Anda di halaman 1dari 72

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An.

A DENGAN DIARE DI

RUANGAN ANAK RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

OLEH :

NAMA : Wulan Sani Efendi

NIM : 211211826

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana

atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya dan semoga sholawat beserta salam yang

senantiasa tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para

sahabatnya, dan juga kepada para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dengan

begitu penulis dapat menyusun laporan asuhan keperawatan yang berjudul Asuhan

Keperawatan Pada Klien An.A Dengan Diare Di Ruangan Rsup Dr. M. Djamil

Padang . Laporan asuhan keperawatan ini disusun untuk menyelesaikan salah satu

tugas mata kuliah Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis .

Dalam penyusunan laporan asuhan keperawatan ini, tidaklah lepas dari kendala

dan hambatan yang penulis hadapi, namun penulis menyadari kelancaran dalam

penyusunan laporan asuhan keperawatan ini tidak lain berkat dorongan, bantuan, dan

bimbingan semua pihak, sehingga kendala dan hambatan yang penulis hadapi dapat

teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ns. Rini Rahmayanti, M.Kep, Sp.Kep. Mat selaku dosen mata kuliah

Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis.

2. Orang tua yang senantiasa mendukung terselesaikannya laporan asuhan

keperawatan ini

3. Rekan-rekan seperjuangan dengan program studi S1 Keperawatan yang saling

mengingatkan dan memotivasi penulis dalam penyusunan laporan asuhan

keperawatan ini
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak

kekurangan, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu

kritik dan saran penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah yang akan datang.

Harapan dan tujuan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

dapat bermanfaat untuk semua pihak termasuk penulis, dan semoga apa yang telah

penulis pelajari diberkahi oleh Allah SWT, Aamiin allahhuma aamiin.

Padang, 16 Juli 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN

KATA PENGANTAR.................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

DAFTAR TABEL…..................................................................................................iv

DAFTAR DIAGRAM……………..………………………..……………………....v

BAB I PENDAHULUAN….......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah….........................................................................1

B. Tujuan Penulisan…....................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…...........................................................................7

A. Konsep Penyakit Diare….........................................................................7

1. Pengertian…................................................................................7

2. Klasifikasi…................................................................................7

3. Etiologi…....................................................................................9

4. Tanda dan Gejala/Manifestasi Klinis ….....................................11

5. Patofisiologi…............................................................................15

6. WOC .…………………………………………………………18

7. Penatalaksanaan………………………………………………..20

8. Pemeriksaan Penunjang…..........................................................24

9. Komplikasi…….….....................................................................25

ii
B. Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare…..............................26

1. Pengkajian…...............................................................................26

2. Diagnosa Keperawatan…...........................................................26

3. Intervensi Keperawatan…..........................................................28

4. Implementasi Keperawatan…....................................................35

5. Evaluasi Keperawatan …..….....................................................35

BAB III LAPORAN KASUS……………………………………………………..37

1. Pengkajian Keperawatan….......................................................37

2. Diagnosa Keperawatan…..........................................................55

3. Intervensi Keperawatan….........................................................55

4. Catatan Perkembangan…...…...................................................58

BAB IV PENUTUP………………………………………………………………..60

A. Kesimpulan ………………………………………………………...60

B. Saran………………………………………………………………..62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Diare Berdasarkan Table Derajat Dehidrasi…..............9

Tabel 2.2 Bentuk Klinis Diare………………………………………………13

Tabel 2.3 Klasifikasi Tingkat Dehidrasi Anak Dengan Diare…....................14

Tabel 3.4 Imunisasi Anak Dengan Diare …………………………..…….....45

Tabel 3.5 Sel Darah Normal………………………………………………...51

Tabel 3.6 Analisa Data Anak Dengan Diare ..………………………………52

Tabel 3.6 Daftar Diagnosis Keperawatan Anak Dengan Diare ..…………...55

Tabel 3.7 Intervensi Keperawatan Anak Dengan Diare……….……………55

Tabel 3.8 Catatan Perkembangan Anak Dengan Diare ..…………………...58

iv
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.1 Diagram Web Of Causation Diare……………………….19

Diagram 3.2 Diagram Genogram 3 Generasi…………………………..43

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan perkembangan dan

peningkatan kualitas hidup anak merupakan upaya penting untuk masa depan

Indonesia yang lebih baik. Upaya kelangsungan perkembangan dan

peningkatan kualitas anak berperan penting sejak masa dini kehidupan, yaitu

mulai masa didalam kandungan, bayi, hingga anak-anak (Maryunani, 2013)

Anak merupakan generasi penerus bangsa. Awal kokoh atau rapuhnya

suatu negara dapat dilihat dari kualitas para generasi penerusnya. Kesehatan

merupakan salah satu faktor utama dan sangat penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan anak. Ketika kondisi kesehatan anak kurang sehat, maka akan

berdampak pada berbagai hal yang berkaitan dengan pertumbuhan,

perkembangan, dan terhadap berbagai aktivitas yang akan dilakukannya (Inten

& Permatasari, 2019). Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah

kesehatan masyarakat yang utama di negara maju dan berkembang. World

Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa penyakit infeksi

merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak (Novard et al, 2019).

Penyakit infeksi yang sering di derita adalah diare, demam tifoid,

demam berdarah, infeksi saluran pernapasan atas (influenza, radang amandel,

1.
radang tenggorokan), radang paru-paru, merupakan penyakit infeksi yang

harus cepat didiagnosis agar tidak semakin parah. Penyakit infeksi merupakan

penyakit yang mudah menyerang anak, hal ini dikarenakan anak belum

mempunyai sistem imun yang baik (Mutsaqof et al, 2016).

Menurut WHO dan United Nations Children's Fund (UNICEF), ada

sekitar dua miliar kasus penyakit diare di seluruh dunia setiap tahunnya, dan

1,9 juta anak dibawah usia 5 tahun meninggal karena diare. Dari semua

kematian anak akibat diare, 78% terjadi di Afrika Tenggara dan wilayah Asia

(World Gastroenterology Organisation, 2012).

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal

atau tidak seperti biasanya yang ditandai dengan peningkatan volume,

keenceran, serta frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dan pada

neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah (Rospita et al,

2017). Sedangkan pengertian diare menurut Zein (2004) diare atau mencret

didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses yang tidak berbentuk

(unformed stools) atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.

Berdasarkan hasil dari Profil Kesehatan Indonesia (2018) diketahui

bahwa penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga

merupakan penyakit yang sering disertai dengan kematian. Pada tahun 2017

terjadi 21 kali kasus diare yang tersebar di 21 provinsi dengan jumlah penderita

1725 orang dan kematian 34 orang (1,97%).

2.
Sedangkan selama tahun 2018 Terjadi 10 kali kasus Diare yang tersebar

di 8 provinsi, 8 kabupaten/kota yaitu di Kabupaten Tabanan (Bali) dan

Kabupaten Buru (Maluku) yang masing-masing terjadi 2 kali kasus dengan

jumlah penderita 756 orang dan kematian 36 orang (4,76%). Bila dilihat per

kelompok umur diare tersebar di semua kelompok umur dengan prevalensi

tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%. Sedangkan

menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan perempuan 10eg ag sama, yaitu

8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan.

Hasil riskesdas tahun 2018 menyatakan angka kejadian diare di

Provinsi Kalimantan Timur adalah sebanyak 6,75% kejadian dan berdasarkan.

Data Profil Kesehatan Dinas Kota Balikpapan pada tahun 2017 angka kejadian

diare di Kota Balikpapan pada tahun 2017 adalah sebanyak 17.478 kasus

(Profil Kesehatan Indonesia, 2017).

