laba, larva dari syrphid, dan belalang sembah.
h) Kutu Daun (Aphididae)

Serangan berat biasanya terjadi pada musim kemarau. Bagian tanaman yang diserang oleh
nimfa dan imago biasanya pucuk tanaman dan daun muda. Daun yang diserang akan
Aphid juga dapat berperan sebagai vektor virus (50 jenis virus) seperti, Papaya Ringspot
Virus, Watermelon Mosaic Virus, Cucumber Mosaic Virus (CMV).

Penyebaran hama ini sangat luas, meliputi daerah beriklim tropis dan sedang kecuali
Canada bagian utara dan Asia bagian utara. Kisaran inang dari hama ini cukup luas,
seperti tanaman dari family Fabaceaae (Legumes, Lucerne), Solanaceae, Cucurbitaceae
dan asteraceae. Kutu daun menyebabkan kerusakan yang cukup serius pada beberapa
tanaman sayuran, seperti asparagus, cabai, terong dan okra. Selain tanaman sayuran, kutu
daun juga menyebabkan kerusakan yang cukup parah pada jeruk, kapas dan melon.

Pengendalian :
Pengendalian dapat dilakukan dengan menginfestasikan musuh alami seperti, parasitoid
Aphelinus gossypi (Timberlake), Lysiphlebus testaceipes (Cresson), predator Coccinella
transversalis atau cendawan entomopatogen Neozygites fresenii.

i) Tungau (Polyphagotarsonemus latus danTetranychus sp.)


Gejala Serangan:

Tungau menyerang daun-daun muda dengan cara menghisap cairan tanaman dan
menyebabkan kerusakan sehingga terjadi perubahan bentuk menjadi abnormal dan
perubahan warna seperti daun menebal dan berubah warna menjadi tembaga atau
kecokelatan. Daun menjadi kaku dan melengkung ke bawah, menyusut dan keriting.
Tunas dan bunga gugur. Serangan berat terjadi pada musim kemarau, biasanya serangan
bersamaan dengan serangan Thrips dan kutu daun.

Pengendalian :

Sanitasi dengan mengeradikasi bagian tanaman yang terserang kemudian dimusnahkan.


Pemanfaatan musuh alami yaitu predator Ambhyseins cucumeris
Pengendalian dengan akarisida yang efektif, terdaftar dan diijinkan Menteri Pertanian
dilakukan apabila ditemukan gejala kerusakan daun dan populasi tungau.
j) Gangsir

Hama ini dikenal polifag selain memakan cabai ia menyerang bawang merah dan kentang
serangannya dengan cara memotong tanaman muda yang baru dipindah dari pembibitan
kadang-kadang ia merusak akar hingga layu dan mati pengendaliannya menutup mulsa
dengan mencampur terlebih dahulu pupuk kimia dasar dan Regent 0,3 gram 10 kilo per
hektar Selain itu bisa dengan cara membuat umpan disudut-sudut sekitar tanaman umpan
berupa campuran dedak 1 kilo gula merah daun cabai dan decis 2,5 EC 0,31 per hektar
atau Regent 50 SC 0,51 hektar

Pengendalian Hama Gangsir

Apabila serangan belum terlalu banyak, gunakan pestisida alami Pestona yang disiramkan
dalam lubang tanam. Aplikasi pengendalian sebaiknya dilakukan pada sore hari.
Apabila serangannya sudah melebihi ambang batas bisa dilakukan dengan pengendalian
secara kimia, yaitu dengan penyemprotan/penyiraman insektisida berbahan aktif
karbofuran sebanyak 1 gram pada lubang tanam. Campurkan AERO 810 sebagai bahan
pelarut untuk membantu bahan aktif pestisida tersebut lebih tahan lama berada di sekitar
tanaman serta tidak mudah hilang tergerus air hujan.
k) Oteng-Oteng (Epilachna sparsa)

Serangga dewasa oteng-oteng berupa kumbang kecil yang panjangnya lebih kurang 1 cm
berwarna merah dengan bintik-bintik hitam Larva memiliki Duri seperti landak Larva
merupakan stadium hama yang paling merusak tanaman Larva dan Imago memakan
permukaan daun bagian atas dan bawah, sedangkan lapisan epidermis dan tulang daun
ditinggalkan.

