Anda di halaman 1dari 21

Orek2an Pak Supri ’69

LANGKAH-LANGKAH MEMBACA BGA

Langkah 1: Autentikasi Hasil Lab BGA


Pastikan BGA layak baca atau tidak dengan menggunakan modified Henderson-
Hasselbach equation:
Kadar Ion H+ = [24 × PCO2] / HCO3-
Dimana: pH 7,40 mewakili konsentrasi ion H+ sebesar 40 nmol/L, dan setiap
perubahan pH 0,01 menggambarkan perubahan konsentrasi ion H+ sebesar 1
nmol/L.
Contoh 1:
Diberikan Hasil BGA sebagai berikut: pH: 7,32; PCO2 mmHg: 32; HCO3-: 16 mmol/L
— Kadar ion H+ = [24 × 32]/16 = 48
— Kelebihan ion H+ = 48-40 = 8
— Perubahan pH = 8 × 0,01 = 0,08
— pH yang diharapkan = 7,4 – 0,08 = 7,32 (dikurangi 0,08 karena kelebihan
ion H+, ingat ion H+ bersifat asam)
Kesimpulan: BGA layak baca (sesuai dengan data lab).

Contoh 2:
Diberikan hasil BGA sbb: pH: 7,476; PCO2: 39,4 mmHg; HCO3-: 29,2 mmol/L
— Kadar ion H+ = [24 × 39,4]/29,2 = 32,38
— Kekurangan ion H+ = 40 – 32,38 = 7,6
— Perubahan pH = 7,62 × 0,01 = 0,076
— pH yang diharapkan = 7,4 + 0,076 = 7,476 (ditambahkan 0,076 karena
kekurangan ion H+)
Kesimpulan: BGA layak baca.

CARA LAIN:
Menggunakan estimasi kadar Ion H+ dari pH, dimana pH 7,0 mewakili ion H+
sebesar 100 nmol/L, setiap peningkatan pH sebesar 0,1 (di atas 7,00) dikalikan
0,8 sebagai gambaran kasar kadar ion H+, dan setiap penurunan pH sebesar 0,1
(di bawah 7,00) dibagi dengan 0,8 (Lihat Tabel). Nilai penyimpangan yang bisa
ditolerir adalah maksimal 10% (dari hasil perhitungan dengan rumus Henderson-
Hasselbach), selebihnya BGA tidak layak baca.

1
Orek2an Pak Supri ’69

pH Estimasi kadar ion H+


6,7 100 / 0,8 / 0,8 / 0,8 … dst
6,8 100 / 0,8 / 0,8
6,9 100 / 0,8
7,00 100
7,10 100 × 0,8
7,20 100 × 0,8 × 0,8
7,30 100 × 0,8 × 0,8 × 0,8
7,40 100 × 0,8 × 0,8 × 0,8 × 0,8
7,50 100 × 0,8 × 0,8 × 0,8 × 0,8 × 0,8
7,60 100 × 0,8 × 0,8 × 0,8 × 0,8 × 0,8 × 0,8… dst

Contoh 3:
Diberikan hasil BGA sbb: pH: 7,30; PCO2: 25,6 mmHg; HCO3-: 12 mmol/L
— Kadar ion H+ dari rumus Henderson- Hasselbach = [24 × 25,6] / 12 = 51,2
— Estimasi ion H+ dari pH = 100 × 0,8 × 0,8 × 0,8 = 51,2
Kesimpulan: Layak Baca.

Contoh 4:
Diberikan Hasil BGA: pH: 7,47 (dibulatkan: 7,5); PCO2: 40,4 mmHg; HCO3-: 29,2 mmol/L
— Kadar ion H+ dari rumus Henderson- Hasselbach = [24 × 40,4] / 29,2 = 33,2
— Estimasi ion H+ dari pH: 100 × 0,8 × 0,8 × 0,8 × 0,8 × 0,8 = 32,76
Kesimpulan: Layak baca, penyimpangan tidak lebih dari 10%.

Langkah 2: Identifikasi Gangguan Primer


• Angka-angka penting yg perlu diingat: 7,40 (nilai normal pH, range normal 7,35 –
7,45; pH < 7,35 = asidemia; pH >7,45 = alkalemia); 40 (nilai nomal PCO2, range
normal 36-44 mmHg); 24 (nilai normal HCO3-, range normal 22 – 26 mmol/L).
• Pertama-tama lihat pH (asidemia atau alkalemia atau normal-normal wae).
Ingat bahwa HCO3- bersifat basa dan PCO2 bersifat asam (konsekuensinya:
HCO3- yang rendah atau PCO2 yang tinggi cenderung asidosis, sebaliknya
HCO3-yang tinggi atau PCO2 yang rendah cenderung alkalosis).
• Selanjutnya lihat mana yg dominan: gangguan metabolik (diwakili ∆HCO3-)
atau respiratorik (diwakili ∆PCO2).
— Bila didapatkan asidemia (pH <7,35) dengan prosentase penurunan HCO3-
lebih besar daripada penurunan PCO2 maka gangguan primernya adalah
asidosis metabolik, sebaliknya bila prosentase peningkatan PCO2 lebih
besar dibandingkan peningkatan HCO3 maka gangguan primernya adalah
asidosis respiratorik.
2
Orek2an Pak Supri ’69

— Bila alkalemia (pH > 7,45) dengan prosentase peningkatan HCO3- lebih
besar daripada peningkatan PCO2 maka gangguan primernya adalah
akalosis metabolik, dan sebaliknya bila prosentase penurunan PCO2 lebih
besar daripada penurunan HCO3- maka gangguan primernya adalah
alkalosis respiratorik.
Kelainan (simple disorders) pH HCO3- PCO2
Asidosis Metabolik ↓ ↓ (primer) ↓ (kompensasi)
Alkalosis Metabolik ↑ ↑ (primer) ↑ (kompensasi)
Asidosis Respiratorik ↓ ↑ (kompensasi) ↑ (primer)
Alkalosis Respiratorik ↑ ↓ (kompensasi) ↓ (primer)

Contoh 5:
Diberikan hasil BGA sbb: pH: 7,28 ; PCO2: 26 mmHg; HCO3-: 12 mmol/L
Langkah 1 (autentikasi)
— Kadar Ion H+ = [24 × PCO2] / HCO3-
= 24 × 26 /12
= 52
— Kelebihan ion H+= 52 – 40 = 12
— Perubahan pH = 12 × 0,01 = 0,12
— pH yg diharapkan = 7,40 – 0,12 = 7,28 (sesuai, layak baca)
Langkah 2 (Identifikasi gangguan primer)
— pH 7,28 = Asidemia
— ∆PCO2 = 40-26 = 14 (35%) [40 adalah nilai normal PCO2, penurunan
PCO2 sebesar 35% dari nilai normal]
— ∆HCO3- = 24-12 = 12 (50%) [24 adalah nilai normal HCO3-,
penurunan HCO3- sebesar 50% dari nilai normal]
Kesimpulan sementara: Asidosis Metabolik (karena prosentase penurunan HCO3-
lebih dominan daripada penurunan PCO2, yaitu 50% vs. 35%).

Contoh 6:
Diberikan hasil BGA sbb: pH: 7,42; PCO2: 30 mmHg; HCO3-: 19 mmol/L.
Langkah 1 (autentikasi)
— Kadar Ion H+ = [24 × PCO2] / HCO3-
= 24 × 30 /19
= 37,89
— Defisit ion H+ = 40 – 37,89 = 2,11
— Perubahan pH = 2,11 × 0,01 = 0,021
— pH yg diharapkan = 7,40 + 0,021 = 7,421 (sesuai, layak baca)
3
Orek2an Pak Supri ’69

Langkah 2 (Identifikasi gangguan primer)


— pH 7,42 = pH masih dalam range normal, namun PCO2 dan HCO3-
tidak dalam range normal → berarti ada gangguan asam basa. Karena
pH > 7,40 maka cenderung ke alkalosis.
— ∆PCO2 = 40-30 = 10 (25%) [40 adalah nilai normal PCO2, penurunan
PCO2 sebesar 25% dari nilai normal]
— ∆HCO3- = 24-19 = 5 (21%) [24 adalah nilai normal HCO3-, penurunan
HCO3- sebesar 21% dari nilai normal]
Kesimpulan sementara: Alkalosis respiratorik (karena penurunan PCO2 lebih
dominan daripada penurunan HCO3-, yaitu 25% vs. 21%).

Langkah 3: Tentukan Metabolic Track atau


Respiratory Track
• Pilih Metabolik Track Bila kelainan primer adalah gangguan metabolik (baik
asidosis metabolik atau alkalosis metabolik)
• Dan pilih Respiratory Track bila kelainan primer adalah gangguan respiratorik
(baik asidosis respiratorik atau alkalosis Respiratorik)

4
Orek2an Pak Supri ’69

3.1 Metabolic Track


Dalam metabolic track, langkah yg perlu dilakukan adalah sbb:
1. Menghitung kompensasi (sudah sesuai atau adakah gangguan primer yg lain)
2. Menghitung Anion Gap (untuk asidosis Metabolik)
Kelainan Keterangan
Asidosis Metabolik — Expected PCO2 = [1,5 × HCO3-] + 8 ± 2
Alternatif: ∆PCO2 = 1,2 × ∆HCO3
— Bila Bila PCO2 (yg tertera di Lab) lebih tinggi dari yang
diharapkan → ada gangguan primer lain berupa asidosis
Respiratorik, sebaliknya PCO2 lebih rendah dari yang
diharapkan → ada alkalosis respiratorik.
— Anion Gap (AG) = Na – [HCO3 + Cl-]. Pada kondisi Kalium yang
tinggi (misalnya CKD), AG = [Na+ K] – [HCO3 + Cl-]. Normal: 9-16.
Alkalosis Metabolik — Expected PCO2 = [0,7 × HCO3-] + 21 ± 5
Alternatif: ∆PCO2 = 0,6 × ∆HCO3-
— Bila PCO2 lebih tinggi dari yang diharapkan → ada gangguan
primer lain berupa asidosis respiratorik, sebaliknya bila PCO2
lebih rendah dari yg diharapkan → ada alkalosis respiratorik

3.2 Respiratory Track


Dalam respiratory Track, langkah-langkah yang akan dilakukan adalah sbb:
1. Menentukan akut/kronis: ingat-ingat angka ini: 0,1 (untuk asidosis respiratorik
akut); 0,4 (untuk asidosis respiratorik kronis); 0,2 (untuk alkalosis respiratorik
akut); 0,5 untuk alkalosis respiratorik kronis).
2. Menghitung kompensasi (sdh sesuai atau adakah gangguan primer yang lain)
Kelainan Keterangan
Asidosis — Setiap peningkatan 10 mmHg PCO2 diikuti peningkatan 1 mmol/L
Respiratorik akut HCO3- (∆HCO3-/ ∆PCO2 ≈ 0,1)
— Expected ∆HCO3- = 0,1 ∆PCO2
Asidosis — Setiap peningkatan 10 mmHg PCO2 diikuti peningkatan 4 mmol
Respiratorik kronis HCO3- (∆HCO3- / ∆PCO2 ≈ 0,4)
— Expected ∆HCO3- = 0,4 ∆PCO2
Alkalosis — Setiap penurunan 10 mmHG PCO2 diikuti penurunan 2 mmol HCO3-
Respiratorik akut (∆HCO3- / ∆PCO2 ≈ 0,2)
— Expected ∆HCO3- = 0,2 ∆PCO2
Alkalosis — Setiap penurunan 10 mmHG PCO2 diikuti penurunan 5 mmol HCO3-
Respiratorik kronis (∆HCO3- / ∆PCO2 ≈ 0,5
— Expected ∆HCO3- = 0,5 ∆PCO2

5
Orek2an Pak Supri ’69

3. Menilai gangguan Oksigenasi


a) Menghitung Alveolar-Arterial Oxigen Gradient (A-aDO2), (kadang sudah
dicantumkan di hasil Lab BGA tanpa perlu repot-repot menghitung)
A-aDO2 = [PAO2] – [PaO2]
= [FiO2 × (Patm – Pwater) – PaCO2/R] – [PaO2]
Dimana:
— PAO2 = Partial pressure of oxygen in the alveolus
— PaO2 = Partial pressure of oxigen in artery (dilihat dari Hasil BGA)
— FiO2 = Fractional concentration of O2 (delivered oxygen, dilihat dari Hasil BGA)
— Patm = Tekanan Atmosfer (= 760 mmHg di permukaan air laut)
— Pwater = Tekanan parsial uap air (= 47 mmHg)
— PaCO2 = Partial pressure of carbon dioxide in artery (dilihat dari Hasil BGA)
— R = Respiratory Quotient (= 0,8)
Normal AaDO2 adalah = 4 + (0,25 × Usia). Paling valid pada room air, nilai
normal ini dapat meningkat sekitar 5 – 8 digit setiap kenaikan 10% FiO2)
— AaDO2 tinggi → ada problem di paru
— AaDO2 normal → umumnya problem di luar paru
Gangguan Asam-Basa A-aDO2 Contoh Klinis
Asidosis Respiratorik Normal Depresi pusat kontrol pernafasan karena
akut penyakit serebral (ensefalitis, trauma), obat-
obatan (narkotik, barbiturat, benzodiazepine),
Tinggi Obstruksi saluran nafas akut karena asma akut,
pneumonia.
Asidosis Respiratorik Normal Penyakit Neuromuskuler (spt Myastenia Gravis,
kronis amyotropic lateral sclerosis, Guillaine-Bare
syndrome, muscular dystrophia), kiposkoliosis
Tinggi PPOK
Alkalosis Respiratorik Normal Nyeri, ansietas, demam, stroke, meningitis,
akut trauma, anemia berat, keracunan salisilat
Tinggi Penumonia, edema paru, emboli paru, aspirasi,
CHF, sepsis.
Alkalosis Respiratorik Normal Kehamilan, Hipertiroid, gagal hati,
kronis Tinggi Edema paru pada kehamilan, liver Failure
dengan pneumonia aspirasi

b) Menghitung P:F Ratio :


P:F Ratio = PaO2/FiO2
Interpretasi:
— P:F Ratio > 300 = bukan ARDS
— P:F Ratio 200–300 = ARDS ringan.
— P:F Ratio 100–200 = ARDS moderat.
— P:F Ratio <100 = ARDS berat.
6
Orek2an Pak Supri ’69

CATATAN:
Beberapa indikator lain yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan status asam basa selain
pH, PCO2, dan HCO3-:
• Base Excess: bila < -2 → asidosis metabolik, bila > 2 → alkalosis metabolik
• Bikarbonat di BGA (ABC) & Bikarbonat serum (SBC):
— Bila bikarbonat BGA sama dengan bikarbonat serum : murni gangguan metabolik (tidak
ada gangguan respirasi)
▪ Bila keduanya meningkat → murni alkalosis metabolik
▪ Bila keduanya menurun → murni asidosis metabolik
— Bila bikarbonat BGA tdk sama dgn bikarbonat serum : ada Gangguan respiratorik
▪ Bila bikarbonar BGA > bikarbonar serum → alkalosis respiratorik
▪ Bila bikarbonat BGA < bikarbonat serum → asidosis respiratorik
• Bicarbonat Gap = [∆anion Gap (AG) - ∆HCO3].
— Bila > 6 mmol/L → ada alkalosis metabolik
— Bila < 6 mmol/L → ada Non-Anion Gap Acidosis Metabolic (NAGMA)
• Anion Gap yang Tinggi (clue penting terutama bila pH normal namun AG tinggi):
— Bila AG > 20 → mungkin high anion gap metabolic acidosis (HAGMA),
— Bila AG > 30 → hampir pasti HAGMA.
— Pada Ketoasidosis rasio peningkatan Anion Gap terhadap penurunan HCO3- sekitar 1,0;
pada asidosis laktat rasionya sekitar 1,5.
• Colloid Gap = osmolalitas terukur (dari hasil lab) dikurangi osmolalitas hasil perhitungan [dgn
rumus: Osm = 2Na + Glukosa/18 + BUN/2,8]. Merupakan clue penting untuk Toxin ingestion.
• Urine Anion Gap (UAG) = Naurine – [Kurine + Clurine], relevan digunakan pada hyperchloremic
Metabolic Acidosis.
— UAG positif → kehilangan bikarbonat lewat saluran cerna (misal: Diare)
— UAG negatif → kehilangan bikarbonat lewat saluran kemi

ALGORITMA DIAGNOSIS HIPOKSEMIA. OSA = obstructive sleep apnea; ILD = interstitial lung disease; PNA =
pneumonia; AVM = arteriovenous malformation; PE = pulmonary embolism; NM dis = neuromuscular disease

7
Orek2an Pak Supri ’69

Contoh 7:
Diberikan hasil BGA dan lab sbb: pH: 7,1; PCO2:18 mmHg; HCO3-: 6 mmol/L;
Na:135 mmol/L; K: 4,5 mmol/L; HCO3 serum: 6 mmol/L; Cl- : 114 mmol/L.

Langkah 1 (autentikasi)
— Kadar Ion H+ = [24 × PCO2] / HCO3-
= 24 × 18 /6
= 72
— Kelebihan ion H+ = 72 – 40 = 32
— Perubahan pH = 32 × 0,01 = 0,32
— pH yg diharapkan = 7,40 – 0,32 = 7,08 (mepet 7,1 → layak baca)

Langkah 2 (Identifikasi gangguan primer)


— pH 7,1 = Asidemia (berat)
— ∆PCO2 = 40-18 = 22 (55%) Kesan: Asidosis metabolik.
Selanjutnya ikuti Metabolic Track
— ∆HCO3- = 24-6 = 18 (75%)

Langkah 3 (Metabolic Track)


— Expected PCO2 = [1,5 × HCO3-] + 8 ± 2
= [1,5 × 6] + 8 ± 2
= 15-19
Kesan: sesuai (PCO2 di data lab 18, masuk dalam range 15-19)
— Anion Gap = Na – [HCO3 + Cl-]
= 135 – [6 + 114]
= 15 (normal)

Kesimpulan: Normal Anion Gap Metabolic Acidosis (NAGMA)

Contoh 8:
Seorang laki-laki 55 tahun dibawa ke rumah sakit karena Hematemesis, Hb
turun 4,5 gr/dL. Hasil BGA sbb: pH: 7,35; PaCO2: 34 mmHg; HCO3-: 18
mmol/L; PaO2 : 89 mmHg; SpO2: 97 % room air. Na: 142 mmol/L; K:3,6
mmol/L; Cl 100 mmol/L; Bicarbonat serum 18 mmol/L.

Langkah 1 (autentikasi)
— Kadar Ion H+ = [24 × PCO2] / HCO3-
= 24 × 34 /18 = 45,3
— Kelebihan ion H+ = 45,3 – 40 = 5,3

8
Orek2an Pak Supri ’69

— Perubahan pH = 5,3 × 0,01 = 0,053


— pH yg diharapkan = 7,40 – 0,153 = 7,34 (mepet 7,3 → layak baca)

Langkah 2 (Identifikasi gangguan primer)


— pH 7,35 = Asidemia
— ∆PCO2 = 40 – 34 = 6 (15%) Kesan: Asidosis metabolik.
Selanjutnya ikuti Metabolic Track
— ∆HCO3- = 24 – 18 = 6 (25%)

Langkah 3 (Metabolic Track)


— Expected PCO2 = [1,5 × HCO3-] + 8 ± 2
= [1,5 × 18 + 8 ± 2
= 33-37 (Kesan: sesuai, PCO2 di data lab 34)
— Anion Gap = Na – [HCO3 + Cl-]
= 142 – [18 + 100]
= 24 (high, normalnya 9-16)

Kesimpulan: High Anion Gap Metabolic Acidosis (HAGMA).