Faktor risiko diare dibagi menjadi 3 yaitu faktor karakteristik individu,

faktor perilaku pencegahan, dan faktor lingkungan. Faktor karakteristik

individu yaitu umur balita yang menyebabkan penurunan berat badan dan

berlanjut 10eg agal tumbuh. Berdasarkan data-data diatas dapat menimbulkan

masalah-masalah keperawatan yang sering dijumpai pada pasien diare yaitu

kekurangan volume cairan, gangguan integritas kulit, defidit nutrisi, risiko

syok, dan ansietas (Nuraarif & Kusuma, 2015).

3.
Pada penatalaksanaan diare ada beberapa cara yang dapat dilakukan

salah satunya pada diare tanpa dehidrasi dilakukan rencana terapi A yaitu :

memberikan cairan banyak dari biasanya, memberikan zinc 10 hari

berturutturut walaupun diare sudah berhenti, memberikan makanan atau asi

eksklusif, memberikan antibiotik sesuai dengan indikasi, dan menasehati orang

tua. Selanjutnya pada penatalaksanaan diare dengan dehidrasi sedang

memberikan terapi B yaitu : memberikan oralit 3 jam pertama, memberikan

minum sedikit tapi sering dan memberikan zinc. Kemudian pada

penatalaksanan diare dengan dehidrasi berat dapat memberikan terapi C yaitu:

memberikan cairan intravena, memnerikan oralit, memberikan minum sedikit

tapi sering dan memberikan zinc selama 10 hari berturut-turut (Direktorat

Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2011).

Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien anak

dengan diare dapat dilakukan dengan cara diantaranya memantau asupan

pengeluaran cairan. Anak yang mendapatkan terapi cairan intravena perlu

pengawasan untuk asupan cairan, kecepatan tetesan harus diatur untuk

memberikan cairan dengan volume yang dikehendaki dalam waktu tertentu dan

lokasi pemberian infus harus dijaga,menganjurkan makan sedikit tapi sering

pada anak, dan memantau status tanda-tanda vital (PPNI, 2018).

Persentase kasus diare pada balita di Provinsi Sumatera Barat pada

tahun 2015 sebesar 31.400 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat,

2015). Penyakit diare masih menempati urutan 10 penyakit terbanyak di Kota

4.
Padang. Pada tahun 2015 Kota Padang termasuk kedalam kategori lima

terbesar jumlah kasus diare pada balita dari keseluruhan Kabupaten/Kota di

Sumatera Barat. Kejadian diare pada balita di Kota Padang sebanyak 2.694

kasus, dapat disimpulkan dari keseluruhan jumlah kasus balita di Provinsi

Sumatera Barat sekitar 8,6% kasus terdapat di Kota Padang. (Dinas Kesehatan

Kota Padang, 2015).Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan studi kasus penelitian tentang “ Asuhan Keperawatan Pada Klien

An.A Dengan Diare Yang Di Rawat Di RSUP Dr. M. Djamil Padang”.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah memberikan

gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien anak a dengan

Diare di Ruangan Anak RSUP Dr. M. DJamil Padang pada tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi pengkajian keperawatan pada anak A

dengan Diare di Ruangan Anak RSUP Dr. M. DJamil Padang pada

tahun 2022.

b. Untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada anak A dengan

Diare di Ruangan Anak RSUP Dr. M. DJamil Padang pada tahun

2022.

5.
c. Untuk mengidentifikasi intervensi keperawatan pada anak A

dengan Diare di Ruangan Anak RSUP Dr. M. DJamil Padang pada

tahun 2022.

d. Untuk mengidentifikasi implementasi keperawatan pada anak A

dengan Diare di Ruangan Anak RSUP Dr. M. DJamil Padang pada

tahun 2022.

e. Untuk mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada anak A dengan

Diare di Ruangan Anak RSUP Dr. M. DJamil Padang pada tahun

2022.

6.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Diare

1. Defenisi Diare

Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya

bentuk tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih

dari 3 kali dalam kurun waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019). Diare

adalah kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi

lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih

sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Direktorat

Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2011).

Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare

adalah suatu keadaan dimana terjadi pola perubahan BAB lebih dari

biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer

atau berair dengan atau tanpa darah dan tanpa lendir.

2. Klasifikasi Diare

Penyakit diare secara umum dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Diare akut

Diare akut adalah diare yang terjadinya mendadak dan

berlangsung kurang dari 2 minggu. Gejalanya antara lain: tinja cair,

biasanya mendadak, disertai lemah dan kadang-kadang demam atau

muntah.

7.
Biasanya berhenti atau berakhir dalam beberapa jam sampai

beberapa hari. Diare akut dapat terjadi akibat infeksi virus, infeksi

bakteri, akibat makanan.

2. Diare kronis

Diare kronis adalah diare yang melebihi jangka waktu 15 hari

sejak awal diare. Berdasarkan ada tidaknya infeksi, diare dibagi

menjadi 2 yaitu diare spesifik dan diare non spesifik. Diare spesifik

adalah diare yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau parasit.

Diare non spesifik adalah diare yang disebabkan oleh makanan

(Wijaya, 2010). Diare kronik atau diare berulang adalah suatu keadaan

bertambahnya kekerapan dan keenceran tinja yang berlangsung

berminggu-minggu atau berbulan-bulan baik secara terus menerus atau

berulang, dapat berupa gejala fungsional atau akibat suatu penyakit

berat. Tanda-tanda diare kronik seperti: demam, berat badan menurun,

malnutrisi, anemia, dan meningginya laju endap darah. Demam disertai

defense otot perut menunjukan adanya proses radang pada perut. Diare

kronik seperti yang dialami seseorang yang menderita penyakit crohn

yang mula-mula dapat berjalan seperti serangan akut dan sembuh

sendiri. Sebaliknya suatu serangan akut seperti diare karena infeksi

dapat menjadi berkepanjangan. Keluhan penderita sendiri dapat

diarahkan untuk memebedakan antara diare akut dengan diare kronik.

8.
Tabel 2.1

Klasifikasi diare berdasarkan table derajat dehidrasi

Gejala/derajat Diare tanpa Diare dehidrasi Diare dehidrasi

dehidrasi dehidrasi ringan/sedang berat

Bila terdapat dua Bila terdapat dua Bila terdapat dua

tanda atau lebih tanda atau lebih tanda atau lebih

Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lusu. Lunglai/

tidak sadar

Mata Tidak cekung Cekung Cekung

Keinginan untuk Normal, tidak ada Ingin munim terus, Malam minum

minum rasa haus ada rasa haus

Turgor Segera kembali Kembali lambat Kembali sangat

lambat

Sumber : DEPKES RI, 2011

3. Penyebab atau Etiologi Diare

Etiologi pada diare menurut Yuliastati & Arnis (2016) ialah :

a. Infeksi enteral yaitu adanya infeksi yang terjadi di saluran

pencernaan dimana merupakan penyebab diare pada anak, kuman

meliputi infeksi bakteri, virus, parasite, protozoa, serta jamur dan

bakteri.

9.
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat

pencernaan seperti pada otitis media, tonsilitis,

bronchopneumonia serta encephalitis dan biasanya banyak terjadi

pada anak di bawah usia 2 tahun.

c. Faktor malabsorpsi, dimana malabsorpsi ini biasa terjadi terhadap

karbohidrat seperti disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan

sukrosa), monosakarida intoleransi glukosa, fruktosa dan

galaktosa), malabsorpsi protein dan lemak.

d. Faktor Risiko Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit

Dan Penyehatan Lingkungan (2011) faktor risiko terjadinya diare

adalah:

1) Faktor perilaku yang meliputi :

a) Tidak memberikan air susu ibu/ASI (ASI eksklusif),

memberikan makanan pendamping/MP, ASI terlalu

dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman.

b) Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko

terkena penyakit diare karena sangat sulit untuk

membersihkan botol susu.

c) Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun

sebelum memberi ASI/makan, setelah buang air besar

(BAB), dan setelah membersihkan BAB anak.

10.
d) Penyimpanan makanan yang tidak higienis.

2) Faktor lingkungan antara lain :

a) Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya

ketersediaan mandi cuci kakus (MCK).

4. Tanda dan Gejala/ Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis anak diare menurut Wijayaningsih (2013) adalah

sebagai berikut :

a. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin

meningkat, nafsu makan berkurang.

b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer,

kadang disertai wial dan wiata.

c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur

dengan empedu.

d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja

menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.

e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas

kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa

kering dan disertai penurunan berat badan.

f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan

daran menurun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas,

11.
kesadaran menurun (apatis,samnolen,spoor,komatus) sebagai

akibat hipovokanik.

g. Diueresis berkurang (oliguria sampai anuria).

h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan

pernafasan cepat dan dalam.

Sedangkan manifestasi klinis menurut Elin (2009) dalam Nuraarif

& Kusuma (2015) yaitu :

a. Diare Akut

1) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset

2) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas- gas

dalam perut, rasa tidak enak, nyeri perut

3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi

pada perut

4) Demam

b. Diare Kronik

1) Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang

2) Penurunan BB dan nafsu makan

3) Demam indikasi terjadi infeksi

4) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut

lemah

12.
Bentuk klinis diare dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 2.2 Bentuk klinis diare

Diagnosa Berdasarkan pada keadaan

Diare cair akut - Diare yang lebih dari 3 kali seharu

berlangsung kurang dari 14 hari

- Tidak mengandung darah

Kolera - Diare yang sering dan banyak akan cepat

menimbulkan dehidrasi berat, atau

- Diare dengan dehidrasi berat selama terjadi

KLB loera, atau

- Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk

V, Cholera 01 atau 0139

Disentri - Diare berdarah ( terlihat atau dilaporkan )

Diare oersisten - Diare berlangsung selam 14 hari atau lebih

Diare dengan gizi buruk - Diare apapun yang disertai gizi buruk

Diare terkait antibiotika - Mendapat pengobatan antiotikoral spectrum

(Antibitic Associated Diarrhea) luas

Invaginasi - Dominan darah dan lender dalam tinja

- Massa intra abdominal (abdominal mass)

- Tangisan keras dan kepucatan pada bayi

Sumber: Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi, 2015

13.
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare dapat dilihat pada table beriktu :

Tabel 2.3

Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare

Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala Pengobatan

Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih - Beri cairan untuk

tanda : diare dengan

- Letargis/ tidak sadar dehidrasi berat

- Mata kecung

- Tidak bisa minum

atau malam minum

- Cubitan kulit perut

kembali sangat (≥ 2

detik)

Dehidrasi ringan atau Terdapat 2 atau lebih - Beri anak cairan

sedang tanda : dengan makanan

- Rewel, gelisah untuk dehidrasi ringan

- Mata cekung - Setelah rehisrasi,

- Minum dengan lahap. nasehati ibu unutk

Haus penaganan di rumah

- Cubitan kulit kembali dan kapan kembali

dengan lambat segera

14.
Tanpa dehidrasi - Tidak terdapat cukup - Beri cairan dan

tanda untuk makanan untuk

diklasifikasikan menangani diare di

sebagai dehidrasi rumah

ringan atau berat - Nasehati ibu kapan

kembali segera

- Kunjungan ulang

dalam waktu 5 hari

jika tidak membaik

Sumber: Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi, 2015

5. Patofisiologi

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan

osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan

osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air

dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga

timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin

didinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian

menjadi diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan

hiperperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan

elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan

asam basa (asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake

15.
kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah

(Zein dkk, 2004). Mekanisme terjadinya diare dan termaksut juga

peningkatan sekresi atau penurunan 23bsorbs cairan dan elektrolit dari

sel mukosa intestinal dan eksudat yang berasal dari inflamasi mukosa

intestinal (Wiffen et al, 2014). Infeksi diare akut diklasifikasikan secara

klinis dan patofisiologis menjadi diare noninflamasi dan diare

inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitoksin di

kolon dengan manifestasi sindrom disentri dengan diare disertai

23bsorb dan darah. Gejala klinis berupa mulas sampai nyeri seperti

kolik, mual, muntah, 23bsorbs, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada

pemeriksaan tinja rutin makroskopis ditemukan 23bsorb dan atau

darah, mikoroskopis didapati sek lukosit polimakronuklear. Diare juga

dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme, yaitu peningkatan

sekresi usus dan penurunan 23bsorbs di usus. Infeksi bakteri

menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebakan

terjadinya diare. Pada dasarnya, mekanisme diare akibat kuman

enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau

tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin

atau sitoksin. Satu jenis bakteri dapat menggunakan satu atau lebih

mekanisme tersebut untuk mengatasi pertahanan mukosa usus (Amin,

2015).

16.
a. Osmotic diarrhoe, yang terjadi karena isi usus menarik air dari

mukosa. Hal ini ditemukan malabsorbsi, dan defisiensi laktase.

b. Secretori diarrhoea, pada keadaan ini usus halus, dan usus besar

tidak menyerap air dan garam, tetapi mengsekresikan air dan

elektrolit. Fungsi yang terbalik ini dapat disebabkan pengaruh

toksin bakteri, garam empedu, prostaglandin, dan lain-lain. Cara

terjadinya, melalui rangsangan oleh cAMP (cyclic AMP) pada sel

mukosa usus.

c. Exudative diarrhoea, ditemukan pada inflamasi mukosa seperti

pada colitis ulcerativa, atau pada tumor yang menimbulkan adanya

serum, darah, dan mukus.

Diare akut dapat menyebabkan terjadinya:

a. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang

menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolic dan hypokalemia.

b. Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau

prarenjatan sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan

muntah, perfusi jaringan berkurang sehingga hipoksia dan

asidosismetabolik bertambah berat, peredaran otak dapat terjadi,

kesadaran menurun (sopokorokomatosa) dan bila tidak cepat

diobati, dapat menyebabkan kematian.

c. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan

karena diare dan muntah, kadang-kadang orangtua menghentikan

17.
pemberian makanan karena takut bertambahnya muntah dan diare

pada anak atau bila makanan tetap diberikan tetapi dalam bentuk

diencerkan. Hipoglikemia akan lebih sering terjadi pada anak yang

sebelumnya telah menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal

bertambah berat badan. Sebagai akibat hipoglikemia dapat terjadi

edema otak yang dapat mengakibatkan kejang dan koma

(Suharyono, 1991).

6. WOC ( Web Of Causation) Diare

Diagram 2.1

Diagram Web Of Causation Diare

WEB OF CAUSATION DIARE

PENYEBAB INVASI INVASI KERACUNAN


BAKTERI ZAT LAIN
VIRUS (MAKANAN)

18.
MEKANISME SEKRETORIK 1. OSMOTIK PENURUNAN
MOTILITAS
Penurunan, Maldigasi , tidak
Penyerapan, dapat meyerap
Kerusakan pada
Peningkatan neuromuscular
sekresi dan 2. PENINGKA
sehingga dapat
transport electron TAN
menyebabkan
MOTILITAS
pertumbuhan
Penurunan waktu
bakteri makin
transit makanan.
cepat.
3. INVASI
MUKOSA
Peradangan,
penurunan
reabsorbsi kolon,
dan peningkatan
motalitas.
4. PENURUNA
N AREA
PERMUKA
AN
Penurunan
kapasitas
fungsional.

Usia Muda Malnutrisi


FAKTOR RISIKO Gangguan Imunitas
Contoh : Contoh : kurangnya
Contoh : HIV/AIDS asupan ASI
Anak-Anak

19.
7. Penatalaksanaan

Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan

Penyehatan Lingkungan (2011) program lima langkah tuntaskan diare

yaitu:

a. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah.

Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium

klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat,

serta glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan

elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat

penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung

garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan

keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan

oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit

dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare.

Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendasikan Oralit

dengan osmolaritas rendah. Berdasarkan penelitian dengan Oralit

osmolaritas rendah diberikan kepada penderita diare akan:

a. Mengurangi volume tinja hingga 25%

b. Mengurangi mual muntah hingga 30%

c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui

intravena sampai 33%.

20.
Aturan pemberian oralit menurut banyaknya cairan yang

hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :

1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret Umur 1 –

4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret Umur diatas 5

Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

2) Dehidrasi ringan bia terjadi penurunan berat badan 2,5%-5%

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kgbb

dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare

tanpa dehidrasi.

3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke

Puskesmas. Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus

diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai

2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak

yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi

muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi

perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian

cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.

b. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk

kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan

21.
menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk

menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan

zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar

anak tetap sehat. Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang

penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam

tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami

diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat

diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta

menjaga agar anak tetap sehat.

Obat Zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu

sekitar 30 detik. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan

dosis sebagai berikut:

1) Balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg)/ hari

2) Balita umur ≥ 6 bulan: 1 tablet (20 mg)/ hari

c. Pemberian Makan

Memberikan makanan selama diare kepada balita (usia 6

bulan ke atas) penderita diare akan membantu anak tetap kuat dan

tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Sering sekali

balita yang terkena diare jika tidak diberikan asupan makanan yang

sesuai umur dan bergizi akan menyebabkan anak kurang gizi.

22.
Bila anak kurang gizi akan meningkatkan risiko anak terkena diare

kembali. Oleh karena perlu diperhatikan:

1) Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap

menyusui bahkan meningkatkan pemberian ASI selama diare

dan selama masa penyembuhan (bayi 0 – 24 bulan atau lebih).

2) Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi

berusia 0- 6 bulan, jika bayinya sudah diberikan makanan lain

atau susu formula berikan konseling kepada ibu agar kembali

menyusui eksklusif. Dengan menyusu lebih sering maka

produksi ASI akan meningkat dan diberikan kepada bayi untuk

mempercepat kesembuhan karena ASI memiliki antibodi yang

penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi.

3) Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian makan.

Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6 –

24 bulan dan sejak balita berusia 1 tahun sudah dapat diberikan

makanan keluarga secara bertahap.

4) Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan

selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.

d. Antibiotik Selektif

Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare

berdarah atau diare karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit

23.
lain. Efek samping dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional

adalah timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati dan diare yang

disebabkan oleh antibiotik.

e. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang

cara pemberian Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk

segera membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:

1) Buang air besar cair lebih sering

2) Muntah berulang-ulang

3) Mengalami rasa haus yang nyata

4) Makan atau minum sedikit

5) Demam

6) Tinjanya berdarah

7) Tidak membaik dalam 3 hari

8. Pemeriksaan penunjang

Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang

pada diagnos medis diare adalah :

a. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan

mikroskopis, Ph dan kadar gula dalam tinja, dan resistensi feses

(colok dubur).

24.
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan

keseimbangan asam basa.

c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal

ginjal.

d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K,kalsium dan Prosfat.

9. Komplikasi

Menurut Dwienda (2014), komplikasi yang dapat diakibatkan

oleh diare adalah sebagai berikut:

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, hipertonik).

b. Hipokalemia (dengan gejala ineteorismus, lemah, bradikardi).

c. Hipoglikemi.

d. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

“ Bila tidak teratasi biasa menjadi diare kronis (terjadi sekitar

1% pada diare akut pada wisatawan). Bisa timbul pertumbuhan bakteri

disusun secara berlebihan, sindrom malabsorbsi. Merupakan tanda

awal pada inflammatory bowel disease. Menjadi prediposisi sindrom

raiter’s atau sindrom hemolitik-uremikum” ( Nelwan, 2014, hal.572).

Menurut Suraatmaja (2007), kebanyakan penderita sembuh

tanpa adanya komplikasi, tetapi sebagian mengalami komplikasi daro

dehidrasi, kelainan elektrolit atau pengobatan yang diberikan.

25.
Komlikasi yang dapat terjadi yaitu Hipertermia, Hiponatremia,

demam, edema, asidosis, hipokalemia, ileus paralitikus, kejang,

intoleransi laktosa, muntah dan gagal ginjal.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare

Asuhan keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan

oleh perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan

dengan melakukan pengkajian, menetukan diagnosis merencanakan tindakan

yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan

yang telah diberikan dengan berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan pada

setiap tahap saling terjadi ketergantungan dan saling berhubungan (Hidayat,

2009).

Dalam proses keperawatan, asuhan keperawatan dibagi menjadi 5 tahap

yaitu:

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian Keperawatan Pengkajian keperawatan adalah tahap

awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis

dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi

dan mengidentifikasi status kesehatan klien.

Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam

memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.

26
Pengkajian yang lengkap, dan sistematis sesuai dengan fakta atau kondisi

yang ada pada klien sangat penting untuk merumuskan suatu diagnose

keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

respon individu ( Olfah & Ghofur, 2016 ).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan

kesehatan. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus diare

menurut Nuraarif&Kusuma (2015) dan PPNI (2017) sebagai berikut :

a. Gangguan pertukaran gas

b. Diare

c. Hipovolemi

d. Gangguan integritas kulit

e. Defisit nutrisi

f. Risiko syok

g. Ansietas

27
Menurut Wong (2009), diagnosa yang muncul pada diare yaitu

sebagai berikut:

a. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan

Cairan yang berlebihan dari traktur GI ke dalam feses atau

muntahan.

b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan kehilangan cairan yang tidak adekuat.

c. Risiko menularkan infeksi yang berhubungan dengan

mikroorganisme yang menginvasi traktus GI.

d. Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan iritasi

karena defekasi yang sering dan feses yang cair.

e. Ansietas berhubungan dengan keterpisahan anak dari orang

tuanya, lingkungan yang tidak biasa, dan prosedur yang

menimbulkan distress.

f. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan krisis situasi

dan kurangnya pengetahuan.

3. Intervensi Keperawatan\

Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala

treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada

pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang

diharapkan PPNI (2019).

28
Adapun intervensi yang sesuai dengan penyakit diare adalah

sebagai berikut :

a. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler.

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan

pertukaran gas pasien meningkat dengan kriteria hasil :

a) Pola nafas membaik

b) Warna kulit membaik

c) Sianosis membaik

d) Takikardia membaik

2) Intervensi

Obsevasi

a) Monitor frekuensi,irama,dan kedalaman upaya nafas

b) Monitor pola nafas

c) Monitor saturasi oksigen

d) Monitor nilai analisa gas darah

Terapeutik

a) Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian obat

29
b. Diare b.d fisiologis ( proses infeksi )

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan

eliminasi fekal pasien membaik dengan kriteria hasil :

a) Konsistensi feses meningkat

b) Frekuensi defekasi/bab meningkat

c) Peristaltik usus meningkat

d) Kontrol pengeluaran feses meningkat

e) Nyeri abdomen menurun

2) Intervensi

Observasi

a) Identifiksi penyebab diare

b) Identifikasi riwayat pemberian makan

c) Identifikasi gejala invaginasi

d) Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja

e) Monitor jumlah pengeluaran diare

Terapeutik

a) Berikan asupan cairan oral (oralit)

b) Pasang jalur intravena

c) Berikan cairan intravena

d) Ambil sample darah untuk pemeriksaan darah lengkap

e) Ambil sample feses untuk kultur, jik perlu.

30
Edukasi

a) Anjurkan manghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan

mengandung laktosa

b) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian obat pengeras feses

b) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas

c. Hipovolemi b.d kehilangan cairan aktif

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan status

cairan pasien membaik dengan kriteria hasil :

a. Turgor kulit membaik

b. Frekuensi nadi membaik

c. Tekanan darah membaik

d. Membrane mukosa membaik

e. Intake cairan membaik

f. Output urine meningkat

2) Intervensi

Obsevasi

a) Periksa tanda dan gejala hypovolemia ( missal frekuensi nadi

meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan

nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,

volume urin menurun,haus,lemah).

31
b) Monitor intake dan output cairan

Terapeutik

a) Hitung kebutuhan cairan

b) Berikan asupan cairan oral

Edukasi

a) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

b) Anjurkan menghidari posisi mendadak

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian cairan isotonis (Nacl.RL)

b) Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20 ml/kg bb untuk

anak.

d. Gangguan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan integritas

kulit dan jaringan meningkat dengan krite

2) ria hasil :

a) Kerusakan lapisan kulit menurun

b) Nyeri menurun

c) Kemerahan menurun

d) Tekstur membaik

32
3) Intervensi

Observasi

a) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit

Terapeutik

a) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring

b) Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode

diare

c) Gunakan petroleum berbahan petroleum atau minyak pada kulit

kering Edukasi

d) Anjurkan menggunakan pelembab

e) Anjurkan minum air yang cukup

f) Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur

g) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian obat topical

e. Defisit nutrisi b.d penurunan intake makanan

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan status

nutrisi pasien membaik dengan kriteria hasil :

a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat

b) Diare menurun

c) Frekuensi makan membaik

d) Nafsu makan membaik

33
e) Bising usus membaik

2) Intervensi

Observasi

a) Identifikasi status nutrisi

b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

c) Identifikasi makanan yang disukai

d) Identifikasi keburuhan kalori dan nutrisi

e) Monitor asupan makanan

f) Monitor berat badan

g) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik

a) Berikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

b) Berikan makanan tinggi kalori dan protein

Edukasi

a) Anjurkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

a) Kolaborasi dengn ahli gizi untuk menetukan jumlh kalori dan

jenis nutsisi yang dibutuhkan jika perlu.

b) Kolaborasi pemberian obat antimetik jika perlu

34
4. Implementasi

Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi

pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan

sesudah pelaksaan tindakan, serta menilai data yang baru.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan keperawatan

antara lain:

a. Kemampuan intelektual, teknikal, dan interpersonal.

b. Kemampuan menilai data baru.

c. Kreativitas dan inovasi dalam membuat modifikasi rencana

tindakan.

d. Penyesuaian selama berinteraksi dengan klien.

e. Kemampuan mengambil keputusan dalam memodifikasi

pelaksanaan.

f. Kemampuan untuk menjamin kenyamanan dan keamanan serta

efektivitas tindakan

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses

keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang

telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan

mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan

35
keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.

Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.

Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif,

afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik(

Olfah & Ghofur, 2016)

36.
BAB III

LAPORAN KASUS

NAMA MAHASISWA : WULAN SANI EFENDI

NIM : 211211826

TEMPAT PRAKTEK : RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

TGL PRAKTEK : 08 JULI 2022

TGL PENGKAJIAN : 08 JULI 2022

A. PENGKAJIAN

KASUS

Klien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan keluhan diare.Diare terjadi

sejak 7 hari yang lalu dan disertai dengan mual dan muntah.Klien juga dirawat di RS

solok sejak 3 hari yang lalu.Ibu klien mengatakan anaknya mengalami diare lebih dari

6 kali sehari

Kondisi pasien pada saat dilakukan pengkajian diruang anak pada tanggal 8

Juli 2022 jam 10.00 WIB didapatkan data, keluarga mengatakan anaknya mencret dan

demam sejak 4 hari yang lalu sebelum dibawa kerumah sakit solok, demam dan diare

terus-menerus, keluarga hanya memberikan kompres pada anaknya tetapi tidak tahu

cara mengatasi mencret, lalu keluarga membawa anaknya kerumah sakit dan telah

diberikan paracetamol suppose 125 mg, IVFD KaEN 1B, hasil pemeriksaan darah:

Hb 10,9 g/dl, lekosit 5.640/mm3,trombosit 303.0000/mm3, Ht 33% dan akhirnya

dirujuk kerumah sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang.

37.
Pada saat dilakukan pengkajian keluarga juga mengatakan bahwa anaknya

masih demam dan suhu tubuh 37,9 oC, keluarga mengatakan anaknya sering BAB,

makanannya hanya habis 1/3 porsi dari makanannya, anaknya tampak lemah dan

hanya tidur di tempat tidur, anaknya juga menangis saat demamnya tinggi. Keluarga

mengatakan tidak tahu pasti dan tidak mengerti dengan penyakit anaknya dan

penyebab pasti penyakit anaknya.

Pada riwayat penyakit sebelumnya keluarga mengatakan An.A baru pertama

kali dirawat dirumah sakit. Pasien mendapatkan imunisasi lengkap (BCG, DPT,

Polio, Campak, Hepatitis A), keluarga mengatakan dalam keluarga tidak ada yang

menderita penyakit yang sama seperti An. A. Pada data riwayat kesehatan lingkungan

didapatkan pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan 2 orang kakaknya, pasien

tinggal dirumah permanen yang mempunyai 2 kamar mandi dan 1 WC, sumber air

minum biasanya keluarga mengkonsumsi air minum isi ulang, tempat pembuangan

sampah rumah tangga dibuang ke TPS.

Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data keadaan umum klien

tampak lemah, pernafasan 28 x/I, nadi 96 x/I, suhu : 37 °C, Berat badan 16.8 kg, tinggi

badan 85 cm. keadaan kepala didapatkan lingkar kepala : 48 cm dan tidak ada

kerontokan pada rambut. Pada mata ditemukan simetris kiri dan kanan, konjungtiva

tidak anemis, sclera tidak ikterik, palpebra tidak oedema, mata tidak cekung, tidak ada

lingkar mata hitam, reflek cahaya +/+. Pada pemeriksaan mulut tampak warna bibir

merah muda, mukosa bibir kering, tidak ada sianosis, lidah tampak kotor/memutih,

tidak ada gusi berdarah, gigi lengkap dan tidak ada gigi berdarah.

38.
Pada pemeriksaan abdomen, saat dilakukan inspeksi tampak perut datar, tidak

ada pembesaran dan distensi abdomen, saat palpasi tidak ada terabanya benjolan, tidak

teraba adanya pembesaran hepar dan supel, pada perkusi didapatkan tympani dan
x
auskultasi bising usus (+) 12 /i, pada ekstremitas teraba hangat, tidak ada

sianosis, IVFD terpasang pada tangan sebelah kiri IVFD KaEN 1B 18 tetes/I (makro),

kekuatan otot 5/5. Pada kulit akral teraba hangat, turgor kulit kering

Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 08 Juli 2022, didapatkan Hb 10,6 g/dl,

lekosit 2.600/mm3,trombosit 366.000/mm3. Penatalaksanaan yang diberikan yaitu

KaEN 1B 18 tetes/I (makro),urdafalk 125 mg , meropenem 700 g, Zinc 20 mg, asam

folat 1x1 mg.resomal 160 cc.

I. IDENTITAS DATA

Nama anak : An. A

Tempat/Tgl Lhr : Padang, 10 Maret 2020

Umur : 3 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : Belum Sekolah

Anak ke- :3

BB/TB : 16,8 Kg/85 cm

Alamat : Kota Padang

Nama Ibu : Ainun Nama Ayah : Habibie

Umur : 28 tahun Umur : 30 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Guru

39.
Pendidikan : SMA Pendidikan : Sarjana

Alamat : Kota Padang Alamat : Kota Padang

DX. MEDIS : Diare

No. RM : 0125B0100717Y001234

TGL Masuk RS : 8 Juli 2022

II. KELUHAN UTAMA

Keluarga mengatakan anaknya mencret dan demam sejak 4 hari yang lalu

sebelum dibawa kerumah sakit solok, demam dan diare terus-menerus,

keluarga hanya memberikan kompres pada anaknya tetapi tidak tahu cara

mengatasi mencret, lalu keluarga membawa anaknya kerumah sakit dan telah

diberikan paracetamol suppose 125 mg, IVFD KaEN 1B, hasil pemeriksaan

darah: Hb 10,9 g/dl, lekosit 5.640/mm3 ,trombosit 303.0000/mm3 , Ht 33%

dan akhirnya dirujuk kerumah sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang.

