Anda di halaman 1dari 7

PERBEDAAN HUKUM ACARA PIDANA DENGAN HUKUM ACARA PERDATA

Disusun Oleh :
Nama : Prastiwi Wandira Andhini
Nim : E0022371
Mata Kuliah : Pengantar Hukum Indonesia

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2022
PERBEDAAN HUKUM ACARA PIDANA HUKUM ACARA PERDATA
Definisi Hukum yang mengatur bagaimana Peraturan hukum yang mengatur
cara-cara memelihara dan bagaimana caranya menjamin
mempertahankan hukum pidana ditaati hukum perdata materiil
material. Disebut hukum pidana dengan perantaraan hakim
formil

Mengadili Mengatur cara-cara mengadili Mengatur cara-cara mengadili


perkara pidana di muka pengadilan perkara-perkara di muka
pidana oleh hakim pidana. pengadilan-perdata oleh hakim
perdata.
Pelaksanaan Pada acara pidana inisiatifnya itu Pada acara perdata inisiatif datang
datang dari penuntut umum (jaksa). dari pihak yang berkepentingan
yang dirugikan.
Penuntutan Jaksa menjadi penuntut terhadap si Yang menuntut si tergugat adalah
terdakwa. Jaksa sebagai penuntut pihak yang dirugikan. Penggugat
umum mewakili negara, berhadapan berhadapan dengan tergugat. Jadi
dengan terdakwa. Jadi, disni terdapat tidak terdapat penuntut umum
seorang jaksa. atau jaksa.
Alat-alat 1.Keterangan saksi tulisan, saksi, persangkaan,
bukti 2.Keterangan ahli pengakuan dan sumpah)
3.Surat
4.Petunjuk
5.Keterangan terdakwa
Penarikan Tidak dapat ditarik kembali. Sebelum ada putusan hakim,
kembali suatu pihak-pihak yang bersangkutan
perkara. boleh menarik kembali
perkaranya.
Tugas hakim Mencari kebenaran sesungguhnya, Mencari kebenaran sesungguhnya
dalam acara tidak terbatas pada apa yang dan sebatas dari apa yang
dilakukan oleh terdakwa, hakim dikemukakan dan dituntut oleh
mengejar kebenaran materiil. pihak-pihak.
Macam 1.Vrijspraak Ada dua golongan putusan, yaitu
keputusan 2.Onslag Van Rechtvervolging putusan sela dan putusan akhir.
hakim 3. Verordeling Putusan sela dikenal juga dengan
putusan provisional. Putusan sela
ada bermacam-macam, yaitu
putusan preparatoir, putusan
insidentil, dan putusan
provisional.
Macamnya Terdakwa yang terbukti Tergugat yang terbukti
hukuman kesalahannya dipidana mati, penjara, kesalahannya dihukum denda,
kurungan atau denda, mungkin atau hukuman kurungan sebagai
ditambah dengan pidana tambahan pengganti denda.
seperti: dicabut hak-hak tertentu dan
lain-lain.
Bandingan Bandingan perkara pidana dari Bandingan perkara perdata dari
Pengadilan Negeri ke Pengadilan Pengadilan Negeri ke Pengadilan
Tinggi disebut Revisi. Tinggi disebut Appel.

Asas-Asas 1.Asas peradilan cepat, sederhana 1. Peradilan bebas dari campur


dan biaya ringan. tangan pihak-pihak
2.Asas Praduga Tidak Bersalah di luar kekuasaan kehakiman.
(Presumption of Innocence) (Pasal 4 UU No 4 Tahun
3.Asas Oportunitas 2004)
4.Asas Pemeriksaan Pengadilan 2. Asas sederhana, cepat dan
Terbuka Untuk Umum biaya ringan (Pasal 4
5.Asas Semua Orang Diperlakukan (1) UU No 4 Tahun 2004)
Sama Di Depan hakim 3. Asas Objektivitas (Pasal 5 UU
6.Asas Peradilan Dilakukan Oleh No 4 tahun 2004 )
Hakim Karena Jabatannya Tetap 4. Gugatan / Permohonan dapat
7.Asas Tersangka dan Terdakwa diajukan dengan
Berhak Mendapat Bantuan Hukum surat atau lisan.
8.Asas Akusator dan Inkisator 5. Inisiatif berperkara diambil
9.Asas Pemeriksaan Hakim yang oleh pihak yang
Langsung dan dengan Lisan berkepentingan
6. Keaktifan hakim dalam
pemeriksaaan
7. Beracara dikenakan biaya
8. Para pihak dapat meminta
bantuan atau
mewakilkan kepada seorang
kuasa
9. Sifat terbukanya persidangan
10. Mendengar kedua belah
pihak.
Kebenaran Bertujuan untuk mencari kebenaran Bertujuan mencari kebenaran
yang ingin materiil. formal
dicapai
Pemisahan Tidak ada. Ada perpaduan antara Ada pemisahan. Para pihak hanya
peristiwa dan penetapan peristiwa dan penemuan membuktikan peristiwa yang
hukum hukum. dipersengketakannya saja,
sedangkan soal hukumnya
menjadi tugas hakim.
Keaktifan Hakim bersifat aktif (eventual Hakim bersifat pasif (verhanlungs
hakim maxim). maxim).

Sanksi Mengenal sanksi yang bersifat Tidak mengenal sanksi yang


sementara, misalnya penahanan bersifat sementara.
sebelum vonis untuk memperlancar
persidangan atau untuk kepentingan
lain, misalnya takut terdakwa
melarikan diri atau mengulangi
perbuatannya.
Sifat Hukuman diberikan guna Hukuman ditujukan untuk
hukuman membebankan nestapa kepada si melindungi subjek hukum lain di
pelaku. luar si pelaku.

Penghentian Jaksa tidak berwenang untuk Para pihak yang berperkara bebas
pemeriksaan mencabut tuntutannya menghentikan pemeriksaan
perkara perkara sebelum hakim
menjatuhkan putusan.
Tujuan Mencari dan mendapatkan Memberikan perlindungan hukum
kebenaran materil ialah kebenaran oleh pengadilan untuk mencegah
yang selengkap lengkapnya dari terjadinya tindakan main hakim
suatu perkara pidana dengan sendiri (eigenrichting), sehingga
menerapkan ketentuan hukum acara terjadi tertib hukum jadi tujuan
pidana jujur dan tepat. dari Hukum Acara perdata adalah
untuk mencapai tertib hukum,
dimana seseorang
mempertahankan haknya melalui
badan peradilan, sehingga tidak
akan terjadinya perbuatan
sewenang-wenang.
Fungsi Menentukan perbuatan – perbuatan Fungsi hukum acara perdata
apa sajayang dapat dipidanakan, menyelesaikan masalah dalam
siapa saja yang dapat dipidanakan, mempertahankan kebenaran hak
dan pidana apa yang dapat individu. Perkara perdata yang
dijatuhkandan memberikan diajukan oleh individu yang di
peraturan cara bagaimana negara ajukan untuk memperoleh
dengan menggunakan alat alatnya kebenaran dan keadilan wajib
diselesaikan oleh hakim dengan
kewajaran sebagai tugasnya.
.
Inisiatif Jaksa selaku penuntut umum yang Pihak penggugat (the plaintiff)
pengajuan mewakili kepentingan umum. yang mewakili kepentingannya
perkara sendiri secara perorangan.

Keyakinan Bahwa dalam perkara Dalam perkara perdata,


Hakim pidana,meskipun terdakwa telah jikatergugat mengakui
mengakui suatu hal, hakim tidak perbuatannya dan apa yang
serta-merta menerima bagitu saja dituntut oleh penggugat
pengakuan dari terdakwa kalau sekalipun hakim tidak yakin
seandainya hakim tidak yakin dengan pengakuan tergugat,
dengan pengakuan dari terdakwa hakim wajib memutuskan
perkara tersebut dan tidak lagi
mempersoalkan tentang
pengakuan tergugat.
Sumpah Dalam hukum acara pidana tidak Dalam hukum acara perdata
decissoire dikenal adanya sumpah decissoire. dikenal adanya sumpah
decissoire yaitu sumpah yang
dimintakan kepada pihak
lawannya tentang kebenaran suatu
dalil atau peristiwa
Kedudukan Dalam acara pidana, jaksa Dalam acara perdata, pihak-
para pihak kedudukannya lebih tinggi dari pihak mempunyai kedudukan
terdakwa. Hakim juga turut aktif yang sama. Hakim hanya
bertindak sebagai wasit, dan
bersikap pasif
Keterikatan Hakim tidak semata-mata terikat Hakim hanya semata-mata terikat
hakim pada pada alat bukti yang sah, tetapi juga pada alat bukti yang sah
alat harus terikat pada keyakinannya (preponderance of evidence).
pembuktian sendiri atas kesalahan terdakwa
(beyond reasonable doubt

Pihak yang Tersangka dan terdakwa Penggugat, tergugat, turut


terlibat Penuntut Umum (jaksa) tergugat, tergugat intervensi
Penyidik dan penyelidik
Penasihat hukum

Perdamaian Selama belum diputus oleh hakim, Selama belum diputus oleh
tidak dapat ditawarkan perdamaian hakim, selalu dapat ditawarkan
untuk mengakhiri perkara perdamaian untuk mengakhiri
perkara
Sumber 1. Undang-Undang Dasar 1945, 1. Het Herziene Indonesisch
ketentuan UUD 1945 yang langsung Reglement (HIR atau Reglemen
mengenai Hukum Acara Pidana Indonesia), merupakan sumber
adalah Pasal 24 ayat (1) : kekuasaan hukum acara perdata yang
kehakiman dilakukan oleh sebuah diwariskan oleh pemerintahan
Mahkamah Agung dan lain-lain Belanda. Adapun sumber tersebut
badan kehakiman menurut undang- sebenarnya mengacu pada idi
undang. Ayat (2): susunan dan Pasal 5 Ayat 1 Undang-undang
kekuasaan badan-badan kehakiman Darurat Nomor 1 Tahun 1951
itu diatur dengan undang-undang. Tentang Tindakan-Tindakan
Pasal 25: syarat- syarat untuk Sementara Untuk
menjadi dan untuk diberhentikan Menyelenggarakan Kesatuan
sebagai hakim ditetapkan dengan Susunan Kekuasaan dan Acara
undang-undang. Penjelasan kedua Pengadilan-Pengadilan Sipil.
pasal ini mengatakan, kekuasaan 2. Burgeijk Wetboek atau Kitab
kehakiman ialah kekuasaan yang Undang-undang Hukum Perdata
merdeka, artinya terlepas dari (KUHPer) khususnya dalam buku
pengaruh kekuasaan pemerintah. IV Tentang Pembuktian dan
Berhubung dengan itu, harus Kadaluwarsa (Pasal 1865-1993)
diadakan jaminan dalam undang- 3.Rechtreglement
undang kedudukannya para hakim. Buitengewesten(RBG)
Pasal II Aturan Peralihan UUD 4. UU nomor 49 tahun 2009
1945; segala badan negara dan tentang peradilan umum
peraturan yang ada masih langsung 5.UU nomor 48 tahun 2009
berlaku, selama belum diadakan tentang kekuasaan kehakiman
yang baru menurut undang-undang 6.UU nomor 20 tahun 1947
dasar ini. tentang peradilan ulangan
2. Kitab Undang-Undang Hukum 7. UU nomor 3 tahun 2009
Acara Pidana (KUHAP) UU No. 8 tentang mahkamah agung
Tahun 1981, LN 1981 Nomor 76, . Peraturan Mahkamah Agung,
Tambahan Lembar Negara Nomor Surat edaran Mahkamah Agung
3209. dan Yurisprudensi Mahkamah
3. Undang-Undang Pokok Agung
Kekuasaan Kehakiman (UU No. 48
Tahun 2009, LN 2009 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5076).
4. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan
Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana.
5. Undang-Undang No. 5 Tahun
1986 tentang Mahkamah Agung.
DAFTAR PUSTAKA

Herinawati, L. M. (2015). Hukum Acara Perdata. Lhokseumawe: Unimal Press.


Didik Endro Purwoleksono. (2015). Hukum Acara Pidana. Surabaya: Airlangga University
Press
Andi Muhammad Sofyan. (2020). Hukum Acara Pidana. Jakarta: Kencana
Suyanto. (2018). Hukum Acara Pidana. Sidoarjo: Zifatama Jawara
Achmad Ali. (2012). Asas-Asas Pembuktian Hukum Perdata. Jakarta: Kencana
Yanasta Yudo Pratama. (2020). “Perbedaan Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara
Pidana” , https://yanastayudopratama.com/2020/05/04/perbedaan-hukum-acara-perdata-dan-
hukum-acara-pidana/, diakses pada 1 November 2022
Erizka Permatasari, S. (2022). “8 Perbedaan Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara
Perdata - Klinik Hukumonline.” https://www.hukumonline.com/klinik/a/8-perbedaan-hukum-
acara-pidana-dan-hukum-acara-perdata-lt61822de00a2b8/ , diakses pada 1 November 2022
Malik, A. (2021). “Perbedaan Antara Hukum Acara Pidana Dan Hukum Acara Perdata
[Lengkap] - Situs Hukum.” https://www.situshukum.com/2021/12/perbedaan-hukum-acara-
pidana-dan-hukum-acara-perdata.html/, diakses pada 1 November 2022
Sabiila, S. (2022). “Hukum Acara Pidana: Definisi, Tujuan hingga Asas yang Berlaku”
https://news.detik.com/berita/d-6015557/hukum-acara-pidana-definisi-tujuan-hingga-asas-
yang-berlaku/, diakses pada 1 November 2022

Anda mungkin juga menyukai