Kesesuaian Klinis: Hb turun hampir 3x lipat, sehingga oxygen delivery juga
menurun & yg tersisa tinggal sepertiganya, hal ini dapat mencetuskan
hipoperfusi dan asidosis laktat yang menyebabkan terjadinya HAGMA.

Contoh 9:
Seorang laki-laki 66 tahun dibawa ke rumah sakit dan didiagnosa dgn acute
abdomen, riwayat muntah-muntah sejak beberapa hari ini (dehidrasi). Hasil
BGA sbb: pH: 7,50; HCO3-: 36 mmol/L; PaCO2: 44 mmHg. Kimia klinik: Na+:
134 mmol/L; K: 2,7 mmol/L; Cl−: 90 mmol/L, Urinary spot chloride: <10 mmol/L.

Langkah 1 (autentikasi)
— Kadar Ion H+ = [24 × PCO2] / HCO3-
= 24 × 44 / 36 = 29,3
— Defisit ion H+ = 40 – 29,3 = 10,7
— Perubahan pH = 10,7 × 0,01 = 0,107
— pH yg diharapkan = 7,40 + 0,107 = 7,507 (mepet 7,50 → layak baca)

Langkah 2 (Identifikasi gangguan primer)


— pH 7,50 = Alkalemia
Kesan: Alkalosis metabolik.
— ∆PCO2 = 44 – 40 = 4 (9%) Selanjutnya ikuti Metabolic Track
— ∆HCO3- = 36 – 24 = 12 (33%)

9
Orek2an Pak Supri ’69

Langkah 3 (Metabolic Track)


— Expected PCO2 = [0,7 × HCO3-] + 21 ± 5
= [0,7 × 36 + 21 ± 5
= 41,2 – 51,2
Kesan: sesuai (44 berada dalam range 41,2 – 51,2
— Anion Gap tidak dihitung (karena bukan asidosis metabolik)

Kesimpulan: Alkalosis Metabolik.


Kesesuaian klinis: Pasien ini muntah-muntah menyebabkan kehilangan klorida &
kalium (non renal loss). Kondisi ini dapat mencetuskan alkalosis metabolik bila
tidak segera dikoreksi.

Contoh 10:
Seorang wanita 20 thn dibawa ke rumah sakit karena karena dehidrasi dan
gastroenteritis. Hasil BGA sbb: pH: 7,36; PaCO2: 39 mmHg; HCO3-: 21
mmol/L; Na+: 145 mmol/L; K+ : 3.2 mmol/L; Cl− : 93 mmol/L.
Note: Sekilas ketoE pH, PCO2, & HCO3- ndak telalu bermasalah, tp kita tetep
kudu hati-hati karena anion gapnya cukup tinggi (ada HAGMA yg dinetralkan
oleh kondisi alkalosis yg lain)

Langkah 1 (autentikasi)
— Kadar Ion H+ = [24 × PCO2] / HCO3-
= 24 × 39 /21
= 44,6
— Kelebihan ion H+ = 44,57 – 40 = 4,57
— Perubahan pH = 4,57 × 0,01 = 0,0457
— pH yg diharapkan = 7,40 – 0,0457 = 7,354 (mepet 7,36 → layak baca)

Langkah 2 (Identifikasi gangguan primer)


— pH 7,36 = normal, lebih dekat ke Asidemia Anggap Asidosis metabolik.
— ∆PCO2 = 40 – 39 = 1 (2,5%) Selanjutnya ikuti Metabolic
Track
— ∆HCO3- = 24 – 21 = 3 (12,5%)

Langkah 3 (Metabolic Track)


— Expected PCO2 = [1,5 × HCO3-] + 8 ± 2
= [1,5 × 21 + 8 ± 2
= 37,5 – 41,5
Kesan: sesuai (PCO2 di data lab 39 → tidak ada alkalosis respiratorik)

10
Orek2an Pak Supri ’69

— Anion Gap (AG) = Na – [HCO3 + Cl-]


= 145 – [21 + 93}
= 31 (high)
— Kesan: di dapatkan Anion Gap tinggi walaupun pH normal. Ini tentu tidak
baik-baik saja, AG > 30 hampir pasti HAGMA. Perlu dicurigai ada alkalosis
yg membuat pH-nya saling menetralkan. Tersangka utama alkalosis
respiratorik sdh disingkirkan dari perhitungan Expected PCO2, berarti
sekarang tersangka berikutnya adalah si alkalosis metabolik → buktikan
dgn mengitung Bicarbonat Gap.
— Bicarbonat Gap = [∆Anion Gap - ∆HCO3]
= [30 – 12] – [24 – 21] (angka 12 adalah nilai normal dari
rata-rata Anion Gap, angka 24 adalah nilai normal HCO3-
= 18 – 3 = 15
— Kesan : Bicarbonat Gap > 6 mmol/L → Fix ada alkalosis metabolik

Kesimpulan: High Anion Gap Metabolic Acidosis (HAGMA) mix Alkalosis Metabolik
Kesesuaian Klinis: Pasien ini dehidrasi berat sampai terjadi hipoperfusi yang
mencetuskan terjadinya lactic acidosis (HAGMA). Adapun alkalosis sendiri tejadi
karena kehilangan elektrolit (terutama klorida dan kalium) akibat muntah-muntah.

Contoh 11:
Seorang wanita 22 tahun bibawa ke IGD karena acute shortness of breath
(SOB). Hasil BGA sbb: pH: 7,51; PCO2: 27 mmHg; HCO3-: 22 mmol/L; PO2:
93 mmHg, gambaran foto thorak paru normal.

Langkah 1 (autentikasi)
— Kadar Ion H+ = [24 × PCO2] / HCO3-
= 24 × 27 /22
= 29,5
— Defisit ion H+ = 40 – 29,5 = 10,5
— Perubahan pH = 10,5 × 0,01 = 0,105
— pH yg diharapkan = 7,40 + 0,105 = 7,505 (mepet 7,51, layak baca)

Langkah 2 (Identifikasi gangguan primer)


— pH 7,51 = Alkalemia
— ∆PCO2 = 40-27=13 (32,5%) Kesan: Alkalosis Respiratorik
Selanjutnya ikuti RespiratoryTrack
— ∆HCO3- = 24-22= 2 (8%)

11
Orek2an Pak Supri ’69

Langkah 3 (Respiratory Track)


— ∆HCO3- / ∆PCO2 = 2/13 = 0,153
Kesan: cenderung akut (0,153 lbh dekat ke angka 0,2 daripada 0,5)
— Expected ∆HCO3- = 0,2 × ∆PCO2
= 0,2 × 13
= 2,6
— Expected HCO3- = normal HCO3 – Expected ∆HCO3
= 24 - 2,6 = 21,4
Kesan: kompensasi sesuai (21,4 mepet 22) → tdk ada gangguan primer lain
— Oksigenasi:
▪ A-aDO2 = [FiO2 × (Patm – Pwater) – PaCO2/R] – [PaO2]
= [0.21x (760 − 47) – 27/0.8] – [93]
= 23
Nomal A-DO2 = 4 + (0,25 × usia) = 4 + (0,25 × 20) = 9
Kesan: A-a-DO2 tinggi
▪ P:F ratio : Tidak dicantumkan data FiO2 dari BGA, juga tidak ada
keterangan pasien menggunakan alat oksigen, jadi gunakan FiO2 room air
(21% atau 0,21):
P:F ratio = PaO2 / FiO2
= 93/0,21
= 442 (Kesan : bukan ARDS )
Kesimpulan: Alkalosis Respiratorik Akut dengan A-aDO2 tinggi (pulmonal)
Kesesuaian Klinis: Pasien ini ada problem di paru (dilihat A-aDO2 yang tinggi).
X-Foto thorak normal kadang belum cukup untuk menyingkirkan problem paru.
Alkalosis Respiratorik Akut dengan A-aDO2 tinggi dapat ditemukan pada
penumonia, edema paru, emboli paru, aspirasi, CHF, sepsis, etc.

Contoh 12:
Seorang laki-laki 60 tahun dibawa ke IGD dgn PPOK, hasil BGA sbb: pH: 7,34;
PCO2: 64 mmHg; HCO3−: 33 mmol/L; PaO2: 50 mmHg room air.

Langkah 1 (autentikasi)
— Kadar Ion H+ = [24 × PCO2] / HCO3-
= 24 × 64 /33 = 45,5
— Kelebihan ion H+ = 45,5 – 40 = 5,5
— Perubahan pH = 5,5 × 0,01 = 0,055
— pH yg diharapkan = 7,40 - 0,055 = 7,345 (Layak baca)
12
Orek2an Pak Supri ’69

Langkah 2 (Identifikasi gangguan primer)


— pH 7,34 = Asidemia
Kesan: Asidosis Respiratorik
— ∆PCO2 = 64 – 40 = 24 (60%) Selanjutnya ikuti RespiratoryTrack
— ∆HCO3- = 33 – 24 = 9 (37,5%)

Langkah 3 (Respiratory Track)


— ∆HCO3- / ∆PCO2 = 9/24 = 0,375
Kesan: cenderung kronis (0,375 lebih dekat ke angka 0,4 daripada 0,1)
— Expected ∆HCO3- = 0,4 × ∆PCO2
= 0,4 × 24
= 9,6
— Expected HCO3- = normal HCO3 + Expected ∆HCO3
= 24 + 9,6 = 33,6
Kesan: kompensasi sesuai (33,6 mepet 33) → tdk ada gangguan primer lain
— Oksigenasi:
▪ A-aDO2 = [FiO2 × (Patm – Pwater) – PaCO2/R] – [PaO2]
= [0.21x (760 − 47) – 64/0.8] – [50]
= 19,73
Normal A-aDO2 sesuai usia = 4 + (0,25 × usia)
= 4 + (0,25 × 60
= 19
Kesan: A-aDO2 meningkat (walaupun rada mepet sih)
▪ P:F ratio: = PaO2 / FiO2
= 50/0,21
= 230 (Kesan: ARDS mild )
Kesimpulan:
— Asidosis Respiratorik kronis dengan A-aDO2 tinggi (pulmonal)
— ARDS mild
Kesesuaian Klinis: Gambaran ini sesuai dengan kondisi hipoventilasi kronis (PCO2
tinggi, A-aDO2 mendekati normal cz sudah terjadi gangguan di pusat kontrol
pernafasan (Respiratory Drive) akibat hipoksemia yang berlangsung lama).

Contoh 13:
Seorang laki-laki 70 tahun di bawa ke IGD dgn stroke. Hasil BGA sbb: pH:
7,01; HCO3-: 27 mmol/L; PCO2 : 88 mmHg; PO2 : 220 mmHg on Venturi Mask
FiO2 50%.
Langkah 1 (autentikasi)
— Kadar Ion H+ = [24 × PCO2] / HCO3-
= 24 × 88 /27
= 78
— Kelebihan ion H+ = 78 – 40 = 38
13
Orek2an Pak Supri ’69

— Perubahan pH = 38 × 0,01 = 0,38


— pH yg diharapkan = 7,40 - 0,38 = 7,02 (Layak Baca)
Langkah 2 (Identifikasi gangguan primer)
— pH 7,01 = Asidemia
Kesan: Asidosis Respiratorik
— ∆PCO2 = 88 – 40 = 48 (120%) Selanjutnya ikuti RespiratoryTrack
— ∆HCO3- = 27 – 24 = 3 (12,5%)
Langkah 3 (Respiratory Track)
— ∆HCO3- / ∆PCO2 = 3/48 = 0,06 (Kesan: akut)
— Expected ∆HCO3- = 0,1 × ∆PCO2
= 0,1 × 48 = 4,8
— Expected HCO3- = normal HCO3 + Expected ∆HCO3
= 24 + 4,8 = 28,8 (sesuai, masih mepet 27)
Kesan: Kompensasi sesuai, tidak ada gangguan primer lain
— Oksigenasi:
▪ A-aDO2 = [FiO2 × (Patm – Pwater) – PaCO2/R] – [PaO2]
= [0.5 × (760 − 47) – 88/0.8] – [220]
= 24,73
Normal A-aDO2 sesuai usia = 4 + (0,25 × usia)
= 4 + (0,25 × 70) = 26,5
Namun ingat pasien menggunakan FiO2 tinggi, setiap peningkatan FiO
10% akan meningkatkan A-aDO2 sebesar 5 – 8 (pakai angka tertinggi
saja karena pada FiO2 tinggi dikatakan A-aDO2 rada kurang valid).
∆FiO2 = FiO2 venturi mask – FiO2 room air
= 50% - 21% = 29%
Jadi, tambahan A-aDO2 = 29/10 × 8 = 23,2
Normal A-aDO2 = 26,5 + 23,2 = 49,7
Kesan : A-aDO2 masih normal
▪ P:F ratio = PaO2/FiO2
= 220 / 0,5
= 440 (Kesan: bukan ARDS)
Kesimpulan: Asidosis Respiratorik akut dengan A-aDO2 normal (non pulmonal).
Kesesuaian Klinis: Asidosis terjadi akibat hipoventilasi yang disebabkan adanya gang-
guan di pusat pernafasan (respiratory Drive) akibat stroke. Gangguan oksigenasi dgn
A-aDO2 normal umumnya menunjukkan problem utama berada di luar paru.