Cara mengendalikan hama oteng-oteng


• Menaburkan nematisida pada pangkal batang segera setelah tanaman terlihat
tumbuh.
• Memungut oteng-oteng secara manual dan memusnahkannya.
• Penyemprotan dengan insektisida seperti regent, curacron, dursban, dan matador.

Cara mencegah hama oteng oteng


• Pergiliran tanaman dengan tanaman lain yang tidak sejenis
• Tidak menanam pada lahan bekas atau dekat dengan tanaman terung, timun,
melon, labu dan semangka
• Pengolahan lahan secara tepat
• Pembalikan tanah dan penjemuran selama dua minggu sebelum tanam agar telur
dan larva oteng-oteng mati
• Mencampur benih dengan nematisida sebelum tanam seperti curater, pentakur,
karbofuran dan furadan.
2. PENYAKIT

a) Anthracnose buah

Antraknosa pada cabai ditandai dengan munculnya bintik-bintik hitam kecil melingkar
pada kulit buah yang menyebar ke arah sumbu panjang, sehingga menjadi lebih kurang
berbentuk elips.

Saat infeksi berlanjut, bintik-bintik menjadi menyebar dan abu-abu hitam atau kehijauan
maupun kotor, atau dibatasi secara mencolok oleh garis luar hitam tebal dan tajam yang
menutupi area berwarna hitam atau jerami yang lebih terang.

Antraknosa biasanya berkembang dalam kondisi kelembaban tinggi ketika curah hujan
terjadi setelah buah mulai matang. Penyakit ini lebih mungkin berkembang pada buah
yang matang, meskipun dapat juga terjadi pada buah yang belum matang.

Cara mencegah dan menangani penyakit antraknosa pada cabai

Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mecegah dan menangani tanaman
cabai terserang penyakit antraknosa, antara lain sebagai berikut.
• Gunakan benih atau bibit cabai bebas patogen yang sehat.
• Buang tanaman yang terserang lebih awal untuk mengendalikan penyebaran
penyakit
• Kendalikan gulma dengan baik.
• Hindari genangan air di bedengan dan ladang pembibitan untuk menghindari
infeksi jamur. Lahan harus memiliki drainase yang baik dan bebas dari sisa-sisa
tanaman yang terinfeksi.
• Gunakan fungisida karbendazim dengan takaran 2 gram per kg benih.
• Gunakan semprotan daun mengandung tembaga-oksiklorida, difenokonazol, dan
karbendazim dengan kecepatan 2 gram per liter air.
• Semprotan daun pertama diberikan pada tahap pertama daun dan semprotan
selanjutnya harus dilakukan dua kali dengan interval 20 hari.
• Saat menggunakan pestisida, selalu kenakan pakaian pelindung dan ikuti
petunjuk pada label produk, seperti dosis, waktu pemakaian, dan interval pra
panen.
b) Penyakit busuk Phytopthora

Penyakit busuk daun pada tanaman cabai disebabkan oleh jamur Phytophthora capsici.
Penyakit ini berkembang pesat terutama pada musim hujan, dimana kelembaban udara
cukup tinggi. Gejala serangan diawali dengan munculnya bercak kebasah-basahan pada
bagian tepi ataupun tengah daun. Selanjutnya akan melebar hingga daun berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan akhirnya membusuk.

