Anda di halaman 1dari 38

AR – 3138

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN


BIAYA PEMBANGUNAN

Dosen Pengampu: Widyastri Atsary Rahmy


Materi kuliah disiapkan oleh: Siswanti Zuraida
MINGGU 4-5
URAIAN PEKERJAAN KONSTRUKSI & VOLUME PEKERJAAN
Penyusunan Uraian Pekerjaan Konstruksi
• Penyusunan jenis pekerjaan diawali dengan melakukan pentahapan kegiatan
yang bertujuan untuk memberikan gambaran detail tentang kegiatan-kegiatan yang
ada di dalam suatu proyek, sehingga kegiatan-kegiatan tersebut dapat diukur,
dianggarkan, dijadwalkan serta dikendalikan dengan baik.

• Teknik yang umum digunakan adalah Work Breakdown Structure (WBS) atau Struktur
Rincian Kerja. Dalam WBS, komponen proyek terlihat secara sistematis karena
pemilahan kegiatan dilakukan bertingkat sampai tingkat disagregasi yang
dikehendaki. Pemilahan pekerjaan dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-
faktor berikut:
a. keahlian;
b. waktu;
c. lokasi (letak); dan
d. tahapan pekerjaan.
Penyusunan Uraian Pekerjaan Konstruksi
Pentahapan kegiatan didasarkan atas logika ketergantungan, antara lain:

a. Ketergantungan alamiah.
Sebagian besar ketergantungan disebabkan oleh sifat kegiatan itu sendiri, misalnya
dalam pemasangan formwork balok. Pelaksanaan formwork balok dilakukan setelah
pemasangan perancah karena jika perancah belum selesai dipasang maka
pelaksanaan pekerjaan formwork balok belum dapat dimulai meskipun tersedia
cukup sumber daya.

b. Ketergantungan sumber daya.


Sebagai contoh, kegiatan pengecoran balok tidak dapat dilakukan bersamaan dengan
fabrikasi rangka baja atap karena kurangnya tenaga kerja dan dana, sehingga kegiatan
tersebut dilaksanakan berurutan.
Penyusunan Uraian Pekerjaan Konstruksi
No. Uraian Pekerjaan
Dalam setiap lingkup
1 Pekerjaan Persiapan dan Umum
pekerjaan yang dilakukan, 1.1 Mobilisasi
terdapat pekerjaan Bangunan kantor kontraktor, workshop, gudang, tempat tinggal pekerja,
persiapan yang harus 1.2 serta fasilitas/bangunan lainnya termasuk furnitur, penerangan, AC dan
dilakukan. tempat parkir.
1.3 Operasional dan pemeliharaan kantor kontraktor dan fasilitasnya
Pekerjaan persiapan 1.4 Pagar sementara
tersebut terdiri dari, 1.5 Papan nama proyek
namun tidak terbatas 1.6 Keamanan dan manajemen lapangan
pada, beberapa kegiatan 1.7 Survei sambungan pelanggan
yang diperlihatkan pada 1.8 Kegiatan sosialisasi
1.9 Penyediaan lokasi pembuangan hasil galian
Tabel 1. 1.10 Program Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
1.11 Pembuatan laporan, foto, video, dan gambar
1.12 Penyelidikan dan pengujian tanah
Tabel 1. Contoh Uraian Pekerjaan Demobilisasi dan pembersihan semua fasilitas sementara, pemindahan
1.13
Persiapan dan Umum mesin/peralatan, material sisa, dan lain-lain
Penyusunan Uraian Pekerjaan Konstruksi
• Penyusunan jenis pekerjaan dilakukan sampai pada uraian terkecil pekerjaan dan
disesuaikan dengan tahapan pekerjaan pembangunan proyek dimaksud. Untuk
mempermudah penyusunannya dapat dilakukan checklist untuk setiap lingkup
pekerjaan yang. Contoh checklist uraian pekerjaan untuk lingkup pekerjaan proyek
terlihat pada Tabel 2.