III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

(Khusus Untuk Anak Usia 0 – 5 Tahun)

a. PRENATAL

1. Kesehatan ibu waktu hamil yaitu ibu mengatakan sering

memijat bagian tubuh yaitu punggung yang s

2. Pemeriksaan Kehamilan teratur diperiksa oleh bidan terdekat

rumah yaitu di Kota Padang hasil pemeriksaan sewaktu hamil dengan

status kesehatan ibu dan janin baik, dan diberikan imunisai TT.

40.
b. INTRANATAL

Umur kehamilan 40 minggu sejak HPHT, dan persalinan normal yang

dibantu oleh dokter persalinan.

c. POSTNATAL

Ibu mengatakan anak sering menangis saat hendak tertidur.

IV. RIWAYAT KESEHATAN

a. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU

Pada riwayat penyakit sebelumnya keluarga mengatakan An.A baru

pertama kali dirawat dirumah sakit. . Pasien mendapatkan imunisasi

lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis A).

b. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

Pasien mulai sakit diare pada tanggal 1 Juli 2022, Pengkajian pada

pasien mulai dilakukan pada tanggal 8 Juli 2022.

Keluhan utama (saat masuk rumah sakit dan saat ini)

Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan diare. Ibu pasien

mengatakan anaknya mengalami diare lebih dari 6 kali sehari.

Keluarga juga mengatakan bahwa anaknya masih demam dan suhu


o
tubuh 37,9 C, keluarga mengatakan anaknya sering BAB,

makanannya hanya habis 1/3 porsi dari makanannya, anaknya tampak

lemah dan hanya tidur di tempat tidur, anaknya juga menangis saat

demamnya tinggi. Keluarga mengatakan tidak tahu pasti dan tidak

41.
mengerti dengan penyakit anaknya dan penyebab pasti penyakit

anaknya.

Alasan masuk rumah sakit

Keluarga mengatakan anaknya mencret dan demam sejak 4 hari yang

lalu sebelum dibawa kerumah sakit solok, demam dan diare terus-

menerus, keluarga hanya memberikan kompres pada anaknya tetapi

tidak tahu cara mengatasi mencret, lalu keluarga membawa anaknya

kerumah sakit dan telah diberikan paracetamol suppose 125 mg, IVFD

KaEN 1B, hasil pemeriksaan darah: Hb 10,9 g/dl, lekosit 5.640/mm3

,trombosit 303.0000/mm3 , Ht 33% dan akhirnya dirujuk kerumah sakit

RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya

Keluarga hanya memberikan kompres pada anaknya tetapi tidak tahu

cara mengatasi mencret

c. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Keluarga mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita

penyakit yang sama seperti An. A.

42.
Diagram 3.2 Diagram Genogram 3 Generasi

V. RIWAYAT KESEHATAN LINGKUNGAN

Pada data riwayat kesehatan lingkungan didapatkan pasien tinggal bersama

kedua orang tuanya dan 2 orang kakaknya, pasien tinggal dirumah permanen

yang mempunyai 2 kamar mandi dan 1 WC, sumber air minum biasanya

keluarga mengkonsumsi air minum isi ulang, tempat pembuangan sampah

rumah tangga dibuang ke TPS.

43.
VI. RIWAYAT PSIKOSOSIAL

1. Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan kedua kakaknya.

2. Hubungan dengan anggota keluarga baik

3. Hubungan dengan teman sebaya baik

4. Pembawaan secara umum baik

5. Lingkungan rumah bersih

VII. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG

a. Motorik Kasar : An.A sudah mampu duduk, merangkak, berdiri,

berjalan, berlari atau melompat.

b. Motorik Halus : An.A sudah mampu menggengam, menulis,

memotong, menggambar, atau menyusun puzzle.

c. Kognitif dan Bahasa : An.A sudah mulai bertanya-tanya terkait

pengetahuan dan An.A mampu untuk berpikir secara abstrak dengan

memanipulasi ide di kepalanya dan sudah mampu menggunakan

bahasa Indonesia dalam berbicara.

d. Sosial dan Kemandirian : An.A sudah mampu melakukan sesuatu

yang kreatif dan mampu memegang wadah berisi air tanpa tumpah.

44.
VIII. IMUNISASI

Tabel 3.4 Tabel Imunisasi

Usia Pemberian Usia Pemberian Usia Pemberian


Jenis Imunisasi
I II III

BCG 2 bulan - -

HEPATITIS - 24 jam 2 bulan 3 bulan

DPT 2 bulan 3 bulan 4 bulan

POLIO 2 bulan 3 bulan 4 bulan

CAMPAK 9 bulan 14 bulan 18 bulan

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

a. Pola pemenuhan Nutrisi

1. ASI/MPASI/ makanan padat/vitamin

Pemberian ASI ekslusif oleh ibu dan berdampingan dengan

makanan bergizi seperti sayuran dan buah buah an yang kaya

Vitamin.

b. Pola Tidur

1. Lamanya tidur siang sekitar 3 jam dan disaat tidur malam 10

jam.

2. Kebiasaan saat tidur adalah mengaakat satu tungkai kakinya.

45.
c. Pola aktifitas/Latihan/OR/Bermain/Hoby

1. Saat sehat aktivitas bermain baik

2. Saat sakit aktivitas bermain tidak ada

d. Pola Kebersihan diri

1. Mandi

Frekuensi/hari : 3/hari

Sabun : Nuvo

Bantuan : Oleh ibu

2. Oral Hygiene

Frekuensi/hari : 3/hari

Waktu : Setiap setelah mandi

Cara :

1. Genggam sikat gigi dan letakkan pasta gigi diatas sikat gigi.

2. Sikatkan gigi dengan Gerakan melingkar selama 20 detik setiap

bagian.

3. Berkumurlah secukupnya dengan air bersih untuk

membersihkan gigi.

4. Gigi Kembali bersih bebas dari bakteri.

Menggunakan pasta gigi : Pepsodent

dibantu/sendiri : Sendiri

46.
5. Cuci rambut

Frekuensi x/minggu : 3/ minggu

Sampo : My Baby Kids Shampo

sendiri/dibantu : Di bantu

6. Berpakaian

Sendiri/dibantu : Di bantu

e. Pola Eliminasi

1. BAB

Frekuensi : Lebih dari 6 kali sehari

Warna : Kekuningan

Bau : Sedikit menyengat

Konsistensi : Cair

Keluhan : BAB Cair

Kebiasaan pada waktu BAB : Tidak ada

2. BAK

Frekuensi : 5 Kali sehari

Warna : Normal

Kebiasaan ngompol : Tidak ada

Keluhan yang berhubungan dengan BAK : Tidak ada

47.
f. Kebiasaan Lain

1. Menggigit Jari : Tidak ada

2. Menggigit kuku : Tidak ada

3. Menghisap Jari : Tidak ada

4. Memainkan genital : Tidak ada

5. Mudah marah : Tidak ada

X. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum Klien : Lemah,

b. TB / BB : 85 cm/16, 8 kg

c. Kepala : Keadaan kepala didapatkan lingkar kepala : 48 cm dan tidak

ada kerontokan pada rambut

d. Mata : Pada mata ditemukan simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak

anemis, sclera tidak ikterik, palpebra tidak oedema, mata tidak cekung,

tidak ada lingkar mata hitam, reflek cahaya + /+.

e. Telinga : simetris kiri & kanan, tidak ada serumen

f. Hidung : simetris kiri& kanan, tidak ada sekret

g. Mulut: mulut tampak warna bibir merah muda, mukosa bibir kering,

tidak ada sianosis, lidah tampak kotor/memutih, tidak ada gusi

berdarah, gigi lengkap dan tidak ada gigi berdarah

h. Leher Tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid

48.
i. Dada

I : Benuk dada datar, Simetris

P : Tidak ada lesi dan pembengkakan

j. Jantung

I : bentuk dada datar, simetris

P : hepar tidak teraba

A : bunyi jantung normal, tidak ada bunyi jantung tambahan

k. Paru – paru

I : Simetris kiri dan kanan, tidak ada bantuan otot bantu pernafasan

P : Teraba pengembangan dada kanan dan kiri

P : perkusi sonor

A : Vesikuler

l. Perut

I : perut datar, tidak ada pembesaran dan distensi abdomen,

P : tidak ada terabanya benjolan, tidak teraba adanya pembesaran hepar

dan supel,

P : didapatkan tympani

A : bising usus (+) 12 x /i,.

m. Punggung : Bentuk normal, tidak ada kelainan, Tidak ada lesi pada

punggung dan tidak ada pembengkakan.