Contoh 14:
Seorang laki-laki 70 tahun di bawa ke IGD dgn bronkopneumonia, pasien
riwayat PPOK, tensi turun dan pasien oliguri. Hasil BGA sbb: pH: 7,01; HCO3-:
24 mmol/L; PCO2 : 100 mmHg; PO2 : 40 mmHg on room air. Kimia Klinis: Na
138 mmol/L, K: 3,5 mmol/L, Cl-: 100, HCO3- serum: 24 mmol/L.
14
Orek2an Pak Supri ’69

Langkah 1 (autentikasi)
— Kadar Ion H+ = [24 × PCO2] / HCO3-
= 24 × 100 /24 = 100
— Kelebihan ion H+ = 100 – 40 = 60
— Perubahan pH = 60 × 0,01 = 0,6
— pH yg diharapkan = 7,40 - 0,6 = 6,8 (rada mepet sih, coba cara lain)
Cara Lain:
— Kadar ion H+ dari rumus Henderson- Hasselbach = [24 × 100 /24] = 100
— Estimasi ion H+ dari pH ((untuk pH 7) = 100
— Kesan: Sesuai (antara perhitungan dan estimasi sama → layak baca
(penyimpangan kurang dari 10%)

Langkah 2 (Identifikasi gangguan primer)


— pH 7,01 = Asidemia
Kesan: Asidosis Respiratorik
— ∆PCO2 = 100 – 40 = 60 (150%) Selanjutnya ikuti RespiratoryTrack
— ∆HCO3- = 24 – 24 = 0 (0%)

Langkah 3 (Respiratory Track)


— ∆HCO3- / ∆PCO2 = 0/60 = 0
Kesan: akut (0 lebih dekat ke angka 0,1 daripada 0,4)
— Expected ∆HCO3- = 0,1 × ∆PCO2
= 0,1 × 60 = 6
— Expected HCO3- = Normal HCO3 + Expected ∆HCO3
= 24 + 6 = 30
Kesan: HCO3- di BGA lebih rendah daripada Expected HCO3- (24 vs. 30)
→ ada gangguan primer lain berupa asidosis Metabolik (ingat: kelebihan
HCO3- mewakili alkalosis metabolik, sebaliknya defisit HCO3- mewakili
asidosis metabolik). Karena ada Asidosis Metabolik maka ojo lali menghitung
Anion Gap.
— Anion Gap = Na – [HCO3 + Cl]
= 138 – [24 + 100]
= 14 (Normal)
— Oksigenasi:
▪ A-aDO2 = [FiO2 × (Patm – Pwater) – PaCO2/R] – [PaO2]
= [0.21x (760 − 47) – 60/0.8] – [40]
= 24,73
Estimasi normal A-aDO2 sesuai usia = 4 + (0,25 × 70) = 21,5
Kesan : A-aDO2 meningkat
▪ P:F ratio = PaO2 / FiO2
= 40/0,21
= 230 (Kesan : ARDS mild)

15
Orek2an Pak Supri ’69

Kesimpulan:
— Asidosis Respiratorik akut dengan A-aDO2 tinggi (pulmonal) mix asidosis
metabolik dgn Anion Gap normal (NAGMA)
— ARDS mild
Kesesuaian Klinis: Asidosis respiratoriknya karena bronkopneumonia akut & PPOK,
adapun asidosis metaboliknya berasal dari problem di ginjal (pasien oliguria).

Contoh 15:
Seorang anak muda 21 tahun dgn riwayat DM dibawa ke rumah sakit karena
muntah-muntah, sesak. Hasil BGA sbb: pH: 7,65; PCO2: 24 mmHg; HCO3-: 32
mmol/L; PaO2 80 mmHg dgn Fraksi Oksigen 50%. Anion Gap: 32. Pada
pemeriksaan darah dan urin ditemukan keton (+) kuat.
Langkah 1 (autentikasi)
— Kadar Ion H+ = [24 × PCO2] / HCO3-
= 24 × 24 /32= 18
— Defisit ion H+ = 40 – 18 = 22
— Perubahan pH = 22 × 0,01 = 0,22
— pH yg diharapkan = 7,40 + 0,22 = 7,62 (mepet 7,65 → layak baca)
Langkah 2 (Identifikasi gangguan primer)
— pH 7,65 = Alkalemia
Kesan: Alkalosis Respiratorik
— ∆PCO2 = 40 – 24 = 16 (40%) Selanjutnya ikuti Respiratory Track
— ∆HCO3- = 32 – 24 = 8 (33%)
Langkah 3 (Respiratory Track)
— ∆HCO3- / ∆PCO2 = 8/16 = 0,5 (Kesan: Kronis)
— Expected ∆HCO3- = 0,5 × ∆PCO2
= 0,5 × 16 = 8
— Expected HCO3- = normal HCO3 – Expected ∆HCO3
= 24 - 8 = 16
Kesan: kompensasi tidak sesuai (32 vs. 16) → ada gangguan primer lain
berupa alkalosis Metabolik (ingat kelebihan HCO3- menggambarkan
alkalosis Metabolik).
Note: Pasien ini disebutkan anion Gap 32 → hampir pasti ada asidosis
metabolik (HAGMA).
— Oksigenasi:
▪ A-aDO2 = [FiO2 × (Patm – Pwater) – PaCO2/R] – [PaO2]
= [0.5x (760 − 47) – 24/0.8] – [80]
= 246
Normal A-aDO2 sesuai usia = 4 + (0,25 × 21) = 9,25
Tambahan A-aDO2 pada FiO2 50% = (50 – 21)/10 × 8 = 23,2
Normal A-aDO2 = 9,25 + 23,2 = 32,45
16
Orek2an Pak Supri ’69