• Untuk pelaksanaan kegiatan (proyek) yang melalui badan jalan atau ruang milik jalan,
maka perlu memperhatikan adanya biaya pemulihan (reinstatement cost) dan adanya
jaminan pelaksanaan konstruksi dan pemeliharaan sesuai dengan Permen PU Nomor
20/PRT/M/2010 tentang Pedoman Pemanfaatan dan Penggunaan Bagian-Bagian
Jalan. Selain itu, dalam hal pelaksanaan proyek yang terkait dengan rumah
masyarakat, juga perlu memperhatikan pengembalian kondisi semula area rumah
yang menjadi bagian dari pelaksanaan proyek.
Tabel 2. Contoh Ceklist Uraian Pekerjaan pada Pembangunan Proyek X
Pembangunan Proyek X
Bangunan Bangunan Infrastruktur Mushola Mess Kantin Pos jaga Pagar Fasilitas Air
No Uraian Pekerjaan Satuan
Kantor Kantor Jalan Petugas Pembatas bersih
Utama Penindakan
1 Pekerjaan pembongkaran beton m3
2 Pekerjaan pembongkaran pondasi m3
3 Pekerjaan pembongkaran perkerasan jalan m3
4 Pekerjaan pondasi batu kali m3 ✓
5 Pekerjaan pondasi tiang pancang m' ✓
6 Pekerjaan perbaikan/pemasangan pekerasan jalan m3
7 Pekerjaan galian tanah (< 1 m; 1-3 m;3-5 m) m3
8 Pekerjaan urugan tanah dipadatkan m3
9 Pekerjaan urugan pasir m3
10 Pekerjaan urugan agregat m3
11 Pekerjaan pembuangan sisa galian m3
12 Pekerjaan bekisting m2
13 Pekerjaan pembesian kg
14 Pekerjaan lantai kerja m3
15 Pekerjaan beton untuk lantai m3
16 Pekerjaan beton untuk dinding m3
17 Pekerjaan beton untuk plat m3
18 Pekerjaan beton untuk kolom m3
19 Pekerjaan beton untuk balok m3
20 Pekerjaan beton untuk sloof m3
21 Pekerjaan pasangan bata m2
21 Pekerjaan plesteran m2
23 Pekerjaan acian m2
24 Pekerjaan pasangan keramik m2
25 Pekerjaan pengecatan m2
26 Pekerjaan pintu dan jendela unit
Pekerjaan pengadaan dan pemasangan peralatan
27 unit
mekanikal
Pekerjaan pengadaan dan pemasangan aksesoris
28 unit
peralatan mekanikal
29 Pekerjaan lain-lain
Gambar 1.
Work Breakdown Structure
Pembangunan Proyek X
Perhitungan Volume Pekerjaan
• Penghitungan volume pekerjaan merupakan hal yang sangat krusial untuk
menunjukkan besaran suatu proyek konstruksi.

• Volume seluruh jenis pekerjaan ditunjukkan dalam satu dokumen Bill of Quantity
(BOQ) yang menjadi dasar untuk tender konstruksi.

• Masing-masing jenis pekerjaan harus dilakukan perhitungan kuantitasnya untuk


memperoleh volume pekerjaan yang akan dikerjakan.

• Pengukuran setiap volume dilakukan dengan melihat gambar rencana, spesifkasi


teknis (umum dan khusus), serta dokumen lain yang menjadi bagian tak terpisahkan
sebagai hasil perencanaan.
A. Pengertian Volume Pekerjaan

• Volume suatu pekerjaan = jumlah banyaknya volume pekerjaan dalam satu satuan.
Volume juga disebut sebagai kubikasi pekerjaan. Jadi volume suatu pekerjaan bukan
merupakan volume dalam pengertian isi sesungguhnya, melainkan jumlah volume
suatu bagian pekerjaan dalam satu kesatuan.

• Secara umum, perhitungan volume suatu pekerjaan dapat berupa perhitungan


jumlah barang; perhitungan panjang, luas, dan isi; perhitungan berat; serta perkiraan
total dari suatu pekerjaan. Satuan yang dapat digunakan dalam penghitungan ini
antara lain: unit, buah, pak, m, m’, m2, m3, kg, ton, dan lump sum (Ls). Contohnya:
– Volume pondasi batu kali = 25 m3
– Volume atap = 140 m2
– Volume lisplank = 28 m
– Volume angker besi = 40 kg
– Volume kunci tanam = 17 buah
B. Uraian Volume Pekerjaan

1. Pekerjaan Umum 4. Pekerjaan Pondasi


a) Mobilisasi a) Pondasi Tiang Pancang
b) Kantor Lapangan dan Fasilitasnya b) Dinding Turap
c) Program SMK3 c) Pasangan Batu
d) Pengujian Pengeboran 5. Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan Pipa
2. Pekerjaan Persiapan 6. Pekerjaan Pembetonan
a) Pembersihan Lapangan 7. Pekerjaan Pengembalian Kondisi Perkerasan dan
b) Pemasangan Bouwplank Beton
c) Direksi Keet a) Pengembalian Perkerasan (Aspal)
d) Los Kerja b) Pengembalian Kondisi Komponen Beton
3. Pekerjaan Tanah 8. Pekerjaan Finishing
a) Galian Tanah a) Pekerjaan Dinding Bata
b) Timbunan Tanah b) Pekerjaan Plesteran dan Acian
c) Pekerjaan Lantai
d) Pekerjaan Cat/Kapuran
1. Pekerjaan Umum

a) Mobilisasi
Kegiatan mobilisasi dihitung secara lump sum dengan mempertimbangkan
mobilisasi seluruh personil, mobilisasi dan pemasangan peralatan, perkuatan
perkerasan atau jembatan (jika diperlukan), penyediaan lahan untuk penempatan
seluruh personil dan alat; serta penghitungan operasional seluruh peralatan dan
kegiatan persiapan di lapangan selama durasi proyek.

b) Kantor Lapangan dan Fasilitasnya


Penghitungan kuantitas/volume dari kantor lapangan dan fasilitasnya dibayarkan
secara lump sum, dengan komponen di dalamnya merupakan kompensasi penuh
untuk pembuatan, penyediaan, palayanan, pemeliharaan, pembersihan, dan
pembongkaran semua bangunan yang berfungsi sementara di lapangan sepanjang
durasi proyek.
1. Pekerjaan Umum

c) Program SMK3
– Penghitungan biaya program SMK3 dilakukan secara lump sum dengan
mempertimbangkan kegiatan yang akan dilaksanakan di lapangan terkait
penanganan K3 Konstruksi kepada setiap orang yang berada di tempat kerja dan
berhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja
konstruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja, termasuk
kegiatan pencegahan dan pengendaliannya.
– Selain itu, penghitungan biaya program SMK3 juga termasuk biaya Ahli K3 untuk
paket pekerjaan berisiko besar dan petugas K3 untuk proyek berisiko sedang atau
kecil. Ketentuan mengenai SMK3 diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 05/PRT/M/2014, tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
1. Pekerjaan Umum

d) Pengujian Pengeboran
Penghitungan volume pekerjaan pengujian pengeboran untuk investigasi lapangan
dilakukan dengan melakukan pengukuran panjang dari lubang yang dibor dengan
satuan pengukuran meter panjang. Penghitungan volume didapat dari jumlah titik
dan perkiraan kedalaman menggunakan satuan meter panjang, dan pembayaran
sesuai dengan kedalaman pengerjaan di lapangan.

Tabel 3. Uraian Pengujian Pengeboran

No. Uraian Satuan Kuantitas


Pengeboran, termasuk SPT (jumlah titik x
1 meter
dan Laporan perkiraan kedalaman)
(jumlah titik x
2 Sondir termasuk Laporan meter
perkiraan kedalaman)
2. Pekerjaan Persiapan

a) Pembersihan Lapangan
– Volume pembersihan lapangan dicari berdasarkan luas area/tanah yang akan
dibangun. Pembersihan lapangan dilakukan disekeliling bangunan dengan jarak 3
meter dari as bangunan sebelah luar.
– Misalkan suatu area dengan :
Panjang = 15,00 m
Lebar = 12,50 m
Luas Area = panjang x lebar
= 15,00 x 12,50
= 187,50 m2
Volume → Luas Area = 187,50 m2
2. Pekerjaan Persiapan

b) Pemasangan Bouwplank
– Bouwplank adalah papan ukur, untuk menentukan detail lantai dan letak as-as
dinding bangunan. As bangunan ditandai dengan paku dan diberi tanda panah
dengan cat merah. Sisi sebelah atas papan bouwplank diketam rata, dengan
ukuran biasa 3 x 25 x 400 cm, dan tiang 5 x 7 x 100 cm. Volume dapat dihitung
berdasarkan volume dalam m3, dan dapat pula dihitung dalam panjang (meter).
– Pemasangan papan bouwplank pada as (sumbu) bagian dalam bangunan,
tergantung pada besar kecilnya bangunan.

– Contoh 1:
Panjang = 9,00 m; Lebar = 4,50 m
Keliling = 2 x (panjang + lebar) = 2 x (9,00 + 4,50) = 2 x 13,50 = 27,00 m
Volume → Keliling = 27,00 m
2. Pekerjaan Persiapan

– Contoh 2:
Panjang tiang = 1,00 m; Jarak tiang ke tiang = 2,00 m
Banyak tiang = 48,40 / 2,00 = 24,2 = ± 25 buah
Ukuran papan = (3 x 25 x 400) cm = (0,03 x 0,25 x 4,00) m
Ukuran tiang = (5 x 7 x 100) cm = (0,05 x 0,07 x 1,00) m
Volume papan = 48,04 x 0,03 x 0,25 = 0,3630 m3
Volume tiang = 25 x 1,00 x 0,05 x 0,07 = 0,0875 m3 +
Jumlah = 0,4505 m3
Kayu terbuang 10% = 0,0450 m3 +
Volume = 0,4955 m3
Volume → Volume total kayu untuk tiang dan papan = 0,4955 m3
2. Pekerjaan Persiapan

c) Direksi Keet
– Direksi keet adalah tempat untuk melakukan koordinasi dan mengawasi semua
kegiatan pelaksanaan pekerjaan.
– Direksi keet merupakan bangunan darurat yang terdiri dari tiang kayu, dinding
papan susun sirih, lantai beton tembok, atap seng, loteng triplek, dan penerangan
secukupnya. Ukuran direksi keet ditentukan oleh besar kecilnya bangunan yang
akan didirikan dan ditempakan disekitar bangunan.
Panjang = 4,00 m
Lebar = 3,00 m
Luas Area = panjang x lebar
= 4,00 x 3,00
= 12,00 m2
Volume → Luas Area = 12,00 m2
2. Pekerjaan Persiapan

d) Los Kerja
– Los atau bengkel kerja adalah tempat melaksanakan pekerjaan seperti membuat
kuda-kuda, pintu, kusen jendela, pekerjaan besi dan lain sebagainya.
– Los atau bengkel kerja terbuat dari tiang kayu, kuda-kuda atap seng, dan tidak
mempunyai dinding.
– Bersebelahan dengan los kerja dibuat gudang untuk menyimpan alat dan
material.
Panjang = 6,00 m
Lebar = 4,00 m
Luas Area = panjang x lebar
= 6,00 x 4,00
= 24,00 m2
Volume → Luas Area = 24,00 m2
3. Pekerjaan Tanah

Untuk pekerjaan tanah perlu diperhatikan mengenai jenis tanah pada lokasi kerja karena
penghitungan volume tanah perlu disesuaikan dengan jenis tanah dan kondisi yang
diharapkan sesuai perencanaan. Penghitungan volume, baik galian maupun timbunan,
perlu mempertimbangkan jenis dan sifat tanah.

a) Galian Tanah
– Pekerjaan galian diukur dalam meter kubik bahan yang dipindahkan (bank).
– Penghitungan volume galian biasa harus berdasarkan gambar penampang
melintang profil tanah asli tanah sebelum digali yang telah disepakati/disurvei
dan gambar pekerjaan galian akhir dengan garis, kelandaian, dan elevasi sesuai
dengan perencanaan.
– Metode penghitungan dilakukan dengan metode luas ujung rata-rata,
menggunakan penampang melintang pekerjaan, umumnya dengan jarak tidak
lebih dari 25 m atau dengan jarak 50 m untuk medan yang datar.
3. Pekerjaan Tanah

a) Galian Tanah
– Untuk pekerjaan galian struktur, yang diukur adalah volume dari prisma yang
dibatasi oleh bidang-bidang sebagai berikut:
1. Bidang atas, adalah bidang horizontal seluas bidang pondasi yang melalui
titik terendah dari dasar tanah asli. Di atas bidang horizontal ini galian tanah
diperhitungkan sebagai galian tanah biasa atau galian batu sesuai dengan
jenis dan sifatnya.
2. Bidang bawah, adalah bidang dasar pondasi.
3. Bidang tegak, adalah bidang vertikal keliling pondasi.

– Pengukuran volume tidak memperhitungkan di luar bidang-bidang yang diuraikan


di atas atau sebagai pengembangan tanah selama pemancangan, tambahan
galian karena kelongsoran, bergeser, runtuh, atau karena sebab-sebab lain.
3. Pekerjaan Tanah

a) Galian Tanah
– Contoh:
Pada suatu galian tanah untuk pondasi dengan lebar atas 0,7 m; lebar dasar 1,5
m; kedalaman 1 m, sepanjang 33 m, maka penghitungan galian yang diperlukan
dapat dihitung seperti berikut.
Rumus luas penampang trapesium:
L = jumlah sisi sejajar x tinggi
2
Luas penampang tanah galian:
L = (0,7+1,5) m x 1 m = 1,1 m2
2
Volume galian tanah = 1,1 m2 x 33 m = 36,3 m3
Volume pekerjaan penggalian tanah adalah 36,3 m3.
3. Pekerjaan Tanah

b) Timbunan Tanah
– Pekerjaan timbunan haruslah diukur sebagai volume (m3) bahan terpadatkan
yang diperlukan, diselesaikan di tempat, dan diterima.
– Seperti pada penghitungan volume pekerjaan galian biasa, volume pekerjaan
timbunan diukur berdasarkan gambar penampang melintang profil tanah asli
sebelum digali yang telah disepakati/disurvei dan gambar pekerjaan galian akhir
dengan garis, kelandaian, dan elevasi sesuai dengan perencanaan.
– Metode penghitungan juga dilakukan dengan metode luas ujung rata-rata,
menggunakan penampang melintang pekerjaan secara umum dengan jarak tidak
lebih dari 25 m atau dengan jarak 50 m untuk medan yang datar.
3. Pekerjaan Tanah

b) Timbunan Tanah
– Perlu menjadi perhatian bahwa volume timbunan yang ditempatkan di luar garis
dan penampang melintang yang disepakati (termasuk timbunan tambahan yang
diperlukan sebagai akibat penggalian bertangga pada atau penguncian ke dalam
lereng lama, atau sebagai akibat dari penurunan pondasi) tidak dimasukkan ke
dalam volume yang dihitung, kecuali jika pada tahap pelaksanaan terdapat
pekerjaan yang terjadi karena ketidakstabilan atau kegagalan, serta kondisi yang
menyebabkan konsolidasi tanah asli, seperti pada daerah rawa.
3. Pekerjaan Tanah

