Anda di halaman 1dari 15

PENDAHULUAN FISIKA INTI

REAKSI INTI NUKLIR

OLEH

NAMA KELOMPOK :

AHMAD ZARKASIH NUR (0611138161022)


MEURETTA ALAWIYAH PULUNGAN (06111281722020)
SARAH KIRANA (06111381722050)
WIDYA RAHMATIKA RIZALDI (06111381722055)

DOSEN PENGAMPU : Dr.Leni Marlina,M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan akan energi bertambah semakin cepat dari tahun ke tahun, sementara
sumber yang dapat langsung untuk digunakan untuk kebutuhan tertentu semakin
terbatas.Meskipun energi yang bersumber pada radiasi matahari (energi surya) sangat
berlimpahtetapi sejauh ini belum dapat pemanfaatannya masih belum dapat optimal. Secara
ekonomisperalatan yang diperlukan untuk mengkonversi energi surya masih relatif
mahaldibandingkan sumber-sumber energi yang bersumber pada minyak dan gas bumi serta
batubara.
Reaktor fusi nuklir merupakan salah satu sumber energi alternatif masa depan
yangmenggunakan bahan bakar yang tersedia melimpah, sangat efisien, bersih dari polusi,
tidak akan menimbulkan bahaya kebocoran radiasi dan tidak menyebabkan sampah radioaktif
yang merisaukan seperti pada reaktor fisi nuklir. Sejauh ini reaktor fusi nuklir masih belum
dioperasikan secara komersial. Prototip reaktor-reaktor fusi saat ini masih dalam tahap
eksperimentasi pada beberapa laboratorium diUSA dan di beberapa negara maju lainnya.
Suatu konsorsium dari USA, rusia, Eropa danJ epang telah mengajukan pembangunan suatu
reaktor fusi yang disebut International Thermonuclear Experimental Reactor (ITER) di
Cadarache (Perancis) untuk mengujikelayakan dan keberlanjutan penggunaan reaksi fusi
untuk menghasilkan energi listrik.
Reaktor-reaktor nuklir yang saat ini dioperasikan untuk menghasilkan energi (listrik)
merupakan reaktor fisi nuklir. Dalam reaktor fisi nuklir energi diperoleh dari pemecahan
satuatom menjadi dua atom. Dalam reaktor-reaktor fisi nuklir konvensional, neutron lambat
yang menumbuk inti atom bahan bakar (umumnya Uranium) menghasilkan inti atom baru
yangsangat tidak stabil dan hampir seketika pecah menjadi dua bagian (inti) dan sejumlah
neutrondan energi yang besar. Pecahan hasil reaksi fisi tersebut merupakan sampah radioaktif
denganwaktu paruh yang sangat panjang sehingga menimbulkan masalah baru pada
lingkungan. Dalam reaksi fusi nuklir dua inti atom ringan bergabung menjadi satu inti baru.
Dalam suatu reaktor fusi, inti-inti atom isotop hidrogen (protium, deuterium, dan tritium)
bergabungmenjadi inti atom helium dan netron serta sejumlah besar energi. Reaksi fusi ini
sejenisdengan reaksi yang terjadi di dalam inti matahari dan bersifat jauh lebih bersih, lebih
aman. lebih efisien dan menggunakan bahan bakar yang jauh lebih berlimpah dibandingkan
dengan reaksi fisi nuklir.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan reaksi inti nuklir?
2. Bagaimana mekanisme reaksi inti nuklir?
3. Bagaimana tahap-tahap reaksi inti nuklir?
4. Apa saja jenis-jenis reaksi nuklir ditinjau dari energinya?
C. Tujuan
1. Untuk memahami reaksi inti nuklir
2. Untuk memahami mekanisme reaksi inti nuklir
3. Untuk mengetahui tahap-tahap reaksi inti nuklir
4. Untuk mengetahui jenis-jenis reaksi nuklir
BAB II

PEMBAHASAN

 Pengertian
Reaksi inti sangat berbeda dengan reaksi kimia. Reaksi inti merupakan suatu proses
yang terjadi jika dua zarah (partikel) nuklir yang terikat sebagai inti yang menduduki salah
satu keadaan kuantumnya bertumbukan sehingga terjadi pertukaran tenaga (energi) dan
momentum (kadang-kadang juga terjadi pertukaran muatan listrik, momentum sudut, jumah
nukleon dan paritas). Reaksi inti adalah transformasi inti yaitu sebagai akibat ditembaki oleh
suatu projektil, yang dapat berupa inti-inti ringan, nukleon bebas, atau foton dengan energi
yang sesuai. Secara skematik reaksi inti dapat digambarkan:

 Proses Reaksi Inti


Partikel yang diam (dikerangka lab) dinamakan sasaran X, sedangkan partikel yang
bergerak ɑ disebut proyektilnya dengan tenaga kinetik Kɑ. Hasil reaksi adalah terbentuk inti
residu Y yang bergerak dengan tenaga gerak recoil Ky dan satu atau lebih partikel yang
dihasilkan (b1, b2,...) dengan tenaga kinetik Kb.
 Mekanisme Reaksi Inti Nuklir
Sebagian besar data inti yang terkumpul searang berasal dari analisis berbagai
percobaan reaksi inti. Pada dasarnya, reaksi inti terjadi karena tumbukan (penembakan) inti
sasaran (target) dengan suatu proyektil (peluru). Dalam percobaan ini berbagai inti ditembaki
dengan berbagai macam proyektil (radiasi) partikel maupun inti dan kemudian hasilnya
diamati. Sebagai proyektil, juga telah digunakan berbagai isotop dengan nomor atom sebesar
Z = 18.
Biasanya, reaksi inti ini memberi hasil suatu inti sisa akhir (yang biasanya tak
teramati) ditambah partikel lain yang teramati secara eksperimental (kadang-kadang kedua
hasil akhir diamati bersama).
Reaksi-rekasi inti dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :

a + X → Y + b + Q atau X (a,b)

Keterangan :
a = proyektil (peluru) b = partikel yang diamati
X = inti sasaran (target) Q = energi yang dihasilkan
Y = (inti hasil (produk)

Apabila b = a, dan B = A, maka pada reaksi tersebut adalah hamburan. Misalnya: 


26
Mg + p → 26Mg + p + γ
dengan p adalah proton. Dalam hal ini, hamburannya tidak elastis dengan energi kinetik
proton yang terdisipasi untuk mengeksitasi inti Mg yang pada deeksitasinya mengeluarkan
sinar gamma. 
Dalam setiap persamaan reaksi inti, muatan total (Z total) dan jumlah nukleon total (A
total) harus sama pada kedua ruas persamaan. Pada reaksi inti berlaku :
1. Hukum kekekalan momentum linier dan momentum sudut, 
2. Hukum kekekalan energi total
3. Hukum kekekalan jumlah muatan (nomor atom), 
4. Hukum kekekalan jumlah nukleon (nomor massa). 
Dengan demikian, momentum, energi, nomor atom, dan nomor massa inti-inti
sebelum reaksi harus sama dengan momentum, energi, nomor atom, dan nomor massa inti-
inti setelah reaksi.
Pada tahun 1919, Ernest Rutherford merupakan orang yang pertama kali melihat
reaksi inti. Beliau membombardir inti atom hidrogen (147 N ) dengan sinar ∝ yang
menghasilkan isotop hidrogen (178O).

14
7 N + 42He → 178O + 11 p

Atau dapat ditulis secara singkat

14 17
7 N (He , p) 8O

Dengan 42He adalah partikel ∝ dan proton adalah 11 p. Reaksi tersebut disebut juga
transmutasi terinduksi, sedangkan untuk peluruhan ∝ disebut dengan transmutasi
spontan. Pada reaksi ini berlaku pula hukum kekekalan nomor massa dan hukum kekekalan
nomor atom. Adapula suatu reaksi inti dengan penangkapan neutron disertai emisi foton
gamma yang disebut dengan tangkapan radiatif neutron . Sebagai contoh :

27 1 28 27 28
13 Al + 0n → γ + 13 Al atau 13 Al (n , γ ) 13 Al
Pada tahun 1937, James Chadwick melakukan suatu percobaan dengan menembakkan
partikel alfa pada keping berillium yaitu mendapatkan partikel yang baru pertama kali
diketahui yang disebut neutron dan inti karbon 12.

