Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rika Umi Mawadah

NIM : 211101020038

Kelas : PBA B-2

Dosen Pembimbing : Dr. Nino Indrianto, M.Pd.

A. Pengertian Drama

Kata drama berasal dari kata Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku,
bertindak, bereaksi, dan sebagainya. Jadi, drama berarti perbuatan atau tindakan. Drama
adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus melahirkan kehendak
manusia dengan action dan perilaku.
Istilah drama juga dikenal berasal dari kata drama (Perancis) yang digunakan untuk
menjelaskan lakon-lakon tentang kehidupan kelas menengah. Drama adalah salah satu
bentuk seni yang bercerita melalui percakapan dan action tokoh-tokohnya. Percakapan
atau dialog itu sendiri bisa diartikan sebagai action. Kata kunci drama adalah gerak. Setiap
drama akan mengandalkan gerak sebagai ciri khas drama. Kata kunci ini yang
membedakan dengan puisi dan prosa fiksi.
Drama adalah karya sastra yang dianan umuk melukiskan hidup dan aktivitas
menggunakan aneka tindakan, dialog, dan permainan karakter. Drama penuh dengan
permainan akting dan karakter yang memukau penonton. Drama merupakan karya yang
dirancang untuk pentas teater. Oleh karena itu, membicarakan drama jelas tak akan lepas
dari aspek komposisi yang kreatif.

B. Hakikat Drama

Pada hakikatnya drama adalah karya yang memiliki dua dimensi karakteristik,
yaitu dimensi seni pertunjukan dan dimensi sastra. Sebagai sebuah genre sastra, drama
memungkinkan ditulis dalam bahasa yang memikat dan mengesankan. Drama dapat ditulis
oleh pengarangnya dengan mempergunakan bahasa sebagaimana sebuah sajak. Penuh
irama dan kaya akan bunyi yang indah namun sekaligus menggambarkan watak-watak
manusia secara tajam.
Jadi drama merupakan suatu genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog-dialog
dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni pertunjukan. Paling sedikit ada tiga
pihak yang saling berkaitan dalam pementasan, yaitu sutradara, pemain, dan penonton.
Mereka tidak mungkin bertemu jika tidak ada naskah (teks). Secara praktis, pementasan
bermula dari naskah yang dipilih oleh sutradara, tentunya setelah memulai proses studi. la
memiliki penafsiran pokok atas drama itu yang selanjutnya ia tawarkan kepada para
pemain dan pekerja panggung (teknisi).
Konsep teknik bermain drama yang dirumuskan dapat disebutkan bahwa bermain
peran adalah memberi bentuk lahir pada watak dan emosi aktor, baik dalam laku dramatik
maupun di dalam ucapan. Konsep ajaran teknik bermain drama tersebut antara lain,
konsentrasi, kemampuan mendayagunakan emosional, kemampuan laku dramatik,
kemampuan melakukan observasi, kemampuan menguasai irama.

C. Sejarah Drama

Sejarah drama dapat dipaparkan menjadi dua kategori, yaitu sejarah drama di dunia
dan di Indonesia. Sejarah drama di dunia, secara singkat drama datang dari khazanah
kebudayaan Barat. Secara lebih khusus, usul kedia istilah ini dari kebudayaan atau tradisi
bersastra di Yunani. Pada awalnya, di Yunani drama muncul dari rangkaian upacara
keagamaan suatu ritual pemujaan terhadap para dewa. Istilah drama itu sendiri seperti pada
masa Aeschylus (525-456 SM) satu diantara tiga penyair tragedi Yunani sudah
menyiratkan makna peristiwa, karangan, dan risalah. Pada masa awal pertumbuhan, drama
di Barat merupakan bentuk upacara agama yang dilaksanakan di lapangan terbuka.
Sedangkan sejarah drama di Indonesia, drama merupakan kegiatan untuk ritual
keagamaan. Perkembangan drama pada dasarnya bergantung pada sejauh mana
masyarakat berinteraksi dengan dunia luar. Bentuk drama di Indonesia awalnya hanya
mengarah pada bentuk visual saja, bukan sebagai hiburan. Bentuk awal drama Indonesia
amat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, awalnya kegiatan
tersebut berupa ucapan serta lafalan, tahap berikutnya pementasan drama didukung oleh
visualisasi dengan memadukan musik dan tari di dalamnya.
Tahapan selanjutnya, drama dinobatkan sebagai media hiburan dan pertunjukan.
Cerita-cerita yang dipentaskan diangkat dari mitos-mitos dan legenda yang hidup di
masyarakat. Hal yang menarik untuk masyarakat saat menonton drama, bukan lah pada
jalan ceritanya, tetapi bagaimana cerita itu disampaikan dan membuat penonton terpesona
melalui kemampuan pemainnya yang bersifat supranatural. Sehingga kegiatan drama tetap
dianggap sakral dan serius.
Saat memasuki masa modern, yaitu pada tahun 1970-an sampai sekarang.
pengarang drama sudah banyak tersebar di Indonesia. Umumnya, pengarang drama saat
ini adalah mereka yang pernah bermain menjadi aktor. Berdasarkan pengalaman
pentasnya, kemudian mereka menyutradarai pementasan drama. Oleh karena itu,
seringkali warna dan corak naskah drama yang dihasilkan lebih berorientasi pada suasana
pentas, bukan pada jalinan cerita (kelogisannya).
Menurut Aristoteles, unsur yang membangun drama adalah Plot, yaitu jalannya
peristiwa. Watak, yaitu agen atau pelaksana sekaligus penokohan yang diperankan. Tema,
yaitu pikiran utama atau hal yang dijadikan alasan dasar sebuah drama Itu dibuat. Bahasa
yaitu unsur atau alat yang menerangkan watak. Ritme, yaitu dinamika jalannya drama yang
menciptakan suasana hati penonton dapat berubah-ubah dan terakhir adalah tontonan
(spectacle), yaitu segala sesuatu yang dapat dilihat, seperti tata panggung, tata rias, dan
lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai