TITEL
MENGUBAH SKALA PETA
B. OBYEKTIF
1. Siswa dapat memahami tentang skala peta
2. Mahasiswa dapat memahami tentang peta secara umum dan menurut ahlinya
3. Siswa dapat memahami tentang komponen dalam peta
4. Siswa dapat mendeskripsikan tipe tata letak peta
5. Siswa dapat memahami tentang peta definisi skala peta dan jenisnya.
6. Siswa dapat mengetahui tentang Metode Memperbesar dan Mengurangi Peta dan
Metode Penentuan Skala Peta
7.
Menurut ICA (International Cartographic Association), peta adalah gambar yang berskala
pada media datar. Ini memiliki penampilan nyata dan abstrak yang telah dipilih
sebelumnya, dan sehubungan dengan permukaan bumi atau benda langit lainnya.
Erwin Raisz, seorang Kartografer Amerika, menyatakan bahwa peta adalah gambar
konvensional permukaan bumi yang direduksi sebagai penampakan jika dilihat dari
atas, dengan tulisan ditambahkan sebagai identifikasi.
Bakosurtanal atau Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. Peta adalah sarana
untuk menyimpan dan menyajikan data tentang kondisi lingkungan, menjadi sumber
informasi bagi perencana dan pengambilan keputusan pada tahap dan tingkat
pembangunan.
b. Skala Verbal
Skala verbala dalah skala yang menggunakan kalimat langsung untuk menunjukkan perbandingan
anatra jarak pada peta dengan jarak yang sesungguhnya. Skala verbal adalah skala yang dinyatakan
secara verbal atau dengan kalimat. Skala yang sering ada di peta-peta tidak menggunakan satuan
pengukuran matrik, misalnya peta-peta di Inggris. Contoh 1 inci = 5 mil. Jenis skala ini umunya
digunakan oleh orang-orang EropaSatu cm berbanding 50 km. Artinya, 1 cm di peta sama dengan
50 km pada jarak sebenarnya.
Satu inci berbanding 10 mil. Artinya, 1 cm di peta sama dengan 10 mil pada jarak sebenarnya.
c. Skala Grafis
Skala yang ditunjukkan oleh sebuah garis lurus dan terbagi dalam beberapa titik dengan jarak sama
yang umumnya digambarkan pada tengah-tengah sebelah bawah peta. Garis lurus tersebut dibagi
dalam bagian yang sama secara teliti, dan pada kedua ujung dari garis itu diberi angka yang
menunjukkan jarak sesungguhnya yang dimulai dengan angka 0 (nol).
Skala grafik memiliki keuntungan, apabila diperbesar atau diperkecil dengan foto, maka
perbandingan ukuran skala terhadap peta akan tetap karena bagian skala ikut menjadi besar atau
menjadi kecil. Skala grafik hanya hanya digunakan pada peta-peta dengan skala besar.
3. Komponen Peta (sebutkan dan jelaskan 11 komponen)
a. Judul Peta
Judul peta adalah komponen utama peta, berisi informasi tentang tema
peta, lokasi atau area yang dipetakan, dan tahun pembuatan (terutama peta
dengan tema data dinamis).
b. Perbatasan
Garis besar atau batas adalah garis yang terletak di tepi peta dan ujung setiap garis
bertemu dengan ujung garis yang berdekatan. Biasanya garis ini dibuat dalam rangkap dua
dan tebal.
c. Skala
Skala adalah faktor yang sangat penting dalam peta. Melalui pengamatan skala, kita dapat
membayangkan luas atau jarak antara dua tempat atau lebih serius di bumi. Skala
umumnya dinyatakan dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut.
Skala Pecahan (Numerik) adalah skala yang dinyatakan dalam bentuk angka perbandingan atau
pecahan. Contoh: Peta skala 1: 50.000, skala pecahan ini dapat diartikan sebagai 1 cm pada peta
sama dengan 50.000 cm di lapangan atau 1 cm mewakili 0,5 km.
Line Scale (Grafik), yaitu skala yang dinyatakan dalam bentuk bidang garis angka atau batang
pengukur.
Skala Kata (Verbal), yaitu skala yang dinyatakan dalam bentuk kalimat lengkap. Contoh: 1
sentimeter pada peta versus 500 meter di bumi.
Komponen selanjutnya yang terdapat pada peta adalah orientasi atau tanda arah mata
angin. Meski terlihat sederhana, tanda ini sangat penting. Intinya adalah untuk
menunjukkan arah sehingga pengguna peta dapat menentukan arah saat membaca peta.
e. Garis Astronomi
Garis astronomi adalah garis imajiner yang dibuat dan digunakan untuk memudahkan
menentukan posisi suatu tempat di muka bumi. Garis astronomi dinyatakan dalam bentuk
koordinat lintang dan bujur. Lintang adalah garis imajiner yang mengelilingi bumi secara
horizontal. Sedangkan bujur (bujur/meridian) adalah garis imajiner yang mengelilingi
bumi secara vertikal yang bersifat longitudinal dan menghubungkan antara kutub utara dan
kutub selatan.
f. Huruf
Sistem penulisan huruf atau peta memiliki aturan tersendiri yang membedakan objek
geografis yang ditampilkan pada peta. Ada empat aturan penulisan di peta yang harus
diperhatikan. Keempat prosedur penulisan tersebut adalah sebagai berikut:
Nama ibu kota, negara, benua, dan gunung harus ditulis dengan huruf kapital tegak.
Nama-nama lautan, teluk yang luas, laut, dan selat yang luas harus ditulis dengan huruf kapital
miring.
Nama-nama kota kecil dan pegunungan harus ditulis dalam huruf kecil tegak. Awal nama kota dan
gunung ditulis dalam huruf besar.
Nama-nama sungai, danau, selat sempit dan teluk sempit harus ditulis dengan huruf miring kecil.
g. Warna
Warna pada peta memiliki peran yang sangat penting karena menyimpan berbagai
informasi terkait permukaan lokasi yang digambarkan pada peta. Warna-warna ini
termasuk:
Warna hitam dalam peta digunakan untuk menunjukkan batas administrasi, huruf, dan detail hunian.
Warna biru dalam peta digunakan untuk menunjukkan badan air, seperti sungai, danau, serta laut.
Degradasi warna biru muda ke biru tua menunjukkan tingkat kedalaman badan air. Semakin gelap
warna biru, semakin dalam badan air
Warna hijau dalam peta digunakan untuk menunjukkan dataran rendah, vegetasi atau tanaman, serta
hutan.
Warna coklat dalam peta digunakan untuk menunjukkan daerah yang memiliki kemiringan yang
sangat besar, misalnya dataran tinggi atau daerah pegunungan.
Warna merah dalam peta digunakan untuk menunjukkan jalan raya atau untuk menunjukkan lokasi
kota atau ibu kota.
h. Simbol
Simbol adalah tanda konvensional yang ditemukan dalam peta untuk mewakili keadaan
sebenarnya di lapangan. Kondisi simbol yang baik adalah:
Simbol titik, digunakan untuk mewakili posisi atau lokasi suatu tempat. Simbol yang digunakan bisa
berupa simbol bergambar (gambar) atau huruf.
Simbol garis, digunakan untuk menggambarkan batas administrasi, jalan, dan sungai.
Simbol luas, digunakan untuk menunjukkan tempat tertentu, seperti hutan atau rawa.
i. . Legenda (Keterangan)
Peta pada dasarnya adalah penyederhanaan informasi. Untuk itu, pada peta terdapat berbagai simbol yang
merepresentasikan informasi tentang penggambaran fenomena permukaan bumi. Agar simbol-simbol tersebut
dapat dibaca oleh pengguna peta, biasanya pada peta terdapat kotak deskripsi (legenda) yang berisi deskripsi
simbol-simbol yang digunakan pada peta. Secara umum, legenda ditempatkan di sudut kiri bawah peta.
Namun, itu juga dapat ditempatkan di bagian lain, asalkan tidak mengganggu tampilan peta secara
keseluruhan, dan daya tarik peta itu sendiri.
Sumber peta menunjukkan data yang digunakan dalam pemetaan, sehingga akan memberikan kepastian
bahwa informasi yang disajikan akurat. Selain itu, tahun pembuatan peta juga berguna untuk menunjukkan
kapan peta dibuat. Pastikan untuk menggunakan peta dengan tahun pembuatan baru karena akan menyajikan
informasi yang benar-benar up to date (baru).
k. Inset
Inset digunakan untuk memperjelas posisi suatu area di peta. Inset terdiri dari dua jenis, yaitu inset lokasi dan
inset pembesaran. Inset lokasi memberikan gambaran global tentang area di sekitar area yang dipetakan.
Contoh peta Provinsi Riau membutuhkan peta inset Sumatera atau Indonesia. Sedangkan inset pembesaran
digunakan untuk menggambarkan area kecil.
2. Jenis Tata Letak Peta (ada 3 jenis dan jelaskan )
Berikut ini menunjukkan tiga model tata letak peta pada peta tematik, yaitu:
a. Model 1: judul peta ditempatkan di atas tengah atau sisi kanan/kiri, tergantung
pada bentuk area yang dipetakan. Jika bentuk area condong ke kanan,
untuk mengimbanginya, judul dan informasi lainnya ditempatkan di sebelah
kiri sehingga ada kesan bahwa ada keseimbangan dalam menempatkan
informasi tepi peta. Bentuk simetris area, judul, skala, dan orientasi peta
dapat ditempatkan di tengah peta yang berpusat secara simetris; Informasi
tepi peta lainnya menyesuaikan dengan prinsip keseimbangan.
a. Peta dengan garis tepi (frame map)
Tata letak tipe frame map memiliki garis batas luar (outer border line) yang mengelilingi
muka peta. Frame map berfungsi untuk memisahkan antara muka peta dengan informasi
tepi (marginal information). Tipe frame map cocok digunakan untuk pemetaan yang
berangkai (seri).