49.
n. Ekstremitas : teraba hangat, tidak ada sianosis, IVFD terpasang pada

tangan sebelah kiri IVFD KaEN 1B 18 tetes/I (makro), kekuatan otot

5/5.

o. Genitalia Tampak bersih dan tidak ada bekas luka

p. Kulit :Pada kulit akral teraba hangat, turgor kulit kering

q. Pemeriksaan Neurologis : -

XI. PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG

a. DDST ( Denver Developmental Screening Test )

1. Motorik Kasar

Dapat duduk, berdiri, berjalan dan berlari dengan normal.

2. Motorik Halus

Dapat mengambil benda kecil dengan ibu jari dan jari

telunjuk, mampu makan makanannya sendiri, mampu

menyusun balok.

3. Kognitif dan Bahasa

Bahasa belum jelas

4. Sosial dan Kemandirian

Dibantu oleh orang tua

50.
b. STATUS NUTRISI

Gizi baik, tinggi normal, berat normal, dan tidak Stunting.

XII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. LABORATORIUM

Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 08 Juli 2022, didapatkan Hb

10,6 g/dl, lekosit 2.600/mm3 ,trombosit 366.000/mm3 .

Nilai normal:

Tabel 3.5 Tabel Sel Darah Normal

b. DIAGNOSTIK : Tidak Ada

c. Therapi yang didapatkan

KaEN 1B 18 tetes/I (makro),urdafalk 125 mg , meropenem 700 g,

Zinc 20 mg, asam folat 1x1 mg.resomal 160 cc

XIII. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan yang diberikan yaitu KaEN 1B 18 tetes/I

(makro),urdafalk 125 mg , meropenem 700 g, Zinc 20 mg, asam folat

1x1 mg.resomal 160 cc

51.
XIV. ANALISA DATA

Tabel 3.6 Tabel Analisa Data

NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1 Data Subjektif (DS) : Hipertermia Dehidrasi


- Keluarga mengatakan anaknya
mencret dan demam sejak 4 hari
yang lalu sebelum dibawa
kerumah sakit solok
- Keluarga mengatakan bahwa
anaknya masih demam dan suhu
tubuh 37,9 o C
- Keluarga mengatakan anaknya
juga menangis saat demamnya
tinggi
Data Objektif (DO) :

- TTV: Pernafasan 28 x/I, nadi 96


x/I, suhu : 37 °C
- Pada ekstremitas teraba hangat
- Pada kulit akral teraba hangat

2 Data Subjektif (DS) : Diare Proses infeksi


- Keluarga mengatakan An. A diare
sejak 7 hari yang lalu dan disertai
dengan mual dan muntah
- Ibu klien mengatakan anaknya
mengalami diare lebih dari 6 kali
sehari
- Keluarga mengatakan
makanannya hanya habis 1/3 porsi
dari makanannya
- Keluarga mengatakan anaknya
tampak lemah dan hanya tidur di
tempat tidur
Data Objektif (DO) :
- Keadaan umum klien tampak
lemah,
- Berat badan 16.8 kg, tinggi badan
85 cm.
- Keadaan kepala didapatkan
lingkar kepala : 48 cm dan tidak
ada kerontokan pada rambut.
- Pemeriksaan mulut tampak warna
bibir merah muda, mukosa bibir
kering, tidak ada sianosis, lidah
tampak kotor/memutih, tidak ada
- Turgor kulit kering
- Pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb 10,6 g/dl, lekosit
2.600/mm3 ,trombosit
366.000/mm3
- Bising usus (+) 12 x /i

3. Data Subjektif (DS) : Defisit Kurang terpapar


pengetahuan informasi
- Keluarga mengatakan hanya
tentang diare
memberikan kompres pada
anaknya tetapi tidak tahu cara
mengatasi mencret
- Keluarga mengatakan tidak tahu
pasti dan tidak mengerti dengan
penyakit anaknya dan penyebab
pasti penyakit anaknya
Data Objektif (DO) : -

54.
XV. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Tabel 3.6 Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan

DIAGNOSIS
NO TGL TGL TT
KEPERAWATAN TT
MUNCUL TERATASI
(NANDA/SDKI)
1 Hipertermia berhubungan 08 Juli 2022
dengan dehidrasi
2. Diare berhubungan dengan 08 Juli 2022
kehilangan cairan aktif
3. Defisit pengetahuan tentang 08 Juli 2022
diare berhubungan dengan
kurang terpapar informasi

XVI. RENCANA KEPERAWATAN

Tabel 3.7 Tabel Rencana Keperawatan

DIAGNOSIS
NO KEPERAWATAN SLKI SIKI
(SDKI)
1. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
dengan dehidrasi intervensi
Observasi :
keperawatan selama
1x24 jam diharapkan - Identifikasi penyebab
termoregulasi hipertermia ( dehidrasi)
membaik dengan - Monitor suhu tubuh
kriteria hasil : - Monitor kadar elektralit
- Suhu tubuh Teraupeutik :
membaik
- Sediakan lingkungan
- Suhu kulit
yang dingin
membaik
- Longarkan atau
- Ventilasi
lepaskan pakaian
membaik
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
-
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu
2. Diare berhubungan dengan Setelah dilakukan Manajamen Diare
kehilangan cairan aktif intervensi
Observasi :
keperawatan selama
1x24 jam diharapkan - Identifikasi penyebab
eliminasi fekal diare ( Bakteri pada air )
membaik dengan - Identifikasi riwayat
kriteria hasil : pemberian makanan
- Monitor warna, volume,
- Kontrol
frekuensi, dan
pengeluaran
konsistensi tinja
feses meningkat
- Keluhan Terapeutik :
defekasi lama
- Berikan asupan cairan
dan sulit
oral
menurun
- Pasang jalur intravena
- Konsistensi
- Berikan cairan intravena
feses membaik
- Frekuensi Edukasi :
defekasi
- Anjurkan makan porsi
membaik
kecil dan sering secara
bertahap
- Anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas,
pedas dan mengandung
laktosa
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
obat antimotilitas ( mis.
Loperamide, difenoksilat
- Kolaborasi pemberian
obat pengeras feses ( mis.
Atapulgit, smektit,
kaolin-pektin )

3. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan


tentang diare berhubungan intervensi
Observasi :
dengan kurang terpapar keperawatan selama
informasi 1x24 jam diharapkan - Identifikasi kesiapan
tingkat pengetahuan dan kemampuan
meningkat dengan menerima informasi
kriteria hasil : - Identifikasi faktor-
faktor yang dapat
- Perilaku sesuai
meningkatkan dan
anjuran
menurunkan motivasi
meningkat
perilaku hidup bersih
- Perilaku sesuai
dan sehat
dengan
pengetahuan Terapeutik :
meningkat
- Sediakan materi dan
- Pertanyaan
media pendidikan
tentang masalah
kesehatan
yang dihadapi
- Jadwalkan pendidikan
menurun
kesehatan sesuai
- Presepsi yang
kesepakatan
keliru terhadap
- Berikan kesempatan
masalah
untuk bertanya
menurun
- Perilaku Edukasi :
membaik
- Jelaskan faktor risiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