Kesan: A-aDO2 tinggi (246 jauh di atas 32,45)


▪ P:F ratio = PaO2 / FiO2
= 80/0,5 = 160 (Kesan : ARDS moderat )
Kesimpulan:
— Alkalosis Respiratorik Kronis dgn A-aDO2 tinggi (pulmonal) Mix Alkalosis
Metabolik Mix HAGMA (Triple Acid-Base Disorders).
— ARDS moderat
Kesesuaian Klinis: HAGMA mungkin disebabkan oleh adanya KAD (dibuktikan
dengan keton darah dan urin yg positif). Alkalosis Respiratorik dgn A-aDO2
tinggi ada problem di paru yang harus di gali. Adapun metabolik alkalosis
kemungkinan dicetuskan oleh kehilangan elektrolit karena muntah-muntah.
***

Cara lain menentukan gangguan Asam Basa:


• Menggunakan PETA Asam Basa.
Lebih cepat, Tingkat akurasi mencapai 95% untuk simple acid-base disorder.
Tidak bisa digunakan untuk Triple Acid-Base Disorder.

• Menggunakan Aplikasi.
Paling praktis, salah satunya aplikasi SMART Pulmo (Sebelas Maret Acid Base and
Respiratory Failure Interpretation Tool), cari di Internet ya.. or takon cah UNS
17
Orek2an Pak Supri ’69

Contoh 16:
Seorang wanita 29 tahun bibawa ke IGD karena kelemahan anggota tubuh
yang sangat berat. Hasil BGA sbb: pH: 7,55; PCO2: 50 mmHg; HCO3-: 44,4
mmol/L. Kimia Klinis: Na: 144 mmol/L; K: 2,0 mmol/L; Cl: 90 mmol/L. Clorida
urine 72 mmol/L. Pasien riwayat pengobatan dgn diuretik.
Jika pakai peta asam-basa didapatkan hasil sebagai berikut:

Kesan: Alkalosis Metabolik (selesai)


Kesesuaian klinis: General Weakness
Disebabkan hipokalemia berat akibat
pemakaian diuretik yg berlebihan.

Contoh 17:
Seorang laki-laki 70 tahun dibawa ke IGD karena karena eksaserbasi akut
bronkitis kronis (PPOK). Hasil BGA sbb: pH: 7,20; HCO3-: 14 mmol/L; PCO2: 63
mmHg; PO2: 52 mmHg room air. Anion Gap Tinggi.
Kesan: asidosis respiratorik akut mix
asidosis Metabolik. (Tinggal hitung status
oksigenasi untuk gangguan respiratorik)
▪ A-aDO2 = [0.21×(760−47)–63/0.8]–52
= 19
Normal A-DO2= 4 + [0,25 × 70]= 21,5
Kesan: A-aDO2 normal
▪ P:F ratio = 52/0,21=247 = ARDS mild
Kesimpulan: asidosis respiratorik akut dgn
A-aDO2 normal mix asidosis Metabolik
dgn high Anion Gap (HAGMA)
Kesesuaian Klinis: model klasik eksaserbasi
akut PPOK, hati-hati ngasi FiO2 tinggi
soalnya respiratory drive sdh bermasalah
(dilihat dari A-aDO2 yg normal). Asidosis
mungkin karena hiperlaktat (dilihat dari
PO2 yg sangat rendah, explore lbh lanjut)

18
Orek2an Pak Supri ’69

LAMPIRAN :
Tabel Gangguan Asam Basa pada beberapa kondisi klinis
KONDISI KLINIS GANGGUAN ASAM BASA YG TERJADI
Muntah Alkalosis Metabolik
Diare Alkalosis Metabolik, atau asidosis metabolik dengan anion gap normal (NAGMA)
pada diare sekretori yg berat
Diuretik Alkalosis Metabolik
Ketoacisosis Diabetikum Asidosis Metabolik dgn High Anion Gap (HAGMA), dpt menjadi NAGMA setelah terapi
Gagal Ginjal Asidosis Metabolik
Kejang Asidosis Metaboli (lactic acidosis/ HAGMA)
Keracunan ciania atau CO Asidosis metabolik (lactic acidosis/HAGMA) yang disebabkan hipoksia histotoksik.
Renal Tubular Acidosis Asidosis metabolik dgn anion gap normal (NAGMA)
Hipotensi, anemi, cardiac output ↓ Asidosis Metabolik (lactic acidosis/HAGMA)
Biguanide, INH Asidosis Metabolik (lactic acidosis /HAGMA)
Antibiotik Asidosis Metabolik (D-lactic acidosis/HAGMA)
Sirosis Alkalosis Respiratorik
Hamil Alkalosis Respiratorik
Hipoksemia Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik (tergantung apakah gagal nafas tipe 1
atau tipe 2), asidosis metabolik (lactic acidosis/ HAGMA bila terjadi hipoksemia berat)
Pneumonia (Refleks Hiperventilasi) Alkalosis Respiratorik (bisa juga asidosis respiratorik bila otot nafas sdh kelelahan)
ARDS (Refleks Hiperventilasi) Alkalosis Respiratorik (bisa juga asidosis respiratorik bila otot nafas sdh kelelahan)
Asma Eksaserbasi Alkalosis Respiratorik (dapat pula terjadi asidosis respiratorik bila otot-otot
pernafasan sudah kelelahan)
Emboli Paru Alkalosis Respiratorik
PPOK berat Asidosis Respiratorik
Cardiopulmonary Arrest Asidosis Metabolik (lactic/HAGMA karena kegagalan sirkulasi) + asidosis
respiratorik (karena henti nafas)
Syok kardiogenik dgn oedem Asidosis Metabolik (lactic/HAGMA karena kegagalan sirkulasi dan hipoksemia) +
paru Asidosis Respiratorik (karena hipoventilasi yang dicetuskan oleh oedem paru)
CKD superimposed gagal nafas Asidosis Metabolik (HAGMA karena CKD) + Asidosis Respiratorik (banyak sebab)
Renal Tubular Acidosis (RTA) Asidosis Metabolik (NAGMA karena RTA) + Asidosis Respiratorik (karena kelelahan
dengan kelemahan otot otot-otot pernafasan akibat hipokalemia)
Gangguan elektrolit dgn Diare Asidosis Metabolik (karena diare sekretori yg juga merupakan penyebab
hipokalemia) + Asidosis Respiratorik (karena hipokalemia yang menyebabkan
kelemahan otot-otot pernafasan)
KAD dengan hipofosfatemia Metabolik asidosis (HAGMA karena KAD) + Asidosis Respiratorik (karena
kelemahan otot-otot pernafasan akibat hipofosfatemia & pernafasan kussmaul)
Muntah-muntah (vomitus) berat Alkalosis metabolik (karena hipokloremia akibat muntah-muntah) + alkalosis
pada kehamilan respiratorik (karena hiperventilasi fisiologis pada kehamilan)
Sirosis Hepatis dgn muntah- Asidosis Metabolik (karena hipokloremia akibat muntah-muntah) + alkalosis
muntah respiratorik (karena sirosis)
Sirosis Hepatik + diuretik Alkalosis Metabolik (karena diuretik) + Alkalosis Respiratorik (karena sirosis)
NGT pada pasien sepsis Alkalosis Metabolik (karena hipokloremia akibat penggunaan NGT) + Alkalosis
Respiratorik (karena refleks Takipneu akibat sepsis)
Syok Sepsis Asidosis Metabolik (lactic/HAGMA) + Alkalosis Respiratorik (refleks takipneu)
KAD dgn Sepsis (misalnya Asidosiis Metabolik (ketoacidosis/HAGMA) + Alkalosis Respiratorik (karena
pneumonia) sepsis/pneumonia- related tachypnea)
Gagal Ginjal dan Pneumonia Asidosis Metabolik (HAGMA, karena gagal ginjalnya) + Alkalosis Respiratorik
(karena sepsis/pneumonia- related tachypnea)
Toksisitas Salisilat Asidosis Metabolik (multifaktorial, kemungkinan karena asam organik) + alkalosis
Respiratorik (karena stimulasi langsung pusat pernafasan oleh salisilat)
Hepatorenal Syndromes (HRS) Asidosis Metabolik (gangguan renal) + alkalosis respiratorik (gangguan hepar)
Cor Pulmonale yang diobati Alkalosis Metabolik (karena diuretik) + Asidosis Respiratorik (karena Chronic
dengan diuretik respiratory failure)
Chronic respiratory failure dgn Alkalosis Metabolik (karena hipokloremia akibat muntah-muntah) + Asidosis
vomiting Respiratorik (karena Chronic respiratory failure)