4 9 12 1
∝+ 2¿ 4 Be → 6C + 0n ¿

Cockroft dan Walton menyatakan bahwa proton yang dipercepat melalui medan listrik
dengan beda potensial 150 kV dapat membelah inti litium sehingga dihasilkan dua inti
helium. Pada reaksi ini juga berlaku hukum kekekalan nomor massa dan hukum kekekalan
nomor atom. Peristiwa tersebut dapat ditulis dengan persamaan reaksi sebagai berikut :

1 7 4 4
p+ 1 Li → 3∝+ 2¿ 2 He ¿

Reaksi-reaksi inti diklasifikasikan menurut proyektil, partikel teramati dan inti sisa.
Jika proyektil dan partikel teramati adalah sama, maka dapat diperoleh reaksi hamburan
(scattering reaction). Jika inti sisa tetap berada dalam keadaan energi rendahnya atau
keadaan dasar, maka hamburannya adalah elastis. Tetapi jika inti sisanya berpindag ke suatu
keadaan tereksitasi, maka hamburannya tak elastis (inelastis). Proses pada saat proyektil
yang ditembakkan memperoleh tambahan nukleon dari atau memberi nukleon ke inti sasaran
berturut-turut disebut sebagai reaksi pengambilan (pick up) dan pelucutan (stripping).

Reaksi pengambilan dan pelucutan ini seringkali terjadi pada tingkat energi yang
cukup tinggi, sehingga dapat dianggap bahwa reaksinya langsung (direct). Dalam reaksi
pelucutan langsung ini dianggap bahwa nukleon mengambil bagian dalam memasuki atau
meninggalkan suatu orbit model-kulit tertentu dari inti sasaran tanpa mengganggu nukleon
lainnya.

 Tahap-Tahap Reaksi Inti Nuklir


1. Tahap Zarah Bebas
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa pada setiap reaksi inti selalu terjadi
hamburan dan serapan. Pada tahap ini sebagian zarah proyektil dihamburkan
secara elastis dan sebagian diserap inti atom target untuk memasuki tahap inti
majemuk seperti pada gambar dibawah ini :
Gambar 1. Mekanisme Reaksi Inti
Sumber (Kusminarto, 2011)

Gambar 2. Tahap Inti Majemuk


Sumber (Kusminarto, 2011)
Pada tahap penyerapan terdiri dari tumbukan dua benda. Hal ini berarti bahwa
jika zarah proyektil adalah nukleon tunggal, maka zarah tersebut akan
berinteraksi dengan sebuah nukleon didalam inti dan mampu menaikkan
energi nukleon ke tingkat energi lebih tinggi seperti pada gambar.
2. Tahap Inti Majemuk
Pada tahap ini sebagian zarah yang diserap dari tahap pertama dihamburkan
kembali dalam hamburan elastis majemuk, sebagian lainnya membentuk inti
majemuk atau menuju ke tahap akhir melalui reaksi langsung.
3. Tahap Akhir
Inti majemuk akan mengalami peluruhan dan memancarkan zarah untuk
membentuk inti baru yang stabil. Jika inti majemuk tidak terbentuk maka pada
tahap ini akan terjadi reaksi langsung antara lain reaksi fisi dan reaksi fusi.
 Energi Reaksi Inti 
Energi reaksi inti yang timbul diperoleh dari penyusutan massa inti, yaitu perbedaan
jumlah massa inti atom sebelum reaksi dengan jumlah massa inti atom sesudah reaksi. Dalam
perhitungan energi reaksi inti, semua massa inti dinyatakan dalam satuan sma (satuan massa
atom). Menurut Einstein, energi total yang dimiliki suatu massa m adalah:
E = m .c2
dengan c adalah kelajuan cahaya (3 × 108 m/s). Untuk 1 sma, energi yang dimiliki
adalah 931,5 MeV. Dengan demikian, besar energi yang dihasilkan yaitu :
Q = {(mx + ma) – (my + mb)} 931,5 MeV/u
Keterangan :
Q = energi yang dihasilkan mx = massa inti sasaran
ma = massa proyektil my = massa inti hasil
Pada persamaan tersebut menunjukkan bahwa pada prinsipnya, energi reaksi adalah
sama dengan perubahan massa inti sebelum reaksi dan sesudah reaksi. Hal inilah yang
dinyatakan Einstein sebagai kesetaraan massa-energi.
Jika Q > 0 (bernilai positif), maka reaksinya disebut reaksi eksoterm, yaitu reaksi di
mana terjadi pelepasan energi.
Q > 0 terjadi bila :
 ΣM initial > ΣM final
Karena Q = (ΣM initial - ΣM final) C2 atau
Q = ΣM initial - ΣM final
= (Tγ + Tb) - (TX + Ta)
Sebaliknya, jika Q < 0 (bernilai negatif), maka reaksinya disebut reaksi endoterm,
yaitu reaksi yang memerlukan energi. 
Q < 0 terjadi bila :
 ΣM initial < ΣM final
Reaksi hanya dapat terjadi apabila Ka > Kambang > 0
Partikel yang menjadi proyektil yang bergerak dapat berupa elektron, foton, muon ( μ)
atau pion (π). Reaksi inti hanya terjadi diruang hampa (P ≈ 10-5 Toor). Nilai tenaga
ambang ditentukan dengan nilai |Q| , mx, ma. Untuk proses endoterm, reaksi inti ditulis
:
a + X + |Q| → Y + b
|Q| merupakan energi yang tidak tergantung pada kondisi apapun.
 Energi Kinetik Rendah
Pada reaksi inti nuklir terdapat Kambang . Untuk reaksi tenaga Kambang dapat dihitung dari
nilai |Q|, mx, ma dengan rumus :
Kambang = |Q| (mx + mb)/mx
Tenaga kinetik sistem (x, a) dikerangka PM (non rull) :
1
K ’c= ¿
2
Untuk reaksi endoterm tenaga kinetik sistem (T, b) dikerangka PM bernilai nol
sehingga dapat ditulis :
1 mx
K ’ c = ma ⃗
2
V a( )
2 m a +m x

KL
mx
K 'C= K L ( )
ma + m x
Keterangan :
KL = energi kinetik dikerangka lab K’c = |-Q|
K’c = energi kinetik dikerangka pusat
mx = massa inti sasaran
ma = massa proyektil
 Jenis-Jenis Reaksi Nuklir Ditinjau Dari Energinya
1. Reaksi Eksoterm
Pada reaksi inti, reaksi pembelahan inti dan reaksi penggabungan inti
menghasilkan energi yang sangat besar. Sususnan sebuah inti dapat diubah dengan cara
menembakkan partikel-partikel berenergi tinggi (misalnya neutron) ke sebuah inti sasaran.
Tumbukan anatara partikel-partikel berenergi tinggi dengan inti sasaran dapat mengubah inti
sasaran menjadi inti baru (berbeda dengan inti sasaran). Reaksi seperti ini dinamakan reaksi
inti, sedang perubahan yang terjadi disebut perubahan inti ( nucleus transmutation).
Jika Y dan b disebut sebagai produk (hasil reaksi) maka energi sesudah reaksi
sama dengan energi produk ditambah energi reaksi Q.
Sesuai dengan hukum kekekalan energi :
 Energi sebelum reaksi = Energi sesudah reaksi
 Energi reaktan = Energi produk + Energi reaksi
 Energi reaksi = Reaksi reaktan – Energi produk
Maka,
Q = {(mx + ma) – (my + mb)} 931,5 MeV/u
Dengan ma , mγ, mb adalah massa-massa yang harus dinyatakan dalam sma.
Ketika Q > 0 maka terdapat energi yang dibebaskan (reaksi eksoterm).
Pada reaksi diatas dapat dianggap bahwa partikel ɑ dengan energi kinetik K a
ditembakkan pada inti sasaran X yang diam (K X = 0). Kemudian amati inti baru Y bergerak
dengan energi kinetik KY dan partikel b bergerak dengan energi kinetik Kb. Jadi, energi
kinetik sesudah reaksi sama dengan KY + Kb dan sebelum reaksi sama dengan Ka. Selisih
antara energi kinetik sesudah dan sebelum reaksi sama dengan energi reaksi Q. Dengan
demikian kita peroleh persamaan :
Q = KY + Kb – Ka
Keterangan :
Ky = energi kinetik partikel yang dipancarkan sesudah reaksi
Kb = energi kinetik inti hasil reaksi
Ka = energi kinetik partikel penembak
Pada reaksi eksoterm, Q > 0 berarti energinya dilepas dan Q/c 2 adalah selisihb
antara massa diam total awal dan akhir, dan ini tak lain adalah reaksi peluruhan.
2. Reaksi Fisi 
Reaksi fisi (pembelahan inti) adalah reaksi nuklir yang melibatkan pembelahan
sebuah inti berat (seperti uranium) menjadi dua bagian (hasil fisi), yang kemudian
memancarkan dua atau tiga neutron, sambil melepaskan sejumlah energi yang setara dengan
selisih antara massa diam neutron dan hasil fisi dengan jumlah massa diam inti awal. Fisi
dapat terjadi spontan atau sebagai akibat irradiasi neutron. Misalnya, fisi inti uranium-235
oleh sebuah neutron lambat akan berlangsung sebagai berikut:
235
U + n → 148La + 85Br + 3n
Energi yang dilepaskan kira-kira 3 × 10 -11 J per satu inti 235 U. Untuk 1 kg 235U, energi
yang dihasilkan setara dengan 20.000 megawatt.jam, sama dengan jumlah energi yang
dihasilkan oleh pembakaran 3 × 106 ton batubara. Fisi nuklir n merupakan proses yang
digunakan di dalam reaktor nuklir dan bom atom.
Dalam reaksi fisi yang terjadi akan dihasilkan energi kira-kira sebesar 234 Mev.
Dalam reaksi fisi ini timbul -baru yang berenergi tinggi. Neutron-neutron yang timbul akan
menumbuk inti atom berat yang lain sehingga akan menimbulkan reaksi fisi yang lain. Hal ini
akan berlangsung terus sehingga semakin lama semakin banyak reaksi inti yang dihasilkan
dan dalam sekejab dapat timbul energi yang sangat besar. Peristiwa semacam ini disebut
reaksi fisi berantai.
Reaksi fisi berantai yang tak terkendali akan menyebabkan timbulnya energi yang
sangat besar dalam waktu relatif singkat, sehingga dapat membahayakan kehidupan manusia.
Reaksi berantai yang tak terkendali terjadi pada Bom Atom. Energi yang timbul dari reaksi
fisi yang terkendali dapat dimanfaatkannya untuk kehidupan manusia. Reaksi fisi terkendali
yaitu reaksi fisi yang terjadi dalam reaktor nuklir (Reaktor Atom). Di mana dalam reaktor
nuklir neutron yang terbentuk ditangkap dan tingkat energinya diturunkan sehingga reaksi fisi
dapat dikendalikan.

Gambar 3. Rekasi Fisi dari Uranium

Pada umumnya untuk menangkap neutron yang terjadi, digunakan logam yang
mampu menangkap neutron yaitu logam Cadmium atau Boron. Pengaturan populasi neutron
yang mengadakan reaksi fisi dikendalikan oleh batang pengendali yang terbuat dari batang
logam Cadmium, yang diatur dengan jalan memasukkan batang pengendali ke dalam teras-
teras bahan bakar dalam reaktor. Dalam reaktor atom, energi yang timbul kebanyakan adalah
energi panas, di mana energi panas yang timbul dalam reaktor ditransfer keluar reaktor
kemudian digunakan untuk menggerakkan generator, sehingga diperoleh energi listrik.
Pada suatu reaktor nuklir, reaksi fisi dapat dimanfaatkan sebagai pusat pembangkit
tenaga listrik, karena reaksinya bisa dikendalikan. Sebaliknya, reaksi fisi yang tidak
terkendali akan menghasilkan ledakan energi, seperti pada bom atom.
3. Reaksi Fusi
Reaksi fusi (penggabungan inti) adalah reaksi nuklir yang melibatkan
penggabungan inti-inti atom dengan nomor atom kecil untuk membentuk inti yang lebih berat
dengan melepaskan sejumlah besar energi. Dalam reaksi fisi, sebuah neutron dipergunakan
untuk membelah sebuah inti yang besar, tetapi dalam reaksi fusi nuklir, dua inti yang bereaksi
harus saling bertumbukan. Karena kedua inti bermuatan positif, maka timbul gaya tolak yang
kuat antarinti, yang hanya dapat dilawan bila inti yang bereaksi memiliki energi kinetik yang
sangat besar. 
Ada 2 syarat untuk mengendalikan fusi :
1) Suhu harus sangat tinggi (dalam orde 108 oC). Pada suhu tertentu disebut
suhu pembakaran (ignition temperature), proses fusi akan berlangsung
sendiri.
2) Pada suhu sangat tinggi, semua atom terionisasi habis membentuk suatu
plasma (sejenis gas yang disusun oleh partikel-partikel bermuatan seperti
H+ dan elektron).

Gambar 4. Reaksi Fusi Uranium

Pada temperatur tinggi, reaksi fusi berlangsung sendiri, reaktan pada temperatur ini
berada dalam bentuk plasma (dengan kata lain inti dan atom bebas) dan inti memiliki energi
yang cukup untuk melawan gaya tolak elektrostatik. Bom fusi dan bintang-bintang
menghasilkan energi dengan cara seperti ini. Diharapkan metode ini akan digunakan dalam
reaktor termonuklir, sebagai sumber energi untuk kepentingan manusia. Berikut ini adalah
contoh reaksi fusi yang terjadi pada bintang, matahari, serta pada atom hidrogen. :
1H2 + 1H2 → 1H3 + 1H1 + 4 MeV
1 H2 + 1H2 → 2He3 + 0n1 + 3,3 MeV
1H2 + 1H2 → 2He4 + 0n1 + 17,6 MeV
Agar dapat terjadi reaksi fusi diperlukan temperatur yang sangat tinggi sekitar 108 K,
sehingga reaksi fusi disebut juga reaksi termonuklir. Karena untuk bisa terjadi reaksi fusi
diperlukan suhu yang sangat tinggi, maka di matahari merupakan tempat berlangsungnya
reaksi fusi. Energi matahari yang sampai ke Bumi diduga merupakan hasil reaksi fusi yang
terjadi dalam matahari. Energi yang dihasilkan sangat tinggi, bahkan energi yang dihasilkan
400 kali lebih besar daripada energi fisi nuklir. Ini disebabkan rumus E = mc 2 menjelaskan
bahwa 90.000.000.000.000 Joule energi (sekitar 22,5 kiloton TNT atau bom atom Hiroshima)
sama dengan 1 gram massa, berarti massa mengandung energi yang luar biasa besar, maka
tidak heran mengapa fusi nuklir dapat memproduksi energi yang luar biasa besar.
Energi yang dihasilkan per reaksinya (antar 2 proton) adalah 4,2 x 10 -12 J. Tetapi,
setiap detiknya terjadi 9,2 x 1037 reaksi sehingga per detiknya Matahari menghasilkan energi
3.846 x 1026 J atau 9,2 x 1010 megaton TNT (setara dengan energi 100 miliar bom hidrogen.
Hal ini berdasarkan hasil pengamatan bahwa matahari banyak mengandung hidrogen (1H1).
Dengan reaksi fusi berantai akan dihasilkan inti helium-4. Di mana reaksi dimulai
dengan penggabungan antar dua atom hidrogen membentuk deutron, selanjutnya antara
deutron dengan deutron membentuk inti atom helium-3 dan akhirnya dua inti atom helium-3
bergabung membentuk inti atom helium -4 dan 2 atom hidrogen dengan melepaskan energi
total sekitar 26,7 MeV, yang reaksinya dapat dituliskan:
1H1 +1H1 → 1H2 + 1e0 +Q1
1H2 + 1H2 →2H3 + Q2
2H3 + 2H3 →2He4 + 2 1H1 + Q3
Reaksi tersebut dapat ditulis:
4 1H1→ 2He4 + 2 1e0 + Q
KESIMPULAN

Reaksi inti merupakan suatu proses yang terjadi jika dua zarah (partikel) nuklir yang
terikat sebagai inti yang menduduki salah satu keadaan kuantumnya bertumbukan sehingga
terjadi pertukaran tenaga (energi) dan momentum (kadang-kadang juga terjadi pertukaran
muatan listrik, momentum sudut, jumah nukleon dan paritas). Reaksi inti adalah transformasi
inti yaitu sebagai akibat ditembaki oleh suatu projektil, yang dapat berupa inti-inti ringan,
nukleon bebas, atau foton dengan energi yang sesuai. . Pada reaksi inti berlaku Hukum
kekekalan momentum linier dan momentum sudut, Hukum kekekalan energi total, Hukum
kekekalan jumlah muatan (nomor atom), dan Hukum kekekalan jumlah nukleon (nomor
massa). 
Terdapat 3 tahapan untuk reaksi inti yaitu tahap zarah bebas, tahap inti majemuk dan
tahap akhir. Jenis-jenis reaksi nuklir ditinjau dari energinya yaitu reaksi eksoterm, reaksi fisi,
dan reaksi fusi. Pada suatu reaktor nuklir, reaksi fisi dapat dimanfaatkan sebagai pusat
pembangkit tenaga listrik, karena reaksinya bisa dikendalikan. Sebaliknya, reaksi fisi yang
tidak terkendali akan menghasilkan ledakan energi, seperti pada bom atom.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/31693391/
Contoh_Makalah_tentang_Reaksi_Inti_dan_Teknologi_Nuklir_SMA_NEGERI_1_PANDEG
LANG (diakses pada tanggal 29 Maret 2020)
https://sainsmini.blogspot.com/2015/11/penjelasan-mengenai-reaksi-inti-fisi.html
(diakses pada tanggal 29 Maret 2020)
http://widyasujarwati.blogspot.com/2013/02/makalah-fisika-inti.html (diakses pada
tanggal 29 Maret 2020)

Anda mungkin juga menyukai