Jurnal OBS
Jurnal OBS
BUKU AJAR
MANAJEMEN PROYEK
SEBAGAI PANDUAN
Nurhayati Sembiring
2020
USU Press
Art Design, Publishing & Printing
Universitas Sumatera Utara, Jl. Pancasila, Padang Bulan, Kec. Medan
Baru,
Kota Medan, Sumatera Utara 20155
Telp. 0811-6263-737
usupress.usu.ac.id
ISBN 978-602-465-268-5
Sembiring, Nurhayati
Buku Ajar Manajemen Proyek Sebagai Panduan/ Nurhayati Sembiring
-- Jilid 1 -- Medan: USU Press 2020.
v, 77 p.; ilus.: 25 cm
Bibliografi
ISBN: 978-602-465-268-5
Dicetak di Medan
Buku Ini Saya Dedikasikan Buat
Orangtua Tercinta H.T. Sembiring, SH;
Hj Rosy Depary, SH;
Drs. K. Kasman Sitepu; Hj Ummi Kalsum;
Suami dan Anak-Anak Tersayang:
Ir. Maspersihan Jaya Sitepu;
Siti Habibah Radhiatullah; Ahmad Ihsan Habibullah;
Ahmad Hidzbullah Jaabir; dan Ahmad Mukhlis Mukhsin;
Keluarga Besar Sembiring dan Sitepu,
Serta Sahabat-Sahabat dan Anak-Anak Saya
Di Departemen Teknik Industri USU.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Sang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, Maha Sempurna dan Maha Berilmu. Shalawat dan salam
senantiasa disampaikan pada Rasulullah Muhammad SAW.
Begitu banyak hal yang sangat menarik dalam ilmu Manajemen
Proyek. Jika ilmu ini diterapkan dalam kehidupan, niscaya kelangsungan
proyek tidak akan mendapat hambatan yang berarti. Khususnya pada
proyek-proyek yang ditangani oleh pemerintah.
Sebagai akademisi, penulis mencoba memaparkan disiplin ilmu
Manajemen Proyek mulai dari pengertian manajemen proyek,
karakteristik dan jenis-jenis proyek, Selanjutnya dibahas mengenai bentuk
organisasi sebagai pelaksana proyek. Karena proyek terdiri dari kegiatan-
kegiatan yang saling berkaitan, maka dibahas perincian dan penyusunan
kegiatan-kegiatan proyek pada sebuah jaringan kerja. Penjadwalan
sumber daya merupakan hal yang urgen pada pelaksanaan sebuah
proyek, sehingga dilakukan juga pembahasan mengenai materi-materi
tersebut. Pembahasan berikutnya berkaitan dengan evaluasi dan
pengendalian proyek. Sebagai penutup uraian, diberikan sebuah contoh
kasus yang penyelesaiannya dikerjakan dengan bantuan Software
Microsoft Project. Hal ini dilakukan karena menurut penulis, jika ada
software, maka mengapa pembelajaran dan aplikasi hanya dilakukan
secara manual.
Banyak yang ingin dituangkan dalam buku ini. Namun karena
keterbatasan waktu, sebagai langkah awal, dengan bantuan dan dukungan
dari seluruh keluarga dan sahabat-sahabat saya mahasiswa Departemen TI
USU, maka sampailah buku ini ke tangan pembaca dalam bentuk seperti
ini. Saran dan kritik dari pembaca sangatlah diharapkan.
Nurhayati
nurhayatipandia68@usu.ac.id
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................v
ii
3.3.3 Work Breakdown Structure (WBS) ......................... 33
3.4. Process Breakdown Structure (PBS) .................................. 44
3.5. Matriks Tanggung Jawab .................................................... 45
iii
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
1.1 Data Aktivitas Proyek Pembuatan Sumur
Minyak dan Gas Bumi ............................................................... 2
3.1. Biaya Tenaga Kerja Langsung Pada WBS ............................... 43
3.2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Pada OBS ................................ 43
4.1. Contoh Jaringan Kerja dengan metode AON ........................... 73
iv
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
1.1. Bagan proses manajemen ........................................................ 4
2.1. Organisasi Fungsional ........................................................... 12
2.2. Tim Proyek Khusus ................................................................ 15
2.3. Struktur Organisasi Proyek ................................................... 16
2.4. Struktur Organisasi Matriks .................................................. 19
2.5. Proyek Virtual Sepeda Motor ................................................ 21
3.1. Project Management Trade - offs (Imbal Balik
Manajemen Proyek) .............................................................. 31
3.2. Matrik Prioritas Proyek ......................................................... 32
3.3. Uraian Hirarki dari WBS........................................................ 34
3.4. Work Breakdown Struktur (WBS) ......................................... 38
3.5. Integrasi dari WBS dan OBS .................................................. 41
3.6. PBS untuk Proyek Pengembangan Perangkat Lunak ............ 45
3.7. Matriks Tanggung Jawab untuk Riset Pasar Proyek ............. 47
3.8. Matriks Tanggung Jawab untuk Proyek Belt
Conveyor ............................................................................... 47
4.1. Diagram Kegiatan Majemuk ................................................. 59
4.2. Denah yang biasa digunakan pada node AON ....................... 67
4.3. Satu Kegiatan Mempunyai Hubungan Konstrain
dengan Lebih dari satu Kegiatan yang berbeda ..................... 69
4.4. Multi Konstraint Antar Kegiatan ........................................... 70
4.5. Multi Konstraint Antar Kegiatan .......................................... 70
4.6. Menghitung ES dan EF ......................................................... 70
4.7. Menghitung LS dan LF. ......................................................... 73
4.8. Jaringan Kerja dengan Metode AON ..................................... 74
v
BAB I
MANAJEMEN PROYEK
Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Diskusi
Kriteria/Indikator Penilaian
1. Tugas
2. Kuis
1.1 Pendahuluan
Perusahaan ” X ” merupakan salah satu perusahaan minyak dan
gas bumi. Salah satu aktivitas perusahaan tersebut adalah proyek
pembuatan sumur minyak dan gas bumi. Tujuan perusahaan adalah
mengembangkan dan melakukan eksploitasi minyak dan gas bumi
untuk kesejahteraan masyarakat, menghasilkan pendapatan atas minyak
dan gas bumi negara serta mensuplai permintaan dari dalam maupun
dari luar negeri atas hasil-hasil minyak dan gas bumi. Mari kita
bayangkan bersama jika dalam kerangka pencapaian tujuannya,
1
perusahaan “X” dalam melakukan kegiatan eksploitasi dan eksplorasi,
saat memperkirakan waktu dan biaya yang dibutuhkan hanya
berdasarkan pengalaman saja. Maka hal ini akan mengakibatkan pihak
manajemen sulit untuk mengontrol jalannya proyek, yang akhirnya akan
mempengaruhi penyelesaian proyek secara keseluruhan. Apalagi
mengingat kebutuhan konsumen akan minyak dan gas bumi semakin
meningkat serta biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proyek
sangat besar.
Sebagai informasi, pada Tabel 1.1. dapat dilihat aktifitas-
aktifitas dalam proyek tersebut.
Tabel 1.1 Data Aktivitas Proyek Pembuatan Sumur Minyak dan Gas
Bumi
No Kegiatan
I Kegiatan Persiapan
1 Mobilitas
2 Demobilitas
3 Pembersihan Lahan
4 Pengerasan Tanah
5 Pembuatan Pondasi sumur
6 Pembuatan Area Limbah
7 Rig Up
II Pekerjaan Pemasangan Casing 13 3/8”
1 Pekerjaan Pemboran Dengan Pahat 17 ½ “ sampai 30 m
Pekerjaan Memasukkan Casing 13 3/8’, K-55, 54.5ppk, BTC-
2
R2/R3 160 m
3 Penyemenan Casing 9 5/8”,K-55-40 ppk, BTC-R2/R3
III Pekerjaan Pemasangan Casing 9 5/8’
1 Pekerjaan pemboran dengan pahat 12 ¼”sampai 160 m
Pekerjaan memasukkan Casing 9 5/8”, K-55-40 ppk, BTC-
2
R2/R3 160 m
3 Penyemenan Casing 9 5/8” K-55-40 ppk, BTC-R2/R3
4 Pemasangan BOP 9 5/8” x 3000 psi
5 Menguji tekanan casing 9 5/8” Dengan 1000 psi/ menit
6 Bongkar BOP 9 5/8” x 3000 psi
IV Pekerjaan Pemasangan Casing 7”
Pekerjaan Pemboran Dengan pahat 8 ½ “ sampai kedalaman
1
ahir 708 Mku
Pekerjaan memasukkan Casing 7”,K-55, 23#, BTC-R2/R3 708
2
Mku
3 Penyemenan casing 7”, K-55,23#, BTC-R2/R3
4 Pasang BOP 7” x 3000 psi
2
No Kegiatan
5 Menguji tekanan Casing 7” dengan 1000 psi/15 menit
6 Bongkar BOP 7” x 3000 psi
V Kegiatan Penyelesaian (Completion)
1 Logging CBL-VDL-GR Skala 1 : 1000 dan 1 : 200
2 Penembakan lapisan yang mengandung minyak dan gas
3 Pemasangan Cubing
4 Rig Down
3
mesin-mesin, dan metode kerja. Pada gambar 1.1 dapat dilihat bagan
proses manajemen.
4
proyek, program mempunyai jangka waktu yang lebih lama, lingkupnya
lebih luas dan sumberdaya yang dibutuhkan juga lebih banyak.
Contohnya adalah program reboisasi nasional, program imunisasi anak,
program wajib belajar 9 tahun, program Inpres Desa Tertinggal (IDT),
program Keluarga Berencana, dan lain sebagainya.
Untuk membedakan antara proyek dan program, maka berikut
ini adalah beberapa karakteristik yang dimiliki oleh proyek, yakni:
1. Memiliki sebuah tujuan tetentu
2. Memiliki titik (saat) awal dan titik akhir tertentu
3. Melibatkan beberapa departemen dan profesi
4. Seringkali melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan
sebelumnya
5. Spesifik dalam waktu, biaya dan syarat performansi
5
1. Proyek Engineering-konstruksi, kegiatan utama pada jenis proyek
ini berupa pengkajian kelayakan, desain Engneering, pengadaan
dan konstruksi. Contoh : pembangunan real estate, jalan layang,
bangunan pabrik, dan lain-lain.
2. Proyek Engineering Manufaktur, kegiatan pada proyek ini adalah
membuat produk baru. Mencakup manufaktur, perakitan,
pengembangan produk, uji coba fungsi serta operasi produk yang
dihasilkan. Contoh: pembuatan boiler, kendaraan, komputer, dan
lain-lain.