b) Timbunan Tanah
– Pada daerah rawa, yang diperkirakan dapat terjadi konsolidasi tanah,
penghitungan volume dapat dilakukan dengan menggunakan timbunan biasa
atau timbunan pilihan.
– Jika menggunakan timbunan biasa, volume timbunan ditentukan berdasarkan
elevasi tanah asli setelah penurunan (settlement), dengan melakukan pencatatan
besar penurunan yang terjadi.
– Jika menggunakan timbunan pilihan, selain dapat menggunakan cara yang sama
dengan timbunan biasa, penghitungan juga dapat dilakukan dengan menghitung
volume tanah gembur yang diukur pada kendaraan pengangkut sebelum
pembongkaran muatan di lokasi penimbunan. Volume tanah gembur tersebut
dihitung berdasarkan volume perkiraan volume tanah yang perlu dipasok yang
nantinya dilakukan pencatatan pada saat di lapangan.
4. Pekerjaan Pondasi

a) Pondasi Tiang Pancang


– Satuan penghitungan volume tiang pancang kayu atau beton pracetak (bertulang
atau pratekan) dan tiang pancang baja harus diukur dalam satuan meter panjang
dari tiang pancang sesuai dengan ukuran panjang dari setiap ukuran dan jenisnya.
– Panjang tiang pancang yang diukur adalah (1) dari ujung tiang sampai batas
potong tiang (cut off level), yaitu sampai sisi bawah pur (pile cap) untuk tiang
pancang yang seluruh panjangnya masuk ke dalam tanah, atau (2) dari ujung
tiang panjang sampai permukaan tanah untuk tiang pancang yang hanya sebagian
panjangnya masuk ke dalam tanah.
– Perkiraan panjang tiang ini didapat dari elevasi permukaan atau pile cap yang
direncanakan terhadap kedalaman tanah keras, atau elevasi dasar tiang pancang
yang diinginkan.
4. Pekerjaan Pondasi

a) Pondasi Tiang Pancang


– Penghitungan tiang pancang disesuaikan dengan jumlah titik yang akan
dipancang dalam lokasi kerja.
– Jumlah tiang pancang = panjang tiang pancang x jumlah titik

– Sisa potongan tiang tidak dihitung dalam pengukuran volume.


– Penyetelan, sepatu, dan penyambungannya tidak dihitung dalam volume namun
dapat dipertimbangkan dalam menentukan harga satuan tiang.
4. Pekerjaan Pondasi

b) Dinding Turap
– Penghitungan volume dinding turap kayu, baja, atau beton yang permanen harus
diukur sebagai jumlah dalam meter persegi (m2) yang dipasang memenuhi garis
dan elevasi yang direncanakan.
– Luas dinding turap = panjang turap x panjang struktur
Keterangan: Panjang turap diukur dari ujung turap sampai dengan elevasi
bagian puncak turap yang dipotong. Panjang struktur diukur pada elevasi bagian
puncak turap yang dipotong.

– Batang tarik, tiang jangkar atau balok, balok ganjal dasar, dan sebagainya tidak
dimasukkan ke dalam penghitungan volume pekerjaan.
– Dinding turap sementara, dalam bahan apapun untuk cofferdam, pengendalian
drainase, penahan lereng galian, atau penggunaan tidak permanen lainnya tidak
dihitung volumenya, melainkan harus dianggap telah tercakup dalam harga
satuan untuk galian, drainse, struktur, dan lain-lain.
4. Pekerjaan Pondasi

c) Pasangan Batu
– Penghitungan volume pasangan batu harus diukur dalam meter kubik (m3)
sebagai volume yang ditentukan oleh rencana lebar penampang dan panjang.
– Perhitungan volume tidak mencakup penyediaan dan pemasangan semua bahan,
serta penyiapan seluruh pondasi, pembuatan lubang sulingan, dan sambungan
konstruksi untuk pemompaan air dan pekerjaan akhir. Namun semua kegiatan
tersebut harus dipertimbangkan dalam penghitungan harga satuan pekerjaan.

– Contoh:
Tentukan volume pasangan batu pada suatu pekerjaan pasangan batu 1:5
(panjang = 10 m; lebar atas = 0,3 m; lebar bawah = 0,7 m; dan tinggi 1,8 m).
Volume = 10 m x (0,3 + 0,7) m x 1,8 m = 9 m3
2
Volume pekerjaan pasangan batu adalah 9 m3.
5. Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan Pipa

• Penghitungan volume pipa mencakup pengadaan pipa dan pemasangannya, diukur


dalam satuan meter panjang (m’) dari titik masukan pipa sampai dengan keluarannya
(ke bagian lain) sesuai dengan ukuran panjang dari setiap ukuran dan jenisnya.
• Perkiraan panjang pipa didapat dari informasi koordinat dan elevasi awal hingga
koordinat dan elevasi akhir yang direncanakan.
• Penghitungan volume pekerjaan pipa mencakup pekerjaan bongkaran perkerasan,
galian tanah, turap, bedding pipa, installasi pipa, timbunan tanah, urugan agregat dan
pemadatannya, serta pekerjaan lain untuk penyelesaian pekerjaan ini; diukur dalam
satuan meter panjang (m’).
• Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penghitungan volume pekerjaan ini adalah:
– Kedalaman tanah, karena variasi kedalaman akan berdampak pada volume
pekerjaan yang tercakup dalam pekerjaan pemasangan pipa.
– Asesoris pipa yang juga perlu dimasukkan ke dalam harga satuan pekerjaan.
6. Pekerjaan Pembetonan

• Penghitungan volume beton dilakukan menggunakan jumlah meter kubik (m3) sesuai
dengan dimensi yang ditunjukkan pada gambar kerja.
• Dalam penghitungan volume ini, tidak ada pengurangan terhadap volume yang
ditempati oleh pipa dengan luasan total setara dengan diameter kurang dari 200 mm
atau oleh benda lainnya yang tertanam, seperti water stop, baja tulangan, selongsong
pipa, atau lubang sulingan.
• Pengukuran pekerjaan dilakukan dengan menghitung luas penampang beton yang
dikalikan dengan tinggi beton yang direncanakan.
• Contoh:
Dilakukan pekerjaan pembetonan 4 buah kolom berukuran 30 cm x 30 cm dengan
tinggi 3 m. Tentukan volume kolom beton.
Volume kolom beton = panjang x lebar x tinggi x jumlah kolom
= (0,3 m x 0,3 m) x 3 m x 4 = 1,08 m3
Volume pekerjaan pembetonan kolom adalah 1,08 m3.
7. Pekerjaan Pengembalian Kondisi Perkerasan dan Beton

a) Pengembalian Perkerasan (Aspal)


– Pada pekerjaan penambalan perkerasan, perbaikan lubang, laburan setempat,
perataan setempat, perbaikan tepi perkerasan, dan pengkerikilan kembali,
pengukuran/penghitungan dilakukan sebagai volume bahan berbutir atau
beraspal sesuai dengan gambar yang direncanakan (untuk terlewati dalam
pekerjaan).
– Pengukuran volume bahan yang digunakan sebagai perkerasan harus dalam
meter kubik (m3), dalam bak truk pengukuran tanah gembur.
– Pengukuran volume aspal untuk penutupan retak harus dalam liter.
– Semua bahan lainnya harus diukur sebagai volume bahan yang telah dipadatkan
di tempat dalam meter kubik (m3).
7. Pekerjaan Pengembalian Kondisi Perkerasan dan Beton

b) Pengembalian Kondisi Komponen Beton


– Pekerjaan pengembalian kondisi beton harus berdasarkan meter persegi (m2)
sebagai kompensasi penuh untuk seluruh operasi yang dilakukan pada penutupan
retak permukaan (termasuk untuk semua beton yang terletak di atas perletakan
yang memerlukan pengembalian kondisi, termasuk plat lantai, perkerasan,
trotoar, dan curb) dengan:
• menuangkan semen pengisi atau dengan menyuntikan epoxy resin grout,
• melakukan pelapisan kembali pada permukaan terekspos,
• memperbaiki beton yang mengelupas,
• melakukan pembongkaran atau pembuangan beton lama,
• mengecor beton baru,
• dan/atau membongkar dan mengganti selant sambungan ekspansi yang retak
atau getas.
8. Pekerjaan Finishing

a) Pekerjaan Dinding Bata


– Pasangan bata merah dapat dihitung berdasarkan satuan m2 maupun m3.
– Dimensi bata merah rata-rata adalah tebal 5 cm, lebar 11 cm dan panjang 22 cm.