Contoh tata peta dengan garis tepi
b. Peta pulau
Tipe tata letak peta yang lebih konvensional dari frame adalah Island Map. Batas
area yang dipetakan berfungsi sebagai batas garis (frame). Tipe ini memberikan
keleluasaan pada kita untuk merancang tata letak peta yang menyesuaikan bentuk
area kajian. Tata letak peta ini memiliki batas dari tepi dari area yang dipetakan (neat line)
yang berfungi sebagai batas garis luar (frame). Peta Kepulauan mempunyai bentuk yang tidak
beraturan, sehingga memberi kebebasan bagi kartografer untuk merancang Tata letak peta yang
cocok dengan rancangannya..
Contoh layout peta tipe pulau:
Tata letak peta tipe ini mempunyai informasi sampai pada batas potongan dari area
peta, dengan kata lain tidak mempunyai kerangka peta (frame). Tata letak tipe bleeding
map mempunyai garis pembatas (frame) sehingga informasi tepi sampai pada batas potongan
area peta.
Contoh tipe bleeding edge map:
3. Metode untuk Memperbesar dan Mengurangi Peta (ada 3 metode dan dijelaskan
penggunaannya)
b. Pantograf
sebuah. Siapkan pantograf, peta, dan kertas untuk memperbesar atau memperkecil
peta.
c. Memasang pantograf pada posisi peta dan kertas untuk memperbesar atau
memperkecil.
d. Selanjutnya peta yang akan diperbesar diletakkan di tempat B dan kertas gambar
kosong diletakkan di tempat gambar A yang sudah dilengkapi pensil.
e. Gerakkan ujung jarum sesuai dengan bentuk peta maka pensil yang ada akan
menggambar peta sesuai yang dikehendaki.
c. Fotokopi
Caranya adalah dengan melakukan fotocopy pada peta yang akan diperbesar atau
diperkecil. Jika akan memperbesar peta maka menggunakan mesin fotocopy yang
dapat memperbesar peta. Sebelum difotocopy, peta yang akan diperbesar skalanya
harus dirubah dalam bentuk skala garis atau batang agar perubahan hasil peta yang
diperbesar akan sesuai dengan perubahan skalanya. Akan tetapi, jika masih dalam
bentuk skala angka maka akan sangat sulit menyesuaikannya.
P2 = d 1 / d2 x P1
Mana:
d1 = jarak pada peta yang sudah diketahui berskala d2 =
jarak pada peta yang sedang diskalakan
P1 = penyebut skala yang diketahui sebagai skala P2 =
penyebut skala yang akan dicari
Contoh:
d1 = 2 cm
d2 = 4 cm
P1 = 50.000
P2 =?
P2 = d 1 / d2 x P1
= 2/4 x 50.000
= 25.000
Jadi skala peta P2 = 1: 25.000
b. Membandingkan jarak horizontal melintasi lapangan dan jarak
yang mewakilinya di peta.
Contoh:
Jarak titik A - B pada peta = 4 cm. Jarak ini (A - B) diukur di lapangan = 100
m
Contoh:
Pada peta, panjang garis lintang 1º dekat dengan garis khatulistiwa = 68,7 mil
= 110, 56 km.
cm 1,9 cm ̃ 110,56 km
1,9 cm 11.056.000 cm
1 cm 5.889.474 cm
Jawaban: :
600.000
= 300.000
2
2) Skala Garis
Perhitungan skala garis Peta Kabupaten Sragen, menggunakan rumus:
Sc a l e de n ominatatau
𝟏𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎
300.000
= 3 km
100.000
Jadi, skala peta adalah 1 cm pada peta yang berarti jarak aktual 3
km
Menjawab:
300.000
= 3 km
100.000
Jadi, skala peta adalah 1 cm pada peta yang berarti jarak aktual 3
km
3) Skala Verbal
Perhitungan skala verbal Peta Kabupaten Sragen, menggunakan
rumus:
𝟏 𝟏 𝟏
= sc a le de n ominatatau 𝒙
inci mile inci
Menjawab:
1 1 1
𝑥
2.54 = 300.000 x 63.360 2.54
300.000
= = 4,73
63.350
Jadi, skala verbalnya adalah "satu inci hingga empat titik tujuh
puluh tiga"
Perhitungan skala verbal Peta Provinsi Sumatera Selatan,
menggunakan rumus:
𝟏
𝟏 𝟏
inci = sc a le de n ominatatau 𝒙
mile inci
Menjawab:
1 1 1
𝑥
2.54 = 300.000 x 63.360 2.54
300.000
= = 4,73
63.350
Jadi, skala verbalnya adalah "satu inci hingga empat titik tujuh
puluh tiga"
(minimal dari 1 jurnal, 2 website terpercaya, dan 2 buku menggunakan gaya APA)
Contoh:
1. Buku:
2. Situs web:
Williams, R. L. (1958). "Simbol peta: interval yang sama untuk layar cetak". https://
www.tandfonline.com/doi/abs/. (Diakses pada 11 Oktober 2020 pukul 09.50).
3. Jurnal
Hodgkiss, A. (1966). Peta Huruf Untuk Ilustrasi Buku. Jurnal Informasi Geografis dan
Geovisualisasi, 3(1), 42-47.