XVII. CATATAN PERKEMBANGAN

Tabel 3.7 Tabel Catatan Perkembangan Keperawatan

NO. IMPLEMENTASI EVALUASI


HARI/JAM HARI/JAM PARAF
DX KEPERAWATAN (SOAP)
1 Jum’at, 8 Juli 1. Memonitor suhu Sabtu, 9 Juli S: - Keluarga
2022, 14.00 tubuh 2022, 18.00 mengatakan anak
WIB Observasi WIB demam
2. Menyediakan O : - Kulit akral
lingkungan yang dingin anak teraba hangat
Menganjukan pasien TTV:
untuk melonggarkan - Pernafasan 28 x/I,
atau melepaskan - Nadi 90 x/I,
pakaian - Suhu : 370C
Memberikan cairan dan A : Masalah
elektrolit intravena Teratasi
Edukasi P : Intervensi
Menganjurkan tirah dihentikan
baring
2 Jum’at, 8 Juli 1.Monitor tinja Sabtu, 9 Juli S:
2022, 14.00 2022, 18.00 - Keluarga
Obsevasi
WIB WIB mengtakan An.A
Memonitor warna, diare sejak 7 hari
volume, frekuensi, dan yang lalu
konsistensi tinja - Ibu klien
mengatakan
anaknya
2.Pemberian cairan mengalami
intravena
diarelebih dari 6
Terapeutik
kali sehari
Memberikan KaEN 1B
O:
18 tetes/I (makro)
-Bising usus (+)
3.Anjurkan pantangan 12x/i
A: Masalah belum
Edukasi teratasi
P:
Menganjurkan
- Intervensi
menghindari makanan
pembentuk gas, pedas dilanjutkan
dan mengandung - Memonitor
laktosa warna,volume,frek
uensi,dan
konsistensi tinja
- Menomitor jumlh
pegeluaran diare
3. Jum’at, 8 Juli 1.Identifikasi kesiapan Sabtu, 9 Juli S:
2022, 14.00 dan kemampuan 2022, 18.00 -Keluarga
WIB menerima informasi WIB mengatakan tidak
Observasi tau pasti dan tidak
mengerti penyakit
Mengidentifikasi
dan penyebab pasti
kesiapan dan
penyakit anaknya
kemampuan menerima
-Keluarga
informasi
mengatakan tidak
2. Sediakan materi dan tau cara mengatasi
media pendidikan mencret
kesehatan O:-
A : Masalah belum
Terapeutik
teratasi
Menyediakan materi P : Intervensi
dan media pendidikan dilanjutkan :
kesehatan -Melaksanakan
Pendidikan sesuai
dengan
kesepakatan

59.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penulis akan menyimpulkan hasil dari Asuhan Keperawatan Pada An.A

dengan Diare di RSUP Dr. M. Djamil Padang 2022, mulai dari pengkajian

keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan

keperawatan dan evaluasi keperawatan yang dilaksanakan pada tanggal 08 Juli

2022 sampai dengan 09 Juli 2022.

1. Pengkajian.

Pada pengkajian diare ditemukan perbedaan antara tinjauan teori

dengan tinjauan kasus yaitu pada kasus ditemukan tentang klien sering

BAB dan ditemukan data yang menunjang tentang masalah kekurangan

volume cairan. Sedangkan pada tinjauan teori beberapa masalah

ditemukan pada setiap pola dan pengkajian fisiknya. Data – data yang

ditemukan pada tinjauan kasus pengkajian pada diare tidak jauh berbeda

dengan tinjauan teorinya. Beberapa masalah yang ditemukan yaitu proses

infeksi, suhu tubuh meningkat, kurangnya pengetahuan.

60.
2. Diagnosa Keperawatan

Semua diagnose keperawatan pada tinjauan teori ditemukan pada

tinjauan kasus yaitu proses infeksi, suhu tubuh meningkat, kurangnya

pengetahuan.

3. Perencanaan.

Perencanaan yang ditetapkan disesuaikan dengan keadaan klien

dan masalah keperawatan yang muncul pada saat itu. Pada perencanaan

diare hanya 3 intervensi yang ditetapkan yang bertujuan menghilangkan

masalah yang dihadapi klien diantaranya,. yaitu Diare berhubungan

dengan proses infeksi, Hipertermia berhubungan dengan Dehidrasi, Defisit

pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atay informasi

tentang diare.

4. Pelaksanaan.

Tindakan keperawatan disesuakan dengan rencana keperawatan

yang telah dirumuskan dan tidak menyimpang dari program medis.

Pelaksanaan tindakan kasus An.A dengan Diare mengikuti aturan dan tata

cara di RSUP Dr. M. Djamil Padang.

5. Evaluasi.

Penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan

klien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat

pada tahap perencanaan. Pada diare disusun intervensi untuk mengatasi

3 diagnosa keperawatan yang muncul. Namun semua diagnose dapat

61.
teratasi diantaranya yaitu Hipertermia berhubungan dengan Dehidrasi,

Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atay

informasi tentang diare.

B. SARAN

Laporan kasus ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan,

keterampilan dan wawasan penulis sendiri dalam pemberian asuhan

keperawatan pada klien dengan diare. Diharapkan penulis dapat melakukan

pengkajian secara holistik terkait dengan yang dialami oleh klien agar asuhan

keperawatan dapat tercapai tepat sesuai dengan masalah yang ditemukan pada

klien.

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis menyarankan bahwa:

1. Diharapkan kepada perawat dalam mengumpulkan data agar

menggunakan berbagai sumber informasi dengan menggunakan teknik-

teknik wawancara, observasi, pengkajian fisik dan dokumentasi agar data

yang terkumpul akurat dan komprehensif.

2. Untuk meningkatkan mutu keperawatan maka diperlukan

pendokumentasian proses keperawatan sebagai salah satu bukti

pertanggung jawaban terhadap usaha yang telah diberikan maka sebaiknya

rumah sakit menyiapkan format untuk pendokumentasian

62.
3. Dalam menetapkan diagnose keperawatan diharapkan perawat agar

memperhatikan responklien yang berbeda-beda terhadap masalah

kesehatan melalui pengkajian biopsikososial spiritual dan cultural yang

komprehensif.

4. Agar masalah keperawatan dapat teratasi dengan baik diperlukan

69erjasama tim paramedic dan tenaga kesehatan lainnya dalam menangani

masalah klien.

5. Kepada perawat ruangan dan anggota kesehatan lainnya melanjutkan

rencana keperawatan dan memodifikasi yang sesuai dengan kondisi klien.

63.
DAFTAR PUSTAKA

Debby Daviani Prawati, Dani Nasirul Haqi. (2019). Faktor Yang

Mempengaruhi Kejadian Diare Di Tambak Sari, Kota Surabaya.

Andi Fatmawati. 2017. Asuhan Keperawatan Pada An. R Dengan Kasus Diare

Pada Anak Di Ruang Madinah RSI Siti Khadijah Palembang.

( http://repository.stik-sitikhadijah.ac.id/241/1/41505001.pdf )mdiakses pada

16 Juli 2022

Esmi Sinaga. (2018). Asuhan keperawatan anak pada anak c pasien diare ruang

rawat nginap di puskesmas puuwatu tahun.

(https://www.scribd.com/document/394184751/KTI-ESMI-SINAGA)

Kartika Sari Wijayaningsih. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta. M.

Fadila Arie Novard, Netti Suharti, Roslaili Rasyid. (2019). Gambaran Bakteri

Penyebab Infeksi Pada Anak Berdasarkan Jenis Spesimen dan Pola

Resistensinya di Laboratorium RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014-

2016.

Syaifuddin. (2016). Anatomi Fisiologi (Monica Ester, Ed.). Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Ns. Yuliastati,S.Kep, M.Kep, Amelia Arnis. (2016). Keperawatan Anak.

Jakarta. Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta Selatan.


Tim Pokja Sdki PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.

Jakarta Selatan.

Tim Pokja Siki PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

Jakarta Selatan.

Tim Pokja Slki PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta

Selatan.

Umar Zein. (2004). Diare Akut Infeksius Pada Dewasa.


LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai