Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

HAKIKAT EVALUASI PEMBELAJARAN


(Pengertian, Tujuan dan Fungsi, Prinsip, Objek dan Pendekatan)

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Workshop Instrumen Evaluasi Pembelajaran SD
diampu oleh: Ibu Siti Ruqoyyah. M. Pd

REZA AULIA RACHMAN


NPM 21060233
S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) SILIWANGI
CIMAHI
2022
1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran.
Pada hakikatnya evaluasi pembelajaran adalah proses pengukuran dan penilaian
terhadap suatu pembelajaran dimana seorang pendidik mengukur atau menilai peserta didik
dengan menggunakan alat tes. Pengukuran alat tes ini bersifat kuantitatif dengan
menggunakan perhitungan angka dalam mengukur hasil belajar peserta didik.
Sedangkan penilaian alat tes lebih bersifat kualitatif dengan menilai peserta didik
sesuai kualitas hasil belajar belajar mereka. Evaluasi pembelajaran sangatlah penting
dilakukan karena kita harus mengetahui efektif atau tidaknya suatu sistem
pembelajaran yang diterapkan oleh tenaga pendidik.

2. Tujuan Evaluasi Pembelajaran


Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui proses belajar peserta
didik apakah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah diterapkan,
mengecek hasil belajar peserta didik apakah ada kekurangan atau tidak dalam proses
pembelajaran, mencari solusi dari kekurangan yang peserta didik alami dan
mengetahui kemampuan peserta didik dalam menguasai kompetensi yang diterapkan.
Tujuan utama melakukan evaluasi dalam pendidikan adalah untuk mendapatkan
informasi yang akurat mengenai pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga
dapat diupayakan tindak lanjutnya yang merupakan fungsi dari evaluasi.
Selain itu juga ada beberapa tujuan evaluasi yaitu sbb :

a. Menilai ketercapaian tujuan.


Ada keterkaitan antara tujuan belajar, metode evaluasi, dan cara belajar
siswa. Cara evaluasi biasanya akan menentukan cara belajar siswa,
) sebaliknya tujuan evaluasi akan menentukan metode evaluasi yang
digunakan oleh seorang guru.
b. Mengukur macam-macam aspek pelajaran yang bervariasi.

Belajar dikategorikan sebagai kognitif, afektif, dan psikomotorik. Batasan


tersebut umumnya dikaitak sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai.
Semua tipe belajar sebaiknya dievaluasi dalam proporsi yang tepat. Jika
guru menyatakan proporsi sama maka siswa dapat menekankan dalam
belajar dengan proporsi yang digunakan guru dalam mengevaluasi sehingga
mereka dapat menyesuaikan dalam belajar. Guru memilih sarana evaluasi
pada umumnya sesuai dengan tipe tujuan. Proses ini menjadikan lebih
mudah dilaksanakan, jika seorang guru menyatakan tujuan dan
merencanakan evaluasi secara berkaitan.

c. Memotivasi belajar siswa.


Evaluasi juga harus dapat memotivasi belajar siswa. Guru harus menguasai
bermacam-macam teknik memotivasi, tetapi masih sedikit di antara guru-
guru yang mengetahui teknik motivasi yang berkaitan dengan evaluasi. Dari
penelitian menunjukkan bahwa evaluasi memotivasi belajar siswa sesaat
memang betul, tetapi untuk jangka panjang masih diragukan, Hasil evaluasi
menstimulasi tindakan siswa. Rating hasil evaluasi yang baik dapat
menimbulkan semangat atau dorongan untuk meningkatkan atau
mempertahankannya yang akhirnya memotivasi belajar siswa secara
kontinu.
d. Menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum.
Keterkaitan evaluasi dengan instruksional adalah sangat erat. Hal ini karena
evaluasi merupakan bagian dari instruksional. Di samping itu, antara
instruksional dengan kurikulum saling berkaitan. Beberapa guru seringkali
mengubah prosedur evaluasi dan metode mengajar yang menurut mereka
penting dan cocok, perubahan itu akan tepat, jika memang didasarkan pada
hasil evaluasi secara luas.
e. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian.
Yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program
pendidikan
dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya. Kegagalan para siswa dalam
hasil belajar yang dicapainya hendaknya tidak dipandang sebagai
kekurangan pada diri siswa semata-mata, tetapi juga bias disebabkan oleh
kesalahan strategi dalam melaksanakan program pengajaran. Misalnya
kekurangtepatan dalam memilih metode dan alat bantu mengajar.
3. Fungsi Evaluasi Pembelajaran
a. Fungsi formatif,
yakni untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk
memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program remedial jika
diperlukan bagi peserta didik.
b. Fungsi sumatif,
yaitu menentukan nilai kemajuan atau hasil belajar peserta didik dalam mata
pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk memberikan laporan kepada berbagai
pihak, penentuan kenaikan kelas, dan penentuan lulus tidaknya peserta didik.
c. Fungsi diagnostik,
yakni untuk memahami latar belakang meliputi latar psikologis, fisik, dan
lingkungan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, yang hasilnya
dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan-kesulitan
tersebut.
d. Fungsi penempatan,
yaitu menempatkan peserta didik dalam situasi pembelajaran yang tepat
(misalnya dalam menentukan program spesialisasi) sesuai dengan tingkat
kemampuan peserta didik.

Sementara itu fungsi evaluasi dikelompokkan menjadi tiga fungsi, yakni sebagai
berikut.

a. Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional.


b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar.
c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang
tuanya.

4. Prinsip Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik jika berpegang pada
tiga prinsip dasar berikut:

a. Prinsip Keseluruhan
Prinsip ini dikenal juga dengan prinsip komperhensif. Dengan prinsip ini maka
evaluasi hasil belajar dapat terlaksana dengan baik, apabila evaluasi hasil tersebut
dilaksanakan secara menyeluruh
b. Prinsip Kesinambungan
Prinsip ini dikenal dengan dengan prinsip kontinuitas, yakni evaluasi belajar yang
baik adalah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung-
menyambung dari waktu ke waktu
c. Prinsip Objektivitas
Prinsip ini mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan
sebagai evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya
subjektif.
Dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan pasal 5,
dijelaskan bahwa prinsip evaluasi atau penilaian hasil belajar antara lain adalah sebagai
berikut.
1) Sahih, yang berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur.
2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4) Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua
aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang
sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta didik.
7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
8) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
9) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari
segimekanisme, prosedur, teknik, teknik, maupun hasilnya.
5. Objek Evaluasi Pembelajaran
Objek evaluasi biasa disebut juga dengan sasaran evaluasi. Yaitu segala
sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi
tentang sesuatu tersebut

Unsur-unsur Objek Evaluasi Pembelajaran


a. Input
Calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari beberapa segi yang
menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat untuk
mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup 4 hal.
1) Kemampuan (Psikomotorik)
Untuk dapat mengikuti program dalam suatu lembaga/sekolah/institusi maka
calon siswa harus memiliki kemampuan yang sepadan. Alat ukur yang
digunakan untuk mengukur kemampuan ini disebut tes kemampuan atau
attitude test.
2) Kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan
menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal tertentu,
informasi tentang kepribadian sangat diperlukan. Alat untuk mengetahui
kepribadian seseorang disebut tes kepribadian atau pesonality test.
3) Sikap-sikap
Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai
gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap
ini merupakan sesuatu yang paling menonjol an sangat dibutuhkan dalam
pergaulan maka banyak orang yang menginginkan informasi khusus
tentangnya. Alat untuk mengukur keadaan sikap seseorang dinamakan tes
sikap atau attitude test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka lalu disebut
skala sikap atau attitude scale.
4) Inteligensi
Untuk mengetahui tingkat inteligensi ini digunakan tes inteligensi yang sudah
banyak diciptakan oleh para ahli. Dalam hal ini yang terkenal adalah tes
buatan Binet dan Simon yang dikenal dengan tes Binet-Simon. Selain itu ada
lagi tes-tes yang lain misalnya SPM, Tintum, dan sebagainya. Dari hasil tes
akan diketahui IQ (Intelligence Quotient) orang tersebut.
b. Transformasi
Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian antara lain:
1) Kurikulum/materi
2) Metode dan cara penilaian
3) Sarana pendidikan/media
4) Sistem administrasi
5) Guru dan personal lainnya
c. Output
Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui seberapa
jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka selama mengikuti program. Alat yang
digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement
test.
Kecenderungan yang ada sampai saat ini di sekolah adalah bahwa guru hanya
menilai prestasi belajar aspek kognitif atau kecerdasan saja. Alatnya adalah tes
tertulis. Aspek psikomotorik, apalagi afektif, san gat langka dijamah oleh guru.
Akibatnya dapat kita saksikan, yakni bahwa para lulusan hanya menguasai teori tetapi
tidak terampil melakukan pekerjaan keterampilan, juga tidak mampu mengaplikasikan
pengetahuan yang sudah mereka kuasai. Lemahnya pembelajaran dan evaluasi
terhadap aspek afektif ini jika kita mau introspeksi, telah berakibat merosotnya akhlak
para lulusan, yan selanjutnya berdampak luas pada merosotnya akhlak bangsa