Penyakit ini bisa dikendalikan dengan mengurangi dosis pemupukan nitrogen seperti urea
dan ZA. Kemudian mengatur jarak tanam agar sirkulasi udara berjalan lancar. Tanaman
yang terinfeksi sebaiknya juga dicabut dan dibakar. Penyemprotan bisa dilakukan dengan
fungisida yang memiliki perekat (jika musim hujan).

c) Rebah semai atau dumping off

Rebah semai atau penyakit yang dikenal dengan nama dumping off ini sering menyerang
tanaman cabe dalam proses persemaian. Jamur bernama Phytium sp. menjadi dalang
dibalik serangan penyakit yang satu ini pada tanaman cabe.

Gejala awal dari serangan penyakit rebah semai adalah pembusukan pada bagian batang
tanaman cabe. Sebenarnya penyakit yang satu ini dapat anda cegah dengan merendam
bibit cabe dengan fungisida terlebih dahulu.

Pengendalian :
Pengendalian dengan bahan kimia sintetik dapat dilakukan dengan aplikasi fungisida
berbahan aktif alumunium fosetil pada awal musim hujan dan selama musim hujan.
Phytophthora capsici umumnya dilakukan dengan mengaplikasikan fungisida sintetik,
baik yang bersifat sistemik maupun kontak. Fungisida sistemik yang digunakan umumnya
berbahan aktif dimetomorf atau simoksanil, sedangkan fungisida kontak berbahan aktif
Mankozeb, Propineb, Klorotalonil, dan Maneb. Fungisida diaplikasikan sesuai petunjuk
dengan interval 3 hari sekali. Rotasi fungisida dengan bahan aktif berbeda diperlukan
untuk mencegah resistensi dan terbentuknya galur baru patogen tanaman.

d) Penyakit layu fusarium

Gejala Penyakit Layu Fusarium


Menguningnya daun pisang dari mulai daun yang tua, menguning mulai dari pinggiran
daun, Pecah batang, perubahan warna pada saluran pembuluh, Ruas daun memendek,
Perubahan warna pada bonggol pisang. Biasanya batang yang terserang mengeluarkan
bau busuklayu fusarium akan tampak layu dan semakin parah hingga mati membutuhkan
waktu sekitar 7-10 hari.
Hingga saat ini memang belum ditemukan fungisida kimia yang benar-benar efektif untuk
mengatasi serangan layu fusarium. Namun demikian jamur patogen ini tetap bisa
dikendalikan populasinya pada lahan pertanian.
Berikut merupakan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan serangan
layu fusarium yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum.
• Perlakuan Trichoderma
Trichoderma merupakan agensia hayati berupa jamur baik yang dapat melawan
perkembangan jamur patogen, atau biasa disebut dengan fungisida alami.
Fungisida alami ini sangat efektif dan efisien untuk mencegah layu fusarium.
Cara penggunaannya adalah dengan mencampurkannya dengan pupuk kandang
sebagai pupuk dasar atau bisa juga dengan dikocorkan pada setiap lubang
tanaman.
• Mencabut tanaman bergejala
Jika sudah terlihat adanya tanda-tanda tanaman layu karena layu fusarium, maka
sebaiknya tanaman tersebut segera dicabut dan kemudian dibakar. Jika perlu,
tanah bekas tanaman terserang tersebut juga dapat ikut dibuang atau dapat
disemprotkan dengan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil atau tembaga
hidroksida. Hal ini dilakukan untuk mencegah penularan yang lebih cepat ke
tanaman yang masih sehat.
• Penggunaan pupuk yang tepat
Mengurangi penggunaan pupuk berkadar N tinggi, seperti urea. Jika perlu,
gunakan pupuk NPK. Penggunaan urea yang berlebihan akan menyebabkan
tanaman sukulen dan mudah terserang penyakit ini.
• Rotasi tanaman
Melakukan pergiliran tanam dengan tanaman yang tahan terhadap layu fusarium
guna mengendalikan populasi dan perkembangan jamur fusarium oxysporum di
lahan pertanian. Perlu untuk diketahu bahwa selain menyerang pada tanaman
cabai, layu fusarium ini juga dapat menyerang pada tanaman tomat, terong,
semangka, melon, pisang, jeruk, kubis, timun dan masih banyak yang lainnya.
e) Penyakit layu bakteri

