Anda di halaman 1dari 5

Irna Ningsih

A014221001

Akuntansi Manajemen Lingkungan

Tuntutan ramah lingkungan bukan saja berasal dari pemerintah yang semakin banyak
mengeluarkan peraturan-peraturan untuk memaksa perusahaan menjadi ramah lingkungan,
namun juga banyak perusahaan yang memasukkan unsur ramah linkungan sebagain dari
strateji usaha mereka. Perusahaan dituntut untuk menjadi eco-effisien yang berarti
kemampuan memproduksi barang untuk memuaskan konsumen dengan biaya yang
kompetitif, namun juga sekaligus mengurangi dampak negative terhadap lingkungan.

1. Fungsi Akuntansi Manajemen Lingkungan


Menurut IFAC (2005) akuntansu manajemen lingkungan (environmental management
accounting) merupakan lingkungan sekaligus kinerja organisasi melalui
pengembangan dan implementasi sistem dan praktek akuntansi yang sesuai dengan
kebutuhan organisasi tersebut. Pada dasarnya terdapat tiga hal utama dalam akuntansi
manajemen ingkungan, yaitu:
 Kepatuhan (Compliance) – dalam hal ini akuntansi manajemen lingkungan
dapat memberikan informasi mengenai kepatuhan perusahaan terhadap
peraturan-peraturan yang terkait dengan lingkungan yang dibuat oleh
pemerintah.
 Eco-Effisien - dalam hal ini akuntansi manajemen lingkungan harus dapat
melakukan monitoring terhadap efisiensi penggunaan sumber daya alam
seperti penggunaan bahan baku, bahan bakar, air, dan lainnya, dan dampaknya
terhadap lingkungan dan juga biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
 Posisi stratejik – dalam hal ini organisasi harus membuat program-program
yang terkait dengan lingkungan untuk mencapai tujuan jangka panjang
perusahaan. Akuntansi manajemen lingkungan harus dapat memonitor apakah
biaya-biaya yang dikeluarkan dapat mencapai tujuan tersebut.
2. Pengelolaan dan Pengendalian Biaya Lingkungan
Pengelolaan dan pengendalian biaya lingkungan dapat dilakukan dengan membagi
biaya yang terkait dengan biaya lingkungan empat bagian, yaitu:
1) Biaya lingkungan yang bersifat pencegahan (Environmental prevention costs)
Yang termasuk dalam kategori ini adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
menjalankan kegiatan-kegiatan yang dapat dipergunakan untuk menjaga agar
perusahaan dalam melakukan aktivitasnya tidak menghasilkan sesuatu yang dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan. Contoh dari kelompok biaya ini adalah:
 Memilih dan mengevaluasi pemasok, sehingga didapatkan permasoj yang
ramah lingkungan
 Merancang proses produksi yang ramah lingkungan
 Memperoleh Sertfikasi ISO 14001
 Merancang produk yang ramah lingkungan
2) Biaya lingkungan yang bersifat pemeriksaan (Environmental appriasl costs)
Biaya-biaya ini dikeluarkan untuk memastikan apakah produk yang dihasilkan
perusahaan, ataupun proses dan aktivitas yang dilakukan perusahaan memang
sudah sesuai dengan standar lingkungan yang terdapat pada peraturan pemerintah
ataupun peraturan perusahaan sendiri. Aktivitas-aktivitas ini dilakukan untuk
dapat mendeteksi sedini mungkin jika terdapat produk atau proses yang tidak
sesuai dengan peraturan atau standar tersebut, sehingga jangan sampai dampaknya
meluas. Contoh dari kelompok biaya ini adalah:
 Melakukan pemeriksaan (audit) terhadap aktivitas yang berkaitan dengan
lingkungan
 Melakukan inspeksi terhadap produk dan proses yang dilakukan
 Mengembangkan tolak ukur yang berkaitan dengan lingkungan
 Melakukan testing untuk melihat apakah terhadap konstaminasi
3) Biaya lingkungan karena adanya kegagalan internal (Environmental external
failure costs)
Biaya-biaya ini muncul karena dalam kegiatannya perusahaan menghasilkan
elemen-elemen yang dapat merusak lingkungan, namun elemen-elemen tersebut
dapat dikendalikan oleh perusahaan, sehingga tidak mencemari lingkungan.
Contoh dari kelompok biaya ini adalah:
 Biaya untuk mengamankan dan membuang akses produksi yang tidak
ramah lingkungan.
 Biaya untuk mengoperasikan dan memelihara perlatan yang berkait
dengan polusi.
4) Biaya Lingkungan karena adanya Kegagalan Eksternal (Enviromental
External Failure Costs)
Biaya-biaya ini muncul, karena elemen-elemen yang dapat merusak lingkungan
yang dihasilkan perusahaan, ternyata mengkontaminasi lingkungan. Contohnya,
adalah kasus kapal tanker pengangkut minyak yang karam, yang mengakibatkan
tumpahan minyak ke laut. Environmental failure costs dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu:
 Realized exteral failure costs, dalam hal ini adalah biaya-biaya yang benar
benar dikeluarkan perusahaan, karena adanya kontaminasi atau kerusakan
lingkungan akibat kegiatan operasi perushaan. Contoh dari biaya-biaya ini
adalah:
 Biaya untuk membersihkan minyak yang tertumpah di laut karena
bocor atau karamnya kapan tanker pengangkut minyak.
 Biaya untuk membersihkan danau atau sungai yang tercemar.
 Biaya yang dikeluarkan untuk membayar ganti rugi pada penduduk
atau pihak ketiga karena kerusakan lingkungan yang dibuat
perusahaan.
 Unrealized external failure (societal) costs, dalam kasus ini kontaminasi
dan kerusakan lingkungan memang berasal dari kegiatan operasi
perusahaan, namun biaya yang timbul tidak ditanggung oleh perusahaan,
tapi ditanggung oleh pihal lainnya diluar perusahaan. Contoh dari biaya-
biaya ini adalah:
 Kesehatan penduduk yang menurun karena sungai terkontaminasi
 Mata pencaharian nelayan yang hilang karena laut terkontaminasi

Prinsip pengelolaan biaya lingkungan identik dengan prinsip pengelolaan biaya


kualitas. Biaya lingkungan terbesar yang dihadapi perusahaan adalah biaya
lingkungan karena adanya kegagalan eksternal. Biaya ini emang jarang muncul.
Namun jika biaya tersebut muncul, biaya ini dapat membebani perusahaan
bahkan dapat menyebabkan kebangkrutan. Perusahaan dapat melaporkan dan
menyajikan biaya-biaya tersebut dalam bentuk laporan biaya lingkungan.
Perusahaan juga dapat menyajikannya dalam laporan keberlanjutan
(sustainability report) dengan berpedoman pada GRI-G4 yang dipublikasikan
oleh Global Reporting intiatives.

3. Manfaat Mengadopsi Akuntansi Lingkungan


 Membantu manajer untuk menargetkan area operasi bagi pengurangan biaya
dan perbaikan dalam ukuran lingkungan dan kualitas.
 Membantu dengan penanganan keefektifan biaya lingkungan atau ukuran
perbaikan kualitas.
 Peningkatan kepedulian terhadap isu-isu lingkungan, kesehatan, dan
keselamatan kerja
 Memotivasi untuk mencari cara kreatif untuk mengurangi biaya-biaya
lingkungan.
4. Triple-Bottom-Accounting
Di bidang ekonomi, triple bottom line (TBL) menyatakan bahwa perusahaan
harus berkomitmen untuk berfokus sebanyak mungkin pada masalah sosial dan
lingkungan seperti yang mereka lakukan pada keuntungan
Triple bottom accounting merupakan kerangka yang melihat dari tiga sisi,
yaitu people, planet dan profit. Dalam pelaporan keuangan secara tradisional,
biasanya perusahaan hanya melaporkan profit atau keuntungan yang dihasilkan
perusahaan. Namun, demikian apa yang terjadi apabila profit tersebut diperoleh
dengan kegiatan yang merusak lingkungan atau pundengan melakukan outsourcing
pada perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan pekerja dibawah umur. Collin dan
Porras (2004) dalam penelitiannya menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang
memiliki tujuan utama untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham, biasnaya
tidak akan bertahan hidup dalam waktu yang lama.
Dari penelltiaan tersebut, perusahaan yang dapat bertahan sukses dalam waktu
yang lama adalah perusahaan-perusahaan yang berusaha untuk mencapai beberapa
tujuan (cluster of objective), dimana memaksimalkan kekayaan pemegang saham
hanya merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai dan biasnaya bukan merupakan
tujuan yang utama.
 Profit, Dalam konteks triple bottom line, laba dapat berarti lebih dari
sekadar berapa banyak uang yang dihasilkan perusahaan. Sebuah
perusahaan harus memastikan ia memperoleh pendapatannya dengan cara
yang etis dan adil.
 People, Dalam konteks triple bottom line, orang mengacu pada setiap
individu yang berhubungan dengan perusahaan. Seperti karyawan,
pelanggan dan vendor. erusahaan sebagai sebuah lembaga harus ikut
berpartisipasi dalam memberikan dampak yang positif terhadap
masyarakat. Terlebih, perusahaan kerap kali memiliki stigma buruk kepada
masyarakat yang tercermin di beberapa kasus.
Untuk itu, perusahaan harus peduli kepada masyarakat dengan
memberikan berbagai program akomodatif dengan tujuan meningkatkan
kompetensi dan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. Di lain sisi,
perusahaan akan mendapatkan citra positif dari masyarakat dan media
karena kepeduliannya dengan masyarakat.
 Planet, Ketiga, yaitu planet yang merujuk pada aspek lingkungan hidup.
Tidak dapat dipungkiri jika lingkungan menjadi harga mahal yang harus
digadaikan dari proses industrialisasi perusahaan. Untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan (sustainable development), maka saat ini
perusahaan harus memperhatikan aspek lingkungan hidup di tengah
kegiatan produksinya. Perusahaan harus ikut menjaga, mitigasi, dan
menanggulangi dampak-dampak negatif terhadap lingkungan. Polusi,
pencemaran udara, deforestasi, dan perubahan iklim adalah beberapa
dampak nyata dari kegiatan perusahaan.
Daftar Pustaka

Investopedia.com Triple Bottom Line (investopedia.com)

Modul Chartered Acoountant. Akuntansi Manajemen Lanjutan.


http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/aml/

Triple Bottom Line: Sejarah, Definisi, dan Substansinya - Olahkarsa Blog

Anda mungkin juga menyukai