3. Proyek Pelayanan Manajemen, aktivitas utamanya antara lain
adalah : merancang sistem informasi manajemen, penggabungan
dan pengambil alihan, merancang program efisiensi dan
penghematan, diversifikasi, memberikan bantuan emergency untuk
daerah yang terkena musibah, merancang strategi untuk
mengurangi kriminalitas dan penggunaan obat-obatan terlarang,
dan lain lain. Hasil dari bukan dalam bentuk fisik
4. Proyek Penelitian dan Pengembangan, aktivitas utamanya adalah
melakukan penelitian dan pengembangan terhadap produk tertentu.
Misalnya, penelitian pengaruh penggunaan metode tertentu dalam
pembuatan sebuah produk, penelitian pengaruh tingkat pendidikan
terhadap kesadaran berpolitik, dan lain sebagainya.
5. Proyek Kapital, jrnis proyrk ini biasanya digunakan pada sebuah
instansi berupa badan usaha atau pemerintah. Proyek kapital
biasanya meliputi: pembebasan tanah, penyiapan lahan, pembelian
material dan peralatan, manufaktur dan konstruksi pembangunan
fasilitas produksi.
Berdasarkan uraian diatas, untuk satu jenis proyek yang
memiliki beberapa aktivitas sekaligus maka pembagian jenisnya adalah
merupakan kombinasi. Sebagai contoh adalah proyek pembuatan sumur
minyak dan gas, dari segi pembangunannya, dapat digolongkan sebagai
proyek Engineering-konstruksi tetapi dari seluruh tahapan dan biaya
yang dibutuhkan pada pelaksanaannya dapat di kategorikan pada
Proyek Kapital.
6
peningkatan peran manajemen proyek dalam mendukung organisasi-
organisasi kearah strategis. Ada beberapa alasan yang menguatkan
pentingnya Manajemen Proyek yakni:
1. Kompresi Daur Hidup Produk
Manajemen proyek semakin penting karena daur hidup produk
semakin pendek. Sebagai contoh, pada masa dahulu, siklus
kehidupan sebuah produk bisa mencapai 10 hingga 15 tahun. Namun
saat ini industri berteknologi tinggi memiliki siklus daur hidup rata-
rata 1,5 sampai 3 tahun. Siklus yang semakin pendek ini akan
memaksa produsen untuk secepat mungkin memasarkan produk
mereka.
Oleh karenanya, kecepatan menghasilkan produk merupakan sebuah
keuntungan kompetitif, sehingga banyak organisasi yang
menghandalkan fungsi silang dari tim-tim proyek untuk
mendapatkan produk dan jasa baru dengan secepat mungkin.
2. Kompetisi Global
Saat ini, permintaan pasar tidak hanya pada produk dan jasa yang
murah tetapi juga pada produk dan jasa yang terbaik. Inilah yang
mengakibatkan timbulnya sertiifikasi ISO yang merupakan suatu
persyaratan dalam menjalankan bisnis. ISO merupakan standard
internasional untuk manajemen mutu dan jaminan mutu. Standard-
standar ini mencakup perancangan, pembelian, jaminan mutu, dan
proses pengiriman mulai dari perbankan sampai manufaktur.
Manajemen mutu sangat berkaitan dengan manajemen proyek.
Kebanyakan, awal dari teknik manajemen proyek berada pada ruang
lingkup manajemen mutu.
Meningkatnya tekanan untuk mengurangi biaya-biaya akan
menyebabkan operasi pabrik di negara maju akan berpindah ke
negara berkembang. Proyek-proyek ini sangat penting, akan tetapi
perpindahan ini akan mengakibatkan ketatnya penjadwalan dan
anggaran dana agar lebih tepat waktu, efisien, dan mudah dalam
penyelesaiannya.
3. Perkembangan Pengetahuan yang Pesat
Perkembangan yang pesat dalam pengetahuan, telah meningkatkan
kompleksitas proyek. Sebagai contoh, pembangunan jalan pada masa
dahulu merupakan sebuah proses yang sederhana. Saat ini, terjadi
peningkatan kompleksitas terutama untuk jalan layang, maupun
7
jalan antar propinsi. Hal ini berpengaruh terhadap spesifikasi,
penggunaan bahan, peraturan, nilai estetika, peralatan dan lain
sebagainya, yang akhirnya semakin kompleks juga. Hal yang sama,
juga terlihat pada dunia digital saat ini, hampir tidak ada peralatan
elektronik yang tidak memiliki mikrochip di dalamnya.
Kompleksitas produk ini telah meningkatkan kebutuhan terhadap
integrasi teknologi. Hal ini membuat kebutuhan terhadap manajemen
proyek meningkat dan menjadi sangat penting.
4. Perampingan Badan Usaha
Pada dekade terakhir dapat dilihat aksi-aksi restrukturisasi pada
perusahaan. Perampingan berbasis kompetensi-kompetensi inti
menjadi penting untuk keberlangsungan suatu badan usaha.
Perampingan badan usaha juga berpengaruh pada cara organisasi
dalam menangani proyek-proyek. Perusahaan outsource merupakan
bagian penting dari pelaksanaan proyek, sehingga manajer proyek
tidak hanya menangani personil-personil yang ada pada perusahaan
mereka, tetapi juga harus mampu bersinergi dengan pihak lain.
5. Fokus pada Pelanggan
Peningkatan kompetensi harus difokuskan pada kepuasan
pelanggan. Pelanggan tidak lagi menginginkan produk dan jasa-jasa
yang umum. Mereka menginginkan produk dan jasa yang dapat
benar-benar memenuhi kebutuhan mereka. Persyaratan ini sangat
membutuhkan hubungan kerja sama yang lebih dekat antara
produsen dan konsumen. Eksekutif-eksekutif keuangan dan sales
representative dapat berperan sebagai pimpinan proyek ketika fokus
proyek adalah pada pemenuhan kebutuhan dan permintaan dari
pelanggan.
Sebuah organisasi professional untuk para ahli manajemen
proyek didirikan dengan nama Project Manajement Institute (PMI).
Organisasi ini memiliki anggota lebih dari 240.000 orang dari 160
negara, yang mempraktekkan manajemen proyek di berbagai area
industri meliputi otomotif, konstruksi, jasa financial, teknologi
informasi dan telekomunikasi, dan lain-lain.
8
Kesimpulan
1. Perusahaan memiliki tujuan yaitu untuk mengembangkan dan
melakukan eksploitasi minyak dan gas bumi untuk
kesejahteraan masyarakat.
2. Manajemen adalah suatu proses terpadu yang melibatkan
individu-individu sebagai bagian dari organisasi untuk
merencanakan, mengorganisasikan, menjalankan dan
mengendalikan aktivitas-aktivitas, yang seluruhnya diarahkan
pada sasaran yang telah ditetapkan dan berlangsung secara
terus-menerus seiring dengan berjalannya waktu.
3. Sebuah proyek merupakan suatu usaha/aktivitas kompleks,
yang tidak rutin dibatasi oleh waktu, anggaran, resources dan
spesifikasi performansi yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan konsumen.
4. Jenis-jenis proyek dapat dikategorikan pada:
- Proyek Engineering-konstruksi
- Proyek Engineering Manufaktur
- Proyek Pelayanan Manajemen
- Proyek Penelitian dan Pengembangan
- Proyek Kapital
5. Alasan yang menguatkan pentingnya Manajemen Proyek yakni:
- Kompresi Daur Hidup Produk
- Kompetisi Global
- Perkembangan Pengetahuan yang Pesat
- Perampingan Badan Usaha
- Fokus pada Pelanggan
Uji Kompetensi
9
BAB II
ORGANISASI: STRUKTUR DAN
PERKEMBANGANNYA
Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Presentase
Kriteria/Indikator Penilaian
1. Tugas
2. Kuis
2.1 Pendahuluan
Jika suatu ketika pihak manajemen mendapatkan sebuah
proyek, maka kemudian muncul pertanyaan, bagaimana proyek tersebut
akan diimplementasikan?. Dalam pengimplementasiannya tentu saja
dibutuhkan organisasi yang akan mengelola proyek tersebut. James D.
Mooney, mengatakan, “Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan
manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama”, sedangkan menurut
Chester I. Barnard, mengatakan “Organisasi adalah suatu sistem dari
10
aktivitas kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Organisasi dalam arti badan adalah sekelompok orang yang
bekerjasama untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan tertentu.
Organisasi dalam arti bagan atau struktur adalah gambaran secara
skematis tentang hubungan-hubungan, kerjasama dari orang-orang yang
tertentu, dalam rangka pencapaian suatu tujuan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa organisasi adalah
suatu wadah yang terdiri dari sekelompok orang yang bekerjasama
dalam mengatur segala unsur sumber daya yang dimiliki oleh suatu
perusahaan berupa tenaga kerja, tenaga ahli, material, dana, dan lain-
lain dalam suatu gerak langkah yang sinkron untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.
Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi yang berbeda
dengan perusahaan lain. Pada bab ini akan di uraikan empat jenis
struktur organisasi yang dapat digunakan oleh perusahaan yakni
struktur organisasi fungsional, tim proyek khusus, struktur matriks dan
organisasi virtual. Seperti setiap individu yang mempunyai kepribadian
yang unik, maka setiap organisasi juga memiliki ciri khas yang unik
pula.
11
Permasalahan juga sering timbul karena kebanyakan proyek
merupakan multidisplinari, dan dikoordinir oleh berbagai macam tenaga
ahli. Sebagai contoh, proyek pengembangan sebuah produk baru, akan
melibatkan personalia-personalia dari bidang disain, pemasaran,
manufaktur dan finansial. Hal ini karena pada umumnya perusahaan
dibagi menurut keahlian-keahlian fungsional dengan spesialisasi pada
bidang disain, pemasaran, manufaktur dan finansial dalam unit-unit
yang berbeda. Biasanya permasalahan muncul bukan hanya karena
terdapat adanya “tembok penghalang” antar departemen, tetapi juga
karena ada dilema tambahan tentang siapa yang berwewenang terhadap
proyek. Pada kebanyakan organisasi, wewenang dibuat dengan sistem
hierarki antar lini fungsional.