Gejala awal ditunjukan oleh serangan bakteri ini adalah layu pada daun tanaman. Daun-
daun muda akan layu hingga keujung percabangan pada waktu cuaca panas, kemudian
akan terlihat segar pada malam hari ketika cuaca sedang dingin. Beberapa daun muda
layu dan daun tua bagian bawah menguning, apabila bagian tanaman yang terinfeksi
(batang, cabang dan tangkai daun) di belah akan tampak pembuluh berwarna coklat.

Untuk mengatasi serangan layu bakteri, Mengunakan obat Nufarm memiliki produk
andalan yakni Bakterisida Starner 20 WP dengan bahan aktif asam oksolinik 20 %.
f) Penyakit bercak daun

Bercak daun atau biasa disebut dengan Frog Eyes disebabkan oleh serangan jamur
Cescospora capsici. Serangan jamur ini berkembang pesat pada saat musim hujan,
sehingga perlu adanya pengaturan jarak tanam yang lebih lebar untuk mengatur
kelembabannya. Gejala yang timbul jika tanaman cabai terserang oleh jamur ini adalah
munculnya bercak kecil berbentuk bulat pada daun, dengan warna coklat muda pada
intinya dan warna coklat tua pada bagian luar lingkarannya. Bercak yang semula kecil ini
akan berkembang merata hingga daun menjadi kering dan rontok.

Pengendalian terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan mencabut atau memusnahkan
tanaman yang terserang, melakukan rotasi tanaman yang bukan dari famili solanaceae
(tomat, terong, bawang), serta menanam bibit yang bebas penyakit pada lahan yang tidak
terkontaminasi penyakit.

Alternatif terakhir bisa dengan penyemprotan fungisida menggunakan Kasumin 2 cc/lt,


Difolatan 4 cc/lt, Phycozan, Dithane M-45, Daconil, Topsin, Antracol dan Delsen.

g) Penyakit virus mozaik ketimun

Virus mosaik ketimun adalah virus tanaman yang berbentuk polihedral dengan diameter
28 nm, menginfeksi lebih dari 775 spesies tumbuhan dalam 67 famili dan dapat ditularkan
oleh 75 spesies afid secara non-persistent (Murant dan Mayo, 1982). Virus mosaik
ketimun mempunyai kisaran inang yang sangat luas, terdapat pada tanaman sayuran,
tanaman hias dan tanaman buah-buahan. Selain menyerang tanaman ketimun, virus
mosaik ketimun juga dapat menyerang melon, labu, cabai, bayam, tomat, seledri, bit,
tanaman polong-polongan, pisang, tanaman famili Crucifereae, delphinium, gladiol, lili,
petunia, zinia dan beberapa jenis gulma (Agrios, 1988). Dibeberapa negara, virus mosaik
ketimun telah menyebabkan penyakit yang berat pada tanaman tertentu. Virus mosaik
ketimun terdapat hampir di semua negara dan strain yang berbeda sifat biologinya telah
dilaporkan dari berbagai tempat. Virus mosaik ketimun mempunyai banyak strain, oleh
karena itu mempunyai jumlah inang yang banyak serta gejala yang ditimbulkan beragam.

Gejala penyakit virus pada populasi tanaman inang merupakan hasil interaksi antara
virus, tanaman inang, dan lingkungan. Faktor lain yang berpengaruh adalah campur
tangan manusia yang berperan dalam mengubah sistem pertanaman (Akin, 2006).
Manusia mempunyai peran yang sangat penting dalam penyebaran penyakit virus dan
vektornya. Manusia dapat mempengaruhi patogenisitas virus, kerentanan tanaman
terhadap virus maupun vektor dan terhadap lingkungan disekitar pertanaman. Manusia
merupakan salah satu media yang sangat penting dalam penyebaran penyakit, karena
mempunyai mobilitas yang tinggi sehingga dalam waktu singkat dapat membawa
tanaman sekaligus vektor dan penyakitnya ke tempat-tempat yang jauh dalam waktu yang
relatif singkat, meskipun harus melalui barier yang sangat keras (Wahyuni, 2005).

Faktor lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap perkembangan penyakit virus dan
vektornya adalah : 1) curah hujan; 2) Angin; 3) suhu udara; dan 4) jenis tanah dan
kelengasannya. Curah hujan sangat berperan dalam perkembangan penyakit virus yang
mempunyai vektor soilborne dan airborne Curah hujan di daerah tropika dan sub tropika
berkaitan langsung dengan kelembaban udara yang tinggi. Infeksi virus pada tumbuhan
lebih banyak terjadi pada musim semi atau hujan. Kelembaban udara yang tinggi
menyebabkan jaringan palisade daun memanjang dan teksturnya menjadi lebih lemas.
Angin berpengaruh terhadap penyebaran vektor, sehingga virus yang dibawanya bisa
lebih cepat menyebar. Suhu dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan musim. Musim panas
intensitas cahaya sangat tinggi, dan panjang hari lebih lama, keadaan ini menyebabkan
daun menjadi lebih tebal dan teksturnya agak keras. Suhu berpengaruh pada pergerakan
dan kecepatan memperbanyak diri vektor airborne.

Pengendalian :
Sampai sekarang belum ditemukan agensia yang efektif untuk mengobati penyakit virus.
Tanaman yang sudah terinfeksi virus sudah tidak mungkin sembuh dari penyakit tersebut,
sehingga akan menjadi sumber infeksi bagi tanaman sehat disekitarnya. Seranggga vektor
banyak berperan dalam penyebaran penyakit virus yang berasal dari sumber inokulum.
Beberapa jenis kutu daun ditularkan secara persisten maupun non persisten. Virus non
persisten yang ditularkan oleh kutu daun lebih banyak berperan dalam penularan penyakit
virus dengan cara menghisap cairan tanaman yang sudah terserang virus kemudian
menularkannya kembali pada tanaman sehat dengan cara menusukkan styletnya sebelum
mati. Pengendalian serangga vektor dengan insektisida kimia tidak banyak berpengaruh
terhadap pengendalian penyakit virus non persisten. Terkait dengan isu global mengenai
residu pestisida pada tanaman, pengendalian penyakit secara kimiawi mempunyai
dampak negatif terhadap lingkungan dan mikroorganisme non target. Pengendalian virus
yang efektif dan efisien saat ini belum banyak diketahui. Sejauh ini pengendalian virus
masih bersifat preventif, yang dilakukan dilakukan secara tidak langsung dengan
memadukan beberapa metode yaitu : 1) pencegahan infeksi di lapang misalnya dengan
rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan inang virus maupun vektornya, menekan
populasi vektor, 2) mencegah penyebaran di dalam tanaman misalnya dengan
menghilangkan gulma inang, mencegah penularan mekanis, 3) menanam bibit bebas
virus, 4) tanam serempak dan 5) proteksi silang. Alternatif pengendalian CMV dengan
vaksin Carna-5 sebagai biokontrol.

h) Penyakit virus kuning

Tanaman cabai yang terserang virus kuning, daun dan batangnya akan terlihat
menguning. Penyakit ini disebut juga dengan penyakit bule, penyebabnya adalah virus
Gemini yang bisa dibawa dari benih ditularkan oleh kutu.
Penyakit yang disebabkan virus tidak akan mempan dengan penyemprotan racun-racun
kimia. Pengendalian harus dilakukan semenjak dini, dengan memilih benih unggul dan
tahan serangan virus. Selain itu bisa juga dengan membasmi hama yang menjadi
vektornya, seperti kutu. Untuk menaikkan daya tahan tanaman cabe terhadap serangan
virus kuning, bisa dengan mengintensifkan pemupukan, misalnya penggunaan pupuk
organik cair yang mengandung zat hara makro dan mikro lengkap. Tujuannya agar
tanaman cabe tumbuh subur sehingga lebih tahan terhadap patogen.