19
Orek2an Pak Supri ’69

CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN OKSIGEN:


Kebutuhan FiO2 dihitung dgn persamaan berikut:
FiO2target = [PAO2 × PaO2target /PaO2] + [PCO2/R]
[Patm – Pwater]
Dimana:
— PAO2 = Partial pressure of oxygen in the alveolus, dihitung dengan rumus:

PAO2 = [FiO2awal × (Patm – Pwater) – PaCO2/R]

— PaO2 = Partial pressure of oxigen in artery (dilihat dari Hasil BGA)


— PaO2 target = target PaO2 yg hendak dicapai (biasanya 90 mmHg)
— PaCO2 = Partial pressure of carbon dioxide in artery (dilihat dari Hasil BGA)
— Patm = Tekanan Atmosfer (= 760 mmHg di permukaan air laut)
— Pwater = Tekanan parsial uap air (= 47 mmHg)
— R = Respiratory Quotient (= 0,8)

Karena PaO2target biasanya 90 mmHg; R = 0,8 ; [Patm – Pwater] = 760 – 47 = 713,


maka rumus di atas dpt disederhanakan menjadi:

FiO2target = [90 × PAO2 / PaO2] + [PCO2 /0,8]


713

Contoh 1:
Seorang laki-laki 30 tahun dibawa ke IGD dgn keluhan sesak, hasil BGA sbb: pH:
7,33; PCO2: 20,5 mmHg; PO2: 70 mmHg; HCO3: 24,3 mmol/L; SaO2 90%
Pertama-tama hitung PAO2 saat ini:
PAO2 = [FiO2awal × (Patm – Pwater) – PaCO2/R]
= 0,21× [760 – 47] – 20,5/0,8
= 149,3 – 25,6
= 123,7
Selanjutnya dimasukkan ke Rumus target FiO2:
FiO2target = [90 × PAO2 / PaO2] + [PCO2 / 0,8]
713
= [90 × 123,7 / 70] + [20,5 / 0,8]
713
= 159 + 25,6
713
= 0,26
Jadi pasien ini membutuhkan FiO2 sekitar 0,26 atau 26%, alat oksigen yg sesuai
adalah Nasal Kanul 1-2 liter/menit (lihat tabel dibawah).

20
Orek2an Pak Supri ’69

Contoh 2:
Seorang wanita 26 tahun dibawa ke IGD dgn keluhan sesak, di IGD sudah
diberikan suplementasi oksigen nasal kanul 3 liter/menit (FiO2 sekitar 0,32 atau
32%, lihat tabel di bawah). Hasil BGA sbb: pH: 7,38; PCO2: 22,5 mmHg; PO2:
68,5 mmHg; HCO3: 25,8 mmol/L; SaO2 89%
PAO2 = [FiO2awal × (Patm – Pwater) – PaCO2/R]
= 0,32 × [760 – 47] – 22,5/0,8
= 228,16 – 28,125 = 200
FiO2target = [90 × PAO2 / PaO2] + [PCO2 / 0,8]
713
= [90 × 200 / 68,5] + [22,5 / 0,8]
713
= 262,77 + 281,25
713
= 0,76
Jadi pasien ini membutuhkan FiO2 sekitar 0,76 atau 76%, alat oksigen yg sesuai
adalah Masker dgn kantong reservoir atau NRM 7-8 liter/menit (lihat tabel dibawah)
Tabel kisaran FiO2 beberapa device oksigen.
Alat Oksigen Flow O2 (L/mnt) Kisaran FiO2
Tanpa alat oksigen (room air) - 21 %
1 24 %
2 28 %
3 32 %
Nasal Kanul
4 36 %
5 40 %
6 44 %
5–6 40 %
Masker Oksigen 6-7 50 %
7-8 60 %
6 60 %
7 70 %
Masker dgn kantong reservoir 8 80 %
9 90 %
10 99 %
Nonrebreather mask (NRM) 4 -10 60 – 99 %
3 24 %
6 28 %
Sungkup Venturi
9 40 %
(FiO2 dapat diatur/ lebih konstan)
12 40 %
15 50 %
High-flow nasal canula (HFNC) ≤ 40 21–100%.
Ventilator Variable s/d 100%

21

Anda mungkin juga menyukai