12
untuk mengadakan perbedaan lintasan produk dengan membuat sebuah
alat yang khusus akan digunakan oleh orang kidal. Top manajemen
akan mengimplementasikan proyek, melalui pembedaan segmen-
segmen proyek, lalu kemudian mengalokasikannya kepada bagian yang
tepat. Departemen disain industri bertanggungjawab untuk
memodifikasi spesifikasi untuk menyesuaikan kebutuhan tangan kiri
pengguna. Departemen produksi bertanggungajawab untuk
merencanakan cara untuk memproduksi alat baru tersebut menurut
spesifikasi yang didisain. Departemen pemasaran bertanggungjawab
untuk menaksir permintaan dan harga serta rencana penditribusiannya
kelak. Proyek secara keseluruhan akan dimanajemeni dengan hierarki
normal, sehingga proyek menjadi bagian dari agenda kerja top
manajemen.
Organisasi fungsional juga biasanya digunakan ketika satu
bagian fungsional lebih dominan dalam penyelesaian sebuah proyek
atau mempunyai kepentingan yang dominan dalam kesuksesan proyek.
Dibawah lingkup ini, top manajer pada bagian tersebut diberikan
tanggungjawab untuk mengkoordinir proyek. Sebagai contoh, transfer
peralatan dan anggota untuk sebuah kantor baru, akan dikoordinir oleh
seorang top manajer pada departemen fasilitas perusahaan. Demikian
juga, jika sebuah proyek melibatkan peningkatan sistem informasi
manajemen, maka akan dimanajemeni oleh departemen sistem
informasi.
Terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan
organisasi fungsional untuk melaksanakan dan menyelesaikan proyek.
13
3. Jika lingkup dari proyek terbatas dan unit-unit fungsional yang
tepat diangkat sebagai penanggungjawab utama, maka berbagai
jenis keahlian dapat membaur pada aspek-aspek krusial proyek.
4. Peningkatan terhadap profesionalisme pada sebuah divisi
fungsional akan tercipta. Ketika seorang tenaga ahli dapat
membuat kontribusi yang signifikan untuk proyek, maka
keprofesionalannya pada bagian fungsional tersebut akan
meningkat.
Sementara itu, juga terdapat beberapa kelemahan pada jenis
struktur organisasi ini, terutama ketika lingkup dari proyek begitu luas
dan sebuah departemen yang fungsional tidak berperan secara dominan
pada proyek.
14
4. Motivasi orang-orang yang ditugaskan dalam proyek dapat
menjadi lemah. Hal ini akibat sebuah proyek dianggap sebagai
beban tambahan yang tidak berhubungan secara langsung dengan
pengembangan keprofesionalan. Rasa kurang memiliki, akan
mengecilkan komitmen pada kegiatan proyek yang terkait.
15
Bagi perusahaan, jika proyek adalah bentuk dominan dari
bisnis, seperti sebuah perusahaan konstruksi, perusahaan konsultan atau
sebuah perusahaan film, maka keseluruhan organisasi didisain untuk
mendukung tim proyek. Hal ini dijelaskan pada Gambar 2.3
16
5. Memudahkan koordinasi maupun integrasi personil dan kegiatan
yang menjadi tanggung jawabnya
6. Orientasi akan lebih kuat kepada kepentingan proyek
17
fungsional dan manajemen matriks dari sudut pandang perusahaan
secara menyeluruh dalam menangani proyek.
Para tenaga ahli, secara administratif tetap terikat dengan
departemen fungsional yang berkaitan sebagai induk organisasinya dan
bertanggung jawab pada pimpinan proyek, berkaitan dengan hal
penanganan proyek. Dengan cara seperti ini, maka para tenaga ahli tetap
bernaung dibawah departemen fungsional seraya berkontribusi terhadap
proyek-proyek yang ada.
18
Struktur organisasi matriks dipilih dengan tujuan pencapaian
efisiensi penggunaan sumber daya dengan sebaik-baiknya. Berdasar
pada realita, bahwa tidak ada perusahaan yang memiliki sumber daya
tidak terbatas, maka bila perusahaan ingin melaksanakan multi proyek,
struktur ini merupakan alternatif yang pantas untuk dipertimbangkan.
Dibutuhkan persiapan personil secara matang, baik dari segi kualitas
dan sikap serta latihan terutama bila mereka terbiasa bekerja
dilingkungan struktur fungsional dengan satu jalur komando dan
pertanggungjawaban.
Pada Gambar 2.4. dapat dilihat contoh struktur organisasi
matriks.
19
personil ini ada yang ditempatkan secara full-time dan ada juga yang
part-time. Proyek B berkaitan dengan pengembangan produk baru yang
membutuhkan representasi yang berbobot dari bagian engineering,
manufaktur dan pemasaran. Proyek C menangani peramalan kebutuhan-
kebutuhan yang berubah dari pelanggan yang terkait. Ketika ketiga
proyek ini dijalankan, maka aktivitas inti pada divisi fungsional tetap
berjalan seperti biasa. Pada prinsipnya setiap keputusan pada proyek
selalu harus dinegosiasikan. Manajer proyek bertanggung jawab untuk
mengintegrasikan masukan dari bagian fungsional dan mengawasi
penyelesaian proyek. Sementara itu, manajer fungsional
bertanggungjawab untuk mengawasi kontribusi fungsional untuk
proyek.
20
Warner Brothers, dan 20th Century-Fox memiliki banyak film dan
ratusan tenaga ahli yang bekerja full-time sebagai disainer, kamerawan,
editor film, sutradara, dan juga aktor. Sekarang ini, kebanyakan film
dibuat oleh kumpulan individu dan perusahaan kecil yang secara
bersama-sama membuat fim melalui proyek-proyek yang saling
berhubungan. Jadi pada struktur ini, ada peluang sebuah pekerjaan
dilakukan oleh personil yang benar-benar ahli, dan bukannya hanya
dikerjakan oleh personil yang berada pada perusahaan tersebut saja.
Sebagai contoh dapat dilihat Gambar.2.5
Perusahaan
Spare Part
Perusahaan Suplier
Pemasaran Parts
Investor Manager
Proyek
Perusahaan
Sepeda
Motor
21
berkontribusi di saluran pendistribusian mereka. Perusahaan yang
spesialisasinya adalah dalam pembuatan part yang dibutuhkan akan
menyalurkan part yang mereka buat pada perusahaan manufaktur yang
akan memproduksi sepeda motor tersebut. Perusahaan marketing
menilai hasil disain tesebut, melakukan proses promosi dan melakukan
test pasar potensial. Jadi, pada kasus ini, manajer proyek ditugaskan
oleh perusahaan sepeda motor untuk bekerja dengan investor dan
seluruh bagian lain untuk menyelesaikan proyek tersebut.
22
gagal ketika salah satu rekan kerja tidak memenuhi skedul yang
telah ditetapkan.
3. Pada sebuah proyek virtual lebih mudah terjadi konflik
interpersonal, jika terdapat perbedaan kultur, nilai dan prioritas
diantara sesama partner kerja. Karena kepercayaan, merupakan hal
yang paling mendasar dari keberhasilan sebuah proyek, apalagi
datang dari berbagai organisasi yang berbeda.
Bagi banyak proyek virtual yang beroperasi di lingkungan
elektronik, para personil terhubung hanya melalui komputer, mesin fax,
sistem CAD dan video teleconference. Mereka jarang, bahkan mungkin
tidak pernah, bertemu satu sama lainnya secara langsung seperti halnya
pada personil proyek yang bekerja bersama-sama pada bagian
konstruksi.
Hobbs dan Menard (Hobbs, 1993) mengidentifikasi 7 faktor
yang berpengaruh dalam pemilihan struktur organisasi manajemen
proyek yakni:
1. Ukuran proyek
2. Kebijakan strategis
3. Kebutuhan terhadap inovasi terbaru
4. Kebutuhan terhadap integrasi (jumlah departemen yang terlibat)
5. Kompleksitas lingkungan (jumlah interface eksternal)
6. Konstrain waktu dan anggaran
7. Stabilitas permintaan sumberdaya
Semakin tinggi level ketujuh faktor ini, maka dibutuhkan
otonomi dan wewenang yang lebih banyak pada manajer proyek dan
tim proyek agar dapat berhasil. Sebagai contoh, struktur organisasi
matriks atau tim proyek lebih tepat digunakan untuk proyek besar yaitu
proyek yang secara strategis kritis dan baru untuk perusahaan, karena
membutuhkan banyak inovasi. Struktur ini juga tepat untuk proyek
yang bersifat kompleks, multidisplin, dan yang membutuhkan masukan
dari banyak departemen.
23
Kesimpulan
1. Organisasi merupakan sebuah sistem yang merupakan aktivitas
kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Organisasi
dalam arti badan adalah sekelompok orang yang bekerjasama
untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan tertentu.
2. Sebuah sistem yang baik, akan menjamin keseimbangan
kebutuhan pada organisasi induk dan proyek, melalui
pembatasan yang jelas dalam hal wewenang, pengalokasian
sumber-sumber daya dan juga pengintegrasian hasil antara
proyek dan organisasi induk.
3. Organisasi fungsional biasanya digunakan ketika satu bagian
fungsional lebih dominan dalam penyelesaian sebuah proyek
atau mempunyai kepentingan yang dominan dalam kesuksesan
proyek. Manajemen matriks adalah sebuah bentuk organisasi
cangkokan dimana struktur manajemen proyek yang horisontal
‘melapisi’ hierarki fungsional yang normal.
4. Secara teoritis, organisasi virtual merupakan aliansi dari
beberapa organisasi dengan tujuan menciptakan produk atau
memberikan pelayanan pada pelanggan.
5. Pada masing – masing bentuk organisasi terdapat kelebihan-
kelebihan dan kekurangan – kekurangan sehingga pemilihan
bentuk organisasi yang akan digunakan didasarkan pada tujuan
pendirian organisasi tersebut.
Uji Kompetensi
24
BAB III
PERINCIAN KEGIATAN PROYEK
Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Presentase
Kriteria/Indikator Penilaian
1. Tugas
2. Kuis
3.1 Pendahuluan
Integrasi dari perencanaan proyek, sistem pengendalian dan
informasi merupakan salah satu jalan terbaik yang digunakan untuk
menemukan kebutuhan konsumen dan pengguna utama proyek.
Perencanaan formal dan sistem informasi tidak dibutuhkan oleh manajer
proyek yang hanya mengatur proyek tunggal dan kecil. Namun, apabila
manajer proyek tersebut harus menangani beberapa proyek sekaligus,
tentunya ia tidak lagi mampu merencanakan dan menjadwalkan
pelaksanaan proyek secara detail. Oleh sebab itu diperlukan integrasi
dari perencanaan proyek, sistem pengendalian dan informasi secara
menyeluruh.
25
Pada bab ini akan dikaji suatu metoda untuk menentukan
kebutuhan seluruh pengguna dan mengukur kembali pencapaian
rencana strategi dari organisasi. Metode yang digunakan adalah
melakukan tindakan secara selektif terhadap suatu proyek, melalui
perincian seluruh kegiatan proyek yang biasa disebut dengan WBS
(work breakdown structure). Tahap awal yang dilakukan adalah
memastikan bahwa semua tugas sudah dapat diidentifikasi dan seluruh
tim memiliki pemahaman yang seragam terhadap hal yang akan
dilakukan sehingga proyek dapat dilaksanakan.
Sebagai tambahan, akan dibahas beberapa variasi dari WBS
yang biasa disebut dengan stuktur uraian proses (process breakdown
structure).
26
4. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan berisi waktu pelaksanaan setiap aktivitas, batas
selesai dan milestone.
5. Rencana Anggaran dan Sumber Daya
Perencanaan ini berisi jumlah anggaran dan sumber daya yang
dibutuhkan untuk terlaksananya tujuan proyek.
6. Ramalan mengenai performansi penyelesaian proyek
Tahapan ini berisi performansi yang diharapkan di dalam
penyelesaian proyek.
27
3.3.1 Pendefinisian Ruang Lingkup Proyek
Definisi ruang lingkup proyek adalah suatu dokumen yang akan
diterbitkan dan digunakan oleh pemilik proyek dan tim pelaksana dalam
perencanaan dan sebagai alat ukur kesuksesan proyek. Ruang lingkup
proyek perlu menggambarkan hasil yang ingin dicapai dalam bentuk
yang spesifik, terukur, dan ukuran yang jelas.
Ruang lingkup proyek berisi tahapan-tahapan di dalam
pengembangan perencanaan suatu proyek. Ruang lingkup proyek
merupakan definisi dari hasil akhir ataupun misi dari proyek yang
dilaksanakan, baik berupa produk ataupun jasa yang diberikan kepada
pelanggan.
Tujuan utama pendefenisian ruang lingkup proyek adalah untuk
menggambarkan dengan jelas sasaran yang ingin dicapai dan agar
perencanaan proyek dapat dilakukan secara lebih detail.
Riset menunjukkan bahwa suatu misi ataupun ruang lingkup
proyek yang kurang baik paling sering menjadi penyebab kegagalan
suatu proyek.
Studi yang dilakukan oleh Smith dan Tucker pada proyek besar
pabrik instalasi penyulingan minyak tanah menemukan bahwa
pendefenisian ruang lingkup yang buruk pada segmen utama proyek
menyebabkan dampak negatif pada biaya dan jadwal.
Suatu survei yang dilakukan oleh Posner menemukan bahwa
tujuan yang kurang jelas di dalam perencanaan proyek akan menjadi
penyebab utama permasalahan, lebih dari 60 % responden yang terdiri
dari manajer proyek menyebutkan hal tersebut. Di dalam suatu studi
yang lebih luas terdiri dari 1400 manajer proyek di negara USA dan
Canada, Gobeli dan Larson menemukan bahwa kira-kira 50%
permasalahan perencanaan berhubungan dengan pendefinisian ruang
lingkup dan tujuan yang belum jelas (Gray,2003).
Ruang lingkup proyek dikembangkan berdasarkan arahan dari
manajer proyek dan pelanggan. Manajer proyek bertanggung jawab
untuk melihat adanya persetujuan pemilik (owner) pada sasaran hasil
proyek, tahapan-tahapan proyek, kebutuhan teknis, dan sebagainya.
Sebagai contoh, sasaran pada langkah awal adalah membuat
spesifikasi suatu produk. Langkah kedua adalah membuat prototype
produk untuk bagian produksi. Langkah ketiga adalah berproduksi pada
jumlah tertentu, lalu kemudian dipasarkan untuk mengetahui pendapat
28
konsumen dan langkah terakhir adalah melakukan promosi dan
pelatihan.
Ruang lingkup proyek merupakan kunci penghubung seluruh
elemen- elemen di dalam perencanaan proyek. Untuk memastikan
bahwa pendefenisian yang digunakan sudah benar, maka digunakan
alat-alat pemeriksaan sebagai berikut:
1. Tujuan Proyek (Project Objectives)
2. Sasaran akhir proyek (Deliverables)
3. Tonggak Kemajuan (Milestones)
4. Kebutuhan Teknis (Technical Requirements)
5. Batasan dan Pengecualian (Limits and Exclusions)
6. Umpan Balik (Review with Customer)
1. Tujuan Proyek (Project Objectives)
Tujuan proyek yang utama adalah untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan.
Sebagai contoh, hasil dari riset pemasaran untuk suatu perangkat
lunak pada perusahaan computer, memutuskan untuk
mengembangkan suatu program yang secara otomatis
menterjemahkan kalimat lisan dari bahasa Inggris ke Rusia. Proyek
harus diselesaikan dalam waktu tiga tahun dengan biaya tidak
melebihi 1,5 juta dollar. Sasaran hasil proyek akan menjawab
pertanyaan apa produk yang akan dibuat, kapan waktu pelaksanaan
dan berapa banyak waktu dan biaya yang dibutuhkan.
2. Sasaran akhir proyek (Deliverables)
Langkah berikutnya adalah menggambarkan sasaran dan target
utama suatu proyek dan output (hasil) yang diharapkan.
Sebagai contoh, sasaran pada tahap awal proyek adalah melakukan
disain terhadap daftar-daftar spesifikasi yang telah dibuat. Tahapan
kedua adalah membuat kode-kode dari software dan teknisnya
yang dilakukan secara manual. Tahap berikutnya adalah
melakukan pengujian terhadap prototipe yang telah dibuat.
Tahapan akhir adalah melakukan pengujian akhir dan menyetujui
software. Deliverables meliputi waktu, kuantitas dan perkiraan
biaya.
3. Tonggak Kemajuan (Milestones)
Milestone menunjukkan tonggak kemajuan utama pada pekerjaan
yaitu pekerjaan awal, estimasi waktu, biaya dan sumber daya yang
29
dibutuhkan pada proyek. Jadwal Milestones dibangun
menggunakan deliverables untuk mengidentifikasi segmen utama
dan batas akhir proyek.
Sebagai contoh, pengujian dilakukan secara lengkap dan selesai
pada tanggal 1 juli pada tahun yang sama. Milestones dikendalikan
secara alami dan merupakan titik penting di dalam proyek.
milestones harus mudah dikenali oleh semua pelaksana proyek.
4. Kebutuhan Teknis (Technical Requirements)
Suatu produk atau jasa selalu memiliki kebutuhan teknis untuk
memastikan performansi dan hasil yang dicapai sesuai dengan
yang diharapkan.
Sebagai contoh, kebutuhan teknis untuk personal komputer adalah
kemampuan untuk menerima arus bolak-balik sebesar 120 volt
atau arus searah sebesar 240 volt tanpa menggunakan adaptor atau
mengganti saklar.
5. Batasan dan Pengecualian (Limits and Exclusions)
Batasan dari ruang lingkup proyek harus digambarkan. Contoh
batasan ruang lingkup proyek adalah transportasi udara lokal ke
dan dari barak pangkalan, tidak boleh melewati batas yang telah
ditentukan. Sistem perawatan dan perbaikan akan dilaksanakan
hanya sampai satu bulan setelah pemeriksaan akhir, klien dapat
meminta pelatihan tambahan di luar isi kontrak. Exclusions lebih
lanjut menggambarkan batasan dari proyek dengan menyatakan
hal apa saja yang tidak akan dikerjakan pada proyek. Sebagai
contoh, telah disepakati, pada sebuah rumah yang akan dibangun,
tidak ditambahkan alat keamanan. Contoh lain, pada pekerjaan
peng- install-an perangkat lunak, tetapi tidak terdapat perjanjian
pemberian pelatihan terhadap pemakaian perangkat lunak tersebut.
6. Umpan Balik (Review with Customer)
Unsur terakhir adalah peninjauan ulang yang dilakukan kepada
konsumen baik secara internal ataupun eksternal. Yang menjadi
perhatian utama disini adalah keinginan konsumen.
- Apakah konsumen mendapatkan apa yang ia inginkan?
- Apakah proyek telah mengidentifikasi kunci kepuasan,
anggaran belanja, waktu, dan kebutuhan performansi?
- Apakah batasan yang digunakan telah sesuai?
30
Pertanyaan-pertanyaan ini dilakukan untuk menghindari kekeliruan
di dalam memahami keinginan konsumen.
Secara ringkas, menjaga hubungan dengan konsumen merupakan
hal yang sangat penting di dalam memenuhi keinginan dari pelanggan.
Definisi ruang lingkup proyek yang baik akan menjadi prasyarat utama
dalam mengembangkan work breakdown structure (WBS). Definisi
ruang lingkup menyediakan suatu rencana administratif yang digunakan
untuk mengembangkan rancangan operasional. Defenisi ruang lingkup
sebaiknya ringkas dan padat.
31
dan pemilik proyek sehingga hasil akhir yang diperoleh sesuai dengan
keinginan semua pihak.
Teknik yang berguna di dalam mengidentifikasi kebutuhan
konsumen dan pemilik proyek adalah sebagai berikut:
1. Constrain
Batasan yang digunakan merupakan parameter tetap yang meliputi
tanggal penyelesaian, ruang lingkup dan spesifikasi proyek, atau
anggaran yang akan digunakan.
2. Enhance
Berdasarkan ruang lingkup proyek, dipilih kriteria tertentu yang
dijadikan prioritas dan harus di optimalkan. Sebagai contoh pada
kasus waktu dan biaya. Manakah yang menjadi prioritas
peningkatan keuntungan, apakah dengan mereduksi waktu atau
mengurangi biaya?
3. Accept
Toleransi yang digunakan pada batasan-batasan yang telah
ditetapkan seperti apakah penurunan performansi, penambahan
waktu dan biaya masih dapat ditolerir?.
32
Penetapan prioritas pada proses perencanaan, penyesuaian
terhadap ruang lingkup yang dibuat, jadwal, dan alokasi anggaran
merupakan hal yang penting terhadap pelaksanaan proyek. Pada
akhirnya, matriks bermanfaat dalam memecahkan permasalahan yang
terjadi pada proyek.
33
Level Uraian Hirarki Penjelasan
34
memantau kemajuan proyek berdasarkan pekerjaan, biaya dan
tanggungjawab.
35
3.3.3.2 Pengembangan WBS (work breakdown structure)
Adanya paket-paket pekerjaan di dalam proyek memudahkan
manajer proyek mengkoordinir perkembangan pelaksanaan proyek
karena masing-masing paket memiliki penanggungjawab tersendiri
sehingga apabila terjadi masalah di dalam pelaksanaan proyek, manajer
proyek dapat dengan mudah mengidentifikasi masalah tersebut dan
pihak yang bertanggung jawab. Paket-paket pekerjaan di dalam WBS
berisi hal- hal sebagai berikut:
1. Gambaran pekerjaan (Apa yang akan dilaksanakan?)
2. Identifikasi jangka waktu untuk penyelesaian satu paket pekerjaan
(Berapa lama waktu yang dibutuhkan?)
3. Identifikasi anggaran yang digunakan dalam menyelesaikan suatu
paket pekerjaan (Berapa besarnya biaya yang diperlukan?)
4. Identifikasi sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan
suatu paket pekerjaan (Berapa banyak sumber daya yang
dibutuhkan?)
5. Identifikasi personil yang bertanggung jawab untuk suatu unit
pekerjaan (Siapa yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan
tersebut?)
6. Identifikasi point-point monitoring untuk mengukur kemajuan.
Pembuatan WBS merupakan tugas yang menantang. Manajer
proyek perlu melihat contoh-contoh proyek terdahulu sebelum memulai
proses pembuatan WBS. WBS merupakan output dari kemampuan
seluruh tim di dalam bekerjasama. Dalam proyek kecil, keseluruhan tim
proyek dapat terlibat di dalam merinci proyek ke dalam komponennya.
Untuk proyek besar yang kompleks, personil-personil yang bertanggung
jawab untuk target utama diharapkan menemukan dan menetapkan dua
level pertama dari deliverables.
Tim proyek yang bertugas untuk mengembangkan WBS
seringkali melupakan bahwa struktur yang digunakan harus berbentuk
produk akhir, end-item dan berorientasi produk. Hasil dari WBS ini
diikuti dengan pembuatan struktur organisasi, disain, pemasaran,
produksi, dan keuangan. Jika pembuatan WBS dilakukan sesuai dengan
format struktur organisasi, maka fokus akan berada pada fungsi
organisasi dan prosesnya. Jadi bukan pada output produk ataupun
deliverables utamanya . Sebagai tambahan, WBS yang fokusnya adalah
proses maka akan menjadi suatu alat akuntansi yang menggambarkan
36
fungsi pengeluaran. Oleh karena itu, setiap usaha yang dilakukan dalam
pengembangan WBS haruslah berorientasi kepada produk dan
terkonsentrasi pada langkah- langkah pengerjaan yang konkrit pula.
Gambar 3.4. menunjukkan suatu WBS yang disederhanakan
untuk proyek pengembangan personal komputer.
Level paling atas (level 1) berisi akhir proyek, yakni suatu
pekerjaan yang merupakan sasaran dari suatu produk/jasa. Perlu
diperhatikan, tingkatan dari struktur harus dapat memberikan informasi
untuk tingkat manajemen yang berbeda. Sebagai contoh, tingkatan
pertama (level 1) berisi informasi mengenai total sasaran proyek yang
ingin dicapai dan manfaatnya bagi top manajemen. Level 2, 3, dan 4
berisi informasi untuk manajemen tingkat menengah dan level 5 berisi
informasi untuk manajer lini pertama.
Level 2 menunjukkan daftar parsial untuk pengiriman yang
diperlukan dalam mengembangkan personal komputer tersebut. Sasaran
pertama adalah unit penyimpanan disk yang terdiri dari tiga
subdeliverables yaitu, floppy, optical, dan hard disk. Hard disk juga
memerlukan empat subdeliverables yaitu motor, papan lintasan, chassis
frame, read/write head. Subdeliverables merupakan representasi dari
unsur-unsur paling rendah yang dikendalikan dari sebuah proyek.
Masing-masing subdeliverables memerlukan paket-paket pekerjaan
yang akan diselesaikan oleh suatu unit organisasi yang telah ditugaskan.
Tingkatan paling rendah dari WBS disebut paket pekerjaan.
Paket pekerjaan merupakan pekerjaan yang harus dilakukan dengan
waktu yang singkat dan memiliki waktu pengerjaan dan kapan
pekerjaan tersebut harus selesai, banyaknya sumber daya yang
diperlukan, dan besarnya biaya yang diperlukan. Masing-masing paket
pekerjaan memiliki sebuah titik kendali. Manajer paket pekerjaan
bertanggung jawab untuk mengingatkan bahwa paket harus diselesaikan
tepat waktu, sesuai anggaran, dan sesuai spesifikasi teknis.
37
Prototipe Personal Item
komputer berikutnya
Lowest
Manageable Motor Circuit Board Chassis Read/write
Sub Frame head
deliverables
Work Packages
38
boleh terikat dengan paket pekerjaan yang lain. Tidak ada paket
pekerjaan yang diuraikan lebih dari satu subdeliverables pada sebuah
WBS.
Terdapat perbedaan penting antara uraian pekerjaan
subdeliverable akhir dan paket pekerjaan. Uraian pekerjaan
subdeliverable akhir berisi hasil dari beberapa paket pekerjaan yang
berasal dari beberapa departemen. Pada bagian ini tidak terdapat waktu
pengerjaan secara khusus, sumber daya, maupun pengeluaran yang
dibutuhkan secara langsung. Dalam beberapa hal, tentu saja jangka
waktu untuk uraian pekerjaan tertentu dapat diperoleh dari
pengidentifikasian terhadap paket pekerjaan. Hal ini berarti bahwa
paket pekerjaan menjadi unit dasar yang digunakan untuk perencanaan,
penjadwalan, dan pengendalian proyek.
39
yang diperlukan untuk melengkapi subdeliverable dan kesatuan
organisasi.
Sebagai contoh, unsur circuit board memerlukan penyelesaian
paket pekerjaan yang meliputi disain, produksi, test, dan departemen
perangkat lunak. Pengendalian dapat dilakukan dalam dua hal yaitu dari
tanggung jawab dan hasil.
40
Prorotipe personal
Level computer
1
1.0 Item
1.2 1.3 1.1 kberikutnya
Penjual, Software Mouse, Keyboard, Unit penyimpanan Microprocessor
2 Aplikasi Suara disk Unit
1.1.1 1.1.2 1.1.3
1.4.1 1.4.2
Floppy Optical Hard Internal Bios (basic
3 Memory input/output
Unit system)
41
Manageable 1.1.3.1 1.1.3.2 1.1.3.3 1.1.3.4
Sub deliverables
5
Motor Circuit Board Chassis Frame Read/write head
Cost account
Disain number
42
Tabel 3.1. Biaya Tenaga Kerja Langsung Pada WBS
Biaya Tenaga Kerja Langsung ($)
1.1.3 Hard Drive 1.660
Motor 10
1.1.3.1
Purchasing 10
1.1.3.2 Circuit Board 1.000
Disain 300
Produksi 400
Testing 120
Software 180
1.1.3.3 Chassis Frame 50
Produksi 50
1.1.3.4 Read/write 600
head
Disain 300
Produksi 200
Testing 100
43
Integrasi antara WBS dan OBS diperlihatkan pada gambar 3.5.
Sistem pengkodean ini dapat diperluas dan digunakan untuk
proyek besar. Apabila terdapat rencana tambahan, dapat dimasukkan
kedalam laporan khusus (special reports). Sebagai contoh, menambahkan
"- 3" setelah kode bisa menandai (adanya) suatu penempatan lokasi, suatu
pengangkatan atau suatu akun khusus seperti tenaga kerja. Beberapa
dokumen dapat menggunakan kode ini sebagai identifikasi khusus seperti
"M" untuk material atau "E" untuk Engineers.
Misalnya: 3R – 273A – P2 – 33.6
Dimana 3R mengidentifikasikan fasilitas, 237A mengidentifikasi
sudut elevasi dan area, P2 adalah pipa dengan lebar dua inchi, dan 33,6
menunjukkan nomor paket pekerjaan. Pada tahap pelaksanaan,
kebanyakan organisasi mengkombinasikan dokumen- dokumen dan
angka-angka yang bertujuan untuk meminimisasi area penggunaan kode
WBS.
44
Proyek Pengembangan
Perangkat Lunak
Aktivitas Menentukan Arsitektur Menentukan Alur Design Struktur Design Antar Sistem
Level 3 Aplikasi Pemrosesan Database Logis
45
tanggung jawab RM (ResponsibilityMatriks). Matriks tanggung jawab
kadang-kadang disebut peta tanggung jawab linear berisi tugas dan siapa
yang bertanggung jawab pada proyek tersebut. Dalam format paling
sederhana matriks tanggung jawab terdiri dari suatu tabel yang
mendaftarkan semua aktivitas proyek dan pekerja yang bertanggung
jawab untuk masing-masing aktivitas. Gambar 3.7 menunjukkan matriks
tanggung jawab pada studi riset pasar. Dalam matriks ini “R” digunakan
untuk mengidentifikasi anggota panitia yang bertanggung jawab untuk
koordinasi usaha dari anggota regu lain dan meyakinkan bahwa tugas
dapat diselesaikan. “S” digunakan untuk mengidentifikasi anggota regu
(yang terdiri dari lima personil) siapa yang akan mendukung dan
membantu tanggung jawab individual. RMS sederhana seperti ini
bermanfaat tidak hanya untuk mengorganisir dan menugaskan tanggung-
jawab untuk proyek yang kecil tetapi juga untuk sub proyek dari proyek
besar yang lebih rumit.
RMS tidak hanya digunakan untuk mengidentifikasi tanggung
jawab individu tetapi juga memperjelas alat penghubung kritis antara
individu dan unit yang memerlukan koordinasi. Gambar 3.8 berisi matriks
tanggung jawab untuk proyek yang lebih besar dan kompleks untuk
mengembangkan alat tes peralatan. Matriks tanggung jawab ini berisi
WBS/OBS yang luas dan menyediakan suatu metoda yang ringkas dan
jelas untuk menggambarkan tanggung jawab, otoritas, dan saluran
komunikasi.
Matriks tanggung jawab berisi personil-personil yang
bertanggung jawab terhadap proyek tersebut. Matriks ini juga membantu
memperjelas tingkat atau jenis otoritas masing-masing pekerja dalam
proyek tersebut. Matriks tanggungjawab bermanfaat di dalam penjelasan
otoritas, tanggung jawab, dan komunikasi di dalam kerangka pelaksanaan
proyek.
Anggota Proyek
Tugas Yandre Dorkas Dodi Saiful Nella
Identifikasi Target R S S
Pelanggan
Pengembangan daftar R S S
pertanyaan
Kuesioner uji coba R R S
Kuesioner akhir S S S
Mencetak daftar R
46
Anggota Proyek
Tugas Yandre Dorkas Dodi Saiful Nella
pertanyaan
Siapkan label pos R
Kuesioner via pos R
Menerima dan
memonitoring daftar
R S
nama yang telah
dikembalikan
Masukan data R
tanggapan
Analisa hasil R S S
Siapkan daftar laporan S R S S
Siapkan laporan akhir R S
R = Tanggung Jawab
S = Dukungan / Bantuan
47
Menggambarkan proyek secara jelas menjadi langkah yang paling
utama dan yang pertama di dalam perencanaan. Ketiadaan suatu rencana
proyek secara konsisten menjadi alasan utama pada kegagalan proyek.
Pemilihan WBS, OBS, PBS, atau matriks tanggung jawab tergantung
pada jenis proyek yang dikerjakan. Keempat metode tersebut tetap
membutuhkan sistem pengendali untuk mengontrol perkembangan proyek
dari waktu ke waktu.
Kesimpulan
1. Integrasi dari perencanaan proyek, sistem pengendalian dan
informasi merupakan salah satu jalan terbaik yang digunakan
untuk menemukan kebutuhan konsumen dan pengguna utama
proyek.
2. Metode yang digunakan adalah melakukan tindakan secara
selektif terhadap suatu proyek, melalui perincian seluruh kegiatan
proyek yang biasa disebut dengan WBS (work breakdown
structure).
3. Perencanaan proyek sangat penting dalam pelaksanaan proyek,
dan juga harus sesuai dengan batasan yang dimiliki (biaya,
jadwal, performansi) dan tujuan yang ingin dicapai.
4. Alat bantu yang digunakan dalam perencanaan proyek adalah :
Work Breakdown Structure, matriks tanggung jawab, gantt chart,
Network.
5. Definisi ruang lingkup proyek adalah suatu dokumen yang akan
diterbitkan dan digunakan oleh pemilik proyek dan tim pelaksana
dalam perencanaan dan sebagai alat ukur kesuksesan proyek.
6. Untuk memastikan bahwa pendefenisian yang digunakan sudah
benar, maka digunakan alat-alat pemeriksaan sebagai berikut:
- Tujuan Proyek (Project Objectives)
- Sasaran akhir proyek (Deliverables)
- Tonggak Kemajuan (Milestones)
- Kebutuhan Teknis (Technical Requirements)
- Batasan dan Pengecualian (Limits and Exclusions)
- Umpan Balik (Review with Customer)
48
7. Saat ruang lingkup dan objek telah teriidentifikasi, kegiatan pada
proyek dapat dibagi dalam beberapa unsur pekerjaan yang lebih
kecil dan spesifik lagi. Hasil akhir dari proses hirarki ini disebut
work breakdown structure (WBS).
Uji Kompetensi
49
BAB IV
PENYUSUNAN JARINGAN KERJA
Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Presentase
Kriteria/Indikator Penilaian
1. Tugas
2. Kuis
50
- Waktu kegiatan melalui lintasan kritis.
Jaringan adalah kerangka dari sistem informasi proyek yang akan
digunakan oleh manajer proyek dalam pengambilan keputusan dengan
memperhatikan waktu, biaya, dan performansi.
Jaringan mudah dimengerti oleh setiap individu karena jaringan
berisi tampilan grafis dari aliran dan urutan tiap pekerjaan.
Pengembangan jaringan dapat dengan mudah dilakukan. Sebagai contoh,
jika material untuk suatu kegiatan tertunda, dampak kejadian tersebut
dapat dengan cepat ditaksir dan peninjauan kembali terhadap proyek
secara utuh hanya membutuhkan beberapa menit dengan menggunakan
komputer. Revisi ini dapat dikomunikasikan kepada seluruh partisipan
proyek dengan cepat (contoh: via e-mail atau website proyek).
Manfaat jaringan kerja adalah sebagai berikut:
1. Merupakan dasar dalam perhitungan penyelesaian waktu
pelaksanaan proyek.
2. Merupakan dasar dalam penjadwalan tenaga kerja dan peralatan.
3. Alat komunikasi antara seluruh manajer dan kelompok.
4. Alat perhitungan waktu apabila terjadi penundaan proyek.
5. Dasar dalam menganggarkan cash flow dari suatu proyek.
6. Alat untuk mengidentifikasikan kegiatan yang ‘kritis’ sehingga tidak
terjadi keterlambatan dalam penyelesaian.
Jaringan kerja dikembangkan dari WBS. Jaringan kerja
merupakan visualisasi diagram alir dari urutan, hubungan-hubungan, dan
ketergantungan dari seluruh kegiatan-kegiatan yang harus dipenuhi untuk
melengkapi proyek. Suatu kegiatan merupakan elemen pada proyek yang
menghabiskan waktu. Sebagai sebagai contoh, bekerja atau menunggu.
Paket pekerjaan dari WBS digunakan untuk membangun kegiatan
pada jaringan kerja. Suatu kegiatan dapat meliputi satu atau lebih paket
pekerjaan. Kegiatan-kegiatan ditempatkan sesuai urutannya didalam
penyelesaian proyek. Jaringan dibangun dengan menggunakan node
(kotak) dan panah (garis). Node menggambarkan suatu kegiatan, dan
panah menunjukkan keterkaitan dan aliran proyek.
Pengintegrasian antara paket kerja dan jaringan menghasilkan
ketepatan dalam penyelesaian proyek sesuai dengan waktu, biaya dan
performansi yang diharapkan. Kegagalan didalam pengintegrasian ini
disebabkan oleh :
1. Penjelasan yang kurang baik mengenai paket kerja dan jaringan.
51
2. WBS yang dibangun kurang sesuai dan tidak berorientasi pada
output.
Pengintegrasian WBS dan jaringan kerja menghasilkan
manajemen proyek yang efektif.
Jaringan menyediakan jadwal proyek dengan mengidentifikasi
keterkaitan, urutan, dan waktu kegiatan. Pada WBS, hal ini tidak
dilakukan. Input utama untuk mengembangkan perencanaan jaringan
kerja adalah paket kerja.
52
6. Kejadian (Event)
Istilah ini berupa suatu titik dan digunakan ketika sebuah kegiatan
dimulai atau selesai. Jadi tidak membutuhkan waktu.
7. Kegiatan Memencar (Burst Activity)
Kegiatan ini memiliki lebih dari satu kegiatan yang secara bersamaan
mengikutinya (lebih dari satu panah yang terkait mengikutinya).
53
Teknik ini merupakan suatu metode untuk menentukan jadwal dan
anggaran dari sumber-sumber, sehingga suatu pekerjaan tertentu dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Dasar pendekatan PERT, meliputi:
a) Mengadakan seleksi berdasarkan spesifikasi dan identifikasi
kejadian (event)
b) Rangkaian kejadian dan penetapan saling ketergantungan antara
masing-masing kejadian sehingga jaringan kerja proyek dapat
dikembangkan.
c) Estimasi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai (terciptanya)
suatu event, diperhitungkan bersama dengan waktu
ketidakpastian.
d) Merencanakan suatu analisa dan penilaian untuk mengolah data .
e) Menetapkan saluran informasi untuk mendapatkan data aktual
dan data penyimpangan sebagai bahan penilaian.
f) Penggunaan peralatan elektrik untuk menganalisanya.
54
4.5 Pendekatan Dalam Analisa Jaringan kerja
Dua pendekatan yang digunakan untuk pembentukan jaringan
kerja adalah metoda Activity On Node, kegiatan pada node (AON) dan
Activity On Arrow, kegiatan pada panah/arrow (AOA). Kedua metode ini
menggunakan dua bentuk blok- panah dan node.
Pada praktiknya, metode AON lebih banyak mendominasi
pelaksanaan proyek. Ketersediaan yang luas dari komputer dan program
grafis telah mendorong penggunaan metode kegiatan pada node (AON).
Kadang-kadang metode ini disebut dengan metode diagram precedence.
Kegiatan dipresentasikan dengan sebuah node (kotak). Node dapat
menggunakan banyak bentuk, tetapi lebih umum dipresentasikan seperti
bujursangkar (kotak). Keterkaitan antara kegiatan dilukiskan dengan
panah antara bujursangkar (kotak) pada jaringan AON. Panah
mengindikasikan bagaimana hubungan kegiatan-kegiatan tersebut dan
urutan yang dipenuhinya. Panjang dan slope dari panah berubah-ubah
pada saat penggambaran jaringan. Pada kegiatan telah teridentifikasi
nomor dan deskripsi kegiatan tersebut.
Hubungan antar kegiatan dapat ditentukan dengan menjawab lima
pertanyaan berikut ini, yang diajukan untuk setiap kegiatan:
1. Kegiatan mana yang harus diselesaikan segera sebelum kegiatan ini?
Kegiatan ini disebut kegiatan pendahulu (predecessor).
2. Kegiatan mana yang harus segera mengikuti kegiatan ini? Kegiatan
ini disebut kegiatan pengikut (successor).
3. Kegiatan mana yang dapat terjadi selagi kegiatan ini dijalankan? Hal
ini dikenal sebagai hubungan bersamaan (concurrent) atau paralel.
4. Syarat dan batasan dapat dimulainya suatu kegiatan.
5. Syarat dan batasan selesainya suatu kegiatan.
Kadang-kadang seorang manajer dapat menggunakan hanya
pertanyaan 1 dan 3 untuk menetapkan jenis hubungan. Informasi ini
mempermudah analis jaringan untuk membuat gambar diagram alir dari
urutan dan keterkaitan logis seluruh kegiatan proyek.
55
pengalaman, teori dan perhitungan mengenai jangka waktu penyelesaian
tiap kegiatan, kemudian ditentukan kapan waktu terjadinya tiap-tiap
kejadian dari permulaan sampai berakhirnya proyek tersebut sesuai
dengan jaringan pekerjaan yang telah ditetapkan. Terlihat bahwa adanya
sebuah atau lebih lintasan tertentu pada kegiatan-kegiatan dalam jaringan
kerja. Hal ini akan menentukan jangka waktu penyelesaian proyek secara
keseluruhan .
Lintasan terpanjang yang menentukan waktu penyelesaian proyek
disebut lintasan kritis. Selain lintasan kritis ada juga lintasan-lintasan lain
(non-kritis) yang memiliki lintasan (jangka waktu) yang lebih singkat bila
dibandingkan dengan lintasan kritis dimana lintasan non-kritis memiliki
waktu untuk bisa terlambat (float).
Terdapat delapan aturan umum didalam penyusunan jaringan kerja
yaitu :
1. Aliran jaringan adalah dari kiri ke kanan.
2. Suatu kegiatan tidak dapat dimulai sampai seluruh kegiatan
pendahulunya selesai.
3. Panah pada jaringan mengindikasikan aliran dan harus didahulukan.
Panah dapat menyilang.
4. Setiap kegiatan seharusnya memiliki nomor identifikasi yang unik.
5. Nomor identifikasi kegiatan pengikut harus lebih besar daripada
kegiatan pendahulunya.
6. Pengulangan (looping) tidak diijinkan (dengan kata lain, daur ulang
melalui suatu set kegiatan tidak diperbolehkan).
7. Pernyataan kondisional tidak diijinkan (tipe pernyataan ini tidak
diperbolehkan muncul: Yang berlaku adalah : Jika berhasil, maka
lakukan sesuatu; jika tidak, jangan lakukan apapun.
8. Berdasarkan pengalaman, ketika terdapat banyak kegiatan yang
dimulai secara bersamaan, maka suatu node awal yang sudah umum
dapat digunakan untuk mengindikasikan suatu permulaan proyek
yang jelas pada jaringan. Dengan cara yang sama, sebuah node
tunggal pada akhir jaringan, dapat digunakan sebagai indikasi akhir
proyek.
56
a. Anak panah =”arrow” (menyatakan sebuah
kegiatan, activity)
57
3. Bila Kegiatan A dan B selesai maka
kegiatan C dapat dimulai
58
Dapat dilihat bahwa kegiatan B baru dapat dimulai setelah kegiatan
A selesai seluruhnya. Demikian juga kegiatan C, baru dapat dimulai bila
seluruh kegiatan B selesai. Tapi pada praktik, hal seperti ini sangat
merugikan, ditinjau dari segi waktu dan faktor lain, karena sebenarnya
kegiatan B sudah dapat dimulai meskipun kegiatan A tidak seluruhnya
selesai. Demikian juga kegiatan C sebagian sudah dapat dimulai bila
sebagian kegiatan A dan B selesai. Dengan demikian haruslah dilakukan
pemecahan ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil.
Anggap kegiatan majemuk A, B dan C dapat dipecah sebagai berikut:
Kegiatan majemuk A menjadi tiga bagian A1 , A2 , A3.
B menjadi tiga bagian B1 , B2 , B3.
C menjadi tiga bagian C1 , C2 , C3.
Secara logika dapat ditetapkan ketergantungan sebagai berikut:
A1 harus mendahului A2 yang mendahului A3.
B1 harus mendahului B2 yang mendahului B3.
C1 harus mendahului C2 yang mendahului C3.
B1 dapat dimulai bila A1 selesai.
C1 dapat dimulai bila B1 selesai.
B3 dapat dimulai bila A3 selesai.
C3 dapat dimulai bila B3 selesai.
Maka diagramnya dapat dilihat pada Gambar 4.1.
59
Dari gambar dapat dilihat bahwa sebagian kegiatan B yaitu (B1)
sudah dapat dimulai meskipun kegiatan A belum seluruhnya selesai.
Demikian juga C yaitu (C1) dapat dimulai walaupun kegiatan B belum
seluruhnya selesai.
Keterangan:
EET = Saat kejadian paling cepat (saat paling cepat terjadinya
suatu kejadian atau peristiwa)
LET = Saat kejadian paling lambat (saat paling lambat terjadinya
suatu peristiwa)
Dij = duration time = waktu yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan “N”
60
“N” = nama kegiatan (misalnya pengecoran beton dan
sebagainya)
K = kode kegiatan, misalnya A,B,C dan seterusnya.
Untuk penyederhanaan dalam diagram jaringan kerja dapat
digunakan hanya kode kegiatan “K” sedang nama kegiatan dituliskan
dalam activity list secara lengkap. Tetapi sebaliknya nama kegiatan dan
kode dilampirkan dalam jaringan sekaligus
i,j = nomor event (penunjuk kejadian atau kode kegiatan i < j
i = Nomor dari lingkaran kejadian yang merupakan permulaan
kegiatan “N”.
j = nomor dari lingkaran kejadian yang merupakan ujung akhir
kegiatan “N”.
EETi = Earliest Event Time dari node nomor i
EETj = Earliest Event Time dari node nomor j
LETi = Latest Event Time dari nomor i
LETj = Latest Event Time dari nomor j
61
4.7.4 Slack dan Float
Pada lintasan non kritis (termasuk sub-kritis) terdapat sejumlah
waktu untuk penundaan atau waktu bisa terlambat dalam pelaksanaan
suatu kegiatan tanpa mempengaruhi waktu penyelesaian proyek. Ini
disebut slack atau float. Perbedaan antara LET dan EET pada suatu
lingkaran kejadian dinamakan “event slack”. Lingkaran kejadian disebut
kritis bila slack = 0.
Defenisi : Event slack ialah sejumlah waktu yang menyatakan batas
(daerah) waktu di mana kejadian itu dapat atau boleh terjadi
tanpa mempengaruhi selesainya proyek.
Atau : Perbedaan satuan waktu (time unit) antara waktu paling
lambat terwujudnya suatu event dengan waktu paling cepat
terjadinya event tersebut.
Dengan rumus dapat dituliskan:
Slack (S) = LET- EET.
Tersedianya sejumlah waktu tertentu untuk dapat ditunda atau
diperpanjangnya waktu pelaksanaan suatu kegiatan dinamakan “Activity
float”
Bila dilihat dari uraian, perhitungan dan gambaran dalam suatu
jaringan kerja maka lintasan-lintasan non kritis memiliki waktu
pelaksanaan yang lebih pendek dibandingkan dengan lintasan kritis.
Berarti pada kegiatan-kegiatan waktu non kritis yang dilaluinya
mempunyai float atau sejumlah waktu untuk bisa terlambat.
Jadi terdapat float pada semua kegiatan yang tidak termasuk dalam
lintasan kritis. Dalam analisa jaringan kerja terdapat beberapa macam tipe
float, antar lain:
- Total float
- Free float dan
- Independent float
1. “Total float”
Total float ialah sejumlah waktu untuk penundaan yang terdapat
pada suatu kegiatan dimana kegiatan tersebut dapat diperlambat
pelaksanaannya tanpa mempengaruhi selesainya proyek secara
keseluruhan.
Besar total float dari suatu kegiatan sama dengan waktu paling
lambat terjadinya suatu event dari kegiatan berikutnya (LETj) dikurangi
62
dengan waktu paling cepat terjadinya even dimaksud (EETi) dan waktu
pelaksanaan kegiatan (Dij).
Rumus Total float (TF) = LETj – Dij – EETi.
2. “Free float”
Free float ialah sejumlah waktu dimana suatu kegiatan non kritis
bisa terlambat atau diperlambat pelaksanaannya tanpa mempengaruhi
kegiatan berikutnya.
Atau besar Free float dari suatu kegiatan sama dengan waktu paling
cepat terwujudnya event dimaksud (EETi) dan waktu kegiatan tersebut
(Dij).
Secara matematis didefenisikan
Free float (FF) = EETj – Dij – EETi.
Untuk kegiatan kritis maka TF = FF = 0. artinya saat paling cepat
selesainya kegitan tersebut tepat sama dengan saat paling lambat
terwujudnya suatu dari kegiatan berikutnya (EETi = LETj).
3. “Independent float”.
Independent float ialah sejumlah waktu dimana pelaksanaan suatu
kegiatan dapat ditunda bila kegiatan yang mendahului kegiatan tersebut
telah selesai pada waktu penyelesaian paling lambat (LET) tanpa
mempengaruhi waktu mulai paling cepat (EST) dari kegiatan berikutnya.
Rumus Independent Float (IF) = EETj – Dij – LETi
= EETj – LETi
63
PERT yang memperhatikan variasi kemungkinan (chance variation) dari
waktu pelaksanaan yang diperlukan oleh suatu kegiatan. PERT juga
menghitung kemungkinan pelaksanaan proyek atau tahap/periode tertentu
dari proyek. Metoda ini digunakan untuk perencanaan, scheduling dan
pengawasan proyek yang mengandung pelaksanaan kegiatan-kegiatannya
dipengaruhi oleh variasi kemungkinan sehingga perhitungan dengan
probability estimated akan lebih tepat.
Sistem analisa waktu menurut PERT sebenarnya sama dengan cara
CPM. Perbedaannya terutama dalam menentukan waktu pelaksanaan
kegiatan. Menurut PERT, waktu pelaksanaan kegiatan dalam proyek
merupakan variabel sembarang (random variabel) dengan variasi-variasi
kemungkinan. Untuk tiap kegiatan dilakukan penaksiran jangka waktu
rata-rata (mean duration) dan variasinya. Variance dari pada mean
duration tiap kegiatan dan event dalam proyek digunakan untuk
menghitung probability selesainya tahap tertentu dari proyek.
64
c. Waktu paling mungkin (most likely time) notasi m.
Yaitu waktu penyelesaiaan kegiatan yang bisa terjadi dalam
pelaksanaan berdasarkan pengalaman-pengalaman masa lampau
(untuk kegiatan-kegiatan yang sudah pernah dilakukan)
Untuk kegiatan-kegiatan yang belum pernah dilakukan maka
merupakan waktu yang paling mungkin berdasarkan taksiran yang
diharapkan dapat berlaku pada situasi dimana rencana kegiatan tersebut
akan dilaksanakan.
Dengan teknik CPM perhitungan waktu yang dilaksanakan dapat
disamakan dengan estimasi waktu paling mungkin dari cara PERT.
Berdasarkan data-data ketiga estimasi tersebut, dibuat suatu estimasi baru
tentang waktu yang diharapkan untuk kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan. Hasil estimasi waktu dengan cara PERT ini disebut
“Expected Time”
Yang menjadi masalah yaitu cara memperoleh data-data tentang ketiga
jenis kemungkinan waktu tersebut. Secara teoritis hal ini dapat diperoleh
dengan cara “taksiran pendekatan” (oleh pimpinan proyek atau perencana
atau estimaser) ataupun berdasarkan pengalaman-pengalaman masa
lampau dari tiap-tiap kegiatan yang bersangkutan.
Cara taksiran berdasarkan pengalaman dari seorang manajer proyek
tidaklah selalu dapat dipertanggungjawabkan karena situasi dan kondisi
dari rencana kegiatan yang dilaksanakan tidak selalu sama. Pendekatan
yang dapat dilakukan selain cara-cara diatas ialah analisa statistik.
Sebagai titik tolak dari analisa statistik ialah bahwa waktu yang
dibutuhkan untuk penyelesaian suatu kegiatan dapat berbeda-beda karena
banyak faktor-faktor pengaruh yang menyebabkan adanya variasi
Namun perhitungan tetap berdasarkan waktu optimis dan waktu
pesimis. Ilmu statistik mengemukakan bahwa selalu dapat diambil harga
rata-rata dari waktu-waktu yang paling cepat dan yang paling lambat.
Suatu kenyataan bahwa sejumlah pengukuran yang diambil dari suatu
besaran yang sama tidak mungkin tepat sama semuanya karena ada
variasi-variasi penyimpangan yang berkisar sekitar harga rata-rata.
Dengan perhitungan statistik diperoleh kesimpulan bahwa fungsi
probability untuk distribusi (probability distribution function) = p.d.f dari
variabel a,b,dan m merupakan fungsi b (beta)
Berdasarkan asumsi diatas maka dapat ditentukan waktu rata-rata
(te) standart devisiasi (SD), dan variance (v = SD 2)
65
Yaitu :
Variance =
Dimana
te = expected time; waktu yang diharapkan
a = optimistic time
b = pessimistic time
m = most likely time
66
waktu kegiatan (D), identitas kegiatan (nomor dan nama), mulai dan
selesainya kegiatan (ES, LS, EF, LF, dan lain-lain).
Kadang-kadang didalam kotak node dibuat kolom kecil sebagai
tempat mencantumkan tanda persen (%) penyelesaian pekerjaan. Kolom
ini akan membantu mempermudah mengamati dan memonitor progres
pelaksanaan kegiatan.
67
mendahuluinya (i) selesai. Proyek selalu memungkinkan besar angka
a sama dengan 0 kecuali bila dijumpai hal-hal tertentu, misalnya:
• Cuaca yang tak dapat dirubah.
• Proses kimia atau fisika seperti waktu pengeringan adukan
semen.
• Mengurus perijinan.
2. Konstrain Mulai Ke Mulai – SS
Menjelaskan hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan
mulainya kegiatan terdahulu. Notasi SS(i-j) = b mengandung arti
suatu kegiatan (j) mulai setelah b hari kegiatan terdahulu (i) mulai.
Konstrain jenis ini terjadi bila sebelum kegiatan terdahulu selesai
100%, maka kegiatan (j) boleh mulai. Kegiatan (j) boleh mulai
setelah bagian tertentu dari kegiatan (i) selesai. Besar angka b tidak
boleh mendahului angka kurun waktu kegiatan terdahulu, karena
perdefenisi b adalah sebagian dari kurun waktu kegiatan terdahulu.
Disini terjadi kegiatan tumpang tindih.
3. Konstrain Selesai ke Selesai – FF
Menjelaskan hubungan antara selesainya suatu kegiatan dengan
selesainya kegiatan terdahulu. Notasi FF ( i-j ) = c mengandung arti
suatu kegiatan (j) selesai setelah c hari kegiatan terdahulu (i) selesai.
Konstrain jenis ini mencegah selesainya suatu kegiatan mencapai
100%, sebelum kegiatan yang terdahulu telah sekian (= c) hari
selesai. Besar angka c tidak boleh melebihi angka kurun waktu
kegiatan yang bersangkutan (j).
4. Konstrain Mulai ke Selesai – SF
Menjelaskan hubungan antara selesainya kegiatan dengan mulainya
kegiaan terdahulu. Notasi SF (i-j) = d, mengandung arti suatu
kegiatan (j) selesai setelah d hari kegiatan (i) terdahulu mulai. Dalam
hal ini sebagian dari porsi kegiatan terdahulu harus selesai sebelum
bagian akhir kegiatan yang dimaksud boleh diselesaikan.
68
Dalam menyusun jaringan AON, saat menentukan urutan ketergantungan,
karena ada bermacam konstrain, maka lebih banyak faktor yang harus
diperhatikan dibanding CPM. Faktor ini dapat dikaji dan dianalisa
sebelum mulai menyusun jaringan AON dengan memperhatikan hal-hal
seberti berikut:
• Kegiatan mana boleh dimulai, setelah B selesai, berapa lama jarak
waktu antara selesainya kegiatan B dengan mulainya kegiatan
berikutnya.
• Kegiatan mana harus diselesaikan, sebelum kegiatan tertentu C boleh
mulai, dan berapa lama tenggang waktunya.
• Kegiatan mana harus dimulai sesudah kegiatan tertentu D mulai dan
berapa lama waktunya.
69
Gambar 4.4 Multi Konstraint Antar Kegiatan
70
1. Hitung Maju
Proses ini digunakan untuk hal-hal sebagai berikut.
a) Menghasilkan ES, EF dan kurun waktu penyelesaian proyek.
b) Diambil angka ES terbesar bila lebih satu kegiatan bergabung.
c) Notasi (i) bagi kegiatan terdahulu (predecessor) dan (j) kegiatan
yang sedang ditinjau.
d) Waktu mulai paling awal dianggap nol
Cara menghitungnya:
1. Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau
ES(j), adalah sama dengan angka terbesar dari jumlah angka
kegiatan terdahulu ES(i) atau EF(i) ditambah konstrain yang
bersangkutan. Karena terdapat empat konstrain, maka bila ditulis
dengan notasi hitung menjadi:
2. Hitung Mundur
Proses ini ditujukan untuk hal-hal berikut:
a) Menentukan LS, LF, dan kurun waktu float.
b) Bila lebih dari satu kegiatan bergabung diambil angka LS
terkecil.
c) Notasi (i) bagi kegiatan yang sedang ditinjau sedangkan (j) adalah
kegiatan berikutnya.
71
Cara menghitungnya:
1. Hitung LF(i), waktu selesai paling akhir kegiatan (i) yang sedang
diamati, yang merupakan angka terkecil dari jumlah kegiatan LS
dan LF plus konstrain tersebut
2. Waktu mulai paling akhir kegiatan yang sedang diamati LS(i), adalah
sama dengan waktu selesai paling akhir kegiatan tersebut LF(i),
dikurangi kurun waktu tersebut. Rumusnya:
LS(i) = LF(i) – D(i)
72
Gambar 4.7 Menghitung LS dan LF.
73
Lintasan Kritis : A – C – D – E – F – H
Perhitungan:
• Hitung Maju :
Dimulai dari Kegiatan awal yaitu A
• Kegiatan A
Mulai awal = 0
ES (1) = 0
EF (1) = ES (1) + D (A) = 0 + 5 = 5
• Kegiatan B
ES (2) = EF (1) + FS (1-2) = 5 + 0 = 5
EF (2) = ES (2) + D (B) = 5 + 10 = 15
• Kegiatan C
ES (3) = EF (1) + FS (1-3) = 5 + 0 = 5
EF (3) =ES (3) + D (C) = 5 + 15 = 20
• Kegiatan D
ES (4) = Maksimum : EF (2) + FS (2-4) = 15 + 5 = 20
EF (4) = ES (4) + D (D) = 35 + 5 = 40
• Kegiatan E
ES (5) = Maksimum : E F (2) + FS (2 – 5) = 15 + 0 = 15
ES (4) + SS (4 - 5) = 35 + 5 = 40
74
EF (4) + FF (4 – 5) – D(B) = 40 + 25 – 20 = 45
EF (5) = ES (5) + D (E) = 45 + 20 = 60
• Kegiatan F
ES (6) = Maksimum : EF (4) + FS (4 -6) = 40 + 0 = 40
EF (6) = ES (6) + D (F) = 65 + 15 = 80
• Kegiatan G
ES (7) = EF (3) + FS (3-7) = 20 +10=30
EF (7) = ES (7) + D (6) = 30 + 10 = 40
• Kegiatan H
ES (8) = EF (6) + FS (6-8) = 80 + 0 = 80
EF (8) = ES (8) + D (H) = 80 + 20 =100
Hitungan Mundur:
o Dimulai dari kegiatan terakhir H dengan LF (8) = 100 dan LS (8) = 80
o Kegiatan F
LF (6) = LS (8) – FS (6-8) = 80-0=80
LS (6) = LF (6) – D (F) = 80-15=65
o Kegiatan G
LF (7) = LF (6) – FF (7-6) = 80-10=70
LS (7) = LF (7) – D (G) = 70-10=60
o Kegiatan E
LF (5) = LS (6) – FS (5-6) = 65-0=65
LS (5) = L F(5) – D (E) = 65-20=45
o Kegiatan D
LF (4) = Minimal : LF (5) – FF (4 -5) = 65 -25 =40
LS (5) – SS (4-5) + D (D) = 45 -5 + 5=45
LS (6)-FS(4-6) = 65-0=65
LS (4) = LF (4) – D(D) = 40-5=35
o Kegiatan C
LF (3) = Minimal : LF (4) – FF (3-4) = 40 - 20 = 20
LS (3) = LF (3) – D(C) = 20-15=5
o Kegiatan B
LF (2) = Minimal : LS (5) – FS (2-5) = 45-0=45
LS (4) – FS (2-4) =35-5=30
LS (2) = LF (2) – D (B) = 30 – 10 = 20
o Kegiatan A
LF (1) = Minimal : LS (2) – FS (1-2) = 20-0=20
75
LS (3) – FS (1-3)=5-0=5
LS (1) = LF (1) – D (A) = 5 – 5=0
Dari hasil perhitungan dapat diketahui waktu penyelesaian total adalah
100 hari.
Kesimpulan
1. Jaringan kerja adalah suatu alat yang digunakan untuk
merencanakan, menjadwalkan, dan mengawasi kemajuan dari
suatu proyek.
2. Analisa jaringan kerja proyek (project network analysis) adalah
suatu sistem kontrol proyek yang berisi kegiatan tunggal, kegiatan
gabungan, kegiatan paralel, dan lintasan kritis.
3. Teknik – teknik analisa jaringan : P.E.R.T. (Program Evaluation
and Review Technic), C.P.M. (Critical Path Methode/ Metode
Lintasan Kritis )
4. Dua pendekatan yang digunakan untuk pembentukan jaringan
kerja adalah metoda Activity On Node, kegiatan pada node (AON)
dan Activity On Arrow, kegiatan pada panah/arrow (AOA
Uji Kompetensi
76
DAFTAR PUSTAKA
77
9 7 8 6 0 2 4 6 5 2 6 8 5