– Contoh:
Untuk menghitung volume pasangan dinding bata
= luasan dinding dikurangi kolom praktis dikurangi luasan kusen
= (4 x 2,75) – (2,75 x 0,1) – (1,5 x 0,9) = 9,375 m2.
Untuk menghitung luasan plesteran
= 2 x luasan dinding (jika kedua sisi dinding diplester)
= 9,375 x 2 = 18,75 m2.
8. Pekerjaan Finishing

b) Pekerjaan Plesteran dan Acian


– Pekerjaan plesteran dan acian (dengan asumsi tebal plesteran 2 cm, adukan 1:4,
tebal acian 2 mm, panjang 10 m, lebar atas yang diaci 0,3 m, dan tinggi ban 10
cm):
• Luas plesteran atas = P x L = 10 m x 0,3 m = 3,0 m2
• Luas plesteran ban = P x L = 10 m x 0,1 m = 1,0 m2
• Luas plesteran seluruhnya = 3,0 m + 1,0 m = 4,0 m2
• Luas acian = luas plesteran = 4,0 m2
8. Pekerjaan Finishing

c) Pekerjaan Lantai
– Volume penutup lantai dihitung berdasarkan luas ruangan, termasuk juga luasan
yang akan dipasang plin. Misalkan sebuah kamar berukuran 3 x 4 m, maka
volume penutup lantai kamar ialah luas kamar tersebut = 12 m2.
– Selain penutup lantai, umumnya juga dipasang plin setinggi 10 cm yang terletak
di sekeliling ruangan. Fungsi utamanya ialah unruk melindungi dinding agar tidak
basah saat dipel. Kebutuhan plin adalah (0,1 x (4 + 3 + 4 + 3)) = 1,4 m2.
– Perlu diingat bahwa kebutuhan plin disesuaikan dengan ukuran penutup
lantainya. Batas antara plin dengan dinding sering diberi takikan sedalam 0,5 cm
yang sering disebut dengan tali air.
8. Pekerjaan Finishing

d) Pekerjaan Cat/Kapuran
– Luasan pekerjaan mengecat dihitung berdasarkan luasan bidang atau permukaan
dinding yang akan dicat dalam satuan m2. Misalnya untuk dinding seluas 15 m2,
maka luasan pengecatan adalah 15 m2.
– Pekerjaan mengecat harus dibedakan antara mengecat dinding, kayu, dan besi.
Untuk cat dinding dibedakan antara dinding bagian dalam dan dinding bagian
luar. Hal ini dikarenakan jenis cat yang akan digunakan berbeda jenisnya. Untuk
dinding luar biasanya digunakan jenis cat yang tahan terhadap cuaca (weather
shield).
C. Penghitungan Durasi Pekerjaan

• Dalam hal menentukan volume pekerjaan yang membutuhkan durasi proyek, maka
pada tahap ini harus dilakukan penghitungan rencana durasi pekerjaan
berdasarkan urutan pekerjaan kritis yang sedang disusun.

• Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menghitung estimasi durasi proyek:
1) Identifikasi jenis pekerjaan yang merupakan jalur kritis.
2) Thapan pekerjaan disusun sebagai pekerjaan yang berurutan.
3) Durasi untuk tiap jenis pekerjaan dihitung berdasarkan jumlah tenaga kerja dan
jadwal pengadaan barang.
4) Besaran durasi tiap pekerjaan ditentukan dalam satu satuan waktu (hari, minggu,
bulan).

• Satuan waktu yang digunakan dalam menyusun durasi proyek adalah minggu atau
bulan.

Anda mungkin juga menyukai