i) Penyakit virus mozaik tembakau

Ciri dari serangan TMV berupa corak-corak kekuningan pada daun. TMV umumnya
ditularkan oleh serangga thrips dan aphids (kutu daun). Mereka menyerap cairan tanaman
sambil menularkan virus tersebut ke dalam jaringan sel tanaman.
Pencegahan

Mengendalikan hama-hama vektornya dengan insektisida dan akarisida (pembasmi


tungau) yang tepat bahan aktif, dosis dan intervalnya.
merotasi jenis tanaman dengan tanaman yang tidak sefamili juga dapat menghambat mata
rantai penularan virus.
menanam varitas tanaman yang masih resisten terhadap virus. Tanaman yang masih
resisten terhadap virus adalah varietas-varietas baru tertentu, atau varietas lokal yang
masih mampu memproduksi senyawa fenol secara alamiah untuk melawan virus.

• Meningkatkan resistensi tanaman


Tanaman mempunyai mekanisme alamiah dalam bertahan dari gangguan apapun
dengan pembentukan senyawa fenolat. Selain untuk beradaptasi melawan cuaca,
fenol digunakan untuk menghambat replikasi virus. Namun ketika gangguan
terlalu berat dan bermacam-macam, tanaman akan kewalahan. Pembentukan zat
fenol ini selain membutuhkan unsur hara yang cukup, juga membutuhkan energi
yang sangat besar. Tanaman memperoleh energi dari sinar matahari dan senyawa
Adenosine Triphosphate (ATP). Saat memasuki fase generatif atau di saat
menghadapi perubahan cuaca yang tak stabil energi tanaman terkuras. Itulah
sebabnya pada fase-fase tersebut penyakit lebih mudah masuk dan berdampak
pada tanaman.

Lantas bagaimana jika kita sudah memberikan pupuk fosfat secara cukup namun
kondisi tanaman masih lemah? Hal ini menandakan unsur P tidak terserap secara
optimal karena berbagai kendala pada tanah seperti pH dan sifat fisik tanah.
Unsur P hanya cukup bagi pembentukan organ-organ seperti bunga, biji, tunas
dan percabangan, tanpa tersisa untuk pembentukan energi tanaman. Untuk itu
berikan unsur P agak melebihi kebutuhan standar tanaman terutapa pada fase-fase
peralihan. MORDEN-FOL merupakan pupuk spesial fosfat dan magnesium
dalam bentuk cair yang paling cocok untuk keperluan tersebut.

• Pemulihan tanaman
Ini bagian yang tak kalah penting dan kebanyakan kita lupakan. Tanaman yang
terdampak oleh virus tentu akan menurun kualitas pertumbuhan dan
produktivitasnya, sehingga perlu selalu kita pulihkan kondisinya. Usaha
pemulihan ini "tidak" harus menunggu hingga virus dan hama-hama vektornya
berhasil dikendalikan. Tetapi harus dilakukan secara rutin dan
berkesinambungan. Perlu diketahui, setiap tanaman yang terserang virus selalu
berusaha untuk memulihkan dirinya sendiri secara alamiah agar dapat bertahan
hidup. Namun seringkali tanaman kewalahan menghadapi perkembangan virus
yang cukup massive. Untuk membantu tanaman dalam memulihkan kondisinya,
perlu dibantu dengan pemberian VITARON yang mengandung unsur-unsur
mikro dalam komposisi yang tepat, disamping pemupukan dan pengendalian
hama secara berkesinambungan. Ketika tanaman berhasil dipulihkan tugas
selanjutnya adalah mempertahankan produktivitas atau mengejar kerugian yang
terjadi selama tanaman terdampak virus. Aplikasi KALINET adalah pilihan
paling tepat untuk mengejar produktivitas panen.

j) Penyakit virus y kentang

Gejala virus Kentang Y (PVY) pada tanaman cabai umumnya berupa gejala sistemik.
Pada daun berupa penguningan ringan, mosaik, dan belang (mottle). Tulang daun
menunjukkan gejala vein banding (tulang daun berwarna lebih gelap), vein clearing
(tulang daun berwarna pucat), dan klorosis interveinal. Tanaman yang terinfeksi menjadi
sangat kerdil dibandingkan tanaman sehat
Bentuk tanamannya menjadi lebat seperti semak. Buah dari tanaman terinfeksi
menunjukkan gejala berupa garis-garis ungu klorotik, berubah bentuk, dan kulit buah
menjadi kasar. Sebagian besar bunga gugur sebelum dapat membentuk buah. Tingkat
keparahan gejala tergantung pada varietas, strain virus, usia inang pada saat infeksi, dan
kondisi lingkungan. Gejala yang muncul umumnya lebih berat jika terjadi infeksi ganda
yang bersifat sinergis.
Pengendalian penyakit akibat infeksi virus Kentang Y (PVY)dapat dilakukan secara
mekanis, kultur teknis, serta biologis. Hal tersebut dilakukan sebagai pencegahan (strategi
preventif), maupun secara kimiawi yang dilakukan sebagai cara pengendalian terakhir
sebagai strategi kuratif. Pengendalian yang dapat dilakukan, yaitu:

• Penggunaan benih sehat


Benih yang sehat akan menghasilkan tanaman dengan pertumbuhan yang baik.
Tanaman yang sehat memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap hama dan
penyakit.
• Pengelolaan intensif pada pembibitan
Pengelolaan yang baik pada saat pembibitan dapat menghindarkan tanaman
terinfeksi virus saat masih bibit. Tempat persemaian disungkup dengan kelambu
dari kain kasa atau plastik yang dilubangi untuk menghindari infestasi kutu daun.
Pemilihan tempat persemaian diutamakan yang jauh dari lahan yang sudah
terinfestasi penyakit.
• Pemasangan sticky trap
Pemasangan sticky trap mampu membantu mengurangi populasi kutu daun.
Sticky trap berwarna kuning dan berbentuk persegi panjang lebih efektif
menangkap kutu daun dibandingkan sticky trap dengan warna dan bentuk lain.
Selain sebagai metode pengendalian, pemasangan sticky trap juga digunakan
untuk memantau populasi hama di pertanaman. Sticky trap yang digunakan
berjumlah 2 buah per 500 m2 dan dipasang pada saat tanaman cabai berumur 2
minggu.
k) Penyakit: Virus Kerupuk(Bulai Amerika)

Virus ini menyerang tanaman berusia dibawah 1 bulan setelah tanam pada usia diatas 45
HST tanaman relatif tahan dari serangan ada beberapa dugaan
mengenai biang keladi Penyakit ini antara lain kutu putih sebagai salah satu Factor pola
tanam yang terus-menerus dan bahkan ada kemungkinan bibit yang digunakan telah
tercemar meski belum bisa diberantas tuntas penyebaran Penyakit ini bisa diminimalisasi
dengan berbagai perlakuan misalnya mencabut tanaman serangan dan langsung dibakar
Selain itu pergantian tanaman atau rotasi sangat diperlukan coronavirus Ini memang
spesifik menyerang cabai
Pengendalian :
• Penggunaan pupuk berimbang yakni 20-30 ton pupuk kandang,
0,1 sampai 0,5 ton Urea, 0,3 sampai 0,45 ton ZA, 0,1 sampai 0,5 ton TSP, dan
0,15 sampai 0,2 KCL
• Cabai perlu diberi mulsa plastik terutama penanaman di dataran tinggi.

Anda mungkin juga menyukai