6. Pendekatan Evaluasi Pembelajaran


a. Dilihat dari komponen pembelajaran, pendekatan evaluasi dapat dibagi empat,
yaitu pendekatan tradisional, pendekatan sistem, Criterion-Referenced Evaluation/
Penilaian Acuan Patokan (PAP), dan

b. Pendekatan Tradisional
Menurut Arifin (2017, hlm. 85-86) pendekatan evaluasi tradisional
berorientasi pada praktik evaluasi yang telah berjalan selama ini di sekolah yang
ditujukan pada perkembangan aspek intelektual peserta didik. Aspek-aspek
keterampilan dan pengembangan sikap kurang mendapatkan perhatian yang
serius. Dengan kata lain, peserta didik hanya dituntut untuk menguasai mata
pelajaran. Kegiatan-kegiatan evaluasi juga lebih difokuskan pada komponen
produk saja, sementara komponen proses cenderung diabaikan. Hasil kajian
Spencer cukup memberikan gambaran betapa pentingnya evaluasi pembelajaran.

c. Pendekatan Sistem
Evaluasi pendekatan sistem adalah evaluasi yang dilakukan melalui sistem
atau totalitas dari berbagai komponen yang saling berhubungan dan
ketergantungan. Komponen evaluasi yang dimaksud meliputi komponen
kebutuhan dan feasibility, komponen input, komponen proses, dan komponen
produk (Arifin, 2017, hlm. 86). Stuffebeam menyingkatnya sebagai CIPP, yakni
context, input, process, product.
Komponen-komponen ini harus menjadi landasan pertimbangan dalam
evaluasi pembelajaran secara sistematis. Berbeda dengan pendekatan tradisional
yang hanya menyentuh komponen produk saja. Mudahnya pendekatan ini tidak
hanya mempertimbangkan penilaian kognitif atau penguasaan mata pelajaran
saja. Namun melibatkan seluruh komponen yang ada, misalnya keaktifan, afeksi,
karakter, atau berbagai komponen lain yang dibutuhkan dalam suatu
pembelajaran.
d. Criterion-Referenced Evaluation
Criterion-referenced evaluation atau lebih dikenal dengan Penilaian Acuan
Patokan (PAP) dapat digunakan dengan membandingkan hasil yang diperoleh
peserta didik dengan sebuah patokan atau kriteria yang secara absolut atau mutlak
telah ditetapkan.
Adapun langkah-langkahnya, yaitu: menentukan skor ideal, mencari rata-rata dan
simpangan baku ideal, kemudian menggunakan pedoman konversi skala nilai.
Pendekatan ini sering disebut penilaian norma absolut yang cocok digunakan
dalam evaluasi formatif yang berfungsi untuk perbaikan proses pembelajaran dan
menggambarkan prestasi belajar peserta didik scara objektif.
e. Norm- Referenced Evaluation
Norm- Referenced Evaluation atau Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah
pendekatan yang membandingkan skor setiap peserta didik dengan teman satu
kelasnya yang bersifat relatif.

Anda mungkin juga menyukai